EKOREGION MALUKU
BERBASIS JASA LINGKUNGAN
i
Kata Sambutan
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
Akhir kata semoga dokumen ini dapat bermanfaat sebagai bahan penyusunan
formulasi kebijakan, rencana dan program dalam mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDGs) di Indonesia.
Bambang Hendroyono
ii
Kata Pengantar
KEPALA PUSAT
PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION
SULAWESI DAN MALUKU
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Dokumen Daya Dukung Daya
Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) Indikatif Ekoregion Maluku ini telah
selesai disusun. Data dan informasi hasil perhitungan D3TLH merupakan salah
satu kajian dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai rangkaian
analisis yang wajib dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan
wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP), dasar bagi
penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RPPLH), serta merupakan bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana dan
pemanfaatan ruang baik nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. Oleh karena
itu menjadi penting pemahaman akan substansi daya dukung daya tampung
lingkungan hidup sampai pada tingkat kedalaman tertentu, agar penerapannya
tepat dan efektif serta mempengaruhi pengambilan keputusan sebagai amanat
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan dokumen
ini. Kami menyadari dokumen ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik
dan saran untuk penyempurnaannya sangat diharapkan.
Darhamsyah
iii
Executive Summary
Tahapan penentuan daya dukung daya Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah
tampung lingkungan hidup berbasis jasa dan Sektor, Direktorat Jenderal Planologi
lingkungan terdiri dari klasifikasi karakteristik Kehutanan dan Tata Lingkungan
ekoregion (bentanglahan dan tipe Kementerian Lingkungan Hidup dan
vegetasi), serta karateristik penutup lahan, Kehutanan 2017, Kepulauan Maluku
perhitungan dan pembuatan peta kinerja memiliki 36 (tiga puluh enam) jenis klasifikasi
jasa lingkungan melalui metode penjumlahan bentanglahan dengan kedalaman skala
berbobot (Simple Additive Weighting), informasi 1:250.000, di dominasi oleh jenis
dengan penentuan bobot dan skoring oleh Perbukitan struktural lipatan bermaterial
kesepakatan para ahli dan perhitungan batuan sedimen non karbonat sebesar
penentuan status daya dukung daya 13,97% dan Pegunungan struktural patahan
tampung indikatif untuk jasa penyediaan bermaterial batuan metamorfik sebesar
pangan dan air, dengan mempertemukan 13,46% dari total luas wilayah Kepulauan
ketersediaan dan kebutuhan (Supply and Maluku. Kepulauan Maluku memiliki 43
Demand) menggunakan system grid. (empat puluh tiga) jenis klasifikasi vegetasi
alami/asli dengan kedalaman skala informasi
Penentuan daya dukung dan daya tampung 1:250.000, didominasi jenis Vegetasi hutan
lingkungan hidup indikatif Ekoregion Maluku pamah (non dipterokarpa) sebesar 25,27%
sebagai pemutakhiran dokumen sebelumnya, dari total luas Kepulauan Maluku.
secara operasional dilakukan dengan
menggunakan pendekatan keruangan Kepulauan Maluku memiliki penutupan lahan
yaitu menyusun peta daya dukung daya berhutan seluas 49,27% diantaranya Hutan
tampung dengan kinerja 3 (tiga) layanan Lahan Kering Primer sebesar 21,01%, Hutan
jasa lingkungan yang terdiri dari 14 (empat Lahan Kering Sekunder Sebesar 27,20%,
belas) fungsi-fungsi ekosistem yaitu jasa Hutan Mangrove Sekunder sebesar 0,69%.
penyediaan (pangan, air, serat, bahan bakar Penutupan lahan tak berhutan sebesar
dan material lain), jasa pengaturan (iklim, 50,73% didominasi oleh jenis Pertanian lahan
pemeliharaan kualitas udara, pencegahan kering campur sebesar 19,23% dan belukar
dan perlindungan terhadap bencana alam sebesar 10,40% dari luas total Kepulauan
banjir, longsor dan kebakaran, pengaturan Maluku.
air, pemurnian air, penyerbukan alami dan
pengendalian hama), jasa pendukung Kapasitas daya dukung daya tampung
(habitat dan keanekaragaman hayati serta lingkungan hidup terhadap jasa lingkungan
pembentukan dan regenerasi tanah). Hirarki tertentu direpresentasikan dalam bentuk
skala kedalaman analisis informasi dalam indeks. Indeks jasa lingkungan dihitung
kajian ini menggunakan skala informasi dengan melibatkan nilai bobot jasa
1:250.000 untuk bentanglahan, tipe vegetasi, lingkungan terhadap bentuk lahan, tipe
dan penutupan lahan. vegetasi dan penutupan/penggunaan
lahan. Hasil perhitungan indeks jasa
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri lingkungan akan memiliki rentang nilai 1
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor (satu) sampai 5 (lima) yang digunakan
SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/2018 untuk setiap kinerja jasa lingkungan yang
Tentang Penetapan Wilayah Ekoregion merepresentasikan kemampuan suatu jenis
Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki 23 lahan atau ekoregion dalam menyediakan
(dua puluh tiga) jenis ekoregion. Ekoregion beragam jasa lingkungan untuk mendukung
Kompleks Pegunungan Struktural Maluku perikehidupan makhluk hidup dari sisi
Utara memiliki luas paling dominan sebesar penyediaan, pengaturan maupun pendukung.
21,95% dari total luas Kepulauan Maluku. Ketiga komponen ini saling berpengaruh dan
akan menggambarkan kondisi suatu wilayah
Berdasarkan data Direktorat Pencegahan secara menyeluruh.
iv
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Indeks Kinerja Jasa Lingkungan atas 14 jenis jasa
lingkungan masuk dalam kategori sedang, yang berkisar antara 2,49 – 3,37 terdiri dari:
Penetapan status daya dukung daya tampung lingkungan hidup di Kepulauan Maluku
menggambarkan perbandingan antara ketersediaan yang disajikan dari pelayanan ekosistem
dan kebutuhan masyarakat terhadap indikator pangan dan air.
Berdasarkan hasil perhitungan status daya dukung daya tampung pangan Kepulauan Maluku,
persentase luas wilayah yang belum melampaui sebesar 79,26% dari luas Kepulauan Maluku.
Dengan ketersediaan bahan pangan secara alamiah sebesar 4.822.605.557.595,65 Kkal, jumlah
populasi penduduk maksimal yang dapat didukung ketersediaan pangannya secara alamiah
oleh Kepulauan Maluku adalah 6.149.442 jiwa. Dengan jumlah penduduk eksisting tahun 2017
sebesar 2.954.375 jiwa, maka daya dukung daya tampung pangan Kepulauan Maluku BELUM
TERLAMPAUI.
Berdasarkan hasil perhitungan status daya dukung daya tampung air Kepulauan Maluku,
persentase luas wilayah yang belum melampaui sebesar 96.62 % dari luas Kepulauan Maluku.
Dengan ketersediaan air secara alamiah sebesar 50.005.483.413,00 m3/tahun, jumlah
populasi penduduk maksimal yang dapat didukung ketersediaan airnya secara alamiah di
Kepulauan Maluku adalah 486.188.016 jiwa. Dengan jumlah penduduk eksisting tahun 2017
sebesar 2.954.375 jiwa, maka daya dukung daya tampung air di Kepulauan Maluku BELUM
TERLAMPAUI.
v
TIM PENYUSUN -HAL. i
KATA SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN -HAL. ii
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION
SULAWESI DAN MALUKU -HAL. iii
EXECUTIVE SUMMARY -HAL. iv
DAFTAR ISI -HAL. vi
DAFTAR GAMBAR -HAL. v
DAFTAR TABEL -HAL. vi
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Hal. 3
LATAR UMUM WILAYAH Hal. 4
Daftar Isi
DASAR PELAKSANAAN Hal. 6
TUJUAN DAN MANFAAT Hal. 7 Table Of Contents
KELUARAN YANG DIHASILKAN Hal. 7
BAB II METODE
2.1 TAHAPAN -Hal. 9
2.2 BAHAN DAN INSTRUMEN -Hal. 9
2.3 PENDEKATAN JASA LINGKUNGAN -Hal. 10
2.4 BATASAN OPERASIONAL -Hal. 13
2.5 SKOR DAN BOBOT -Hal. 14
2.6 PERHITUNGAN KINERJA JASA LINGKUNGAN -Hal. 14
2.7 PERHITUNGAN STATUS D3TLH -Hal. 15
2.8 PENYUSUNAN PETA KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN DAN AIR -Hal. 15
2.9 PENYUSUNAN PETA KEBUTUHAN PANGAN DAN AIR -Hal. 17
2.10 PENENTUAN STATUS D3TLH JASA PENYEDIAAN PANGAN DAN AIR -Hal. 19
BAB III KARAKTERISTIK EKOREGION DAN PENUTUPAN LAHAN
3.1 KARAKTERISITK EKOREGION -Hal. 21
3.1.1 BENTANG LAHAN KEPULAUAN MALUKU -Hal. 24
3.1.2 TIPE VEGETASI KEPULAUAN MALUKU -Hal. 27
3.2 PENUTUPAN LAHAN KEPULAUAN MALUKU -Hal. 29
BAB IV KINERJA JASA LINGKUNGAN
4.1 INDEKS JASA LINGKUNGAN -Hal. 33
4.2 KINERJA JASA LINGKUNGAN -Hal. 34
4.2.1 JASA LINGKUNGAN PENYEDIAAN -Hal. 35
A. PENYEDIAAN PANGAN -Hal. 35
B. PENYEDIAAN AIR -Hal. 41
C. PENYEDIAAN SERAT -Hal. 47
4.2.2 JASA LINGKUNGAN PENGATURAN -Hal. 53
A. KUALITAS UDARA -Hal. 53
B. IKLIM -Hal. 59
C. PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN DARI BENCANA LONGSOR -Hal. 65
D. PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN DARI BENCANA BANJIR -Hal. 71
E. PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN DARI BENCANA KEBAKARAN -Hal. 77
F. PENGATURAN AIR -Hal. 83
G. PEMURNIAN AIR -Hal. 89
H. PENYERBUKAN ALAMI -Hal. 95
I. PENGENDALIAN HAMA -Hal. 101
4.2.3 JASA LINGKUNGAN PENDUKUNG -Hal. 107
A. HABITAT DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) -Hal. 107
B. PEMBENTUKAN DAN REGENERASI TANAH -Hal. 113
BAB V STATUS D3TLH INDIKATIF
5.1 STATUS D3TLH PENYEDIAAN PANGAN -Hal. 122
5.1.1 KETERSEDIAAN PANGAN -Hal. 122
5.1.2 KEBUTUHAN PANGAN -Hal. 123
5.1.3 STATUS D3TLH PENYEDIAAN PANGAN -Hal. 123
5.2 STATUS D3TLH PENYEDIAAN AIR -Hal. 125
5.2.1 KETERSEDIAAN AIR -Hal. 125
5.2.2 KEBUTUHAN AIR -Hal. 127
5.2.3 STATUS D3TLH PENYEDIAAN AIR
5.3 D3TLH BERBASIS JASA LINGKUNGAN MENDUKUNG SEKTOR -Hal. 129
5.3.1 SEKTOR KEHUTANAN -Hal. 130
5.3.2 SEKTOR PERTANIAN -Hal. 131
5.3.3 SEKTOR INDUSTRI -Hal. 132
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN -Hal. 134
6.2 REKOMENDASI -Hal. 135
DAFTAR PUSTAKA
vi
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Kedudukan Daya Dukung Daya Tampung Lingkunga Hidup .............................................................................. 04
Gambar 1.2 Peta Administrasi Ekoregion Kepulauan Maluku ................................................................................................ 05
Gambar 2.1 Peta Ekoregion Kepulauan Maluku ..................................................................................................................... 10
Gambar 2.2 Diagram Alur Penyusunan Status Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup ......................................... 15
Gambar 3.1 Peta Ekoregion Kepulauan Maluku ..................................................................................................................... 23
Gambar 3.2 Peta BentangLahan Kepulauan Maluku ............................................................................................................. 25
Gambar 3.3 Peta Vegetasi Alami/Asli Kepulauan Maluku ....................................................................................................... 27
Gambar 3.4 Peta Penutupan Lahan Kepualauan Maluku ...................................................................................................... 30
Gambar 4.1 Peta Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Pangan Ekoregion Kepulauan Maluku ...... 35
Gambar 4.2 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem
Penyediaan Pangan Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ................................................................... 39
Gambar 4.3 Peta Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Air Ekoregion Kepulauan Maluku .............. 41
Gambar 4.4 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem
Penyediaan Air Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ........................................................................... 45
Gambar 4.5 Peta Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Serat Ekoregion Kepulauan Maluku ......... 47
Gambar 4.6 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem
Penyediaan Serat Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ...................................................................... 51
Gambar 4.7 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Ekoregion
Kepulauan Maluku .............................................................................................................................................. 53
Gambar 4.8 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pengaturan Kualitas Udara Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ........................................................ 57
Gambar 4.9 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Iklim Ekoregion Kepulauan Maluku ........... 59
Gambar 4.10 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Iklim
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku .................................................................................................... 63
Gambar 4.11 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Longsor Ekoregion Kepulauan Maluku ........................................................................................ 65
Gambar 4.12 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Longsor Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ............ 69
Gambar 4.13 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Banjir Ekoregion Kepulauan Maluku ............................................................................................ 71
Gambar 4.14 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Banjir Berdasarkan Administrasi Pulau Kepulauan Maluku........ 75
Gambar 4.15 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Kebakaran Ekoregion Kepulauan Maluku .................................................................................... 77
Gambar 4.16 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Kebakaran Berdasarkan Administrasi Pulau
Kepulauan Maluku ............................................................................................................................................. 81
Gambar 4.17 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Air Ekoregion Kepulauan Maluku .............. 83
Gambar 4.18 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pengaturan Air Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku .......................................................................... 87
Gambar 4.19 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air Ekoregion
Kepulauan Maluku ............................................................................................................................................. 89
Gambar 4.20 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ....................................................... 93
Gambar 4.21 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami Ekoregion
Kepulauan Maluku ............................................................................................................................................. 95
Gambar 4.22 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pengaturan Penyerbukan Alami Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ............................................... 99
Gambar 4.23 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama Ekoregion
Kepulauan Maluku ............................................................................................................................................. 101
Gambar 4.24 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem
Pengaturan Pengendalian Hama Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku............................................... 105
Gambar 4.25 Peta Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung Habitat dan
Keanekaragaman Hayati Ekoregion Kepulauan Maluku ................................................................................... 107
Gambar 4.26 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem
Pendukung Habitat dan Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ................... 111
Gambar 4.27 Peta Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung Pembentukan dan
Regenerasi Tanah Ekoregion Kepulauan Maluku ............................................................................................. 113
Gambar 4.28 Diagram Presentase Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem
Pendukung Pembentukan dan Regenerasi Tanah Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku ................... 117
Gambar 5.1 Peta Populasi Penduduk Ekoregion Kepulauan Maluku ................................................................................... 121
Gambar 5.2 Peta Ketersediaan Pangan Ekoregion Kepulauan Maluku ................................................................................ 122
Gambar 5.3 Peta Kebutuhan Pangan Ekoregion Kepulauan Maluku ................................................................................... 123
Gambar 5.4 Peta Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Pangan Ekoregion Kepulauan Maluku ....................... 124
Gambar 5.5 Peta Ketersediaan Air Ekoregion Kepulauan Maluku ....................................................................................... 126
Gambar 5.6 Peta Kebutuhan Air Ekoregion Kepulauan Maluku ............................................................................................ 127
Gambar 5.7 Peta Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Air Ekoregion Kepulauan Maluku ............................... 128
Gambar 5.8 Skema Pendekatan Serta Kerangka Analisis Studi Rencana Kawasan Hutan ................................................. 130
Gambar 5.9 Jasa-jasa Lingkungan Kawasan Hutan ............................................................................................................. 131
vii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Jasa Lingkungan: Fungsi, Indikator Keadaan dan Indikator Kinerja 11
Tabel 3.1 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Ekoregion Kepulauan Maluku 23
Tabel 3.2 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Ekoregion Per Provinsi Kepulauan Maluku 24
Tabel 3.3 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Bentanglahan Kepulauan Maluku 26
Tabel 3.4 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Bentanglahan Per-Provinsi di Kepulauan Maluku 26
Tabel 3.5 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Tipe Vegetasi Kepulauan Maluku 28
Tabel 3.6 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Tipe Vegetasi Per-Provinsi di Kepulauan Maluku 28
Tabel 3.7 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 29
Tabel 3.8 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Penutupan Lahan Per-Provinsi di Pulau Kepulauan Maluku 30
Tabel 4.1 Indeks Jasa Lingkungan Kepulauan Maluku 33
Tabel 4.2 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Pangan
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 36
Tabel 4.3 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan
Pangan Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 37
Tabel 4.4 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Pangan
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 38
Tabel 4.5 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan
Pangan Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 39
Tabel 4.6 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Air
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 42
Tabel 4.7 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Air
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 43
Tabel 4.8 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Air
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 44
Tabel 4.9 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Air
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 45
Tabel 4.10 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Serat
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 48
Tabel 4.11 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Serat
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 49
Tabel 4.12 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Serat
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 50
Tabel 4.13 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Fungsi Ekosistem Penyediaan Serat
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 51
Tabel 4.14 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 54
Tabel 4.15 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 55
Tabel 4.16 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 56
Tabel 4.17 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 57
Tabel 4.18 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Iklim
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 60
Tabel 4.19 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Iklim
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 61
Tabel 4.20 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Iklim
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 62
Tabel 4.21 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Iklim
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 63
Tabel 4.22 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Longsor Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 66
Tabel 4.23 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Longsor Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 67
Tabel 4.24 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Longsor Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 68
Tabel 4.25 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Longsor Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 69
Tabel 4.26 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Banjir Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 72
Tabel 4.27 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Banjir Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 73
Tabel 4.28 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Banjir Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 74
Tabel 4.29 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Banjir Berdasarkan Administrasi Pulau Kepulauan Maluku 75
Tabel 4.30 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Kebakaran Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 78
Tabel 4.31 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Kebakaran Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 79
Tabel 4.32 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Kebakaran Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 80
Tabel 4.33 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana Kebakaran Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 81
viii
Tabel 4.34 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Air
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 84
Tabel 4.35 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Air
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 85
Tabel 4.36 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Air
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 86
Tabel 4.37 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Air
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 87
Tabel 4.38 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pemurnian
Air Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 90
Tabel 4.39 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 91
Tabel 4.40 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 92
Tabel 4.41 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 93
Tabel 4.42 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 96
Tabel 4.43 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 97
Tabel 4.44 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan
Penyerbukan Alami Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 98
Tabel 4.45 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 99
Tabel 4.46 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 102
Tabel 4.47 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama
Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Kepulauan Maluku 103
Tabel 4.48 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama
Berdasarkan Penutupan Lahan Kepulauan Maluku 104
Tabel 4.49 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Fungsi Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 105
Tabel 4.50 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Habitat dan Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 108
Tabel 4.51 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan PendukungFungsi Ekosistem Pendukung
Habitat dan Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Pulau Kepulauan Maluku 109
Tabel 4.52 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Habitat dan Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Penutupan Lahan Pulau Kepulauan Maluku 110
Tabel 4.53 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Habitat dan Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 111
Tabel 4.54 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Pembentukan dan Regenerasi Tanah Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku 114
Tabel 4.55 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Pembentukan dan Regenerasi Tanah Berdasarkan Tipe Vegetasi Alami Pulau Kepulauan Maluku 115
Tabel 4.56 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Pembentukan dan Regenerasi Tanah Berdasarkan Penutupan Lahan Pulau Kepulauan Maluku 116
Tabel 4.57 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Fungsi Ekosistem Pendukung
Pembentukan dan Regenerasi Tanah Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku 117
Tabel 5.1 Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Pangan Ekoregion Kepulauan Maluku 124
Tabel 5.2 Data Debit Air berdasarkan Wilayah Sungai di Kepulauan Maluku 125
Tabel 5.3 Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Air Ekoregio Kepulauan Maluku 127
ix
Pulau Buru
Foto : Nathan (BPKH Wil IX Ambon)
BAB I PENDAHULUAN
Peanmpilan Tari Cakalele di Ambon
Foto : Nathan (BPKH Wil. IX Ambon)
I
ndonesia dianugerahi sumberdaya alam yang Salah satu tugas pokok dan fungsi berdasarkan
melimpah sebagai modal dasar pembangunan NSPK Pusat Pengendalian Pembangunan
nasional. Kekayaan sumberdaya alam tersebut Ekoregion sesuai Peraturan Menteri Lingkungan
harus dapat dikelola dan dimanfaatkan secara Hidup dan Kehutanan Nomor P.52 Tahun 2016,
lestari bagi kemakmuran dan kesejahteraan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion
rakyat. Sebagai implementasi Nawacita Kabinet Kepulauan Maluku dan Maluku (P3E SuMa),
Kerja 2014-2019, Pemerintah mendorong melakukan kegiatan Penyusunan Indikatif Status
pengembangan produksi pangan nasional dan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
pengembangan infrastruktur sebagai konektivitas Hidup Kepulauan Maluku.
