Anda di halaman 1dari 11

ESSENTIAL OIL

Definisi: Essential Oil dalam bahasa Indonesia disebut sebagai minyak atsiri.
Essential oil merupakan minyak hasil dari olahan tumbuhan yang mudah
menguap dan memiliki aroma yang khas, tidak larut dalam air, terdiri dari
senyawa-senyawa organik. Selain itu juga merupakan ekstrak alami dari jenis
tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian, bahkan putik bunga.
Sifat essential oil pada masing - masing jenisnya tentu saja berbeda, tapi secara
umum ada beberapa sifat yang sama. Seperti aroma yang khas dari tanaman
penghasil, tidak larut dalam air, larut dalam eter, larut dalam pelarut organik,
komponen minyak mudah menguap dan lainnya. Essential oil digunakan dalam
beberapa industry parfum, kosmetik, makanan, minuman, dan obat-obatan. Selain
itu juga sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, dan lotion
(Ketaren,1985). Essential oil dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui
proses destilasi. Untuk memperoleh essential oil pada tanaman ada beberapa cara,
seperti destilasi air, uap, air-uap, ekstraksi, pengepresan, enfleurasi dan lainnya.

Rumus kimia: Aldehid adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya selalu
berikatan dengan paling sedikit satu atom hidrogen. Sedangkan keton adalah
senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan 2 karbon lain.

Aldehid

Keton

Bahan baku :FA distillate dapat digunakan sebagai essential oil. Asam lemak
sawit hasil destilasi merupakan produk yang beraroma harum yang kandungannya
terdiri dari beberapa ester gliserol dan juga sedikit komponen bahan baku. Asam
lemak ini memiliki warna coklat muda pada suhu ruangan dan berubah warna
menjadi coklat apabila dipanaskan

Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam dalam pembuatan essential oil dari
minyak sawit yaitu evaporator yang merupakan alat untuk mengevaporasi larutan,
selain itu ada juga kondensor yang merupakan jaringan pipa berfungsi untuk
mengubah zat dari gas (uap) menjadi cair.

Proses: Pembuatan essential oil dapat dilakukan dengan beberapa langkah.


Pertama yaitu dilakukan evaporasi yang bertujuan untuk mengubah air menjadi
uap (Suhardianto, 1999). Setelah terjadi pemisahan antara cairan dan uap maka
dilanjutkan dengan kondensasi yang bertujuan untuk mengubah uap menjadi cair.

FA destillates

Evaporasi

Pemisahan uap dan cairaan

Kondensasi

Essential oil

Karakteristik produk: Essential oil berwujud cairan kental pada suhu ruang
namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Essential oil
mempunyai kemampuan untuk penetrasi ke membran sel dan bergerak melalui
aliran darah dan jaringan.
Pemanfaatan: Sebagai aromaterapi, bahan pembuatan parfum, sabun, shampo,
pemberi aroma, pijat dan lainnya
INSEKTISIDA
Definisi: Insektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang dapat membunuh semua jenis serangga dan invertebrata lain. Pada umumnya
insektisida modern adalah insiktisida organik dan insektisida ini dibagi menjadi
insektisida organik alami dan buatan. Insektisida organik alami diperoleh dengan
cara penyulingan zat-zat alami. Insektisida ini terdiri dari insektisida botanis yaitu
yang diperoleh dari bahan tumbuhan dan insektisida mineral yang diperoleh dari
penyulingan minyak bumi. Metode penggolongan insektisida yang lain adalah
berdasarkan sifat kimianya. Kelas senyawa kimia insektisida dapat ditunjukkan
berdasarkan bahan aktifnya (active ingredient), yaitu bahan kimia yang
mempunyai efek racun (toksik). Insektisida dapat digunakan dengan cara
penyemprotan (spraying), penghembusan (dusting), pengabutan (fogging),
penguapan (fumigating), perendaman (dipping) dan pengumpanan (baiting).

Rumus Kimia: Minyak sawit mengandung asam lemak yang bersifat racun bagi
serangga. Asam lemak terbesar penyusun minyak sawit adalah asam lemak
palmitat yang mempunyai rumus kimia CH3(CH2)14COOH

Bahan baku: Minyak goreng atau CPO dapat digunakan sebagai insektisida
alami yang ramah lingkungan dan meninggalkan sedikit residu. Kegiatan
menyemprotkan minyak pada tanaman pertanian untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman bukanlah hal baru. Seperti pemakaian minyak ikan untuk
mengendalikan hama bertubuh lunak, seperti kutu dan tungau, telah dimulai sejak
abad ke-18 di Amerika dan pada awal abad ke-20 minyak ikan sudah dipakai
secara luas pada perkebunan apel di Washington.
Cara penggunaan minyak sebagai insektisida alami yaitu dengan mencampurkan
minyak dengan air dengan bantuan pengemulsi seperti sabun dan larutan alkali
untuk kemudian disemprotkan ke tajuk tanaman. Konsentrasi yang disarankan jika
memakai minyak nabati atau minyak goreng adalah 2 - 3% dari jumlah air.
Minyak juga dapat dicampur dengan pestisida sintetis untuk meningkatkan
efektivitasnya. Pencampuran minyak dengan pestisida kimia juga dapat
menurunkan dosis dan konsesntrasi yang seharusnya dipakai sehingga dapat
meminimalisasi dampak buruk pestisida sintetis terhadap lingkungan.

Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam pembuatan insektisida alami


berbahan minyak sawit sangat sederhana yaitu hanya membutuhkan wadah
pencampur, pengaduk, gelas ukur.
Proses pembuatan: Proses pembuatannya dengan cara menuangkan 20 - 30 mili
minyak goreng atau minyak nabati lainnya kedalam 1 liter air. Kemudian
ditambahkan 15-20 mil sabun cair sebagai pengemulsi lalu diaduk sampai minyak
menyatu dengan air. Terakhir larutan minyak siap disemprotkan untuk tanaman
(Zulianti, 2008).

1 liter air

Minyak 20- Pencampuran hingga


30 ml homogen

Aplikasi
penyemprotan

Karakteristik: Insektisida ini termasuk ke dalam golongan Emulsion


Concentrated (Cairan) berkode “EC” dengan karakteristik berbentuk emulsi dari
minyak dan air.
SNI: Maksimum residu (BMR) insektisida yang ditetapkan oleh Standar Nasional
Indonesia (SNI) 7313:2008 yaitu 5 mg/kg.
REPELLENT

Definisi: Repellent adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan


untuk menjauhkan serangga dari manusia sehingga dapat dihindari gigitan
serangga atau gangguan oleh serangga terhadap manusia. Repelan digunakan
dengan cara menggosok pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Oleh
karena itu, penolak nyamuk harus memenuhi beberapa syarat, yaitu antara lain :
tidak mengganggu pemakainya, tidak lengket, tidak menimbulkan iritasi, tidak
beracun, tidak merusak pakaian dan mempunyai daya pengusir terhadap serangga
yang bertahan cukup lama Repellent dikenal sebagai salah satu pestisida rumah
tangga yang digunakan untuk melindungi tubuh (kullit) dari gigitan nyamuk.
Sekarang ini, orang lebih mengenalnya sebagai lotion anti nyamuk. Sebenarnya
produk repelan tidak hanya berbentuk lotion, ada juga yang berbentuk spray
(semprot). Sehingga cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan atau
menyemprotkan bahan tersebut ke kulit

Rumus kimia: Fermentasi limbah sawit dapat digunakan sebagai repellent


(penolak serangga) karena adanya asam organik yang terbentuk. Asam organik ini
diduga merupakan hidrokarbon berantai pendek seperti aldehid yang bersifat
volatil. Keberadaan senyawasenyawa volatil ini diduga dapat menghalangi
nyamuk untuk mendekati kulit ketika bahan hasil fermentasi dioleskan pada kulit.
Hal ini terjadi karena senyawa volatil dapat mengubah asam laktat yang
merupakan atraktan bagi nyamuk (Hoel et al. 2007).
Peralatan: Peralatan yang digunakan untuk membuat rellepent adalah botol
plastik bertutup, saringan dan gelas kimia.

Bahan baku: Bahan baku pembuatan repellent adalah Bungkil kelapa sawit
(BKS) Tandan kosong sawit (TKS) Serabut kelapa sawit (SKS) yang berasal dari
pascaproduksi minyak kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara (PN) VIII
Kertajaya, Kecamatan Malimping, Provinsi Banten, gula plm dan air.
Proses Pembuatan:

SKS, TBK dan TBS

Penarikan serat

Penumbukan

Pemasukan kedalam
gula palem
fermentror ( botol
dan air
3:1:10 plastik 1500ml)

Peghomogenan

Penutupan botol

Fermentasi selama 3 bulan

Bulan 1 pelonggaran
tutup botol setiap hari

Bulan 2-3 putupan rapat


penutupan tutup botol

Penyaringan

Repellent
Sampel limbah padat kelapa sawit dicampurkan dengan gula palem dan air,
kemudian ditempatkan di dalam botol plastik berukuran 1.500 mL. Perbandingan
limbah padat kelapa sawit, gula palem, dan air, yaitu 3:1:10. Fermentasi ini
dilakukan dengan membuat formulasi jenis limbah padat kelapa sawit yang
digunakan.

