Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mawar (Rosa sp.) dijuluki ratu segala bunga karena keindahannya,

keanggunan dan keharumannya. Tanaman hias ini memiliki nilai ekonomi yang

tinggi, diminati konsumen dan dapat dibudayakan secara komersial dan terencana

sesuai dengan permintaan pasar (Santika, 1996).

Tanaman mawar berbentuk semak dan tergolong tanaman yang

mempunyai umur panjang atau tahunan. Memiliki stuktur batang berkayu,

bercabang banyak, menghasilkan bunga secara terus menerus. Selama siklus

hidupnya tanaman mawar terus tumbuh seolah-olah tidak terbatas dan masa

produksinya berulang-ulang (Rukmana, 1995).

Bunga mawar memiliki malai yang berbentuk sederhana hingga seperti

karangan bunga. Helaian mahkota bunganya ada yang selapis dan ada yang

bersusun. Semua jenis bunga mawar yang ada berduri melengkung ke bawah dan

tajam (Rismunandar, 1992).

Giberellin merupakan salah satu hormon yang terdapat dalam tanaman

berbentuk senyawa isoprena yang berperan dalam pemanjangan dan pembesaran

sel juga merangsang pembungaan (Lakitan, 1996).

Giberelin banyak digunakan dalam penelitian fisiologi tanaman. Tanaman

yang mendapat perlakuan giberelin umumnya memberikan respon pemanjangan

batang dan pembelahan sel. Giberelin dapat menginduksi pembungaan pada

tanaman suhu rendah dalam menginduksi pembungaan dan mempercepat

pemanjangan tangkai bunga pada kondisi tidak induktif (Arteca,1996).

1
Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui

bagaimana pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh giberelin terhadap

pembungaan tanaman mawar.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan paper ini sebagai salah satu syarat untuk

dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tnaman Unit Dasar

Agronomi, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi dan bermanfaat bagi

yang membutuhkan

2
TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Giberelin

Giberelin banyak digunakan dalam penelitian fisiologi tanaman. Tanaman

yang mendapat perlakuan giberelin umumnya memberikan respon pemanjangan

batang dan pembelahan sel. Giberelin dapat menginduksi pembungaan pada

tanaman suhu rendah dalam menginduksi pembungaan dan mempercepat

pemanjangan tangkai bunga pada kondisi tidak induktif (Arteca,1996).

Pemberian giberelin eksternal juga membantu dalam menggantikan

giberelin endogen. Beberapa genotip dari tanaman Red clover gagal untuk

berbunga pada berbagai kondisi lingkungan, hal ini diduga disebabkan merujuk

alasan bahwa tanaman tersebut tidak memiliki giberelin endogen dalam jumlah

yang cukup. Kondisi defisiensi giberelin endogen ini digantikan oleh aplikasi

giberelin eksternal, sehingga tanaman ini mulai berbunga kembali

(Krishnamoorthy, 1981).

Kebanyakan tanaman merespon terhadap pemberian giberelin dengan

pertambahan panjang batang. Namun hasil yang tidak berbeda nyata tersebut bisa

disebabkan adanya kultivar spatifilum yang sangat responsif terhadap pemberian

giberelin, ada pula yang kurang peka, dan juga sensitif hanya membutuhkan

konsentrasi rendah (Wattimena, 1988)

Botani Tanaman Mawar

Mawar merupakan tanaman semak berkayu dengan duri pada batang.

Daun mawar adalah daun majemuk yang terdiri dari 3, 5, 7 helai daun.

Tulang daun meyirip dengan tepi daun bergerigi. Kelopak bunga mawar terdiri

dari lima helai atau kelipatannya. Dalam satu tangkai bunga potong akan

3
tumbuh 1–6 kuncup bunga, tetapi tidak semuanya dibiarkan tumbuh. Hal ini agar

bunga yang diperoleh berukuran besar dan mempunyai kelas ukuran yang

baik. Tangkai bunga mawar potong biasanya akan dipotong sekitar 75 cm

mendekati dasar tangkai agar dapat memenuhi kriteria pasar (Mattjik, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim

Mawar mini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 18-24 °C, suhu yang baik

untuk pengakaran mawar yaitu 23-24 0C dan umumnya memerlukan karbon

dioksida 700-1000 ppm. Kelembaban udara yang baik untuk tanaman mawar

sekitar 60-75% (Dole dan Wilkins, 2005).

