Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

TERAPI KOMPLEMENTER

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Komplementer


Yang Diampu Oleh Bapak Ns. Koernia Nanda Pratama, M. Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

M. Nur Akmal Hidayat NIM. I1F017002


Muslihudin NIM. I1F017006
Yanuar NIM. I1F017010
Eko Suwardiyanto NIM. I1F017014
Umar Sumardi NIM. I1F017018
Imaniah Kusuma Wardani NIM. I1F017022
Bernadeth Yunitasari NIM. I1F017026
Getrudis Wilhelmina Gudhu NIM. I1F017030
Frisca Rinandar NIM. I1F017034
Candra NIM. I1F018004
Wahyu Dwi Nugroho NIM. I1F018008
Sukartini Hardyn Agustina NIM. I1F018012
Yogi Dwi Cahyanto NIM. I1F018016
Muhamad Amin Effendi NIM. I1F018020

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia yang tidak dapat dipisahkan dari suatu masyarakat. Hidup sehat
adalah perilaku masyarakat yang bertujuan untuk menjauhkan diri dari
penyakit (Saputra, 2012)
Penyakit, secara ilmiah, diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis
dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.
Sedangkan sakit, adalah pengalaman individu dalam melakukan penilaian
terhadap suatu penyakit (Sarwono, 1993). Salah satu solusi mengatasi
penyakit bagi masyarakat adalah pengobatan. Pengobatan adalah suatu usaha
untuk penyembuhan penyakit. Pengobatan terhadap suatu penyakit di dalam
sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku di dalam
masyarakat tersebut atau sesuai dengan kepercayaan masyarakat. Ketika
seseorang sakit, maka ia akan berusaha mencari obat dengan berbagai cara
untuk kesembuhan atas penyakitnya. Selain pengalaman, banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam mencari pengobatan ketika seseorang sedang
sakit, yaitu faktor sosial, ekonomi, organisasi pelayanan kesehatan baik
modern maupun tradisional (Lumenta, 1989). Secara umum, sistem
pengobatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: sistem pengobatan
ilmiah (modern) yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan
sistem pengobatan tradisional (Kalangie, 1994).
Sistem pengobatan modern telah berkembang di masa sekarang ini
dan merupakan sistem pengobatan suatu penyakit dengan menggunakan obat
dari bahan kimia sintesis, tetapi dalam penggunaannya obat – obat sintesis
kurang baik untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat
menimbulkan efek samping yang lebih besar (Shofa, 2016).
Menurut WHO, pengobatan alternatif disamakan dengan pengobatan
tradisional yaitu ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan
pengetahuan dan pengalaman praktik, baik yang dapat diterangkan secara
ilmiah ataupun tidak dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial (WHO, 2013).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003 halaman 2 tentang penyelenggaraan
pengobatan tradisional, menyatakan bahwa pengobatan tradisional adalah
pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang
mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun-temurun, dan atau
pendidikan/pelatihan, danditerapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat
Karena hal tersebut, banyak masyarakat yang kembali pada
pengobatan alternatif. Dalam perkembangannya, pengobatan alternatif
dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu: pengobatan tradisional,
pengobatan thibbun nabawi, pengobatan akupuntur, dan sebagainya.
Masyarakat memilih pengobatan alternatif karena pengobatan modern tidak
memberikan hasil yang memuaskan (Fitriyani, 2014).
Bila dilihat dari fenomena di atas, melalui makalah ini kami mencoba
untuk mengetahui bagaimana peranan terapi komplementer dan cara
penggunaannya dalam berbagai masalah kesehatan.

B. Tujuan Diskusi
1. Mahasiswa mampu mengungkapkan penyebab penyakit berdasarkan
paradigma kesehatan seperti : magico religius, naturalistic atau holistic
dan biomedical scientific
2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai macam
kategori terapi komplementer
3. Mahasiswa mampu memilih penggunaan berbagai terapi komplementer
untuk kondisi penyakit seperti cancer, pain reduction dan chronic disease
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Menjelaskan penyebab penyakit berdasarkan paradigma kesehatan magico


