Proposal Metodologi Penelitian Kualitatif: Mengungkap Keberhasilan Mempertahankan Kelangsungan Hidup Petani Tembakau"
Proposal Metodologi Penelitian Kualitatif: Mengungkap Keberhasilan Mempertahankan Kelangsungan Hidup Petani Tembakau"
Disusun Oleh :
S1-MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
1
2
BAB 1 PENDAHULUAN
“Lah pie tole, kabeh kan yo kebutuhan. Seko iku yo mas iso nyukupi
kebutuhane keluargane mas, urunanmu, gawe biaya anak yatim piatu ning panti.
Alhamdulillah warisane bapak iso ri turun temurunke ning anak-anake lanang”
“Pripun carane mas niku menang persaingan saking bakul mbako liyane ?”
‘Yo intine ora usah kemprusung, nek meh didol ning mas berarti rejekine mas,
nek dol mbe liyo yo rejekine deknen.Sabar wae tole, Allah ngeki dalan rejekine
dewe-dewe. Dadi ora usah kuwatir nek keliru.”
“Harapanipun panjenengan kagem masa depan niku nopo mas ?”
“ Yo harapane pasti seng apik tole, pas wayahe mbakonan ndelalah hasil
panene wong tani akeh, batine mas yo akeh. Hahaha “
Saripati dari wawancara tersebut adalah adanya harapan bagi pedagang
tembakau agar petani tetap menanam tembakau.
UMKM ataupun usaha kecil biasanya hanya mampu bertahan selama 5 tahun
pertama, selebihnya mengalami kegagalan. Hal tersebut menjadi koreksi dan
peringatan terhadap pelaku bisnis untuk dapat mempertahankan bisnisnya selama
puluhan tahun.
Usaha yang dirintis yang bisa dikatakan sukses adalah usaha yang dapat lebih
dari 5 tahun menjalankan bisnisnya. Bagaimana sebuah usaha kecil mampu
bertahan selama lebih dari 30 tahun dengan mengalami pasang surut bisnis. Hal
tersebut tentu saja mengundang petanyaan tentang bagaimana bisnis tersebut
mampu bertahan lama dibandingkan dengan usaha lain yang bahkan hanya mampu
bertahan selama 2 tahun bahkan kurang. Usaha yang ditekuni seseorang harus
memiliki perbedaan dan keunggulan yang unik guna bersaing dengan pesaing yang
sejenis.
Hal tersebut berkaitan erat dengan strategi yang ditetapkan oleh pelaku bisnis
tembakau. Banyak faktor yang menjadi hal yang dipertimbangkan untuk
mengetahui keberlangsungan bisnis tembakau, salah satunya adalah faktor pasar.
Pasar yang disasar oleh pelaku bisnis biasanya selalu berhubungan dengan harga
yang ideal. Harga adalah faktor positioning kunci dan harus diputuskan dalam
hubungannya dengan pasar sasaran, bauran produk dan jasa, dan persaingan. Semua
pengecer akan menyukai perputaran x laba yang tinggi ( volume tinggi dan marjin
kotor tinggi), tetapi keduanya tidak selalu bersesuaian (Kotler dan Keller,
4
2008:151). Faktor agen atau grosir dapat pula menjadi hal yang menyebabkan
bisnis tembakau mampu bertahan lama karena hubungannya dengan pedagang
besar berjalan dengan baik. Pedagang grosir (wholesaling) mencakup semua
kegiatan dalam penjualan barang atau jasa kepada mereka yang membeli atau
menjual kembali untuk keperluan bisnis.
Bisnis yang masih tersisa ini merupakan gambaran dari strategi bertahan.
Kotler dan Keller (1994, hal. 274) menyatakan bahwa : “Strategi pemasaran
merupakan strategi atau taktik yang digunakan suatu perusahaan untuk
melemparkan produk barunya ke pasar, agar produk bisa bertahan lebih lama di
pasar”..
Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai keunggulan
bersaing, diperoleh data sebagai berikut : Dalam penelitian Ana Kadarningsih
(2008) menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
diferensiasi dengan keunggulan bersaing. Penelitian yang dilakukan ana tersebut
meneliti mengenai dampak dari indikator keunggulan bersaing terhadap kinerja
selling in yang bersetting pada outlet binaan PT Indosat Semarang. Sementara pada
penelitian Fitriyani (2017) menemukan bahwa karakteristik wirausahawan dan juga
literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan usaha
dan keberlangsungan usaha. Fitriyani melakukan penelitian pada pedagang
“Sunday Morning” di UGM.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian mengenai
keberlangsungan usaha turun temurun dari leluhur dengan melihat dari segi
keunggulan yang terdapat dari usaha tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk
mengungkapkan kunci dari keberhasilan suatu usaha yang bertahan sampai
beberapa generasi.