Tanah

Penanaman dapat dilakukan secara langsung pada tanah secara

permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah

liat berpasir (kandungan liat 20 - 30%), subur, gembur, banyak bahan

organik, aerasi dan drainase baik. Pada tanah latosol, andosol yang memiliki

sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik dengan pH tanah 5.5– 7.0

(Adriance, 1979)

4
PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP PEMBUNGAAN

TANAMAN MAWAR (Rosa hybrida Hort)

Pengertian Tanaman Mawar

Mawar adalah tanaman berbentuk semak dan memiliki stuktur

batang berkayu, bercabang banyak, dan mampu menghasilkan bunga secara terus

menerus. Hal ini sesuai dengan literatur Mattjik (2010) yang menyatakan bahwa

Mawar merupakan tanaman semak berkayu dengan duri pada batang. Daun

mawar adalah daun majemuk yang terdiri dari 3, 5, 7 helai daun. Tulang

daun meyirip dengan tepi daun bergerigi. Kelopak bunga mawar terdiri dari lima

helai atau kelipatannya. Dalam satu tangkai bunga potong akan tumbuh 1–6

kuncup bunga, tetapi tidak semuanya dibiarkan tumbuh. Hal ini agar bunga yang

diperoleh berukuran besar dan mempunyai kelas ukuran yang baik.

Tangkai bunga mawar potong biasanya akan dipotong sekitar 75 cm

mendekati dasar tangkai agar dapat memenuhi kriteria pasar.

Budidaya tanaman mawar cocok di lakukan di dataran tinggi dengan suhu

yang relatif rendah, dengan membudidayakan mawar di dataran tinggi maka

produksi mawar akan maksimal. Hal ini sesuai dengan literatur Dole dan Wilkins,

(2005) yang menyatakan bahwa Mawar mini dapat tumbuh dengan baik pada

suhu 18-24 °C, suhu yang baik untuk pengakaran mawar yaitu 23-24 0C dan

umumnya memerlukan karbon dioksida 700-1000 ppm. Kelembaban udara yang

baik untuk tanaman mawar sekitar 60-75%

5
Keunggulan Menanam Mawar (Rosa hybrida Hort) dengan Pemberian Giberelin

Pemberian giberelin pada tamanan mawar akan memacu pertumbuhan

tanaman melalui peningkatan tinggi tanaman dan luas daun serta merangsang

terjadinya pembungaan. Hal ini sesuai dengan literatur Arteca (1996) yang

menyatakan bahwa tanaman yang mendapat perlakuan giberelin umumnya

memberikan respon pemanjangan batang dan pembelahan sel. Giberelin dapat

menginduksi pembungaan pada tanaman suhu rendah dalam menginduksi

pembungaan dan mempercepat pemanjangan tangkai bunga pada kondisi tidak

induktif

Mawar sebagai tanaman yang dipanen bunganya, perlu diperpendek masa

panennya dan ditingkatkan kualitas bunganya, antara lain dengan: penambahan

besarnya bunga, mempercepat pembungaan, memperbanyak bunga hal ini dapat

dilakukan dengan penambahan giberelin pada tanaman mawar hal ini sesuai

dengan literatur Krishnamoorthy (1981) yang mengatakan bahwa suatu tanaman

untuk menuju ke fase berbunga akan berkorelasi dengan jumlah dan jenis

kandungan giberelin.