religius, naturalistic atau holistic dan biomedical scientific.
Jawaban:
Aditya (2012) dan Samovar et al. (2017) mengungkapkan bahwa penyebab
penyakit berdasarkan paradigma kesehatan magico religius, naturalistic atau
holistic dan biomedical scientific dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
a. Magico religius
1) Pengertian
Adalah tradisi pengobatan yang datang dari sistem kepercayaan
dimana dunia dianggap sebagai arena dimana supernatural adalah
yang paling penting. Pengikut kepercayaan ini memiliki kepercayaan
kuat mengenai adanya dukun, sihir, dan roh jahat. Sistem ini
diposisikan layaknya takdir dunia dan lainnya, termasuk juga manusia,
tergantung dari aksi Tuhan, atau dewa-dewi, dan kekuatan
supernatural baik dan jahat.
2) Penyebab Sakit
Dalam sistem ini, sakit disebabkan oleh kekuatan spiritual. Dalam
perspektif ini, dukun, tabu/guna-guna, kemasukan objek penyakit,
kerasukan roh penyebab penyakit, dan hilangnya roh dari dalam tubuh
adalah lima pendangan yang paling banyak dianut di dunia. Oleh
karen aitulah, dalam beberapa budaya, orang percaya bahwa penyakit
merupakan hasil dari tubuh yang dirasuki roh jahat ataupun tubuh
yang terkena mantera. Budaya lainnya percaya bahwa sakit adalah
tanda kelemahan, karma, atau durhaka.
Supernatural diketahui masih kental dianut oleh masyarakat Asia
Tenggara. Samovar (2010) mengungkapkan setidaknya mencatat
empat kepercayaan supernatural yang masih dianut oleh berbagai
bangsa di Asia Tenggara yaitu:
 Masyarakat Hmong seringkali memposisikan penyakit sebagai
kekuatan spiritual, kerasukan roh jahat atau hantu, yang
menyebabkan kondisi tubuh yang memburuk, juga kurangnya
pemujaan terhadap roh leluhur. Hmong mempercayai bahwa roh
seseorang adalah penjaga kesehatan tubuh seseorang. Jika roh
senang, maka orang tersebut akan senang, dan sehat.
 Warga Laos, mempercayai adanya Phi (kekuatan alam), setiap
manusia memiliki 32 roh alam yang menjaga, dan penyakit
disebabkan oleh ketidakseimbangan atau perginya roh yang ada
dalam tubuh.
 Kepercayaan yang hampir serupa dianut oleh masyarakat
Vietnam. Banyak orang Vietnam percaya bahwa masalah
keswehatan, seperti influenza, demam, ataupun sakit kepala
disebabkan oleh elemen alam cao gio yang dihubungkan dengan
cuaca buruk dan kedinginan.
 Beberapa suku di Filipina memegang kepercayaan bahwa
kesehatan adalah konseptualisasi umum oleh keseimbangan.
Warga Filipin menganggap bahwa penyakit dapat disebabkan
oleh dukun yang meracuni tubuh, yang mengurangi
keseimbangan tubuh.
Di Indonesia pula, negeri kaya budaya dan suku bangsa, memiliki
banyak variasi kepercayaan supernatural. Secara umum, pandangan
kepercayaan supernatural di Indonesia mengenai penyebab sakit tidak
jauh berbeda dengan pandangan budaya lainnya di Asia Tenggara.
Sebagai contoh, kepercayaan suku Dayak mengenai adanya roh
leluhur dan kekuatan alam yang hadir dalam dunia manusia. Dukun
dianggap sebagai mereka yang dapat membaca dan mengendalikan
roh leluhur dan kekuatan alam tersebut.
Etnis Tionghoa di Pontianak pula memiliki pandangan kesehatan
supernatural. Berbagai larangan seperti larangan ke pemakaman dalam
kondisi yang kurang sehat, larangan ke pemakaman bagi ibu hamil,
larangan ke pernikahan bagi bujangan yang lebih tua daripada
mempelai,merupakan beberapa contoh penyebab penyakit atau nasib
sial bagi etnis Tionghoa di Pontianak.
3) Solusi Kesehatan
Solusi kesehatan yang dari sudut pandang supernatural mengakar pada
shaman / paranormal, atau yang di Indonesia dikenal dengan sebutan
“orang pintar‟, “dukun‟. Umumnya, paranormal tersebut akan
menyalurkan kekuatan yang lebih bagi pasiennya untuk dapat
menangkal kekuatan jahat yang ada dalam tubuh pasien. Penerapan
yang sama dilakukan oleh warga Hmong, Laos, Vietnam, dan
mayoritas warga Asia lainnya.
b. Naturalistic atau holistic
1) Pengertian
Bumi terbuat dari berbagai sistem, seperti air, tanah, udara, tumbuhan,
dan binatang lainnya. Kesehatan holistik berdasar dari prinsip bahwa
keseluruhan tersebut adalah saling terkait, dan berinteraksi satu sama
lain. Sama hal terjadi pada manusia, individu terbentuk dari berbagai
sistem terkait, yang disebut sebagai jasmani, mental, emosi, dan
rohani. Kelangsungan hidup tergantung pada keserasian berbagai
sistem tersebut, karena apa yang terjadi pada satu sistem berimbas
pada sistem lainnya. Contohnya, jika seseorang merasa tegang
ataupun takut pada sesuatu, maka rasa gugup tersebut akan berimbas
pada sakit perut, ataupun sakit kepala. Ketika seseorang memendam
kemarahan dalam jangka waktu yag lama, individu tersebut akan
mengalami sakit serius.
Kesehatan holistik lebih pada cara menjalani hidup untuk mencegah
penyakit, dibanding mencari sebab penuakit tersebut. Holisme lebih
menekankan pada koneksi pikiran, fisik, dan rohani, dan bagaimana
orang berinteraksi dengan lingkungan.
Tujuannya adalah untuk mencapai kesehatan maksimum, ketika
semua sistem berfungsi sebaiknya. Dengan kesehatan holistik, setiap
individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga level kesehatannya.
2) Penyebab Sakit
Pendekatan holistik atau naturalistik terhadap penyakit mengandung
asumsi bahwa ada hokum alam yang mengatur semuanya dan seluruh
orang di alam semesta. Agar dapat tetap sehat, mereka harus tetap
seharmoni dengan hokum alam dan selalu siap untuk menambah dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Dalam kepercayaan holistik di Asia, mayoritas kepercayaan bangsa
Aisia (Cina, Filipina, Korea, Jepang, dan Asia Tenggara) tidak
percaya bahwa mereka memiliki kontrol terhadap alam. Mereka
merasa mengontrol dan mengubah lingkungan akan mengundang
perspektif fatal terhadap kehidupan manusia.
Beberapa budaya lain, seperti di Amerika Latin maupun di Afrika,
maupun suku Indian di Amerika memiliki pandangan yang serupa
mengenai alam. Jika sistem bumi dirusak, maka kehidupan manusia
yang sebenarnya terancam rusak. Sebaliknya, jika manusia merusak
