Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Pada Lanjut Usia(Lansia)

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60

tahun keatas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada usia lanjut akan

terjadi proses menghilangnnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-

lahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994), karena itu didalam tubuh akan

menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit

degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode

terminal (Darmojo dan Martono, 1999).

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)

menjadi tiga kelompok yakni, kelompok lansia dini, (55-65 tahun),

merupakan kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun

keatas),kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun. Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori yaitu :

1. Usia lanjut : 60-74 tahun

2. Usia tua : 75-89 tahun

3. Usia sangat lanjut : lebih dari 90 tahun

3
4

B. Fraktor Yang Memmengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada Pasien

Lanjut Usia

Komunikasi dengan pasien lanjut usia dapat menjadi lebih sulit

dibandingkan dengan komunikasi pada populasi biasa sebagai akibat dari

gangguan sensori yang terkait usia dan penurunan memori. Orang ketiga juga

dapat menjadi bagian dari interaksi, karena pasien lanjut usia sering kali

ditemani oleh anggota keluarga yang dicintai yang aktif terlibat pada

perawatan pasien dan berpartisipasi dalam kunjungan.

Ada banyak faktor lain yang memengaruhi efektivitas komunikasi

dengan pasien lanjut usia, pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah

yang kompleks dan beberapa keluhan utama yang memerlukan waktu untuk

menyelesaikannya.

Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien

kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Sehingga pada usia 80

tahun, orang kemungkinan memiliki paling tidak 4 penyakit kronis (Vieder,

dkk., 2002).

Faktor lain adalah bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit

bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug &

Ory, 1987; Greene et al. 1989), masalah usia atau dikenal dengan istilah

ageism juga merupakan hal yang lazim dijumpai pada perawatan kesehatan

dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan

pasien lanjut usia (Ory,dkk.,2003).


5

C. Dasar Komunikasi Terapeutik Pada Lanjut Usia

1. Kegunaan komunikasi

Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi dan untuk

membina hubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain komunikasi

merupakan aspek dasar pada hubungan antar manusia dan merupakan

sarana untuk berhubungan dengan orang lain, pada pasien lanjut usia

berbagai bentuk dari penyakit dan ketidakmampuan dapat berpengaruh

terhadap proses komunikasi dan perawatan kesehatannya, sehingga

diperlukan cukup perhatian dan sikap yang baik untuk proses komunikasi

tersebut sering kali terjadi bahwa baik pihak keluarga maupun medis

melupakan atau tidak memperhatikan berbagai hambatan yang ada untuk

tercapainya komunikasi yang efektif pada pasien lanjut usia yang akhirnya

dapat mengakibatkan interpretasi yang keliru terhadap pesan yang

disampaikan maupun yang diterima oleh mereka(Smith &

Buckwalter,1993).

2. Komponen pada pasien komunikasi

1. Pembicara : orang yang menyampaikan pesan.

2. Pendengar : orang yang menerima pesan

3. Pesan verbal : kata-kata yang secara aktual diucapkan dan

disampaikan

4. Pesan non verbal : kesan yang ditangkap saat kata-kata tersebut

diucapkan termaksud Ekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap

tubuh dan pilihan kosa Kata yang digunakan.


6

5. Umpan balik : respons berupa tanggapan baik verbal maupun non

verbal.

6. Konteks : fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam

pesan yang dikirim.

7. Persepsi : kemampuan untuk memilih, mengatur, dan

menafsirkan informasi Indrawi menjadi dimengerti dan bermakna.

8. Evaluasi : kemampuan untuk menganalisa informasi yang

diterima, berdasarkan Pengalaman dan pengetahuan masa lalu.

9. Transmisi : ekspresi yang sebenarnya dari informasi dari

pengirim kepada Penerima (pesan lisan dan pesan non verbal) (Smith

& Buckwalter, 1993).

