Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH AGAMA

“PERNIKAHAN”

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD YUKRIM NASRUN


(K1A1 19 054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | i


KATA PENGANTAR

َّ ‫علَيْك ُْم ال‬


ُ‫سالَم‬ ُ ُ‫َوبَ َر َكاته‬
َ ُ‫للاه َو َر ْح َمة‬
ُ‫لِله ا َ ْل َح ْمد‬ ُْ ‫صي ًْرا َخبهي ًْرا به هعبَا هد هُه َكانَُ الَّذ‬
َُّ ‫هي ه‬ ‫بَ ه‬، ‫ك‬
َُ ‫ار‬ ُْ ‫ل الَّذ‬
َ َ‫هي تَب‬ َُ َ‫اء هفي َجع‬
ُ‫س َم ه‬
َّ ‫ل بر ْو ًجا ال‬
َُ َ‫فه ْي َها َو َجع‬
‫م هني ًْرا َوقَ َم ًرا هس َرا ًجا‬. ُ‫ن أ َ ْش َهد‬ ُ ‫ن وأ َ ََ ْش َهدُ للاُ إه‬
ُ َ‫لَّ إهلَ ُه‬
ُْ َ ‫لَ ا‬ ُْ ‫بَ َعثَهُ الَّذ‬
َُّ َ ‫هي و َرسولهُ َعبْدهُ م َح َّمدًا ا‬
‫ونَ هذي ًْرا بَ هشي ًْرا به ْال َح ه‬،
ُ‫ق‬ ُ‫منهي ًْرا َو هس َرا ًجا بهُإ ه ْذنه هُه ْال َح ه‬. ‫ل اَللَّه َُّم‬
َ ‫ق إهلَى َودَا هعيَا‬ ُ‫ص ه‬ َ ‫علَ ْي هُه‬ َ ‫علَى‬ َ ‫آ هل هُه َو‬
‫ص ْحبه هُه‬ َ ‫ َك هثي ًْرا ت َ ْس هل ْي ًما َو‬. ‫َب ْعدُ أ َ َّما‬
َ ‫س هل ُْم َو‬

Dengan menyebut nama Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yangُberjudulُ“Pernikahan”.ُ

Tidak lupa pula kami kirimkan Salam dan Shalawat kepada jungjungan nabi besar kita,
Nabi Muhammad Saw., yang telah merobek-robek bendera kekafiran dan mengibarkan bendera
Islam yang berlafadzkan Lailaha Illallah.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih terkhusus kepada dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah, La Ode Wahidin, S.Pd., M.Pd.I, atas arahan-arahannya serta bimbingan
yang diberikan dalam pembuatan makalah ini. Dan juga, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang berbaik hati membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini,
terutama kepada kedua orang tua kami serta teman-teman sekalian pada umumnya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka, kami menerima segala kritikan dan saran dari semua pembaca agar kami dapat
mengevaluasi nantinya dan dapat meningkatkan kualitas pembuatan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | ii


Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan. Semoga tugas makalah yang kami buat ini
dapat memberi manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Kendari, 15 September 2019

Penulis

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | iii


DAFTAR ISI

Isi Halaman

SAMPUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG...................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................. 2
C. TUJUAN........................................................................................... 2
D. MANFAAT....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN...................................................... 3
B. DASAR HUKUM PERNIKAHAN.................................................. 4
C. PEMINANGAN (KHITBAH).......................................................... 5
D. SYARAT PERNIKAHAN................................................................ 6
E. RUKUN PERNIKAHAN.................................................................. 8
F. HAL-HAL LAIN MENGENAI PERNIKAHAN.............................. 9

BAB III PENUTUP..................................................................................... 12

A. KESIMPULAN.................................................................................. 12
B. SARAN.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | iv


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan,
lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli
ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun di masyarakat kita, hal ini tidak banyak
diketahui orang. Menikah merupakan perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut ini:

َّ ‫ل َو‬
ُ‫ّللا‬ ُْ ‫ل أ َ ْز َوا ًجا أ َ ْنفسهك ُْم هم‬
َُ ‫ن لَك ُْم َج َع‬ َُ ‫ن لَك ُْم َو َج َع‬ ‫ت همنَُ َو َرزَ قَك ُْم َو َح َف ُدَُة ً َبنهينَُ أ َ ْز َو ه‬
ُْ ‫اجك ُْم هم‬ َّ ‫ل ُۚال‬
ُ‫ط هي َبا ه‬ ‫ت يؤْ همنونَُ أَفَ هب ْال َب ه‬
ُ‫اط ه‬ َُّ ‫ه ُْم‬
ُ‫ّللاه َو هبنه ْع َم ه‬
َُ‫يَ ْكفرون‬

“Danُ Allahُ menjadikanُ bagimuُ pasanganُ (suamiُ atauُ isteri)ُ dariُ jenisُ kamuُ sendiriُ danُ
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik.
MengapaُmerekaُberimanُkepadaُyangُbathilُdanُmengingkariُnikmatُAllah?” (An-Nahl72).

Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan, hukum, serta
hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini merupakan salah satu tujuan dari pernikahan:

ُ‫صل‬ ُ‫ام ْال َحالَ ه‬


ْ َ‫ل بَيْنَُ َما ف‬ ُ‫ُّف َو ْال َح َر ه‬
ُُّ ‫ص ْوتُ الد‬
َّ ‫َاحه فهي َوال‬
ُ ‫النهك‬

“Pemisahُantaraُapaُyangُhalalُdanُyangُharamُadalahُduffُdanُshautُ(suara)ُdalamُ
pernikahan.”ُ(HR.ُAn-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)

Berdasarkan dalil-dalil diatas jelas sekali Allah Swt. Telah mengatur sedemikian rupa
permasalahan mengenai pernikahan. Adapun pernyempurnaan dari wahyu yang diturunkan oleh
MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 1
Allah swt. Telah disempurnakan oleh ahli tafsir dengan mengeluarkan dalil yang dapat
memperjelas mengenai pernikahan tanpa mengubah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah
Swt.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun beberapa rumusan masalah yang diajukan antara lain:

1. Apakah defenisi dari suatu pernikahan?


2. Hal-hal yang berhubungan denan pernikahan?
3. Bagaimana konsep dari suatu pernikahan?
4. Dari sudut pandang agama, pernikahan yang diperbolehkan seperti apa?
5. Ada hikmah yang dapat dipetik dari suatu pernikahan?

C. TUJUAN

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep pernikahan.


2. Untuk mengetahui perikahan dari sudut pandang agama.
3. Untuk memahami dasar hukum pernikahan.
4. Untuk dapat memahami pentingnya pernikahan.

D. MANFAAT

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain:

1. Kita dapat mengerti mengenai pernikahan terkhusus dari prespektif Islam


2. Kita dapat lebih mengetahui mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan.
3. Kita dapat mengetahui alasan mendasar untuk melakukan suatu pernikahan.

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 2


BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN

Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara
keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula
juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

Adapun pengertian secara fiqih memuat beberapa pendapat, yakni:

1. Ulama Hanafiyah mengartikan pernikahan sebagai suatu akad yang membuat pernikahan
menjadikan seorang laki-laki dapat memiliki dan menggunakan perempuan termasuk
seluruh anggota badannya untuk mendapatkan sebuah kepuasan atau kenikmatan.
2. Ulama Syafi’iyahُ menyebutkanُ bahwaُ pernikahanُ adalahُ suatuُ akadُ denganُ
menggunakan lafal ُ‫ حاكَكنهن ح‬, atau َُ‫ ج حُ وا كَُ ز ك‬, yang memiliki arti pernikahan menyebabkan
pasangan mendapatkan kesenanagn.
3. Ulama Malikiyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad atau perjanjian yang
dilakukan untuk mendapatkan kepuasan tanpa adanya harga yang dibayar.
4. Ulama Hanabilah menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan menggunakan lafal
ُ‫ان‬
‫ن ه‬ُْ ‫ ح حُ كا كَُ ن‬atau َُ‫ن ك‬
ُْ ‫ن‬ ُْ ُ‫ ج ح‬yang artinya pernikahan membuat laki-laki dan perempuan
ُ‫ن و ه‬
dapat memiliki kepuasan satu sama lain.
5. Saleh Al Utsaimin, berpendapat bahwa nikah adalah pertalian hubungan antara laki-laki
dan perempuan dengan maksud agar masing-masing dapat menikmati yang lain dan untuk
membentuk keluaga yang saleh dan membangun masyarakat yang bersih

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 3


6. Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-ahwal al-syakhsiyyah, menjelaskan
bahwa nikah adalah akad yang berakibat pasangan laki-laki dan wanita menjadi halal
dalam melakukan bersenggema serta adanya hak dan kewajiban diantara keduanya.

B. DASAR HUKUM PERNIKAHAN

Menurutُ sebagianُ besarُ Ulama’,ُ hukumُ asalُ menikahُ adalahُ mubah,ُ yangُ artinyaُ bolehُ
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah Muhammad
SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan
yang pernah dilakukan oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah,
wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut. Adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pernikahan adalah sebagai berikut.

 Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah

Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan
mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda
Rasullullah SAW :

“Wahaiُ paraُ pemuda,ُ jikaُ diantaraُ kalianُ sudahُ memilikiُ kemampuan untuk menikah, maka
hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat
memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia
berpuasa,ُkarenaُpuasaُituُmenjadiُpenjagaُbaginya.” (HR. Bukhari Muslim)

 Pernikahan Yang Dihukumi Wajib

Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun
meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib
baginya untuk segera menikah

· Pernikahan Yang Dihukumi Makruh

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 4


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil dalam
menafkahi keluarganya kelak

· Pernikahan Yang Dihukumi Haram

Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti
jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

C. PEMINANGAN (KHITBAH)

Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk
melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua
pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam.
Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan
hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan
orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan
pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak
perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun
persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri
adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang
diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.

Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:

"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikah
dengan seorang perempuan: "Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu
kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin
kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai)

Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 5


"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak boleh meminang
tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk
memutuskannya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan)).

D. SYARAT PERNIKAHAN

Dalam islam, ada beberapa kriteria yang wajib dipenuhi untuk melangsungkan suatu
pernikahanُ yangُ biasaُ kitaُ kenalُ denganُ istilahُ “Syarat Pernikahan”.ُ Syarat ini wajib
hukumnya untuk dipenuhi sebagai seorang muslim. Adapun beberapa syarat yang dikatakan
adalah sebagai berikut.

1. Memilih pasangan berdasarkan keimanan

Dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, ternyata seorang muslim disyaratkan
untuk memilih wanita atau laki laki yang baik, prinsipnya adalah karena agamanya. Bahkan
syarat agama sangat ditekankan oleh ajaran islam ketimbang syarat-syarat yang
lain. Mencari jodoh dalam islam sangat mengedepankan masa depan keluarga yang berkah
dan penuh rahmah, serta mampu membesarkan islam nantinya. Artinya bagaimanapun
seorang mukmin memilih pasangan, disyaratkan menikahi yang seiman, memiliki aqidah
dan akhlak yang mulia. Pemilihan jodoh bisa karena banyak faktor, namun islam
mensyaratkan keimanan adalah sebuah pondasi awal dari keluarga. Untuk itu penting
kiranya mengetahui kriteria calon suami menurut islam dan kriteria calon istri menurut
islam, agar tercipta pula kebahagiaan diantara keduanya.

Hal ini disampaikan oleh Rasulullah SAW melalui hadist yang diriwayatkan oleh
Muttafaqun’ُAlaihi,ُyangُdisampaikanُolehُAbuُHurairahُRadiyaulahuُAnhu “Perempuanُ
itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
karena agamanya, maka sebaik-baik perempuan adalah perempuan yang dinikahi karena
agamanya”ُ(Muttafaqunُ‘Alaihi).

2. Memastikan Garis Nasab atau Mahram nya

Pasangan yang beragama, memiliki keimanan yang lurus, dan berakhlak mulia
tentunya menjadi syarat agar rumah tangga tercipta sakinah dan rahmah. Namun perlu

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 6


diketahui bahwa Islam mengatur pula bahwa pasangan yang akan dinikahi bukanlah
berasal dari mahramnya. Pengertian Mahram ini dijelaskan dan diatur dalam QS : An Nur
: 31

“Katakanlahُ kepadaُ wanitaُ yangُ beriman:ُ Hendaklahُ merekaُ menahanُ pandangannya,ُ


dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supayaُkamuُberuntung.”

Dalam penjelasan ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa muslim dilarang
untuk menikahi yang mahram, diantaranya adalah :

 Orang Tua Kandung.


 Nenek dan Kakek dari Orang Tua sampai ke atas nya.
 Saudara Kandung se-Ayah dan se-Ibu.
 Sesama Perempuan atau sesama Laki-Laki.
 Paman atau Bibi dari Orang Tua.
 Keponakan.
 Cucu, Cicit, sampai ke bawahnya.

Adapun beberapa syarat lanjutan yang juga perlu dipenuhi

1. Untuk Laki-Laki:

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 7


 Laki-Laki merupakan seorang Muslim, Beriman.
 Laki-Laki yang tertentu, bukan banci (jelas jenis kelaminnya adalah laki-laki).
 Calon Pengantin Laki-Laki bukan mahram dari Calon Pengantin Wanita.
 Calon Pengantin Laki-Laki mengetahui wali nikah yang sebenarnya dari pihak wanita.
 Calon Pengantin tidak boleh dalam keadaan Ihram atau Haji.
 Calon Pengantin laki-laki menikah karena kemauan sendiri, bukan paksaan atau perintah
orang lain.
 Calon Pengantin Laki-Laki Tidak dalam memiliki 4 orang Istri saat menikah.
 Calon Pengantin Laki-Laki sudah mengetahui perempuan yang akan dijadikan pasangan
(istri).
2. Untuk Perempuan:
 Perempuan adalah seorang Muslim, Beriman.
 Perempuan yang tertentu, bukan banci (jelas jenis kelaminnya adalah perempuan).
 Calon Pengantin Perempuan bukan mahram dari Calon Pengantin Laki-Laki.
 Calon Pengantin Perempuan telah akil baligh (mengalami masa pubertas).
 Calon Pengantin Perempuan bukan dalam keadaan ihram atau haji.
 Calon Pengantin Perempuan bukan dalam masa Iddah (masa tertentu setelah perceraian
atau ditinggal suami karena meninggal).
 Calon Pengantin Perempuan bukan Istri dari seseorang, atau sudah dalam ikatan
pernikahan.

E. RUKUN PERNIKAHAN

Rukun merupakan syarat mutlak melakukan sesuatu hal sehingga dikatakan terpenuhi atau
tidak. Sama halnya dengan pernikahan bahwa rukun di sini adalah syarat wajib untuk
menyelenggarakn suatu pernikahan. Tanpa mengikuti rukun-rukun ini, maka dipastikan bahwa
proses pernikahan yang dilakukan batal (tidak sah). Adapun beberapa rukunnya adalah sebagai
berikut.

1. Mempelai pria

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 8


Mempelai pria yang dimaksud di sini adalah calon suami yang memenuhi persyaratan
sebagaimana disebutkan pula oleh Imam Zakaria al-Anshari dalam Fathul Wahab bi Syarhi
Minhaj al-Thalab (Beirut: Dar al-Fikr), juz II, hal. 42:

‫" له المرأة بحل وعلم وتعيين واختيار حل الزوج في شرط و‬

“Syaratُcalonُsuamiُialahُhalalُmenikahiُcalonُistriُ(yakniُIslamُdanُbukan mahram), tidak


terpaksa, ditertentukan, dan tahu akan halalnya calon istriُbaginya.”

2. Mempelai wanita

Mempelai wanita yang dimaksud ialah calon istri yang halal dinikahi oleh mempelai pria.
Seorang laki-laki dilarang memperistri perempuan yang masuk kategori haram dinikahi.
Keharaman itu bisa jadi karena pertalian darah, hubungan persusuan, atau hubungan
kemertuaan.

3. Wali

Wali di sini ialah orang tua mempelai wanita baik ayah, kakek maupun pamannya dari
pihakُ ayahُ (‘amm),ُ danُ pihak-pihak lainnya. Secara berurutan, yang berhak menjadi wali
adalah ayah, lalu kakek dari pihak ayah, saudara lelaki kandung (kakak ataupun adik), saudara
lelaki seayah, paman (saudara lelaki ayah), anak lelaki paman dari jalur ayah.

4. Dua saksi

Duaُsaksiُiniُharusُmemenuhiُsyaratُadilُdanُterpercaya.ُImamُAbuُSuja’ُdalam Matan
al-Ghâyah wa Taqrîb (Surabaya: Al-Hidayah, 2000), hal. 31 mengatakan, wali dan dua saksi
membutuhkanُenamُpersyaratan,ُyakniُIslam,ُbaligh,ُberakal,ُmerdeka,ُlelaki,ُdanُadil.”