Dari uraian maka penulis tertarik mengambil judul “Mengungkap
Keberhasilan Mempertahankan Kelangsungan Hidup Petani Tembakau”.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Bagan 2.1
Alur Pembahasan Teori
yang ada akan menentukan potensi profitabilitasnya. Hal ini berarti jika
terdapat banyak kekuatan yang negatif dalam sebuah industri atau
perusahaan memiliki posisi yang lemah dalam sebuah industri,
profitabilitasnya akan lebih rendah dari rata-rata.
b) Model Berbasis Sumber Daya (Resource-Based View, atau RBV)
Pandangan RBV berpendapat bahwa sumber daya yang dimiliki
perusahaan jauh lebih penting daripada struktur industri dalam
memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Pendekatan ini
memandang organisasi sebagai sekumpulan aset dan kapabilitas. Model
RBV pada intinya menekankan bagaimana mendapatkan penghasilan
diatas rata-rata dengan menempuh tahapan berikut.
Identifikasi sumber daya perusahaan
Menetukan kapabilitas perusahaan
Tentukan bagaimana sumber daya dan kapabilitas perusahaan dapat
menciptakan keunggulan kompetitif yang mampu mengungguli para
pesaing
Lokasikan suatu industri dengan peluang yang dapat dieksploitasi
dengan sumber daya dan kapabilitas yang diniliki.
Pilih strategi yang paling baik untuk mengeksploitasi sumber daya dan
kapabilitas.
Mengimplementasikan strategi yang dipilih agar mengungguli
pesaing dan memperoleh penghasilan di atas rata-rata.
Model RBV berpendapat bahwa Core Competencies merupakan basis
keunggulan kompetitif perusahaan, keunggulan stratejik, dan
kemamppuan untuk memperoleh Above-average Returns. Core
Competencies adalah sumber daya dan kapabilitas yang dapat menjadi
sumber Competitive Advantage.
c) Model Gerilya (Guerilla)
Model gerilya memandang perlunya para pembuat kebijakan menyadari
betapa kacaunya lingkungan eksternal sehingga dapat mempengaruhi
keunggulan kompetitif dan berapa lama keunggulan kompetitif dapat
berlangsung. Melihat besarnya market disruption terhadap industri
9
yang notabene menyukai gaya hidup sehat yang sedang in. Hal ini tentu saja
dapat meningkatkan penjualan jipang untuk pasar modern. Dengan
bertambahnya diferensiasi dari produk jipang ini akan membuat segmen pasar
jipang akan meluas dan loyalitas konsumen akan meningkat sehingga akan
tercipta keunggulan bersaing bagi keberlangsungan hidup usaha jipang jangka
panjang.
aset yang terlihat (tangible asset), aset tak terlihat (intangible asset), kapabilitas
organisasi.
RBV mengidentifikasi beberapa karakteristik yang disebut mekanisme
isolasi, yang membuat sumber daya sukar untuk ditiru dan menjadi berharga
(Pearce & Robinson, 2003: 126-131 dalam Mudrajad, 2005:42)
1) Superioritas kompetitif, dengan sumberdaya yang ada dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan secara lebih baik dibanding pesaing.
2) Kelangkaan sumber daya
3) Kemudahan ditiru, model RBV mengidentifikasi faktor-faktor yang
membuat sumber daya sulit ditiru: keunikan fisik, sumber daya yang unik
secara fisik sukar untuk ditiru; jalur (path) ketergantungan, diperoleh
melalui proses, memakan biaya mahal serta sulit untuk dilakukan
percepatan; ambiguitas kausal, situasi yang sulit dipahami oleh para
pesaing secara tepat tentang bagaimana suatu perusahaan menciptakan
keunggulan yang telah dinikmatinya ; economic deterence, keadaan
dimana butuh investasi yang besar untuk meniru sumber daya yang
dimiliki.
4) Apropriability, sumberdaya yang dikembangkan dan dikendalikan oleh
perusahaan akan lebih berharga daripada sumberdaya yang mudah dibeli,
dijual, atau berpindah dari suatu perusahaan ke perusahaan lain.
5) Daya tahan, ketahanan sumberdaya dalam mengalami penyusutan.
6) Dapat digantikan (substitutability), tersedia alternatif lain selain
sumberdaya yang dimiliki.
2.1.3.1. Penggunaan Teori Dalam Pemecahan Masalah
Penggunaan teori Resource Based View (RBV) dalam pemecahan masalah
keberlangsungan hidup bisnis jipang di Demak dengan alasan, bahwa suatu
usaha yang bertahan lama pasti memiliki keunikan sumber daya yang berharga
sehingga dapat mendukung keberlangsungan usaha jangka panjang. Dengan
adanya keunikan sumber daya dapat menghasilkan kinerja unggul dan apabila
dikelola dengan cara tertentu dapat mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan
.
16
simbolis atau secara fisik. Jika konsep yang diuji semakin menyerupai produk
akhir, pengujian konsep ini dapat semakin diandalkan.