D. Tehnik komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut usia

1. Menunjukan hormat dengan keprihatinan

Komunikasi pasien yang baik didasarkan pada respect atau hormat

kepada pasien dan memehami sertamengapreseasi setiap pasien sebagai

sosokmanusia yang unik.untuk menunjukan rasa hormat ,anda harus

menghadapi pasien secara formal dan menyapa dengan “bapak “ dan “ibu

“,kecuali pasien sebelumnya telah meminta anda untuk memenggil

dengan nama pertamanya,dan hindarkan menggunakan istilah yang

merendahkan seperti” manisku”,”sayangku”,”cintaku”. Berkomunikasi

yang saling bertatap mata dengan duduk di kursi dan langsung menatap

pasien .
7

Dengan melakukan hal ini , anda menunjukan perhatian sejati dan

aktif mendengarkan serat membantu pasien untuk mendengar dan

memahami anda secara lebih baik.sentuhan lembut di tangan ,lengan ,atau

pundak pasien akan menyampaikan rasa perihatin dan perhatian (adelman

et al.,2000).membiarakan pasien lanjut

2. Memastikan bahwa pasien di dengar dan di pahami

Mempertahankan langkah dan tidak tergesah –gesah dan

mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia

dan dokter (adelman et al.,2000 ;ory et al .,2003).membiarakan pasien

lanjut usia untuk berbicarah beberapa menit tentang masahnya tanpa

interupsi akan memberikan lebih banyak informasi dari pada riwayat

pendukung yang tersruktur cepat .merasa sedang di buruh-buruh akan m

enyebabkan mereka menyebabkan mereka merasa sedang tidak di

dengarkan atau di pahami (adelman et al.,2000).penelitian menunjukan

bahwa pasien lanjut usia dan dokter sering tidak sepaham tentang tujuan

dan masalah medis yang di hadapi .komunikasi yang buruk dapat

mengganggu pertukaran informasi serta menurunkan kepuasan pasien

(greenc et al.,1989).pada umumnya,anda harus berbicarah pelan, jelas

,dan keras tampak berteriak , menggunakan bahasa dan kalimat yang

singkat dan sederhana.karena pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit

bertanya dan menungguh untuk ditanya sesuai kewenangan dokter,maka

penting bagi perwat untuk sering merangkum dan memancing pertanyaan

(adelman et al.,2000;et al robinson et al., 2006)


8

Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi dengan

pasien lanjut usia , antara lain :

a) Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk

bertemu,karena pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah

kesehatan yang kompleks.

b) Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali ( yaitu tidak

bercerita dulu kepada perawat atau asisten kemudia baru kepada

anak )untuk meminimalkan frustasi dan kelelahan pasien

c) Menghindarkan jargon medis

d) Menyederhanakan dan menuliskan instruksi

e) Menggunakan diagram model dan gambar .

f) menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu,karena mereka

umunya lebih siap dari segi waktu dan secara klinis cenderung

kurang.

3. Menghindari ageism

Salah satu hal terpenting yang harus di ingat ketika berkomunikasi

dengan pasien lanjut usia adalah menghindarkan ageism, suatu istilah

yang pernah di samapikan oleh rubert butler,direktur pertama the national

institute on again,adalah systematic stereotypingdan diskriminasi terhadap

seseorang karena mereka berusia lanjut(butler,1969).ageism adalah hal

yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat direfleksikan dalam

tindakan seperti meremehkan masalah medis,menggunakan bahasa yang

bersifat merendahkan ,hanya memberikan sedikit edukasi tentang regimen


9

preventif, menawarkan sedikit pengobatan untuk masalah kesehatan

mental menggunakan panggilan yang bernada menghina , menghabiskan

lebih sedikit masalah psikososia dan membuat stereotipe orang tua (ory

et al ;2003)untuk menghindarkan egeism , mulailah mengenal pasien

lanjut usia sebagai satu pribadi ldengan riwayat dan penyelesaian yang

jelas.pendekatan ini memungkinkan anda untuk menemui setiap pasien

lanjut usia sebagai individu yang unik dengan pengalaman seumur hidup

yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan lemah

(roter,2000).juga penting untuk tidak mengamsumsikan bahwa semua

pasien lanjut usia adalah sama.bisa saja di jumpai “orang berjiwa

mudah”dengan usia 85 tahun serta “orang berjiwa tua “ dengan usia 60

tahun. Setiap pasien dan setiap masalah harus diperlakukan dengan unik.

4. Mengenal kultur dan budaya

Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasien untuk kemudian

mengaplikasikannya dalam komunikasi dokter-pasien lanjut usia juga

merupakan hal penting dalam mempengaruhi persepsi pasien terhadap

baik dan berkualitasnya pelayanan kesehatan yang di berikan dokter(ong

et al.,1995)

E. Tips untuk komunikasi yang efektif dengan pasien usia lanjut

1. Strategi umum

a. Persiapan lingkungan ruang pemeriksaan ,memperbanyak penerangan

dan menurunkan kebisingan (mempertimbangkan kemungkinan

berkurangnya penglihatan dan pandengaran).


10

b. Memanggil pasien dan anggota keluarga dengan sebutan “bapak”atau

“ibu”dan menghindarkan sebutan “manis”,atau “cintaku”

c. Bicaralaah dengan pelan , jelas, tanpa berteriak ,menggunakan nada

yang kalem dan ekspresi yang menyenangkan

d. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan,lengan

atau bahu.

e. Pertahankan langkah yang tidak tergesa –gesa,membiarkan pasien

selama beberapa menit untuk mengespresikan masalahnya jika

mampu.

f. Memastikan bahwa agenda ,pasienlah yang anda hadapi.

g. Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi

yang penting.

h. Memberikan instruksi tertulispaling tidak dengan huruf berukuran 14.

i. Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut

usia.

2. Ganguan kognitif sosial

a. Jangan mengabaikan pasien

b. Bertanyalah dangan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan

jawaban “ya” atau “tidak” dan bahasa tubuh sederhana .

c. Ketika melakukan pemeriksaan , berikan insruksi satu per satu.

3. Pertemuan dengan keterlibatan pihak ketiga

a. Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan dengan tiga kusri dalam

bentuk segitiga.
11

b. Pada mulanya berikan pertanyaan kepada pasien ,kemudian mintakan

masukan dan pendamping pasien

c. Mintalah pasien dan pendampingpasien untuk mengulang kembali

setiap instruksi yang penting.

F. Pendekatan Berkomunikasi Pada Usia Lanjut

Ketika berkomunikasi denga pasien lanjut usiaa dengan pendengaran

yang berkurang, tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan

menggunakan isyarat mata. Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan,

jelas, dan dalam nada yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi,

mengubah nada frekuansi tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami

kata-kata Anda. Jika suara Anda melengking, redamlah lengkingan ketika

Anada berbicara dapat membantu pasien untuk mendengar Anda dengan lebih

baik. Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan,

hindarkan untuk bertanya kepada pasien apakah dia mengerti. Orang dengan

gangguan pendengaran mungkin menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa

mereka belum mendengar apapun atau salah memahami beberapa informasi.

Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien

dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et al., 2000).

Akhirnya, karena pendengaran memburuk di kemudian hari, appoiment yang

lebih (Veras & Mattos, 2007). Jika tersedia, pengeras suara (alat portable

yang memperkuat suara dokter dan memancarkannya ke headphones yang

dipakai oleh pasien) diketahui akan sangat memudahkan komunikasi dengan

pasien yang mengalami gangguan pendengaran (Fook & Morgan, 2000).


12

Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan,

lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahyaan,

menggunakan warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas

(misalnya, kerangka pintu, kursi yang berada di lantai klinik), dan

menggunakan huruf yang besar serta berwarna kontras unutuk setiap tanda.

Setiap bahan dengan tulisan huruf dicetak paling tidak dengan huruf

berukuran 14 di atas kertas berwarna. Direkomendasikan untuk menggunakan

dua sumber cahaya, pencahyaan untuk latar belakang dan lampu tertutup

(Roter, 2000). Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah

keamanan potensial yaitu gangguan penglihatan. Sebagai contoh, pasien

lanjut usia kadang-kadang akan meletakkan obatnya dalam satu wadah dan

tergantung pada satu warna untuk mengenalinya. Ini dapat menjadi masalah

keamanan, karena banyak obat yang berwarna putih, biru muda, hijau muda,

yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh mata yang telah menua. Warna

merah, oranye, dan kuning paling baik dan dapat digabungkan ke dalam

perawatan. Pada contoh lain, pasien yang mengalami kesulitan memastikan

dosis insulin dapat diinstruksikan untuk ditempatkan pada warna merah

diatas meja, yang akan mempermudahkannya untuk melihat jarum dan viral.

Kertas kontak berwarna merah dapat dibalutkan pada pegangan untuk

berjalan, serta tongkat atau tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut

usia ketika mengambilnya (Adelman et al., 2000).


13

G. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Usia Lanjut Usia

1. Pasien dengan Defisit Sensorik

Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan

yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam

berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16-24% individu

berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang

memengaruhi komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell, 2006).

Bagi mereka yang berusia di atas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik

meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006). Agin/penuaan

mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai

presbyacussic, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi.

Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdamapak

pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika Anda

berkata “Take the pill in the morning (minumlah pil di pagi hari)”, pasien

akan mendengar vokal dalam kata “in the morning” tetapi pasien dapat

berpikir Anda berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit di pagi

hari)” (Fook & Morgan, 2000 ; Rose et al., 2007). Gannguan visual yang

berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensa mata

menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang

gelombang pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan

elastis ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika

bahan cetakan dipegang di berbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut usia

mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (misal


14

katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes).

Lebih dari 15% orang tua berusia dari 70 tahun melaporkan

penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya

hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews & Campbell, 2004). Bagi

mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatan yang

terganggu (Chia et al., 2006)

2. Pasien dengan demensia

Amerika serikat tahun 2008 diprediksi memilih lebih kurang 5,2 juta

penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita bberapa bentuk

demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada

30 tahun yang akan datang (Hingle & Sherry, 2009). Sebagai akibatnya,

dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan

pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota

keluarga atau perawat non formal lain (Vieder et al, 2002) (istilah

caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang

menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver).

Penilaian dan pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga

akan sangat membantu bila melibatkan caregiver (Roter, 2000). Ada

banyak tingkatan demensia, yang memeiliki berbagai kesulitan

komuni8kasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untk

menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan

kata-kata yang tidak menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien

banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki makna, seperti “hal


15

ini”,”sesuatu”, dan”Anda tahu”. Pada demesia parah, pasien dapat

menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam

diri (Orange & Ryan, 2000). Demensia memiliki efek yang merugikan

pada penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasien

mengalami kehilangn memori dan mengalami kesulitan mengingat kejadia

yang bari tejadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi

yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu

(Miller, 2008).

3. Pasien yang ditemani oleh Caregiver

Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adany

orang ketiga, dengan seornag anggoa keluarga atau caregiver informal

lainnya yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter,

2000). Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai peran,

termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besaar

kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai

sebagai prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatn

kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi,

aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat,

transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver

membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta

mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri

(Clayman et al., 2005 ;Wolff & Roter, 2008). Juga merupakan hal penting

untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut


16

pandang caregiver-nya agar didapatkan terbaik bagi keduanya (Griffith et

al., 2004)

H. Aplikasi Komunikasi Terpeutik Pada Lanjut Usia

1. Fase Pra Interaksi

Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat

perkembangan kondisi pada pasien lansia yang bernama Ny. Ratih

menderita penyakit hipertensi yang dirawat di ruang melati sebuah

Rumah Sakit

2. Fase Orientasi

Perawat 1 dan perawat 2 mendatangi Ny. Ratih (pasien) diruang

perawatan.

P1 dan P2 : Assalamu’alaikum.

Keluarga : Wa’alaikumsalam.

P1 dan P2 : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)

Keluarga : Pagi juga pak...

(Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat)

P1 dan P2 : Pagi nek... Bagaimana kabar nenek hari ini, sehat?

Ny. Ratih : Pagi... Alhamdulillah sudah agak lumayan. Ini siapa ya...?

(Nenek masih tampak kebingungan dan tampak berpikir)

P1 : Nenek... perkenalkan saya perawat Yayan dan ini perawat

Dadang

(Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan kepada nenek

dan juga keluarganya)


17

P2 : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada

hari ini Nenek sudah makan belum pagi ini?

Ny. Ratih : Sudah...

P2 : Makannya banyak atau sedikit nek?

Ny. Ratih : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan, pak. Saya

masih merasa agak mual.

P1 : Pagi ini obatnya sudah diminum nek?

Ny. Ratih : Iya sudah...

Ibu : Iya pak obatnya tadi sudah diminum semua.