Dengan menambahkan giberelin ke tanaman mawar mampu meningkatkan

kemampuan mawar untuk menghasilkan bunga. Hal ini sesuai dengan literatur

Krishnamoorthy,(1981) yang menyatakan bahwa beberapa genotip dari tanaman

Red clover gagal untuk berbunga pada berbagai kondisi lingkungan, hal ini diduga

disebabkan karena tanaman tersebut tidak memiliki giberelin endogen dalam

jumlah yang cukup. Kondisi defisiensi giberelin endogen ini digantikan oleh

aplikasi giberelin eksternal, sehingga tanaman ini mulai berbunga kembali.

6
Kelemahan Menanam Mawar (Rosa hybrida Hort) dengan Pemberian Giberelin

Tidak semua tanaman mawar bisa menunjukkan respon terhadap

pemberian giberelin. Hal ini sesuai dengan literatur Wattimena (1988) yang

menyatakan bahwa kebanyakan tanaman merespon terhadap pemberian giberelin

dengan pertambahan panjang batang. Namun hasil yang tidak berbeda nyata

tersebut bisa disebabkan adanya kultivar spatifilum yang sangat responsif

terhadap pemberian giberelin, ada pula yang kurang peka, dan juga sensitif hanya

membutuhkan konsentrasi rendah

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan cara yang efektif dan

efisien penambahan giberelin terhadap tanaman mawar membutuhkan konsentrasi

yang benar-benar tepat. Hal ini sesuai dengan literatur Mudyantini (2001) yang

menyatakan bahwa konsentrasi yang efektif pada GA baik untuk memperbesar

diameter, tebal bunga, panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar adalah

30 ppm, sedangkan pada konsentrasi GA yang lain walaupun hasilnya sudah lebih

baik dari kontrol, tetapi kurang efektif

7
KESIMPULAN

1. Mawar adalah tanaman berbentuk semak dan memiliki stuktur batang

berkayu, bercabang banyak, dan mampu menghasilkan bunga secara

terus menerus.

2. Budidaya tanaman mawar cocok di lakukan di dataran tinggi dengan

suhu yang relatif rendah.

3. Pemberian giberelin pada tamanan mawar akan memacu pertumbuhan

tanaman melalui peningkatan tinggi tanaman dan luas daun serta

merangsang terjadinya pembungaan.

4. Dengan menambahkan giberelin ke tanaman mawar mampu

meningkatkan kemampuan mawar untuk menghasilkan bunga.

5. Tidak semua tanaman mawar bisa menunjukkan respon terhadap

pemberian giberelin.

6. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan cara yang efektif dan

efisien penambahan giberelin terhadap tanaman mawar membutuhkan

konsentrasi yang benar-benar tepat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arteca R.N. 1996. Plant Growth Substance : Principle and Aplication. Chapman
& Hall,USA.

Adriance, G. W. and F. R. Brisco. 1979. Propagation of Horticultural Plants. R. E.


Krieger `Pub. Co. Michigan. 298 p.

Anderson JJD. 1977. Agricultural Decision Analysis. Ames : Iowa State


University Press.

Dole, J. M. and H. F. Wilkins. 2005. Floriculture Principles and Species. Prentice


Hall, Upper Saddle River. New Jersey. 161 p.

Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant growth subtances including applications in


agriculture. Tata Mc. Graw. Hill, Publishing Co. Ltd. New York.

Lakitan, Benyamin .1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.


Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Mattjik, N.A. 2010. Mawar, hal 139-157. Dalam A. Purwito (Ed.). Budidaya
Bunga Potong dan Tanaman Hias. IPB press. Bogor.

Mudyantini, W. 2001. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh GA dan NAA terhadap


Pembungaan pada Mawar (Rosa hybrida Hort.): Biosmart Volume 3,
Halaman: 29-34 . UNS Surakarta press. Surakarta.

Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, H.R. 1995. Bugenvil – seri tanaman hias. Kanisius. Yogyakarta

Santika, A. 1996. Arah dan strategi penelitian tanaman hias untuk menunjang
sistem usaha pertanian berwawasan agribisnis. Seminar Penelitian Tanaman
Hias, Jakarta, 20 Maret 1996. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas.


Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai