Anda di halaman 1dari 46

Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

*** PERSERIKATAN NAGA API ***


Karya : Stevanus, S.P.

JILID 35
Kolektor E-Book 1
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

“KEDUA pendekar itu seperti orang gila saja, maafkan


ucapanku ini, tapi itu memang betul. Mereka tidak bisa
diajak bicara lagi, dengan ngotot menuduh Ketua Hwe-
liong-pang kami telah membunuh beberapa murid mereka
dan bahkan katanya melukai Kiau Bun-han. Bukankah ini
tuduhan gila? Siapapun anggota Hwe-liong-pang tahu
bahwa Ketua kami tengah menutup diri beberapa hari di
sanggar semedinya untuk menyembuhkan luka dan
meningkatkan ilmu, dan siapapun tahu bahwa justru Ketua
kami inilah yang menghendaki perdamaian, buat apa dia
keluyuran sampai ke Bu-sian-tin, seperti yang dituduhkan
oleh Kiau Bun-han, untuk melukai orang-orang Hoa-san-
pay dan Go-bi-pay?"

Jian-kin-sin-kun Lu Siong yang sedari tadi menahan diri itu,


mulai berbicara pula, "Yang lebih gila lagi, mereka
menuduh Pang-cu kami merampas makanan dari para
pengungsi. Benar-benar tuduhan yang sangat hina,
memanaskan hati kami saja!"

Lu Siong sebenarnya masih ingin berkata keras lebih


banyak lagi, tetapi Hong-goan Hweshio telah menoleh ke
arahnya dan memberi isyarat agar diam. Kemudian Hong-
goan Hweshiolah yang berbicara, "Suheng, karena
menyadari bahwa ada pihak ketiga yang akan mengambil
keuntungan dari hubungan buruk pihak-pihak kita, maka
kami pihak Hwe-liong-pang telah menahan diri sedapat
Kolektor E-Book 2
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

mungkin, dan bahkan Thian-liong Hiang-cu Siangkoan Hong


sebagai pejabat Ketua telah mengutus kami menemuimu
agar dapat memecahkan persoalan ini sebaik-baiknya. Tapi
Kiau Bun-han dan Thian-goan Hweshio semakin
keterlaluan. Dalam waktu dua hari saja mereka telah
menewaskan tujuh orang anggota kami. Betapapun
sabarnya kami, betapapun inginnya kami akan perdamaian,
namun apakah kami harus membiarkan saja anak buah
kami dihabiskan oleh Kiau Bun-han dan Thian-goan
Hweshio? Suheng, kami mohon penjelasan!"

"Penjelasan saja tidak cukup!" tiba-tiba Lu Siong yang


penasaran itu menimbrung lagi, lupa kepada pesan Hong-
goan Hweshio agar jangan ikut bicara. "Apakah dengan
penjelasan saja kematian penasaran anggota-anggota kita
itu bisa terbalas? Hong-tay Hweshio sebagai Pemimpin
Umum kaum pendekar, haruslah menangkap Kiau Bun-han
serta Thian-goan Hweshio untuk diserahkan kepada kami
dan dihukum. Tanpa tindakan itu, sulitlah kita bicara
tentang perdamaian lagi!"

Para tokoh di pihak Hong-tay Hweshio nampak serba salah.


Mereka sudah mendengar laporan si pengemis pembawa
berita itu, tentang tingkah laku rekan mereka dari Hoa-san-
pay dan Go-bi-pay itu. Dan kini orang-orang Hwe-liong-
pang sendiri datang menuntut keadilan.

Kolektor E-Book 3
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Sementara Hong-tay Hweshio masih saja berkerut kening,


menyesalkan tindakan rekan-rekannya sendiri yang terlalu
gegabah, Hong-goan Hweshio telah mendesak lagi,
"Suheng, keputusan harus cepat diambil. Kalau tidak,
korban tak bersalah akan berjatuhan lagi di pihak kami,
dan saat itu pihak kami mungkin akan tidak dapat menahan
diri lagi. Kami tidak dapat tinggal diam sementara orang-
orang kami dibunuh tanpa tahu jelas persoalannya."

Dalam keadaan terdesak semacam itu, Hong-tay Hweshio


akhirnya mengambil keputusan, "Aku sendiri akan ke Jing-
toh untuk menemui Ketua Kiau dan Thian-goan Hweshio,
secepat-cepatnya. Aku akan minta keterangan langsung
dari mereka dan memutuskan tindakan berikutnya."

Kemudian kepada rekan-rekannya dari Cong-lam-pay, Jing-


sia-pay dan Khong-tong-pay yang tadi telah
diperintahkannya untuk pergi ke Jing-toh, Hong-tay
Hweshio berkata, "Ternyata aku sendiri yang harus
berangkat kesana. Bukannya aku meragukan kemampuan
saudara-saudara untuk mengatasi masalah ini, tetapi aku
kira Kiau Bun-han dan Thian-goan Hweshio akan lebih
mudah dijinakkan jika aku sendiri kesana."

"Biarlah kami menuju ke sana bersama Tay-su," sahut Tiat-


sim Tojin, Cia Hok-tiang dan Kongsun Tiau.

Kolektor E-Book 4
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Hong-tay Hweshio menganggukkan kepalanya, lalu kepada


rombongan Hong-goan Hweshio ia bertanya, "Kalian akan
pulang ke Tiau-im-hong atau ikut kami ke Jing-toh?"

"Lebih baik kami pulang dulu untuk melaporkan hasil


perjalanan kami ini kepada Pejabat Ketua. Setelah itu
barulah kami menunggu bagaimana keputusan Suheng
tentang Kiau Bun-han dan Thian-goan Hweshio itu."

"Kami akan berangkat ke Jing-toh sekarang juga."

"Baiklah, Suheng, kalau begitu kamipun mohon pamit


untuk kembali ke Tiau-im-hong. Mudah-mudahan
keputusan Suheng dalam hal ini akan cukup adil dan
memuaskan semua pihak."

Maka rombongan Hong-goan Hweshio itupun meninggalkan


rumah Ko Gi-ceng, sementara Hong-tay Hweshio dan
rombongannya juga bersiap-siap untuk berangkat ke Jing-
toh.

**SF**

BAGIAN KE EMPAT PULUH DUA.

BEGITU keluar dari pintu gerbang kota Lam-tiong, maka


Hong-goan Hweshio dan kawan-kawannya cepat-cepat

Kolektor E-Book 5
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

memacu kuda-kuda tunggangan mereka ke Tiau-im-hong


kembali. Mereka merasa gelisah oleh keadaan yang
semakin tak menentu, dan ingin segera melaporkannya
kepada Siangkoan Hong yang menjabat sebagai Ketua,
sementara Tong Wi-siang "menutup diri di sanggar
semedi". Meskipun pembicaraan dengan pihak pendekar
yang diwakili oleh Hong-tay Hweshio itu tidak terlalu
memuaskan orang-orang Hwe-liong-pang itu, namun
merekapun berusaha untuk dapat memaklumi sikap Hong-
tay Hweshio itu. Tentu saja rahib tua Siau-lim-pay yang kini
berkedudukan sebagai beng-cu dari kaum pendekar itu
tidak dapat langsung menentukan tindakan tertentu kepada
Kiau Bun-han dan Thian-goan Hweshio, hanya berdasar
laporan utusan Hwe-liong-pang saja, namun tentu harus
membuktikan sendiri. Lagipula Hoa-san-pay dan Go-bi-pay
adalah perguruan yang bebas merdeka dan tidak diperintah
oleh siapa-siapa, beradanya mereka dalam satu barisan
yang dipimpin oleh Hong-tay Hweshio itu bukan berarti
tunduk sepenuhnya, namun terikat oleh setia kawan
sesama pendekar, jadi lain hubungannya dengan
umpamanya Markas Pusat Hwe-liong-pang dengan markas-
markas cabangnya. Oleh karena pengertian itulah maka
Hong-goan Hweshiopun tidak terlalu kecewa dengan hasil
pembicaraannya dengan bekas kakak seperguruannya itu,
yang dicemaskannya adalah apabila orang-orang Hoa-san-
pay dan Go-bi-pay tidak dapat mengendalikan dirinya,

Kolektor E-Book 6
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

bahkan mungkin mereka akan menentang pula perintah


Hong-tay Hweshio sebagai Beng-cu, jika demikian haruskah
Hwe-liong-pang pasrah saja orang-orang Hoa-san-pay dan
Go-bi-pay itu mengobrak-abrik Tiau-im-hong?

Benar-benar suatu kebetulan, bahwa apa yang dicemaskan


oleh Hong-goan Hweshio ternyata telah terbentang di
depan mata. Ketika utusan-utusan Hwe-liong-pang itu
sudah jauh meninggalkan kota Lam-tiong dan mulai
menapak di daerah yang sepi, tiba-tiba dari arah depan
nampak dua orang penunggang kuda berpacu ke arah
mereka, kedua penunggang kuda itu tertelungkup di atas
punggung kudanya, seakan-akan mereka tidak kuat lagi
untuk duduk tegak. Mereka berpakaian hitam, berikat
kepala hitam pula. Sekali pandang saja jelaslah bahwa
mereka adalah anggota-anggota Hwe-liong-pang dari
Kelompok Bendera Hitam.

