TERAPI KOMPLEMENTER
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia yang tidak dapat dipisahkan dari suatu masyarakat. Hidup sehat
adalah perilaku masyarakat yang bertujuan untuk menjauhkan diri dari
penyakit (Saputra, 2012)
Penyakit, secara ilmiah, diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis
dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.
Sedangkan sakit, adalah pengalaman individu dalam melakukan penilaian
terhadap suatu penyakit (Sarwono, 1993). Salah satu solusi mengatasi
penyakit bagi masyarakat adalah pengobatan. Pengobatan adalah suatu usaha
untuk penyembuhan penyakit. Pengobatan terhadap suatu penyakit di dalam
sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku di dalam
masyarakat tersebut atau sesuai dengan kepercayaan masyarakat. Ketika
seseorang sakit, maka ia akan berusaha mencari obat dengan berbagai cara
untuk kesembuhan atas penyakitnya. Selain pengalaman, banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam mencari pengobatan ketika seseorang sedang
sakit, yaitu faktor sosial, ekonomi, organisasi pelayanan kesehatan baik
modern maupun tradisional (Lumenta, 1989). Secara umum, sistem
pengobatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: sistem pengobatan
ilmiah (modern) yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan
sistem pengobatan tradisional (Kalangie, 1994).
Sistem pengobatan modern telah berkembang di masa sekarang ini
dan merupakan sistem pengobatan suatu penyakit dengan menggunakan obat
dari bahan kimia sintesis, tetapi dalam penggunaannya obat – obat sintesis
kurang baik untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat
menimbulkan efek samping yang lebih besar (Shofa, 2016).
Menurut WHO, pengobatan alternatif disamakan dengan pengobatan
tradisional yaitu ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan
pengetahuan dan pengalaman praktik, baik yang dapat diterangkan secara
ilmiah ataupun tidak dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial (WHO, 2013).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003 halaman 2 tentang penyelenggaraan
pengobatan tradisional, menyatakan bahwa pengobatan tradisional adalah
pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang
mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun-temurun, dan atau
pendidikan/pelatihan, danditerapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat
Karena hal tersebut, banyak masyarakat yang kembali pada
pengobatan alternatif. Dalam perkembangannya, pengobatan alternatif
dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu: pengobatan tradisional,
pengobatan thibbun nabawi, pengobatan akupuntur, dan sebagainya.
Masyarakat memilih pengobatan alternatif karena pengobatan modern tidak
memberikan hasil yang memuaskan (Fitriyani, 2014).
Bila dilihat dari fenomena di atas, melalui makalah ini kami mencoba
untuk mengetahui bagaimana peranan terapi komplementer dan cara
penggunaannya dalam berbagai masalah kesehatan.
B. Tujuan Diskusi
1. Mahasiswa mampu mengungkapkan penyebab penyakit berdasarkan
paradigma kesehatan seperti : magico religius, naturalistic atau holistic
dan biomedical scientific
2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan berbagai macam
kategori terapi komplementer
3. Mahasiswa mampu memilih penggunaan berbagai terapi komplementer
untuk kondisi penyakit seperti cancer, pain reduction dan chronic disease
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2) Terapi herbal
Dalam perkembangannya, penanganan penyakit kanker dilakukan
dengan kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Beberapa obat kemoterapi
yang paling sering digunakan adalah antimetabolit, senyawa interaktif
DNA, senyawa antitubulin, hormon dan senyawa penarget molekular
(Nussbaumer et al, 2011). Namun, penggunaan obat-obat kemoterapi
tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti rambut rontok,
supresi sumsum tulang, resistensi obat, lesi gastrointestinal, disfungsi
neurologi, dan toksisitas jantung (Hosseini dan Ghorbani, 2015). Salah
satu alternatif dalam pencarian antikanker adalah senyawa aktif
tanaman herbal. Antikanker dari tanaman herbal dapat berupa ekstrak
tanaman atau senyawa aktif tunggal yang diisolasi dari tanaman.