hidup mereka sendiri, mereka merusak bumi.
3) Solusi Kesehatan
Pengobatan holistik/naturalistik ditemukan dalam beberapa praktik
medis Cina. Contohnya, Cina mencoba mengembalikan keseimbangan
kekuatan yin dan yang.
Metode tradisional dari pengobatan holistik dalam pengobatan Cina,
salah satunya adalah dengan mengkonsumsi telur yang berumur
ribuan tahun, mengikuti aturan ketat dalam kombinasi makanan, dan
memakan makanan spesifik sebelum dan sesudah melahirkan atau
operasi. Pengobatan tradisional termasuk akupunktur, yakni praktik
pengobatan kuno dengan cara menusukkan jarum ke tubuh untuk
mengobati penyakit; pengobatan herbal, seperti ginseng, yang telah
digunakan oleh orang Cina di seluruh dunia, dan kini diikuti oleh
orang Barat. Melatih tubuh juga dianggap penting, dan banyak orang
Cina yang berpartisipasi dalam program tai chi.
Tidak semua budaya holistik menggunakan pendekatan yang spesifik
mengenai pengobatan kesehatan. Beberapa menggunakan baik
pengobatan Barat maupun pengobatan herbal. Di Afrika, contohnya,
efek dari kolonialisme, spiritualitas, dan tradisi kuno mempengaruhi
persepsi masyarakat pribumi terhadap pengobatan kesehatan. Banyak
orang Afrika yang membagi solusi kesehatan menjadi sistem modern
dan tradisional. Pengobatan modern mengikuti model biomedik Barat,
sedangkan pengobatan tradisional mengikuti pengobatan kuno
mereka. Meskipun beberapa pengobatan holistik terlihat tidak lazim,
bahkan aneh dari perspektif pengobatan Barat, praktisi kesehatan di
budaya lain telah sukses mengaplikasikan pengobatan ini berabad-
abad.
c. Biomedical Scientific
1) Pengertian
Sistem pengobatan saintifik/biomedikal berfokus pada diagnosa
objektif dan eksplanasi saintifik dari penyakit. Sistem ini memiliki
pendekatan berdasar bukti yang bergantung pada prosedur, seperti tes
laboratorium untuk memverifikasi ada tidaknya dan diagnosa
penyakit. Karena pendekatannya yang berfokus pada penyebab fisik
dari penyakit, seringkali aspek fisiososial dari penyakit, seperti norma
budaya, kemampuan mengobati, dan kejadian lainnya yang mungkin
berpengaruh pada masalah kesehatan fisik tidak diperhitungkan.
Hidup dikontrol dari serial proses fisik dan biokimia yang dapat
dipelajari dan diatasi oleh manusia. Kesehatan manusia dapat
dimengerti dari sudut proses fisik dan kimiawi. Sebaliknya, sistem ini
mengabaikan pemikiran metafisik dan pendekatan pengobatan
holistik.
Kepercayaan pendekatan saintifik/biomedikal seringkali dikaitkan
dengan etnosentrisme biomedikal Barat, yang kadang kala menjadi
penghalang nyata dalam komunikasi solusi kesehatan. Kepercayaan
lain seperti holistik atau supernatural dianggap remeh dan tidak masuk
akal. Bahkan istilah pengobatan alternatif mengindikasikan bahwa
praktik lain bukan merupakan solusi utama, paktik lain selain
pengobatan biomedikal tidaklah benar, dan penerimaan terhadap
pengobatan alternatif hanya dapat ditoleransi jika pengobatan
biomedikal tidak dapat memberikan solusi.
2) Penyebab Sakit
Tradisi pengobatan biomedikal menekankan masalah biologis.
Pengobatan ini berfokus pada pencarian ketidaknormalan struktur
tubuh atau fungsi kimia. Sakit dianggap ada jika kondisi seseorang
terlihat berbeda dari norma ilmu biomedikal.
3) Solusi Kesehatan
Pengobatan dalam pendekatan ini bertujuan untuk menghancurkan
atau mengeluarkan penyebab sakit, memperbaiki bagian tubuh yang
terjangkit, dan mengontrol sistem tubuh yang terjangkit. Pengobatan
saintifik/biomedikal merupakan pengobatan yang dominan di Amerika
Serikat, juga negara-negara Barat lainya. Pengobatan bertujuan untuk
mengembalikan tubuh pada kondisi normal, dengan cara operasi, obat-
obatan, dan intervensi terapis lainnya.
Di Amerika Serikat, sama dengan tempat lainnya, mereka yang
memiliki pengaruh budaya ganda, seringkali mengkombinasikan
kepercayaan kesehatan tersebut. Pengobatan biomedikal digunakan
untuk beberapa penyakit, sementara kepercayaan supernatural atau
holistik digunakan untuk penyakit klainnya. Banyak orang Amerika
keturunan Cina mengkombinasikan jasa kesehatan Barat dan Cina. Di
Vietnam, jasa kesehatan biomedikal digunakan sebagai alternatif
setelah kepercayaan pengobatan mereka tidak lagi menjawab. Banyak
orang Filipina sangat terbiasa dan menerima pengobatan Barat,
meskipun dalam menghadapi penyakit, mereka juga berkonsultasi
pada pengobat tradisional, selain dokter.
Perbedaan kepercayaan budaya, terhadap penyebab penyakit dan
solusi kesehatan tersebutlah yang mengantar para oknum penyedia
solusi kesehatan, juga akademisi, untuk mengais lebih dalam
mengenai metode apa yang sebenarnya cocok terhadap pasien dengan
latar belakang budaya yang bevariasi. Terlebih lagi, banyak budaya
yang menerapkan kombinasi pengobatan supernatural, holistik, juga
biomedikal sebagai jawaban akan kesehatan.
2. Menyebutkan dan menjelaskan berbagai macam kategori terapi komplementer
berdasarkan referensi yang terkini:
Jawaban:
Purwanto (2013) mengatakan bahwa terapi komplementer mengadopsi
dari kearifan budaya suatu bangsa yang berarti terapi yang didapatkan melalui
proses sosial yang bukan merupakan sistem yang baku dalam pelayanan
kesehatan namun cukup kuat untuk menentukan kepercayaan terhadap
penyakit dan penyembuhannya. Sehingga dalam penerapanya dapat
dimodifikasi oleh terapis sesuai dengan kemampuannya, tetapi hasil akhirnya
adalah tindakan tersebut berefek positif bagi kesehatan pasien. Dalam hal ini
kemampuan terapis secara kognitif, afektif dan psikomotor sangat menentukan
keberhasilan terapi.
Terapi komplementer ada yang invasif dan non-invasif. Hitchcock et
al. (1999) dalam Widyatuti (2008) mengatakan contoh terapi komplementer
invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan
jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi
(reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi
sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi
lainnya.