"Mereka anggota-anggota kita, agaknya terluka!" seru Lu


Siong terkejut. "Hayo kita tolong mereka!” Hampir saja Lu
Siong memajukan kudanya untuk menyongsong kedua
orang penunggang kuda dari depan itu, tapi Ling Thian-ki
cepat menahannya dengan jalan memegang tali kendali
kuda Lu Siong, sambil berkata memperingatkan, "Hati-hati
Lu Tong-cu yang kau maksud Hwe-liong-pang itu Hwe-
liong-pang yang mana?"

Kolektor E-Book 7
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Barulah Lu Siong sadar, bahwa di daerah itu berkeliaran


pula anak buah Te-liong Hiang-cu yang berseragam sama
dengan orang-orang Hwe-liong-pang di Tiau-im-hong,
bahkan anak buah Te-liong Hiang-cu itu menyebut diri
mereka Hwe-liong-pang pula. Diam-diam Lu Siong
mengutuk kecerobohannya sendiri, untunglah Ling Thian-ki
mencegahnya, kalau tidak alangkah gampangnya menjebak
orang sepolos Lu Siong.

Kedua penunggang kuda yang dari depan itu menurunkan


kecepatan kudanya ketika hampir berpapasan dengan
utusan-utusan Hwe-liong-pang itu. Sesaat keduanya
terkejut melihat Hong-goan Hweshio dan rombongannya,
air muka mereka nampak aneh. Namun salah seorang dari
kedua penunggang kuda itu nampaknya cukup cepat
berpikir, cepat-cepat ia mengangkat tangannya untuk
memberi hormat kepada Hong-goan Hweshio, dan berkata,
"Salam kepada kedua Su-cia (utusan) serta dua... dua
Tong-cu. Hamba berdua dari Hek-ki-tong, saat ini Tong-cu
hamba serta Hu-tong-cu dan beberapa orang saudara telah
bertempur di pinggir hutan sana melawan bangsat-bangsat
munafik dari Hoa-san-pay dan Go-bi-pay serta beberapa
perguruan lainnya. Mohon bantuan Su-cia sekalian!"

Hong-goan Hweshio dan lain-lainnya terkejut mendengar


laporan itu, sehingga mereka kurang memperhatikan
perubahan airmuka kedua orang berseragam Hwe-liong-
Kolektor E-Book 8
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

pang yang tidak wajar itu. Dengan tergesa-gesa Hong-goan


Hweshio berempat segera memacu kudanya ke arah yang
ditunjukkan oleh kedua orang berkuda berseragam Hwe-
liong pang itu. Mereka harus memburu waktu dan melerai
pertempuran itu, sebab kalau korban jiwa sudah jatuh di
kedua pihak, akan sangat sulitlah untuk memadamkan
amarah yang sudah membakar hati.

Setelah Hong-goan Hweshio dan kawan-kawannya tidak


terlihat lagi, salah seorang penunggang kuda berseragam
Hwe-liong-pang itu tersenyum kepada teman-temannya,
sambil berkata, "Gila kau, bagaimana kau tahu bahwa
mereka dua orang Su-cia dan dua orang Tong-cu? Kau
bicara seperti sudah mengenal mereka saja."

Kedua penunggang kuda itu sama-sama peringas-peringis,


lalu kata si penunggang kuda yang bertanya-jawab dengan
Hong-goan Hweshio tadi, "Mudah saja ciri-ciri dua orang
Su-cia yang masih setia kepada si tolol Tong Wi-siang itu.
Yang seorang berpakaian pendeta, bertubuh pendek kekar
dan bertampang suku Hui, yang seorang lagi bertampang
mirip monyet. Nah, aku serampangan saja menerka
demikian. Bahkan aku tidak yakin kalau kedua orang yang
aku panggil Tong-cu (Kepala Kelompok) itu benar-benar
Tong-cu, sebab aku tidak mengenal mereka, aku hanya
menyebut saja secara untung-untungan dan ternyata
benar."
Kolektor E-Book 9
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

"Kau memang bernyali besar. Untunglah mereka benar-


benar mengira kita adalah anak buah mereka. Tapi
andaikata, hanya andaikata, si rahib bermata kucing itu
menanyamu, kenapa kita mencari bantuan ke arah kota
Lam-tiong dan bukan ke arah Tiau-im-hong? Nah, apa
jawabmu?"

"Ya, permainan yang baru saja kita lakukan memang


berbahaya, jika salah menjawab mereka akan curiga dan
kltapun akan ditangkapnya. Agaknya mereka berempat
begitu terburu-buru sehingga tidak sempat memikirkan
kelakuan kita yang janggal tadi. Mudah-mudahan saja
mereka segera tiba di tempat pertempuran, dan langsung
menumpas orang-orang Go-bi-pay dan beberapa perguruan
itu, agar permusuhan antara mereka semakin sulit
didamaikan."

"Permainan kelompok kita agaknya cukup berhasil, berhasil


memancing orang-orang tolol dari Tiau-im-hong itu untuk
mengejar kita dan kemudian membenturkan mereka
dengan orang-orang Hoa-san-pay dan beberapa perguruan
itu. Eh, omong-omong bagaimana nasib teman-teman kita
yang menyamar sebagai murid-murid Cong-lam-pay dan
Tiam-Jong-pay itu? Mudah-mudahan mereka selamat dan
tidak ikut tertumpas oleh orang-orang Tiau-im-hong yang
gila itu."

Kolektor E-Book 10
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

"Sekarang kita akan ke mana?"

"Ke Lam-tiong. Melaporkan tugas kita kepada Te-liong


Hiang-cu."

"Ayo kita segera berangkat. Jangan sampai Hweshio gundul


dan kawan-kawannya tadi menyadari kejanggalan pada diri
kita, dan kemudian mencekik kita."

Kedua orang anak buah Te-liong Hiang-cu itupun tergesa-


gesa memacu kembali kudanya ke arah kota Lam-tiong.

Sementara itu, Hong-goan Hweshio dan kawan-kawannya


agaknya memang tidak sempat memikirkan beberapa sikap
janggal dari kedua orang berkuda tadi, meskipun mereka
sempat juga sekilas melihatnya. Kini mereka telah
digelisahkan oleh berita yang dikatakan orang-orang
berkuda tadi, bahwa pihak Hwe-liong-pang telah bertarung
dengan orang-orang dari berbagai perguruan, itulah yang
harus dicegah. Kalau tidak, percuma saja pembicaraannya
dengan Hong-tay hweshio tadi.

Betul juga, tak lama kemudian, di pinggir sebuah hutan,


terlihat pertempuran sengit antara dua kelompok orang
yang masing-masing berjumlah agak besar. Yang satu
pihak adalah orang-orang berseragam hitam yang memakai
ikat kepala hitam dan sebagian lagi berikat kepala hijau,
sedang pihak lawannya nampaknya ada tiga golongan yang

Kolektor E-Book 11
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

bersatu-padu menghadapi orang-orang Hwe-liong-pang.


Dari seragamnya saja dapat diketahui bahwa mereka
adalah orang-orang Hoa-san-pay yang berpakaian kuning,
orang-orang Go-bi-pay dengan seragam abu-abunya, dan
orang-orang Cong-lam-pay yang berbaju coklat. Jumlah
orang-orang dari berbagai perguruan itu hampir lima puluh
orang, sedang pihak Hwe-liong-pang hanya tiga puluh
orang, karena itulah Hwe-liong-pang nampak terdesak, tapi
mereka bertempur dengan gigihnya.

"Gila!" geram Lu Siong. "Entah akibat adu domba atau


apapun, aku tidak peduli, tapi kelakuan orang-orang yang
menamakan diri pendekar-pendekar aliran lurus itu benar-
benar membuatku muak! Mereka berkelahi tanpa harga
diri, seperti sekumpulan buaya darat saja!"

"Benar, mari kita terjun ke arena!" ajak Oh Yun-kim.

"Jangan terbawa nafsu amarah!" cegah Ling Thian-ki. "Kita


terjun ke gelanggang tidak untuk bertempur, namun untuk
mencoba memisahkan dan mendamaikan mereka. Ayo!"

Keempat ekor kuda itu kemudian berderap mendekati


gelanggang pertempuran yang sedang sengit-sengitnya itu.
Bahkan nampak ada beberapa sosok tubuh terbaring dan
berlumuran darah, dari kedua belah pihak. Ketika keempat
kuda yang ditunggangi Hong-goan Hweshio dan kawan-

Kolektor E-Book 12
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

kawannya itu sudah dekat, salah seorang yang berseragam


coklat, murid Cong-lam-pay, cepat berteriak, "Nah, datang
lagi segerombolan kawan-kawan dari iblis-iblis ini, yang
telah membunuh banyak teman-teman kita di Siong-san
dulu! Kita tumpas mereka sekalian!"

Hong-goan Hweshio cepat melompat turun dari kudanya,


kemudian sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-
tinggi, memperlihatkan bahwa dia tidak membawa senjata
sepotongpun, dia berteriak-teriak melerai, "Tahan senjata
saudara-saudara! Tahan! Dengarkan penjelasanku!"

Tapi salah seorang murid Cong-lam pay telah menyahut


seruan itu dengan sengitnya, "Persetan denganmu, bangsat
Hwe-liong-pang! Kalian membunuh saudara-saudara kami,
dan sekarang menawarkan perdamaian begitu saja? Enak
benar!"

Begitulah, setiap kali berbicara, selalu saja orang-orang


Cong-lam-pay yang berseragam coklat itu mengingatkan
akan terbunuhnya teman-teman mereka, sehingga ucapan
itu bagaikan minyak yang disiramkan ke atas api, semakin
membakar kemarahan orang-orang Hoa-san-pay dan Go-
bi-pay. Dengan demikian sia-sialah usaha Hong-goan
Hweshio untuk melerai perkelahian itu.

Kolektor E-Book 13
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Pada saat itulah, seorang anggota Hwe-liong-pang yang


sudah bertempur sejak tadi, dan agaknya sudah mulai
lelah, kakinya tersandung akar pepohonan yang mencuat
dari tanah. Dia jatuh tertelungkup, pada saat itulah seorang
murid Cong-lam-pay dengan kebencian yang meluap dan
sengaja diperlihatkan kepada orang-orang lain, telah
menghunjamkan pedangnya ke punggung anggota Hwe-
liong-pang itu. Bukan hanya satu kali, tapi bahkan berkali-
kali sampai tubuh anggota Hwe-liong-pang yang sudah
tewas itupun masih ditusukinya dengan penuh kebencian,
malahan seorang anggota Cong-lam-pay lainnya ikut
mencincang tubuh itu.

Rombongan orang-orang Hoa-san-pay dipimpin oleh


seorang adik seperguruan Kiau Bun-han yang bernama Yo
Ciong-wan, berjulukan Tui-seng-kiam (Pedang Pemburu
Bintang). Yo Ciong-wan ini jadi mengerutkan alisnya ketika
melihat kelakuan murid-murid Cong-lam-pay yang
mencincang tubuh lawan yang sudah tak berdaya itu,
sehingga iapun berteriak memperingatkan, "Saudara-
saudara dari Cong-lam-pay, harap menahan diri sedikit!"

Tapi perbuatan murid-murid Cong-lam-pay yang mirip


orang biadab itu telah terlanjur membuat amarah Lu Siong
dan orang-orang Hwe-liong-pang lainnya yang meledak tak
terkendali lagi. "Bajingan!" Lu Siong berteriak menggelegak
sambil melompat maju, kepalan besinya yang terkenal itu
Kolektor E-Book 14
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

segera diayunkan ke arah murid Cong-lam-pay yang masih


saja ingin menusuki tubuh lawannya itu.

Terdengar jeritan ngeri, murid Cong-lam-pay itupun


terlempar hampir sepuluh langkah dari tempatnya semula,
terbanting dengan kepala berlumuran darah, sebab kepalan
Lu Siong yang dahsyat itu telah menghancurkan tulang
dahinya. Tentu saja dia mampus di tempat itu juga. Belum
habis kejutan yang menimpa orang-orang berbagai
perguruan itu terdengar jeritan kematian yang kedua.
Rupanya Oh Yun-kim yang sama marahnya dengan Lu
Siong itupun juga telah mengambil korbannya pula, murid
Cong-lam-pay lainnya yang juga ikut mencincang anggota
Hwe-liong-pang itu, telah terkapar di tanah dengan dada
remuk karena terkena tendangan orang Korea itu.

Hong-goan Hweshio mengeluh dalam hati. Kedua pihak


agaknya benar-benar sudah kerasukan nafsu membunuh,
api kemarahan sudah tak dapat dikendalikan lagi, dan inilah
agaknya yang dikehendaki oleh Te-liong Hiang-cu. Tiba-tiba
timbullah kecurigaan Hong-goan Hweshio kepada orang-
orang berseragam coklat Cong-lam-pay itu. Benarkah
mereka murid-murid Cong-lam-pay? Dari tadi, setiap
ucapan dan perbuatan orang-orang berbaju cokelat itu
cenderung mengobarkan kemarahan teman-temannya
sendiri, seakan-akan kuatir kalau teman-temannya
mendengarkan seruan Hong-goan Hweshio untuk berhenti
Kolektor E-Book 15
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

bertempur, dan bahkan kelakukan mereka yang


mencincang seorang anggota Hwe-liong-pang itu adalah
kurang pantas dilakukan oleh seorang murid Cong-lam-pay,
yang betapapun adalah sebuah perguruan aliran lurus yang
bukan hanya mengajarkan ilmu silat, tapi juga membentuk
budi pekerti murid-muridnya.

Apalagi setelah melihat cara orang-orang berbaju coklat itu


bertempur, kecurigaan Hong-goan Hweshio semakin
menebal. Orang-orang itu memang bersenjata pedang,
seperti murid-murid Cong-lam-pay umumnya, namun
caranya menggerakkan pedangnya itulah yang sangat
kasar, tidak mirip dengan ilmu pedang Cong-lam-pay yang
terkenal kelincahannya itu. Tapi harus diakui bahwa dalam
kekasarannya, orang-orang berbaju cokelat itu memang
cukup berbahaya.

Sayang, pengamatan Hong-goan Hweshio itu tidak akan


bisa digunakan untuk melerai pertempuran. Andaikata
kedua pihak sadar bahwa mereka telah diadu-domba,
namun kemarahan yang sudah menguasai pikiran mereka
telah mengeruhkan pula pikiran mereka. Apalagi ketika
kemudian terdengar seorang murid Go-bi-pay menjerit,
perutnya telah tertembus tombak seorang anggauta Hwe-
liong-pang. Di sisi lain, seorang murid Cong-lam-pay
terpenggal kepalanya oleh Auyang Siau-pa yang rupanya
memimpin rombongan orang-orang Hwe-liong-pang itu.
Kolektor E-Book 16
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Korban telah berjatuhan, permusuhan sudah semakin


tajam.

"Terlambat," desis Hong-goan Hweshio. "Kita telah


terperangkap oleh siasat licik Te-liong Hiang-cu."

Ling Thian-ki yang berdiri termangu-mangu di sampingnya


itupun menggeram penuh penyesalan, "Orang-orang yang
mengaku dirinya pendekar-pendekar itu benar-benar
orang-orang tolol yang tidak dapat berpikir panjang."

"Bukan begitu, saudara Ling, tapi kita semua dan orang-


orang berbagai perguruan itu sama tololnya," sahut Hong-
goan Hweshio sambil menyeringai kecut. "Ya, sama
tololnya."

"Dan sekarang kita harus bagaimana?”

Sahut Hong-goan hweshio, "Aku punya dugaan keras


bahwa orang-orang yang berseragam coklat itu, adalah
orang-orang Cong-lam-pay palsu. Kemungkinan besar
mereka adalah anak buah si keparat Te-liong Hiang-cu itu.
Kita harus menangkap mereka dan memaksa mereka
berbicara, barangkali saja pengakuan mereka akan bisa
meredakan kemarahan kedua belah pihak."

"Kalau begitu, ayo segera kita kerjakan."

Kolektor E-Book 17
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Serempak Hong-goan Hweshio dan Ling Thian-ki melompat


menerjang ke arah kerumunan orang-orang yang sedang
bertempur itu. Sasaran mereka adalah khusus orang-orang
berbaju coklat itu. Namun apa daya, kedua belah pihak
sudah terlanjur diselubungi oleh kabut kecurigaan yang
tebal, sehingga gerakan yang bagaimanapun kecilnya dari
satu pihak, akan segera ditanggapi dengan sikap
bermusuhan oleh pihak lawannya. Begitu pula tindakan
Hong-goan Hweshio serta Ling Thian-ki itu mendapat
tanggapan bermusuhan dari pihak kaum pendekar.

Tokoh Hoa-san-pay, Tui-seng-kiam Yo Ciong-wan, yang


sebetulnya sedang bertempur melawan Hek-ki-tong-cu
(Pemimpin Kelompok Bendera Hitam) Kwa Teng-siong,
sempat pula melihat terjunnya Hong-goan Hweshio dan
Ling Thian-ki ke tengah gelanggang. Melihat cara
melompatnya kedua orang itu, Yo Ciong-wan segera tahu
bahwa kedua lawan baru itu berilmu cukup tinggi, apabila
tidak segera mendapatkan lawan yang seimbang mereka
berdua akan malang-melintang dan membabat murid-murid
golongan lurus semudah orang menebas ilalang. Demikian
pikiran Yo Ciong-wan yang diselubungi dengan kecurigaan.

