130 260 1 SM 1 PDF
130 260 1 SM 1 PDF
Abstrak
Ushul Fiqh sebagai metode dalam istinbath al-Ahkam lahir dari rahim Islam dengan
pemahaman para mujtahid terhadap teks al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemahaman yang
berbeda-beda terhadap nash dan tingkat keilmuan serta spesifikasi keahlian yang berbeda
memunculkan berbagai aliran dalam ushul fiqh. Metode pemahaman yang digunakan juga
mempengaruhi setiap aliran dalam ilmu ini.
Aliran mutakalimin muncul dari pemahaman terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah yang
ditransmisikan ke dalam kaidah-kaidah fiqh. Sementara aliran ahnaf mendasarkan
pengambilan hukumnya melalui kejaidan-kejadian yang terjadi di masyarakat yang
kemudian ditarik hingga sampai kepada ayat al-Quran dan sunnah Nabi. Aliran thariqatul
jam’I menggabungkan kedua aliran ini sehingga muncul simbiosis antara keduanya.
Kajian mengenai aliran ushul fiqh sangat menarik untuk mengetahui lebih
komprehensif bagaimana ilmu ini berkembang dan dikembangkan oleh para mujtahid.
(pokok bahasan utamanya meliputi: Perkembangan ushul fiqh yang terjadi pada
Mashadir al-Ahkam al-Syar’iayh al- zaman sahabat dan tabiin turut memberi
Muttafaq ‘alaih, Al-mashadir al-Tabaiyah warna pada pengembangan pemikiran ushul
li al-Ahkam au al-Adillah al-Mukhtalifah fiqh yang terjadi selanjutnya. Dan yang
fiha yang terdiri atas sembilan fasal tidak kalah penting untuk dicatat adalah
pembahasan). Dalam Bab Keempat: Al- perkembangan pemikiran usuhul fiqh pada
Naskh (pokok bahasan utamanya meliputi: periode Imam Madzhab yang turut juga
Ta’rif, Rukun, dan Hikmah, Ara al-Ulama mewarnai kelahiran Madrasah Ushul Fiqh.
fi al-Naskh, Mahal al-Naskh wa syurutuh, Setidak-tidaknya ada tiga periode
Anwa Naskh fi al-Adillah al-Syariyah, perkembangan ushul fiqh yang mendahului
wujuh naskh). Dalam Bab Kelima: Ta’lil kelahiran madrasah ushul fiqh. Ketiga
al-Nushush (pokok bahasan utamanya periode itu adalah: Pertama, Masa Sebelum
meliputi: Madzhab Mutakallimin, Madzhab Imam Syafi’i, Kedua Masa Imam Syafi’i
Ushuliyyin, Manhaj al-Ta’lil fi al-Qur’an dan Ketiga Masa sesudah Imam Syafi’i.
wa al-Sunnah, Istisna-at min al-Ahkam al- Masa sebelum Imam syafi’i ditandai
Ammah ri’ayah li al-mashalih). Dalam Bab dengan munculnya Imam Abu Hanifah bin
Keenam: Maqoshid al-Syariyah al-Ammah Nu’man (wafat 150 H). Beliau dipandang
(pokok bahasan utamanya meliputi: Ta’rif sebagai pendiri madzhab Hanafi, beliau
wa Bayan Ahmiyatuha, Syurut i’tibar al- tinggal dan perkembang pemikirannya di
Maqashid, Anwa al-Mashalih al- Irak. Dibanding masa tabi'in, metode
Khomsah). Dalam Bab Ketujuh tentang ijtihad Imam Abu Hanifah sudah semakin
Ijtihad, dan dalam Bab Kedelapan
(terakhir) tentang Al-Mu’aradlah wa al- terjadi setidak-tidaknya sejak zaman sahabat
Tarjih baina al-Adillah. yang ditandai terutama oleh adanya ketentuan
dalam urutan penggunaan sumber hukum.
Kajian dalam makalah ini akan Urutan penggunaan sumber hukum ini bertolak
mempokuskan pada dua hal: Pertama dari dialog antara Rasulullah dengan sahabat
tentang Maqasid al-Syar’yah dan Kedua Muadz ibn Jabal pada saat dia diutus ke negeri
Yaman. Hadits tersebut tercantum dalam kitab
tentang Madrasah Ushul Fiqh. Sunan Abu dawud, dan diniali sebagai hadits
dla’if karena dalam susunan rawinya terdapat
seorang rawi yang dipandang majhul. Dalam
B. Madrasah Ushul Fiqh Maktabah Syamilah, hadits tersebut selain
Dalam perkembangan sejarah Usuhul tercantumkan dalam kitab Abu Dawud,
Fiqh dikenal adanya Madrasah Ushul Fiqh tercantumkan pula dalam kitab hadits Sunan
Baihaqy, dalam al-Madkhal ila Sunan al-Kubra,
atau dalam istilah lainnya Aliran Pemikiran Syarah Sunnah li al-Baghawy, dan dalam
Ushul Fiqh. Pertanyaannya adalah Ma’rifatu al-Sunan wal Atsar. Selengkapnya
bagaimana proses yang mendahului hadits tersbut adalah sebagai berikut:
ث ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ِﺮو ِ َﻋ ِﻦ اﻟْﺤﺎ ِر، َﻋﻦ أَﺑِﻲ َﻋﻮ ٍن،َ َﻋﻦ ُﺷ ْﻌﺒﺔ،ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺣ ْﻔﺺ ﺑْﻦ ُﻋﻤﺮ
munculnya aliran Ushul Fiqh tersebut? َ ْ ْ َ ْ ََ ُ ُ َ َ
ِ
ﺎب ُﻣ َﻌﺎذ ﺑْ ِﻦ ِ َﺻ َﺤ أ ﻦ ِ ،ﺺ
ﻣ ٍ ﻤ ﺣِ ﺎس ِﻣﻦ أ َْﻫ ِﻞ ٍ ﻧ
َ ُ
أ ﻦ ﻋ ، ﺔ
َ ﺒ ﻌ ﺷ
ُ ﻦِ ﺑ ِ
ة ﻴﺮ ِ
ﻐ ْﻤﻟ ا ﻲ ِ اﺑ ِﻦ أ
َﺧ
ْ ْ ْ ْ ْ َ َْ ْ َ ُ ْ
Perkembangan pemikiran dalam
ﺚ ُﻣ َﻌﺎذًا إِﻟَﻰ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠ َْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ ﱠﻤﺎ أ ََر
َ اد أَ ْن ﻳَـ ْﺒـ َﻌ َ
ِ ﻮل اﻟﻠﱠ
ﻪ َ ﺳ
َُ ر ﱠ
ن َ
أ ، ٍ
ﻞ ﺒ
ََﺟ
Usuhul Fiqh tidak muncul secara terpisah, ِ َْﻀﻲ ﺑِ ِﻜﺘ ِ أَﻗ:ﺎل ِ ﻒ ﺗَـ ْﻘ
ﺎب َ َ ﻗ،«ﻀﺎءٌ؟ َ ََﻚ ﻗ َضﻟ َ ﻀﻲ إِذَا َﻋ َﺮ َ » َﻛ ْﻴ:ﺎل َ َاﻟْﻴَ َﻤ ِﻦ ﻗ
akan tetapi berhubungan dengan babakan ِ ِ ﻓَﺒِﺴﻨ ِﱠﺔ رﺳ:ﺎل
ﺻﻠﱠﻰ َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ ُ َ َ ﻗ،«ﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ؟ ِ ََﻢ ﺗَ ِﺠ ْﺪ ﻓِﻲ ﻛِﺘ ْ »ﻓَِﺈ ْن ﻟ:ﺎل َ َ ﻗ،اﻟﻠﱠ ِﻪ
pemikiran yang terjadi sebelumnya.1 ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠ َْﻴ ِﻪ ِ ِ »ﻓَِﺈ ْن ﻟَﻢ ﺗَ ِﺠ ْﺪ ِﻓﻲ ﺳﻨ ِﱠﺔ رﺳ:ﺎل َ َ ﻗ،اﷲُ َﻋﻠ َْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ
َ ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ ُ ْ
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ ب َر ُﺳ َ ﻀ َﺮَ َ َوَﻻ آﻟُﻮ ﻓ،َﺟﺘَ ِﻬ ُﺪ َرأْﻳِﻲ ْ أ:ﺎل َ َﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ؟« ﻗ ِ َ َوَﻻ ﻓِﻲ ﻛِﺘ،َو َﺳﻠﱠﻢ
َ
* Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Sunan ِ ر ُﺳ،ﻮل ِ ﱠ ِ ﱠ ِ ِ
Gunung Djati Bandung
ﻮل َ َ ﺳ ر
َُ َ َ ﻖ ﱠﻓو ي ﺬ ﻟ ا ﻪ ﻠ ﻟ ﺪ ﻤ
َُْ ْﺤ ﻟ ا » : ﺎل
َ ﻗ
َ وَ َُ َ َ َ َ ْ َ ُ ﺻﻠﱠﻰ
،ﻩر ﺪ
ْ ﺻ ﻢ ﱠﻠﺳ و ﻪ َﻴ
ﻠ ﻋ اﷲ َ
،«ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ ﺿﻲ َر ُﺳ ِ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻟِﻤﺎ ﻳـﺮ
ُْ َ
1
Sebagaimana telah dikemukan pada kajian
terdahulu bahwa perkembangan usul fiqh sudah
jelas polanya. Dalam berijtihad, ia sangat orang yang telah meninggal dunia. Akan
dikenal banyak menggunakan qiyas dan tetapi, dalam berijtihad, Imam Malik sangat
istihsan. banyak menggunakan hadis dibandingkan
Langkah-langkah ijtihadnya ialah, dengan Imam Hanafi. Hal ini karena
secara berurutan, merujuk pada Alquran, Madinah yang menjadi domisili Imam
sunnah, fatwa sahabat yang disepakati Malik adalah juga menjadi domisili
(ijma' ash-shahabi), dan memilih salah satu Rasulullah , sehingga tidak
dari fatwa para sahabat yang berbeda-beda mengherankan jika di dalam masyarakat
dalam satu kasus hukum. Imam Abu Madinah banyak beredar hadis. Imam
Hanifah tidak akan melakukan istinbath Malik sendiri memiliki kitab hadis yang
hukum sendiri, selama ia menemukan terkenal dengan nama al-Muwaththa.
jawaban hukum dari sumber- sumber Apabila Imam Abu Hanifah banyak
rujukan tersebut. Yang menarik ialah, menggunakan qiyas dan istihsan dalam
Imam Hanafi tidak menjadikan pendapat berijtihad, maka sebaliknya Imam Malik
ulama tabi'in sebagai rujukan. Karena banyak menggunakan mashlahah
rentang waktu yang sudah jauh antara mursalah. Belakangan metode mashlahah
Rasulullah dan ulama dari generasi tabi'in. Imam Malik ini berkembang sangat jauh,
Ia berpendapat, kedudukannya sama sehingga salah seorang ulama yang
dengan kedudukan para tabi'in dalam hal bernama Najmuddin ath-Thufi (657-716 H)
berijtihad. Dalam hal ini, sangat terkenal dituduh sesat oleh sebagian ulama lainnya,
ucapannya: “Hum Rijaal, wa nahnu rijaal, karena dipandang telah mengembangkan
Mereka laki-laki (yang mampu berijtihad), metode ini dengan cara yang sangat liberal.
kita juga laki- laki (yang mampu Pada Masa Imam Syafi’i dimulai
berijtihad)”. ketika tampilnya Imam Muhammad Idris
Mujtahid lainnya, Imam Malik bin asy-Syafi'i (150-204 H). Berbeda dengan
Anas (w. 179 H), pendiri mazhab Maliki. Ia masa sebelumnya, di mana metode ushul
tinggal dan berkembang di Madinah. fiqh belum tersusun dalam suatu disiplin
Karena faktor sosio kultural yang ilmu yang berdiri sendiri dan belum
mempengaruhinya, ia sangat ketat dibukukan, maka masa ini ditandai dengan
berpegang pada tradisi yang berkembang lahirnya karya Imam asy-Syafi'i yang
dalam masyarakat Madinah ('amal ahl al- bernama ar-Risalah.
madinah). Hal ini tergambar dari sikapnya Sebagaimana layaknya proses lahir
yang menolak periwayatan hadis-hadis dan berkembangnya suatu disiplin ilmu,
yang dinisbahkan kepada Rasulullah M asy-Syafi'i mewarisi pengetahuannya yang
yang dinilainya tidak valid' karena mendalam sebagai hasil proses panjang
bertentangan dengan tradisi masyarakat perkembangan ilmu dari para
Madinah. Ia juga mengritik periwayatan pendahulunya. Dengan kata lain, harus
hadis-hadis yang bertentangan dengan ditegaskan bahwa asy-Syafi'i bukanlah
nashsh Alquran atau prinsip-prinsip umum orang pertama yang merintis ilmu ushul
ajaran Islam. Misalnya, ia menolak hadis- fiqh, sebagaimana dipahami secara keliru
hadis yang menjelaskan tentang membasuh oleh beberapa pihak. Akan tetapi, di
tujuh kali bekas jilatan anjing, adanya tangannya untuk pertama kali ilmu ushul
khiyar al-majlis, dan hadis yang fiqh lahir sebagai ilmu yang mandiri. Tentu
menjelaskan pemberian sedekah atas nama saja harus ditegaskan, dari segi substansi
ilmu, ar-Risalah telah mencakup semua Nasikh wa al-Mansukh, karya Ahmad bin
dasar-dasar dan metode ijtihad. Akan Hanbal (164-241 H), pendiri mazhab
tetapi, dari sistematika keilmuan, sebagai Hanbali, dan Ibthal al-Qiyas, karya Dawud
orang pertama yang mensistematisir dan azh-Zhahiri (200-270 H), pendiri mazhab
membukukan ushul fiqh, kitab ar- Risalah azh-Zhahiri. Kitab terakhir ini merupakan
juga belum sebaik sebagaimana sistematika antitesis terhadap pemikiran Imam asy-
disiplin ilmu yang lahir sesudahnya. Syafi'i yang sangat mengunggulkan qiyas
Kitab ar-Risalah sendiri, yang semula dalam berijtihad.
bernama al-Kitab, banyak berisi uraian Agaknya, abad ketiga Hijriyyah
tentang metode istinbath hukum, yaitu merupakan puncak dan masa keemasan
Alquran, sunnah, ijma fatwa ash-shahabi, fiqh Islam, karena pada masa itu suasana
dan al-qiyas. Baik juga ditegaskan, secara perdebatan terbuka dalam ilmu fiqh sangat
umum kitab ar-Risalah asy-Syafi'i sangat menggairahkan, sehingga bermunculan
menekankan al-qiyas sebagai metode para ulama dalam bidang ilmu ini. Akan
ijtihad. Bahkan dalam beberapa, bagian tetapi fakta sejarah menunjukkan, suasana
dari buku tersebut ia menegaskan, al-qiyas yang sangat menggembirakan ini tidak
merupakan satu-satunya metode ijtihad. berlangsung lama, karena dicemari oleh
Dalam hal ini ia berkata, al-ijtihad huwa al- pemikiran orang-orang yang sebenarnya
qiyas (ijtihad itu tiada lain adalah qiyas). tidak memiliki keahlian dalam bidang fiqh.
Upaya pembukuan dan pensistematis- Mereka melahirkan fatwa-fatwa hukum
an ushul fiqh sejalan dengan masa yang kontroversial dan membingungkan
keemasan ilmu keislaman yang terjadi pada masyarakat. Hal itu bukan saja materi fatwa
masanya. Imam asy-Syafi'i banyak mereka yang saling bertolak belakang
memetik manfaat dan mengemukakan dengan fatwa-fatwa para ulama yang
sintesis atas tesis dan antitesis dari berbagai kenamaan, tetapi juga karena fatwa mereka
keunggulan dan kelemahan yang terpapar pada umumnya tidak dibangun di atas
dalam perdebatan ilmiah yang terjadi antara landasan dalil dan metodologi yang
kelompok ulama Madinah dan kelompok memenuhi standar. Akibatnya, pada
ulama Irak. Kepakarannya dalam ilmu ini, pertengahan abad keempat, mulai terdengar
terutama karena ia adalah murid langsung issus penutupan pintu ijtihad. Keadaan ini
dari Imam Malik, ulama Madinah, dan dari diperparah dengan hilangnya rasa percaya
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, diri para ulama yang sebenarnya memiliki
salah seorang murid Imam Abu Hanifah. kemampuan berijtihad yang tampil pada
Tambahan lagi, ia juga menyerap ilmu fiqh masa itu, sehingga mereka tidak berani
dari para ulama di Mekah, di mana ia lahir berijtihad sendiri secara bebas. Mereka
dan dibesarkan. berkeyakinan, setelah imam mazhab yang
Adapun setelah berlalunya masa empat (Abu Hanifah, Malik bin Anas, asy-
Imam asy-Syafi'i, perkembangan ilmu Syafi'i, dan Ahmad bin Hanbal) tidak ada
ushul fiqh semakin menunjukkan tingkat lagi ulama yang memiliki kapasitas
kesempurnaannya. Pada masa ini (masih keilmuan sebagai mujtahid mutlak. Di
dalam abad ketiga) lahir beberapa karya samping itu, mereka juga berpendapat,
dalam bidang ushul fiqh, antara lain, an- semua persoalan fiqh sudah dibahas ulama
jauh lagi, aliran ini juga dikenal sebagai Asy’ariyyah. Penulis ushul fiqh alir-
thariqah al-jumhur dalam ushul fiqh, an mutakallimin bersifat lintas madzhab.
karena dalam masalah fiqh, penganut aliran Ada penulis dari kalangan Hanbali, seperti:
ini bukan saja berasal dari ulama a. Abu Ya’la (pengarang al-Uddah),
Syafi'iyyah, tetapi juga dari ulama pengikut b. Ibnu Qudamah (pengarang Rawdlah
mazhab Maliki dan Hanbali, yang pada al-Nadzir wa Jannah al-Munadzir),
umumnya adalah ulama aliran Hijaz. c. Keluarga Ibnu Taimiyyah:
Bagaimanapun juga harus dikatakan, di Majduddin, Taqi al-Din, dan Ibnu
sana-sini terdapat perbedaan dalam Taimiyyah beserta ayah dan
pembahasan ushul fiqh di antara mazhab kakeknya (karangan ketiganya
Maliki, asy-Syafi'i, dan Hanbali. Hanya tercakup dalam kitab al-
saja dalam banyak hal mereka memiliki Musawwadah),
persamaan-persamaan, sehingga penamaan d. Najm al-Din al-Thufi pengarang
aliran ini dengan thariqah aJ-Jumhur Mukhtashar al-Rawdlah dan Syarh
masih dapat dibenarkan. Mukhtashar al-Rawdlah).
Dalam ushul fiqh, aliran Syafi'iyyah Selain itu ada penulis dari kalangan
ditandai dengan sistematika pembahasan- Maliki, seperti: Ibnu Hajib (pengarang
nya yang murni bersifat ushul fiqh. Artinya, Muntaha al-Wushul (al-Sul) wa al-Alam fi
dalam melakukan pembahasan dan Ilmay al-Ushul wa al-Jadal). Bahkan ada
pengembangan kaidah-kaidah ushul fiqh, pula penulis dari kalangan Dzahiriyyah,
mereka tidak terpengaruh pada persoalan- seperti: Ibnu Hazm al-Andalusi (pengarang
persoalan hukum fiqh yang bersifat parsial kitab al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam).
(furu) yang banyak berbeda antara satu Sebutan mutakallimin adalah sesuai
mazhab fiqh dan mazhab fiqh lainnya. dengan karakteristik penulisannya. Kaum
Dengan demikian, pembahasan mereka mutakallimin adalah orang-orang yang
hanya diarahkan pada pengembangan ilmu banyak bergulat dengan pembahasan
ushul fiqh saja. Ilmu ushul fiqh yang telah teologis dan banyak memanfaatkan
disusun inilah yang mereka jadikan sebagai pemikiran deduktif, termasuk logika
alat untuk menghasilkan hukum-hukum Yunani. Orang-orang seperti Qadli Abdul
fiqh yang baru. Selanjutnya, dengan ilmu Jabbar adalah seorang teolog Mu’tazilah.
ini jugalah mereka mengukur kebenaran Imam Abu al-Husayn al-Bashri pun
pendapat-pendapat hukum fiqh yang termasuk dalam aliran Mu’tazilah.
bersifat parsial (furu) yang telah lebih Sementara itu, Imam Abu Bakar al-
dahulu ada. Baqillani, yang menulis buku al-Taqrib wa
Penulis-penulis ushul fiqh model al-Irsyad dan diringkas oleh Imam al-
mutakallimin tidak hanya orang Juwayni, dipandang sebagai Syaikh al-
dapat ditelusuri dari akar katanya. Secara Ushuliyyin. Imam al-Juwayni sendiri, Imam
etimologis, kalam berarti pembicaraan, yakni al-Ghazali, dan Fakhruddin al-Razi adalah
pembicaraan yang menggunakan nalar, di antara tokoh-tokoh besar Asy’ariyyah
menggunakan logika. Oleh karena itu ciri utama
dari ilmu kalam adalah rasionalitas. Kata kalam penulis ushul fiqh. Ada pula penulis yang
sendiri asal mulanya memang dimaksudkan tidak menunjukkan kejelasan afiliasi
sebagai terjemahan dari logos yang diadopsi dari
bahasa Yunani yang berarti pembicaraan. teologis, tetapi menulis dengan pola
Selanjutnya bisa ditelaah tentang arti
“Mutakallimin” pada halaman 271 – 275.
mutakallimin, seperti Imam Abu Ishaq al- parsial (furu). Dalam hal ini, sistematika
Syirazi. pembahasan mereka banyak menyertakan
Ada beberapa ciri khas penulisan uraian contoh- contoh dalam bentuk hukum
ushul fiqh aliran Mutakallimin, antara lain: fiqh. Dengan kata lain, ushul fiqh yang
a. Penggunaan deduksi di dalamnya. mereka kembangkan berperan sebagai alat
Ushul fiqh mutakal-limin membahas untuk mempertahankan pendapat- pendapat
kaidah-kaidah, baik disertai contoh fiqh yang telah lebih dahulu ada. Jadi,
maupun tidak. Kaidah-kaidah itulah berbeda dengan ushul fiqh thariqah asy-
yang menjadi pilar untuk Syafi'iyyah yang menjadikan ilmu ushul
pengambilan hukum. Jadi, kaidah fiqh sebagai alat untuk melahirkan hukum-
dibuat dahulu sebelum digunakan hukum fiqh, maka pada aliran ini, mereka
dalam istimbath. Kaidah-kaidah ter- menjadikan hukum-hukum fiqh yang telah
sebut utamanya berisi kaidah ada, terutama hukum-hukum fiqh hasil
kebahasaan. ijtihad Imam Abu Hanifah dan murid-
b. Adanya pembahasan mengenai teori muridnya, sebagai pedoman untuk
kalam dan teori pengetahuan, seperti menyusun kaidah-kaidah ushul fiqh
terdapat dalam al-Luma karya al- mereka.
Syirazi dan al-Ihkam karya al-Amidi. Karya ushul fiqh di kalangan Hanafi
Teori kalam yang sering dibahas cukup banyak dikenal dan dirujuk. Kitab-
adalah tentang tahsin dan taqbih. kitab ushul fiqh yang khas menunjukkan
Sementara itu, dalam pembahasan metode Hanafiyah antara lain:
mengenai teori pengetahuan tersebut, a. al-Fushul fi Ushul Fiqh karya Imam
dimasukkan pengertian ilmu dan Abu Bakar al-Jashshash (Ushul al-
terkadang dimasukkan pula Jashshash) sebagai pengantar Ahkam
muqaddimah mantiqiyyah (pengantar al-Quran.
logika), sebagaimana terdapat dalam b. Taqwim al-Adillah karya Imam Abu
al-Mustashfa karya al-Ghazali, Zayd al-Dabbusi
Rawdlah al-Nadzir karya Ibnu c. Kanz al-Wushul ila Ma’rifat al-
Qudamah, dan Muntaha al-Wushul Ushul karya Fakhr al-Islam al-
(al-Sul) karya Ibnu Hajib. Bazdawi.
d. Ushul Fiqh karya Imam al-Sarakhsi
2. Kedua: Madrasah Hanafiyyah/Fuqaha (Ushul al-Syarakhsi)
Aliran ini disebut dengan thariqah
Hanafiyyah karena pada umumnya 3. Ketiga: Madrasah/Aliran Gabungan
pengembang aliran ini adalah ulama Pada perkembangannya muncul tren
pengikut mazhab Hanafi, seperti: al- untuk menggabungkan kitab ushul fiqh
Karakhi, Abi Bakr ar-Razi, ad-Dabbusi, al- aliran mutakallimin dan Hanafiyah. Metode
Baidhawi, dan asy-Syarakhsyi. Selanjutnya, penulisan ushul fiqh aliran gabungan adalah
aliran ini disebut dengan thariqah al- dengan membumikan kaidah ke dalam
fuqaha, karena dalam mengembangkan realitas persoalan-persoalan fiqh. Persoalan
pembahasan ushul fiqh, mereka ter- hukum yang dibahas imam-imam madzhab
pengaruh dan diarahkan untuk mendukung diulas dan ditunjukkan kaidah yang
hasil ijtihad para ulama pendahulu mereka menjadi sandarannya.
dalam bidang hukum fiqh yang bersifat
dharury. Ada lima hal yang harus ada pada Sehubungan dengan itu Allah
manusia sebagai ciri atau kelengkapan menyuruh memerangi orang yang tidak
kehidupan manusia. Secara berurutan, beriman, sebagaimana firman-Nya dalam
peringkatnya adalah: agama, jiwa, akal, surat at-Taubah (9): 29:
harta, dan keturunan (harga diri). Kelima “Perangilah orang-orang yang
hal ini disebut "dharuriyat yang lima". tidak beriman kepada Allah dan
Kelima dharuriyat tersebut adalah hal yang hari akhir.”
mutlak harus ada pada manusia. Karenanya Untuk memelihara keberadaan jiwa
Allah menyuruh untuk melakukan segala yang telah diberikan Allah bagi kehidupan,
upaya bagi keberadaan dan kesempurna- manusia harus melakukan banyak hal,
annya. Sebaliknya Allah melarang seperti makan, minum, menutup badan, dan
melakukan perbuatan yang dapat mencegah penyakit. Manusia juga perlu
menghilangkan atau mengurangi salah satu berupaya dengan melakukan segala sesuatu
dari kelima dharuriyat yang lima itu. yang memungkinkan untuk meningkatkan
Segala perbuatan yang dapat mewujudkan kualitas hidup. Segala usaha yang
atau mengekalkan lima unsur pokok itu mengarah pada pemeliharaan jiwa itu
adalah baik, dan karenanya harus adalah perbuatan baik, karenanya disuruh
dikerjakan. Sedangkan segala perbuatan Allah untuk melakukannya. Sebaliknya,
yang merusak atau mengurangi nilai lima segala sesuatu yang dapat menghilangkan
unsur, pokok itu adalah buruk, dan atau merusak jiwa adalah perbuatan buruk
karenanya harus dijauhi. yang dilarang Allah. Dalam hal ini Allah
Untuk menegakkan agama, manusia melarang membunuh tanpa hak,
disuruh beriman kepada Allah, kepada sebagaimana firman-Nya dalam surat al-
Rasul, kepada kitab suci, kepada malaikat, An'am (6): 151:
kepada hari akhir, mengucapkan dua Janganlah kamu melakukan
kalimah syahadat serta melakukan ibadah pembunuhan terhadap diri yang
yang pokok lainnya. Untuk menjaga diharamkan Allah, kecuali secara
hak.
agama, Allah menyuruh manusia untuk
berjihad di jalan Allah sebagaimana banyak Begitu pula Allah melarang
ditegaskan dalam Al-Qur'an yang di menjatuhkan diri kepada kebinasaan
antaranya pada surat at-Taubah (9): 41: sebagaimana firman-Nya dalam surat al-
“Berjibadlah kamu dengan harta Baqarah (2): 195:
dan jiwamu di jalan Allah”. Janganlah kamu menimpakan
dirimu kepada kerusakan.
Di samping itu Allah melarang
manusia berbuat sesuatu yang dapat Sebagai ancaman terhadap
menghilangkan agama. Karena itu Allah pembunuhan itu, Allah menetapkan
mengharamkan murtad sebagaimana hukuman qishash sebagaimana firman-Nya
firman-Nya dalam surat al-Baqarah (2): dalam surat al-Baqarah (2): 178:
217: Allah telah menetapkan atasmu
Barangsiapa yang murtad di hukuman qishash karena
antaramu dari agamanya pembunuhan.
kemudian ia mati dalam kekafiran, Untuk memelihara akal yang
mereka itulah yang dihapus diciptakan Allah khusus bagi manusia,
amalannya di dunia dan akhirat. diharuskan berbuat segala sesuatu untuk
dengan 80 kali cambuk, sebagaimana kewajiban syara' secara baik. Hal ini
firman Allah dalam surat an-Nuh (24): 4: disebut muqad- dimah wajib.
Orang-orang yang menuduh Umpamanya mendirikan sekolah
perempuan baik-baik berbuat zina dalam hubungannya dengan menuntut
dan tidak dapat mengemukakan ilmu untuk meningkatkan kualitas
empat orang saksi cambuklah 80
akal. Mendirikan sekolah memang
kali.
perlu, namun seandainya sekolah
Tujuan yang bersifat dharuri tidak didirikan tidaklah berarti tidak
merupakan tujuan utama dalam pembinaan akan tercapai upaya mendapatkan
hukum yang mutlak harus dicapai. Oleh ilmu, karena menuntut ilmu itu dapat
karena itu, suruhan-suruhan syara' dalam dilaksanakan di luar sekolah.
hal ini bersifat mutlak dan pasti, serta Kebutuhan akan sekolah itu berada
hukum syura" yang berlatar belakang pada tingkat hajiyat.
pemenuhuan kebutuhan dharuri adalah 2) Hal yang dilarang syara' melaku-
"wajib" (menurut jumhur ulama) atau kannya untuk mengindarkan secara
"fardhu" (menurut ulama Hanafiyah). tidak langsung pelanggaran pada
Sebaliknya, larangan Allah yang berkaitan salah satu unsur yang dharuri.
dengan dharuri ini bersifat tegas dan Perbuatan zina berada pada larangan
mutlak. Hukum yang ditimbulkannya tingkat dharuri. Namun segala
termasuk haram dzdti. Untuk mendukung perbuatan yang menjurus kepada
pencapaian dari tujuan yang dharuri ini, perbuatan zina itu juga dilarang untuk
syara' menetapkan hukum-hukum menutup pintu bagi terlaksananya
pelengkap yang terurai dalam kitab-kitab larangan zina yang dharuri itu.
fiqh. Melakukan khalwat (berduaan
dengan lawan jenis di tempat sepi)
b. Kebutuhan Sekunder/Hajiyat memang bukan zina dan tidak akan
Tujuan tingkat "sekunder" bagi merusak keturunan. Juga tidak mesti
kehidupan manusia ialah sesuatu yang khalwat itu berakhir pada zina.
dibutuhkan bagi kehidupan manusia, tetapi Meskipun demikian, khalwat itu
tidak mencapai tingkat dharuri. Seandainya dilarang dalam rangka menutup pintu
kebutuhan itu tidak terpenuhi dalam terhadap pelanggaran larangan yang
kehidupan manusia, tidak akan meniadakan bersifat dbaruri. Kepentingan akan
atau merusak kehidupan itu sendiri. adanya tindakan untuk menjauhi
Meskipun tidak sampai akan merusak larangan mi berada pada tingkat
kehidupan, namun keberadaannya bajiyat.
dibutuhkan untuk memberikan kemudahan 3) Segala bentuk kemudahan yang
dalam kehidupan. Tujuan penetapan hukum termasuk hukum rukshsah (kemudahan)
syara'' dalam bentuk ini disebut tingkat yang memberi kelapangan dalam
hajiyat. kehidupan manusia. Sebenarnya tidak
Tujuan hajiyat dan segi penetapan ada rukhsab pun tidak akan hilang
hukumnya dikelompokkan pada tiga salah satu unsur yang dbarun itu,
kelompok: tetapi manusia akan berada dalam
1) Hal yang disuruh syara' melakukan- kesempitan (kesulitan). Rukhsbab ini,
nya untuk dapat melaksanakan berlaku dalam hukum "ibadat" seperti
shalat bagi yang berada dalam dbaruri pun berurutan pula tingkat
perjalan; dalam "muamalat" seperti kepentingannya, yaitu: agama, jiwa, akal,
bolehnya jual beli salam (inden); juga harta, keturunan (harga diri). Adanya
dalam "jinayat" seperti adanya maaf peringkat dan urutan kepentingan itu akan
untuk membatalkan pelaksanaan tampak di saat terjadi perbenturan antar
qisbash bagi pembunuh, baik diganti masing-masing kepentingan itu dan salah
dengan diyat (denda) atau tanpa diyat satu di antaranya harus didahulukan.
sama sekali. Bila terjadi perbenturan antara
tuntutan yang bersifat dbaruri dengan yang
c. Kebutuhan Tersier/Takhsiniyat bersifat hajiyat, maka yang didahulukan
Tujuan tingkat "tersier" adalah adalah yang tingkat dbaruri. Contoh dalam
sesuatu yang sebaiknya ada untuk hal ini umpamanya seorang dokter laki-laki
memperindah kehidupan. Tanpa menghadapi pasien perempuan yang
terpenuhinya kebutuhan tersier, kehidupan terancam jiwanya dan diperlukan operasi
tidak akan rusak dan juga tidak akan untuk penyelamatan. Memelihara jiwa si
menimbulkan kesulitan. Keberadaannya sakit dituntut dalam tingkat dbaruri. Tetapi
dikehendaki untuk kemuliaan akhlak dan untuk melakukan tuntutan ini ia harus
kebaikan tata tertib pergaulan. Tujuan melihat aurat perempuan yang hukumnya
dalam tingkat ini disebut "takbsiniyat". terlarang dalam tingkat bajiyat. Di sini
Tujuan takbsiniyat ini menurut terjadi perbenturan antara suruhan dalam
asalnya tidak menimbulkan hukum wajib tingkat dbaruri dengan larangan dalam
pada perbuatan yang disuruh dan tidak tingkat bajiyat. Dalam hal ini ulama
menimbulkan hukum haram ' pada yang membenarkan si dokter melihat aurat si
dilarang sebagaimana yang berlaku pada sakit waktu operasi tersebut, karena harus
dua tingkat lainnya (dbaruri dan bajiyat). mendahulukan yang dbaruri dari bajiyat.
Segala usaha untuk memenuhi kebutuhan Bila terjadi perbenturan dua tuntutan
takbsini ini menimbulkan hukum "sunah", yang sama-sama berada dalam tingkat
dan perbuatan yang mengabaikan dbaruri namun berbeda dalam unit
kebutuhan takbsini menimbulkan hukum kepentingan didahulukan urutan yang lebih
"makruh". tinggi. Bila kepentingan memelihara agama
Takbsini berlaku pada bidang ibadal, berbenturan dengan kepentingan
seperti berhias dan berpakaian rapi pada memelihara jiwa, maka diutamakan
waktu ke masjid; dan pada bidang memelihara agama. Dalam hal ini jihad
muamalat, seperti pada jual beli syuf'ah; pada jalan Allah diutamakan bila agama
juga berlaku pada adat, seperti hemat dalam sudah terancam meskipun untuk itu akan
berbelanja; serta berlaku pula dalam bidang mengorbankan jiwa. Dalam hal ini Allah
jinayat seperti tidak membunuh anak-anak berfirman dalam surat at-Taubah (9): 41:
dan perempuan dalam peperangan. Jihadlah kamu dengan hartamu dan
Pembagian tujuan syara' pada tiga hal jiwamu di jalan Allah.
tersebut, se'kaligus menunjukkan peringkat Biia terjadi perbenturan antara
kepentingan. Tingkat dbaruri lebih tinggi kepentingan memelihara jiwa dengan
dari tingkat bajiyat, dan tingkat hajiyat kepentingan memelihara akal, didahulukan
lebih tinggi dari tingkat takhsiniyat. kepentingan memelihara jiwa. Dalam hal
Kebutuhan dalam peringkat yang sesama ini umpamanya seseorang yang tersekat