One Sesion
One Sesion
PENDAHULUAN
Rempeyek atau peyek adalah salah satu jenis makanan pelengkap dari
kelompok gorengan. Rempeyek merupakan jajanan khas nusantara yang dikenal
dengan aneka bahan pengisi berupa bahan hewani seperti ebi, udang, dan ikan teri.
Selain bahan pengisi tersebut, rempeyek juga biasanya memiliki bahan pengisi
dari bahan nabati seperti kacang tanah, daun bayam dan lain-lain. Rempeyek
terbuat dari tepung terigu yang diberi bumbu seperti bawang merah, bawang
putih, dan garam yang dicampur dengan air sehingga membentuk adonan kental
yang diberi bahan pengisi yang khas.
Rempeyek banyak ditemukan diwarung-warung makanan. Jajanan ini
sangat diminati oleh khalayak karena rasanya yang enak dan teksturnya yang
renyah, serta sangat cocok sebagai makanan pelengkap. Selain memiliki rasa yang
gurih, harga dari rempeyeek juga sangat ekonomis. Sehingga tidak sedikit dari
masyarakat, sangat menggemari rempeyek.
Salah satu inovasi baru yang ditemukan oleh beberapa mahasiswa
Universitas Tadulako khususnya Program Studi Kimia yang mengikuti Mata
Kuliah Kewirausahaan berhasil membuat rempeyek dengan bahan pengisi berupa
daun kelor. Produksi rempeyek daun kelor ini telah dipamerkan kepada pihak
kampus, mulai dari warga kimia dan juga dekan FKIP UNTAD. Inovasi baru ini
bisa menjadi sarana untuk pemanfaatan kelor yang lebih bermanfaat.
Kelor merupakan Tanaman yang telah dikenal selama berabad-abad sebagai
tanaman multi guna, padat nutrisi dan berkhasiat obat. Mengandung senyawa
alami yang lebih banyak dan beragam dibanding jenis tanaman lainnya yang ada.
Tanaman Kelor mengandung 46 anti oksidan kuat yang melindungi tubuh dari
radikal bebas, mengandung 18 asam amino (8 diantaranya esensial) yang
dibutuhkan tubuh untuk membangun sel-sel baru, 36 senyawa anti inflamasi, serta
90 nutrisi alami seperti vitamin dan mineral.
Selain kaya akan nutrisi dan manfaat bagi tubuh, kelor juga dapat
berkembang biak dengan baik khususnya di daerah tropis dengan ketinggian tanah
300-500 meter diatas permukaan laut. Meskipun kelor memiliki banyak manfaat
namun hanya sedikit saja yang bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki kelor.
Hal ini dapat kita lihat dengan kurangnya inovasi pemanfaatkan kelor itu sendiri.
Contohnya Kelor terkadang hanya digunakan sebagai tumbuhan liar, dan dikota
Palu Sulawesi Tengah, kelor biasanya hanya dimanfaatkan sebagai “Uta Kelo”.
Berdasarkan uraian di atas, maka rempeyek yang dikenal oleh masyarakat
hanya sebagai makanan pelengkap saja, bisa kemudian diubah menjadi makanan
khas nusantara yang memiliki nutrisi yang tingi dengan pengolahan rempeyek
daun kelor. Selain nutrisi yang baik untuk kesehatan dan memiliki nilai gizi yang
tinggi, rempeyek daun kelor ini juga bisa menjadi inovasi baru yang memiliki
nilai lebih dibidang ekonomi. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan uji
hedonik (uji kesukaan) untuk menilai rempeyek daun kelor tersebut melalui uji
organoleptik dan melakukan pengujian terhadap kadar karbohidrat, dan protein
pada daun kelor sebelum dan sesudah pengolahan menjadi rempeyek.
Selain itu ada pula (Rusdi, dll, 2012) juga membuat penelitian tentang
rempeyek ikan lele dumbo. Berdasarkan hasil penelitian penerimaan konsumen
terhadap rempeyekikan lele dumbo dengan penambahan jumlah tepung yang
berbeda. Dari hasil penelitianyang sudah selesai maka dapat disimpulkanbahwa
perlakuan X1 (penambahan jumlah10% tepung tapioka) dimana dapat dilihatdari
rata-rata Rupa rempeyek ikan lele dumbo4,46, rata-rata Rasa 6,88, rata-rata
Tekstur6,70, dan rata-rata Bau rempeyek ikan leledumbo 6,89. Sedangkan untuk
perlakuan X2(penambahan jumlah 20% tepung tapioka) dimana dapat dilihat dari
rata-rata Ruparempeyek ikan lele dumbo 5,08, rata-rataRasa 6,98, rata-rata
Tekstur 6,86, dan ratarataBau rempeyek ikan lele dumbo 6,90.Hasil analisa
proksimat yang meliputikadar protein, lemak, dan air yang telahdilakukan,
menunjukan bahwa perlakuanpenambahan tepung tapioka berpengaruhnyata
terhadap kadar protein, lemak, dan airpada rempeyek ikan lele dumbo pada
tingkatkepercayaan 99%.
2.2.1 Rempeyek
The Miracle Tree atau Moringa oleifera (bahasa latin) atau drumstick
(bahasa Inggris) adalah istilah yang biasa digunakan utuk tanaman yang benama
kelor. Istilah ini diberikan karena tanaman ini begitu padat akan nutrisi, multi
guna, dan berkhasiat sebagai obat serta seluruh bagiannya dapat dikonsumsi oleh
manusia. Allah telah menganugrahkan tanaman yang bisa kita manfaatkan mulai
dari akar, batang, daun, bunga, buah dan bijinya.
Daun Kelor dapat dipanen setelah tanaman tumbuh 1,5 hingga 2 meter, yang
biasanya memakan waktu 3 sampai 6 bulan. Namun dalam budidaya intensif yang
bertujuan untuk produksi daunnya, Kelor dipelihara dengan ketinggian tidak lebih
dari 1 meter. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik batang daun dari cabang
atau dengan memotong cabangnya dengan jarak 20 sampai 40 cm di atas tanah(A
dudi Krisnadi, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh (Syarifah, 2015) menjelaskan kadar nilai gizi
yag terkandung pada daun kelor segar dan daun kelor kering serta kandungan
nutrisi tepung daun kelor per 100 g yaitu sebagai berikut :
2.2.4 Organoleptik
2.2.6 Panel
Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan atau
kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis. Panelis adalah
sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan
kesan subyektif. panelis ke dikelompokkan dalam enam kelompok, yaitu :
panelis pencicipan perorangan, panelis pencicipan terbatas, panelis terlatih,
panelis agak terlatih dan, panelis konsumen (Kusmajadi Suradi, 2007).
Untuk penilaian mutu atau analisa sifat-sifat sensorik suatu komoditi panel
bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau sekelompok orang
yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subyektif.
Jadi penilaian makanan secara panel adalah berdasarkan kesan subyektif dari para
panelis dengan orosedur sensorik tertentu yang harus dituruti (Susiwi, 2009).
Dalam penilaian organoleptik dikenal beberapa macam panel. Penggunaan
panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuannya. Ada 6 macam panel yang
biasa digunakan, yaitu : 1) Pencicip perorangan (individual expert). 2) Panel
pencicip terbatas (small expert panel). 3) Panel terlatih (trained panel). 4) Panel
tak terlatih (untrained panel). 5) Panel agak terlatih. 6) Panel konsumen
(consumer panel) (Susiwi, 2009).
2.2.7 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk
dunia. 1 gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 Kal (kkal). Walaupun lemak
menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak dikonsumsi
sehari-sehari sebagai bahan makanan pokok khususnya pada negara-negara
berkembang. Sebagian besar karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
beras, gandum, jagung, kentang dan pada biji-bijian yang tersebar luas dialam.
Namun tidak semua karbohidrat dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Hal ini
disebabkan karena karbohidrat pada tanaman tersebut berbentuk selulosa
(membentuk dinding sel pada tumbuhan), pentosa dan galaktan. Beberapa
contohnya seperti kayu, kapas dan tumbuhan lain. Adapun yag dapat dicerna yaitu
zat tepung atau amylum dan dekstrin (Noviasri Dhamayanti,2017).
Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m dan merupakan senyawa
karbon yang mengandung atom hidrogen dan oksigen. Karbohidrat dibentuk dari
air (H2O) dan karbondioksida CO2 yang terdapat diudara dengan bantuan energi
matahari melalui proses fotosintesis. Karbohidrat yang terdapat dalam makanan
terdiri atas tiga golongan yaitu golongan monosakarida, golongan oligosakarida
dan golongan poligosakarida. Ketiganya tersusun dari betuk yang berbeda dalam
hal ini monosakarida merupakan karbohidrat yang sederhana seperti glukosa,
fruktosa, galaktosa dan ribosa yang tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
menjadi karbohidrat lainnya dan hanya memiliki beberapa atom karbon saja serta
memiliki rasa manis. Adapun oligosakarida paling banyak ditemukan dialam
dalam bentuk disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa serta mempunyai
molekul yag terdiri dari dua sampai delapan molekul monosakarida dan rasanya
juga manis. Sedangkan poligosakarida merupakan senyawa yag memiliki molekul
besar dan lebih kompleks dari pada monosakaridan ataupun oligosakarida.
Poligosakarida terdiri dari banyak molekul monsakarida dan tidak mempunyai
rasa manis. Beberapa contohnya ialah amylum, glikogen, dekstrin, dan selulosa
(Umi Qalsum, 2015).
Karbohidrat bukan hanya sebagai sumber penghasil energi utama tetapi
juga sebagai senyawa yang menyimpan energi kimia. Pada hewan dan manusia
energi disimpan dalam bentuk glikogen sedangkan dalam tumbuhan sebagai pati.
Dalam tubuh manusia karbohidrat mengalami proses metabolisme yang akan
menghasilkan antara lain glukosa dalam darah dan glikogen yang disintesis dalam
hati sebagai sumber energi. Selain itu karboohidrat juga berfungsi mencegah
ketosis serta membantu metabolisme lemak dan protein(Nur Wahidah, 2015).
2.2.8 Protein
Protein merupakan komponen yang sangat penting dalam proses
metabolisme tubuh dan merupakan zat utama dalam pembentukan, pertumbuhan
tubuh, pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur
keseimbangan air, memelihara netralita tubuh, pembentukan antibodi,
mengangkut zat-zat gizi dan sumber energi. Protein terbagi menjadi dua ada yang
berasal dari hewan ( protein hewani) dan ada yang berasal dari tumbuhan (protein
nabati). Sumber protein berupa daging, susu, telur, ikan, beras, kacang, kedelai,
gandum, jagung, dan buah-buahan (Noviasri Dhamayanti,2017).
Protein terbentuk dari asam amino yang yang dihubungkan dengan ikatan
peptida dan memiliki rumus umum yaitu :R—CH—COOH
NH2
Protein sering sekali disebut sebagai polipeptida karena jumlah peptidanya
yang dihasilkan sangat banyak dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan
peptida membentuk peptida.Satu molekul protein terdiri dari 12 sampai 18 macam
asam amino. Asam amino penyusun protein seperti glisin, alanin, valin, isoleusin,
leusin, serin, treonin, asam aspartat, asam glutamat, asparagin, lisis, argnin,
histidin, sistein, metionin, prolin, fenilalanin, tirosin, triptofan(Noviasri
Dhamayanti,2017).
Protein memiliki standar mutu, ada protein yang bermutu tinggi dan ada
protein yang bermutu rendah. Hal ini tergantung pada asam-asam aminonya. Ada
protein yang memiliki asam amino pembatas dan teergolong protein bermutu
rendah seperti sereal yang asam pembatsnya berupa lisis, dan kacang-kacangan
asam amino pembatasnya yaitu metionin. Sedangkan protein bermutu tinggi
memiliki asam amino esensial seperti yang terdapat pada telur, daging dan susu.
Sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan degan susunan hidangan
yang beragamatau biasa disebut sebagai menu seimbang agar kekuragan asam
amino dari bahan makanan yang satu dapat ditutupi dengan kelebihan asam amino
dari bahan makanan lainnya.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kelor merupakan tanaman yang padat akan nutrisi, multi guna, dan
berkhasiat sebagai obat serta seluruh bagiannya dapat dikonsumsi oleh manusia
mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah dan bijinya. Banyaknya khasiat dari
tanaman ini membuatnya dijuluki sebagai The Miracle of tree. Selain kaya akan
manfaat tanaman ini juga mudah tumbuh dan berkembang di daerah yang
memiliki iklim tropis maupun sub tropis dengan ketinggian tanah berkisar 300-
500 M pada permukaan laut. Kemudahan yang didapatkan ini, tidak lantas
membuat tanaman ini banyak di manfaatkan dalam bentuk produk pangan, dan
biasanya hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak, tumbuhan liar atau sayur masak
yang biasa disebut masyarakat kota Palu “UTA KELO” . Namun demikian masih
banyak pemuda yang tidak berhenti membuat inovasi baru guna meningkatkan
produk pangan yang kaya akan nutrisi dan juga ekonomis. Inovasi produk pangan
yang dimaksud ialah rempeyek daun kelor. rempeyek daun kelor dibuat dari
bahan-bahan seperti tepung terigu yang dicampur dengan daun kelor dan beberapa
tambahan bahan seperti bawang merah, bawang putih dan penyedap rasa. Untuk
melihat dan menilai tngkat kesukaan konsumen terhadap produk pangan tersebut
maka peneliti bermaksud untuk melakukan pengujian dengan uji organoleptik
pada rempeyek daun kelor tersebut. Pengujian organoleptik ini banyak digunakan
pada produk pangan yang sama namun dengan bahan yang berbeda, seperti pada
uji organoleptik rempeyek lidah mertua, dan uji organoleptik pada rempeyek ikan
lele dumbo yang bertujuan untuk menilai tingkat kesukaan konsumen/panelis
terhadap suatu produk pangan.
Daun kelor segar, daun kelor yang telah digoreng dan daun
kelor yang sudah diolah menjadi rempeyek
Nama Panelis :
Pria/Wanita :
Tanggal :
Perintah :Ciciplah Rempeyek daun kelor, nyatakan kesukaan Anda terhadap karakteristik
organoleptik
Jenis Pengujian Tingkat Kesukaan
Sangat suka Suka Tidak suka Sangat tidak
suka
1. Warna
2. Kereyahan
3. Rasa
4. Aroma
Skala Numerik :sangat suka (4), suka (3), tidak suka (2), sangat tidak suka (1).
Larutan standar
glukosa 1000 ppm
Dibuat
deret
0 ppm, 10 ppm, 20
ppm, 30 ppm, 40 pp,
dan 50 ppm
Mengukur absorban
pada panjang
gelombang 410 nm
Spektrofotometer
UV-VIS
Filtrat
Spektrofotometri UV-VIS
Menghitung kadar
karbohidrat
4. Analisis kadar protein
Tepung daun kelor segar, tepung daun kelor
goreng, dan tepung rempeyek daun kelor
Larutan jernih
Fithri Fakhrunnisa Alkam, 2014. Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Biskuit
Tepung Terigu Dan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)Dengan
Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Laksmi Karunia Tanuwijaya, Amanda Putri Gita Nawangsasi, Ismi Indah Ummi,
Titis Sari KusumaAmalia Ruhana, 2016), Potensi “KHiMeLor” sebagai
Tepung Komposit Tinggi Energi Tinggi Protein Berbasis Pangan Lokal.
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2016, Vol.3 No.1 Suplemen :
71 – 79.
Nur Wahidah (2015). Analisis senyawa metabolik primer pada jamur merang
(Volvariela volvaceae) didaerah perkebunan kelapa sawit lalundu. Skripsi.
Universitas Tadulako. Palu.
Umi Qalsum (2015). Analisis kadar karbohidrat, lemak dan protein dari tepung
biji mangga (Mangifera indica L) jenis gadung. Skripsi. Universitas
Tadulako. Palu
MASNA
A 251 13 065
PROPOSAL