Rizki Muhammad Zafrial dan Riezki Amalia(2018) dalam artikel Anti
Kanker Dari Tanaman Herbal menyebutkan bahwa beberapa penelitian
membuktikan bahwa tanaman herbal memiliki berbagai mekanisme
spesifik sebagai antikanker. Beberapa contoh tanaman herbal yang bisa
digunakan
a) Bawang Putih (Allium sativum L)
Allium sativum atau bawang putih diketahui mempunyai efek
antikanker, dapat memberikan efek proteksi pada kanker
gastrointestinal. Pada penelitian lain, konsumsi bawang putih
dapat menekan progresi dari adenoma kolorektal dan
meningkatkan aktivitas serta jumlah dari sel natural-killer oleh
senyawa aktifnya yaitu S-allylcysteine. Karena hal tersebut
bawang putih dapat mencegah penurunan kualitas hidup akibat
kanker. Senyawa lain yang terkandung dalam bawang putih
yaitu organosulfur yang dapat mencegah terjadinya kanker,
termasuk kanker kolon. Terdapat efek samping yang
ditimbulkan apabila konsumsinya berlebihan yaitu gatal, eksim
pada ekstremitas atas, nyeri epigastrium, dan glossitis
b) Ginseng (Panax ginseng C.A.Mey)
Berdasarkan pada hasil uji klinis, P. ginseng yang mengandung
9,10-dimethyl1,2-benzanthmacene, urethane, aflatoxin B1, dan
N-2-fluomenylacetamide dapat menurunkan insidensi kanker
dan efek perbaikan pada penderita kanker. Studi menunjukkan
bahwa ginseng segar, jus, dan teh menurunkan risiko kanker
faring, laring, esofagus, perut, kolorektal, pankreas, liver, paru-
paru, dan ovari. Namun terdapat efek samping yang ditimbulkan
apabila dikonsumsi berlebihan sakit kepala dan diare.
c) Kunyit (Curcuma longa L.)
Kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin. Kurkumin oral
ditoleransi dengan baik, meskipun penyerapannya terbatas
dengan kadar nanogram, tapi memiliki aktivitas biologis pada
beberapa pasien dengan kanker pankreas. Data praklinis
menunjukkan bahwa curcumin memiliki aktivitas ampuh
melawan kanker pankreas, tetapi dapat menyebabkan efek
samping berupa yaitu ruam, menghambat penyerapan zat besi
dalam tubuh, dan masalah pada lambung bila dikonsumsi
berlebihan.
d) Teh Hijau (Camellia sinensis L. (Kuntze))
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa cathecin, senyawa
polifenol yang terdapat pada teh hijau merupakan konstituen
aktif yang memberikan efek antikanker. Dalam teh hijau
terkandung Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang merupakan
jenis katekin yang paling berlimpah dan mencakup sekitar 50-
75% dari total kandungan katekinnya. ECGC juga merupakan
antioksidan yang paling efektif dalam hal manfaat kesehatannya.
EGCG bersifat toksik atau racun bagi selsel kanker pada uji
laboratorium. Kemudian EGCG dapat mencegah aksi dari faktor
pertumbuhan yang diperlukan untuk membentuk dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah baru, sehingga
mencegah sel-sel kanker agar tidak bertumbuh serta menyebar
dengan cepat dari satu lokasi ke lokasi lain. Konsumsi yang
berlebihan dapat menyebabkan efek samping berupa kelebihan
kafein, gangguan penyerapan zat besi, dan kelebihan kalori.
3) Terapi Akupresur
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer pada pasien yang
mengalami mual muntah akut akibat kemoterapi. Stimulasi atau
penekanan yang dilakukan pada titik P6 dan St36 diyakini akan
memperbaiki aliran energi di lambung sehingga dapat mengurangi
gangguan pada lambung termasuk mual muntah. Stimulasi pada titik P6
bermanfaat dalam peningkatan pengeluaran beta endorpin di hipofise di
sekitar Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ). Beta endorpin merupakan
salah satu antiemetik endogen yang dapat menghambat impuls mual
muntah di pusat muntah dan CTZ.
B. Terapi komplementer untuk pain reduction
C. Terapi Komplementer untuk chronic disease
Kemenkes R.I 2008, Kepmenkes nomor 121 tentang standar pelayanan medik
herbal, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Samovar, Larry, A., Porter, R.E., McDaniel, E.R. & Roy, C.S. 2017,
Communication between cultures, diakses 5 Desember 2018,
https://trove.nla.gov.au/work/6662034?q&sort=holdings+desc&_=154402148
7203&versionId=223901184.
Shofa, Zuhaida. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Umbi Bawang Putih
(Allium Sativum Linn) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Jantan Galur
Wistar Diabetes Mellitus Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Semarang:
Unissula.