Anda di halaman 1dari 10

Xylanase production from Aspergillus niger by Solid State

Fermentation using Agricultural waste as substrate


1. Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu jenis kapang yang sering digunakan
pada kultivasi media padat untuk menghasilkan pektinase. Kapang ini dapat
ditumbuhkan pada media padat yang banyak mengandung nutrien polisakarida yang
berfungsi sebagai sumber karbon pH asam mendekaati 2. Aspergillus niger dapat
tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC
(maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger
memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal
berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna hitam, bulat,
cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan
bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga
berwarna coklat. Aspergillus niger, mempunyai koloni pada medium Cxapek’s Dox
mencapai diameter 4-5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan basal yang
kompak berwarna putih hingga kuning dan suatu lapisan konidofor yang lebat yang
berwarna coklat tua hingga hitam. Stipe dari konidiofor berdinding halus, berwarna
hialin, tetapi dapat juga kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan
berdiameter 50-100 m. Fialid terbentuk pada metula dan berukuran (7,0-9,5) x (3-4)
m. Metula berwarna hialin hingga coklat, seringkali bersepta, dan berukuran (15-25)
x (4,5-6,0) . Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berukuran 3,50-5,0,
berwarna coklat, memiliki ornamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak
beraturan. Koloni pada medim MEA lebih tipis tetapi bersporulasi lebat.

Aspergillus niger penting pada produksi asam sitrat yang banyak digunakan
pada berbagai makanan dan minuman ataupun sebagai pengawet dan peningkat
citarasa. Asam sitrat harus dimurnikan dari substrat fermentasi sehingga
keterlibatan jamur tidak lagi nampak. A. niger juga dapat mengkontaminasi
makananmisalnya pada roti tawar, pada jagung yang disimpan dan sebagainya.
Banyak enzymes berguna diproduksi oleh industri fermentasi dari A. niger.
Misalnya, A. niger glucoamylase digunakan dalam produksi fructose corn syrup,
dan pectinases digunakan dalam minuman buah-buahan dan anggur. α-
galactosidase, sebuah enzim yang merinci tertentu sugars kompleks, merupakan
komponen dari produsen obat yang mengklaim dapat menurunkan perut kembung.
Selain untuk menggunakan A. niger di dalam industri bioteknologi dalam produksi
isotop magnetis-varian yang berisi biologi macromolecules untuk analisis NMR.
Aspergillus niger memerlukan mineral (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4, urea,
CaCl2.7H2O, FeSO4, MnSO4.H2O untuk menghasilkan enzim sellulase.
Sedangkan untuk enzim amilase khususnya amiglukosa diperlukan (NH4)2SO4,
KH2PO4 .7H2O, Zn SO4, 7H2O. Bahan organik dengan kandungan nitrogen tinggi
dapat dikomposisi lebih cepat dari pada bahan organik yang rendah kandungan
nitrogennya pada tahap awal dekomposisi. Tahap selanjutnya bahan organik yang
rendah kandungan nitrogennya dapat dikomposisi lebih cepat daripada bahan
organik dengan kandungan nitrogen tinggi. Penurunan bahan organik sebagai
sumber karbon dan nitrogen disebabkan oleh Aspergillus niger sebagai sumber
energinya untuk bahan penunjang pertumbuhan atau Growth factor. Aspergillus
niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang
terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat
langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu
sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler.
Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas
transport molekul, pemeliharaan struktur sel dan mobilitas sel

2. Enzim Xylanse

Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan


menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari xilosa dan
xilo-oligosakarida. Xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang
dihidrolisis, yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan endoxilanase. β-xilosidase, yaitu
xilanase yang mampu menghidrolisis xilooligosa-karida rantai pendek menjadi xilo-
sa. Aktivitas enzim akan menurun dengan meningkatnya rantai xilooligosakarida
(Reilly, 1991; Dekker, 1983). Sebagian besar enzim β-xilosidase yang berhasil
dimurnikan masih menunjukkan adanya aktivitas transferase yang menyebabkan
enzim ini kurang dapat digunakan industri penghasil xilosa. Produksi xilanase oleh
Aspergillus niger melalui Fermentasi Solid State dilakukan menggunakan berbagai
media dalam biaya operasional yang rendah secara ekonomi dalam kondisi padat
budidaya menawarkan keunggulan dibandingkan budidaya cair, terutama untuk
kultur jamur. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan produksi
xilanase menggunakan Aspergillus niger oleh optimalisasi beberapa parameter fisik
dan kimia yang terlibat dalam keadaan padat fermentasi. Cendawan Aspergillus
fumigatus dan A. niger diketahui mampu menghasilkan xilanase yang tahan atau
toleran pH tinggi (Anthony et al. 2003, Mulyani et al. 2009)

Produksi dan kerja enzim dapat dipengaruhi oleh pH, suhu, kecepatan aerasi dan
konsentrasi substrat. Penentuan pH dan suhu optimum sangat penting dilakukan
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan produksi metabolitnya. Aktivitas optimum
enzim berkisar pada pH dan suhu pertumbuhan mikroorganisme penghasil enzim
tersebut (Lloyd dan Nelson 1984). Tingkat pH akan mempengaruhi konformasi
enzim. Konformasi suatu enzim berkaitan dengan kemampuan enzim mengikat atau
bereaksi dengan substrat. Jika jumlah substrat yang bereaksi dengan enzim tinggi
maka produk yang dihasilkan akan lebih banyak. Suhu juga berpengaruh terhadap
aktivitas enzim, karena suhu secara langsung berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan mikroorganisme, kecepatan sintesis enzim dan kecepatan inaktivasi
enzim (Richana et al. 2000). Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim berkaitan
dengan energi kinetik atau pergerakan suatu molekul yang menyatakan semakin
tinggi suhu, kecepatan tumbukan molekul juga semakin besar sehingga energi untuk
reaksi semakin besar dan aktivitas enzim akan semakin tinggi. Namun, suhu tinggi
juga dibatasi oleh sifat enzim sebagai protein yang dapat rusak atau terdenaturasi
pada suhu tinggi (Eisenthal et al. 2006). xilanase yang memiliki aktivitas tertinggi
pada suhu 50 ˚C dan 90 ˚C dan diketahui sebagai dua enzim yang berbeda (β-
xilosidase dan α-L-arabinofuranosidase) serta keduanya bekerja sama secara
sinergis dalam mendegradasi xilan. Tinggi rendahnya aktivitas enzim juga
dipengaruhi oleh kemampuan kapang dalam beradaptasi pada kondisi berbagai pH
dan suhu yang berbeda-beda. Habitat yang kurang sesuai menyebabkan mikroba
harus beradaptasi terlebih dahulu, hal tersebut dapat menyebabkan mikroba
mengeluarkan metabolitnya dalam jumlah sedikit (Said 1987). Aktivitas xilanase
juga dipengaruhi oleh jenis bufer yang digunakan. Bufer yang berbeda memiliki
nilai pK, jenis dan jumlah muatan ion komponen yang berbeda (Suhartono 1989).
Kesetabilan suatu enzim dapat dilihat dari tinggi rendahnya aktivitas enzim selama
masa penyimpanan. Substrat yang digunakan dalam proses fermentasi berpengaruh
terhadap aktivitas dan produktivitas enzim. Adanya substrat tertentu di dalam
medium produksi dapat memacu mikroorganisme untuk mensekresi metabolit
selnya. Zat makanan utama bagi pertumbuhan mikroorganisme adalah sumber
karbon, nitrogen, dan komponen mineral terutama fosfat. Formulasi media dalam
pertumbuhan dan produksi hasil fermentasi merupakan suatu tahap penting dalam
mendesain percobaan dalam skala kerja (Stanbury dan Whitaker, 1984). Beberapa
sumber karbon yang sering digunakan Bahan bakunya seperti dedak gandum,
jerami padi, tebum ampas tebu dan debu gergaji digunakan dalam SSFProduksi
enzim xilanase sebagai sumber karbon adalah xilan. Xilan dengan aktivitas xilanase
yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan terhidrolisis menjadi xilosa.

3. Lokasi Produksi Metabolit

. Pada Aspergillus niger, invertase dapat dihasilkan ekstraseluler (di luar sel).
invertase ekstraseluler mempunyai berat molekul 270000 dalton. Untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme,Aspergillus niger membutuhkan nutrisi. Salah satu sumber
nutrisi bagi Aspergillus nigeryaitu sumber C. Sukrosa salah satu sumber C,
bertindak sebagai induser. Gambar 2 menunjukkan bahwa sukrosa yang berada di
luar sel memberikan sinyal kepada Aspergillus niger.Sukrosa terlebih dahulu
dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk dapat masuk kedalam
membrane sel, yaitu dengan bantuan enzim invertase.Dalam membran sel, DNA
memberikan sinyal kepada mRNA untuk mengkode terbentunya asam-asam amino
penyusun enzim invertase.Ribosom merupakan tempat penyusunan terbentuknya
invertase.Setelah invertase terbentuk, invertase disekresikan keluar membran sel
untuk membantu pemecahan sukrosa. Proses pembentukan invertase akan terus
berjalan, apabila masih terdapat nutrisi terutama sumber karbon.

4. Fakor- faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan Aspergillue


niger dan produksi enzim Xylanase

Produksi enzim xylanse oleh Aspergillus niger dilakukan dengan fermentasi


keadaan padat (SSF) merupakan salah satu metode fermentasi, dimana
mikroorganisme yang tumbuh pada substrat padat dengan kadar air yang rendah.
Metode ini cocok untuk golongan jamur berfilamen.Substrat yang digunakan
umumnya terdiri dari produk sampingan nabati atau berasal dari limbah pertanian
seperti beet pulp, dedak gandum, bagase tebu, sekam padi dan limbah kulit
nanas[8]. Substrat yang digunakan dalam SSF biasanya merupakan senyawa yang
tidak larut dalam air, dan mengandung komponen penting seperti C dan N.
Komponen tersebut digunakan sebagai sumber nutrisi untuk menghasilkan
metabolit yang diinginkan.

Harga murah residu pertanian dan agro-industri merupakan salah satu sumber
yang kaya akan energi yang dapat digunakan sebagai substrat dalam sistem
fermentasi padat. Fakta menunjukkan bahwa residu ini merupakan salah satu
sumber karbon terbaik yang ada dialam. Dalam SSF substrat padat tidak hanya
menyediakan nutrient bagi kultur tetapi juga sebagai tempat penyimpanan air untuk
sel mikrob. Faktor utama yang mempengaruhi sintesis mikroba dalam sistem SSF
meliputi; pemilihan substrat yang cocok, jenis mikroorganisme, ruang antar partikel
dan luas permukaan substrat, kadar air substrat, kontrol suhu fermentasi, kebutuhan
O2 dan lama fermentasi
Aspergillus niger adalah mikroorganisme aerob dan karenanya perlu a
pasokan oksigen terus menerus selama budidaya untuk pertumbuhan dan produksi
metabolit yang efisien. Penyaringan untuk aktivitas xilanolitik dilakukan pada Malt
Extract Agar (MEA) yang mengandung 0,1% Dedak Gandum. Pelat diinkubasi
pada suhu 29 C selama 48 jam setelah itu, yang mereka diwarnai dengan larutan
yodium selama 15 menit. Isolat xilanolitik positif terdeteksi berdasarkan zona
hidrolisis yang jelas. Temperatur adalah salah satu parameter yang menentukan
keberhasilan sistem optimasi. Oleh karena itu, pengaruh suhu pada produksi
Xilanase oleh Aspergillus niger diperiksa pada berbagai kisaran suhu 25C, 30C,
35C, 40 C dan 45 C. Sebagai suatu protein, enzim memiliki kondisi tertentu enzim
dapat bekerja secara optimal, karena lingkungan tersebut mendukung konformasi
yang paling aktif bagi molekul enzim tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor
lingkungan yang penting dalam aktivitas enzim. Pada suhu optimum aktivitas akan
terus mengalami peningkatan. Namun, pada pemanasan yang semakin tinggi
aktivitas enzim akan mengalami penurunan atau hilang karena enzim mengalami
denaturasi (Sumardjo, 2009). Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dikarenakan,
terjadinya perubahan konformasi substrat yang menyebabkan perubahan sisi aktif
substrat sehingga menghambat sisi aktif substrat memasuki sisi aktif enzim dan
terjadi penurunan aktivitas enzim. Struktur protein enzim akan mengalami
kerusakan ketika suhu yang terlalu tinggi yang diakibatkan dari putusnya ikatan non
kovalen (ikatan hidrogen, ikatan van der walls, dan ikatan hidrofobik) yang terdapat
pada struktur 3 dimensi enzim.
pH mengatur banyak faktor seperti pertumbuhan strain jamur, permeabilitas
membran dan stabilitas enzim. Hasilnya mengungkapkan bahwa produktivitas
terbaik pada pH 6 dari 1,48 U / ml pada jerami gandum. Setiap perubahan pada
tingkat optimal ini menghasilkan penurunan produksi enzim. Peningkatan atau
penurunan pH lebih lanjut mewakili penurunan produksi pektinase karena enzim
sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi H+. pH di atas tingkat optimal
menghasilkan lebih sedikit pertumbuhan strain digunakan jamur dan produksi
enzim lebih sedikit (Kaur dan Gupta 2017). Produksi xilanase ketika produksi juga
dilaporkan dari A.niger dibandingkan dengan budidaya tanpa menggunakan SSF
pada suhu optimal (Pang xylose. Pei Kheng et al., 2005.Pengaruh suplementasi
sumber nitrogen pada produksi Ditemukan bahwa xilanase oleh Aspergillus niger
juga Aspergillus niger menunjukkan aktivitas pada saat diperiksa. Hasil yang
diperoleh menggunakan rentang pH asam. PH optimum berbagai substrat
ditunjukkan dalam enzim ditemukan 6,0 dengan Gambar-4 (a). Di antarasumber
nitrogen aktivitas1,48U / ml dalam dedak gandum. diuji, NaNo3 unruk
meningkatkan xilanase tertentu dari produksi xilanase oleh Aspergillus niger. pH
optimal lebih pada sisi asam (pH 2.0 - 6.0) . Produksi metabolit primer oleh
mikroorganisme sberupa protein yang dilepaskan oleh A. niger dalam dipengaruhi
oleh pertumbuhan mereka yang media yang mengandung karbon. nutrisidi substrat
mengandung limbah pertanian memberi lebih tinggi diharapkan nilai gizi tingkat
protein. Nilai tertinggi adalah nsubstrat dengan suplementasi yang diperoleh dengan
biakan dedak gandum dimana sumber karbon dan nitrogen juga akan memberikan
konsentrasi protein maksimum untuk meningkatkan pertumbuhan A.niger dan 1,14
mg / ml pada 96 jam. selanjutnya produksi enzim. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa A. niger menghasilkan Suplementasi gula, yang dapat bertindak enzim
xilanase ketika dikultur dalam media baik sebagai sumber karbon atau penginduksi.
Dalam mengandung berbagai agro-limbah, penambahan xilosa, maltosa, laktosa
dan (serbuk gergaji, gula tebu, danpadi glukosa, xilosa menghasilkan jerami dan
dedak gandum) sebagai substrat. Sebagian besar peningkatan anggota produksi
xilanase dari kelompok A. niger adalah penting (1,68U / ml) oleh SSF. Demikian
pula, sebagai tambahan produsen enzim ekstraseluler .
produksi (1,65U / ml) oleh SSF. Budidaya Hasil setelah i nkubasi 5 hari

5. Structure function relationship dari substrat atau


produk/metabolit Hubungan struktur dan sifat fungsional
Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk
memecah xilan menjadi senyawa lebih sederhana baik berupa xilooligosakarida
maupun xilosa. Xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang
dihidrolisis, yaitu β-xilosidase dan endoxilanase (Richana, 2002). β-xilosidase
merupakan xilanase yang mampu memecah xilooligosakarida rantai pendek
menjadi xilosa. Endoxilanase mampu memutus ikatan glikosidik pada bagian dalam
rantai xilan secara teratur. Pemutusan ikatan dilakukan berdasarkan panjang rantai
substrat, derajat percabangan, gugus substitusi, serta pola pemutusan dari enzim
hidrolase tersbut. (Trismillah dan Lutfi, 2009). Xilanase pada umumnya merupakan
protein kecil yang memiliki berat molekul antara 15.000-30.000 dalton serta aktif
pada suhu 55oC dengan pH 9. Xilanase akan lebih stabil pada suhu 60oC dan pH
netral (Richana, 2002)

Gambar 1. Struktur xilan yang dikenali oleh enzim xilanase

Gula xilosa banyak digunakan untuk konsumsi penderita diabetes. Di


Malaysia gula xilosa banyak diguna-kan untuk campuran pasta gigi ka-rena dapat
berfungsi memperkuat gusi. Dengan beragamnya keguna-an gula xilosa maka perlu
adanya inovasi ke arah produksi xilosa tersebut. Inovasi tersebut muncul di
antaranya apabila enzim penghidro-lisis lignoselulosa tersebut sudah tersedia.
Adakalanya untuk mem-proses gula xilosa belum diminati karena kurang ekonomis
meng-ingat kandungan xilan sangat ren-dah dibandingkan dengan selulosa. Namun
demikian, perlu dipertimbangkan untuk melakukan proses multienzim sehingga
hasilnya tidak hanya xilosa saja (dari xilan) tetapi juga glukosa (dari selulosa dan
oligo sakarida lainnya). Sedangkan adanya teknologi baru seperti teknologi
membran, di mana dapat memisahkan komponen sesuai ukuran molekul maupun
berat molekul maka dapat dilakukan fraksinasi glukosa dan xilosa dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Fanani M. 2004. Eksplorasi Enzim Xilanase untuk Aplikasi Industri Kertas sebagai Agen
Biobleaching. Analisis Variasi Sumber Enzim dari Berbagai Mikroorganisme.
Surabaya: Program Magister Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga

Kanimozhi. Nagalakshmi. 2014. Xylanase production from Aspergillus niger by Solid


State Fermentation using Agricultural waste as substrate. ISSN: 2319-7706 Volume
3 Number 3 (2014) pp. 437-446. India: Department of Microbiology, Kanchi Shri
Krishna College of Arts & Science.

Pei K, Che I. 2005. Xylanase production by a local fungal isolate, Aspergillus niger USM
AI 1 via solid state fermentation using palm kernel cake (PKC) as substrate.
Journal Sci. Technol., 2005, 27(2) : 325-336. Malaysia: Universiti Sains Malaysia

Richana. N. Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di


Indonesia. Buletin AgroBio 5(1):29-36. Bogor:Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian

Anda mungkin juga menyukai