Karena itu Yo Ciong-wan tidak akan membiarkan kedua


tokoh Hwe-liong-pang itu malang-melintang sesukanya
membabati murid-murid berbagai perguruan itu. Betapapun
tidak senangnya Yo Ciong-wan melihat keganasan orang-
Kolektor E-Book 18
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

orang Cong-lam-pay tadi, toh Cong-lam-pay tetap sekutu


Hoa-san-pay dalam menghadapi Hwe-liong-pang, dan tidak
boleh dibiarkan sendirian menghadapi kesulitan. Karena itu,
cepat-cepat ia melancarkan tiga jurus pedang secara
beruntun In-liong-sam-hian (Naga Muncul Tiga Kali) untuk
mendesak Kwa Teng-siong. Hek-ki-tong-cu yang
senjatanya memang pendek, dan ilmunyapun kalah selapis
dari tokoh Hoa-san-pay itu, seketika itu terdesak mundur.
Pada saat itulah Yo Ciong-wan berteriak kepada seorang
tokoh Hoa-san-pay lainnya yang bertempur di dekatnya,
"Lim Su-te (adik seperguruan she Lim), layani dulu orang
ini. Aku akan mencoba membendung si rahib jenggot
kuning serta si muka monyet itu!"

Orang yang dipanggil Lim Su-te itu segera melompat


menggantikan kedudukan Yo Ciong-wan untuk melawan
Kwa Teng-siong, sambil berseru kepada kakak
seperguruannya, "Serahkan kepadaku, Su-heng, tapi hati-
hatilah dengan si rahib jenggot kuning dan si muka monyet
itu! Mereka nampaknya cukup tangguh!"

Waktu itu, Hong-goan Hweshio yang bertangan kosong,


karena senjatanya memang sengaja tidak dibawa ketika
menemui Hong-tay Hweshio, telah berhasil mendesak
seorang murid Cong-lam-pay yang bersenjata pedang,
meskipun murid Cong-lam-pay itu nampaknya cukup ulet
juga. Maksud Hong-goan Hweshio ingin menangkapnya
Kolektor E-Book 19
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

hidup-hidup dan memaksanya berbicara, siapa yang


menyuruh mereka menyamar sebagai murid-murid Cong-
lam-pay. Dan rahib suku Hui itu hampir saja berhasil
meringkus musuhnya, ketika tiba-tiba sebuah ujung pedang
menyelonong ke depan hidungnya, disertai bentakan
seseorang, “Bangsat Hwe-liong-pang, jangan mengganas!”

Hong-goan Hweshio dengan terkejut melompat mundur


sambil mengebaskan lengan jubahnya. Tapi Yo Ciong-wan
yang berjuluk Pedang Pemburu Bintang itu tidak berhenti
pada tusukan pertama. Hong-goan Hweshio melompat
mundur, diapun melompat maju dan tikaman kedua dengan
gerakan Liu-sing-kan-goat (Bintang Beralih Mengejar
Rembulan), ujung pedangnya seolah-olah menjadi kabur
karena cepatnya, sekaligus mengincar beberapa buah jalan
darah di sekitar dada dan rusuk.

“Bagus! Hoa-san-kiam-hoat yang hebat!” teriak Hong-goan


Hweshio memuji, tapi juga penasaran karena lawannya
agaknya ingin merobohkannya cepat-cepat. Tapi kali ini
Hong-goan Hweshio sudah siap menghadapi serangan
lawannya, lebih dulu ia menghindari tusukan itu dengan
siasat Sip-hiong-kiau-hoan-kun (Menarik Dada, Berputar
Balik di Tengah Udara). Kemudian begitu sepasang kakinya
menjejak tanah, dia langsung merendahkan badannya dan
telapak tangannyapun langsung menggempur dengan
Liong-bun-sam-tiap-long (Tiga Gelombang Menggempur
Kolektor E-Book 20
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Pintu Naga). Menghindar dan membalas menyerang


dilakukan hampir bersamaan, hampir tanpa ada selisih
waktu sedikitpun, dan kejap berikutnya gelombang pukulan
yang dahsyat balik melanda ke arah Yo Ciong-wan.

Tokoh Hoa-san-pay itu terkejut. Sesuai dengan julukannya,


dia adalah seorang ahli memainkan pedang, sebaliknya
dalam urusan tenaga dalam ia merasa lebih lemah dari
"rahib jenggot Kuning" itu. Karena itu ia tidak berani
membentur langsung serangan itu, melainkan melompat ke
samping dan kemudian menyerang pula dengan ilmu
pedang Hoa-san-kiam-hoat-nya secara bertubi-tubi, untuk
mencoba memaksakan suatu jarak pertarungan yang hanya
menguntungkan bagi pedangnya tapi tidak menguntungkan
bagi lawannya.

Tetapi Hong-goan Hweshiopun bukan anak kemarin sore


dalam urusan ilmu silat. Tentu saja ia ingin bergerak dan
bertempur dalam iramanya sendiri, bukan mengikuti irama
yang diingini musuhnya. Tanpa menunggu musuhnya
datang mendekat, dia telah memutar tubuh dan
memainkan ilmu pukulan Tay-lek-kim-kong-ciang (Pukulan
Malaikat Bertenaga Raksasa) dari Siau-lim-pay yang hebat.
Dalam sekejap saja beberapa kaki di sekitar dirinya telah
berjangkit angin pukulan yang hebat, bergemuruhlah ke
segala arah, karena kekuatan pukulannya.

Kolektor E-Book 21
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Begitulah kedua tokoh itu telah bertarung. Hoa-san-kiam-


hoat melawan Tay-lek-kiam-kong-ciang, pedang lawan
telapak tangan. Namun agaknya Yo Ciong-wan harus
mengakui kenyataan bahwa lapisan ilmunya masih ada
beberapa tingkat di bawah lapisan ilmu lawannya. Meskipun
ujung pedangnya masih juga menyambar-nyambar
lawannya dengan berbahaya, terutama mengincar jalan-
jalan darah penting, namun Yo Ciong-wan merasa
napasnya sesak karena tekanan hawa pukulan lawan di
sekitar tubuhnya yang seakan-akan menghimpitnya dari
segala arah, tidak memberinya keleluasaan bergerak.
Agaknya pematangan ilmu pedang Yo Ciong-wan kurang
diimbangi dengan pematangan dalamnya.

Jumlah orang-orang dari berbagal perguruan yang


memusuhi Hwe-liong-pang itu memang lebih banyak dari
orang-orang Hwe-liong-pang, karena ltu di beberapa bagian
nampak pertempuran yang berat sebelah, dimana seorang
anggota Hwe-liong-pang harus melawan dua atau tiga
orang lawan sekaligus. Namun di antara orang-orang Hwe-
liong-pang itu biarpun lebih sedikit nampak beberapa
orang-orang berilmu tinggi yang sedikit banyak terasa
pengaruhnya bagi keseimbangan pertempuran. Yang paling
menonjol tentu saja Hong-goan Hweshio serta Ling Thian-
ki, kemudian masih ada pula Auyang Siau-pa dengan golok
bulan sabitnya yang berputaran dengan garangnya, di

Kolektor E-Book 22
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

samping wakil Auyang Siau-pa yang bernama Yu Ling-hua


yang bersenjata sepasang Gun-goa-pay (Perisai
Berpinggiran Tajam) yang sangat tangkas memainkan
senjatanya itu, lalu masih ada Kwa Teng-siong yang
berjuluk Ya-hui-miao (Si Kucing Terbang Malam) yang
begitu gesit, didampingi oleh wakilnya yang tidak gesit
namun memiliki pukulan maut Tiat-se-ciang (Pukulan Pasir
Besi), yaitu Cu Keng-wan. Sedang Lu Siong dengan kepalan
mautnya serta Oh Yun-kim dengan tendangan geledeknya
juga tidak dapat diabaikan.

Di pihak murid-murid berbagai perguruan, yang kelihatan


paling lihai hanya tiga orang, yaitu Yo Ciong-wan sendiri,
adik seperguruannya yang bernama Lim Sin yang tengah
sibuk bertempur dengan Kwa Teng-siong, serta seorang
Hweshio Go-bi-pay yang bersenjata toya perunggu yang
berat, yang saat itu tengah dihadapi oleh Cu Keng-wan dan
Yu Ling-hoa. Hweshio Go-bi-pay ltu memang kelihatan
tangguh, toyanya yang berat itu diputar-putar dengan
cepatnya bagaikan orang memutar sepotong kayu kering
saja, sehingga untuk membendung tandang si banteng Go-
bi-pay ini pihak Hwe-liong-pang harus menggabungkan
tenaga dari Hek-ki-hu-tong-cu (Wakil Kepala Kelompok
Bendera Hitam) dan Jing-ki-hu-tong-cu (Wakil Kepala
Kelompok Bendera Hijau) mereka, baru dapat
mengimbanginya.

Kolektor E-Book 23
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Di samping ketiga jago utama di pihak perguruan lurus itu,


masih ada beberapa jago muda yang meskipun tidak
setangguh angkatan tuanya, tapi kelihatan cukup berbakat
juga dan harus diperhitungkan dalam perimbangan
kekuatan secara menyeluruh. Tiga di antaranya jago-jago
muda berbakat itu harus bergabung untuk dapat
mengimbangi Si Lutung Sakti Berlengan Seribu, Ling Thian-
ki, yang bertampang monyet itu. Sedang rekan-rekan
mereka yang lain-lainnya terpencar-pencar untuk
menghadapi Auyang Siau-pa, Oh Yun-kim dan Lu Siong.

Dalam beberapa bulan terakhir itu, pada saat keadaan


menegang antara berbagai pihak, para Pemimpin Kelompok
di Hwe-liong-pang telah mempergiat ilmunya masing-
masing, bahkan merekapun saling melengkapi dan saling
tukar menukar ilmu andalan mereka, sehingga ilmu silat
mereka maju dengan pesat. Hal itu tidak sia-sia dan
nampak gunanya dalam pertempuran kali ini. Para Tong-cu
itu nampak sangat lihai, bahkan hampir setingkat dengan
Hong-goan Hweshio dan Ling Thian-ki yang merupakan
tokoh-tokoh tua. Misalnya saja Kwa Teng-siong, jika
beberapa bulan yang lalu ia disuruh bertempur melawan
Lim Sin, tokoh angkatan tua Hoa-san-pay, bahkan adik
seperguruan Ketua Hoa-san-pay sendiri, tentu Kwa Teng-
siong akan kalah meskipun dalam waktu agak lama, namun
kini ternyatalah bahwa hasil latihannya yang sangat berat

Kolektor E-Book 24
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

dalam beberapa bulan terakhir ini telah membuahkan


peningkatan ilmu yang membanggakan. Tidak percuma
Kwa Teng-siong setiap pagi melatih kelincahannya dengan
cara berlari-lari di lereng-lereng terjal Tiau-im-hong,
kemudian meningkatkan kelenturan badannya dengan
melipat-lipat tubuhnya sendiri ke segala arah, atau
berlompatan dan bergelantungan di dahan-dahan pohon,
dan sore harinya ia berjam-jam melatih dan mematangkan
jurus-jurus silatnya. Dan kini ia menikmati hasilnya.
Dengan stemangat berkobar ia mainkan sepasang
senjatanya untuk mengimbangi permainan silat tokoh
nomor tiga dari Hoa-san-pay, perguruan terkenal di wilayah
barat itu.

Sedangkan Lim Sin menjadi benar-benar penasaran, dia


memang tidak setenar kedua kakak seperguruannya, Pat-
hong-kiam-kong Kiau Bun-han ataupun Tui-seng-kiam Yo
Ciong-wan, namun Lim Sin memiliki keyakinan juga bahwa
dirinya sendiri bukanlah keroco dunia persilatan yang tak
berarti, bahkan di Hoa-san-pay sendiri dia merupakan
tokoh nomor tiga. Tak terduga hari ini dia harus bertempur
seimbang melawan seorang tokoh tak terkenal sama sekali,
yang tidak keruan asal-usulnya bahkan cara
bertempurnyapun mirip kucing liar yang sebentar-sebentar
dibarengi suara mengeong pula....

Kolektor E-Book 25
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

"Edan, bangsat, entah dari mana datangnya siluman kucing


ini, dia mampu mengimbangi ilmuku,” gerutu Lim Sin
dalam hatinya. "Agaknya selama ini aku menilai diriku
sendiri terlalu tinggi. Jika pulang ke Hoa-san kelak aku
harus berlatih lebih keras lagi.”

Yang tidak kalah kecewanya ada lah Tui-seng-kiam Yo


Ciong-wan, tokoh yang di Hoa-san-pay hanya berada
setingkat di bawah Kiau Bun-han itu. Selama lnl la merasa
kedudukannya cukup tinggi, meskipun tidak termasuk
dalam “Sepuluh Tokoh Sakti” paling tidak ya hanya selapis
di bawah ke sepuluh tokoh itu. Namun sekarang ia
terbentur kenyataan bahwa seorang rahib suku asing yang
sama sekali belum dikenal namanya itu bukan saja mampu
melawannya, malahan mampu mendesaknya dan terus
menerus menghimpitnya dengan angin pukulannya yang
dahsyat dan menyesakkan pernapasan. Bahkan ilmu
pedang yang dibangga-banggakan itu bagaikan ditekan,
dikurung dalam sebuah ruangan tak terlihat, semakin lama
gerakannya semakin alot.

Lebih mengherankan lagi ialah ketika Yo Ciong-wan melihat


lawannya memainkan ilmu silat aliran Siau-lim yang
matang dan mahir. Pikirnya, “Gila, agaknya di Hwe-liong-
pang banyak berkumpul jago-jago tangguh dari berbagai
perguruan yang telah murtad, dan terbius oleh pesona
orang yang menamakan diri Hwe-liong Pang-cu itu. Si
Kolektor E-Book 26
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

jenggot kuning ini rupanya seorang murid murtad dari


Siau-lim-pay. Sedang si bangsat gila yang bersenjata
sepasang Gun-goan-pai itu (maksudnya ,,,, Ling-hoa),
agaknya adalah murid murtad Kong-tong-pay. Moga-moga
tidak ada murid-murid Hoa-san-pay yang menjadi anggota
gerombolan iblis ini."

Sambil berpikir macam-macam, Yo Ciong-wanpun semakin


terbenam dalam kesulitannya. Untunglah bahwa agaknya
Hong-goan Hweshio tidak bermaksud membunuhnya,
namun hanya melumpuhkannya hidup-hidup. Jika Hong-
goan Hweshio bermaksud jahat, agaknya sudah dari tadi Yo
Ciong-wan akan terkapar sebagai mayat.

Pada saat Yo Ciong-wan semakin terdesak itu, tiba-tiba


seorang pemuda berbaju kuning, seragam resmi murid-
murid Hoa-san-pay, melompat ke dekat gelanggang sambil
berseru kepada Yo Ciong-wan, "Su-siok (paman guru),
maaf, melawan orang berilmu iblis ini agaknya kita tidak
perlu lagi memakai aturan dunia persilatan. Bagaimana
kalau aku membantu mempercepat penyelesaian?”

Anak muda itu memiliki ilmu silat yang tidak jelek pula, dia
adalah seorang pendekar angkatan muda kebanggaan Hoa-
san-pay, bernama Auyang Seng dan di dunia persilatan
telah agak dikenal pula dengan julukan Gin-hoa-kiam

Kolektor E-Book 27
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

(Pedang Bunga Perak), meskipun belum setenar paman-


paman gurunya.

Harga diri Yo Ciong-wan agak tersentuh juga mendengar


tawaran bantuan dari murid Su-hengnya itu, namun ia
mengerti bahwa Auyang Seng bermaksud baik dan sama
sekali tidak sedang menyindirnya, hanya menguatirkan
keselamatannya. Yo Ciong-wan juga tahu bahwa
kedudukannya yang terdesak itu sudah terlihat oleh orang
lain, tidak ada gunanya ditutup-tutupi lagi. Namun sambil
bertempur dia masih juga pura-pura bertanya kepada
keponakan muridnya itu, "Bagaimana dengan lawan-
lawannya sendiri?"

"Sudah ada yang melayani mereka.”

"Baik," sahut Yo Ciong-wan dengat hati berat. "Aku


mengakui terus terang bahwa si keledai gundul ini agaknya
memang berilmu lebih tinggi dari aku, agaknya dia seorang
pelarian dari Kuil Siau-lim dari tingkatan yang cukup tinggi.
Dia berbahaya jika dibiarkan hidup terus, kita harus
membasminya."

"Baik, Su-siok!"

Kemudian dengan menjulurkan pedangnya, Auyang


Sengpun melompat masuk ke tengah gelanggang, langsung
melancarkan jurus Jit-seng-cip-hwe (Tujuh Bintang

Kolektor E-Book 28
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Bersatu-padu). Meskipun muda usianya, namun cukup


matang latihan silatnya, sehingga gerakannyapun nampak
cepat dan mantap, pegangannya atas gagang pedangnya
tak bergoyang sedikitpun, sementara pergelangan
tangannya yang lentur dan terlatih kuat itu sanggup
menggerakkan ujung pedangnya dalam perubahan-
perubahan yang rumit. Melihat hal ini, diam-diam timbul
juga rasa kagum Hong-goan Hweshio kepada pendekar
muda ini.

Demikianlah, kini pertempuran berlangsung satu lawan


dua. Hong-goan Hweshio harus lebih banyak lagi
mengerahkan kepandaiannya, sebab Auyang Seng benar-
benar seorang anak muda yang tangkas dan menguasai
baik-baik ilmu pedangnya. Tetapi untuk mendesak rahib
suku Hui itu, agaknya paman dan keponakan-muridnya itu
masih bermimpi di siang hari bolong.

Sementara itu, matahari sudah kian condong ke sebelah


barat, namun pertempuran di pinggir hutan itu belum juga
selesai. Kedua belah pihak sudah kehilangan beberapa
orang teman, yang luka-luka atau yang tewas, dan tidak
jarang kedua pihak melakukan perbuatan seperti yang
dilakukan oleh kaum sesat untuk melampiaskan kebencian
dan kemarahannya, misalnya membacoki atau menusuk-
nusuk berulang kali tubuh lawan yang sudah tidak berdaya,
memenggal kepala dan sebagainya. Pihak Hwe-liong-pang
Kolektor E-Book 29
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

yang merasa berang karena salah seorang kawan mereka


tadi diperlakukan demikian oleh orang-orang berbaju coklat
itu, lalu membalar memperlakukan hal yang sama kepada
pihak Hoa-san-pay, Go-bi-pay dan Cong-lam-pay.
Kemudian orang pihak ketiga perguruan itupun membalas
lebih hebat, lalu Hwe-liong-pang membalas lebih hebat lagi,
begitu seterusnya. Nafsu haus darah yang memuakkan
telah menyelubungi gelanggang pertempuran. Orang-orang
yang bertempur semakin lelah, tapi justru semakin
bernafsu mengayunkan senjata mereka, tak ubahnya
binatang buas yang tak berperadaban sama sekali. Dengan
begitu, agaknya segala kemungkinan untuk mendamaikan
kedua belah pihak telah tertutup sama sekali. Satu-satunya
penyelesaian sekarang adalah menumpahkan darah lawan!

Sambil bertempur, Hong-goan Hweshio dan Ling Thian-ki


juga merasakan dendam kebencian yang menguasai
gelanggang itu, dan diam-diam kedua tokoh Hwe-liong-
pang itu merasa prihatin. Mereka sadar bahwa mereka
benar-benar telah terperangkap oleh pihak Te-liong Hiang-
cu yang mengirimkan orang-orang Cong-lam-pay gadungan
yang hanya memanaskan suasana saja itu. Kini Hwe-liong-
pang dan kaum pendekar berbagai perguruan benar-benar
akan bertempur mati-matian, hancur bersama, dan
kemudian Te-liong Hiang-cu serta pengikut-pengikutnyalah
yang akan berjaya, menumpas habis kedua pihak yang

Kolektor E-Book 30
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

sama-sama sudah remuk. Kedua orang itu lebih menyesal


lagi ketika melihat keempat Tong-cu, Auyang Siau-pa, Oh
Yun-kim, Kwa Teng-siong dan Lu Siong, agaknya juga tidak
dapat mengendalikan diri lagi dan membiarkan diri mereka
bertempur dengan dikuasai kemarahan. Sikap keempat
orang Tong-cu itu membuat anggota-anggota Hwe-liong-
pang yang rendahan jadi bersikap serupa.

"Dasar anak-anak muda," keluh Hong-goan Hweshio dalam


hati.

Kegelapan malam kemudian turun menyelubungi bumi,


pertempuran belum berhenti, namun jumlah kedua belah
pihak sudah menyusut sampai separo. Pada saat itulah
mendadak dari arah selatan terdengar suara derap kaki
kuda yang riuh rendah, terlihat pula berpuluh-puluh obor
sedang bergerak ke arah gelanggang pertempuran. Dilihat
dari jumlah obor dan suara derap kaki kuda, maka
rombongan pendatang itu a gaknya berjumlah duapuluh
lima orang lebih. Jumlah yang cukup untuk menggoyahkan
keseimbangan pertempuran di pinggir hutan itu. Jika yang
datang itu orang-orang dari berbagai perguruan, maka
pihak Hwe-liong-pang akan habis tertumpas, sebaliknya
jika yang datang itu adalah orang-orang Hwe-liong-pang,
maka orang-orang Hoa-san-pay, Go-bi-pay, dan Cong-lam-
pay-lah yang akan bernasib buruk.

Kolektor E-Book 31
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Karena itu, betapapun kemarahan menggelegak di jantung


kedua belah pihak, mereka tertarik juga perhatiannya
kepada rombongan orang berkuda dari selatan itu. Bahkan
Hong-goan Hweshio dan Ling Thian-ki mengharap
kedatangan orang-orang berkuda itu, entah bagaimana
caranya, akan meredakan permusuhan kedua belah pihak,
meskipun harapan itu tipis sekali.

Dan kemudian harapan kedua tokoh Hwe-liong-pang yang


mendambakan perdamaian itu telah buyar, bagaikan asap
terhembus angin. Sebab terdengar salah seorang anak
buah Hwe-liong-pang telah bersorak gembira, "Hee, yang
datang itu adalah kawan-kawan kita dari Ui-ki-tong dan
Ang-ki-tong, di bawah pimpinan Tong-cu Kwa Heng dan Ji
Tiat."

Kedatangan bala bantuan bagi Hwe-liong-pang itu segera


mengobarkan semangat tempur orang-orang Hwe-liong-
pang yang sebenarnya telah kelelahan itu. Sebaliknya buat
orang-orang Hoa-san-pay dan rombongannya, berita itu
ibarat berdentangnya lonceng kematian buat mereka.
Orang-orang berseragam cokelat yang mengaku sebagai
orang-orang Cong-lam-pay itu, dan yang telah berhasil
memancing benturan antara pihak pendekar dengan pihak
Hwe-liong-pang segera mulai saling bertukar isyarat di
antara mereka sendiri. Kemudian dengan liciknya mereka

Kolektor E-Book 32
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

lebih dulu meninggalkan medan tempur, menyusup ke


dalam hutan-hutan yang mulai disapu malam kelam.

Ketika mereka sudah berada di kedalaman hutan, salah


seorang dari mereka menggerutu, "Huh, letih juga
memerankan sebagai orang Cong-lam-pay. Tapi agaknya
kita berhasil, Te-liong Hiang-cu pasti akan memuji hasil
kerja kita ini, meskipun kita terpaksa meninggalkan
beberapa kawan kita yang luka atau gugur. He, berapa
kawan kita yang tertinggal?"

Orang-orang berbaju cokelat itu kemudian menghitung


kelompok mereka dan ternyata mereka kehilangan sebelas
orang kawan mereka.

Sementara itu, para jago-jago Hoa-san-pay dan Go-bi-pay


agak terlambat menyadari bahwa orang-orang “Cong-lam-
pay” ternyata telah lebih dahulu meninggalkan gelanggang
tanpa memberitahu apapun, dan membiarkan mereka
sendirian. Itu akibat gelapnya malam dan kisruhnya medan
pertempuran, sehingga gerak-gerik orang-orang Cong-lam-
pay gadungan itu ternyata lepas dari pengamatan kedua
pihak yang bertempur.

Tapi pada saat orang-orang Hoa-san-pay dan Go-bi-pay


ditinggal secara pengecut, keadaan sudah berubah begitu
cepat, tempat itu sudah terkurung oleh orang-orang Hwe-

Kolektor E-Book 33
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

liong-pang yang berjumlah banyak dan masih segar,


bahkan di antara orang-orang Hwe-liong-pang itu terdapat
pula jago-jago tangguh yang sulit dilayani. Dalam keadaan
demikian itulah Yo Ciong-wan telah memekikkan
perintahnya, "Bertempur sampai titik darah penghabisan
demi kejayaan Hoa-san-pay kita. Hidup Hoa-san-pay!"

Perintah itu ditaati bukan saja oleh murid-murid Hoa-san-


pay, tapi juga oleh murid-murid Go-bi-pay yang merasa
senasib, merasa mereka tidak dapat lolos dari tempat itu.
Hanya ada jalan kematian buat mereka, namun mereka
akan memilih mati setelah bertempur habis-habisan,
daripada menyerah mentah-mentah. Dengan demikian
rombongan orang-orang Hoa-san-pay dan Go-bi-pay itu
ibarat sekawanan binatang buas yang telah terluka dan
terjepit, mereka bertempur dengan kalap karena sadar
pasti binasa. Harapan mereka hanyalah agar kematian
mereka bisa membawa kawan sebanyak-banyaknya ke
lubang kubur.

Tetapi pada saat orang-orang Hoa-san-pay dan Go-bi-pay


itu sudah demikian putus-asa, terdengarlah Hong-goan
Hweshio berteriak memberikan perintah yang
kedengarannya tidak masuk akal bagi orang-orang Hoa-
san-pay dan Go-bi-pay maupun bagi orang-orang Hwe-
liong-pang yang merasa bahwa kemenangan sudah ada

Kolektor E-Book 34
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

dalam genggaman mereka. Perintah Hong-goan Hweshio itu


adalah, "Buka kepungan! Biarkan mereka pergi!”

Mendengar perintah yang "aneh" itu, kedua pihak yang


sedang berkutat mati-matian dan penuh dendam kesumat
itu, menjadi tertegun dan pertempuran agak mereda.
Beberapa orang Hwe-liong-pang telah melompat mundur,
menjauhkan diri dari lawan-lawan mereka, namun mereka
masih belum membuka kepungan sebab masih meragukan
tangkapan telinga mereka. Kenapa Hong-goan Hweshio
tidak memerintahkan saja untuk menumpas habis musuh
yang sudah terkepung ini? Bukankah mereka telah
mencincang teman-teman kami? Bukankah membunuh
mereka berarti mengurangi kekuatan mereka dan jika kelak
mereka menyerbu Tiau-im-hong kekuatan mereka sudah
berkurang? Bukankah begini dan begitu? Tapi perintah
Hong-goan Hweshio itu sekali lagi mendengung tegas di
udara senja di pinggir hutan itu, bukan sekedar telinga
yang salah tangkap, "Biarkan mereka pergi! Semua
anggota Hwe-liong-pang, taati perintah Su-cia kalian!"

Dengan penuh rasa tidak mengerti, anggota-anggota Hwe-


liong-pang itu berloncatan mundur, meskipun tatapan
mereka masih saja sepanas bara dan senjata-senjata masih
tergenggam erat di tangan mereka. Sedang orang-orang
Hoa-san-pay dan Go-bi-pay itu termangu mangu di tempat
mereka pula, mereka pun masih bingung mendengar
Kolektor E-Book 35
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

perintah Hong-goan Hweshio yang rasanya "tidak masuk


akal" itu.

Dalam kebingungan itulah Yo Ciong wan melangkah maju


dan menudingkan pedangnya ke arah Hong-goan Hweshio
sambil membentak, "Rahib setan, permainan gila apalagi
yang sedang kau rencanakan dalam benakmu? Kau kira
kami takut mati dan senang dengan pengampunanmu ini?
Kami bukan pengecut! Ayo, tumpas kami, bukankah kalian
sudah unggul di atas angin dan kami telah tak berdaya?"

Lu Siong yang berdarah panas itu telah berkata kepada


Hong-goan Hweshio, "Dengar, Su-cia, bukankah mereka
malah menantang kita?"

"Tutup mulutmu!" bentak Hong-goan Hweshio dengan


jengkel kepada Ci-ki-tong-cu (Pemimpin Kelompok Bendera
Ungu) itu. Kemudian kepada Yo Ciong-wan dia berkata
sambil merangkapkan tangannya, "Yo Tay-hiap (Pendekar
Yo) yang perkasa, mustahil kau tidak punya otak atau
ketajaman naluri bahwa pertempuran di antara kita ini
adalah hasil adu domba pihak ketiga yang ingin melihat kita
sama-sama hancur? Coba pikirkanlah, tay-hiap, mudah-
mudahan masih ada kejernihan pikiranmu."

Yo Ciong-wan tertawa dingin, "Heh, enak saja kau bicara.


Kalau benar apa yang kau katakan itu, kenapa kalian

Kolektor E-Book 36
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

bertindak biadab dengan memburu-buru orang-orang


Cong-lam-pay seperti memburu binatang saja? Orang-
orang Cong-lam-pay itu hanya berlari-lari sedang anak
buahmu menunggang kuda dan memburu mereka, sambil
memanahi punggung mereka satu persatu dari belakang?
Untung orang-orang Cong-lam-pay itu bertemu dengan
Kami di sini, sehingga kami babu-membahu melawan anak
buahmu yang biadab itu!”

Auyang Siau-pa dan Kwa Teng-siong yang memimpin


rombongan anggota Hwe-liong-pang yang tadi mengejar
orang-orang Cong-lam-pay itu, telah melompat maju dan
hendak membantah keterangan Yo Ciong-wan itu. Tapi
Hong-goan Hweshio telah menggerakkan tangannya,
mengisyaratkan agar kedua Kepala Kelompok itu diam
dulu. Kata Hong-goan Hweshio kepada Yo Ciong-wan
kemudian, "Yo Tay-hiap, siapakah yang kau maksudkan
dengan orang-orang Cong-lam-pay itu? Apakah orang-
orang berbaju coklat tadi? Yo Tay-hiap, aku tidak percaya
bahwa kau begitu tolol, tidak bisa membedakan murid
Cong-lam-pay palsu dan murid Cong-lam-pay yang asli,
terutama gaya ilmu pedangnya. Coba pikir, yakinkah kau
bahwa mereka orang-orang Cong-lam-pay asli? Kalau ya,
alangkah hebatnya kesetia-kawanan mereka, selagi kau
dan orang-orang Go-bi-pay terkepung di sini, dia sudah
kabur terbirit-birit lebih dulu."

Kolektor E-Book 37
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Di bawah cahaya obor yang kemerah-merahan, wajah Yo


Ciong-wan bertambah merah karena malu, karena dengan
ucapan Hong-goan Hweshio itu seakan-akan semua
kepicikan dirinya ditelanjangi di depan orang banyak.
Namun manusia punya sifat jelek, sifat yang menghinggapi
orang-orang terkenal pada umumnya, termasuk Yo Ciong-
wan yang termasuk tokoh nomor dua di Hoa-san-pay.
Meskipun di dalam hatinya Yo-Ciong-wan merasa juga ada
sedikit kebenaran dalam ucapan Hong-goan Hweshio itu,
yaitu tentang orang-orang Cong-lam-pay yang
mencurigakan itu, namun Yo Ciong-wan tidak sudi
mengakui hal itu secara terang-terangan sebab takut
kehilangan muka. Kehilangan muka. Inilah yang ditakuti
oleh orang-orang terkenal, begitu takutnya mereka
kehilangan muka di depan orang banyak, sehingga untuk
menjaga agar hal itu tidak sampai terjadi mereka tidak
segan_segan berbuat kotor dan tidak jantan, berbuat apa
saja asal tidak kehilangan muka. Apabila yang punya sifat
demikian ini adalah seorang Panglima perang, maka sang
panglima pun tidak segan-segan mengorbankan banyak
nyawa prajurit-prajuritnya, hanya agar dia sendiri tidak
kehilangan muka. Jika seharusnya prajuritnya harus
mundur karena lawan lebih kuat mereka justru akan
memerintahkan tentaranya untuk maju, supaya... tidak
kehilangan muka! Tentu saja alasan yang disusunnya harus
sedemikian rupa sehingga kedengaran sangat masuk akal.

Kolektor E-Book 38
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Begitu pula yang sedang menghinggapi Yo Ciong-wan saat


itu. Alangkah malunya kalau rekan-rekan pendekar dari
perguruan lain mengetahui dia demikian tolol, sampai bisa
terpancing dan diadu-domba melawan orang-orang Hwe-
liong-pang. Karena itu, dia memutuskan untuk menolak
uluran tangan perdamaian dari Hong-goan Hweshio itu,
tidak peduli apa yang akan menimpa dirinya dan diri
seluruh rombongannya. Perasaan harga dirinya yang
tersinggung telah memaksanya untuk menjadi tegas,
“Rahib gila, aku tidak percaya omong kosongmu yang tanpa
bukti itu. Lebih baik mati daripada hidup karena belas
kasihanmu!”

Auyang Seng yang berdiri di samping paman gurunya


itupun telah menyambut seruan itu dengan sangat
bersemangat, “Benar, Su-siok! Kami semua rela berkorban
untuk meniadakan iblis-iblis Hwe-liong-pang ini dari muka
bumi!”

Ucapan paman guru dan murid keponakannya dari Hoa-


san-pay itu, seketika membuat orang-orang Hwe-liong-
pang berteriak-teriak marah, merasa ditantang. Au-yang
Siau-pa yang telah menyarungkan golok bulan sabitnya
itupun telah mencabut kembali goloknya sambil berseru,
“Su-cia! Perintahkan untuk menyerang!”

Kolektor E-Book 39
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

“Bangsat-bangsat munafik bermulut besar yang tidak tahu


kebaikan orang!” geram Ji Tiat sambil menggenggam erat-
erat sepasang kampak bergagang pendeknya.

Hong-goan Hweshio sendiri sebenarnya sangat tersinggung


mendengar Yo Ciong-wan dan Auyang Seng yang
menganggap pihak Hwe-liong-pang bagaikan orang-orang
berpenyakit kusta saja tidak bisa diterima dalam pergaulan
masyarakat persilatan. Namun mengingat akan besarnya
korban jiwa di kedua pihak apabila pertempuran itu
dilanjutkan, maka dia menahan diri, dia masih berkata
dengan nada yang disabar- sabarkan, "Pendekar Yo yang
perkasa, benarkah kau tidak mau memberi kesempatan
kepada akal sehatmu untuk menguasai dirimu? Tidak
sadarkah kau bahwa kita hanya diadu-domba?"

Si Rahib Go-bi-pay yang bersenjata toya perunggu itu telah


menghantamkan toyanya ke tanah, dialah yang menjawab
dengan sengit sebelum Yo Ciong-wan menyahut, "Tidak ada
pembicaraan lagi dengan kalian, sampah-sampah
masyarakat ini! Martabat kami, kaum lurus, akan jatuh jika
bicara terlalu banyak dengan orang-orang rendah seperti
kalian. Yang terang, kami sudah tahu bahwa desas-desus
tentang pihak Te-liong Hiang-cu yang mengadu domba itu
sebenarnya adalah karangan kalian sendiri. Kalian hanya
bertujuan melengahkan kami, agar kami mau berunding
dan menahan senjata, dan kalian berkesempatan
Kolektor E-Book 40
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

membantai kami satu persatu tanpa bisa dituduh, sebab


setiap kali kalian akan menunjuk ke pihak Te-liong Hiang-
cu sebagai kambing hitam. Namun, kini kami percaya
bahwa Hwe-liong-pang tetap Hwe-liong-pang, meskipun
barangkali Tong Wi-siang bertengkar dengan Te-liong
Hiang-cu, namun dalam menghadapi kami, kalian tentu
bersatu padu!"