National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM)
dalam Widyatuti (2008) membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem
pelayanan dalam lima kategori yaitu:
a. Mind-body therapy, yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik
untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik
dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi
musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
b. Alternatif sistem pelayanan, yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat
misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli
Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy.
c. Terapi biologis, yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya
misalnya herbal, makanan.
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh manipulasi
dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam
pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
e. Terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik
sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, eksternal qi gong, magnet.
Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu kategori berupa
kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik.
Ruang lingkup tindakan komplementer yang berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik dan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan adalah:
a. Intervensi Tubuh dan Fikiran (Mind and body intervension)
b. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif (Alternative Systems of Medical
Practice)
c. Cara penyembuhan manual (Manual Healing Methods)
d. Pengetahuan farmakologi dan biologi (Pharmakologic and Biologic
Treatments)
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and Nutrition
the Prevebtion and Treatment of Desease) dan
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (Unclassified Diagnostic and
Treatment Methods)
Berikut ini jenis-jenis terapi komplementer yang ada di Indonesia
menurut Purwanto (2013) antara lain:
a. Komplementer Medik
Jenis tindakan ini berdasarkan pada ilmu biomedik dan telah diterima
oleh kedokteran konvensional dan dalam penyelenggaraanya dilakukan
oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainya yang meiliki
sertifikat kompetensi dan keahlian khusus di bidang pengobatan
komplementer. Peraturan ini diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/PER/2007. Dokter berperan
sebagai leader atau yang bertanggung jawab terhadap tindakan
komplementer yang diberikan kepada klien. Kedudukan tenaga kesehatan
lainya yang ikut berperan didalam terapi ini adalah perawat, bidan,
fiisioterapi yang mempunyai sertifikat kompetensi dan diakui oleh
organisasi profesi maupun lembaga yang berwenang dalam uji
kompetensi tersebut. Berbeda dengan tindakan komplementer
keperawatan, pada tindakan komplementer medis ini diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan: Rumah Sakit, Praktek berkelompok
maupun perorangan dan harus mempunyai dokter penanggung jawab.
Perawat dapat melakukkan tindakan komplementer medik dengan
menjadi asisten dalam menjalankan tindakan komplementer tersebut.
Di Indonesia terdapat 3 jenis teknik pengobatan komplementer medis
yang telah diintegrasikan ke dalam pelayanan medis konvensional, yaitu:
1) Akupunktur medik yaitu metode pengobatan alternatif yang telah
dilandasi dengan ilmu biomedik serta bersinergis dengan pengobatan
konvensional. Disebut pengobatan alternatif karena akunpuntur
adalah pengobatan tradisional dari Cina yang digunakan di
Indonesia. Akupuntur bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri).
2) Terapi hiperbarik, yaitu metode terapi dimana pasien berada di
dalam sebuah ruangan dan diberikan tekanan oksigen murni. Terapi
ini sering digunakan pada pasien dengan kasus gangren untuk
mencegah amputasi.
3) Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Terapi dengan menggunakan
herbal medik ini diatur lebih lanjut oleh Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 121/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.
b. Komplementer Tradisional Alternatif
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang
tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional.
Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan
pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksananya dokter,
dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam
bidang pengobatan komplementer tradisional alternatif. Jenis pengobatan
komplementer tradisional alternatif yang dapat diselenggarakan secara
sinergi dan terintegrasi harus ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah
melalui pengkajian.
Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif berdasarkan
Permenkes RI, Nomor: 1109/MENKES/PER/2007 adalah:
1) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions):
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2) Sistem pelayanan pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
3) Cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
4) Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, gurah
5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makro
nutrient, mikro nutrient
6) Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperbarik,
EECP
3. Menjelaskan pemilihan dalam penggunaan berbagai macam kategori terapi
komplementer dan mekanisme kerja terapi tersebut pada berbagai kondisi
penyakit seperti cancer, pain reduction dan chronic disease.
Jawaban:
A. Terapi komplementer untuk cancer
1) Terapi Komplementer Reiki
Teknik Penyembuhan reiki adalah teknik penyembuhan sangat
sederhana dan mudah dipelajari oleh semua orang hanya dalam waktu
inisiasi 30-45 menit dan langsung dapat digunakan untuk
menyembuhkan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat permanen.
Kemampuan reiki bisa diperoleh seketika melalui proses
attunement/penyelarasan atau inisiasi yang dilakukan oleh reiki master.