(Setelah bertanya kepada nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan

keperawatan yang akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya)

P1 : Baiklah nek, bapak dan ibu. Kami disini akan melakukan

pemeriksaan kepada nenek. Apakah bapak, ibu bersedia?

Bapak : Iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang

terbaik buat orang tua kami.

P2 : Iya pak terima kasih, kami akan mencoba melakukan yang

terbaik buat orang tua bapak dan ibu. Kami juga mohon

kerja samanya nanti dalam pemeriksaan.

P1 : Kalau begitu kami mau permisi sebentar untuk

mempersiapkan alatnya, kurang lebih 5 menit kami akan

kembali lagi.
18

Ibu : Iya pak silahkan..!!

P1 dan P2 : Mari pak, buk...

(Sambil berjalan pergi untuk mengambil alat)

(Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat

yang akan digunakan dalam tindakan yang akan diberikan)

3. Fase Kerja

(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)

P1 dan P2 : Assalamu’alaikum...

Semua : Wa’alaikum salam...

(Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan

tindakan)

P1 : Permisi nek... maaf ya nek... nenek tiduran saja ya... biar

nenek lebih santai.

Ny. Ratih : (Langsung tiduran)

(Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek)

P1 : Nek, tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya.

(Perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan darah)

P1 : Cucu nenek sudah berapa kini?

(Perawat mencoba mengajak komunikasi pada nenek)

Ny. Ratih : Ehm... sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.

P1 : Ooh... sudah berkeluarga semua?


19

Ny. Ratih : Yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih sekolah

dan masih kuliah. Mereka cantik dan ganteng-ganteng

pak.

P1 : Ya iya dong. Kayak neneknya... (perawat dan nenek

tertawa)

(Sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2

menyiapkan termometer untuk mengukur suhu nenek)

P2 : Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan

kanannya...

Ny. Ratih : (Mengangkat sedikit tangan kanannya)

P2 : (Setelah nenek mengangkat tangan kanannya, perawat

langsung memasang termometer)

P2 : Nek... langsung dijepit tangannya ya nek... Dan jangan

dilepas dulu sebelum saya suruh.

Ny. Ratih : (Hanya mengangguk)

(Setelah beebrapa menit kemudian tekanan darah dan suhu selesai

diukur, kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan

perawat 2 melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya)

4. Fase Terminasi

(Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat

oleh perawat dan semua peralatan dirapikan)

Bapak : Bagaimana pak...??


20

P1 : Keadaannya sudah membaik dari kemarin, tapi orang tua

bapak harus banyak minum air putih dan juga makan

sayur-sayuran. Orang tua bapak dan ibu harus banyak

istrahat dan juga jangan dulu banyak pikiran, biar nenek

cepat sembuh..!!

(Dokter datan ke ruangan pasien untuk melihat keadaan pasien)

Dokter : Assalamu’alaikum...

Semua : Wa’alaikumsalam...

Dokter : Bagaimana keadaannya pak? (dokter bertanya kepada

perawat)

P2 : Alhamdulillah sudah ada perkembangan dok...

Dokter : (Melihat pasien dan mencoba memerika pasien) Gimana

kabarnya, nek?

Ny. Ratih : Sudah agak mendingan dok...

Dokter : Alhamdulillah kalau begitu, nenek harus banyak istrahat

ya biar cepat sembuh.

Bapak : Gimana dok keadaan orang tua kami?

Dokter : (Berbicara pada keluarga pasien) Alhamdulillah sudah

melihatkan banyak perkembangan. Orang tua bapak dan

ibu harus banyak beristirahat agar cepat sembuh, yang

sabar dan jangan lupa berdoa... kalau begitu saya permisi

dulu. (sambil meninggalkan ruangan)

Semua : Iya dok.


21

P1 : Kalau begitu kami juga permisi dulu ya pak, bu... nenek

kami permisi dulu ya, nek... nenek cepat sembuh... nanti

kalau ada perlu bantuan panggil kami diruangan perawat.

Ibu : Ya pak... terima kasih.

P2 : Mari pak, buk... mari nek.

Ibu : Ya pak.

(Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi

meninggalkan ruangan kamar Ny. Ratih)

Anda mungkin juga menyukai