Anda di halaman 1dari 31

Proposal Metodologi Penelitian Kualitatif

“Mengungkap Keberhasilan Mempertahankan Kelangsungan Hidup


Petani Tembakau”

Dosen Pengampu : Adijati Utaminingsih,SE,MM

Disusun Oleh :

Aji Maulana (B.111.17.0316)


Andi Fitra Ramadani (B.111.17.0098)

S1-MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019

1
2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Era globalisasi ini berbagai bidang kehidupan mengalami banyak
kemudahan, tidak hanya dalam masalah sosial dan teknologi tetapi juga di bidang
bisnis dan perniagaan. Banyak pihak mulai memanfaatkan kemudahan teknologi
untuk menunjang produktivitas dan kinerja bisnis. Bahkan media sosial digunakan
sebagai tempat untuk mempromosikan produk yang mereka jual.
Tidak sedikit yang terbantu dengan berkembangnya teknologi dan daya beli
konsumen yang semakin bervariasi, tetapi tidak banyak pelanggan yang beralih
pada kemudahan yang diberikan pada era modern ini. Banyak pihak memanfaatkan
apa yang mudah bagi mereka, tetapi masih ada masyarakat yang tetap memegang
teguh prinsip berniaga tradisional yang telah mereka lakukan bertahun-tahun
lamanya. Padahal dengan mudahnya teknologi komunikasi akan mampu menambah
keuntungan dan omset penjualan.
Kemudahan yang diperoleh tersebut mampu menghasilkan suatu usaha yang
baru, tetapi masih ada orang yang tetap menjalankan bisnis dari leluhurnya. Era
globalisasi yang merambah pada hampir seluruh kehidupan masyarakatpun belum
tentu mampu mengubah tradisi yang telah mengakar pada kebudayaan seseorang.
Pelaku bisnis tembakau yang masih bertahan dikarenakan kebutuhan yang
harus mereka tanggung. Dari bisnis yang dimulai secara turun temurun tersebut
sesuai dengan fakta yang ada. Kutipan wawancara dengan salah seorang responden
tentang alasannya memulai bisnis tembakau,
“ Pripun mas kabare ? “
“ Apik-apik tole cah gagah.”
“ Mas, sampun pirang tahun panjenengan usaha tembakau ?”
“Wes suwe nduk, mas nganti lali pokoke ket jaman nom wes melu bapak
usaha, diajari usaha, dadi yo turun temurun ya nduk usahane seko bapak, kan yo
mas garek neruske usaha seng di gawe bapak seko 0 (nol).”
“Alesanipun punopo nggih mas, panjenengan kok purun neruske usahanipun
bapak. Kan mbako niku angl-angel gampil mas.”
3

“Lah pie tole, kabeh kan yo kebutuhan. Seko iku yo mas iso nyukupi
kebutuhane keluargane mas, urunanmu, gawe biaya anak yatim piatu ning panti.
Alhamdulillah warisane bapak iso ri turun temurunke ning anak-anake lanang”
“Pripun carane mas niku menang persaingan saking bakul mbako liyane ?”
‘Yo intine ora usah kemprusung, nek meh didol ning mas berarti rejekine mas,
nek dol mbe liyo yo rejekine deknen.Sabar wae tole, Allah ngeki dalan rejekine
dewe-dewe. Dadi ora usah kuwatir nek keliru.”
“Harapanipun panjenengan kagem masa depan niku nopo mas ?”
“ Yo harapane pasti seng apik tole, pas wayahe mbakonan ndelalah hasil
panene wong tani akeh, batine mas yo akeh. Hahaha “
Saripati dari wawancara tersebut adalah adanya harapan bagi pedagang
tembakau agar petani tetap menanam tembakau.
UMKM ataupun usaha kecil biasanya hanya mampu bertahan selama 5 tahun
pertama, selebihnya mengalami kegagalan. Hal tersebut menjadi koreksi dan
peringatan terhadap pelaku bisnis untuk dapat mempertahankan bisnisnya selama
puluhan tahun.
Usaha yang dirintis yang bisa dikatakan sukses adalah usaha yang dapat lebih
dari 5 tahun menjalankan bisnisnya. Bagaimana sebuah usaha kecil mampu
bertahan selama lebih dari 30 tahun dengan mengalami pasang surut bisnis. Hal
tersebut tentu saja mengundang petanyaan tentang bagaimana bisnis tersebut
mampu bertahan lama dibandingkan dengan usaha lain yang bahkan hanya mampu
bertahan selama 2 tahun bahkan kurang. Usaha yang ditekuni seseorang harus
memiliki perbedaan dan keunggulan yang unik guna bersaing dengan pesaing yang
sejenis.
Hal tersebut berkaitan erat dengan strategi yang ditetapkan oleh pelaku bisnis
tembakau. Banyak faktor yang menjadi hal yang dipertimbangkan untuk
mengetahui keberlangsungan bisnis tembakau, salah satunya adalah faktor pasar.
Pasar yang disasar oleh pelaku bisnis biasanya selalu berhubungan dengan harga
yang ideal. Harga adalah faktor positioning kunci dan harus diputuskan dalam
hubungannya dengan pasar sasaran, bauran produk dan jasa, dan persaingan. Semua
pengecer akan menyukai perputaran x laba yang tinggi ( volume tinggi dan marjin
kotor tinggi), tetapi keduanya tidak selalu bersesuaian (Kotler dan Keller,
4

2008:151). Faktor agen atau grosir dapat pula menjadi hal yang menyebabkan
bisnis tembakau mampu bertahan lama karena hubungannya dengan pedagang
besar berjalan dengan baik. Pedagang grosir (wholesaling) mencakup semua
kegiatan dalam penjualan barang atau jasa kepada mereka yang membeli atau
menjual kembali untuk keperluan bisnis.
Bisnis yang masih tersisa ini merupakan gambaran dari strategi bertahan.
Kotler dan Keller (1994, hal. 274) menyatakan bahwa : “Strategi pemasaran
merupakan strategi atau taktik yang digunakan suatu perusahaan untuk
melemparkan produk barunya ke pasar, agar produk bisa bertahan lebih lama di
pasar”..
Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai keunggulan
bersaing, diperoleh data sebagai berikut : Dalam penelitian Ana Kadarningsih
(2008) menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
diferensiasi dengan keunggulan bersaing. Penelitian yang dilakukan ana tersebut
meneliti mengenai dampak dari indikator keunggulan bersaing terhadap kinerja
selling in yang bersetting pada outlet binaan PT Indosat Semarang. Sementara pada
penelitian Fitriyani (2017) menemukan bahwa karakteristik wirausahawan dan juga
literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan usaha
dan keberlangsungan usaha. Fitriyani melakukan penelitian pada pedagang
“Sunday Morning” di UGM.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian mengenai
keberlangsungan usaha turun temurun dari leluhur dengan melihat dari segi
keunggulan yang terdapat dari usaha tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk
mengungkapkan kunci dari keberhasilan suatu usaha yang bertahan sampai
beberapa generasi.
Dari uraian maka penulis tertarik mengambil judul “Mengungkap
Keberhasilan Mempertahankan Kelangsungan Hidup Petani Tembakau”.

1.2. Rumusan Masalah


5

Berdasarkan uraian di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah :
“Kemampuan pelaku bisnis tembakau dalam mempertahankan
keberlangsungan bisnis tembakau sehingga mampu bertahan cukup lama dari
generasi ke generasi”

1.3. Persoalan Penelitian


Adapun beberapa masalah yang menjadi dasar penelitian ini untuk mengetahui
suksesnya bisnis Tembakau adalah:
1. Apa yang membuat bisnis tembakau mampu bertahan?
2. Mengapa bisnis tembakau dapat bertahan dari generasi ke generasi?
3. Bagaimana bisnis tembakau bertahan dengan banyaknya persaingan?

1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.4.1. Untuk mengetahui dan menjelaskan kemampuan bisnis tembakau
dalam bertahan.
1.4.2. Untuk mengetahui keberlangsungan bisnis tembakau dari generasi ke
generasi.
1.4.3. Untuk mengetahui kemampuan bisnis tembakau menghadapi
persaingan.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.3.4. Bagi peneliti


Memberikan pengalaman dan arah mengenai bisnis tradisional yang
telah diteliti.Memberikan gambaran dan pemahaman mengenai usaha
yang mampu bertahan ditengah persaingan.

1.3.5. Bagi peneliti selanjutnya


6

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi sebagai


inspirasi peneliti selanjutnya untuk meneliti bagian yang kurang dari
penelitian ini.
7

BAB II
TELAAH PUSTAKA

Bagan 2.1
Alur Pembahasan Teori

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Konsep Keunggulan Bersaing (Strategic Competitive Advantage)
Keunggulan bersaing merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
mempertahankan strategi bersaingnya. Menurut Mudrajad (2005:14) Suatu
perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut
mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik
dari perusahaan lain, atau melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh
perusahaan lain. dengan demikian, keunggulan kompetitif menjadi suatu
kebutuhan penting bagi sukses jangka panjang dan kelangsungan hidup
perusahaan. Para pakar manajemen stratejik mengajukan tiga model untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif :
a) Model Organisasi-Industri (Industrial Organization,atau I/O)
Pendekatan ini berusaha melakukan identifikasi dan mengevaluasi industri
dan kekuatan-kekuatan persaingan yang mempengaruhi sebuah organisasi
dengan melihat berbagai macam faktor lingkungan eksternal.
Pendekatan I/O juga menyatakan bahwa keunggulan kompetitif
berhubungan dengan posisi kompetitif (competitif positioning) dalam
sebuah industri. Posisi perusahaan dalam industri dan karakteristik industri
8

yang ada akan menentukan potensi profitabilitasnya. Hal ini berarti jika
terdapat banyak kekuatan yang negatif dalam sebuah industri atau
perusahaan memiliki posisi yang lemah dalam sebuah industri,
profitabilitasnya akan lebih rendah dari rata-rata.
b) Model Berbasis Sumber Daya (Resource-Based View, atau RBV)
Pandangan RBV berpendapat bahwa sumber daya yang dimiliki
perusahaan jauh lebih penting daripada struktur industri dalam
memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Pendekatan ini
memandang organisasi sebagai sekumpulan aset dan kapabilitas. Model
RBV pada intinya menekankan bagaimana mendapatkan penghasilan
diatas rata-rata dengan menempuh tahapan berikut.
 Identifikasi sumber daya perusahaan
 Menetukan kapabilitas perusahaan
 Tentukan bagaimana sumber daya dan kapabilitas perusahaan dapat
menciptakan keunggulan kompetitif yang mampu mengungguli para
pesaing
 Lokasikan suatu industri dengan peluang yang dapat dieksploitasi
dengan sumber daya dan kapabilitas yang diniliki.
 Pilih strategi yang paling baik untuk mengeksploitasi sumber daya dan
kapabilitas.
 Mengimplementasikan strategi yang dipilih agar mengungguli
pesaing dan memperoleh penghasilan di atas rata-rata.
Model RBV berpendapat bahwa Core Competencies merupakan basis
keunggulan kompetitif perusahaan, keunggulan stratejik, dan
kemamppuan untuk memperoleh Above-average Returns. Core
Competencies adalah sumber daya dan kapabilitas yang dapat menjadi
sumber Competitive Advantage.
c) Model Gerilya (Guerilla)
Model gerilya memandang perlunya para pembuat kebijakan menyadari
betapa kacaunya lingkungan eksternal sehingga dapat mempengaruhi
keunggulan kompetitif dan berapa lama keunggulan kompetitif dapat
berlangsung. Melihat besarnya market disruption terhadap industri
9

semacam ini, agaknya dibutuhkan strategi bagaimana tetap “survive”


menghadapi badai. Boleh dikatakan industri berada dalam arena
hiperkompetisi (hypercompetition), yaitu lingkungan bisnis yang diwarnai
dengan perubahan terus-menerus. Dalam lingkungan semacam ini, pemain
yang inovatif, agresif, dan fleksibel akan bergerak lebih cepat. Untuk dapat
memenangkan persaingan dalam lingkungan yang hiperkompetitif
diperlukan tiga hal : Pertama, visi terhadap perubahan dan gangguan.
Kedua, kapabilitas, dengan mempertahankan dan mengembangkan
kapasitas yang fleksibel dan cepat merespon setiap perubahan. Ketiga,
taktik, yang mempengaruhi arah dan gerakan para pesaing.
Keunggulan bersaing Menurut Coulter (2003:211) dalam Mudrajad
(2005:85) menyatakan keunggulan bersaing adalah strategi bersaing terhadap
sesuatu yang dirancang untuk dieksploitasi oleh suatu organisasi. Mengelola
organisasi dan sumber daya dengan baik, dapat membuat suatu perusahaan unggul
daripada para pesaingnya.
Keunggulan bersaing diperoleh dengan menciptakan nilai bagi para
pembelinya yang lebih dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Keunggulan
bersaing merupakan kemampuan dari perusahaan untuk mempertahankan sumber
daya dan kemampuan terbaiknya. Dalam dunia nyata, keunggulan bersaing
terkadang bertahan cukup lama, namun terkadang juga hanya bertahan 1 tahun
bahkan kurang. Perusahaan membutuhkan suatu strategi yang mampu
membuatnya unggul dalam bersaing dan mampu bertahan.