4. Pengembangan Strategi Pemasaran
Setelah uji konsep berhasil, manajer produk baru akan mengembangkan
rencana strategi tiga bagian awal untuk memperkenalkan produk baru ke
pasar, yaitu:
a. Bagian pertama
Menggambarkan ukuran pasar sasaran, struktur, dan perilaku;
positioning produk yang direncanakan, lalu penjualan, pangsa pasar,
dan tujuan laba yang dicari dalam beberapa tahun pertama.
b. Bagian kedua
Mengikhtisarkan rencana harga produk, strategi distribusi, dan
anggaran pemasaran yang direncanakan selama tahun pertama.
c. Bagian ketiga
Rencana strategi pemasaran menggambarkan tujuan penjualan dan laba
jangka panjang serta strategi bauran pemasaran sepanjang waktu.
5. Analisis Bisnis
Setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan strategi
pemasaran, manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis dari proposal.
Manajemen harus mempersiapkan penjualan, biaya, dan proyeksi laba untuk
menentukan apakah mereka memuaskan tujuan perusahaan. Jika ya, konsep
dapat beralih ke tahap pengembangan.
6. Pengembangan Produk
Jika konsep produk dapat melewati ujian bisnis, konsep ini berlanjut ke
litbang untuk dikembangkan menjadi suatu produk fisik. Selanjutnya ke
bagian produksi untuk dibuat, diberi merek dan kemasan yang menarik.
7. Pengujian Pasar
Setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional dan psikologis,
produk siap dikemas dengan nama merek dan kemasan dalam uji pasar.
Dalam pengaturan autentik, pemasar dapat mempelajari seberapa besar pasar
yang ada dan bagaimana konsumen dan penyalur bereaksi untuk menangani,
menggunakan, dan membeli kembali produk.
19
8. Tahap Komersialisasi
Memperkenalkan produk baru ke pasar merupakan kegiatan
penyelesaian rencana pemasaran, pengkoordinasian kegiatan perkenalan
dengan fungsi-fungsi bisnis, pelaksanaan strategi pemasaran serta
pengontrolan peluncuran produk.
Judul, Pengarang,
Permasalahan Temuan
Tahun
Faktor-Faktor Pengaruh dari variabel Kakteristik wirausaha
Penentu karakteristik wirausaha berpengaruh positif terhadap
Keberhasilan Usaha dan literasi keuangan kemampuan usaha dan
Di Kalangan terhadap keberhasilan keberhasilan usaha
Pedagang “Sunday usaha Literasi keuangan
Morning” UGM berpengaruh positif terhadap
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4.2. Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan untuk melihat fenomena yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Observasi digunakan untuk melihat sesuatu dibalik
suatu fenomena yang diamati. Observasi berguna untuk menguatkan data yang ada,
menambah kesan dalam penelitian, dan memungkinkan menyumbang temuan baru
dalam proses penelitian.
Observasi dalam penelitian ini, dilakukan dengan observasi tersamar dan terus
terang. Hal ini bertujuan untuk memberi beda dan mendapatkan data lebih spesifik
sesuai dengan fenomena daripada pengamatan yang dilakukan.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang terlebih dahulu
melakukan riset penelitian. Dengan kata lain, data sekunder merupakan data yang
diambil secara tidak langsung dari suatu sumber data. Data sekunder dari penelitian
ini diperoleh melalui arsip, buku, website, dan dokumen yang berhubungan dengan
masalah penelitian.
mengartikan data tersebut. Peneliti memilih Audit yang mampu dan mengerti
fenomena yang telah diamati dan independent.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
26
BAB V
PENUTUP
30
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi
bertahan petani tembakau di Glagah Wero dalam mencari
nafkah rumah tangga dibangun sebagai bagian dari adaptasi
terhadap berbagai risiko yang akan dihadapi yaitu dengan
mengkombinasikan berbagai aset (alami, finansial, fisik,
sumberdaya manusia, dan sosial). Strategi bertahan hidup
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan
kepemilikan sumberdaya.
Meskipun para petani tembakau di Desa Glagah Wero
mempunyai nilai-nilai sendiri dalam membudidayakan
tanaman tembakau, ada sesuatu yang dibangun oleh petani
tembakau untuk tetap terus menanam tembakau karena ada
alasan-alasan rasional yang mereka ketahui dan mereka
pahami, bahwa menanam tembakau adalah tradisi yang tidak
dapat ditinggalkan, ada usaha pencapaian "prestise" yang
merupakan simbol penghormatan masyarakat bagi petani
tembakau yang berhasil. Ukuran dari pencapaian prestise
tersebut adalah keberhasilan petani tersebut dalam menanam
tembakau, ada kebanggaan tersendiri yang muncul jika
mereka sukses menanam tembakau. Pengakuan sosial
masyarakat adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan
nilai-nilai petani tembakau tersebut, hal lain yang menjadi
nilai-nilai petani tembakau adalah faktor kebudayaan,
menjadi petani tembakau berarti telah "melestarikan tradisi"
yang telah diwariskan secara turun temurun. Penerusan nilai- nilai tradisi masih
dianggap faktor penting dalam masyarakat
desa Glagah Wero. Dengan menanam tembakau adalah
wujud nyata perilaku petani untuk meneruskan dan
melestarikan tradisi tersebut.
5.2 Saran