utama antar wilayah. Hal ini akan memunculkan
pertumbuhan metropolitan baru dan pertumbuhan Pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan
jumlah penduduk dan pola konsumsi yang akan secara bijaksana, yaitu dengan memperhatikan
berdampak pada penyusutan tutupan lahan dan kemampuan daya dukung dan daya tampung
konversi kawasan lindung dan pertanian. lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya,
daya dukung dan daya tampung lingkungan
Sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup hidup penting untuk diketahui, dipahami dan
dan Kehutanan pada tahun 2015-2019 salah dijadikan dasar dalam perencanaan pemanfaatan
satunya adalah menjaga kualitas lingkungan hidup sumber daya alam, perencanaan pembangunan
untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, dan perencanaan pemanfaatan ruang di tingkat
ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
indikator kinerja utama pada kisaran 66,5-68,6.
Dalam rangka mendukung kinerja Kementerian Penentuan daya dukung dan daya tampung
LHK, P3E Sulawesi dan Maluku memiliki peran lingkungan hidup sebagai dasar pertimbangan
memastikan sasaran strategis itu tercapai. dalam pembangunan dan pengembangan suatu
wilayah telah diamanatkan alam dilaksanakan berdasarkan menengah (RPJP dan RPJM)
dalam Undang-undang Nomor daya dukung dan daya tampung serta kebijakan, rencana dan/
32 Tahun 2009. Amanat daya lingkungan hidup. Selain itu, atau program yang berpotensi
dukung dan daya tampung dalam Pasal 15, 16 dan 17 menimbulkan dampak dan/
lingkungan hidup tertuang dijelaskan bahwa daya dukung atau risiko lingkungan hidup,
dalam sejumlah pasal, dan daya tampung lingkungan melalui Kajian Lingkungan Hidup
diantaranya Pasal 12 yang hidup merupakan salah satu Strategis (KLHS). Kedudukan
menyebutkan bahwa apabila muatan kajian yang mendasari daya dukung dan daya tampung
Rencana Perlindungan dan penyusunan atau evaluasi lingkungan hidup dengan
Pengelolaan Lingkungan Hidup rencana tata ruang wilayah tahapan perencanaan lainnya
(RPPLH) belum disusun, maka (RTRW), rencana pembangunan dapat ditunjukkan pada Gambar
pemanfaatan sumber daya jangka panjang dan jangka 1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Kedudukan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Fakta tersebut di atas diperlukan dukungan sistem penyusunan daya dukung dan
menunjukkan bahwa, metodologi yang jelas dan daya tampung lingkungan hidup
kebutuhan penyusunan daya mampu mewadahi semua yang komprehensif sehingga
dukung dan daya tampung kepentingan pembangunan dan digunakan dalam inventarisasi
lingkungan hidup di suatu pelestarian lingkungan hidup. ini.
wilayah sangat mendesak Pendekatan jasa lingkungan
dan strategis. Oleh karena itu memberikan solusi bagi
Secara geografis ekoregion berbatasan dengan Samudera dan Propinsi Maluku Utara,
Kepulauan Maluku terletak Pasifik. Secara astronomis yang secara keseluruhan terdiri
di sebelah timur Kepulauan Kepulauan Maluku terletak dari 4 kota dan 17 kabupaten.
Sulawesi dan di sebelah barat pada 126°BT – 137°BT dan Ekoregion Kepulauan Maluku
Papua Kepulauan, pada bagian 3°LU – 9°LS, adapun secara tersusun atas ribuan pulau,
selatannya berhubungan administrasi ekoregion sehingga ekoregion ini sering
langsung dengan Laut Arafura, Kepulauan Maluku terdiri dari disebut sebagai Kepulauan
Timor Leste dan Australia, 2 (dua) wilayah administrasi Maluku.
sedangkan dibagian utara propinsi yakni Propinsi Maluku
Gambar 1.2 Peta administrasi Kepulauan Maluku
Kepulauan Maluku memiliki luas ini tidak terdapat di wilayah tersebut antara lain : Kuskus
sekitar 7.784.661,28 Ha, dengan Indonesia lainnya karena pulau polos (Phalanger orientalis),
pulau terbesar Pulau Halmahera ini memiliki hewan endemik Kuskus totol (Spilocuscus
dan Pulau Seram. Dalam bahasa terutama burung yang berbeda maculatus), Kakatua Tanimbar
Inggris sebutan Kepulauan dan cuma terdapat di Kepulauan (Cacatua goffiniana) di Provinsi
Maluku yaitu Moluccas. Secara Maluku. Pulau Maluku yang Maluku, sedangkan Provinsi
geografis, garis Wallacea terletak masuk kawasan Wallacea Maluku Utara pada Tahun
mulai dari Selat Makassar memiliki keanekaragaman 2015 yang telah dicanangkan
hingga Selat Lombok. Sama hayati yang mengagumkan. sebagai Suaka Paruh Bengkok
halnya dengan Alfred Wallacea, Keragaman ini dicirikan oleh pertama di Indonesia memiliki
Max Wilhelm Carl Weber (ahli tingkat endemisitas spesies keanekaragaman jenis burung
zoologi Jerman) menemukan yang begitu tinggi. Keunikan Kakatua antara lain Kakatua
perbedaan yang kontras di dan tingginya keanekaragaman putih (Cacatua alba), Nuri bayan
wilayah Indonesia yang berbeda. hayati di Maluku tersebar luas (Eclectus roratus), Kasturi Ternate
Weber menemukan bahwa fauna pada seluruh wilayah dengan (Lorius garrulus), Nuri kalung
yang ada di Pulau Sulawesi konsentrasi kelimpahan jenis ungu (Eos squamata). Selain
berbeda dengan fauna yang ada yang berbeda-beda pada tiap itu di Pulau Halmahera terdapat
di Kepulauan Maluku. pulaunya. Kepulauan Maluku Burung Bidadari (Semioptera
menyimpan kekayaan jenis flora wallacii) yang memesona dan
Keunikan Kepulauan Maluku dan fauna yang bervariasi. Satwa menarik bagi para pengunjung.
Tujuan
Tujuan penyusunan dokumen daya dukung daya tampung lingkungan hidup indikatif
Ekorgion Kepulauan Maluku berbasis jasa lingkungan ini adalah untuk memperoleh informasi:
1. Karakteristik ekoregion, bentang lahan, tipe vegetasi alami dan penutupan lahan di
Ekoregion Kepulauan Maluku;
2. Indeks jasa lingkungan penyediaan, pengaturan dan pendukung di
Ekoregion Maluku;
3. Distribusi luas kinerja jasa lingkungan menurut kelas indeks sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah dengan unit satuan ekoregion, bentang lahan,
tipe vegetasi alami, penutupan lahan dan administrasi;
4. Peta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3TLH) indikatif
Ekoregion Kepulauan Maluku berbasis jasa lingkungan.
Manfaat
BAB II METODE
2.1 Tahapan
T
ahapan dan pendekatan metode perhitungan dan penentuan
daya dukung daya tampung lingkungan hidup berbasis jasa lingkungan
terdiri dari 3 tahapan umum sebagai berikut;
a. Peta Ekoregion Kepulauan Maluku, sumber: Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/ 2018 Tentang Penetapan Wilayah
Ekoregion Indonesia.
b. Peta Bentanglahan Kepulauan Maluku skala informasi 1:250.000, sumber:
Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor,
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Tahun 2017.
c. Peta Tipe Vegetasi Asli/Alami Kepulauan Maluku skala informasi 1:250.000, sumber:
Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor,
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Tahun 2017.
d. Peta Penutupan Lahan Kepulauan Maluku skala informasi 1:250.000, sumber:
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Tahun 2017.
e. Peta Batas Administrasi Kepulauan Maluku skala Informasi 1:50.000, sumber:
Badan Informasi Geospasial (BIG) Tahun 2017.
f. Skoring di setiap jenis klasifikasi bentanglahan, tipe vegetasi dan penutupan lahan di setiap jasa
lingkungan, sumber Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2017
g. Bobot bentanglahan, tipe vegetasi dan penutupan lahan di setiap jasa lingkungan, sumber:
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Tahun 2017;
h. Data jaringan jalan, sumber: Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2015
i. Data jumlah penduduk Kepulauan Maluku per-provinsi, sumber: BPS tahun 2018.
j. Data Neraca Bahan Makanan (ketersediaan energi pangan), sumber:
Dinas Pertanian/Badan Ketahanan Pangan per-provinsi tahun 2015.
k. Data potensi air permukaan (debit andalan Q80) setiap wilayah Sungai di ekoregion Maluku,
sumber: Kementerian PUPR 2015
l. Perangkat PC/Komputer/Latpop dengan software Sistem Informasi Geospasial
dan Microsoft Excel.
m. Data-data sekunder sektoral lainnya, baik tabular maupun spasial yang memiliki relevansi dengan
jenis jasa ekosistem dan materi presentasi narasumber.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat
dalam perhitungan secara indikatif kinerja fungsi- dalam mewujudkan pengelolaan ekosistem secara
fungsi ekosistem untuk mengukur Daya Dukung dan berkelanjutan (Sriyanto, 2007).
Daya Tampung Lingkungan Hidup suatu wilayah.
Pendekatan Jasa Lingkungan adalah salah satu Fungsi layanan ekosistem antara satu dan lainnya
diantaranya. Jasa lingkungan didefenisikan sebagai memberikan manfaat kepada lingkungan untuk
jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem alam manusia dan keberlangsungan kehidupan yang
maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat diantaranya mencakup penyediaan sumber daya alam,
dirasakan secara langsung maupun tidak langsung pengaturan alam dan lingkungan hidup, pendukung
oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam proses alam, dan pelestarian nilai budaya.
rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan
Klasifikasi jasa lingkungan berdasarkan tipe manfaat kehidupan bagi manusia yaitu:
9 Pemurnian air dan Peran biota dan abiotik Kapasitas flushing Kemampuan limbah
pengolahan limbah dalam proses (penggelontoran), yang dapat di flushing
pembersihan atau debit, topografi, dan (gelontor) secara alami
penguraian materi meretansi beban , m3/detik, lama waktu
organik, senyawa dan limbah dilihat dengan pengendapan
nutrisi steril di sungai, vegetasi
danau, dan wil pesisir.
10 Pengaturan Ketergantungan tanaman Keanekaragaman Jumlah dan dampak
penyerbukan alami budidaya pada penyerbuk dan kelimpahan dari spesies penyerbuk
alami spesies penyerbuk
11 Pengendalian Hama Kontrol populasi hama Jumlah dan dampak Pengurangan penyakit
melalui hubungan trofik dari speises manusia, hama
pengontrol hama penyakit hewan
16 Pembentukan dan Peran proses alami Penutupan akar Jumlah pucuk tanah
regenerasi tanah dalam pembentukan dan tanaman contohnya yang dihasilkan per
regenerasi tanah bioturbasi ha/tahun
17 Produksi primer Kemampuan lingkungan Biomassa tumbuhan Jumlah biomassa
dalam mengkonversi (m3/hektar) (m3/hektar)
energi dari matahari
menjadi bentuk organik
melalui proses
fotosintesis
18 Siklus hara Kemampuan ekosistem Kesuburan tanah, Laju dekomposisi
untuk mendukung proses tingkat produksi bahan organik (satuan
pelapukan bahan organik pertanian berat/satuan waktu)
2.4 Batasan Operasional
Secara operasional, penghitungan zat, energi, dan/atau komponen di atas, secara operasional
dan penentuan daya dukung lain yang masuk atau dimasukkan dilakukan dengan menggunakan
daya tampung lingkungan ke dalamnya. pendekatan keruangan yaitu
hidup ekoregion Kepulauan Keterbatasan ketersediaan menyusun peta daya dukung daya
Maluku dilakukan dengan data serta batasan operasional tampung dengan kinerja tiga (3)
pendekatan konsep jasa perhitungan menggunakan tiga layanan jasa lingkungan yeng
lingkungan berdasarkan fungsi- (3) bahan input utama yaitu terdiri dari empat belas (14) fungsi-
fungsi ekosistem, dengan bentanglahan, vegetasi alami fungsi ekosistem yaitu; untuk Jasa
asumsi dasar bahwa semakin dan penutupan lahan menjadi Lingkungan Fungsi Penyediaan
tinggi fungsi layanan ekosistem latar belakang sehingga hanya terdiri dari fungsi Jasa Lingkungan
terhadap jasa lingkungan suatu empat belas (14) fungsi jasa Penyediaan pangan, air serta
wilayah, maka semakin tinggi ekosistem yang berada dalam tiga serat, bahan bakar dan material
kemampuan lingkungan hidup (3) layanan jasa lingkungan yang lain, untuk Jasa Lingkungan
untuk mendukung perikehidupan dapat di ukur kemampuan daya Pengaturan terdiri dari fungsi jasa
manusia, makhluk hidup lain, dan dukung dan daya tampungnya. ekosistem proses pengaturan
keseimbangan diantara keduanya Konsep daya dukung dan daya iklim, kualitas udara, pencegahan
serta semakin tinggi kemampuan tampung lingkungan hidup dan perlindungan terhadap
lingkungan hidup untuk menyerap berbasis jasa lingkungan tersebut bencana alam (banjir, longsor
Perkebunan Kelapa di Pulau Tanimbar Kab. Maluku Tenggara Barat Prov. Maluku
Foto : Mustari Tepu
dan kebakaran), pengaturan air, 1:250.000 untuk bentanglahan, tipe dan air. Perhitungan status
pemurnian air, penyerbukan alami vegetasi, dan penutupan lahan. daya dukung daya tampung
dan pengendalian hama, serta Penentuan status daya dukung lingkungan hidup Pulau Sulawesi
untuk Jasa Lingkungan Pendukung daya tampung lingkungan hidup dengan pendekatan sistem grid
terdiri dari fungsi jasa ekosistem di Pulau Sulawesi dilaksanakan yang telah dikembangkan oleh
habitat dan keanekaragaman dengan pendekatan perhitungan Kementerian Lingkungan Hidup
hayati serta pembentukan dan kebutuhan dasar perkapita dan Kehutanan dengan interval
regenerasi tanah. penduduk secara keseluruhan dan 30”x30” menggunakan informasi
Hirarki skala kedalaman analisis ketersediaan yang disajikan dari jalan dan penutupan lahan sebagai
informasi dalam kajian ini pelayanan ekosistem terhadap distributor spasial.
menggunakan skala informasi indikator penyediaan pangan
Kinerja Jasa Lingkungan Hidup saat ini = f {Bentang lahan, Vegetasi, Penutup Lahan}
= (wbl x sbl)+(wveg x sveg)+(wpl x spl)
Keterangan:
P
enyusunan peta Status Daya Dukung
Lingkungan Hidup dilakukan melalui
beberapa tahapan seperti yang dapat
dilihat pada gambar berikut.
a. Perhitungan IJL tiap grid berdasarkan bobot perbandingan luas dan tutupan lahan.
b. Perhitungan IJL tiap propinsi, yang merupakan penjumlahan nilai Indeks Jasa Lingkungan
Penyediaan Bahan Pangan (IJLPBP) dari semua grid dalam masing-masing propinsi
untuk penyediaan pangan, dan penjumlahan nilai Indeks Jasa Lingkungan Penyediaan
Air (IJLPA) dari semua grid dalam masing-masing propinsi untuk jasa penyediaan air.
c. Perhitungan energi bahan pangan dan potensi ketersediaan air tiap propinsi. Untuk energi
bahan pangan, digunakan data produksi bahan pangan tiap propinsi. Jenis bahan pangan yang
beragam dari tiap propinsi disamakan dengan mengonversikan data produksi yang memiliki
satuan berat (gram) menjadi satuan energi (kkal) untuk mendapatkan nilai energi
bahan pangan. Energi untuk tiap jenis bahan pangan lalu dijumlahkan berdasarkan propinsi untuk
mendapatkan nilai energi bahan pangan tiap propinsi. Sementara untuk jasa ekosistem air, nilai
yang digunakan langsung merupakan potensi ketersediaan air per ekoregion.
d. Pendistribusian ketersediaan energi bahan pangan dan potensi ketersediaan air dalam sistem
grid, dilakukan dengan terlebih dahulu membandingkan total energi bahan pangan maupun
potensi ketersediaan air propinsi, terhadap total IJL masing-masing ekosistem
(IJLPBP dan IJLPA) tiap propinsi yang sama untuk menghasilkan energi bahan pangan
1 IJLPBP dan potensi ketersediaan air 1 IJLPA. Nilai 1 IJL merepresentasikan ketersediaan
untuk satu IJL pada propinsi. Pada akhirnya, pendistribusian energi bahan pangan dan potensi ketersediaan air
dalam sistem grid dilakukan melalui perkalian IJLPBP masing-masing grid dengan 1IJLPBP pada propinsi yang
sama. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Barirottutaqiyah, 2015):
Pada akhirnya, pendistribusian energi bahan pangan dan potensi ketersediaan air dalam sistem grid dilakukan
melalui perkalian IJLPBP dan IJLPA masing-masing grid dengan 1IJLPBP dan IJLPA pada provinsi dan wilayah
sungai yang sama.
Situasi Talaga Paca, Kec. Tobelo Selatan, Kab. Halmahera Utara, Prov Maluku Utara
Foto : Tohirin
Penyusunan peta kebutuhan
2.9
bahan pangan dan air
(2)
dengan,
Penentuan status daya dukung daya tampung ini diturunkan dari pemahaman bahwa ambang batas
lingkungan hidup dilakukan melalui perhitungan D3TLH adalah ketika selisih bernilai nol, atau saat
ambang batas penduduk. Ambang batas penduduk ketersediaan sama dengan kebutuhan. Nilai ambang
diperoleh melalui pembagian ketersediaan dengan batas D3TLH suatu propinsi merupakan total dari nilai
kebutuhan energi bahan pangan per kapita per tahun. ambang batas semua grid masing-masing propinsi.
Ambang batas D3TLH dinyatakan dalam bentuk Persamaan untuk menentukan ambang batas D3TLH
jumlah penduduk dan ditentukan melalui pendekatan berdasarkan jasa lingkungan penyedia bahan pangan
perbandingan ketersediaan terhadap kebutuhan. Hal tiap grid adalah sebagai berikut (Norvyani, 2016):
(6)
dengan,
TPij : ambang batas D3TLH untuk jasa lingkungan penyedia bahan pangan di grid ke- i propinsi j
(kapita),
KHij : energi bahan pangan pada grid i propinsi j (kkal), dan
AKE : AKE per kapita (kkal)
Sementara itu, ambang batas D3TLH berdasarkan jasa lingkungan penyedia air tiap grid dihitung melalui
persamaan berikut (Norvyani, 2016):
(7)
dengan,
TAij : ambang batas D3TLH untuk jasa lingkungan penyedia bahan pangan di grid ke-i WAS j (kapita),
Wij : ketersediaan air pada grid i WAS j (m3/tahun),
Qij : jumlah penggunaan air untuk tutupan/guna lahan dalam setahun untuk grid ke-i WAS j (m3/tahun), dan
KHL : kebutuhan air untuk hidup layak (m3/kapita/tahun).
Status D3TLH untuk tiap propinsi adalah total dari nilai status D3TLH semua grid dari masing-masing propinsi.
Status D3TLH tiap grid per propinsi, ditentukan oleh selisih antara ambang batas jumlah penduduk dengan
jumlah penduduk pada grid propinsi yang sama saat ini. Persamaan untuk menentukan status D3TLH per grid
adalah sebagai berikut (Norvyani, 2016):
(8)
dengan,
Sij : nilai status ambang batas D3TLH grid ke-i propinsi j (kapita),
Tij : ambang batas D3TLH untuk jasa lingkungan di grid ke-i provinsi j (kapita),
Pij : jumlah penduduk grid ke-i di provinsi j (kapita).
Status D3TLH ditentukan berdasarkan nilai status ambang batas yang diperoleh dari persamaan 8 (delapan).
Status ambang batas yang bernilai negatif menunjukkan daya dukung lingkungan hidup di grid tersebut telah
melampaui ambang batasnya, dan status ambang batas yang bernilai positif menunjukkan grid tersebut masih
mendukung kebutuhan pangan ataupun air di wilayah grid tersebut. Untuk memperoleh status per ekoregion,
dilakukan agregasi grid-grid dari ekoregion yang bersangkutan.
Ekoregion merupakan kerangka kerja yang bersifat spasial yang dapat difungsikan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Holistik, menyatukan beragam karakteristik di bentang alam ke dalam satuan unit spasial dengan
kesamaan sifat dan potensinya.
b. Fleksibel, unit spasial yang serbaguna (multipurpose) untuk ragam aplikasi mulai dari inventarisasi,
perlindungan, monitoring dan pengelolaan.
c. Pembandingan, karena proses regionalisasi menggunakan beragam faktor maka ekoregion dapat
digunakan untuk membandingkan satu unit spasial dengan unit lainnya terkait dengan respon lingkungan,
kondisi sosial dan ekonomi.
d. Prediksi, dengan mengamati perilaku sistem yang berada dalam ekoregion maka dimungkinkan untuk
memprediksi suatu area tanpa ke lapangan.
e. Scalable, ekosistem sebagai sistem memiliki sifat skala. Artinya setiap pola dan distribusi dapat dilihat
(generalisasi) pada skala tertentu untuk dapat informasi yang dimaksud. Dengan demikian ekoregion
dapat digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena lingkungan.
f. Robust model, merupakan model yang dapat menggambarkan kompleksitas interaksi yang ada
dalam bentang alam. Berkaitan dengan penggunan region (wilayah) sebagai model, penting
untuk memahami hubungan antara ukuran (size), skala, dan beragam informasi spasial
pada skala yang berbeda. Ekoregion dapat menyediakan cara untuk mengintegrasikan beragam
pola rencana dan pengelolaan, baik proses sosial maupun fisikal antar skala (pendekatan skala ragam).
Pulau Ora
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.8/MENLHK/SETJEN/
PLA.3/1/2018 Tentang Penetapan Wilayah Ekoregion Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki dua puluh tiga (23)
jenis ekoregion. Ekoregion Ekoregion Kompleks Pegunungan Struktural Maluku Utara memiliki luas paling dominan
sebesar 21,95% dari total luas Kepulauan Maluku.
Informasi peta, jenis klasifikasi dan distribusi luas Ekoregion Kepulauan Maluku selengkapnya dapat dilihat di
gambar dan tabel berikut
Gambar 3.1 Peta Ekoregion Kepulauan Maluku
Sumber: Hasil Olahan
Tabel 3.1 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Ekoregion Kepulauan Maluku
LUAS
NO. EKOREGION
(Ha) %
1 Ekoregion Kompleks Dataran Fluvial Maluku Utara 113.941,20 1,46%
Ekoregion Kompleks Dataran Fluvial
2 Ekoregion Kompleks Dataran Fluvial P. Seram 143.889,41 1,85%
3 Ekoregion Kompleks Dataran Karst Ekoregion Kompleks Dataran Karst P. Babar - Lemola - Wetar 57.450,68 0,74%
4 Ekoregion Kompleks Dataran Struktural Ekoregion Kompleks Dataran Struktural Kep. Aru 95.201,38 1,22%
5 Ekoregion Kompleks Pegunungan Denudasional Maluku Utara 191.637,31 2,46%
Ekoregion Kompleks Pegunungan Denudasional
6 Ekoregion Kompleks Pegunungan Denudasional P. Seram 733.564,14 9,42%
7 Ekoregion Kompleks Pegunungan Struktural Maluku Utara 1.708.242,54 21,94%
8 Ekoregion Kompleks Pegunungan Struktural Ekoregion Kompleks Pegunungan Struktural P. Buru 674.525,80 8,66%
9 Ekoregion Kompleks Pegunungan Struktural P. Seram 840.381,40 10,80%
10 Ekoregion Kompleks Pegunungan Vulkanik Ekoregion Kompleks Pegunungan Vulkanik Maluku Utara 37.317,51 0,48%
11 Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst Kep. Aru 717.782,86 9,22%
12 Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst Kep. Kei 70.330,89 0,90%
13 Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst Maluku Utara 482.986,81 6,20%
Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst
14 Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst P. Buru 199.407,20 2,56%
15 Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst P. Seram 188.577,37 2,42%
16 Ekoregion Kompleks Perbukitan Karst P. Tanibar 229.625,75 2,95%
17 Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural Kep. Kei 55.363,65 0,71%
18 Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural Maluku Utara 616.652,28 7,92%
19 Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural P. Babar - Lemola - Wetar 12.038,94 0,15%
20 Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural P. Seram 14.731,71 0,19%
21 Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural P. Tanibar 210.259,86 2,70%
22 Ekoregion Kompleks Perbukitan Vulkanik Kep. Banda 4.561,28 0,06%
Ekoregion Kompleks Perbukitan Vulkanik
23 Ekoregion Kompleks Perbukitan Vulkanik P. Babar - Lemola - Wetar 386.191,32 4,96%
TOTAL 7.784.661,28 100,00%
Bentanglahan/Landscape
3.1.1
Kepulauan Maluku
Bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris), aktivitasnya, yang secara keseluruhan
atau landscap (Belanda) dan landschaft (Jerman), membentuk satu kesatuan
yang secara umum berarti pemandangan. Arti (Surastopo, 1982).
pemandangan mengandung 2 (dua) aspek, yaitu: c. Bentanglahan merupakan bentangan
(a) aspek visual dan (b) aspek estetika pada suatu permukaan bumi dengan seluruh
lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 / Widiyanto fenomenanya, yang mencakup:
dkk, 2006). Ada beberapa penulis yang memberikan bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-
pengertian mengenai bentanglahan, antara lain: atribut lain, yang dipengaruhi oleh aktivitas
manusia (Vink, 1983).
a. Bentanglahan merupakan gabungan dari d. Bentanglahan adalah bentangan permukaan
bentuklahan (landform). Bentuklahan bumi yang di dalamnya terjadi hubungan
merupakan kenampakan tunggal, seperti saling terkait (interrelationship) dan
sebuah bukit atau lembah sungai. saling kebergantungan (interdependency)
Kombinasi dari kenampakan tersebut antar berbagai komponen lingkungan,
membentuk suatu bentanglahan, seperti: udara, air, batuan,
seperti daerah perbukitan yang baik bentuk tanah, dan florafauna, yang
maupun ukurannya bervariasi / berbeda-beda, mempengaruhi keberlangsungan kehidupan
dengan aliran air sungai di sela-selanya manusia yang tinggal di dalamnya
(Tuttle, 1975). (Verstappen, 1983)
b. Bentanglahan ialah sebagian ruang
permukaan bumi yang terdiri atas sistem- Berdasarkan pengertian bentanglahan tersebut, maka
sistem, yang dibentuk oleh interaksi dan dapat diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) unsur
interpen-densi antara bentuklahan, penyusun bentanglahan, yaitu: udara, batuan, tanah,
batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, air, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia, dengan
udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi segala aktivitasnya. Kedelapan unsur bentanglahan
pantai, energi dan manusia dengan segala tersebut merupakan faktor-faktor penentu terbentuknya
bentanglahan, yang terdiri atas: faktor geomorfik (G), klasifikasi bentanglahan dengan kedalaman skala
litologik (L), edafik (E), klimatik (K), hidrologik (H), informasi 1:250.000, di dominasi oleh jenis Perbukitan
oseanik (O), biotik (B), dan faktor antropogenik (A). struktural lipatan bermaterial batuan sedimen
non karbonat sebesar 13,97% dan Pegunungan
Berdasarkan data Direktorat Pencegahan Dampak struktural patahan bermaterial batuan metamorfik
Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor, Direktorat sebesar 13,46% dari total luas wilayah Kepulauan
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Maluku. Peta, Jenis dan distribusi luas bentanglahan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017, Kepulauan Maluku selengkapnya dapat dilihat di peta
Kepulauan Maluku memiliki 36 (tiga puluh enam) jenis dan tabel berikut;
Jembatan Usdek, merupakan jembatan penghubung antara KotaTual dan Kab. Maluku Tenggara,
Prov. Maluku
Foto : Mustari Tepu
Tabel 3.4 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Bentanglahan Per-Provinsi di Kepulauan Maluku
Gambar 3.3 Peta Tipe Vegetasi Asli/Alami Kepulauan Maluku Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
27 Ekoregion Maluku 2018
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 28
Tabel 3.5 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Tipe Vegetasi Asli/Alami Kepulauan Maluku
TOTAL
NO. TIPE VEGETASI
(Ha) %
1 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah 18.468,19 0,24%
2 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah monsun 234.023,52 3,01%
3 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan bawah monsun 4.418,95 0,06%
4 Vegetasi hutan batugamping monsun pamah merangas pada bentang alam karst 377.794,73 4,85%
5 Vegetasi hutan batugamping monsun pamah pada bentang alam karst 262.156,01 3,37%
6 Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan atas pada bentang alam karst 4.365,86 0,06%
7 Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan bawah pada bentang alam karst 25.755,15 0,33%
8 Vegetasi hutan batugamping pamah 830.594,42 10,67%
9 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun 794,80 0,01%
10 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun malar hijau 80.823,66 1,04%
11 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun merangas 118.574,86 1,52%
12 Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang alam karst 784.034,54 10,07%
13 Vegetasi hutan batugamping pegunungan atas pada bentang alam karst 7.270,42 0,09%
14 Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah 6.083,26 0,08%
15 Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah pada bentang alam karst 53.116,20 0,68%
16 Vegetasi hutan kerangas pamah 100.653,61 1,29%
17 Vegetasi hutan kerangas pamah monsun 96.388,98 1,24%
18 Vegetasi hutan monsun tepian sungai malar hijau 83.410,50 1,07%
19 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) 1.966.899,69 25,27%
20 Vegetasi hutan pamah monsun malar hijau 878.234,99 11,28%
21 Vegetasi hutan pamah monsun merangas 606.207,63 7,79%
22 Vegetasi hutan pantai 101.082,15 1,30%
23 Vegetasi hutan pegunungan atas 145,51 0,00%
24 Vegetasi hutan pegunungan atas monsun 2.296,16 0,03%
25 Vegetasi hutan pegunungan bawah 38.524,36 0,49%
26 Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun (monsoon lower mountain forest) 133.715,19 1,72%
27 Vegetasi hutan rawa air payau monsun pada bentang alam karst 3.526,44 0,05%
28 Vegetasi hutan rawa air payau pada bentang alam karst 2.284,81 0,03%
29 Vegetasi hutan rawa air tawar monsun 3.800,67 0,05%
30 Vegetasi hutan tepian sungai payau 82.322,40 1,06%
31 Vegetasi litoral 36.207,46 0,47%
32 Vegetasi mangrove 355.411,28 4,57%
33 Vegetasi mangrove monsun 17.238,17 0,22%
34 Vegetasi padang rumput lahan kering pamah 4.461,08 0,06%
35 Vegetasi padang rumput monsun pamah 2.405,45 0,03%
36 Vegetasi sagu 34.469,32 0,44%
37 Vegetasi sagu monsun 81.165,01 1,04%
38 Vegetasi savana monsun pamah 284.903,50 3,66%
Sumber : Hasil Olahan
Tabel 3.6 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Tipe Vegetasi Per-Provinsi di
Kepulauam Maluku
MALUKU MALUKU UTARA TOTAL
NO. TIPE VEGETASI
(Ha) % (Ha) % (Ha) %
1 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah 8.201,87 0,11% 10.266,32 0,13% 18.468,19 0,24%
2 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah monsun 833,40 0,01% 233.190,12 3,00% 234.023,52 3,01%
3 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan bawah monsun 0,00% 4.418,95 0,06% 4.418,95 0,06%
4 Vegetasi hutan batugamping monsun pamah merangas pada bentang alam karst 88.887,31 1,14% 288.907,42 3,71% 377.794,73 4,85%
5 Vegetasi hutan batugamping monsun pamah pada bentang alam karst 79.049,57 1,02% 183.106,43 2,35% 262.156,01 3,37%
6 Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan atas pada bentang alam karst 4.365,86 0,06% 0,00% 4.365,86 0,06%
7 Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan bawah pada bentang alam karst 23.759,83 0,31% 1.995,32 0,03% 25.755,15 0,33%
8 Vegetasi hutan batugamping pamah 795.916,03 10,22% 34.678,38 0,45% 830.594,42 10,67%
9 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun 527,83 0,01% 266,97 0,00% 794,80 0,01%
10 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun malar hijau 76.750,44 0,99% 4.073,21 0,05% 80.823,66 1,04%
11 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun merangas 118.574,86 1,52% 0,00% 118.574,86 1,52%
12 Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang alam karst 720.074,47 9,25% 63.960,07 0,82% 784.034,54 10,07%
13 Vegetasi hutan batugamping pegunungan atas pada bentang alam karst 7.270,42 0,09% 0,00% 7.270,42 0,09%
14 Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah 6.083,26 0,08% 0,00% 6.083,26 0,08%
15 Vegetasi hutan batugamping pegunungan bawah pada bentang alam karst 53.116,20 0,68% 0,00% 53.116,20 0,68%
16 Vegetasi hutan kerangas pamah 81.415,32 1,05% 19.238,28 0,25% 100.653,61 1,29%
17 Vegetasi hutan kerangas pamah monsun 0,00% 96.388,98 1,24% 96.388,98 1,24%
18 Vegetasi hutan monsun tepian sungai malar hijau 36.131,11 0,46% 47.279,39 0,61% 83.410,50 1,07%
19 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) 1.060.119,05 13,62% 906.780,64 11,65% 1.966.899,69 25,27%
20 Vegetasi hutan pamah monsun malar hijau 500.836,50 6,43% 377.398,49 4,85% 878.234,99 11,28%
21 Vegetasi hutan pamah monsun merangas 41.154,32 0,53% 565.053,31 7,26% 606.207,63 7,79%
22 Vegetasi hutan pantai 38.831,50 0,50% 62.250,65 0,80% 101.082,15 1,30%
23 Vegetasi hutan pegunungan atas 145,51 0,00% 0,00% 145,51 0,00%
24 Vegetasi hutan pegunungan atas monsun 2.228,26 0,03% 67,90 0,00% 2.296,16 0,03%
25 Vegetasi hutan pegunungan bawah 18.814,77 0,24% 19.709,59 0,25% 38.524,36 0,49%
26 Vegetasi hutan pegunungan bawah monsun (monsoon lower mountain forest) 121.008,45 1,55% 12.706,73 0,16% 133.715,19 1,72%
27 Vegetasi hutan rawa air payau monsun pada bentang alam karst 3.526,44 0,05% 0,00% 3.526,44 0,05%
28 Vegetasi hutan rawa air payau pada bentang alam karst 1.049,11 0,01% 1.235,70 0,02% 2.284,81 0,03%
29 Vegetasi hutan rawa air tawar monsun 201,79 0,00% 3.598,88 0,05% 3.800,67 0,05%
30 Vegetasi hutan tepian sungai payau 11.731,13 0,15% 70.591,26 0,91% 82.322,40 1,06%
31 Vegetasi litoral 7.528,59 0,10% 28.678,86 0,37% 36.207,46 0,47%
32 Vegetasi mangrove 341.172,67 4,38% 14.238,62 0,18% 355.411,28 4,57%
33 Vegetasi mangrove monsun 10.423,51 0,13% 6.814,66 0,09% 17.238,17 0,22%
34 Vegetasi padang rumput lahan kering pamah 0,00% 4.461,08 0,06% 4.461,08 0,06%
35 Vegetasi padang rumput monsun pamah 2.405,45 0,03% 0,00% 2.405,45 0,03%
36 Vegetasi sagu 30.536,69 0,39% 3.932,63 0,05% 34.469,32 0,44%
37 Vegetasi sagu monsun 34.627,17 0,44% 46.537,84 0,60% 81.165,01 1,04%
38 Vegetasi savana monsun pamah 275.552,74 3,54% 9.350,76 0,12% 284.903,50 3,66%
39 Vegetasi savanna lahan kering pamah 2.910,69 0,04% 0,00% 2.910,69 0,04%
40 Vegetasi terna rawa air payau monsun pada bentang alam karst 1.663,73 0,02% 15.026,67 0,19% 16.690,41 0,21%
41 Vegetasi terna rawa air payau pada bentang alam karst 12.278,53 0,16% 0,00% 12.278,53 0,16%
42 Vegetasi terna rawa air tawar monsun 15.264,37 0,20% 6.835,25 0,09% 22.099,62 0,28%
43 Vegetasi terna tepian sungai payau 35,36 0,00% 6.617,76 0,09% 6.653,12 0,09%
TOTAL 4.635.004,14 59,54% 3.149.657,15 40,46% 7.784.661,28 100,00%
Penutupan Lahan
3.2
Kepulauan Maluku
Penutupan Lahan adalah berhutan dan areal tak berhutan. Sekunder sebesar 0,69%.
kondisi permukaan bumi yang Penutupan lahan tak berhutan
menggambarkan kenampakan Berdasarkan data Direktorat sebesar 50,73% didominasi oleh
penutupan lahan dan vegetasi. Jenderal Planologi Kehutanan jenis Pertanian lahan kering
Keadaaan penutupan lahan/ dan Tata Lingkungan Kementerian campur sebesar 19,23% dan
vegetasi Indonesia diperoleh Lingkungan Hidup dan Kehutanan belukar sebesar 10,40% dari luas
dari hasil penafsiran citra satelit 2018, di Kepulauan Maluku total Kepulauan Maluku. Peta,
Landsat 8 OLI secara lengkap penutupan lahan berhutan seluas klasifikasi jenis dan distribusi luas
menggunakan data liputan tahun 49,27% diantaranya Hutan Lahan selengkapnya pada peta dan tabel
2016. Penafsiran untuk penutupan Kering Primer sebesar 21,01%, berikut;
lahan vegetasi dibagi kedalam Hutan Lahan Kering Sekunder
dua klasifikasi utama yaitu areal sebesar 27,20%, Hutan Mangrove
Tabel 3.7 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Penutupan Lahan Kepulauan Maluku
LUAS TOTAL
NO. PENUTUPAN LAHAN
(Ha) %
1 Badan Air 13.324,67 0,17%
2 Bandara/ Pelabuhan 875,46 0,01%
3 Belukar 910.676,97 11,70%
4 Belukar Rawa 24.318,46 0,31%
5 Hutan Lahan Kering Primer 767.166,67 9,85%
6 Hutan Lahan Kering Sekunder 3.931.718,66 50,51%
7 Hutan Mangrove Primer 110.686,86 1,42%
8 Hutan Mangrove Sekunder 163.159,59 2,10%
9 Hutan Rawa Primer 695,76 0,01%
10 Hutan Rawa Sekunder 21.399,34 0,27%
11 Hutan Tanaman 36.738,12 0,47%
12 Pemukiman 41.680,21 0,54%
13 Perkebunan 36.054,90 0,46%
14 Pertambangan 3.805,18 0,05%
15 Pertanian Lahan Kering 262.684,73 3,37%
16 Pertanian Lahan Kering Campur 1.180.786,20 15,17%
17 Rawa 322,69 0,00%
18 Savanna/ Padang rumput 204.619,30 2,63%
19 Sawah 26.175,37 0,34%
Penampakan Kota Ambon Prov. Maluku dengan
20 Tambak 803,86 0,01% latar Belakang Gunung Nona
21 Tanah Terbuka 28.428,74 0,37% Foto : Mustari Tepu
22 Transmigrasi 18.539,56 0,24%
Grand Total 7.784.661,28 100,00%
Sumber : Hasil Olahan
Tabel 3.8 Jenis Klasifikasi dan Distribusi Luas Penutupan Lahan Per-Provinsi di
Kepulauan Maluku
K
apasitas daya dukung lingkungan jenis jasa lingkungan per kelas tipe vegetasi dan
hidup terhadap jasa lingkungan tertentu penutupan/penggunaan lahan. Indeks jasa lingkungan
direpresentasikan dalam bentuk indeks. merepresentasikan kemampuan suatu jenis lahan
Indeks jasa lingkungan dihitung dengan atau ekoregion dalam menyediakan beragam jasa
melibatkan nilai bobot jasa lingkungan lingkungan untuk mendukung perikehidupan makhluk
terhadap bentuk lahan, tipe vegetasi dan penutupan/ hidup berdasarkan suatu rentang nilai. Nilai indeks
penggunaan lahan. Hasil perhitungan indeks jasa ini dapat menggambarkan seberapa besar tingkat
lingkungan akan memiliki rentang nilai 1 (satu) sampai kinerja masing-masing kelompok jasa lingkungan di
5 (lima) yang digunakan untuk setiap kinerja jasa suatu wilayah baik dari sisi penyediaan, pengaturan
lingkungan yaitu: maupun pendukung. Ketiga komponen ini saling
berpengaruh dan akan menggambarkan kondisi suatu
a. Sangat tinggi = 4,21 - 5,00 wilayah secara menyeluruh. Suatu wilayah dapat
b. Tinggi = 3,41 - 4,20 dikatakan memiliki kondisi lingkungan hidup yang
c. Sedang = 2,61 - 3,40 bagus, jika kemampuan wilayahnya dalam pengaturan
d. Rendah = 1,81 - 2,60 sangat tinggi. Begitupun suatu wilayah akan memiliki
e. Sangat rendah = 1,00 - 1,80 kemampuan penyediaan yang bagus jika kemampuan
pendukung wilayahnya juga tinggi.
Indeks jasa lingkungan merupakan nilai relatif yang Nilai indeks jasa lingkungan di Kepulauan Maluku
didapatkan dari nilai bobot jenis jasa lingkungan per untuk masing-masing kelompok jasa lingkungan
kelas bentuk lahan yang dikalikan dengan nilai bobot sebagaimana disajikan pada Tabel berikut.
SANGAT RENDAH
1,00 - 1,80
SANGAT TINGGI
4,21 - 5,00
RENDAH
1,81 - 2,60
TINGGI
3,41 - 4,20
SEDANG
2,60 - 3,40
Jasa LIngkungan didefinisikan Fungsi layanan ekosistem antara bahwa semakin tinggi hasil
sebagai jasa yang diberikan oleh satu dan lainnya memberikan indikatif fungsi ekosistem dalam
fungsi ekosistem alam maupun manfaat kepada lingkungan untuk memberikan layanan, maka akan
buatan yang nilai dan manfaatnya manusia dan keberlangsungan semakin tinggi pula ukuran daya
dapat dirasakan secara langsung kehidupan yang diantaranya dukung daya tampung wilayah
maupun tidak langsung oleh mencakup penyediaan sumber tersebut dan keberlangsungan
para pemangku kepentingan daya alam, pengaturan alam dan makhluk hidup didalamya.
(stakeholder) dalam rangka lingkungan hidup, pendukung
membantu memelihara dan/atau proses alam dan pelestarian nilai Penyajian data kinerja jasa
meningkatkan kualitas lingkungan budaya. lingkungan selanjutnya akan
dan kehidupan masyarakat dideskripsikan berdasarkan
dalam mewujudkan pengelolaan Fungsi ekosistem secara alami ekoregion, bentanglahan, tipe
ekosistem secara berkelanjutan bekerja dengan baik dan secara vegetasi alami, penutupan lahan
(Sriyanto, 2017). indikatif akan menghasilkan kinerja dan administrasi.
yang tinggi atau dengan aasumsi
A. Penyediaan Pangan
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan bahan diantaranya seperti beras, jagung, ketela,
pangan yaitu segala sesuatu yang gandum, sagu, segala macam buah, ikan, daging, telur
berasal dari sumber hayati (tanaman dan hewan) dan dan sebagainya. Penyediaan pangan
air (ikan), baik yang diolah maupun yang oleh ekosistem dapat berasal dari hasil pertanian dan
tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan perkebunan, hasil pangan peternakan,
atau minuman bagi konsumsi manusia. hasil laut dan termasuk pangan dari hutan.
Jenis-jenis pangan di Indonesia sangat bervariasi
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
B. Penyediaan Air
Ekosistem yang memberikan manfaat penyediaan air Indikator kesediaannya adalah jumlah air dalam m3/
yaitu ketersediaan air baik yang ha. Sedangkan indikator kinerjanya adalah jumlah air
berasal dari air permukaan maupun air tanah yang diambil secara terus menerus (m3/ha/tahun).
(termasuk kapasitas penyimpanannya), bahkan Dalam perhitungannya, jasa lingkungan penyediaan
air hujan yang dapat dipergunakan untuk kepentingan air dihitung menggunakan sumber atau stok air
domestik, pertanian, industri maupun permukaan.
jasa. Penyediaan jasa air sangat dipengaruhi oleh
kondisi curah hujan dan lapisan tanah atau Hasil perhitungan kinerja jasa ekosistem penyediaan
batuan yang dapat menyimpan air (akuifer) serta faktor air dan sebaran wilayah fungsi ekosistem di Kepulauan
yang dapat mempengaruhi sistem Maluku dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
penyimpanan air tanah seperti penutupan lahan.
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku
Utara
Dari peta dan tabel terlihat kategori tinggi (tinggi dan sangat Berdasarkan tipe vegetasi,
fungsi ekosistem Penyediaan tinggi) adalah 0,23% dari luas fungsi ekosistem penyediaan air
Air, Kepulauan Maluku dominan Kepulauan Maluku. di Kepulauan Maluku dengan
berada pada kategori rendah kategori tinggi (tinggi dan sangat
(orange) yaitu 49,93% dari Berdasarkan bentanglahan tinggi) dipengaruhi oleh jenis
7.784.661,28 Ha yang merupakan (landscape) fungsi ekosistem tipe Vegetasi Vegetasi hutan
total luas wilayah Kepulauan penyediaan air di Kepulauan monsun tepian sungai malar hijau
Maluku, atau 3.886.594,45 Maluku dengan kategori seluas 0,22% dan Vegetasi hutan
Ha, hingga sedang (kuning), berpotensi Rendah (Sangat batugamping pamah pada bentang
yaitu 42,97% dari total luas Rendah – Rendah) dipengaruhi alam karst dengan luas 0.04%
wilayah Kepulauan Maluku atau oleh jenis bentanglahan
3.345.137,94 Ha. Perbukitan struktural lipatan Berdasarkan penggunaan lahan,
bermaterial batuan sedimen fungsi ekosistem penyediaan air
Kinerja jasa lingkungan campuran karbonat dan non di Kepulauan Maluku dengan
penyediaan air di Kepulauan karbonat sebesar 7,26% dan kategori tinggi (tinggi dan sangat
Maluku yang berpotensi sebagai Perbukitan denudasional tinggi) dipengaruhi oleh jenis
penyedia air kategori tinggi dan bermaterial batuan sedimen Pertanian Lahan Kering Campur
sangat tinggi hanya sebesar 0,43% campuran karbonat dan non dengan luas 0,24%, dan badan
dari luas Kepulauan Maluku. karbonat sebesar 0,92%. Adapun air seluas 0,15% dari luas total
untuk fungsi ekosistem penyediaan wilayah Kepulauan Maluku.
Kinerja Jasa Lingkungan air kategori tinggi (tinggi dan
Penyediaan air di Provinsi Maluku sangat tinggi) dipengaruhi oleh
yang berpotensi sebagai penyedia jenis bentanglahan Lembah fluvial
air kategori tinggi dan sangat bermaterial alluvium dengan luas
tinggi adalah 0,19%, sementara 0,13% dan Dataran fluviomarin
di Provinsi Maluku Utara yang bermaterial alluvium seluas 0,05%
berpotensi sebagai penyedia air
C. Penyediaan Serat
Ekosistem memberikan mengalami pelapukan. Serat Indikator keadaan dan
manfaat penyediaan serat, alami dapat digolongkan ke kinerjanya adalah total
yaitu ketersediaan spesies dalam (1) serat tumbuhan / biomassa dalam kg/ha/tahun).
atau komponen abiotik dengan serat pangan, (2) serat kayu, Hasil perhitungan kinerja jasa
potensi penggunaan kayu, (3) serat hewan, dan (3) serat ekosistem penyediaan serat
bahan bakar, atau bahan dasar. mineral seperti logam dan dan sebaran wilayah fungsi
Serat alami meliputi serat yang carbon. Serat alami hasil hutan, ekosistem di Kepulauan Maluku
diproduksi oleh tumbuhan- hasil laut, hasil pertanian & dapat dilihat pada gambar dan
tumbuhan, hewan dan proses perkebunan menjadi material tabel berikut.
geologis. dasar dalam proses produksi
Serat jenis ini bersifat dapat dan industri serta bio-chemical.
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
Dataran Karst di Purpura, Pulau Kisar, Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Maluku
Foto : Mustari Tepu
Jasa Lingkungan Pengaturan
4.2.2
(Regulating)
Jasa Lingkungan Pengaturan (Regulating)
adalah Manfaat yang diperoleh manusia
dari pengaturan proses layanan ekosistem;
pengaturan kualitas udara, pengaturan iklim,
pencegahan dan perlindungan terhadap
bencana alam banjir, longsor dan kebakaran,
pengaturan air, pemurnian air, pengaturan
penyerbukan alami, dan pengaturan
pengendalian hama
A. Pengaturan Kualitas Udara
Kualitas udara yang baik merupakan salah satu manfaat yang diberikan oleh
ekosistem. Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang
diemisikan ke udara dengan faktor -faktor meteorologis (angin, suhu, hujan, sinar matahari)
dan pemanfaatan ruang permukaan bumi. Semakin tinggi intensitas pemanfaatan ruang,
semakin dinamis kualitas udara. Kapasitas ekosistem untuk menyerap aerosol dan bahan
kimia dari atmosfer, pada kawasan bervegetasi dan pada daerah bertopografi tinggi umumnya lebih baik dibanding
dengan daerah non vegetasi.
Hasil perhitungan kinerja jasa ekosistem pengaturan kualitas udara dan sebaran wilayah fungsi ekosistem di
Kepulauan Maluku dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut
Gambar 4.7 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Kualitas Udara Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
53 Ekoregion Maluku 2018
Tabel 4.14 Distribusi Luas Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Kualitas Udara Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
Dari peta dan tabel terlihat udara di Provinsi Maluku Berdasarkan tipe vegetasi,
fungsi ekosistem Pengaturan Utara sebesar 28.34% dari fungsi ekosistem pengaturan
Kualitas Udara, Kepulauan luas Kepulauan Maluku yang kualitas udara di Kepulauan
Maluku dominan berada pada berpotensi sebagai pengatur Maluku dengan kategori
kategori tinggi (Hijau) yaitu kualitas udara kategori tinggi berpotensi tinggi (tinggi dan
64,05% dari 7.784.661,28 Ha dan sangat tinggi. sangat tinggi) dipengaruhi oleh
yang merupakan total luas Vegetasi hutan pamah (non
wilayah Kepulauan Maluku, Berdasarkan bentanglahan dipterokarpa) seluas 23,05%,
atau 4.986369,27 Ha. (landscape) fungsi ekosistem Vegetasi hutan batugamping
pengaturan kualitas udara di pamah pada bentang alam
Kinerja jasa lingkungan Kepulauan Maluku dengan karst seluas 8,71% dan
pengaturan kualitas udara kategori berpotensi tinggi (tinggi Vegetasi hutan batugamping
di Kepulauan Maluku yang dan sangat tinggi) dipengaruhi pamah dengan luas 7,7% dari
berpotensi sebagai pengatur oleh jenis bentanglahan luas total wilayah Kepulauan
kualitas udara kategori tinggi Perbukitan struktural lipatan Maluku
dan sangat tinggi adalah bermaterial batuan sedimen Berdasarkan penggunaan
sebesar 72.19% dari luas total non karbonat 11,33%, lahan, fungsi ekosistem
Kepulauan Maluku, Pegunungan struktural patahan pengaturan kualitas udara di
Kinerja jasa lingkungan bermaterial batuan metamorfik Kepulauan Maluku dominan
pengaturan kualitas udara 9,47%, Pegunungan kategori tinggi dipengaruhi oleh
di Provinsi Maluku sebesar denudasional bermaterial Hutan Lahan Kering Sekunder
43.85% dari luas Kepulauan batuan beku luar seluas 9,37, seluas 49,15% dan Pertanian
Maluku yang berpotensi dan Perbukitan solusional karst Lahan Kering Campur seluas
sebagai pengatur kualitas bermaterial batuan sedimen 7,25% dari luas total wilayah
udara kategori tinggi dan karbonat seluas 9,06% dari Kepulauan Maluku.
sangat tinggi. Kinerja jasa luas total wilayah Kepulauan
lingkungan pengaturan kualitas Maluku.
Secara alamiah ekosistem ini seperti ketinggian tempat dan dampak pemanasan global
memiliki fungsi jasa pengaturan bentuk lahan. Kawasan dengan seperti peningkataan permukaan
iklim, yang meliputi kepadatan vegetasi yang rapat laut dan perubahan iklim ekstrim
pengaturan suhu, kelembaban dan letak ketinggian yang dan gelombang panas.
dan hujan, angin, pengendalian besar seperti pegunungan akan Hasil perhitungan kinerja jasa
gas rumah kaca & penyerapan memiliki sistem pengaturan iklim ekosistem pengaturan iklim dan
karbon. Fungsi pengaturan iklim yang lebih baik yang bermanfaat sebaran wilayah fungsi ekosistem
dipengaruhi oleh keberadaan langsung pada pengurangan di Kepulauan Maluku dapat dilihat
faktor biotik khususnya vegetasi, emisi karbon diokasida dan efek pada gambar dan tabel berikut.
letak dan faktor fisiografis rumah kaca serta menurunkan
Dari peta dan tabel terlihat fungsi Maluku yang berpotensi sebagai dari luas total wilayah Kepulauan
ekosistem Pengaturan iklim, pengatur iklim kategori tinggi Maluku.
Kepulauan Maluku dominan (tinggi dan sangat tinggi), sebesar
berada pada kategori tinggi 36.13% dari total luas wilayah Berdasarkan tipe vegetasi, fungsi
(hijau muda) yaitu 45,35% dari Kepulauan Maluku. Kinerja jasa ekosistem pengaturan iklim di
7.784.661,28 Ha yang merupakan lingkungan pengaturan iklim Kepulauan Maluku dengan
total luas wilayah Kepulauan di Provinsi Maluku Utara yang kategori berpotensi tingg (tinggi
Maluku, atau 3,530,546.31 berpotensi sebagai pengatur iklim dan sangat tinggi) dominan
Ha, dan sedang (kuning) yaitu kategori tinggi (tinggi dan sangat dipengaruhi oleh vegetasi hutan
43.97% dari total luas wilayah tinggi) adalah sebesar 18.02% pamah (non dipterokarpa) seluas
Kepulauan Maluku atau dari total luas wilayah Kepulauan 17,67% dari luas total wilayah
3,422,818.68 Ha. Maluku. Kepulauan Maluku.
Pesona Savana di Pulau Kisar, Kab. Maluku Barat Daya Prov. Maluku
Foto : Mustari Tepu
Pelapisan Tanah di Pulau Tanimbar
Kab. Maluku Tenggara Barat, Prov. Maluku
Dok. P3E SUMA
Gambar 4.11 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Longsor
Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
65 Ekoregion Maluku 2018
Tabel 4.22 Distribusi Luas Kinerja JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Longsor
Berdasarkan Bentanglahan Kepulauan Maluku
Dari peta dan tabel terlihat longsor di Provinsi Maluku yang batuan metamorfik seluas 5,50%
fungsi ekosistem Pengaturan berpotensi sebagai pengatur dari luas total wilayah Kepulauan
pencegahan dan perlindungan pencegahan dan perlindungan Maluku.
dari bencana longsor Kepulauan dari bencana longsor kategori
Maluku dominan berada pada tinggi dan sangat tinggi adalah Berdasarkan tipe vegetasi,
kategori tinggi (hijau muda) sebesar 48.65% dari luas fungsi ekosistem pengaturan
yaitu 45,49% dari 7.784.661,28 Kepulauan Maluku. Kinerja jasa pencegahan dan perlindungan
Ha yang merupakan total luas lingkungan pengaturan kualitas dari bencana longsor di
wilayah Kepulauan Maluku, atau pencegahan dan perlindungan Kepulauan Maluku dengan
3.576.215,82 Ha, dan berpotensi dari bencana longsor di Provinsi kategori berpotensi tinggi (tinggi
kategori sangat tinggi (hijau Maluku Utara yang berpotensi dan sangat tinggi) dipengaruhi
gelap) yaitu 34,36% dari tota luas sebagai pengatur pencegahan oleh Vegetasi hutan pamah (non
wilayah Kepulauan Maluku atau dan perlindungan dari bencana dipterokarpa) 25,09% dari total
seluas 2.674.486,26 Ha. longsor kategori tinggi dan sangat luas Kepulauan Maluku.
tinggi adalah sebesar 31.65% dari
Kinerja jasa lingkungan luas Kepulauan Maluku. Berdasarkan penggunaan lahan,
pengaturan pencegahan dan fungsi ekosistem pengaturan
perlindungan dari bencana Berdasarkan bentanglahan pencegahan dan perlindungan
longsor di Kepulauan Maluku (landscape) fungsi ekosistem dari bencana longsor di
yang berpotensi sebagai pengatur pengaturan pencegahan dan Kepulauan Maluku berpotensi
pencegahan dan perlindungan perlindungan dari bencana kategori tinggi (tinggi dan
dari bencana longsor kategori longsor di Kepulauan Maluku sangat tinggi) dipengaruhi oleh
tinggi dan sangat tinggi adalah dengan kategori berpotensi Hutan Lahan Kering Sekunder
sebesar 80.30% dari luas tinggi (tinggi dan sangat tinggi) seluas 49,46%, Pertanian Lahan
Kepulauan Maluku. dipengaruhi oleh jenis Perbukitan Kering Campur seluas 8.82% ,
struktural lipatan bermaterial dan Hutan Lahan Kering Primer
Kinerja jasa lingkungan batuan sedimen non karbonat seluas 8.10% dari total luas
pengaturan pencegahan dan seluas 7,21% dan Pegunungan wilayah Kepulauan Maluku.
perlindungan dari bencana struktural patahan bermaterial
D. Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Banjir
Jasa pengaturan pencegahan dan perlindungan areanya dari peningkatan aliran permukaan yang
terhadap bencana banjir menyebabkan banjir di hilir. Hasil perhitungan
adalah salah satu fungsi ekosistem yang mengandung kinerja jasa ekosistem pengaturan pencegahan dan
unsur pengaturan pada infrastruktur alam untuk perlindungan dari bencana banjir dan sebaran wilayah
pencegahan dan perlindungan dari beberapa tipe fungsi ekosistem di Kepulauan Maluku dapat dilihat
bencana khususnya banjir. Tempat tempat yang pada gambar dan tabel berikut.
memiliki liputan vegetasi yang rapat dapat mencegah
Gambar 4.13 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari
Bencana Banjir Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
Gambar 4.14 Diagram Persentase Luas Kinerja JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Banjir Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 76
Dari peta dan tabel terlihat 47,42% dari luas Kepulauan Berdasarkan tipe vegetasi,
fungsi ekosistem Pengaturan Maluku. Kinerja jasa lingkungan fungsi ekosistem pengaturan
pencegahan dan perlindungan pengaturan pencegahan dan pencegahan dan perlindungan
dari bencana banjir Kepulauan perlindungan dari bencana banjir dari bencana banjir di Kepulauan
Maluku dominan berada pada di Provinsi Maluku Utara yang Maluku dengan kategori
kategori tinggi (hijau muda) berpotensi sebagai pengatur berpotensi tinggi (tinggi dan
yaitu 54,41% dari 7.784.661,28 pencegahan dan perlindungan sangat tinggi) dipengaruhi oleh
Ha yang merupakan total luas dari bencana banjir kategori tinggi Vegetasi hutan pamah (non
wilayah Kepulauan Maluku, atau dan sangat tinggi adalah sebesar dipterokarpa) seluas 25,07%,
4.235.689,75 Ha, dan berpotensi 31,64% dari luas Provinsi Maluku Vegetasi hutan pamah monsun
kategori sangat tinggi yaitu seluas Utara. malar hijau dengan luas 9,41%,
24.65% dari total luas Kepulauan dan Vegetasi hutan batugamping
Maluku atau 1.919.300,61 Ha. Berdasarkan bentanglahan pamah pada bentang alam karst
(landscape) fungsi ekosistem seluas 6,45% dari luas total
Kinerja jasa lingkungan pengaturan pencegahan dan wilayah Kepulauan Maluku.
pengaturan pencegahan dan perlindungan dari bencana di
perlindungan dari bencana Kepulauan Maluku dengan Berdasarkan penggunaan lahan,
banjir di Kepulauan Maluku yang kategori berpotensi tingg (tnggi fungsi ekosistem pengaturan
berada pada klas tinggi dan dan sangat tinggi) dipengaruhi pencegahan dan perlindungan
sangat tinggi sebesar 79,06% dari oleh jenis bentang lahan dari bencana banjir di Kepulauan
total luas Kepulauan Maluku. Pegunungan struktural patahan Maluku berpotensi kategori
bermaterial batuan metamorfik tinggi (tinggi dan sangat tinggi)
Kinerja jasa lingkungan dengan luas 13,34%, Perbukitan dipengaruhi oleh Hutan Lahan
pengaturan pencegahan dan struktural lipatan bermaterial Kering Sekunder 50,35%, 9,86%
perlindungan dari bencana batuan sedimen non karbonat Hutan Lahan Kering Primer dan
banjir di Provinsi Maluku yang seluas 11,95% dan Pegunungan 6,55% Pertanian Lahan Kering
berpotensi sebagai pengatur denudasional bermaterial batuan Campur dari total luas wilayah
pencegahan dan perlindungan beku luar seluas 10,33% dari luas Kepulauan Maluku.
dari bencana banjir kategori tinggi total wilayah Kepulauan Maluku.
dan sangat tinggi adalah sebesar
Kinerja jasa pengaturan pencegahan dan perlindungan terhadap bencana kebakaran adalah bahwa
ekosistem didalamnya mengandung unsur pengaturan pada infrastruktur alam untuk pencegahan dan
perlindungan dai beberapa tipe bencana khususnya kebakaran. Hasil perhitungan kinerja jasa ekosistem
pengaturan pencegahan dan perlindungan terhadap bencana kebakaran dan sebaran wilayah fungsi
ekosistem di Kepulauan Maluku dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut
Gambar 4.15 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari
Bencana Kebakaran Hutan Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
BURU BURU SELATAN
Gambar 4.16 Diagram Persentase Luas Kinerja JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Kebakaran Hutan Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 82
Dari peta dan tabel `terlihat fungsi ekosistem denudasional bermaterial batuan beku luar 5,57%,
Pengaturan pencegahan dan perlindungan dari perbukitan struktural lipatan bermaterial batuan
bencana kebakaran Kepulauan Maluku dominan sedimen non karbonat 4,71% dan pegunungan
berada pada kategori sedang (kuning) yaitu 51,70% struktural patahan bermaterial batuan metamorfik
dari 7.784.661,28 Ha yang merupakan total luas seluas 1,73% dari luas total wilayah Kepulauan
wilayah Kepulauan Maluku. Maluku.
Kinerja jasa lingkungan pengaturan pencegahan Berdasarkan tipe vegetasi, fungsi ekosistem
dan perlindungan dari bencana kebakaran di pengaturan pencegahan dan perlindungan dari
Provinsi Maluku yang berpotensi kategori tinggi dan bencana kebakaran di Kepulauan Maluku dengan
sangat tinggi adalah 24,2% dari luas Kepulauan kategori berpotensi tinggi-sangat tinggi dipengaruhi
Maluku. Kinerja jasa lingkungan pengaturan oleh Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa),
pencegahan dan perlindungan dari bencana dengan luas 22,2% dan vegetasi hutan batu
banjir di Provinsi Maluku Utara yang berpotensi gamping pamah pada bentang alam karst seluas
sebagai pengatur pencegahan dan perlindungan 8,04% dari luas total wilayah Kepulauan Maluku.
dari bencana kebakaran hutan kategori tinggi dan
sangat tinggi adalah sebesar 14,37% dari luas Berdasarkan penggunaan lahan, fungsi ekosistem
Kepulauan Maluku. pengaturan pencegahan dan perlindungan dari
bencana kebakaran di Kepulauan Maluku dominan
Berdasarkan bentanglahan (landscape) fungsi kategorii sedang dipengaruhi oleh Hutan Lahan
ekosistem pengaturan pencegahan dan Kering Sekunder 30,46 %, dan berpotensi kategori
perlindungan dari bencana kebakaran di Kepulauan tinggi dan sangat tinggi dipengaruhi oleh hutan
Maluku dengan kategori berpotensi tinggi- sangat lahan kering sekunder 20%, hutan lahan kering
tinggi dipengaruhi oleh jenis bentang lahan primer 9,86% dan pertanian lahan kering campur
Perbukitan solusional karst bermaterial batuan 6,43% dari total luas wilayah Kepulauan Maluku.
sedimen karbonat dengan luas 6,17%, pegunungan
Siklus hidrologi (hydrology cycle), yang terjadi di biosfer dan litosfer keberadaan tutupan lahan dan
adalah pergerakan air dalam yaitu ekosistem air yang meliputi fisiografi suatu kawasan.
hidrosfer yang meliputi aliran permukaan. Hasil perhitungan kinerja jasa
proses penguapan (evaporasi), ekosistem air tawar, dan ekosistem pengaturan tata air dan
pendinginan massa udara ekosistem air laut. sebaran wilayah fungsi ekosistem
(kondensasi), hujan (presipitasi), Siklus hidrologi yang normal akan di Kepulauan Maluku dapat dilihat
dan berdampak pada pengaturan pada gambar dan tabel berikut.
pengaliran (flow). Siklus hidrologi tata air yang baik untuk berbagai
yang terjadi di atmosfer meliputi macam kepentingan seperti
terbentuknya awan hujan, penyimpanan air, pengendalian
terbentuknya hujan, dan banjir, dan pemeliharaan
evaporasi, transpirasi, ketersediaan air.
evapotranspirasi. Sedangkan Pengaturan air dengan siklus
siklus hidrologi hidrologi sangat dipengaruhi oleh
Gambar 4.17 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Tata Air Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Dari peta dan tabel terlihat berpotensi sebagai pengatur tata di Kepulauan Maluku dengan
fungsi ekosistem Pengaturan air kategori tinggi dan sangat kategori berpotensi tingg (tinggi
air Kepulauan Maluku dominan tinggi. dan sangat tinggi) dipengaruhi
berada pada kategori sedang oleh Vegetasi hutan batugamping
(kuning) yaitu 53,01% dari Berdasarkan bentanglahan pamah dengan luas 4,25% dan
7.784.661,28 Ha yang merupakan (landscape) fungsi ekosistem Vegetasi hutan batugamping
total luas wilayah Kepulauan pengatur air di Kepulauan Maluku pamah pada bentang alam karst
Maluku, atau 4.126.676,12 Ha. dengan kategori berpotensi seluas 2,56% dari luas total
tinggi (tinggi dan sangat tinggi) wilayah Kepulauan Maluku.
