Anda di halaman 1dari 3

Masa depan itu selalu identik dengan mimpi. Mimpi kecil yang diisi oleh harapan-harapan.

Sedangkan harapan-harapan itu dimulai dari sebuah keinginan.


Banyak orang yang sukses karena mimpi-mimpi kecilnya. Tetapi banyak juga orang yang gagal karena
mimpi-mimpi kecil itu. Jadi, dimana sih letak kesalahannya? Apa perbedaan antara dua hal ini yang
membuat hasilnya bertolak belakang?
Dalam merencanakan masa depan, kita memerlukan keseimbangan antara aksi dan tindakan. Bukan
sembarang bermimpi atau merancang. Merencanakan masa depan sama halnya dengan
merencanakan kehidupan. Seperti apakah kehidupan yang kita inginkan kelak? Apakah ingin tetap
statis tanpa perkembangan? Atau bergerak maju sesuai dengan keinginan? Dan ya, sejatinya hidup
ini terus memaksa kita untuk memilih. Tiada sesuatu yang kita rasakan tanpa mengorbankan hal
yang lain.
Banyak diantara orang-orang yang menjadikan masa depan sebagai tujuan dari hal – hal yang
membuat dirinya terus maju. Ada alasan dibalik semangat dan usahanya. Dibalik tindakannya, ada
motivasi yang terpancar untuk mewujudkan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya sehingga
rencana masa depannya tersusun jelas.

Dreaming, Planning, Do It, and Take Your Responsibility, kalimat seperti ini sering kita jumpai dari
berbagai macam sumber bacaan, benar? Kalimat ini memang sangat familiar dalam acara seminar
yang bertajuk motivasi yang fungsinya untuk menginspirasi hadirin agar selalu bersemangat meraih
mimpi, karena mimpi bukan sekadar imajinasi, tetapi langkah awal dari masa depan yang akan kita
raih kelak.
Dari kalimat di atas, saya akan ringkas menjadi tiga kata singkat, yakni : To be – To Do – To Have.

To be. Dalam kamus bahasa inggris, kata ini artinya menjadi. Memikirkan posisi apa yang kita
inginkan kelak. Bahasa sehari-harinya seperti ‘ingin jadi apa saya nanti?’. Misalnya,
“Saya ingin jadi dokter”,
“Saya ingin jadi pengusaha”,
“Saya ingin kuliah di luar negeri”, dan lain sebagainya.
Inilah deretan keinginan yang kita sebut dengan mimpi. Mimpi itu ibaratkan sketsa dari masa
depan. Untuk merencanakan masa depan, kita harus menyusun mimpi terlebih dahulu.
Menggambarkan keadaan kita seperti apa di kemudian hari. Ini merupakan tahap awal kita dalam
melangkah ke gerbang perjuangan.
Tetapi kendalanya, kita sering terganggu dengan suatu kondisi yang meramalkan bahwa kita tidak
akan bisa mencapainya dengan berbagai alasan, seperti : keterbatasan ekonomi, kecerdasan, status
dalam masyarakat, dan lain sebagainya yang membuat kita takut untuk melangkah. Hal-hal di atas
menjadi faktor pembatas dan pertimbangan dalam menyusun mimpi. Padahal ini tentang masa
depan yang akan kita jalankan. Mengapa masih ada keraguan dalam mencapainya?
Saat kita mulai mempertimbangkan posisi, ekonomi, kecerdasan dan hal lain yang menjadi factor
pembatas kita meraih mimpi, disitulah letak kekalahan sebenarnya. Kita kalah melawan diri kita
sendiri. Bagaimana kita bisa bersaing dengan orang lain jika bersahabat dengan diri sendiri tidak
bisa? Kecerdasan, ekonomi, posisi bukan menjadi faktor penghalang. Dia akan terpenuhi dengan
sendirinya jika kita sudah bisa mewujudkan mimpi itu. Jadi sebenarnya hal-hal di atas bukan menjadi
faktor pembatas, melainkan dampak dari masa depan itu sendiri.
Mengutip kalimat mutiara dari Soekarno yang berbunyi, “Bermimpilah setinggi langit. Jika Engkau
jatuh, Engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”. Mimpi setinggi langit dalam konteks tersebut
bukanlah berarti kita harus bermimpi diluar potensi kita. Kita juga harus sesuaikan potensi diri yang
kita miliki dengan mimpi kita.
Salah satu kegagalan seseorang ialah tidak mengenal dirinya sendiri. Apa yang membedakannya
dengan orang lain? Potensi apa yang ia miliki? Sekurang-kurangnya dia mengetahui apa yang ia
gemari. Barulah perencanaan itu dimulai. Saat kita mengetahui potensi diri kita sendiri,
kembangkanlah potensi itu dengan bermimpi terlebih dahulu. Misalnya potensi kita menulis, maka
kita bisa bermimpi tinggi menjadi penulis best seller terkenal yang karyanya dikenal oleh seluruh
dunia. Mimpi tinggi yang kita rencanakan akan menyalurkan semangat pada diri kita sendiri. Tetapi
hal yang salah jika mimpi tinggi itu diluar dari potensi kita, misalnya kita ingin jadi desainer terkenal
sedangkan potensi kita adalah menulis bukan menggambar.
Sebenarnya itulah maksud mimpi tinggi itu, bukan identik dengan takut atau diluar batas
kemampuan, melainkan mimpi yang masih memiliki batas yaitu potensi kita.

To do. Melakukan. Kunci dari kesuksesan adalah usaha dan disiplin. Dua hal ini menjadi tolak ukur
teralisasinya masa depan kita. Berkaca pada orang-orang sukses yang namanya tersohor di seluruh
dunia, tidak pernah ia menyebutkan kesuksesan yang ia raih dari kemalasannya. Berani bermimpi
tetapi malas bertindak sama saja nihil. Tidak akan ada hasil yang diperoleh jika masih terus
bermalas-malasan, menunda waktu,apalagi lalai. Tidak pernah ada kata lalai dalam kamus orang
sukses.
Kebanyakan manusia seperti itu. Sering mengumpulkan angan yang membuat ia resah sendiri jika
angan itu tidak sampai hingga saat ini. Ia hanya sibuk menunggu, tanpa memberikan aksi nyata
dalam keadaan untuk seimbang. Ada aksi – ada reaksi.
Padahal usaha merupakan kunci dari kesuksesan. Kegigihannya dalam bertindak, semangatnya
dalam meraih cita-cita salah satu perhitungan yang utama. Karena dari sinilah ada duka, suka,
gundah, kecewa, bahagia, dan segala rasa akan terjadi. Setiap perjuangan yang kita lakukan tidak
akan pernah mulus. Pasti ada likuan jalan untuk memperindahnya, sehingga orang yang resisten dan
ingin bangkitlah yang mampu bertahan.

To Have. Setelah perjuangan panjang yang ditempuh, pasti ada hasil yang diperoleh. Inilah hasil yang
akan kita peroleh dari deretan peristiwa yang kita alami dalam merealisasikan masa depan. Banyak
tantangan yang menahan emosi, ancaman yang membangkitkan semangat dan gangguan yang
meneguhkan pendirian. Semua hal itu tidak lain adalah untuk membentuk karakter kita sendiri.
Keteguhan, kemandirian, ketangguhan, kearifan adalah beberapa dari karakter yang dimiliki oleh
banyak orang sukses. Karena tidak banyak yang mampu bertahan dengan mimpinya ketika melihat
ada suatu hal yang menyulitkan usahanya. Padahal Allah Swt telah menerangkan dalam surah al
insyirah 6-7 yang isinya “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Nah, Allah sendiri
yang mengatakan kalimat itu dalam kitab sucinya yang 100 % kebenarannya. Masih adakah keraguan
untuk merancang masa depan?
Sadarkah kita jika skenario Allah Swt memang sangat indah? Ia tidak pernah tidur saat menjaga kita.
Setiap harapan yang kita inginkan akan disimpannya untuk dikeluarkan saat waktu yang tepat. Dan
dalam waktu penantian itu, ia menginginkan usaha dan tawakkal kita untuk memantaskan diri
bahwa kita siap untuk mempertanggung jawabkan impian itu. Kuncinya, hadirkan Allah dalam setiap
perbuatan yang kita lakukan. Dengan begitu, usaha yang kita kerjakan akan terasa mudah dan kita
tidak akan pernah takut untuk gagal dalam mewujudkan masa depan yang cerah.
Ini bukan tulisan yang dibalut dengan karya sastra indah mempesona, melainkan karangan bebas
dari penulis untuk melebarkan makna dari masa depan sesungguhnya. Dari batas paradigma penulis,
mencoba untuk memberikan inspirasi kepada pembaca yang sedang ragu untuk meraih langkah.

Anda mungkin juga menyukai