Anda di halaman 1dari 9

Babad Bali

NAMA KELOMPOK:
NI PUTU META DIANA PUTRI (24)
NI PUTU NOVIRAYANTI (25)
NI PUTU SONIA (26)
PUTU RISMA JULIANTO ARDIKA (29)
FARA CESILIA PARAMITHA (32)
Silsilah dan Keturunan Pasek Gelgel di Bali

Raja Çri Gajah Waktra mengangkat I Gusti Bendesa Mas sebagai Amancabhumi selaku
penguasa di daerah Mas dan sekitarnya. Pada hari Senin Umanis, wuku Sungsang, musim tanam
sasih Karo Tahun Çaka 1257 (Bulan Juli 1335). Juga diangkat keturunan Sang Sapta Rsi lainnya,
antara lain I Gusti Smaranathadengan tugas sebagai pengeling (pengawas) Pura Penganggih
Batur Desa Gelgel. Sedangkan I Gusti Smaranatha diangkat sebagai amancabhumi dengan
abisheka Kyayi Smaranatha. Sedangkan I Gusti Pasek Gelgel diangkat Amancabhumi selaku
penguasa daerah berkedudukan di Gelgel bergelas I Gusti Agung Pasek Gelgel, dengan daerah
kekuasaannya yaitu Pulau Nusa Penida, Batulahak sampai ke Desa Takmung.
Pada tahun Çaka 156 (tahun 1334 M) di Majapahit terjadi Perubahan dengan diangkatnya Gajah
Mada menjadi Maha Patih Hamengkubhumi. Pada suatu pesamuan agung (Rapat Besar) di
Majapahit, Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada, mengatakan bahwa dia tidak
akan beristirahat apabila seluruh nusantara belum dapat disatukan. Kata-kata beliau itulah yang
kemudian disebut Sumpah Palapa, yang menimbulkan kesalahpahaman Raja – Raja di seberang
lautan termasuk Raja Çri Gajh Waktra. Sumpah palapa ini dianggap sebagai politik ekspansi
daerah dan kekuasaan dari Raja Majapahit, sehingga menimbulakan renggangnya hubungan
antara Raja Bali dengan Majapahit. Olehsebab itu Raja Çri Gajah Waktra dijuliki Bedahulu.
Julukan itu diberikan karena berbeda pandangan dengan pemerintahan pusat di Majapahi

Ketika Sira Brahmana beryoga, adalah Ratu Bali yang bernama Ki Mpu Witadharma yang
memerintah di Kuntuliku. Beliau mempunyai putra bernama Ki Mpu Wiradharma. Kemudian
Mpu Wiradharma menurunkan Ki Mpu Lampita, Ki Mpu Ajnyana dan Ki Mpu Pastika. Ki Mpu
Lampita menurunkan Ki Mpu Kuturan dan Mpu Pradah. Ki Mpu Ajnyana menurunkan Ki Mpu
Panabda. Ki Mpu Panabda diajak tinggal di Padang dan pindah dari Jawa, tetapi Mpu Pradah
tidak ikut.Kemudian Ki Mpu Panabda kemenakan dengan Mpu Kuturan dan Mpu Panabda
menurunkan Ki Mpu Jiwaksara. Mpu Jiwaksara menurunkan Ki Mpu Ketek yang nantinya
melahirkan Arya Tatar. Arya Tatar menurunkan Ki Patih Ulung, Putra Ki Patih Ulung yang
bernama Ki Semar ini kawin dengan Ni Wredani dan melahirkan Ki Langon, Ki Langon inilah
menurunkan Ki Pasek Gelgel, Ki Pasek Denpasar dan Ki Pangeran Tangkas. Keturunannya ini
yang nantinya memerintah di Bali lebih-lebih pada jayanya Majapahit.Pada saat Ki Mpu Bradah
ini memerintah, diangkatnya Sengguhu di Kuntuliku. Mpu Bradah ini sangat gaib dan selalu
beranjangsana ke Jawa dan ke Bali sehingga diperingati dengan adanya Sugian Jawa dan
Sugihan Bali. Mantra, japa, jampi dari Hyang Iswara. Jampi-jampi Hyang Wisnu untuk
diucapkan demi keselamatan dunia. Dalam hal ini dilengkapi dengan sarana pecaruan
sajian.Tersebutlah Bhatara Brahma berputra Bhatara Gni Jaya yang berstana di Besakih yang
nantinya menurunkan 5 orang putra yang bernama Sira Wang Bang Sidhimantra.
Sang Mpu Witadharma dan Sira Sang Kul Putih yang memerintah di Madura, Mpu Witadharma
datang ke Gelgel bersama Hyang Gnijaya yang berstana di Gunung Lempuyang.
Suatu ketika datang putra beliau dari Majapahit bersama para Resi tiba lah di Padang. Putranya
itu bernama Sang Kul Putih. Perjalanan beliau ini adalah ke Gelgel, bertemu dengan Sang Mpu
Witadharma dan pergi ke Besakih bertemu dengan Mpu Pradah. Setelah itu Hyang Gnijaya
moksa dan Sang Kul Putih bersama keluarganya tetap tinggal di Besakih.
Semua prati-santana dari Bhatara Gnijaya yang selalu bakti dan hormat ke Gunung Lempuyang
dan mendirikan mereka Parhyangan.Setelah lama beliau berada di Besakih, datanglah turunlah
Bhatara yang terkenal amat sakti yaitu putra dari Bhatara Pasupati dari Gunung Mahameru. Putra
itu bernama Bhatara Mahadewa adik dari Bhatari Danu Permaisuri Bhatara di Gunung Batur.
Kemudian diceriterakan Sang Kul Putih moksa di Besakih menuju Sunialoka. Begitu pula Ki
Pasek kembali pindah menuju Gelgel, dan Ki Pasek Prateka pindah dari Lempuyang. Sebelum
Ida meninggalkan dunia, beliau dapat memberikan ajaran kepada putra Ki Pasek Gelgel, Ki
Pasek Denpasar, Ki Pangeran Tangkas, Ki Pasek Tohjiwa, Ki Pasek Nongan, Ki Pasek Prateka
agar melaksanakan upacara dan selalu hormat kepada Ida Bhatara. Juga mengenai ajaran
pelaksanaan upacara yajnya seperti kacuntakan dan pelaksanaan pitra yajnya.Diceriterakan Ki
Kabayan di Pura Besakih yang bernama Toh Jaya yang memangku Ida I Dewa Ratu Kidul. Dan
Ki Pasek Selat yang bernama I Sedahan menjaga hasil bumi yang dipergunakan untuk
melaksanakan upacara di Besakih dan kedua beliau ini membuat peraturan- peraturan dengan
istilah Raja Purana.Kemudian disebutkan kedatangan Raja Majapahit di bawah Gajah Mada ke
Bali untuk membekuk raja Bali yang bernama Dalem Beda-Danaya yang terkenal sakti dan
angkara murka. Kedatangan Gajah Mada bersama Patih Mega Prawa Tatar ke Bali atas petunjuk
dari Bhatara Mahadewa untuk menghancurkan angkara murka. Pemerintahan di Bali selalu
menerapkan tata pemerintahan di Majapahit baik parhyangan, tata wilayah dan tata pergaulan
manusianya.Setelah penertiban pemerintahan Dalem, diadakan pembagian kekuasaan
(Mandesain) kepada keturunan (keluarga Ki Pasek) sebab Ki Pasek Gelgel sangat hormat kepada
Dalem. Seperti misalnya Ki Pasek menguasai Batur, Songan dan sebagainya. Ki Bandesa di
Datah, Tista, Juntal, Tulamben, di Kubu, dan di Baturinggit. Sedangkan untuk tugas keamanan di
Dalem, diangkat lah Ki Pangeran Tangkas.Diceriterakan batas- batas daerah Ki Pasek Ngis yaitu
di kulon perbatasan dengan Gunung Umbalan, di sebelah wetan berbatasan dengan belokan
sungai, di sebelah Kidul. Juga pemeliharaan babi, pertanian diatur dengan seksama. Bila mana I
Pasek mendirikan bangunan, patut lah I Pasek Ngis mengerjakan kayunya.
Silsilahdan Keturunan Babad Pasek Bandesa

Diceriterakan keturunan I Gede Manik Mas, berempat di Jembrana di Banjar Wani Tegeh
yang asalnya dari Majapahit.
Adalah keturunannya yang berada di Pujungan bernama I Gede Tobya. Ada juga di Beratan
yang bernama I Gede Jagra. Senang lah hati Ida Ayu Swabawa, yang berstana di Pulaki
dipuja oleh orang Sumedang. Yang ada di Pujungan dan Beratan dengan tekun mempelajari
ajaran Canting Mas, Siwer Mas seperti Weda Sulambang Gni, Pasupati Rancana.
Inilah yang diterapkan oleh I Gede Bandesa Mas. Bila mana ada keturunan Ki Bandesa Mas,
pandai dengan ajaran agar diimbangi dengan perbuatan.

Diceriterakan Ida Bhatara Danghyang Dwijendra pergi ke Gelgel, diiringkan oleh turunan Ki
Gede Bandesa Mas. Kemudian sebelum Ida ke Gelgel, di mana putrinya Dewa Ayu
Swabawa disembunyikan, lalu dikutuknya penduduk Pulaki hingga lenyap.
Tersebut pemerintahan Dalem di Gelgel, datanglah Sri Aji Kepakisan. Beliau lah mendirikan
Gelgel, dengan para Punggawa, Manca, dan Prajuru yang dilengkapi dengan Pendeta Siwa
Buddha dan Bhujangga. Pengiring dari Sri Kresna Kepakisan adalah Arya Kuta Waringin,
Sira Arya Manguri, Sira Arya Dalancang, dan Sira Arya Guda dan yang diandalkan adalah
Ki Patih Ularan, Ki Pangeran Pasek Gelgel, Ki Gede Bandesa dan juga para prajurit sekalian.

Kemudian berkata lah Ida Dalem kepada Ki Pangeran Pasek.


Oleh karena baktinya Ki Bandesa terhadap sira Kresna Kepakisan, maka diberi jabatan Ki
Bandesa Mas.
Adapun para putra beliau seperti Ki Gusti Agung, Ki Gusti Nginte, Ki Gusti Jelantik, Ki
Gusti Pinatih, Ki Gusti Dawuh, Ki Gusti Lanang, Ki Gusti Tapa Lare dan sebagainya. Juga
para pangeran, Ki Pasek Gelgel, Ki Gede Bandesa Manik Mas, Ki Gede Dangka, Ki Gede
Gaduh, Ki Gede Tangkas Agung Duryan, I Gede Kabayan, Ki Gede Pamregan, dan Ki Gede
Abyan Tubuh.
Ada lagi keturunan dari mempelai istri yang bernama Ki Gede Pulasari, Ki Gede Babandem,
Ki Gede Salahin, Ki Gde Kamoning, dan Ki Gede Suruh. Keturunan Ki Pasek Gelgel
sebanyak 8 orang seperti Pangeran Gelgel, Pangeran Abyan Tubuh, Pangeran Selat,
Pangeran Sibetan, Pangeran Dangan, Pangeran Batur dan Pangeran Anyaran. Juga
diceritakan Warga Pasek Bali Mula (warga pasek sebelum kedatangan Sri Kresna Kepakisan
ke Bali), yaitu Pasek Kedisan, Pasek Sukawana, Pasek Taro, Pasek Celagi, Ki Gede Bandesa
Gelgel menurunkan Pangeran Bandesa Gelgel dan Pangeran Manik Mas. Ki Pangeran Gelgel
berputra Ki Abyan Tubuh, Ki Gede Selat dan Ki Gede Samping. Ki Pangeran Manik Mas
menurunkan Ki Gede Manik Mas dan Ki Gede Pasar Badung, Ki Gusti Agung bersama Ki
Gusti Kaleran bertentangan dengan Dalem dan membuat daya-upaya bersama Ki Gusti
Lanang Jungutan. Dan Ki Gusti Tapa Lare dan para putranya sehingga daya upaya ini yang
menyebabkan banyak para Arya di Gelgel. Dan juga para Pangeran sekalian seperti Ki Gede
Pasek Gelgel, Ki Gede Bandesa Manik Mas, Ki Gede Dangka, Ki Gede Gaduh, Ki Gede
Tangkas Agung Duryan, Ki Gede Kubhayan, Ki Gede Pamregan, Ki Gede Abyan Tubuh.

Ada pula Pangeran dari Pradana (keluarga wanita) dari Sri Aji Bali seperti Ki Gede Bala
Pulasari, Ki Gede Babandem, Ki Gede Salahin, Ki Gede Kamoning dan Ki Gede Suruh.
Demikian banyaknya keluarga Pangeran.
Diceriterakan keturunan Ki Pasek Gelgel yang menurunkan 8 orang- yaitu Pangeran Gelgel,
Pangeran Abyan Tubuh, Pangeran Slat, Pangeran Sibetan, Pangeran Dangan, Pangeran Batur
dan Pangeran Anyaran.

Ada juga Warga Pasek Bali Mula (asli) yaitu pasek Kedisan, pasek Sukawana, Pasek Taro,
Pasek Celagi, dan Pasek Kayu Selem. Putra dari Ki Gede Bandesa Gelgel adalah Pangeran
Bandesa Gelgel dan Pangeran Manik Mas. Pangeran Gelgel kemudian menurunkan Ki Gede
Abyan Tubuh, Ki Gede Selat dan Ki Gede Samping. Sedangkan Ki Pangeran Manik Mas
berputra 2 orang yang bernama Ki Gede Manik Mas dan Ki Gede Pasar Badung.
Ki Gusti Agung, Ki Gusti Kaleran, dan para manca membuat kekacauan dan menentang Ida
Sri Kresna Kapakisan dengan jalan bersekongkol dengan raja Karangasem dan para putra-
putranya sekalian. Kemudian Ida Sang Aji Bali diutus ke Besakih dengan melihat kahyangan
yang ada di Bali. Para putra Pasek Bali Mula ada yang di Payangan, di Carangsari, di Desa
Tegal Lalang, di Blahbatuh, ada di Negari, di Sibang, di Lukluk di Batu Sepih Badung,
Marga, Penebel, Wanasari dan sebagainya.

Putra Ki Pasek Kubhayan ada di Batur, Tabanan, Baturiti, Pajaten, di Kerambitan, Antasari,
dan Sanda. Dan yang di Tabanan menurunkan di Gobleg.

Putra Ki Gede Abyan Tubuh, mengungsi ke Pandak di Badung, Sibang Beranjingan, Bajra,
Sanda Buleleng dan di Banjar. Putra Ki Pasek Gelgel yang berada di Gianyar, ada yang ke
Blahbatuh, ke Mengwi, Badung, Tabanan, Buleleng, dan yang di Kediri diangkat menjadi
Prabekel. Mengenai putra Ki Gede Manik Mas minggat dari rumah. Kemudian Ki Gede
Abyan Tubuh berada di Mangwi sehingga anak cucu beliau mengaku berasal dari Mengwi,
Ke Jimbaran, ke Kaba-Kaba, ada yang ke Tabanan. Diceriterakan putranya yang ada di
Jimbaran yang mempunyai putra yang bernama Ki Gede Bandesa Gumyar seorang dukun
yang tinggal di Desa Tangkan. Ada pula yang ke Blahbatuh ada yang ke Desa Canek, ke
banjar Tunon dan ada yang ke Payangan. Ki Gede Bandesa Selat menyebar, ada di Selat, di
Apuan, di Desa Duda, di Tirta, di desa Tista Karangasem, di Taman Bali, di Panarungan, di
Marga dan ke Jelantik. Ki Gede Dangka, menurunkan putra yang menghamba di Klungkung
dan selanjutnya pindah ke Badung tinggal bersama Ida Padanda Raka dan Geria Gede. Dari
Geria Gede lalu-pindah ke Sesetan. Putranya yang lain ada di Baturiti, ada di Buleleng, dan
ada juga di Tohpati.
Perjalanan Ki Gede Samping ke Badung, yang selanjutnya pindah-pindah ke Mengwi, ke
Marga dan sampai ke Jembrana.

Dan turunan Ki Bandesa Manik Mas juga menyebar ke desa-desa seperti ke desa Batan
Tingkih, Tulikup, ke Blahbatuh, ke Gunung Bangli, di Pejeng, di Sempidi, di Bongkasa,
Tabanan, Wanagiri, Sanda, Buleleng, Gobleg, di Munduk Sawan, Jagaraga, Sangsit,
Sukasada, dan di Banjar.
Keturunan Ki Bandesa Pasar Badung menyebar dari Gelgel menuju Gianyar, di Blahbatuh,
Negara, Badung, ke Pandak, di Kadiri, di Kulating, Pangkung Tibah, Jegu dan Tegallinggah.
Diceriterakan asal mula dari warga Ki Bandesa Manik Mas yang direstui oleh Ida Padanda
Dwijendra serta ajaran yang diberikan beliau dapat dipakai pegangan. Karena baktinya Ki
Bandesa Manik Mas dengan mempersembahkan putrinya kepada Ida Pedanda. Kemudian Ida
Pedanda mendirikan Parhyangan di Desa Mas yang diberi nama Pura Taman Pule. Ida
Pedanda mempunyai putra bernama Pangeran Ida Bukcabe yang kemudian dihormati oleh
wangsa Brahmana sekalian. Untuk pemujaan Ida Bukcabe dibangun sebuah tugu
(Pasimpangan) yang berbentuk gedong yang beratapkan bata. Dan untuk pemujaan Bhatara
di Basukih berupa Meru tingkat 5. Tugu pada pintu adalah pemujaan Jro Gede Dangka.
Ajaran mistik dari Ida Ayu Swabawa yang diberikan oleh Ida Pedanda Dwijendra berupa
Siwer Mas, Canting Mas dan Kalabang Gni.
Ditegaskan juga asal usul keturunan Ki Pasek Gelgel yaitu Hyang Gnijaya berputra Mpu
Witadharma dan Sang Kulputih. Sang Mpu Witadharma menurunkan Mpu Wiradharma.
Mpu Wiradharma berputra 3 orang yaitu Mpu Lampita. Mpu Pastika, dan Mpu Ajnyana.
Tetapi hanya Mpu Lampita menurunkan putra 3 orang yaitu Mpu Pradah, Mpu Kuturan,
Mpu Katrangan. Mpu Pradah berputra Mpu Bahula, Mpu Bahula berputra Mpu Tantular dan
Mpu Pudra. Mpu Tantular berputra 4 orang yaitu Mpu Panawasika, Mpu Asmaranata, Mpu
Sidhimantra, dan Mpu Kapakisan. Mpu Asmaranata menurunkan Mpu Angsoka, dan Mpu
Nirartha. Mpu Nirartha bernama juga Bhatara Dwijendra atau Bhatara Sakti Wawu Rauh.
Mpu Sidhimantra berputra Ida Manik Angkeran. Ida Manik Angkeran berputra Ida
Tulusdewa dan Ida Kacang Paos. Ida Tulusdewa berputra Ida Banyakwide dan Arya
Sidemen, Ida Banyakwide menurunkan Arya Pinatih atau Arya Wang Bang, Mpu Kapakisan
berputra Danghyang Kresna Kapakisan. Mpu Ajnyana berputra Mpu Pananda bertempat di
Silayukti. Ada juga Mpu Jinaksara yang menurunkan Mpu Ketek yang kemudian
menurunkan Arya Tatar. Arya Tatar bergelar Patih Ulung. Patih Ulung berputra Arya Semar,
Arya Semar berputra Gusti Langon. Dari I Gusti Langon inilah yang menurunkan 6 orang
wangsa Pasek di Bali seperti Ki Pasek Gelgel, Ki Pasek Denpasar, Ki Pasek Tangkas, Ki
Pasek Tohjiwa, Ki Pasek Nongan dan Ki Pasek Prateka serta Ki Pasek Kebayan.
Diceriterakan Sira Bhatara Dwijendra setelah kawin dengan putra Ki Pangeran Mas yang
menurunkan Ida Padanda Bukcabe. Ida Bukcabe ini berputra 3 orang yaitu Ida Padanda
Kacang Paos, yang berada di Mas, Ida Bukyan bertempat di desa Abiansemal yang diemban
oleh Arya Dawuh, yang paling bungsu Ida Padanda Baluwangan tinggal di-desa Padang
Jarak yang diiringi oleh rakyat sebanyak 40 orang. Ida Padanda Baluwangan kemudian
pindah ke Sanur yang diantarkan oleh Arya Pacung dengan gelar Ida Padanda Kidul.

Anda mungkin juga menyukai