2.1.1.1. Pendekatan dalam menentukan strategi bersaing:


Strategi dalam keunggulan bersaing merupakan penentu, dengan adanya
strategi bersaing dapat membuat suatu perusahaan unggul. Menurut Mudrajad
(2005:88) terdapat tiga pendekatan dalam mendefinisikan strategi bersaing,
yaitu :
1. Strategi Adaptif Versi Miles & Snow (1978)
Pendekatan versi ini didasarkan pada keberhasilan organisasi untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungan persaingan yang tidak pasti. Terdapat 4
jenis strategi :
10

a. Strategi Prospektor (prospector), yaitu strategi yang mengutamakan


pada keberhasilan organisasi dalam berinovasi, selalu menciptakan
produk baru, dan kesempatan pasar yang baru.
b. Strategi Bertahan (defender), yaitu strategi yang mementingkan
stabilitas pasar yang menjadi targetnya.
c. Strategi Penganalisis (analyzer), merupakan strategi analisis dan imitasi,
perusahaan akan memperhatikan dan meniru ide yang dilakukan
pesaingnya.
d. Strategi Reaktor, adalah organisasi yang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan dan membuat suatu perubahan hanya apabila terdapat
tekanan dari lingkungannya yang memaksa organisasi tersebut untuk
berubah
2. Kerangka Definisi Bisnis Abell (1980)
Menurut Abell dalam Mudrajad (2005), bisnis dapat dibedakan menjadi
tiga dimensi :
(1) Kelompok pelanggan, siapa yang dilayani organisasi
(2) Kebutuhan pelanggan, apa yang dibutuhkan konsumen yang bisa
dipenuhi organisasi
(3) Teknologi dan kompetensi inti, bagaimana organisasi akan memenuhi
kebutuhan tersebut.
3. Strategi Bersaing Generik Versi Porter (1980)
Porter (1985) mengemukakan, terdapat dua faktor yang dapat
diperhitungkan dalam mencapai keunggulan bersaing yang tepat. Faktor
pertama, didasarkan pada keunggulan kompetitif organisasi. Menurut Porter
keunggulan kompetitif hanya akan diperoleh lewat salah satu dari dua sumber
: bisa dari keunggulan menciptakan biaya yang rendah (cost leadership), atau
dari kemampuan organisasi untuk menjadi berbeda (differentiation)
dibandingkan para pesaingnya. Faktor kedua, adalah cangkupan produk pasar
(competitive slope) dimana organisasi saling bersaing satu sama lain dalam
pasar. Gabungan dari kedua faktor tersebut, membentuk strategi bersaing
generik Porter, yaitu :
11

a. Kepemimpinan biaya (cost leadership), adalah strategi yang digunakan


organisasi apabila organisasi ingin menjadi pemimpin pasar berbasis biaya
rendah dengan basis pelanggan yang luas.
b. Diferensiasi (differentiation), perusahaan akan menggunakan keunikan
produk atau jasanya untuk bersaing .
c. Fokus (berbasis biaya atau diferensiasi), strategi fokus dapat
berlandaskan keunggulan biaya atau diferensiasi (Mudrajad :2005:90).
Bila perusahaan kemudian mampu menciptakan keunggulan melalui
salah satu dari ketiga strategi generik tersebut, maka akan didapatkan
keunggulan bersaing (Aaker, 1989).

2.1.1.2. Penggunaan Teori Dalam Pemecahan Masalah


Keunggulan bersaing dapat digunakan sebagai langkah strategis untuk
memecahkan masalah keberlangsungan hidup bisnis jipang di Demak dengan
alasan bahwa suatu usaha dapat bertahan lama dikarenakan lebih unggul
daripada usaha lain sehingga usaha jipang dapat lebih unggul daripada bisnis
lain di bidang yang sama dan mampu bertahan dalam waktu yang lama.
Keberlangsungan suatu organisasi atau perusahaan ditentukan dari strategi apa
yang telah digunakan untuk mencapai keunggulan bersaing suatu perusahaan.
Menurut Mudrajad Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustained
competitive advantage) berarti menunjukkan upaya perusahaan/organisasi
dalam jangka panjang yang mampu mempertahankan posisi keunggulan
kompetitif dalam industri (Mudrajad, 2005:13). Keunggulan bersaing dapat
memberikan pemecahan masalah sebagai strategi yang dapat diterapkan untuk
keberlangsungan usaha dalam waktu yang lama.
Keunggulan kompetitif dari perusahaan mampu memberikan kekuatan
untuk melawan pesaing dalam industri yang sama. Dengan memiliki sumber
daya, kapabilitas yang berbeda dengan para pesaingnya mampu membuat suatu
usaha bertahan dalam waktu yang cukup lama. Menurut Mudrajad tanpa
keunggulan kompetitif yang dikembangkan dari sumber dayanya, kapabilitas
khusus, atau kemampuan intinya, akan sulit bagi perusahaan untuk berhasil
dalam bersaing pada situasi tertentu. (Mudrajad, 2005:108).
12

2.1.2. Konsep Strategi Diferensiasi


Strategi diferensiasi digunakan sebagai pembeda dari produk suatu
perusahaan dengan perusahaan lain. strategi diferensiasi tidak hanya melekat pada
produk, tetapi juga pada pelayanan dan nilai yang akan diterima oleh konsumen.
Strategi ini mencerminkan keunggulan bersaing akan tercipta apabila suatu
perusahaan sanggup menerapkan strategi ini.
Dalam strategi diferensiasi, perusahaan berusaha menjadi unik dalam
industrinya di sepanjang beberapa dimensi yang secara umum dihargai oleh
pembeli (Porter, 1994,14). Perusahaan akan menggunakan strategi diferensiasi
terhadap para pesaingnya apabila perusahaan tersebut telah berhasil menampilkan
keunikan yang dinilai penting oleh konsumen, selain dengan penawaran harga
yang rendah. Padahal diferensiasi dapat dilakukan dengan penawaran harga yang
tinggi, sehingga perusahaan yang melakukan srategi diferensiasi harus merancang
serangkaian perbedaan yang lebih bernilai untuk membedakan tawaran yang
diberikan perusahaan dengan tawaran pesaing. Diferensiasi adalah cara
merancang perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan
dari penawaran pesaingnya (Kotler dan Susanto, 2001).
Strategi diferensiasi adalah suatu strategi yang dipilih guna memelihara
loyalitas pelanggan dimana dengan menggunakan strategi diferensiasi, pelanggan
mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya. Aaker dalam
Ferdinand (2003) menyatakan bahwa strategi diferensiasi yang sukses haruslah
strategi yang mampu :
(a) Menghasilkan nilai pelanggan,
(b) Memunculkan persepsi yang bernilai khas dan baik serta
(c) Tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru.
Hal ini menyimpulkan bahwa kunci untuk strategi diferensiasi yang sukses
terletak pada upaya mengembangkan “point of differentiation” terutama dari
perspektif pandangan pelanggan daripada perspektif pandangan operasi bisnis.
Kotler dan Susanto (2001) menyatakan juga bahwa perusahaan dapat
melakukan diferensiasi dengan cara mengenali sumber keunggulan kompetitif
yang mungkin ada, memiliki ciri pembeda utama yang dimiliki perusahaan,
13

memilih penentu posisi yang efektif di pasar dan mengkomunikasikan penentu


posisinya di pasar, dengan cara-cara tersebut, khususnya perusahaan jasa dapat
mendiferensiasikan penawaran yang diberikan kepada pasar dari tiga segi, antara
lain dengan strategi diferensiasikan produk, diferensiasi pelayanan, dan
diferensiasi citra yang dimiliki perusahaan.
Sangat mungkin bagi perusahaan untuk mendiferensiasikan produk mereka
dalam beberapa dimensi sekaligus. Perusahaan mampu menciptakan keunggulan
diferensiasi dan memperoleh kinerja diatas rata-rata ketika harga premium yang
mereka tetapkan untuk produknya melebihi biaya ekstra yang mereka keluarkan
untuk menjadikan produk mereka unik (Mudrajad, 2006,93).
Pelanggan menyukai pilihan produk yang jelas dan memiliki atribut produk
yang lebih baik. Dalam diferensiasi produk, produk memiliki nilai bahwa
perusahaan menciptakan suatu produk untuk dirasakan manfaatnya oleh seluruh
pelanggan sebagai produk yang unik dan berbeda. Produk dalam hal ini adalah
kualitas yang melekat pada produk itu sendiri. Kualitas sendiri adalah sesuatu nilai
yang terkandung dalam suatu produk yang sesuai dengan harga yang ditawarkan
bahkan lebih, dengan penggunaan yang sesuai. Suatu penentu terpenting pada
kesuksesan produk baru dan keuntungan adalah pada mutu produk
(Budiyono,2004).

2.1.2.1. Penggunaan Teori Dalam Pemecahan Masalah


Penggunaan strategi diferensiasi dalam pemecahan masalah
keberlangsungan hidup bisnis jipang di Demak sebab pembeda dari suatu
sumber daya perusahaan akan menetukan keunggulan kompetitif yang pada
akhirnya akan menjadi penyebab keberlangsungan bisnis jipang di Demak
diharapkan dengan menambah diferensiasi akan memberikan dampak mengenai
keberlangsungan usaha dan lebih unggul daripada para pesaingnya.
Diferensiasi akan menarik beberapa konsumen mengenai nilai lebih yang
ditawarkan oleh perusahaan dibandingkan dari perusahaan lain yang tidak
memberikan nilai tambah. Diferensiasi produk yang ditawarkan dapat memberi
dampak positif bagi kelangsungan usaha jipang kedepannya. Diferensiasi dari
mutu perlu ditingkatkan untuk dapat menarik bagi pelanggan dari kaum modern
14

yang notabene menyukai gaya hidup sehat yang sedang in. Hal ini tentu saja
dapat meningkatkan penjualan jipang untuk pasar modern. Dengan
bertambahnya diferensiasi dari produk jipang ini akan membuat segmen pasar
jipang akan meluas dan loyalitas konsumen akan meningkat sehingga akan
tercipta keunggulan bersaing bagi keberlangsungan hidup usaha jipang jangka
panjang.

2.1.3. Teori Resource Based View


Inti dari resource-based view adalah sumberdaya yang dapat menghasilkan
keunggulan bersaing berkelanjutan yaitu sumberdaya yang bernilai, langka atau
unik, sulit untuk ditiru, dan tidak ada substitusinya. Pengembangan konsep
resource-based view dan menjadi perspektif yang menjelaskan bahwa keunggulan
bersaing berkelanjutan bersumber dari internal atau kekuatan yang dimiliki
perusahaan.
Menurut pendekatan RBV beberapa aset (sumber daya) kunci tertentu akan
memberikan perusahaan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Keunggulan
kompetitif akan diperoleh organisasi yang memiliki aset atau kapabilitas yang
khas. Walaupun perusahaan memiliki sumber daya, tidak seluruhnya dapat
dikatakan khas dan mampu memberikan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Agar sumber daya dapat menjadi unik (unique), pendekatan
resource based menyatakan bahwa sumber daya harus memenuhi persyaratan,
antara lain : sukar dalam hal pembuatan, pembelian, substitusi, dan peniruannya
(Mudrajad :2005:17).
Model RBV berkeyakinan bahwa kompetisi inti merupakan basis
keunggulan kompetitif bagi perusahaan/organisasi, kunci keunggulan stratejik,
dan kemampuan untuk memperoleh keuntungan di atas rata-rata.
Pandanganresource-basedini memberi pemahaman bahwa dengan adanya
keunikan sumberdaya akan dapat menghasilkan kinerja organisasi yang unggul
dalam bersaing.
Kunci model RBV didasarkan atas tiga sumber daya dasar yang merupakan
fondasi utama dalam menemukan dan mengembangkan kompetensi inti, yaitu :
15

aset yang terlihat (tangible asset), aset tak terlihat (intangible asset), kapabilitas
organisasi.
RBV mengidentifikasi beberapa karakteristik yang disebut mekanisme
isolasi, yang membuat sumber daya sukar untuk ditiru dan menjadi berharga
(Pearce & Robinson, 2003: 126-131 dalam Mudrajad, 2005:42)
1) Superioritas kompetitif, dengan sumberdaya yang ada dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan secara lebih baik dibanding pesaing.
2) Kelangkaan sumber daya
3) Kemudahan ditiru, model RBV mengidentifikasi faktor-faktor yang
membuat sumber daya sulit ditiru: keunikan fisik, sumber daya yang unik
secara fisik sukar untuk ditiru; jalur (path) ketergantungan, diperoleh
melalui proses, memakan biaya mahal serta sulit untuk dilakukan
percepatan; ambiguitas kausal, situasi yang sulit dipahami oleh para
pesaing secara tepat tentang bagaimana suatu perusahaan menciptakan
keunggulan yang telah dinikmatinya ; economic deterence, keadaan
dimana butuh investasi yang besar untuk meniru sumber daya yang
dimiliki.
4) Apropriability, sumberdaya yang dikembangkan dan dikendalikan oleh
perusahaan akan lebih berharga daripada sumberdaya yang mudah dibeli,
dijual, atau berpindah dari suatu perusahaan ke perusahaan lain.
5) Daya tahan, ketahanan sumberdaya dalam mengalami penyusutan.
6) Dapat digantikan (substitutability), tersedia alternatif lain selain
sumberdaya yang dimiliki.
2.1.3.1. Penggunaan Teori Dalam Pemecahan Masalah
Penggunaan teori Resource Based View (RBV) dalam pemecahan masalah
keberlangsungan hidup bisnis jipang di Demak dengan alasan, bahwa suatu
usaha yang bertahan lama pasti memiliki keunikan sumber daya yang berharga
sehingga dapat mendukung keberlangsungan usaha jangka panjang. Dengan
adanya keunikan sumber daya dapat menghasilkan kinerja unggul dan apabila
dikelola dengan cara tertentu dapat mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan
.
16

Sumberdaya yang dimiliki usaha jipang dapat menjadi faktor penentu


kesuksesan dan keberlangsungan bisnis jipang. Kunci dari keberlangsungan
dalam sudut pandang RBV adalah sumberdaya yang unik, susah untuk ditiru dan
tidak mudah tergantikan. Dengan membangun keunikan sumberdaya akan
membuat bisnis jipang unggul dan berbeda daripada pesaingnya. Tidak hanya
sumberdaya yang unik tetapi juga didukung dengan pengelolaan sumberdaya
yang baik guna meraih kinerja yang baik yang akan mendatangkan pada
keberhasilan suatu usaha.

2.1.4. Konsep Pengembangan Produk Baru (Inovasi)


Inovasi dapat memberi arah bagi perusahaan dalam meningkatkan prestasi
dan keunggulan bersaing. Inovasi dibutuhkan oleh perusahaan guna
mempertahankan konsumen dan mempertahankan produk dan perusahaan untuk
tetap bertahan hidup. Menurut Mudrajad (2005:72) Inovasi merupakan sumber
utama keunggulan khusus, tetapi inovasi kurang dapat menerapkan faktor
berkelanjutan dan kesesuaian karena inovasi yang sukses akan cepat mengundang
terjadinya peniruan oleh para pesaing. Mempertahankan keunggulan dari inovasi
secara efektif paling mungkin dilakukan ketika produk yang diciptakan dari
inovasi telah dipatenkan oleh perusahaan. ...Mengubah inovasi menjadi
keunggulan kompetitif membutuhkan susunan pengembangan yang kuat dari
strategi yang mendukungnya.
Menurut Kotler dan Keller (2008:374), perusahaan harus mengembangkan
produk baru. Pengembangan produk baru membentuk masa depan perusahaaan.
Menurut Kotler dan Keller (2008:309), pengembangan produk (inovasi) memiliki
karakteristik, yaitu:
1. Keunggulan relatif (relative advantage), yaitu sejauh mana inovasi tersebut
tampak lebih bagus daripada produk lama.
2. Kesesuaian (compatibility), yaitu sejauh mana tingkat sesuainya inovasi
dengan nilai dan pengalaman seseorang.
3. Kerumitan (complexity), yaitu sejauhmana tingkat sulitnya inovasi untuk
dipahami atau digunakan.
17

4. Kemampuan dipisahkan (divisibility), yaitu sejauh mana inovasi tersebut


dapat dicoba secara terbatas.
5. Kemampuan komunikasi (communicability), yaitu sejauh mana manfaat
penggunaan dapat dilihat atau digambarkan kepada orang lain.
Tahap pengembangan produk baru seperti yang dikemukakan oleh Kotler
dan Keller (2008:287-306), yaitu:
1. Penciptaan Ide
Proses pengembangan produk baru dimulai dengan pencarian ide. Ide
produk baru bisa berasal dari interaksi dengan berbagai kelompok dan
menggunakan teknik yang menghasilkan kreativitas. Untuk menghasilkan
arus ide-ide baru yang berkesinambungan, perusahaan harus dengan agresif
menggali banyak sumber-sumber gagasan.
2. Penyaringan Ide
Tujuan dari penyaringan adalah untuk menciptakan sejumlah ide-ide
yang baik dan mengesampingkan yang jelek sedini mungkin dan membuang
ide yang buruk seawal mungkin. Ide yang dapat bertahan dapat disaring lebih
lanjut menggunakan proses pemeringkat sederhana dan jika manajemen
merasa bahwa ide produk amat cocok dengan keterampilan pemasaran dan
pengalaman pemasaran, maka perusahaan akan meningkatkan peringkat ide
produk secara keseluruhan.
3. Pengembangan dan Pengujian Konsep
Ide yang menarik harus disempurnakan menjadi konsep produk yang
dapat diuji. Kita dapat membedakan antara ide produk, konsep produk, dan
citra produk. Ide produk adalah ide untuk produk dimana perusahaan dapat
melihat kemungkinan produk dapat ditawarkan ke pasar. Konsep produk
adalah versi terinci dari suatu ide yang dinyatakan dalam istilah-istilah yang
berarti bagi konsumen. Citra produk adalah gambaran tertentu yang
konsumen peroleh dari suatu produk aktual atau potensial.
Dalam pengujian konsep mensyaratkan bahwa berbagai konsep produk
diuji pada kelompok konsumen sasaran yang tepat, kemudian reaksi
konsumen tersebut dikumpulkan. Konsep-konsep ini dapat disajikan secara
18

simbolis atau secara fisik. Jika konsep yang diuji semakin menyerupai produk
akhir, pengujian konsep ini dapat semakin diandalkan.
4. Pengembangan Strategi Pemasaran
Setelah uji konsep berhasil, manajer produk baru akan mengembangkan
rencana strategi tiga bagian awal untuk memperkenalkan produk baru ke
pasar, yaitu:
a. Bagian pertama
Menggambarkan ukuran pasar sasaran, struktur, dan perilaku;
positioning produk yang direncanakan, lalu penjualan, pangsa pasar,
dan tujuan laba yang dicari dalam beberapa tahun pertama.
b. Bagian kedua
Mengikhtisarkan rencana harga produk, strategi distribusi, dan
anggaran pemasaran yang direncanakan selama tahun pertama.
c. Bagian ketiga
Rencana strategi pemasaran menggambarkan tujuan penjualan dan laba
jangka panjang serta strategi bauran pemasaran sepanjang waktu.
5. Analisis Bisnis
Setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan strategi
pemasaran, manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis dari proposal.
Manajemen harus mempersiapkan penjualan, biaya, dan proyeksi laba untuk
menentukan apakah mereka memuaskan tujuan perusahaan. Jika ya, konsep
dapat beralih ke tahap pengembangan.
6. Pengembangan Produk
Jika konsep produk dapat melewati ujian bisnis, konsep ini berlanjut ke
litbang untuk dikembangkan menjadi suatu produk fisik. Selanjutnya ke
bagian produksi untuk dibuat, diberi merek dan kemasan yang menarik.
7. Pengujian Pasar
Setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional dan psikologis,
produk siap dikemas dengan nama merek dan kemasan dalam uji pasar.
Dalam pengaturan autentik, pemasar dapat mempelajari seberapa besar pasar
yang ada dan bagaimana konsumen dan penyalur bereaksi untuk menangani,
menggunakan, dan membeli kembali produk.
19

8. Tahap Komersialisasi
Memperkenalkan produk baru ke pasar merupakan kegiatan
penyelesaian rencana pemasaran, pengkoordinasian kegiatan perkenalan
dengan fungsi-fungsi bisnis, pelaksanaan strategi pemasaran serta
pengontrolan peluncuran produk.

2.1.4.1. Penggunaan Teori Dalam Pemecahan Masalah


Penggunaan teori Inovasidalam pemecahan masalah keberlangsungan
hidup bisnis jipang di Demak dengan alasan, bahwa suatu usaha yang bertahan
lama pasti memiliki keunikan yang tidak dimiliki perusahaan lain dan juga
menciptakan suatu inovasi yang lebih unggul dari pada perusahaan lain sehingga
dengan melakukan inovasi diharapkan dapat meningkatkan keunggulan bersaing
usaha jipang jangka panjang.
Inovasai adalah menciptakan suatu kebaruan dalam suatu produk dan
atribut yang melekat pada produk. Inovasi dapat menjadi langkah strategis untuk
mempertahankan loyalitas pelanggan supaya perusahaan dapat tetap beroperasi.
Bisnis jipang yang mengedepankan inovasi sebagai strategi untuk mengalahkan
pesaing akan memberikan keunggulan kompetitif. Inovasi yang dilakukan dapat
berupa produk yang sama dengan menambahkan sentuhan baru. Dengan
melakukan inovasi, diharapkan mampu memberikan keunggulan bersaing dan
menghasilkan keberlangsungan bagi usaha.

2.2. Telaah Penelitian Sebelumnya

Judul, Pengarang,
Permasalahan Temuan
Tahun
Faktor-Faktor Pengaruh dari variabel  Kakteristik wirausaha
Penentu karakteristik wirausaha berpengaruh positif terhadap
Keberhasilan Usaha dan literasi keuangan kemampuan usaha dan
Di Kalangan terhadap keberhasilan keberhasilan usaha
Pedagang “Sunday usaha  Literasi keuangan
Morning” UGM berpengaruh positif terhadap
20

Yogyakarta, kemampuan usaha dan


Fitriyani, 2017. keberhasilan usaha
 Kemampuan usaha
berpengaruh positif terhadap
keberhasilan usaha
Analisis Pengaruh Pengaruh persaingan  Variabel orientasi pasar (x1)
Orientasi Pasar Dan dalam membentuk memiliki pengaruh positif
Strategi Bersaing pelayan guna meraih dan signifikan terhadap
Terhadap Kinerja keunggulan bersaing kinerja Pelayanan (y)
Pelayanan Secara pada bengkel jaya  Variabel strategi bersaing
Simultan Untuk makmur (x2) memiliki pengaruh
Meningkatkan positif dan signifikan
Keunggulan terhadap kinerja Pelayanan
Bersaing (Studi (y1)
Kasus Pada Bengkel  Variabel orientasi pasar (x1)
Jaya Makmur Motor memiliki pengaruh positif
Di Purwodadi dan signifikan terhadap
Grobogan), Keunggulan bersaing(y2)
Muchammad Sigit  Variabel kinerja pelayanan
P, Mudiantono, (y1) memiliki pengaruh
2015. positif dan signifikan
terhadap Keunggulan
bersaing(y2)
 Variabel strategi bersaing (
x2) memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap Keunggulan
bersaing(y2)
Peningkatan Menguji dampak Hasil penelitian menunjukkan
Kapabilitas Inovasi, quadruple helix dalam quadruple helix (intellectuals,
Keunggulan meningkatkan government, business, civil
Bersaing dan kreativitas dan soceity) berpengaruh
21

Kinerja melalui kapabilitas inovasi signifikan terhadap


Pendekatan serta dampaknya pada kreativitas. Intellectuals dan
Quadruple Helix: keunggulan bersaing business berpengaruh
Studi Pada Industri dan kinerja pada sektor signifikan terhadap
Kreatif Sektor fashion di Jawa kapabilitas inovasi, tetapi
Fashion, Sutapa Tengah. government dan civil soceity
Mulyana, 2014. tidak berpengauh signifikan
terhadap kapabilitas inovasi.
Kreativitas berpengaruh
signifikan terhadap
kapabilitas inovasi.
Kreativitas dan kapabilitas
inovasi berpengaruh
signifikan terhadap
keunggulan bersaing dan
kinerja.
Keunggulan Menguji pengaruh ada pengaruh yang positif
Bersaing ; Faktor- kualitas pelayanan dan searah antara variabel-
Faktor yang outlet, diferensiasi, variabel kualitas pelayanan
Mempengaruhi Dan citra perusahaan, outlet, diferensiasi, citra
Dampaknya pada kualitas hubungan perusahaan, kualitas
Kinerja Selling-In dengan outlet , dan hubungan dengan outlet,
( Studi pada Outlet adaptabilitas adaptabilitas lingkungan
Binaan PT. Indosat lingkungan terhadap terhadap keunggulan
Semarang ) keunggulan bersaing . bersaing. Dan keunggulan
Ana Kadarningsih, menguji pengaruh bersaing memiliki pengaruh
keunggulan bersaing yang searah terhadap kinerja
terhadap kinerja selling-in.
selling-in di outlet-
outlet binaan PT.
Indosat Semarang.
22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN


Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong
(2011:6) dalam Sulistiyono mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain., secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini menggunakan jenis riset kualitatif berupa studi kasus. Studi kasus
dalam arti, peneliti ingin memfokuskan untuk melihat satu fenomena saja dengan
mengabaikan fenomena lainnya. Studi kasus dipilih dengan tujuan agar penelitian
mendapatkan hasil yang mendalam, holistik dan reliabel.

3.2 SETTING PENELITIAN


Lokasi penelitian berada di daerah kabupaten jember,tepatnya berada di desa glagah
wero kecamatan kalisat kabupaten jember.penentuan lokasi tersebut didasarkan
pada pertimbangan banyaknya penduduk yg berprofesi sebagai petani tembakau,yg
memberikan manffat ekonomi,manfaat sosialnya pun dirasakan.

3.3 PEMILIHAN INFORMAN


Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer, data primer diperoleh
dengan mengambil data dari informan secara langsung. Informan yang dipilih
dalam penelitian ini meliputi : petani tembakau di desa glagah wero kalisat jember
yang mana peneliti memilih dengan sengaja keempat informan yg di anggap
mewakili dari keseluruhannya,sedangkan mengenai informan tambahan/informan
sekunder dalam penelitian ini tidak dikenai syarat spesifik,yang terpenting adalah
orang yg dapat di jadikan sumber data dan tingkat kevalidasannya dapat di
percaya oleh peneliti.
23

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan dalam memperoleh
data. Penelitian ini menggunakan berbagai metode untuk mendapatkan data guna
memperoleh informasi yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

3.4.1. Wawancara Mendalam


Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam
mengenai keberlangsungan bisnis tembakau. Teknik wawancara yang dipilih
menggunakan wawancara terbuka tidak terstruktur, karena pewawancara hanya
menyiapkan garis besar berupa poin-poin pertanyaan dan akan berkembang
mengikuti jawaban informan. Teknik ini dipilih dengan tujuan supaya diperoleh
data yang lebih komprehensif dan mendalam tanpa mencampuri pemikiran
informan.
Peneliti dalam melakukan wawancara dengan menggunakan bantuan :
1. Field note ( catatan )
2. Pedoman wawancara (protokol wawancara)

3.4.2. Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan untuk melihat fenomena yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Observasi digunakan untuk melihat sesuatu dibalik
suatu fenomena yang diamati. Observasi berguna untuk menguatkan data yang ada,
menambah kesan dalam penelitian, dan memungkinkan menyumbang temuan baru
dalam proses penelitian.
Observasi dalam penelitian ini, dilakukan dengan observasi tersamar dan terus
terang. Hal ini bertujuan untuk memberi beda dan mendapatkan data lebih spesifik
sesuai dengan fenomena daripada pengamatan yang dilakukan.

3.4.3. Arsip / Data Sekunder


24

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang terlebih dahulu
melakukan riset penelitian. Dengan kata lain, data sekunder merupakan data yang
diambil secara tidak langsung dari suatu sumber data. Data sekunder dari penelitian
ini diperoleh melalui arsip, buku, website, dan dokumen yang berhubungan dengan
masalah penelitian.

3.4.4. Alat-Alat Penunjang


Dalam melakukan proses wawancara, peneliti membutuhkan beberapa alat sebagai
penunjang. Alat-alat yang digunakan untuk menunjang keberlangsungan proses
penelitian berupa Kamera, alat perekam baik audio maupun video. Penggunaan alat
perekam dalam penelitian ini dilakukan atas persetujuan subyek wawancara secara
langsung.

3.5 KREDIBILITAS DATA PENELITIAN


Keabsahan dari data penelitian diperlukan untuk menjamin mutu dan kualitas dari
sebuah penelitian. Dalam penelitian kualitatif, reliailitas dan validitas disebut
dengan kredibilitas. Untuk meningkatkan kredibilitas suatu penelitian, peneliti
menggunakan beberapa prosedur, diantaranya adalah:
3.5.1. Triangulation
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2011: 273).

3.5.2. Member Checking


Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data (Sugiyono, 2011: 273). Member check dilakukan untuk mendapatkan
data yang sesuai dengan yang disampaikan oleh kelompok informan. Temuan yang
diperoleh dari data tersebut harus disepakati oleh kelompok informan tersebut.

3.5.3. The Audit Trail


Teknik ini digunakan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya misinterpretasi
dari suatu data yang telah diperoleh peneliti dengan keterbatas peneliti untuk
25

mengartikan data tersebut. Peneliti memilih Audit yang mampu dan mengerti
fenomena yang telah diamati dan independent.

3.6 TEKNIK ANALISIS


Teknik analisi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yg berasal dari
pengamatan,wawancara mendalam dan studi dokumentasi.Data yg terkumpul
kemudian di klarifikasikan dan di identifikasikan berdasarkan tema dan sub-sub
tema. Selanjutnya, membuat interprestasi dengan memberikan makna pada tema
dan sub tema serta mencari hubungan antar data. Dasar kegiatan interprestasi ini
dilengkapi ini dilengkapi dengan konsep-konsep dan teori-teori yg berkaitan
dengan permasalahan. Artinya konsep-konsep dan teori-teori diaplikasikan untuk
menjelaskan tentang seperangkat data.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
26

4.1 Hasil Penelitian


Upaya manusia untuk meningkatkan pendapatan dan
penghasilan berbeda-beda dalammemenuh kebutuhan hidup
rumah tangga.Salah satu upaya yang dilakukan petani
tembakauberagam aktifitas untuk menjaga kelangsungan
hidup, jarang yang hanya memiliki aktifitas ekonomi
tunggal. Mereka berusaha membentengi diri dari
ketidakpastian melalui diversifikasi nafkah yang mengacu
pada aktifitas individu atau rumahtangga sebagai pelengkap
aktivitas pertanian. Struktur sosial dalam komunitas petani tembakau
Desa Glagah Wero dapat digolongkan menjadi tiga
tingkatan yaitu kelas pertama ditempati oleh pemilik lahan,
kelas kedua ditempati oleh middle man(pedagang perantara)
dan kelas ketigaditempati oleh buruh tembakau. Menanam tembakau memerlukan
ketekunan sejak
awal hingga proses akhirpengepakan dari tembakau itu
sendiri. Tembakau merupakan tanaman yang sangat
memerlukan perhatian dan menguras mutu tanah. Cuaca
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan dari proses penanaman tembakau. Disamping
itu, perawatan yang intensif, pengairan yang teratur serta
proses pengolahan juga mempengaruhi tembakau.Misalkan
dalam pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi
yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman
tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan
mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang
cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam
waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik
pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari
30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur
tanah yang remah.Dengan demikian diketahui, bahwa
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk jenis tanaman itu
sangat berat.Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang
seragam dilakukan seleksi bibit yang akan ditanam.
Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan
sebelum atau setelah penanaman. Dalam proses melakukan panen tembakau,
petani harus menyediakan gudang
pengering untuk memproses tembakau Kasturi pasca panen
dan tempat penyimpanan sementara hasil panen, serta
menyiapka alat-alat yang digunakan untuk proses pasca
panen seperti sujen, glantang, bandang dan bambu untuk
galang penjemuran. Panen dilakukan ketika tanaman
berumur 65-70 hari setelah tanam dimulai dari daun bawah
terlebih dahulu.Pemanenan ini juga tergantung dari tingkat
kemasakan daun, biasanya ditandai dengan warna kuning
pada ujung daun.
27

Biasanya ditandai dengan warna kuning pada ujung


daun. Pada umumnya pemanenan tembakau Kasturi
dilakukan sebanyak 5 kali dengan jarak waktu pemetikan
sekitar 1 minggu, yaitu :
Panen 1 : daun kaki sebanyak 3 lembar
Panen 2 : daun perut sebanyak 3 lembar
Panen 3 : daun dada sebanyak 3 lembar
Panen 4 : daun leher sebanyak 3 lembar
Panen 5 : daun kepala sebanyak 4 lembar
Proses pasca panen tembakau Kasturi sebelum fermentasi
melalui beberapa tahap yaitu :
1. Pelayuan
2. Pengikatan warna
3. Pengeringan lamina
4. Pengeringan gagang
Pengeringan tembaku Kasturi pada dasarnya ada 2
macam, yaitu sistem talap dan sistem bandul. Kedua sistem
ini dapat dikombinasikan tergantung dari situasi dan kondisi,
bahkan kedua sistem ini juga bisa dikombinasikan dengan
sistem oven.
1. Sistem Talap
Pengeringan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari
langsung (daun dibeber).
2. Sistem Bandul
Proses pengeringan daun tembakau dengan menggantungkan
sujenan daun tembakau pada dua bilah bambu dengan
ketinggian 50-75 cm dari tanah
Petani Desa Glagah Wero cenderung lebih memilih
menanam tembakau Voor-oogst (kasturi) daripada menanam
tembakau Naa-oogst, mereka lebih tertarik menanam dan
membudidayakan tembakau voor-oogst karena beberapa
alasan, pertama, semua petani bisa menanam tembakau ini
walaupun tidak memahami teknis bertanam tembakau
berbeda dengan jenis tembakau na-oogst yang memerlukan
perawatan yang intensif dan rumit. Kedua, biaya produksi
yang dikeluarkan dari mulai sebelum tanam, penanaman,
perawatan, sampai panen tidak sebesar jenis tembakau naoogst.
Ketiga, jika jika tembakau voor-oogst hanya
membutuhkan sinar matahari untuk mengeringkan tanaman
tembakau (sesuai dengan sebutannya yaitu nimor yang berarti musim kemarau),
tidak demikian dengan tembakau
naa-oogst yang membutuhkan gudang pengovenan tersendiri
untuk mengeringkan daun tembakau. Keempat, alur
distribusi tembakau naa-oogst melalui alur khusus, tidak
seperti tembakau voor-oogst yangt proses pemasarannya
jauh lebih mudah dan tidak harus melalui pemasaran
tertentu. Petani bisa menjual langsung pada belandang.
Dalam usaha membudidayakan tanaman tembakau
28

di Desa Glagah Wero Kalisat, resiko yang diterima akan


besar apabila tetap menanam tembakau, banyak hal yang
menyebabkan mereka rugi, antara lain biaya produksi yang
tinggi, hasil panen yang kurang menentu, cuaca yang tidak
bisa di prediksi, Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa kendala maupun tantangan tidak mempengarui petani
tembakau baik dari sisi proses produksi maupun du luar hal
tersebut. Kendala-kendala tersebut antara lain dalam
perolehan bibit, air, pupuk dan alat perajangan. Sedangkan
tantangan yang dihadapi petani tembakau yaitu masalah
undang-undang larangan merokok, pemasaran dan harga
tembakau. Untuk saat ini keputusan pemerintah mengenai
undang-undang larangan merokok belum mempengarui
prospek petani tembakau di Desa Glagah Wero. Kesempatan
petani untuk menanam tembakau masih ada. Prospek petani
tembakau akan baik selama cuaca juga mendukung karena
air hujan sangat berpengaruh sekali dengan tanaman
tembakau. Sebagian besar petani di Desa Desa Glagah Wero
yang bekerja sebagai petani, pada saat musim kemarau
sebagian besar menanam tembakau. akan tetapi petani
tembakau masih bertahan menanam tembakau. Ada nilainilai
yang dipahami oleh petani tembakau Desa Glagah wero
Kalisat mengapa mereka masih menanam tembakau.
1) Nilai ekonomi
Nilai ekonomi yang didapat dari menanam tembakau lebih
besar dibandingkan menanam tanaman lain. Meskipun dalam
kenyataannya petani sering mengalami rugi karena berbagai
fakto, misalnya, cuaca kurang mendukung, adanya hama
penyakit, mahalnya biaya produksi, serta tidak ada
standarisasi harga yang jelas sehingga petani sering
dirugikan karena adanya permainan harga oleh belandang
atau makelar.
2) Nilai sosial/prestise
Simbol penghormatan masyarakat sekitar bagi petani
tembakau yang berhasil. Menjaadi petani tembakau bukan
hanya sebagai sumber kehidupan ekonomi bagi mereka, tapi
juga meningkatkan status seseorang,status di kalangan petani
tembakau di tentukan oleh berhasil atau tidaknya mereka
dalam menanam tembakau, selain itu ketika mereka berhasil
membudidayakan tembakau dan mereka mendapatkan
untung, itu menjadi kepuasan tersendiri bagi mereka
mengingat proses budidaya tembakau dari awal tanam
sampei memasarkan atau menjual hasil panen merupakan
proses yang sangat rumit, karena menyita
waktu,tenaga,pikiran, dan uang
3) Nilai Budaya
Menanam tembakau adalah kebudayaan yang tidak dapata
ditinggalkan oleh masyarakat Desa Glagah Wero, menjadi
29

petai tembakau adalah budaya yang diwariskan secara turuntemurun.


Selain itu membudidayakan tanaman tembakau
dipengaruhi oleh nilai kebudayaan yang berkembang dalam
masyarakat tersebut. Seperti pada saat musim tanam
tembakau budaya gotong-royong dalam masyarakat secara
sukarela bahu membahu membantu tetangganya yang sedang
mananam bibit tembakau di sawah. Ketika waktu yang telah
ditentukan untuk menanam tembakau tiba maka dengan
sukarela tetangga mereka membantu menanam tembakau.
Kemiskinan struktural dan kultural yang cukup lama
di masyarakat pedesaan, khususnya dalam komunitas petani
tembakau, mengharuskan mereka melakukan “banyak cara”
untuk bisa bertahan dalam hidup. Pendapatan yang belum
mencukupi meskipun sudah mengerahkan seluruh anggota
keluarga, dicoba dipenuhi dengan mencari pendapatan lain
yang tidak berupa uang, misalkan ngasak (mencari sisa
panen padi dari sawah orang), mencari kayu bakar sebagai
bahan bakar, mencari sayur di sekitar rumah, dan lain-lain.
Cara lain yang sering ditempuh oleh masyarakat miskin
pedesaan untuk bertahan hidup adalah mempercepat usia
kawin pada anak-anak perempuan, dengan asumsi bahwa
perkawinan bisa melepaskan beban ekonomi orang tua. Pada
kenyataannya, justru fenomena kawin muda menambah
beban dan sering memunculkan masalah baru dalam
keluarga. Keluarga muda (anak yang kawin muda) ini harus
memenuhi kebutuhan ekonominya, sehingga harus
mendapatkan lapangan pekerjaan dengan cara dan kondisi
apapun. Dalam hal inilah, usaha tembakau menjadi sandaran
bagi mereka

BAB V
PENUTUP
30

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi
bertahan petani tembakau di Glagah Wero dalam mencari
nafkah rumah tangga dibangun sebagai bagian dari adaptasi
terhadap berbagai risiko yang akan dihadapi yaitu dengan
mengkombinasikan berbagai aset (alami, finansial, fisik,
sumberdaya manusia, dan sosial). Strategi bertahan hidup
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan
kepemilikan sumberdaya.
Meskipun para petani tembakau di Desa Glagah Wero
mempunyai nilai-nilai sendiri dalam membudidayakan
tanaman tembakau, ada sesuatu yang dibangun oleh petani
tembakau untuk tetap terus menanam tembakau karena ada
alasan-alasan rasional yang mereka ketahui dan mereka
pahami, bahwa menanam tembakau adalah tradisi yang tidak
dapat ditinggalkan, ada usaha pencapaian "prestise" yang
merupakan simbol penghormatan masyarakat bagi petani
tembakau yang berhasil. Ukuran dari pencapaian prestise
tersebut adalah keberhasilan petani tersebut dalam menanam
tembakau, ada kebanggaan tersendiri yang muncul jika
mereka sukses menanam tembakau. Pengakuan sosial
masyarakat adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan
nilai-nilai petani tembakau tersebut, hal lain yang menjadi
nilai-nilai petani tembakau adalah faktor kebudayaan,
menjadi petani tembakau berarti telah "melestarikan tradisi"
yang telah diwariskan secara turun temurun. Penerusan nilai- nilai tradisi masih
dianggap faktor penting dalam masyarakat
desa Glagah Wero. Dengan menanam tembakau adalah
wujud nyata perilaku petani untuk meneruskan dan
melestarikan tradisi tersebut.

5.2 Saran

1. Mengingat tingkat keuntungan yang tercapai produsen


tidak saja ditentukan oleh besar kecilnya produksi melainkan
juga oleh harga-harga input dan output maka ketika musim
tanam tembakau telah tiba maka pemerintah harus
mengambil peran dalam pengendalian kelancaran distribusi
sarana produksi khususnya ketersediaan pupuk dan
kestabilan harga input lainnya.
2. Hendaknya usaha petani tembakau lebih perhatikan oleh
pemerintah, misalnya memberikan pengetahuan teknis
bertanam tembakau kepada petani secara kontinyu dan
berkelanjutan sehingga hasil panen tembakau memiliki
kualitas yang baik dan harga tembakau dipasaran bisa tinggi.
Hal ini masih memungkinkan adanya peningkatan produksi
31

tembakau didaerah penelitian melalui perluasan usaha serta


perbaikan teknik produksi usahatani yang dilakukan tanpa
perubahan teknologi dan manajemen usaha. Juga pemberian
modal dalam biaya produksi, bibit unggul dan lain
sebagainya. Karena para petani tidak akan dapat keuntungan
yang maksimal apabila

Anda mungkin juga menyukai