Setelah dilakukan proses penyelarasan energi terhadap sumber energi
alam semesta oleh reiki master, secara langsung seseorang memiliki
kemampuan memanfaatkan energi reiki. Cara menggunakanya energi
reiki sangat mudah, hanya meniatkan akan menggunakan energi reiki
dan meletakkan tangan pada cakra (pintu gerbang energi tubuh) atau
bagian tubuh yang sakit. Tingkat kesulitan: mudah, waktu yang
dibutuhkan: 25-45 menit.
Proses attunement akan memberi efek detokfisikasi pada fisik,
biasanya berupa kelebihan energi yang disertai tanda-tanda rasa panas,
mengantuk, meningkatnya frekuensi buang air kecil maupun besar.
Detokfisikasi ini akan diakhiri dengan rasa bugar, tenang dan nyaman
sesudahnya. Pada attunement tingkat kedua, detoksifikasi terjadi pada
lapisan mental dan emosional sehingga pembawaan lebih sabar dan
tenang. Terakhir adalah attunement tingkat master, pada tahap ini
detoksifikasi akan terjadi pada lapisan spiritual. Biasanya akan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih tenang dan mempunyai
kepekaan yang tinggi.
Praktisi reiki atau master reiki merupakan mediator untuk
mengalirkan energi alam kedalam tubuh manusia melalui kedua
tangannya. Tubuh manusia tersusun atas tubuh fisik dan non fisik yang
saling berhubungan, saat tubuh non fisik terganggu maka tubuh
fisikpun akan tergangu. Terapi reiki tidak langsung ke ditujukan pada
bagian fisik tubuh melainkan dialirkan dalam bentuk gelombang elektro
magnetik melalui medan radiasi tubuh atau aura. Saat melakukan
penyembuhan, seorang praktisi reiki akan menyerap energi reiki dari
alam semesta dan menyalurkannya ke tubuh nonfisik si pasien melalui
cakra/pintu gerbang energi yang ada dalam tubuh manusia. Hasil yang
diharapkan adalah terjadi keselarasan/keseimbangan energi dalam
tubuh, meningkatkan kerja sel tubuh sehingga fungsi tubuh akan
membaik dan dapat melakukan pemeliharaan dan perbaikan kesehatan.
Aktivasi cakra (pusat penyalur energi) dalam tubuh dapat menjaga
keseimbangan berbagai sistem dalam tubuh, hal ini dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental manusia. Tujuan akhir aktivasi cakra ini
adalah menciptakan manusia yang sehat jiwa dan raga. Meski lebih
banyak ditujukan untuk tindakan preventif, aktivasi cakra juga dapat
menyembuhkan gejala penyakit yang disebut cakra healing
Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara
langsung berbagai penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. Kalau
pusing, pilek atau stres, masih bisa ditanggulangi namun untuk penyakit
berat seperti kanker, gastritis kronis, gangguan jantung, dan lainnya,
lazimnya dikombinasikan dengan metode pengobatan lain. Penting
untuk diingat bahwa reiki bukan untuk pengobatan alternative kanker
namun reiki adalah terapi komplementer yang digunakan untuk
meringankan efek samping dari pengobatan kanker.
Chakra healing memanfaatkan tenaga bioenergi yang terdapat dalam
tubuh manusia. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai
sifat dasar hampir sama dengan energi lain seperti energi panas atau
energi listrik. Jika darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi
mengalir lewat suatu "lorong" yang dinamai meridian. Meridian ini
berpangkal pada titik-titik tertentu pada tubuh, membentuk pusat-pusat
energi yang disebut cakra.
Ada tujuh cakra utama yang terdapat pada tubuh manusia yaitu:
Cakra Mahkota, Cakra Ajna, Cakra Tenggorokan, Cakra Jantung, Cakra
Solar Plexus, Cakra Seks, Cakra Dasar.
1. Cakra dasar terletak di dasar tulang punggung
Berfungsi sebagai akar penunjang kehidupan, dan dilambangkan
dengan warna merah berkilauan. Energi dari Bumi masuk lewat cakra
ini. Cakra dasar mampu mengendalikan dan memberi energi pada
susunan tulang, sistem otot, dan reproduksi darah, jika ada gangguan
menyangkut kerja otot atau tulang, cakra inilah sumber masalahnya.
2. Cakra seksual.
Terletak di sekitar organ seksual, sering diidentifikasi dengan
warna oranye. Tugasnya mengendalikan dan memberi energi pada
organ-organ di rongga panggul, termasuk organ reproduksi, saluran
kemih dan sekitarnya. Penyakit yang sering bersumber dari pusat
energi ini: kemandulan, impotensi, infeksi saluran kemih, serta
pembesaran prostat.
3. Cakra solar plexus.
Letaknya di bagian kosong pertemuan antara tulang rusuk dan
ulu hati, dilambangkan dengan warna kuning. Titik ini berfungsi
sebagai pusat emosi, seperti berani, ulet, aktif, marah, benci, hingga
sakit hati. Selain itu, cakra ini mampu mengendalikan energi pada
hati, pankreas, lambung, usus besar, dan usus kecil. Juga berhubungan
dengan sistem pencernaan dan pembuangan sisa makanan.
4. Cakra jantung
Terdapat pada bagian tengah dada depan dan belakang,
lazimnya divisualisasikan dalam warna hijau zamrud cemerlang.
Dikenal juga sebagai pusat emosi halus, seperti belas kasih,
kedamaian, kegembiraan, keramahan, kepekaan, sumber cinta kasih
dan nurani. Cakra jantung mengendalikan energi pada jantung,
kelenjar timus serta paru-paru.
5. Cakra tenggorokan
Diasosiasikan dengan warna biru yang berfungsi sebagai pusat
energi yang mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan keinginan.
Dalam kerja samanya dengan organ-organ tubuh lain, cakra
tenggorokan bertanggung jawab atas pemberian energi pada
tenggorokan, saluran pernafasan serta kelenjar tiroid.
6. Cakra master atau cakra ajna.
Pusat energi satu ini punya kedudukan cukup istimewa karena
melambangkan kebijaksanaan. Warnanya biru keunguan atau nila,
yang bertugas untuk mengendalikan dan memberi energi pada
kelenjar-kelenjar, sistem endokrin, dan cakra utama lainnya.
7. Cakra mahkota.
Posisinya paling tinggi di antara pusat energi yang ada, karena
terletak pada bagian atas kepala atau ubun-ubun. Cakra ini
bertanggung jawab mengendalikan dan memberi energi pada sistem
saraf, otak serta keseimbangan kiri-kanan. Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan gangguan saraf terjadi bila cakra mahkota
terganggu.

Adapun prosedur pelaksanaan terapi komplementer reiki:


a. Pasien duduk dengan posisi tegak lurus di kursi atau kursi roda.
b. Instruksikan klien untuk bernafas secara rileks kemudian Instuktur
mengambil nafas dalam dan menyalurkan energy kepada pasien
melalui kedua tangan.
c. Berdiri dibelakang klien, letakkan kedua tangan anda dibahu klien (2-5
menit)
d. Ubah posisi – letakkan telapak tangan anda pada puncak kepala pasien
dengan ibu jari menyentuh puncak kepala (2-5 menit)
e. Ubah posisi, pindah kesamping klien, letakkan 1 tangan diatas medulla
oblongata (area antara belakang kepala denhan tulang belakang)
sedangkan tangan yang lain letakkan diatas dahi klien (2-5 menit).
f. Ubah posisi, Letakkan satu tangan di vertebra cervical yang ke 7 yang
menonjol dan tangan yang lain di letakkan di tenggorokan (2-5 menit ).
g. Ubah posisi, Letakkan satu tangan pada dada dan sebelah lagi di
punggung pasien dengan ketinggian yang sama (2-5 menit).
h. Ubah posisi- letakkan satu tangan di solar pleksus yaitu jaringan
saraf-saraf simpatis yg terletak dibelakang lambung dan didepan aorta
(perut) dan satu tangan yang lain dibelakang pada ketinggian yang
sama (2-5 menit)
i. Ubah posisi, letakkan satu tangan diperut bagian bawah dan satu
tangan yang lain di bagian belakang pada ketinggian yang sama (2-5
menit)
j. Akhiri dengan menyapu tangan pada seluruh bagian tubuh.