Kinerja jasa lingkungan dipengaruhi oleh jenis bentang
pengaturan air di Kepulauan lahan Dataran solusional karst Berdasarkan penggunaan lahan,
Maluku yang berpotensi sebagai berombak bergelombang fungsi ekosistem pengatur air
pengatur air kategori tinggi dan bermaterial batuan karbonat di Kepulauan Maluku dominan
sangat tinggi sebesar 16,43% dari dengan luas 5,11%, Pegunungan kategori sedang dipengaruhi
luas Kepulauan Maluku. Kinerja struktural patahan bermaterial oleh Hutan Lahan Kering
jasa lingkungan pengaturan air di batuan metamorfik seluas 1,95% Sekunder 45,09% % dari
Provinsi Maluku yang berpotensi dan Perbukitan solusional karst total luas wilayah Kepulauan
sebagai pengatur air kategori bermaterial batuan sedimen Maluku. Sedangkan dengan
tinggi dan sangat tinggi sebesar karbonat seluas 1,73% dari dari kategori tinggi dan sangat tinggi
11,15% dari luas Kepulauan luas total wilayah Kepulauan dipengaruhi oleh tutupan Hutan
Maluku Kinerja jasa lingkungan Maluku. Lahan Kering Primer dengan
pengaturan air di Provinsi Maluku luas 9,85% dan Hutan Mangrove
Utara sebesar 5,28% dari luas Berdasarkan tipe vegetasi, Primer seluas 1,42% dari total
Provinsi Maluku Utara atau yang fungsi ekosistem pengatur air luas wilayah Kepulauan Maluku.
Ekosistem yang memiliki kemampuan untuk dalam merombak bahan organik, sehingga kapasitas
“membersihkan” pencemar melalui badan air dalam mengencerkan,
proses-proses kimia-fisik-biologi yang berlangsung mengurai dan menyerap pencemar meningkat.
secara alami dalam badan air. Kemampuan Hasil perhitungan kinerja jasa ekosistem pengaturan
pemurniah air secara alami (self purification) pemurnian air dan sebaran wilayah fungsi ekosistem
memerlukan waktu dan dipengaruhi oleh tinggi di Kepulauan Maluku dapat dilihat pada gambar dan
rendahnya beban pencemar dan teknik pemulihan tabel berikut.
alam khususnya aktivitas bakteri alam
Gambar 4.19 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Pemurnian Air Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
Gambar 4.20 Diagram Persentase Luas Kinerja JL Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 94
Dari peta dan tabel terlihat fungsi ekosistem jenis bentang Pegunungan struktural patahan
Pengaturan pemurnian air Kepulauan Maluku bermaterial batuan metamorfik dengan luas 6,33%
dominan berada pada kategori sedang (kuning) dan pegunungan denudasional bermaterial batuan
yaitu 55,08% dari 7.784.661,28 Ha, dan kategori beku luar seluas 5,05% dari luas total wilayah
tinggi yaitu 22,90% dari total luas wilayah Kepulauan Maluku.
Kepulauan Maluku atau 1.782.654,10 Ha.
Berdasarkan tipe vegetasi, fungsi ekosistem
Kinerja jasa lingkungan pengaturan pemurnian pengatur pemurnian air di Kepulauan Maluku
air di Kepulauan Maluku yang berpotensi sebagai dominnan kategori sedang dipengaruhi oleh
pengatur pemurnian air kategori tinggi dan sangat vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) dengan
tinggi sebesar 22.90%. luas 10,77. Sedangkan kategori berpotensi tinggi-
sangat tinggi dipengaruhi oleh Vegetasi hutan batu
Kinerja jasa lingkungan pengaturan pemurnian gamping monsun pamah merangas pada bentang
air di Provinsi Maluku sebesar 13.38% dari luas alam karst dengan luas 1,94% dan vegetasi hutan
Kepulauan Maluku yang berpotensi sebagai batu gamping pamah pada bentang alam karst
pengatur pemurnian air kategori tinggi dan sangat seluas 1,84% dari luas total wilayah Kepulauan
tinggi. Maluku.
Kinerja jasa lingkungan pengaturan pemurnian air
di Provinsi Maluku Utara sebesar 9.52% dari luas Berdasarkan penggunaan lahan, fungsi ekosistem
Provinsi Maluku Utara yang berpotensi sebagai pengatur pemurnian air di Kepulauan Maluku
pengatur pemurnian air kategori tinggi dan sangat dominan kategori sedang dipengaruhi oleh Hutan
tinggi. Lahan Kering Sekunder 31,38% dari total luas
wilayah Kepulauan Maluku. Sedangkan dengan
Berdasarkan bentanglahan (landscape) fungsi kategori tinggi dipengaruhi oleh tutupan Hutan
ekosistem pengatur pemurnian air di Kepulauan Lahan Kering Primer dengan luas 8,27% dari total
Maluku yang dominan kategori sedang dipengaruhi luas wilayah Kepulauan Maluku.
oleh jenis bentang lahan Perbukitan struktural
lipatan bermaterial batuan sedimen non karbonat
dengan luas 11,45%. Sedangkan kategori
berpotensi tinggi- sangat tinggi dipengaruhi oleh
Gambar 4.21 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Penyerbukan Alami Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
Gambar 4.22 Diagram Persentase Luas Kinerja JL Pengaturan Penyerbukan Alami Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku
Dari peta dan tabel terlihat adalah 21,50%, sementara Penyerbukan Alami di
fungsi ekosistem Pengaturan Kinerja Jasa Lingkungan Kepulauan Maluku dengan
Penyerbukan Alami Kepulauan Pengaturan Penyerbukan Alami kategori berpotensi tinggi
Maluku dominan berada pada di Provinsi Maluku Utara yang (tinggi dan sangat tinggi)
kategori Sedang (Kuning) berpotensi sebagai Pengaturan dipengaruhi oleh jenis tipe
dengan luas 58,03% dari Penyerbukan Alami kategori Vegetasi mangrove 1,76% dan
7.784.661,28 Ha yang tinggi (tinggi dan sangat tinggi) Vegetasi hutan monsun tepian
merupakan luas total wilayah adalah 14,80% dari luas sungai malar hijau dengan luas
Kepulauan Maluku, atau Kepulauan Maluku. 0,98% dari luas total wilayah
4.517.207,66 Ha, dan kategori Berdasarkan bentanglahan Kepulauan Maluku.
tinggi yaitu 35,86% dari total (landscape) fungsi ekosistem Berdasarkan penggunaan
luas wilayah Kepulauan Maluku Pengaturan Penyerbukan Alami lahan, fungsi ekosistem
atau 2.791.261,92 Ha. di Kepulauan Maluku dengan Pengaturan Penyerbukan Alami
Kinerja jasa lingkungan kategori berpotensi tinggi (tinggi di Kepulauan Maluku dengan
Pengaturan Penyerbukan Alami dan sangat tinggi) dipengaruhi kategori tinggi (tinggi dan
di Kepulauan Maluku yang oleh jenis Pegunungan sangat tinggi) dipengaruhi oleh
berpotensi sebagai Pengaturan denudasional bermaterial jenis penggunaan lahan berupa
Penyerbukan Alami kategori batuan beku luar 6,87%, Hutan Lahan Kering Sekunder
tinggi (tinggi dan sangat tinggi) Pegunungan struktural patahan dengan luas 18,72%, dan
adalah sebesar 36,30% dari bermaterial batuan metamorfik penggunaan Pertanian Lahan
total luas Kepulauan Maluku. 6,11% dan Perbukitan struktural Kering Campur dengan luas
Kinerja Jasa Lingkungan lipatan bermaterial batuan 6,02% dan Hutan Mangrove
Pengaturan Penyerbukan sedimen non karbonat 5,59% Sekunder seluas 1,75% dari
Alami di Provinsi Maluku yang dari luas total Kepulauan total luas wilayah kepulauan
berpotensi sebagai Pengaturan Maluku. Maluku.
Penyerbukan Alami kategori Berdasarkan tipe vegetasi,
tinggi (tinggi dan sangat tinggi) fungsi ekosistem Pengaturan
I. Pengaturan Pengendalian Hama
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk- hama dan penyakit melalui keberadaan habitat
makhluk atau organisme pengganggu spesies trigger dan pengendali hama dan
yang disebut hama karena dianggap mengganggu penyakit. Hasil perhitungan kinerja jasa ekosistem
kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. pengaturan penyerbukan alami, sebaran wilayah
Hama dan penyakit merupakan ancaman biotis yang fungsi ekosistem pengaturan penyerbukan alami
dapat mengurangi hasil dan bahkan Pulau Sulawesi dapat dilihat pada gambar dan tabel
dapat menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara berikut.
alami menyediakan sistem pengendalian
Gambar 4.23 Peta Jasa Lingkungan Pengaturan Pengendalian Hama Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Gambar 4.24 Diagram Persentase Luas Kinerja JL Pengaturan Pengendalian Hama Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 106
Dari peta dan tabel terlihat tinggi dan sangat tinggi adalah Berdasarkan tipe vegetasi,
fungsi ekosistem Pengaturan 13,07% , sementara Kinerja fungsi ekosistem Pengaturan
Pengendalian Hama Jasa Lingkungan Pengaturan Pengendalian Hama di
Kepulauan Maluku dominan Pengendalian Hama di Kepulauan Maluku dengan
berada pada kategori Sedang Provinsi Maluku Utara yang kategori berpotensi tinggi
(Kuning) dengan luas 43,44% berpotensi sebagai Pengaturan (tinggi dan sangat tinggi)
dari 7.784.661,28 Ha yang Pengendalian Hama kategori dipengaruhi oleh jenis tipe
merupakan luas total wilayah tinggi dan sangat tinggi adalah dan jenis Vegetasi hutan
Kepulauan Maluku, atau 9,70% dari luas Kepulauan batugamping pamah pada
3.381.403,87 Ha, dan kategori Maluku. bentang alam karst dengan
tinggi yaitu 20,81% dari total luas 5,68% dan Vegetasi hutan
luas wilayah Kepulauan Maluku Berdasarkan bentanglahan pamah monsun merangas
atau 1.620.115,63 Ha. (landscape) fungsi ekosistem dengan luas 5,13% dari luas
Pengaturan Pengendalian total wilayah Kepulauan
Kinerja jasa lingkungan Hama di Kepulauan Maluku Maluku.
Pengaturan Pengendalian dengan kategori berpotensi
Hama di Kepulauan Maluku tinggi (tinggi dan sangat Berdasarkan penggunaan
yang berpotensi sebagai tinggi) dipengaruhi oleh jenis lahan, fungsi ekosistem
Pengaturan Pengendalian bentanglahan Perbukitan Pengaturan Pengendalian
Hama kategori tinggi (tinggi struktural lipatan bermaterial Hama di Kepulauan Maluku
dan sangat tinggi) adalah batuan sedimen non karbonat dengan kategori tinggi (tinggi
sebesar 22,77% dari total luas 3.82%, Perbukitan solusional dan sangat tinggi) dipengaruhi
Kepulauan Maluku. karst bermaterial batuan oleh jenis penggunaan lahan
sedimen karbonat 4,35%, berupa Hutan Lahan Kering
Kinerja Jasa Lingkungan Pegunungan denudasional Sekunder dengan luas 11.88%,
Pengaturan Pengendalian bermaterial batuan beku dan penggunaan Hutan Lahan
Hama di Provinsi Maluku yang luar 3,53% dari luas total Kering Primer dengan luas
berpotensi sebagai Pengaturan Kepulauan Maluku. 9,85% dari total luas wilayah
Pengendalian Hama kategori kepulauan Maluku.
Mutiara adalah salah satu kerajinan khas masyarakat Kota Tual, Provinsi Maluku
Foto : Mustari Tepu
4.2.3 Jasa Lingkungan Pendukung
(Supporting)
Jasa Lingkungan Pendukung (Supporting) adalah Layanan yang diperlukan untuk produksi semua layanan
ekosistem lainnya; Habitat dan Keanekaragaman hayati, Pembentukan dan regenerasi tanah.
A. Pendukung
Habitat & Keanekaragaman Hayati
Ekosistem telah memberikan jasa keanekaragaman komersil) serta ketergantungan ekosistem lain (atau
hayati (biodiversity) di antara makhluk hidup dari ekonomi) pada jasa berkembang biak. Semakin tinggi
semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, karakter biodiversitas maka semakin tinggi fungsi
lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks- dukungan ekosistem terhadap perikehidupan.
kompleks ekologi yang merupakan bagian dari Hasil Perhitungan kinerja jasa ekosistem pendukung
keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman habitat dan keanekaragaman hayati (biodiversity),
di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem sebaran wilayah fungsi ekosistem tersebut di
yang menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna. Kepulauan Maluku dapat dilihat pada gambar dan
Dengan indikator keadaan dan kinerja jumlah spesies tabel berikut.
dan individu transien (khususnnya dengan nilai
Gambar 4.25 Peta Jasa Lingkungan Pendukung Habitat dan Keanekaragaman Hayati
Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Dari peta dan tabel terlihat Pendukung Keanekaragaman fungsi ekosistem Pendukung
fungsi ekosistem Pendukung Hayati di Provinsi Maluku Keanekaragaman Hayati di
Keanekaragaman Hayati Utara yang berpotensi sebagai Kepulauan Maluku dengan
Kepulauan Maluku dominan Pendukung Keanekaragaman kategori berpotensi tinggi (tinggi
berada pada kategori Tinggi Hayati kategori tinggi dan dan sangat tinggi) dipengaruhi
(Hijau Muda) dengan luas sangat tinggi adalah 25.00% oleh jenis tipe Vegetasi hutan
49,96% dari 7.784.661,28 Ha dari luas Kepulauan Maluku. pamah (non dipterokarpa)
yang merupakan luas total dengan luas 17,77% dan
wilayah Kepulauan Maluku, Berdasarkan bentanglahan jenis Vegetasi hutan pamah
atau 3.889.363,69 Ha. (landscape) fungsi ekosistem monsun merangas dengan luas
Pendukung Keanekaragaman 5,55% dari luas total wilayah
Kinerja jasa lingkungan Hayati di Kepulauan Maluku Kepulauan Maluku.
Pendukung Keanekaragaman dengan kategori berpotensi
Hayati di Kepulauan Maluku tinggi (tinggi dan sangat Berdasarkan penggunaan
yang berpotensi sebagai tinggi) dipengaruhi oleh jenis lahan, fungsi ekosistem
Pendukung Keanekaragaman bentanglahan Perbukitan Pendukung Keanekaragaman
Hayati kategori tinggi (tinggi struktural lipatan bermaterial Hayati di Kepulauan Maluku
dan sangat tinggi) adalah batuan sedimen non karbonat dengan kategori tinggi (tinggi
sebesar 58,17% dari total luas 10,2%, Pegunungan struktural dan sangat tinggi) dipengaruhi
Kepulauan Maluku. patahan bermaterial batuan oleh jenis penggunaan lahan
metamorfik 9,08%, Pegunungan berupa Hutan Lahan Kering
Kinerja Jasa Lingkungan denudasional bermaterial Sekunder dengan luas 44,79%,
Pendukung Keanekaragaman batuan beku luar seluas 8,07% dan penggunaan lahan Hutan
Hayati di Provinsi Maluku yang dan Perbukitan solusional karst Lahan Kering Primer dengan
berpotensi sebagai Pendukung bermaterial batuan sedimen luas 9,86% dan Hutan
Keanekaragaman Hayati karbonat 7,09% dari luas total Mangrove Sekunder seluas
kategori tinggi dan sangat tinggi Kepulauan Maluku. 1,59% dari total luas wilayah
adalah 33,17%, sementara kepulauan Maluku.
Kinerja Jasa Lingkungan Berdasarkan tipe vegetasi,
Gambar 4.27 Peta Jasa Lingkungan Pendukung Pembentukan dan Regenerasi Tanah
Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
Maluku Maluku Utara
Gambar 4.28 Diagram Persentase Luas Kinerja JL Pendukung Pembentukan dan Regenerasi Tanah
Berdasarkan Administrasi Kepulauan Maluku
Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 118
Dari peta dan tabel terlihat Tanah kategori tinggi dan Berdasarkan tipe vegetasi,
fungsi ekosistem Pendukung sangat tinggi adalah 21,58%, fungsi ekosistem Pendukung
Pembentukan Regenerasi sementara Kinerja Jasa Pembentukan Regenerasi
Tanah Kepulauan Maluku Lingkungan Pendukung Tanah di Kepulauan Maluku
dominan berada pada kategori Pembentukan Regenerasi dengan kategori berpotensi
Tinggi (Hijau Muda) dengan Tanah di Provinsi Maluku tinggi (tinggi dan sangat tinggi)
luas 37,58% dari 7.784.661,28 Utara yang berpotensi sebagai dipengaruhi oleh jenis tipe
Ha yang merupakan luas Pendukung Pembentukan Vegetasi hutan pamah (non
total wilayah Kepulauan Regenerasi Tanah kategori dipterokarpa) dengan luas
Maluku, atau 2.925.244,76 tinggi dan sangat tinggi adalah 17,10% dan jenis Vegetasi
Ha, dan kategori sedang yaitu 17,61% dari luas Kepulauan hutan pamah monsun
24,93% dari total luas wilayah Maluku. merangas dengan luas
Kepulauan Maluku atau 3.0% dari luas total wilayah
1,940,889.58 Ha. Berdasarkan bentanglahan Kepulauan Maluku.
(landscape) fungsi ekosistem
Kinerja jasa lingkungan Pendukung Pembentukan Berdasarkan penggunaan
Pendukung Pembentukan Regenerasi Tanah di lahan, fungsi ekosistem
Regenerasi Tanah di Kepulauan Maluku dengan Pendukung Pembentukan
Kepulauan Maluku yang kategori berpotensi tinggi Regenerasi Tanah di
berpotensi sebagai (tinggi dan sangat tinggi) Kepulauan Maluku dengan
Pendukung Pembentukan dipengaruhi oleh jenis kategori Tinggi (Tinggi –
Regenerasi Tanah kategori bentanglahan Pegunungan Sangat Tinggi) dipengaruhi
tinggi (tinggi dan sangat tinggi) denudasional bermaterial oleh jenis penggunaan lahan
adalah sebesar 39,46% dari batuan beku luar 7,95%, berupa Hutan Lahan Kering
total luas Kepulauan Maluku. Pegunungan struktural Sekunder dengan luas
patahan bermaterial batuan 26,83%, dan penggunaan
Kinerja Jasa Lingkungan metamorfik 5,65% dan lahan Hutan Lahan Kering
Pendukung Pembentukan Perbukitan struktural lipatan Primer dengan luas 9,86%
Regenerasi Tanah di Provinsi bermaterial batuan sedimen dari total luas wilayah
Maluku yang berpotensi non karbonat 4,74% dari luas kepulauan Maluku.
sebagai Pendukung total Kepulauan Maluku.
Pembentukan Regenerasi
S T A T U S
DAYA DUKUNG
DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN HIDUP
I N D I K A T I F
S
tatus daya dukung dukung lingkungan hidup di dan Indeks Jasa Lingkungan
lingkungan hidup di Kepulauan Maluku dilakukan Penyediaan Air (IJLPA) untuk
Kepulauan Maluku dengan teknik pengolahan penyediaan air.
menggambarkan data spasial menggunakan
perbandingan antara pendekatan kuantitatif, yang Untuk kebutuhan pangan
ketersediaan yang disajikan membandingkan antara dan air dilakukan dengan
dari pelayanan ekosistem ketersediaan dan kebutuhan menghitung kebutuhan pada
dan kebutuhan masyarakat untuk masing-masing jasa setiap grid yang digunakan
terhadap indikator pangan lingkungan baik penyediaan dalam menghitung status
dan air. Informasi status daya pangan maupun air. daya dukung lingkungan
dukung lingkungan dapat Pendekatan yang dilakukan hidup. Nilai kebutuhan pangan
menjadi informasi dasar dalam menggunakan asumsi bahwa dihitung berdasarkan Angka
mengkaji perencanaan suatu status daya dukung lingkungan Kecukupan Energi (AKE)
wilayah agar tidak berdampak hidup hanya didasarkan pada penduduk tiap grid selama
negatif terhadap lingkungan. potensi sumber daya yang ada setahun. AKE merupakan
Hasil kajian terhadap status di wilayah yang dikaji tanpa besar kebutuhan energi bahan
daya dukung lingkungan hidup memperhatikan adanya aliran pangan suatu individu untuk
di Kepulauan Maluku untuk materi. Untuk membandingkan melakukan pekerjaan atau
pangan dan air menggunakan data ketersediaan dan aktivitas harian (Hardinsyah,
pendekatan sistem grid kebutuhan dilakukan dengan 2012). Sedangkan kebutuhan
sebagaimana telah dijelaskan mengumpulkan data potensi air dihitung berdasarkan
pada Bab sebelumnya. Adapun baik pangan dan air serta kebutuhan air untuk domestik
sistem grid yang digunakan kebutuhan pangan dan air dan kebutuhan air untuk lahan.
dalam kajian status daya berbasis spasial. Ketersediaan Untuk kebutuhan penduduk
dukung ini menggunakan grid dihitung berbasis jasa pada setiap grid dihitung
yang telah dikembangkan oleh lingkungan, yaitu dengan berdasarkan distribusi jumlah
Kementerian Lingkungan Hidup menggunakan metode penduduk pada setiap Grid
dan Kehutanan dengan interval pembobotan berdasarkan yang bersumber dari jumlah
30”x30”. Indeks Jasa Lingkungan penduduk Kepulauan Maluku
Penyediaan Bahan Pangan pada setiap provinsi Tahun
Analisis status daya (IJLPBP) untuk bahan pangan; 2017 (BPS, 2018).
Jumlah penduduk yang terdapat pada setiap propinsi data tutupan lahan dan jalan yang kemudian
didistribusikan secara spasial menggunakan model dilanjutkan pembuatan model matematis distribusi
distribusi penduduk (Nengsih, 2015), ke grid yang densitas populasi penduduk. Adapun hasil distribusi
digunakan sehingga diketahui sebaran jumlah penduduk pada setiap grid disajikan pada gambar
populasi persetiap grid. Model distribusi penduduk berikut.
dilakukan dengan penggabungan data grid dengan
Hasil distribusi penduduk di Kepulauan Maluku pada kebutuhan pangan masyarakat adalah standar angka
setiap grid, kemudian digunakan untuk menghitung kecukupan energi (AKE) yaitu 2.150/hari/kapita
kebutuhan penduduk terhadap bahan pangan dan air. sedangkan untuk kebutuhan air menggunakan standar
Adapun standar yang digunakan untuk menghitung 43,2 m3/tahun/kapita.
Nilai ketersediaan pangan pada setiap grid tersebut nantinya dihubungkan dengan nilai kebutuhan
pangan pada setiap grid. Hasil distribusi penduduk di Kepulauan Maluku pada setiap grid, digunakan
untuk menghitung kebutuhan penduduk terhadap pangan menggunakan standar angka kecukupan energi
(AKE) yaitu 2.150 kkal/hari/kapita.
Adapun hasil perhitungan kebutuhan pangan di Kepulauan Maluku disajikan pada gambar berikut.
Hasil perhitungan antara terlampaui atau tidak terlampaui. karakteristik wilayah Kepulauan
ketersediaan dan kebutuhan Perhitungan status daya dukung Maluku (batas ambang populasi).
pangan di Kepulauan Maluku daya tampung juga dilakukan Adapun perhitungan status
kemudian digunakan untuk untuk mengetahui jumlah daya dukung daya tampung
menghitung status daya dukung populasi penduduk maksimal penyediaan pangan di Kepulauan
daya tampung penyediaan yang dapat didukung kebutuhan Maluku disajikan pada tabel dan
pangan baik itu nantinya pangannya secara alamiah oleh gambar berikut.
Gambar 5.4. Peta Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Pangan Kepulauan Maluku.
Sumber: Hasil Olahan
5.2 Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Air
5.2.1 Ketersediaan Air
Tabel 5.2 Data Debit Air berdasarkan Wilayah Sungai di Kepulauan Maluku
Nilai potensi tersebut kemudian digabung dengan system grid dan indeks jasa lingkungan penyediaan air untuk
mendistribusikan potensi air pada setiap grid. Adapun ketersediaan air di Kepulauan Maluku disajikan pada gambar
berikut.
Kenampakan pemanfaatan lahan menjajakan kuliner di Pantai Jikomalamo, Kota Ternate, Prov. Maluku Utara
Foto : Dokumen P3E SUMA
5.2.2 Kebutuhan Air
Nilai ketersediaan air pada setiap grid tersebut nantinya dihubungkan dengan nilai kebutuhan air pada setiap grid.
Hasil distribusi penduduk di Kepulauan Maluku pada setiap grid digunakan untuk menghitung kebutuhan penduduk
dan lahan terhadap air, menggunakan standar angka kebutuhan air 43,2 m3/tahun/kapita (PerMen LH No. 17
Tahun 2009). Adapun hasil perhitungan kebutuhan air di Kepulauan Maluku disajikan pada gambar berikut.
Hasil perhitungan antara ketersediaan dan kebutuhan air di Kepulauan Maluku kemudian digunakan untuk
menghitung status daya dukung daya tampung penyediaan air baik itu nantinya terlampaui atau tidak terlampaui.
Perhitungan status daya dukung daya tampung juga dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi penduduk
maksimal yang dapat didukung kebutuhan airnya secara alamiah oleh karakteristik wilayah Kepulauan Maluku
(ambang batas populasi). Adapun perhitungan status daya dukung daya tampung penyediaan air di Kepulauan
Maluku disajikan pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 5.3 Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Air Kepulauan Maluku
WILAYAH
KEBUTUHAN AIR KEBUTUHAN AIR TOTAL STATUS WILAYAH YANG
LUAS_HA POPULASI KETERSEDIAAN SELISIH AMBANG YANG TIDAK %
PROVINSI DOMESTIK UNTUK LAHAN KEBUTUHAN AIR AMBANG MENDUKUNG
MENDUKUNG
Ha Jiwa m3 m3 m3 m3 m3 Jiwa Jiwa Ha % Ha %
Maluku 4.504.965,70 1.745.907 31.822.325.449,00 150.846.364,80 4.055.213.836,00 4.206.060.201,00 27.616.265.248,00 321.382.886 319.636.979 4.320.362,17 56,59% 184.603,53 2,42%
Maluku Utara 3.129.687,77 1.208.468 18.183.157.964,00 104.411.635,20 3.944.010.375,00 4.048.422.010,00 14.134.735.954,00 164.805.130 163.596.662 3.056.045,38 40,03% 73.642,39 0,96%
Jumlah Total 7.634.653,47 2.954.375 50.005.483.413,00 255.258.000,00 7.999.224.211,00 8.254.482.211,00 41.751.001.202,00 486.188.016 483.233.641 7.376.407,55 96,62% 258.245,93 3,38%
Sumber : Hasil Olahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
127 Ekoregion Maluku 2018
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 128
Berdasarkan tabel 5.3, Maluku adalah 486,188,016 daya tampung penyediaan air
persentase luas wilayah yang jiwa. Dengan jumlah penduduk bagi penduduk di Provinsi Maluku
belum melampaui atau masih eksisting tahun 2017 sebesar belum terlampaui.
mampu mendukung kehidupan 2.954.375 jiwa, daya dukung
penduduk untuk memenuhi daya tampung penyediaan Ketersediaan air secara alamiah
kebutuhan air secara alamiah air bagi penduduk Kepulauan di Provinsi Maluku Utara
sebesar 96.62 % dari luas Maluku pada tahun 2017 belum sebesar 18.183.157.964 m3/
wilayah Kepulauan Maluku atau terlampaui. tahun, jumlah populasi penduduk
sebesar 7.376.407,55 Ha. maksimal yang dapat didukung
Sedangkan luas wilayah yang Ketersediaan air secara alamiah ketersediaan airnya secara
sudah melampaui sebesar di Provinsi Maluku sebesar alamiah adalah 164.805.130
3,38% dari luas Kepulauan 31.822.325.449.00 m3/tahun, jiwa. Dengan jumlah penduduk
Maluku atau sebesar 258.245,93 jumlah populasi penduduk eksisting tahun 2017 sebesar
Ha. Dengan ketersediaan air maksimal yang dapat didukung 1.208.468 jiwa, daya dukung
sebesar 50.005.483.413,00 ketersediaan airnya secara daya tampung penyediaan air
m3/tahun, jumlah populasi alamiah adalah 321.382.886 bagi penduduk di Provinsi Maluku
penduduk maksimal yang dapat jiwa. Dengan jumlah penduduk Utara belum terlampaui.
didukung ketersediaan airnya eksisting tahun 2017 sebesar
secara alamiah oleh Kepulauan 1.745.907 jiwa, daya dukung
Gambar 5.7 Peta Status Daya Dukung Daya Tampung Penyediaan Air Kepulauan Maluku
Sumber: Hasil Olahan
Berdasarkan peta diatas diperoleh informasi bahwa hampir di seluruh wilayah Kepulauan Maluku ketersediaan
airnya masih sangat melimpah, dan belum melampaui ambang batas kemampuan alam untuk menyediakan air
terhadap kebutuhan yang digambarkan dari besarnya konsumsi air masyarakat dan penggunaan air untuk lahan
pertanian, sawah dan perikanan pada wilayah tersebut.
TPA Buku Deruderu Kota Ternate, Prov. Maluku Utara
Foto : DLH Kota Ternate
Daya dukung dan daya tampung Sementara itu daya dukung dan Esensi dasar dari daya
lingkungan hidup merupakan daya tampung sektor Kehutanan dukung dan daya tampung
salah satu muatan kajian yang tercantum baik dalam Pasal adalah perbandingan antara
mendasari penyusunan atau 2 Undang-undang Nomor 5 ketersediaan (supply) dan
evaluasi rencana tata ruang Tahun 1990 tentang Konservasi kebutuhan (demand). Hal ini
wilayah (RTRW), rencana Sumberdaya Alam Hayati dan menjadi penting karena supply
pembangunan jangka panjang Ekosistemnya maupun Pasal umumnya terbatas sedangkan
dan jangka menengah (RPJP 3 huruf (c), Pasal 33 ayat (2) demand tidak terbatas.
dan RPJM). Daya dukung juga dan Pasal 40 Undang-undang Beberapa konsep dan
teramanatkan dalam Undang- Nomor 41 Tahun 1999 tentang perhitungan teknis daya dukung
undang lain yang spesifik Kehutanan. daya tampung lingkungan hidup
antara lain berkaitan dengan yang dapat digunakan sebagai
sektor pertanian yakni Undang- Kegiatan sektor industri menjadi dasar dalam penyusunan daya
undang No. 41 Tahun 2009 sektor yang juga penting untuk dukung daya tampung lingkungan
Tentang Perlindungan Lahan dikaji daya dukung dan daya hidup berbasis jasa lingkungan
Pertanian Pangan Berkelanjutan tampung lingkungan hidupnya, mendukung kegiatan sektor
dalam Pasal 9 Ayat (5) yang karena sektor industri berdampak antara lain:
menyebutkan bahwa daya cukup besar bagi pencemaran
dukung lingkungan menjadi dasar dan kerusakan lingkungan hidup.
kesesuaian lahan pertanian.
Indonesia dianugerahi hutan tropis terluas dan keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Puluhan juta rakyat
Indonesia secara langsung bergantung pada hutan-hutan ini untuk kehidupan mereka, entah itu mengumpulkan
hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari atau bekerja di sektor pengolahan kayu. Hutan-hutan ini adalah rumah
terakhir bagi banyak flora dan fauna yang unik, endemik dan khas yang tidak ditemukan di negara lain. Bahkan
saat ini, hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia banyak ditemukan beberapa jenis
spesies baru.
Namun saat ini pemanfaatan hutan untuk kepentingan lain terus terjadi. Perambahan, illegal logging, perburuan
liar dan kebakaran hutan masih sering terjadi yang tentu saja akan menyebabkan gangguan terhadap
keberlangsungan fungsi hutan. Penegakan hukum dan upaya pengendaliannya dalam berbagai bentuk harus
dioptimalkan. Dalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa
Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap
daerah aliran sungai dan atau pulau, guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi
masyarakat setempat. Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan tersebut minimal 30 % (tiga puluh persen)
dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional.
Gambar 5.8. Skema pendekatan serta kerangka analisis studi Rencana Kawasan Hutan
Ekosistem adalah entitas yang kompleks yang terdiri atas komunitas tumbuhan, binatang dan mikroorganisme
yang dinamis beserta lingkungan abiotiknya yang saling berinteraksi sebagai satu kesatuan unit fungsional
(MEA, 2005). Fungsi ekosistem adalah kemampuan komponen ekosistem untuk melakukan proses alam dalam
menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung (De Groot, 1992). Jasa lingkungan adalah keuntungan yang diperoleh manusia
dari ekosistem (MEA, 2005). Jasa lingkungan dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi jasa penyediaan
(provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa budaya (cultural), dan jasa pendukung (supporting) (MEA, 2005).
Ada 19 kelas dari 23 kelas klasifikasi jasa ekosistem (De Groots, 2002) atau jasa lingkungan, yang berkaitan
dengan sektor Kehutanan atau kawasan hutan sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.9. Jasa-Jasa Lingkungan Kawasan Hutan
Sektor Kehutanan merupakan sektor Kehutanan yang tidak menjadikan lingkungan seakan-
potensi alam yang bernilai berkelanjutan merupakan salah akan diabaikan. Kondisi ini
strategis bagi perkembangan satu bentuk masalah yang hampir dirasakan oleh beberapa
sebuah negara, didalamnya berdampak pada merosotnya negara yang masih berkiblat pada
terdapat fungsi (jasa) pengaturan, kualitas lingkungan. Kebijakan nilai ekonomis dalam penentuan
penyediaan, pendukung dan pembangunan seringkali condong kebijakan pembangunan.
kebudayaan. Pembangunan kearah nilai ekonomis dan
Inventarisasi dan perhitungan industri mengakibatkan terjadinya budi daya pertanian terutama
daya dukung daya tampung degradasi, alih fungsi, dan pada wilayah perdesaan yang
lingkungan hidup berbasis jasa fragmentasi lahan pertanian memiliki hamparan Lahan
lingkungan sektor pertanian pangan telah mengancam daya Pertanian Pangan Berkelanjutan
akan difokuskan pada program dukung wilayah secara nasional dan/atau hamparan Lahan
pemerintah yakni penetapan dalam menjaga kemandirian, Cadangan Pertanian Pangan
Lahan Pertanian Pangan ketahanan, dan kedaulatan Berkelanjutan serta unsur
Berkelanjutan (LP2B). Hal ini pangan. penunjangnya dengan fungsi
sesuai dengan ayat (5) UU NO utama untuk mendukung
41 tahun 2009 tentang Kriteria Pelaksanaan penyusunan daya kemandirian, ketahanan, dan
Teknis Kawasan Peruntukan dukung dan daya tampung kedaulatan pangan nasional.
Pertanian bahwa lahan pertanian lingkungan hidup sektor
pangan ditetapkan berdasarkan pertanian khususnya yang terkait Jasa lingkungan yang digunakan
kesesuaian lahan yang penentuan potensi LP2B dapat dalam perhitungan penentuan
diharuskan mempertimbangkan dilakukan dengan terlebih dahulu lahan LP2B ini menggunakan
daya dukung lingkungan. menentukan Kawasan Pertanian jasa lingkungan yang terkait
Selain itu makin meningkatnya Pangan Berkelanjutan (KP2B). dengan bentanglahan
pertambahan penduduk serta Kawasan Pertanian Pangan pertanian atau agroekosistem
perkembangan ekonomi dan Berkelanjutan adalah wilayah sebagaimana diungkapkan oleh
Di rentang 2015-2019, terselatan, Moa, Lakor dan Letti. pengaturan air, jasa ekosistem
Kementerian Perindustrian akan Kawasan industri memegang pengaturan dan pengendalian
membangun dan memfasilitasi peranan strategis dalam terhadap bencana banjir, jasa
pembangunan 14 kawasan pembangunan industri nasional ekosistem pengaturan iklim
industry di luar Pulau Jawa, karena memberikan jaminan dan dan jasa ekosistem pengaturan
yang akan dikembangkan sesuai kepastian lokasi bagi investasi, pemeliharaan kualitas udara,
konsentrasi dan bahan baku yang khususnya di sektor industri. dilakukan dengan pertimbangan
dihasilkan daerah tersebut. bahwa untuk penentuan lokasi
Sekaitan dengan hal tersebut, industri harus di tempat yang
Salah satu daerah yang strategis maka peta kinerja daya dukung aman, bebas banjir, terhindar dari
untuk pengembangan potensi daya tampung menjadi sangat lokasi rawan bencana alam, pada
industri di Indonesia yakni Maluku. membantu dalam memberikan kawasan yang iklimnya baik, minim
Maluku memiliki berbagai potensi masukan bagi penetapan gangguan cuaca dan iklim, pada
galian dan mineral yang belum kebijakan lokasi pembangunan kawasan yang tersedia sumber
dikembangkan secara optimal. Kawasan industri tersebut. air bersih yang mencukupi, dan
Emas banyak terdapat di Pulau Pada Penyusunan D3TLH Sektor kualitas udaranya relatif baik.
Wetar dan Lirang, sementara industri, jasa ekosistem yang
kaolin, pasir kuarsa, belerang, digunakan sebagai acuan menurut Jasa ekosistem pendukung
kapur dan batu apung, asbes, penelitian Radford, K. G. dan habitat dan keanekaragaman
mangan, tembaga, krom dan P. James (2013), adalah 8 jasa hayati, dipilih karena jangan
bahan mineral lainnya tersebar di ekosistem yaitu: 1. jasa ekosistem sampai lokasi industri yang
40 daerah lokasi pertambangan di penyediaan pangan, 2. jasa ada justru mengganggu atau
Maluku. Selain itu telah ditemukan ekosistem penyediaan air 3. jasa merusak keanekaragaman
lokasi tambang minyak dan gas ekosistem pengaturan iklim, 4. jasa hayati (biodiversitas). Selain itu,
bumi di sekitar Pulau Seram, Buru, ekosistem pengaturan air, 5. jasa keanekaragaman hayati pada
Kepulauan Aru dan Tanimbar. ekosistem pengaturan pemurnian suatu daerah penting untuk
Pertambangan dan bahan galian air 6. jasa ekosistem pengaturan diketahui karena dapat mendukung
yang ada di Maluku meliputi antara pemeliharaan kualitas udara, 7. kegiatan industri itu sendiri sebagai
lain nikel, minyak dan gas, batu jasa ekosistem pengaturan dan sumberdaya bahan mentah
apung, mangan, emas, perak, pengendalian terhadap bencana penyedia kebutuhan industri.
barite dan merkuri. Sementara banjir, dan 8. jasa ekosistem Sedangkan jasa ekosistem
itu di sektor non migas terdapat habitat dan keanekaragaman penyedia pangan penting sebagai
potensi industri tekstil yang ada hayati. salah satu unsur penyedia
di Kabupaten Maluku Tenggara kebutuhan industri.
yang tersebar di lima kecamatan Pemilihan jasa ekosistem
yakni PP Babar, Babar Timur, PP. penyediaan air, jasa ekosistem
Talaga Paca, Kab. Halmahera Utara, Prov. Maluku
Foto : Tohirin
BAB VI PENUTUP
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
133 Ekoregion Maluku 2018
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif
Ekoregion Maluku 2018 134
6.1
Kesimpulan
1. Tahapan dan pendekatan metode perhitungan penentuan daya dukung daya tampung lingkungan hidup
indikatif berbasis jasa lingkungan yaitu (1) klasifikasi karateristik ekoregion (bentanglahan dan tipe
vegetasi), serta karateristik penutup lahan, (2) perhitungan dan pembuatan peta layanan/ kinerja
jasa lingkungan, dengan kesepakatan para ahli, (3) Perhitungan Penentuan Status Daya Dukung Daya
Tampung Indikatif Jasa Penyediaan Pangan dan Air, dengan mempertemukan ketersediaan dan kebutuhan
(supply and demand) menggunakan system grid.
3. Data Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor, Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017,
Kepulauan Maluku Memiliki 36 (tiga puluh enam) jenis klasifikasi bentang alam dalam
skala 1:250.000 yang di dominasi oleh jenis perbukitan struktural lipatan bermaterial batuan sedimen non
karbonat sebesar 13,97% dan Pegunungan struktural patahan bermaterial batuan metamorfik sebesar
13,46% dari total luas wilayah Kepulauan Maluku.
4. Data Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor, Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017,
Kepulauan Maluku memiliki 43 (empat puluh tiga) jenis klasifikasi vegetasi alami/asli dengan kedalaman
skala informasi 1:250.000, yang didominasi jenis Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa)
sebesar 25,27% dari total luas Kepulauan Maluku.
5. Data Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan 2018, Penutupan lahan di Kepulauan Maluku terdiri atas berhutan dan tidak berhutan.
Adapun berhutan seluas 49,27%, diantaranya Hutan Lahan Kering Primer sebesar 21,01%, Hutan Lahan
Kering Sekunder Sebesar 27,20%, Hutan Mangrove Sekunder sebesar 0,69%. Sementara
untuk penutupan lahan tak berhutan sebesar 50,73% didominasi oleh jenis pertanian lahan kering campur
sebesar 19,23% dan belukar sebesar 10,40% dari luas total Kepulauan Maluku.
6. Kapasitas daya dukung daya tampung lingkungan hidup terhadap jasa lingkungan tertentu
direpresentasikan dalam bentuk indeks. Indeks jasa lingkungan dihitung dengan melibatkan nilai bobot
jasa lingkungan terhadap bentuk lahan, tipe vegetasi dan penutupan/penggunaan lahan. Hasil perhitungan
indeks jasa lingkungan akan memiliki rentang nilai 1 (satu) sampai 5 (lima) yang digunakan untuk
setiap kinerja jasa lingkungan yang merepresentasikan kemampuan suatu jenis lahan atau
ekoregion dalam menyediakan beragam jasa lingkungan untuk mendukung perikehidupan
makhluk hidup dari sisi penyediaan, pengaturan maupun pendukung. Ketiga komponen ini
saling berpengaruh dan akan menggambarkan kondisi suatu wilayah secara menyeluruh.
7. Indeks kinerja jasa lingkungan atas 14 jenis jasa lingkungan berkisar antara 2,49 – 3,37 yang terdiri dari:
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Pangan: 3,07
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Air: 2,49
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Penyediaan Serat (Fiber), Bahan Bakar dan Material Lainnya: 3,04
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Kualitas Udara: 3,06
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Pengaturan Iklim: 3,04
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Longsor: 3,37
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Banjir: 3,26
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Kebakaran: 3,05
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Air: 3,01
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Pemurnian Air: 2,50
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Penyerbukan Alami: 3,11
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pengaturan Pengendalian Hama: 2,94
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Habitat dan keanekaragaman Hayati: 3,16
- Indeks Kinerja Jasa Lingkungan Pendukung Pembentukan dan regenerasi Tanah: 2,95
8. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks kinerja jasa lingkungan penyediaan berada dikisaran indeks
2,49 – 3,07 (sedang), jasa lingkungan pengaturan berada pada kisaran 2,50 – 3,37 (rendah – sedang) dan
jasa lingkungan pendukung berada pada kisaran 2,95 – 3,16 (sedang).
9. Indeks kinerja jasa lingkungan penyediaan pangan Kepulauan Maluku rata rata 3,07 (sedang), indeks
penyediaan air rata-rata 2,49 sedangkan indeks kinerja penyediaan serat 3,04.
10. Indeks kinerja jasa lingkungan pengaturan kualitas udara Kepulauan Maluku rata rata 3,06 (sedang), indeks
kinerja jasa lingkungan pengaturan iklim rata rata 3,04 (sedang), indeks kinerja jasa lingkungan
pengaturan pencegahan dan perlindungan terhadap bencana alam longsor rata rata 3,37 (sedang),
indeks kinerja jasa lingkungan pengaturan pencegahan dan perlindungan terhadap bencana alam banjir rata
rata 3,26 (sedang), indeks kinerja jasa lingkungan pengaturan pencegahan dan perlindungan terhadap
bencana alam kebakaran rata rata 3,05 (sedang), indeks kinerja jasa lingkungan pengaturan air rata rata 3,01
(sedang), indeks kinerja jasa lingkungan pengaturan pemurnian air rata-rata 2,81 (rendah), indeks kinerja jasa
lingkungan pengaturan penyerbukan alami rata rata 3,11 (sedang), indeks kinerja jasa lingkungan pengaturan
pengendalian hama rata rata 2,94 (sedang).
11. Indeks kinerja jasa lingkungan pendukung habitat dan keanekaragaman hayati Kepulauan Maluku rata rata
3,16 (sedang), indeks kinerja jasa lingkungan pendukung pembentukan dan regenerasi tanah rata rata 2,95
(sedang).
12. Penetapan status daya dukung daya tampung lingkungan hidup di Kepulauan Maluku menggambarkan
perbandingan antara ketersediaan yang disajikan dari pelayanan ekosistem dan kebutuhan masyarakat
terhadap indikator pangan dan air. Berdasarkan hasil perhitungan status daya dukung daya tampung pangan
Kepulauan Maluku, persentase luas wilayah yang belum melampaui sebesar 79,26% dari luas Kepulauan
Maluku. Dengan ketersediaan bahan pangan secara alamiah sebesar 4.822.605.557.595,65 Kkal, jumlah
populasi penduduk maksimal yang dapat didukung ketersediaan pangannya secara alamiah oleh Kepulauan
Maluku adalah 6.149.442 jiwa. Dengan jumlah penduduk eksisting tahun 2017 sebesar 2.954.375 jiwa, daya
dukung daya tampung pangan Kepulauan Maluku BELUM TERLAMPAUI.
13. Berdasarkan hasil perhitungan status daya dukung daya tampung air Kepulau an Maluku, persentase luas
wilayah yang belum melampaui sebesar 96.62 % dari luas Kepulauan Maluku. Dengan ketersediaan air
secara alamiah sebesar 50.005.483.413,00 m3/tahun, jumlah populasi penduduk maksimal yang dapat
didukung ketersediaan airnya secara alamiah di Kepulauan Maluku adalah 486.188.016 jiwa. Dengan jumlah
penduduk eksisting tahun 2017 sebesar 2.954.375 jiwa, daya dukung daya tampung air di Kepulauan Maluku
BELUM TERLAMPAUI.
6.2
Rekomendasi
a. Perencanaan dan Pemanfaatan ruang pada wilayah dengan kinerja jasa lingkungan penyediaan pangan dan
air yang tinggi, harus menerapkan prinsip kehati – hatian, meminimalisasi dampak dan mitigasi, sehingga ada
respon terhadap tekanan dan kondisi saat ini.
b. Perlu adanya kebijakan atau rencana strategis pemerintah dan pemerintah daerah dalam mendukung
ketahanan pangan dan air untuk mengantisipasi laju pertumbuhan penduduk, serta pemanfaatan teknologi
dalam mengatasi masalah minimnya lahan untuk produksi bahan pangan dan alih fungsi lahan yang tidak
sesuai peruntukannya
c. Memperhatikan kedudukan D3TLH dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaran Penataan Ruang, PP Nomor 46 Tahun
2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS, PermenLHK No 69 tahun 2017 tentang Penyusunan KLHS,
Permendagri Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RPJMD, maka
direkomendasikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menggunakan dokumen ini
sebagai acuan dalam penyusunan dokumen D3TLH Provinsi dan Kabupaten/Kota.
d. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang akan menyusun kajian D3TLH disarankan menggunakan skala
yang lebih detail minimal 1:100.000 – 1:25.000. Penutupan lahan disarankan menggunakan skala 1:25.000 dan
atau menggunakan citra/foto udara beresolusi tinggi untuk mendapatkan hasil dengan tingkat presisi dan
akurasi yang tinggi. Kajian lebih lanjut juga dapat menggunakan data RTRW tingkat kabupaten/kota.
e. Pemahaman para pembuat kebijakan, rencana dan/atau program akan substansi daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup sampai pada tingkat kedalaman tertentu, agar penerapannya tepat dan efektif
serta mempengaruhi pengambilan keputusan. Lingkungan hidup dan sumber daya alam disetiap
wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang menunjukkan suatu daerah memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu sehingga implikasi telaahan hasil kajian daya dukung daya tampung lingkungan hidup
adalah penyempurnaan kebijakan, koordinasi dan kerjasama antar daerah dalam pembangunan wilayah.
Daftar Pustaka
Millennium Ecosystem Assessment. 2005. Ecosystems and Human Well-being : Synthesis. Washington, DC:
Island Press.
Braat, L., de Groot, R., 2012. The ecosystem services agenda: bridging the worlds of natural science and
economics, conservation and development, and public and private policy. Ecosyst. Serv. 1, 4–15.
Barirotuttaqiyyah, D. 2015. Pemetaan Pola Distribusi dan Aliran Energi Bahan Pangan Provinsi Jawa Barat.
Tugas Akhir, Institut Teknologi Bandung.
Norvyani, D.A. 2016. Pemetaan Status Daya Dukung Lingkungan Hidup Tingkat Kabupaten/Kota
menggunakan Sistem Grid Skala Ragam (studi kasus: wilayah administratif cekungan Bandung). Tugas
Akhir, Institut Teknologi Bandung.
Riqqi, A. 2011. Indonesian Multiscale Grid System for Environmental Data. 10th Annual Asian Conference
and Exhibiton on Geospatial Information Technology and Application, Jakarta.
Hardinsyah. 2012. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk Indonesia. Departemen Gizi Masyarakat
FEMA IPB dan Badan Litbangkes Kemenkes RI. Bogor.
Kuswata Kartawinata. 2013. Diversitas Ekosistem Alami Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Buku Obor.
Muta'ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan.
Yogyakarta: BPFG UGM.
___________2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan
Ruang. Yogyakarta: BPFG UGM.
Riqqi, Ahmad. 2015. Perhitungan Status Jasa Ekosistem dengan Pairwise Comparison. Direktorat PDLKWS,
Direktorat Jenderal Planologi dan Tata Lingkungan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta,
2015.
Republik Indonesia. 1999. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Lembaran Negara
RI Tahun 1999, Nomor 167. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Lembaran
Negara RI Tahun 2007, Nomor 68. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009, Nomor 33. Sekretariat Negara. Jakarta.
Undang Undang No 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Lembaran Negara RI Tahun 2009, Nomor 149. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Lembaran Negara RI Tahun 2016, Nomor 228. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Lembaran Negara RI Tahun 2015. Nomor 3. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.18 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sekretariat Jenderal
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P. 52 Tahun 2016
tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengendalian Pembangunan Ekoregion Pada Pusat
Pengendalian Pembangunan Ekoregion. Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Jakarta.
Republik Indonesia. 2016, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P. 74 Tahun 2016
tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah, Jakarta.
Republik Indonesia. 2018. P3E Jawa. 2016. Daya Dukung Daya Tampung Sektor Pertanian.
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
P3E Jawa. 2016. Laporan Akhir Penyusunan Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis
Jasa Ekosistem Terkait Sektor Industri di Jawa Timur. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Air Terjun Wasanhutuni di Taman Nasional Manusela Prov. Maluku
Foto : Jumrin Said
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17 Sudiang, Makassar - Sulawesi Selatan 90243
Tlp. (0411) 555701/2, Fax (0411) 555703