Muka Hong-goan Hwesio-pun menjadi merah padam oleh


tuduhan itu, kesabarannyapun hampir sampai ke batasnya,
katanya sambil tertawa sinis, "Wah, hebat benar kalian,
kaum pendekar yang bermartabat tinggi, yang begitu suci
sehingga tidak pernah melangkah keluar dari menara
gading kalian, tidak pernah memberi uluran tangan kepada
rakyat jelata tak berdaya yang sebenarnya membutuhkan
bantuan kalian! He, para pendekar suci bersih! Apa yang
pernah kalian perbuat untuk rakyat, ketika mereka dalam
tindasan para pejabat brengsek Pemerintah Beng? Kenapa
kalian hanya berpangku tangan saja? Mana darma
pendekar kalian? Dan setelah kami, Hwe-liong-pang, turun
tangan untuk menjawab jeritan orang kecil, kenapa kalian
malah berani dan memusuhi kepada kami?"

"Aku tidak peduli! Aku tidak akan mengadu lidah dengan


kalian!" teriak rahib bertoya perunggu dari Go-bi-pay, itu.
Dengan beringasnya dia melompat maju dan langsung
mengayunkan toya perunggunya dengan gerakan Tay-san-
Kolektor E-Book 41
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

ap-ting (Gunung Tay-san Roboh ke Atas Kepala), mengarah


langsung ke batok kepala Hong-goan Hweshio. Untunglah
Hong-goan Hweshio tidak pernah kehilangan kewaspadaan,
sehingga ia sempat melompat mundur.

Mulai bertempurnya kedua orang yang sama-sama rahib


itu, bagaikan aba-aba bagi kedua pihak untuk melanjutkan
pertempuran yang sempat diselingi debat seru tadi. Namun
pada saat kedua pihak sudah siap mengayunkan
senjatanya masing-masing, Hong-goan Hweshio kembali
telah mengambil tindakan yang tidak terduga. Ia berteriak,
"Tahan!"

"Ada apalagi kau, rahib iblis?" bentak Yo Ciong-wan.

Hong-goan Hweshio tidak menggubris Yo Ciong-wan,


namun ia berseru memerintahkan kepada orang-orang
Hwe-liong-pang sendiri, "Semuanya mundur! Bawa teman-
teman kita yang tewas dan luka, lalu tinggalkan tempat
ini!"

"Su-cia, mereka akan mengira kita takut, padahal mereka


cuma bisa bicara panjang lebar dengan kata-kata tengik
yang memuakkan!" sanggah Lu Siong.

"Mereka telah menyerang beberapa anggota kita yang


sedang meronda dan mencincang tubuh mereka!" sambung
Au-yang Siau-pa penasaran.

Kolektor E-Book 42
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

"Mereka tidak boleh dilepaskan!” seru Oh Yun-kim.

“Jalankan perintah!” teriak Hong-goan Hweshio


menggelegar, bahkan dalam teriakannya itu dia
menggunakan pula ilmu Say-cu-hou-kang (Ilmu Geraman
Singa) yang membuat kuping orang-orang yang
mendengarnya jadi pekak, tak terkecuali orang-orang Hoa-
san-pay dan Go-bi-pay.

Para Tong-cu Hwe-liong-pang itu sebenarnya tidak habis


mengerti kenapa mereka justru harus melepaskan musuh
yang sudah ibarat ikan dalam bambu, musuh yang baru
saja bertempur dan saling mencincang dengan pihak
mereka. Benar-benar penasaran! Namun para Tong-cu
itupun sadar bahwa Hong-goan Hweshio agaknya benar-
benar telah marah, sehingga tidak mau dibantah lagi. Apa
boleh buat. Dengan perasaan terpaksa, orang-orang Hwe-
liong-pang itu mengangkuti tubuh-tubuh kawan-kawan
mereka yang luka atau tewas ke atas kuda. Dan dengan
terpaksa pula mereka membubarkan kepungan mereka
atas orang-orang Hoa-san-pay dan Go-bi-pay. Namun mata
orang-orang Hwe-liong-pang itu masih saja menyala
bagaikan api, menatap ke arah orang-orang dari kedua
perguruan itu, bahkan tatapan mata yang demikian itu
rasa-rasanya lebih tajam dari tusukan senjata.
Menyaksikan hal demikian, diam-diam Hong-goan Hweshio
menarik napas dalam-dalam, ia kuatir bahwa apa yang
Kolektor E-Book 43
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

selama ini berusaha dihindarinya ternyata akan terjadi


juga. Dendam di kedua pihak sudah sulit untuk
dipadamkan, meskipun lahiriahnya mereka sudah
menyarungkan senjata dan tidak bertempur lagi.

Sementara itu, murid-murid dari kedua perguruan itu,


terutama yang baru kali ini turun gunung, diam-diam
merasa lega juga dalam hati karena pertempuran tidak
dilanjutkan, meskipun belum berarti permusuhan sudah
selesai. Paling tidak malam ini mereka masih hidup, tidak
bernasib seperti teman-teman seperguruan mereka yang
bergeletakan di pinggir hutan itu. Tadinya, murid-murid itu
lega sekali ketika di perguruan masing-masing mereka
mendengar bahwa mereka terpilih untuk ikut dengan guru-
guru atau paman-paman guru mereka untuk pergi ke
Siong-san guna "menegakkan keadilan, membasmi kaum
Iblis". Mereka bangga sekali. Namun setelah pertempuran
di Siong-san, dan mereka menghayati sendiri betapa buas
dan kejamnya pertempuran melawan anak buah Te-liong
Hiang-cu itu mereka mulai menyadari bahwa pertempuran
yang sebenarnya ternyata tidak semudah yang mereka
bayangkan, ketika mereka sedang berlatih dengan saudara
seperguruan mereka dengan menggunakan pedang-pedang
bambu. Jauh lebih buruk dan kasar. Di situ yang diuji
bukan hanya ketrampilan memainkan senjata tetapi juga
ketahanan jiwa yang kadang-kadang hampir tak tertahan.

Kolektor E-Book 44
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

Namun sudah terlambat untuk mengundurkan diri, sebab


mereka telah terikat dalam satu barisan besar di bawah
pimpinan Hong-tay Hweshio untuk menyerbu Tiau-im-hong.
Dan murid-murid yang belum pernah mengalami
pertempuran sebenarnya itu telah menjadi ngeri ketika
melihat buasnya perkelahian antara orang-orang dunia
persilatan. Baru pertempuran-pertempuran kecil-kecilan
melawan orang-orang Hwe-liong-pang saja sudah begitu
banyak korban yang jatuh, entah berapa puluh kali lipat
pertempuran di Tiau-im-hong kelak?

Sebaliknya Yo Ciong-wan diam-diam telah menikmati


kebanggaannya sendiri. Bukankah dia telah menunjukkan
sikap "jantan" yang luar biasa, meskipun dengan
membahayakan nyawa murid-murid Hoa-san-pay dan Go-
bi-pay? Andaikata kelak murid-murid kedua perguruan
yang menyaksikan "kejantanannya" itu menceritakan
kepada orang lain, bukankah namanya akan terkenal dan
semakin dikagumi orang? Perasaan semacam inilah yang
telah membuahkan tekad dalam hati Yo Ciong-wan bahwa
perdamaian yang sedang dirintis oleh Hong-tay Hweshio itu
harus digagalkan. Harus dlgagalkan! Tidak permusuhan
harus diteruskan. Bukan karena Yo Ciong-wan yakin pihak
Hwe-liong-pang itu jahat dan harus dihancurkan, melainkan
hanya sekedar supaya terjadi pertempuran. Itu saja
alasannya. Dalam masa damai ia tidak akan berkesempatan

Kolektor E-Book 45
Perserikatan Naga Api – Stefanus, S. P.

mempertunjukkan keterampilan ilmu pedangnya, tidak


sempat memamerkan keberaniannya dan ke-“jantan”-
annya, karena itu harus ada pertempuran. Tidak peduli
berapapun korban yang harus jatuh di kedua pihak,
perdamaian harus gagal! Supaya nama Yo Ciong-wan si
Pedang Pemburu Bintang semakin terangkat naik, bukan
sekedar menjadi bayangan dari nama kakak
seperguruannya Pat-hong-kiam-khek Kiau Bun-han.
Alangkah bangganya menjadi orang terkenal.

**SF**

BERSAMBUNG KE JILID 36

Bantargebang, 09 Agustus 2018, 19:57

Re-Writer : Siti Fachriah

Kolektor E-Book 46

Anda mungkin juga menyukai