2) Terapi herbal
Dalam perkembangannya, penanganan penyakit kanker dilakukan
dengan kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Beberapa obat kemoterapi
yang paling sering digunakan adalah antimetabolit, senyawa interaktif
DNA, senyawa antitubulin, hormon dan senyawa penarget molekular
(Nussbaumer et al, 2011). Namun, penggunaan obat-obat kemoterapi
tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti rambut rontok,
supresi sumsum tulang, resistensi obat, lesi gastrointestinal, disfungsi
neurologi, dan toksisitas jantung (Hosseini dan Ghorbani, 2015). Salah
satu alternatif dalam pencarian antikanker adalah senyawa aktif
tanaman herbal. Antikanker dari tanaman herbal dapat berupa ekstrak
tanaman atau senyawa aktif tunggal yang diisolasi dari tanaman.
Rizki Muhammad Zafrial dan Riezki Amalia(2018) dalam artikel Anti
Kanker Dari Tanaman Herbal menyebutkan bahwa beberapa penelitian
membuktikan bahwa tanaman herbal memiliki berbagai mekanisme
spesifik sebagai antikanker. Beberapa contoh tanaman herbal yang bisa
digunakan
a) Bawang Putih (Allium sativum L)
Allium sativum atau bawang putih diketahui mempunyai efek
antikanker, dapat memberikan efek proteksi pada kanker
gastrointestinal. Pada penelitian lain, konsumsi bawang putih
dapat menekan progresi dari adenoma kolorektal dan
meningkatkan aktivitas serta jumlah dari sel natural-killer oleh
senyawa aktifnya yaitu S-allylcysteine. Karena hal tersebut
bawang putih dapat mencegah penurunan kualitas hidup akibat
kanker. Senyawa lain yang terkandung dalam bawang putih
yaitu organosulfur yang dapat mencegah terjadinya kanker,
termasuk kanker kolon. Terdapat efek samping yang
ditimbulkan apabila konsumsinya berlebihan yaitu gatal, eksim
pada ekstremitas atas, nyeri epigastrium, dan glossitis
b) Ginseng (Panax ginseng C.A.Mey)
Berdasarkan pada hasil uji klinis, P. ginseng yang mengandung
9,10-dimethyl1,2-benzanthmacene, urethane, aflatoxin B1, dan
N-2-fluomenylacetamide dapat menurunkan insidensi kanker
dan efek perbaikan pada penderita kanker. Studi menunjukkan
bahwa ginseng segar, jus, dan teh menurunkan risiko kanker
faring, laring, esofagus, perut, kolorektal, pankreas, liver, paru-
paru, dan ovari. Namun terdapat efek samping yang ditimbulkan
apabila dikonsumsi berlebihan sakit kepala dan diare.
c) Kunyit (Curcuma longa L.)
Kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin. Kurkumin oral
ditoleransi dengan baik, meskipun penyerapannya terbatas
dengan kadar nanogram, tapi memiliki aktivitas biologis pada
beberapa pasien dengan kanker pankreas. Data praklinis
menunjukkan bahwa curcumin memiliki aktivitas ampuh
melawan kanker pankreas, tetapi dapat menyebabkan efek
samping berupa yaitu ruam, menghambat penyerapan zat besi
dalam tubuh, dan masalah pada lambung bila dikonsumsi
berlebihan.
d) Teh Hijau (Camellia sinensis L. (Kuntze))
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa cathecin, senyawa
polifenol yang terdapat pada teh hijau merupakan konstituen
aktif yang memberikan efek antikanker. Dalam teh hijau
terkandung Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang merupakan
jenis katekin yang paling berlimpah dan mencakup sekitar 50-
75% dari total kandungan katekinnya. ECGC juga merupakan
antioksidan yang paling efektif dalam hal manfaat kesehatannya.
EGCG bersifat toksik atau racun bagi selsel kanker pada uji
laboratorium. Kemudian EGCG dapat mencegah aksi dari faktor
pertumbuhan yang diperlukan untuk membentuk dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah baru, sehingga
mencegah sel-sel kanker agar tidak bertumbuh serta menyebar
dengan cepat dari satu lokasi ke lokasi lain. Konsumsi yang
berlebihan dapat menyebabkan efek samping berupa kelebihan
kafein, gangguan penyerapan zat besi, dan kelebihan kalori.
3) Terapi Akupresur
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer pada pasien yang
mengalami mual muntah akut akibat kemoterapi. Stimulasi atau
penekanan yang dilakukan pada titik P6 dan St36 diyakini akan
memperbaiki aliran energi di lambung sehingga dapat mengurangi
gangguan pada lambung termasuk mual muntah. Stimulasi pada titik P6
bermanfaat dalam peningkatan pengeluaran beta endorpin di hipofise di
sekitar Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ). Beta endorpin merupakan
salah satu antiemetik endogen yang dapat menghambat impuls mual
muntah di pusat muntah dan CTZ.
B. Terapi komplementer untuk pain reduction
C. Terapi Komplementer untuk chronic disease

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, L. 2012, ‘Analisis perilaku konsumen etnis tionghoa indonesia dalam


pengambilan keputusan pembelian jasa kesehatan (studi kasus : etnis
tionghoa kota pontianak)’, Tesis, Program Pascasarjana Manajemen
Komunikasi, Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta: Permenkes.

Fitriyani, Aisyah, N. 2014. Fenomena Pengobatan Tradisional Air Doa. Skripsi.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Kalangie NS, 1994. Kebudayaan Dan Kesehatan (Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosial Budaya). Jakarta : PT Kesaint
Blanc Indah Corp.

Kemenkes R.I 2007, Permenkes nomor 1109 tentang penyelenggaraan


pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes R.I 2008, Kepmenkes nomor 121 tentang standar pelayanan medik
herbal, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Lumenta, Benyamin. 1989. Pelayanan Medis (Tinjauan Fenomena Sosial).


Yogyakarta: Kanisius.

Purwanto, B. 2013, Herbal dan keperawatan komplementer, Nusa Medika,


Yogyakarta.

Samovar, Larry, A., Porter, R.E., McDaniel, E.R. & Roy, C.S. 2017,
Communication between cultures, diakses 5 Desember 2018,
https://trove.nla.gov.au/work/6662034?q&sort=holdings+desc&_=154402148
7203&versionId=223901184.

Saputra, Doni. 2012. Sistem Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Nagari


Sikucur Kecamatan V Koto Kampong Dalam Kab. Padang Pariaman.
Skripsi. Padang : Universitas Andalas.

Sarwono, Solita. 1993. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta


Aplikasinya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Shofa, Zuhaida. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Umbi Bawang Putih
(Allium Sativum Linn) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Jantan Galur
Wistar Diabetes Mellitus Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Semarang:
Unissula.

Widyatuti 2008, ‘Terapi komplementer dalam keperawatan’, Jurnal Keperawatan


Indonesia, vol. 12, no. 1, pp. 53-57.

World Health Organization. 2013. WHO Traditional Medicine Strategy:2014-


2023. China: Hong Kong SAR.
Keilmuan, B., Medikal, K., Syiah, P. U., & Banda, K. (2008). PENGARUH
TERAPI AKUPRESUR TERHADAP MUAL MUNTAH AKUT AKIBAT
KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER ; A RANDOMIZED CLINICAL
TRIAL The Effect of Accupressure Therapy for Acute Nausea Vomiting in
Patients with Cancer Chemotherapy ; A Randomized Clinical Trial, 137–142.

Anda mungkin juga menyukai