5. Shighat

Shighat di sini meliputi ijab dan qabul yang diucapkan antara wali atau perwakilannya
dengan mempelai pria.

F. HAL-HAL LAIN MENGENAI PERNIKAHAN

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 9


1. Talak (Perceraian)

Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi
dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud
melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan
ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan
penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari
kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang
dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.

Adapun jenis-jenis talak antara lain:

 Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya
tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya berkahwin
lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah
habis idah dengan suami barunya.
 Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak disetubuhinya ketika
dalam tempoh suci
 Talakُbid’i
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika suci yang
disetubuhinya.
 Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu sebab atau syarat.
Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah penceraian atau talak.
Contohnyaُsuamiُberkataُkepadaُisteri,ُ“Jikaُawakُkeluarُrumahُtanpaُizinُsaya,ُmakaُ
jatuhlahُ talakُ satu.”ُ Apabilaُ isterinyaُ keluarُ dariُ rumahُ tanpaُ izinُ suaminya,ُ makaُ
jatuhlah talak satu secara automatik.

2. Fasakh

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 10


Arti fasakh menurut bahasa ialah rosak atau putus. Manakala menurut syarak pula,
pembatalan nikah disebabkan oleh sesuatu sifat yang dibenarkan syarak, misalnya,
perkahwinan suami isteri yang difasakhkan oleh kadi disebabkan oleh suaminya tidak mempu
memberi nafkah kepada isterinya. Fasakh tidak boleh mengurangkan bilangan talaknya.

3. Khuluk

Perpisahan antara suami dan isteri melalui tebus talak sama ada dengan menggunakan lafaz
talak atau khuluk. Pihak isteri boleh melepaskan dirinya daripada ikatan perkahwinan mereka
jika ia tidak berpuas hati atau lain-lain sebab. Pihak isteri hendaklah membayar sejumlah wang
atau harta yang dipersetujui bersama dengan suaminya, maka suaminya hendaklah
menceraikan isterinya dngan jumlah atau harta yang ditentukan.

4. Rujuk

Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut syarak, ia
membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang diceraikan dengan ikatan
pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.

5. Iddah

Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah diceraikan oleh mantan
suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun karena suaminya meninggal
dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri belum boleh melangsungkan pernikahan
kembali dengan laki-laki lain. Pada saat iddah inilah antara kedua belah pihak yang telah
mengadakan perceraian, masing-masing masih mempunyai hak dan kewajiban antara
keduanya.Lamanya masa iddah bagi perempuan adalah sebagai berikut:

 Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, iddahnya tiga kali suci.
 Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause) atau belum mengalami sama
sekali, iddahnya tiga bulan.
 Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat bulan sepuluh hari.
 Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan.

BAB III
MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 11
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara keduanya melalui kata-
kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang diwajibkan secara Islam.
Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:

“nikahُituُSunnahku,ُbarangُsiapaُmembenciُpernikahan,ُmakaُiaُbukanlahُummadku”.

Hadis lain Rasulullah Bersabda:

“Nikahُituُadalahُsetengahُiman”.

Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan yang


mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan pernikahan
yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat
sebuah Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat
membenci sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal yang
menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam secara terperinci menjelaskan
mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai
fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum perempuan.

B. SARAN

Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah mengenai pernikahan ini pasti
ada kekurangan maupun kelebihannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai pernikahan berdasarkan Islam.
Adapun kritik maupun saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah
ini baik dari segi penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis
mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 12


DAFTAR PUSTAKA
Munarki, Abu. Membangun Rumah Tangga dalam Islam, Pekanbaru : PT. Berlian Putih,2006.

Suhaimi.Diktat Pendidikan Agama Islam. Banda Aceh: Unsyiah,2013.

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 13


Nurcahya. Pernikahan secara Umum. Bandung: Husaini Bandung,1999.

Ais, Chatamarrasjid,dkk. Proses Pernikahan.Solo: PT. Anugerah,2000.

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/syarat-pernikahan-dalam-islam diakses pada tanggal


15 September 2019 pukul 07.50.
https://islam.nu.or.id/post/read/84168/lima-rukun-nikah-dan-penjelasannya diakses pada tanggal 13
Oktober 2019 pukul 09.30.

MAKALAH AGAMA TENTANG “PERNIKAHAN “ | 14

Anda mungkin juga menyukai