Limbah padat kelapa sawit yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam
botol plastik. Dilarutkan 80 g gula palem dengan 800 mL air, kemudian larutan
tersebut dimasukkan ke dalam botol plastik yang telah terisi limbah padat kelapa
sawit. Botol plastik ditutup rapat dan sampel dihomogenkan dengan cara dikocok.
Fermentasi dilakukan selama 3 bulan dan ditutup rapat, namun pada bulan
pertama tutup botol sesekali dilonggarkan setiap hari untuk mengeluarkan gas
yang terbentuk. Sementara itu, pada bulan selanjutnya ditutup rapat dan tidak
dilonggarkan

Setelah fermentasi selama 3 bulan, dilakukan penyaringan untuk mendapatkan


residu dan cairan hasil fermentasi. Penyaringan dilakukan menggunakan saringan
teh. Hasil penyaringan disimpan di dalam botol baru. Hasil fermentasi ini yang
digunakan dalam pengujian selanjutnya.

Karakteristik: Senyawa volatil yang diisolasi dari tumbuhan (sawit), ditemukan


memiliki kemampuan melawan bermacam arthropoda haematophagous. Senyawa
volatil ini akan mengganggu reseptor dari nyamuk yang biasanya dapat
mendeteksi asam laktat, karbondioksida, dan bau lainnya yang berasal dari kulit
manusia. Senyawa volatil yang diduga terkandung dalam hasil fermentasi ialah
asam organik dengan rantai pendek yang terbentuk pada saat proses fermentasi

Bau khas senyawa kimia bahan alam dapat masuk secara ekstraseluler.
Kemoreseptor yang berupa silia pada antena nyamuk akan menangkap bau khas
tersebut yang akan berikatan dengan OBPs (Odoran binding reseptor). Mekanisme
penolakan nyamuk oleh senyawa volatil, yaitu dengan cara mengganggu aktivitas
glomerulus di dalam olfactory sensory neurons (OSNs) OSNs adalah sel yang
dapat mengubah sinyal bau menjadi elektron yang dikirim ke otak. Glomerulus
pada sistem ini berfungsi sebagai sinapsis yang menghubungkan antara reseptor
bau dengan otak serangga. Gangguan ini menghasilkan input sinyal penciuman
tidak diterjemahkan dengan baik sehingga pada akhirnya mengakibatkan
gangguan perilaku nyamuk

Pada proses fermentasi, selain asam organik yang dapat bermanfaat sebagai
repellent nyamuk juga dapat dihasilkan asam organik yang bertindak sebagai
atraktan, yaitu asam laktat. Atraktan adalah zat yang dapat menarik nyamuk untuk
mendekat. Hal ini dapat mengganggu proses penolakan nyamuk karena justru
nyamuk akan tertarik jika mencium bau asam laktat yang disertai adanya gas CO2
di sekitarnya Hal ini mengakibatkan kemampuan hasil fermentasi dalam menolak
nyamuk lebih rendah dibandingkan dengan repellent komersial.

SNI: Menurut SNI 16-4946.1-1998 tentang losio penolak nyamuk, pH sediaan


losio penolak nyamuk adalah 4,5-7. Jadi pH sediaan masih sesuai dengan
persyaratan pH sediaan untuk losio penolak nyamuk, kecuali losio pada suhu
penyimpanan 8oC karena pH-nya lebih dari 7 selama waktu penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional [BSN]. 1998. Lotion Penolak Nyamuk. SNI 16-
4946.1-1998. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional Jakarta

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.


Ode La S, Fatturahman, Yardial S. 2019. Potensi Limbah Padat Kelapa Sawit
sebagai Antibrowning dan Repellent Aedes Aegypti (Potential of Solid Oil
Palm Waste as an Antribrowning Repellent of Aedes Aegypti). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Suhardianto, Anang. 1999. Klimatologi Pertanian. Jakarta: Universitas terbuka.

Zulianti, Amelia. 2008. Insektisida Perlukah. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai