Anda di halaman 1dari 10

.

Pendahuluan
Masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan sangat dipengaruhi oleh trend yang
berubah sewaktu-waktu. Sarlito W. Sarwono memberi gambaran sebagai berikut:
Maju dan berkembangnya peradaban dunia juga mempengaruhi alat pendukungnya, diantaranya
adalah teknologi komunikasi yang penggunaanya sebagai alat bantu untuk memproses dan
mentransfer perangkat data informasi yang dibutuhkan, teknologi komunikasi pula sebagai sebab
masuknya norma dan nilai baru dari luar yang pada gilirannya norma dan nilai baru ini masuk
ke dalam lingkungan kehidupan keluarga dan masyarakat.1[1]
Lembaga pendidikan hanya dapat mengontrol domain internal, baik yang berhubungan
dengan operasional pendidikan maupun sistem informasi. Sedangkan domain eksternal berada
diluar kontrol lembaga pendidikan tersebut.
Pada kenyataannya komponen ekternal sangat mempengaruhi komponen internal
lembaga pendidikan seperti kebijakan pemerintah dalam menetapkan anggaran pendidikan yang
sangat integral mempengaruhi perubahan strategi lembaga pendidikan. Persaingan yang terjadi
antar lembaga pendidikan sebenarnya adalah bagaimana melakukan pendayagunaan terhadap
sumber daya yang dimiliki sehingga menghasilkan jasa pendidikan yang lebih baik, harga
terjangkau, kualitas terbaik, dan dapat disajikan tepat waktu dari pesaing yang berada di luar
jangkauan lembaga pendidikan tersebut.
Perubahan terjadi secara cepat karena terbukanya arus komunikasi dan informasi global.
Persaingan yang terjadi cenderung menciptakan lingkungan yang berubah secara cepat dan
dinamis. Lembaga pendidikan dituntut untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan luar. Oleh
karena itu, secara langsung maupun tidak langsung kemajuan teknologi informasi akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap pengelolaan lembaga pendidikan.[2]

1[1] Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo, 2010, 139.
2
Keberadaan sistem informasi merupakan salah satu komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas pendidikan itu sendiri. Kedua hal tersebut memiliki tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi dalam membentuk karakteristik dunia pendidikan. Hubungan
keduanya saling berkaitan antar satu sama lain. Pendidikan sebagai penggerak dari sistem
pendidikan informasi. Begitu pula,sistem informasi merupakan komponen keberhasilan proses
pendidikan.
Makalah ini akan membahas tentang bagaimana sistem informasi menjadi kunci
keberhasilan lembaga pendidikan dalam bersaing dengan lembaga lainnya.

II. Pembahasan
A. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam
semesta ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Secara umum fungsi lingkungan
pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), dan utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Selain itu, penataan lingkungan
pendidikan tersebut terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan
efektif.

2[2] Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, TeknologiKomunikasi dan Informasi Pembelajaran, Jakarta:
Bumi Aksara, 2011, 106
Sebuah lembaga pendidikan memiliki komponen-komponen yang diperlukan untuk
menjalankan operasonal pendidikan, seperti siswa/mahasiswa, sarana-prasarana, struktur
organisasi, proses, sumber daya manusia (pendidik) dan biaya organisasi. Adapun sistem
informasi terdiri dari komponen-komponen pendukung lembaga pendidikan yang berfungsi
untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan
aktivitas pendidikan.3[3]
Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan perangkat manusia (brainware). Dalam teori manajemen untuk
menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi lembaga pendidikan dan strategi sistem
informasi harus saling mendukung sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing
(competitive advantage) lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Para ahli di bidang teknologi informasi telah meramalkan bahwa akan terjadi revolusi
besar-besaran dalam kehidupan manusia. Abad informasi diikuti oleh abad bioteknologi yang
akan menghasilkan lingkungan makro yang sama sekali jauh berbeda dengan yang saat ini dan
secara mikro, hal tersebut tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan setiap individu dalam
beriorentasi maupun berprilaku.
Perubahan dan perkembangan yang digambarkan sebagai sebuah revolusi tersebut pasti
akan mempengaruhi domain internal dari sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan hendaknya mampu merespon perubahan tersebut dengan penyesuaian
strategi/kebijakan sesuai dengan perkembangan sistem teknologi informasi.
B. Teknologi Informasi Mendorong Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan
Sistem informasi manajemen merupakan sistem operasional yang melaksanakan
beraneka-ragam fungsi untuk menghasilkan luaran yang berguna bagi pelaksanaan operasi dan
manajemen organisasi yang bersangkutan.4[4] Penggunaan sistem informasi juga sudah banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan. Keberadaan internet membuka sumber informasi
yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi.
Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Internet

3[3] Ety Rochaety, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 14.

4[4] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo, 1998, xiii
memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat.
Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus, aplikasi
telnet atau melalui web browser. Sudah banyak cerita tentang pertolongan internet dalam
penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan
melalui internet.
Tanpa adanya internet banyak tugas akhir dan tesis yang mungkin membutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk diselesaikan. Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang
letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu seseorang harus
berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah
masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan
penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun
dengan menggunakan mekanisme file sharring. Sharring informasi juga sangat dibutuhkan.
dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil
penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga
mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet.
Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta
dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat
diakses oleh siapa saja, darimana saja. Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas
sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan internet sebagai infrastruktur bidang
pendidikan.
Zulkifli Amsyah menyatakan bahwa Perkembangan perangkat keras dan perangkat
lunak jaringan, sekarang lebih meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kecepatan pekerjaan
dan pelayanan pelanggan.5[5] Teknologi informasi sendiri merupakan salah satu senjata
persaingan. Hal itu dikarenakan teknologi informasi merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan efisiensi aktivitas operasional lembaga pendidikan.
Fenomena yang nampak dalam masyarakat sekarang ini adalah kecenderungan
masyarakat untuk memilih lembaga pendidikan yang telah memiliki perangkat teknologi
informasi yang memadai untuk mendukung berbagai aktivitas operasional lembaga pendidikan

5[5] Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, 453
tersebut. Hal itu disebabkan oleh penilaian masyarakat tentang kualitas pendidikan dapat dilihat
dari kemampuan sebuah lembaga pendidikan dalam memberikan pelayanan jasa pendidikan,
diantaranya penggunaan teknologi informasi. Setidaknya teknologi informasi yang tepat guna
bagi dunia pendidikan, dapat menyajikan aktivitas sebuah lembaga pendidikan secara lebih cepat
dan menarik sehingga memiliki nilai tambah dan daya tarik bagi masyarakat sebagai pengguna
jasa lembaga pendidikan tersebut.
Michael Porter, dalam manjemen strategi memperkenalkan Lima Kekuatan (Five
Forces) yang harus dicermati oleh pimpinan lembaga pendidikan. Lima Kekuatan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Persaingan antar lembaga pendidikan yang sudah ada (rivalry among existing institution).
Kekuatan ini berasal dari lembaga-lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan
yang relatif sama di mata masyarakat pengguna jasa pendidikan. Secara prinsipil, strategi
penerapan teknologi yang dijalankan terhadap lembaga pendidikan yang semacam ini adalah
bagaimana menciptakan program pendidikan yang harganya terjangkau, kualitasnya baik, dan
disajikan tepat waktu. Tujuannya adalah menyediakan program pendidikan yang lebih murah
(cheaper), lebih baik (better) dan lebih cepat (faster).
2. Ancaman dari lembaga pendidikan pendatang baru (threat of new entrant).
Datangnya pendatang baru dalam dunia pendidikan merupakan jenis kekuatan kedua yang harus
diperhatikan oleh lembaga pendidikan. Dalam era globalisasi informasi, lembaga pendidikan
baru adalah lembaga pendidikan yang secara fisik datang dan berada pada lingkungan (lokal,
regional, maupun nasional) lembaga pendidikan tersebuat berada. Adapun lembaga baru di
negara lain dan kekuatan informasinya dapat pula menawarkan program pendidikan melalui jalur
komunikasi internet.
3. Ancaman dari lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidikan pengganti (threat of
substitute educations service).
Ancaman ini datang dari kemampuan teknologi informasi untuk menciptakan program
pendidikan pengganti dari program pendidikan yang sudah ditawarkan.
4. Kekuatan tawar-menawar pemasok/masyarakat yang membutuhkan jasa pendidikan (bargaining
power of suppliers).
Jika sebelumnya datang secara langsung dari para pesaing lembaga pendidikan yang
bersangkutan, ancaman keempat berasal dari komponen rekan yang merupakan pemasok. Dalam
hal ini, calon jasa penyaji pendidikan (pendidik) ataupun juga pemangku kebijakan yang
berkepentingan untuk menciptakan jasa pendidikan yang berkualitas.
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyer).
Kekuatan berikutnya merupakan kemampuan tawar menawar dari para pengguna jasa
pendidikan. Faktor yang mempengaruhinya antara lain minat masyarakat serta kemampuan
ekonomi masyarakat tersebut.
Kekuatan ini dengan mudah bertambah karena beberapa faktor berikut:
a. Era globalisasi telah membuka batas-batas geografis negara sehingga program pendidikan sejenis
maupun program pendidikan pengganti yang ditawarkan akan membanjir pasar lokal.
b. Prinsip program jasa pendidikan yang ditawarkan lembaga pendidikan international biasanya
lebih baik dibandingkan dengan jasa pendidikan lokal.
c. Berlakunya undang-undang yang secara efektif melindungi konsumen (pengguna jasa
pendidikan ) dari perilaku pendidikan yang melakukan kesalahan.
d. Kebutuhan penggunaan jasa pendidikan yang semakin bertambah sejalan dengan tantagan baru
dalam dunia bisnis, terutama pesatnya perkembangan teknologi informasi.

C. Menciptakan Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan


Salah satu fasilitas yang ditawarkan oleh teknologi informasi dalam dunia pendidikan
adalah pembentukan jaringan komunikasi antar lembaga pendidikan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas. Sistem antarorganisasi (inter organizational system/IOS) akan terbentuk
jika dua atau lebih organisasi (lembaga pendidikan) kerja sama dalam pemakaian teknologi
informasi. Secara integral ada tiga jenis sistem yang di tawarkan lembaga pendidikan untuk
mengimplementasikan IOS, yaitu:
1. Intranet : jaringan internal lembaga pendidikan yang menghubungkan antar kantor pusat dan
kantor cabang yang terpisah secara geografis, baik lokal maupun regional.
2. Internet : jaringan komputer publik yang berorientasi sebagai penghubung lembaga pendidikan
dengan para pengguna program pendidikan atau calon siswa atau mahasiswanya.
3. Ekstranet : jaringan yang dibangun sebagai alat komunikasi antar lembaga pendidikan dan
lembaga pendukungnya, seperti kementerian pendidikan, masyarakat, pemerintahan, dan dunia
usaha.
Lembaga pendidikan yang tertarik untuk melakukan IOS biasanya memiliki beberapa
alasan populer yang mendasarinya, yaitu sebagai berikut :
1. Program baru (new programme)
Tujuan diadakannya kerja sama antar lembaga pendidikan adalah untuk menghasilkan jasa
pendidikan yang tidak mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut jika berdiri sendiri.
2. Pelayanan baru (new service)
Disamping sarana pelayanan pendidikan yang bersifat fisik, pelayanan baru juga mungkin
ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang bekerja sama.
3. Efisiensi
Motif ketiga yang mendorong sebuah lembaga pendidikan mengadakan kerja sama antar
lembaga pendidikan yaitu untuk efisiensi (terlaksanannya proses yang lebih murah dan cepat).
4. Hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat
Bentuk kerja sama lain terjadi antara lembaga pendidikan dan masyarakat, baik sebagai penyedia
calon siswa atau mahsiswa untuk lembaga pendidikan ataupun sebagai pengguna jasa pendidikan
tersebut.6[6] Bentuk penggunaan sistem informasi dapat berupa layanan sistem informasi
akademik di sekolah atau di universitas. Siswa atau mahasiswa dapat mengisi kartu rencana
studi, melihat hasil belajar, memberikan penilaian terhadap dosen, melihat informasi beasiswa,
dan informasi akademik lainnya.
5. Outsourcing (menggunakan jasa lain untuk membantu melakukan aktivitas pendidikan).
Lembaga pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari berbagai
keterbatasannya, baik keterbatasan sumber daya manusia, modal, maupun sarana prasarana.
Maka, jika lembaga pendidikan tidak memiliki tenaga ahli untuk memperbaiki atau memelihara
peralatan kantor, dapat digunakan perusahaan jasa di bidang pemeliharaan alat-alat kantor,
seperti komputer.
6. Membangun Citra Lembaga Pendidikan (Image Building)
Lembaga pendidikan yang sama maupun lembaga lain yang dapat menunjang kelancaran
aktivitas lembaga pendidikan tersebut. Salah satunya adalah bagaimana meningkatkan citra
lembaga pendidikan, terutama di era globalisasi.
7. Operasi bersama (Joint Operation)

6[6] Syopiansyah Jaya Putra, dan A’ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi, Jakarta:UIN Jakarta
Press, 2006, 126.
Operasional yang dilakukan bersama-sama antar lembaga pendidikan baik antar lembaga
pendidikan formal, maupun antara lembaga pendidikan formal dan nonformal, untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada para pengguna jasa.
8. Aliansi Strategis (strategic Alliances)
Merupakan bentuk kerja sama antara beberapa pendidikan untuk tujuan yang bersifat umum dan
jangka panjang. Misalnya aliansi antar situasi bagi lembaga-lembaga pendidikan swasta atau
perguruan tinggi swasta untuk jurusan tenaga kependidikan baik sekolah tinggi keguruan
maupun fakultas keguruan

D. Teknologi Informasi sebagai Aset Jangka Panjang Lembaga Pendidikan


Kecepatan perkembangan teknologi informasi sangat tinggi seringkali menyulitkan
lembaga pendidikan untuk menyusun strategi untuk mempertahankan eksistensinya dalam
jangka waktu yang panjang. Setidaknya ada tiga kunci utama yang mendukung teknologi
informasi untuk dijadikan aset lembaga pendidikan dalam jangka panjang, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia disini adalah para staf penanggung jawab perencanaan dan pengembangan
teknologi informasi pada sebuah lembaga pendidikan. Faktor SDM yang menjadi staf
pengembangan teknologi informasi pada lembaga pendidikan harus memiliki tiga dimensi
berikut.
• Keahlian teknis sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat
perkembangan teknologi informasi yang terjadi.
• Pengetahuan mengenai dunia pendidikan biasanya diperoleh dari hasil interkasi antar SDM yang
terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengethaui proses operasional lembaga pendidikan yang
menggunakan bantuan teknologi informasi serta kemungkinan untuk meningkatakan nilai
tambah bagi lembaga pendidikan tersebut.
• Orientasi pada pemecahan masalah. Hal ini tidak terbatas pada karakteristik SDM secara
tradisional yang hanya terpaku pada tugas tugas rutin saja, akan tetapi, SDM yang dibutuhkan
cenderung merupakan kumpulan orang yang selalu berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan
masalah yang terjadi pada lembaga pendidikan
Dengan demikian, para staf tersebut benar-benar bertanggung jawab terhadap
pengoperasian teknologi informasi, memiliki kompetensi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi lembaga pendidikan sehari-hari, dan selalu mencari kesempatan mengguanakan
teknologi informasi untuk kemajuan lembaga pendidikan tersebut. Melalui kombinasi aktifitas
seperti pelatihan, pengalaman bekerja, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan yang
berkualitas, staf teknologi informasi tersebut akan memiliki pengetahuan dan kompetensi yang
dibutuhkan.
2. Teknologi
Seluruh infrastruktur teknologi informasi, termasuk perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) dipergunakan secara bersama-sama dalam proses operasional
lembaga pendidikan karena merupakan tulang punggung terciptanya sistem yang terintegrasi,
dengan biaya yang relatif terjangkau, untuk biaya oprasional, pengembangan, maupun biaya
pemeliharaan, dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang lembaga pendidikan
harus mengembangkan infrastrukturnya, pada akhirnya, sistem informasi yang di hasilkan akan
memiliki potensi yang dapat di percaya (Reliable), akurat (accurate), dan
konsisten (consistent) akan dijadikan panduan pengembangan teknologi informasi yang di
bangun sejalan dengan strategi pengembangan lembaga pendidikan
3. Relasi
Relasi yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan teknologi informasi dengan pihak
manajemen lembaga pendidikan sebagai pengambil keputusan (decision maker). Menjalin suatu
relasi berarti membagi resiko dan tanggung jawab. Dalam mewujudkan relasi ini harus didukung
oleh pimpinan tertinggi dari lembaga pendidikan sehingga akan bertanggung jawab pada aplikasi
teknologi informasi yang berorientasi terhadap proses bukan berdasarkan fungsi organisasi.
Disamping itu, pimpinan tertingi lembaga pendidikan diharapkan mampu memutuskan skala
prioritas pengembangan dan implementasi dari teknologi informasi berdasarkan skala
kepentingan lembaga pendidikan, serta harus dituangkan dalam cetak biru (blueprint) panduan
perencanaan dan pengembangan sistem informasi manajemen pendidikan.7[7]
III. Penutup
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari paparan di atas antara lain sebagai berikut:
1. Era baru dalam sistem informasi manajemen menuntut adanya reformasi pendidikan yang
berkaitan erat dengan sistem informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan dunia pendidikan.

7[7] Ety Rochaety, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 25-26
2. Teknologi informasi telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan efesiensi aktifitas
operasional lembaga pendidikan. Penggunaan perangkat teknologi informasi yang tepat dapat
mendorong keunggulan lembaga pendidikan dengan lembaga pesaing lainnya.
3. Menciptakan keunggulan bersaing lembaga pendidikan dengan pembentukan jaringan
komunikasi antar lembaga pendidikan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, yaitu
melalui jaringan internet, internal dan ekternal
4. Tiga kunci utama yang mendukung teknologi informasi untuk dijadikan aset lembaga
pendidikan dalam jangka panjang yaitu sumber daya manusia, teknologi dan relasi

DAFTAR PUSTAKA

Amsyah, Zulkifli, Manajemen Sistem Informasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001

Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo, 1998

Putra, Syopiansyah Jaya & Subiyakto, Aang, Pengantar Sistem Informasi, Jakarta:UIN Jakarta
Press, 2006

Rochaety, Ety, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Sarwono, Sarlito W, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo, 2010

Uno, Hamzah B & Lamatenggo, Nina, Teknologi Komunikasi dan Informasi


Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Anda mungkin juga menyukai