Anda di halaman 1dari 19

TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN BERSAING

LEMBAGA PENDIDIKAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Ismail Marzuki, M.Pd

Disusun Oleh:

Eka Pratiwi (1986208125)

Epa Patmawati (1986208223)

Refa Hazar Aurinnisa (1986208191)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

Jalan Perintis Kemerdekaan I Babakan No.33, RT.007/RW.003, Cikokol, Kec.


Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118 Tahun 2021/20

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita


Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukan kepada kita semua jalan yang
lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar
bagi seluruh alam semesta.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah SIM
Pendidikan. Kamipun sangat berterimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada Eti Rochaety dkk yang telah sangat membantu dari bukunya yang berjudul
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Terlepas dari ini semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kakurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Akan tetapi
kami senantiasa berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Tangerang, 23 Februari 2022

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................iv

A. Latar Belakang.......................................................................................iv
B. Rumusan Masalah..................................................................................v
C. Tujuan Masalah......................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................1

A. Lingkungan Pendidikan.........................................................................1
B. Teknologi Informasi Untuk Mendorong Keunggulan Bersaing
Lembaga Pendidikan
...............................................................................................................
2
C. Menciptakan Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan....................6
D. Teknologi Informasi Sebagai Aset Utama Lembaga Pendidikan
Dalam Jangaka Panjang
...............................................................................................................
9

BAB III PENUTUP.........................................................................................12

Kesimpulan.......................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Era baru dalam dunia pendidikan, yaitu diperkenalkannya reformasi


pendidikan yang berkaitan erat dengan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
pengembangan dunia pendidikan. Konsep ini memiliki nuansa bagaimana dunia
pendidikan berusaha menggunakan perangkat komputer, yang dapat diaplikasikan
sebagai sarana komunikasi untuk meningkatkan kinerja dunia pendidikan secara
signifikan.

Informasi yang diolah dengan menggunakan komputer dapat digunakan oleh


seorang pimpinan organisasi atau perseorangan dengan keahlian yang dimiliki
sebagai sarana komunikasi dan pemecahan masalah, serta informasi yang sangat
berharga dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dapat digali melalui
sumber-sumber yang tersedia, seperti sumber daya manusia, material, alat, biaya
yang dibutuhkan, serta data yang akan diolah.

Ledakan informasi saat ini menimbulkan dampak yang sangat kuat terhadap
kompleksitas manajemen pada umumnya, khususnya manajemen pendidikan
pimpinan sebuah lembaga pendidikan pada dasarnya adalah pengolah informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

iv
A. Rumusan Masalah
a. Apa itu lingkungan pendidikan?
b. Bagaimana peran teknologi informasi untuk mendorong keunggulan
bersaing lembaga pendidikan
c. Bagaimana menciptakan keunggulan bersaing lembaga pendidikan
d. Bagaimana teknologi informasi sebagai asset utama lembaga pendidikan
dalam jangka Panjang?

B. Tujuan Masalah
a. Mahasiswa diharapkan mampu memahami apa yang dimaksud dengan
lingkingan pendidikan
b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami peran teknologi informasi
untuk mendoromg keunggulan bersaing lembaga pendidikan
c. Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang bagaimana
menciptakan keunggulan bersaing lembaga pendidikan
d. Mahasiswa diharapkan mampu memahami teknologi informasi sebagai
aset utama lembaga pendidikan dalam jangka panjang.

v
vi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Pendidikan

Dalam dunia pendidikan keberadaan sistem informasi merupakan salah


satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas itu sendiri.
Kedua hal tersebut memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi
dalam membentuk karakteristik dunia pendidikan. Hubungan kedua aspek
itu di mana pendidikan sebagai penggerak dari sistem pendidikan
informasi. Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat
manusia (brainware). Untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan
strategi lembaga dan strategi informasi harus saling mendukung. Sehingga
menciptakan keunggulan bersaing atau (competitive advantage) lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Beberapa hal yang diamati dalam
lingkungan pendidikan, antara lain yaitu:

Gambar 1. Kuadran lembaga pendidikan dan system informasi pada ranah


internal dan eksternal

1
a. Sebuah lembaga pendidikan hanya dapat mengontrol domain internet
namun domain eksternal diluar kemampuan lembaga pendidikan tersebut.
Persaingan yang terjadi di antara lembaga pendidikan sebenarnya
melakukan pendayagunaan terhadap sumber daya yang dimiliki sehingga
menghasilkan jasa pendidikan yang lebih baik, harga terjangkau, kualitas
terbaik, dapat disajikan tepat waktu dari pesaingan yang berada diluar
jangkauan lembaga pendidikan tersebut.
b. Masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan sangat dipengaruhi oleh
yang berubah-ubah sewaktu-waktu. Perubahan terjadi secara cepat karena
terbukanya arus komunikasi dan informasi global dari mancanegara
persaingan yang terjadi cenderung menciptakan lingkungan yang berubah
secara cepat dan dinamis. Karena itu lembaga pendidikan dituntut untuk
cepat beradaptasi dengan lingkungan luar.
c. Pada abad informasi ini secara langsung maupun tidak langsung.
Kemajuan teknologi informasi ini akan memberikan dampak yang
signifikan terhadap entitas dalam mengoperasikan lembaga pendidikan.
d. Abad informasi diikuti oleh abad bioteknologi yang akan menghasilkan
lingkungan makro yang sama sekali jauh berbeda dengan yang ada pada
saat ini dan secara makro dampak tersebut akan berpengaruh terhadap
kehidupan setiap individu dalam proses bersosialisasi maupun berperilaku.

B. Teknologi Informasi Untuk Mendorong Keunggulan Bersaing Lembaga


Pendidikan

Banyak pendapat mengatakan bahwa teknologi informasi merupakan


salah satu senjata persaingan. Hal ini tidak perlu diragukan lagi karena saat
ini teknologi informasi telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan
efisiensi aktivitas operasional lembaga pendidikan. Hampir disetiap
lembaga pendidikan tampak fenomena bahwa yang menjadi kriteria

2
pilihan masyarakat saat ini adalah lembaga pendidikan yang telah
memiliki perangkat teknologi informasi sangat memadai dalam berbagai
aktivitas lembaga operasional lembaga pendidikan tersebut. Hal itu
disebabkan oleh salah satu unsur penilaian masyarakat tentang kualitas
pendidikan saat ini dapat dilihat dari kemampuan sebuah lembaga
pendidikan dalam menyajikan jasa pendidikan di antaranya dalam
menggunakan teknologi informasi. Sebagai contoh salah satu perguruan
tinggi dalam menyajikan berbagai fasilitas pendukung kelancaran proses
belajar mengajar bekerja sama dengan pihak perbankan untuk
menggunakan sebuah kartu ATM (automatic teller mechines) yang pada
umumnya digunakan untuk penarikan uang tunai, tetapi bagi mahasiswa di
perguruan tinggi tersebut sekaligus dapat digunakan untuk mengakses
kepentingan yang berhubungan dengan perkuliahan mahasiswa, seperti
mengakses nilai-nilai mata kuliah dimana mahasiswa tidak perlu datang
langsung ke bagian administrasi akademik untuk menanyakan nilai,
mereka hanya cukup sedikit waktu untuk meng-click file tertentu maka
dalam hitungan detik data yang dibutuhkan akan terlihat secara jelas.

Untuk mengidentifikasi daya saing lembaga pendidikan yang


marketable dan sellable, ada beberapa kekuatan yang harus menjadi
prioritas perhatian para pengambil kebijakan lembaga pendidikan karena
adanya para pesaing lemabga pendidikan yang secara ofensif dan
defensive menggunakan teknologi informasi.

Sebuah lembaga pendidikan yang sudah memiliki segmen pasar


tertentu tidak henti-hentinya meningkatkan kualitas pelayanannya agar
jasa pendidikan yang disajikan lebih kompetitif. Tidak dapat dipungkiri
bahwa perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat tidak
hanya mengubah cara orang berkomunikasi dan bekerja, namun lebih jauh
lagi telah membuat alam persaingan baru. Michael Porter, 1995, dalam
manajemen startegi memperkenalkan Five Forces (lima kekuatan) yang
harus dicermati oleh pihak pimpinan lembaga pendidikan yang mencakup:

3
1. Persaingan antar lembaga pendidikan yang sudah ada (rivalry among
existing institution)
Ancaman pertama biasanya datang dari pesaing lama, yaitu kumpulan
lemabaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan relative sama
dimata masyarakat penggunaka jasa pendidikan. Secara prinsipil strategi
yang dijalankan terhadap program pendidikan yang sama ini bagaimana
menciptakan program pendidikan yang harganya terjangkau, kualitasnya
baik, dan disajikan tepat waktu (on time). Yang menjadi ancaman disini
adalah jika para pesaing telah menggunakan teknologi informasi untuk
menyajikan program pendidikan yang cheaper, better ataupun faster.
Lembaga pendidikan yang telah mendayagunakan teknologi informasi
tersebut akan memiliki dua domain kegiatan. Pertama front office, dimana
dalam penggunaan teknologi informasi dalam kaitannya dalam proses
penyajian dan pelayanan secara langsung, seperti pendidikan melalui
electronic commerce (e-commerce), pembayaran pendidikan lewat internet
banking, permintaan jasa pendidikan melalui call center. Kedua back
office, penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi
seperti penggunaan internet untuk sarana informasi dan kolaborasi,
perkembangan system administrasi bebas kertas (paperless office),
pemakaian system informasi eksekutif antarpimpinan lembaga pendidikan,
serta system pendukung keputusan.
2. Ancaman dari lembaga pendidikan pendatang baru (threat of new
entrant)
Datangnya para pesaing baru dalam dunia pendidikan merupakan jenis
ancaman kedua bagi setiap lembaga pendidikan. Dalam era globalisasi
informasi lembaga pendidikan baru adalah lemabga pendidikan yang
secara fisik datang dan berada pasa lingkungan (local, regional, maupun
nasional). Lembaga pendidikan tersebut berada di negara lain dan
kekuatan informasinya dapat menawarkan program pendidikan melalui
jalur komunikasi internet. Misalnya, lembaga pendidikan yang
menawarkan program pendidikannya kepada calon mahasiswa di seluruh

4
dunia melalui internet dengan metode pembayaran credit card. Jika
ternyata lebih terjangkau, maka mahasiswa di banyak wilayah gerografis
akan berpindah.
3. Ancaman dari lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidikan
pengganti (threat of substitute educations service)
Ancaman ini datang dari kemampuan teknologi informasi untuk
menciptakan program pendidikan pengganti. Sebagai contoh program
pendidikan yang ditawarkan oleh sebuah lembaga pendidikan kepada para
pelanggannya melakukan download (pemindahan file dari lembaga
pendidikan ke pengguna jasa pendidikan) terhadap materi belajar, artikel,
atau buku-buku referensi yang dapat dibeli dengan harga yang lebih
terjangkau dibandingkan dengan membeli buku dalam bentuk fisik.
Lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidikan semacam ini di
Indonesia cukup banyak, tetapi yang lebih menarik bagi pengguna jasa
pendidikan )masyarakat) kita terutama program pendidikan yang
ditawarkan oleh lembaga-lembaga pendidikan internasional. Disamping
memiliki daya jual, mereka juga menawarkan nilai tambah yang tidak
dapat diterima oleh lembaga pendidikan local.
4. Kekuatan tawar-menawar pemasok/masyarakat yang membutuhkan jasa
pendidikan (bargaining power of suppliers)
Jika ancaman sebelumnya datang secara langsung dari para pesaing
lembaga pendidikan yang bersangkutan, ancaman keempat berasal dari
komponen rekanan yang berupa pemasok. Dalam hal ini masyarakat calon
pengguna jasa pendidikan (calon siswa) atau calon penyaji jasa pendidikan
(pendidik) berkepentingan untuk menyajikan jasa pendidikan yang
berkualitas. Jika masyrakat tersebut memutuskan hubungan atau tidak
memilih lagi lembaga pendidikan tertentu maka lembaga pendidikan yang
bersangkutan tidak akan survive bahkan akan mengalami penurunan
jumlah siswa. Oleh karena itu, lembaga pendidikan yang ingin
mempertahankan eksistensinya harus berorientasi kepada program

5
pendidikan yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat (cheaper, better,
faster).
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyer)
Komponen ancaman berikutnya beasal dari (masyarakat) pengguna jasa
pendidikan. Masyarakat pengguna jasa pendidikan memiliki kekuatan jauh
lebih besar dalam menentukan jenis maupun kualitas jasa pendidikan yang
ditawarkan.

C. Menciptakan Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan

Salah satu fasilitas yang ditawarkan oleh teknologi informasi dalam


dunia pendidikan adalah pembentukan jaringan komunikasi antarlembaga
pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Fenemonema
kerja antarlembaga pendidikan, yaitu bekerja sama untuk menghadapi
lembaga pendidikan yang lebih baik. Ada tiga jenis jaringan yang bisa
dibentuk dalam jaringan komunikasi antarlembaga pendidikan, yaitu
intranet, internet, dan ekstranet.

Sistem antar organisasi (Inter Organizational System/IOS) akan


terbentuk jika dua atau lebih organisasi (lembaga pendidikan) bekerja
sama dalam pemakaian teknologi informasi. Fenomena yang muncul
belakangan ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi informasi yang
menawarkan berbagai jenis pelayanan yang berbasis elektronik. Secara
integral terdapat tiga jenis yang ditawarkan lembaga pendidikan untuk
mengimplementasikan IOS, yaitu sebagai berikut:

1. Intranet, jaringan internal lembaga pendidikan yang menghubungkan antara


kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah secara geografis, baik local
maupun regional.
2. Internet, jaringan computer public yang berorientasi sebagia penghubung
lembaga pendidikan dengan para pengguna program pendidikan atau calon
siswa dan mahasiswa.

6
3. Ekstranet, jaringan yang dibangun sebagai alat komunikasi antarlembaga
pendidikan dan lembaga pendukungnya, seperti departemen pendidikan,
masyaralat, pemerintah, dan dunia usaha.

Lembaga pendidikan yang tertarik untuk melakukan IOS memiliki


alasan popular yang mendasarinya, yaitu sebagai berikut:

1. Program Baru (New Programme)

Tujuan diadakan kerja sama antarlembaga pendidikan adalah untuk


menghasilkan jasa pendidikan yang tidak mungkin dihasilkan oleh
lembaga pendidikan jika berdiri sendiri (new life of operation). Contoh
Fakultas Ekonomi PTS X di Jakarta mengadakan kerja sama dengan
fakultas ekonomi di luar negeri, dengan tujuan mahasiswa yang belajar di
PTS tersebut memiliki kesempatan beberapa bulan atau semester untuk
mengikuti perkuliahan di luar negeri. Mereka juga berhak mendapatkan
Ijazah (gelar akademik) dari fakultas ekonomi PTS dalam negeri sekaligus
gelar akademik dari luar negeri dimana PTS tersebut mengadakan kerja
sama.

2. Pelayanan Baru (New Survice)

Di samping sarana pelayanan pendidikan yang bersifat fisik, pelayanan


baru juga mungkin ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang bekerja
sama. Misalnya, lembaga pendidikan bekerja sama dengan lembaga
asuransi, perbankan, dan rumah sakit yang menawarkan jasa pendidikan
kepada siswa dan mahasiswanya dnegan dilengkapi fasilitas asuransi,
kartu ATM, dan kartu Kesehatan.

3. Efisiensi

Alasan mengadakan kerja sama antar lembaga pendidikan, yaitu untuk


efisiensi (terlaksananya proses yang lebih murah dan cepat). Contoh
lembaga pendidikan membuat program bersama antarbersama lembaga
pendidikan, sebab jika program tersebut disediakan secara sendiri-sendiri

7
oleh masing-masing lembaga pendidikan, biaya akan menjadi lebih mahal.
Jika disediakan secara bersama-sama biayanya akan menjadi lebih murah
dan hasilnya akan menjadi lebih optimal.

4. Hubungan Antar Lembaga Pendidikan dan Masyarakat

Bentuk Kerjasama lain yang terjadi antar lembaga pendidikan dan


masyarakat, baik secara penyedia calon siswa atau calon mahasiswa untuk
lembaga pendidikanataupun sebagai pengganti jasa pendidikan tersebut.
Saat ini yang sedang digalakan, yaitu pendidikan yang berorientasi
masyarakat untuk mendukung program manajemen berbasis sekolah/MBS
(School Based Manajemen/SBM). Tanpa adanya kerja sama antara
lembaga pendidikan dengan masyarakat, untuk mewujudkan lembaga
pendidikan yang bermutu tidak akan tercapai. Oleh karena itu, kerja sama
seperti ini harus terus dibina dan dikembangkan. Dalam menjalin kerja
sama dengan masyarakat dengan lembaga pendidikan harus dibentuk
jaringan kerja sama (net working) misalnya dengan kerja sama dengan
orangtua siswa/mahasiswa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kantor
pemerintah maupun lembaga bisnis. Kerja sama ini harus saling
menguntungkan, artinya dari aktivitas yang dilaksanakan secara bersama-
sama, masing-masing pihal dapat menikmati kontribusinya setelah
sebelumnya membuat kesepakatan bersama.

5. Outsourcing (Menggunakan Jasa Lain Untuk Melakukan Aktivitas


Pendidikan)

Lembaga pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas


dari berbagai keterbatasan, baik keterbatasan sumber manusia, modal,
maupun sarana prasarana. Jika lembaga pendidikan tidak memiliki tenaga
ahli untuk memberbaiki atau memilihara peralatan kantor, dapat digunakan
perusahaan jasa dibidang pemeliharaan alat-alat kantor, seperti computer.

6. Membangun Citra Lembaga Pendidikan (Image Building)

8
Masih banyak alasan untuk memutuskan diadakannya kerja sama, baik
dengan lembaga pendidikan yang sama maupun lembaga lain yang dapat
menunjang kelancaran aktivitas lembaga pendidikan tersebut. Salah
satunya adalah bagaimana meningkatkan citra lembaga pendidikan. Besar
sekali minat masyarakat untuk menjadi pengguna jasa sebuah lembaga
pendidikan dikarenakan telah mengimplementasikan teknologi informasi
yang lebih baik. Memahami paradigma seperti ini, lembaga pendidkan
yang ingin membangun citra lembaga pendidikan yang lebih baik harus
membangun jaringan kerja sama dengan pihak lain seperti bekerja sama
denga perusahaan e-commerce untuk membuka e-mail atau web site.
Akibat adanya jaringan kerja sama tersebut, citra lembaga pendidikan
semakin baik dan berkembang sesuai dengan tuntutan par apengguna jasa
pendidikan dan sejalan dengan penngkatan kinerja lembaga pendidikan
berdasarkan kompetensinya.

7. Operasi Bersama (Joint Operation)

Operasi yang dilakukan bersama-sama antarlembaga pendidikan baik


antarlembaga pendidikan formal, maupun antara lembaga pendidikan
formal dan nonformal yang pada dasarnya dibentuk untuk menginkatkan
kualitas pelayanan kepada para pengguna jasa. Sebagai contoh lembaga
pendidikan bahasa asing yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan
tinggi untuk menjaring mahasiswa maupun tenaga kerjanya yang masih
belum menguasai keterampilan berbahasa asing. Oleh karena, itu diadakan
kursus bahasa asing yang dilaksanakan di perguruan tinggi yang
bersangkutan.

8. Aliansi Strategis (Strategic Alliences)

Hal ini merupakan bentuk kerja sama antara beberapa lembaga


pendidikan untuk tujuan yang bersifat umum dan jangka Panjang.
Misalnya aliansi antara lembaga-lembaga pendidikan swasta atau
perguruan tinggi swasta untuk Jurusan Tenaga Kependidikan baik sekolah

9
tinggi keguruan maupun fakultas keguruan. Membuat kesepakatan tentang
kutikulum untuk lembaga pendidikan tenaga kependidikan.

D. Teknologi Informasi Sebagai Aset Utama Lembaga Pendidkan Dalam


Jangka Panjang

Kecepatan perkembangan teknologi informasi sangat tinggi sehingga


sangat sulit bagi lembaga pendidikan untuk menyusun strategi
mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang. Ada tiga kunci
utama yang mendukung teknologi informasi untuk dijadikan aset lembaga
pendidikan dalam jangka panjang, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia

Yang dimaksud sumber daya manusia adalah para staf penanggung


jawab perencanaan dan pengembangan teknologi informasi pada sebuah
lembaga pendidikan. Dengan demikian, para staf benar-benar memiliki
tanggung jawab terhadap pengoperasian teknologi informasi, memiliki
kompetensi untuk memecahkan masalah yang dihadapi lembaga
pendidikan sehari-hari, dan selalu mencari kesempatan menggunakan
menggunakan teknologi informasi untuk kemajuan lembaga pendidikan
tersebut. Melalui kombinasi aktivitas seperti pelatihan, pengalaman
bekerja, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan yang berkualitas, staf
teknologi informasi tersebut akan memiliki pengetahuan dan kompetensi
yang dibutuhkan. Faktor SDM yang menjadi staf pengembangan teknologi
informasi pada lembaga pendidikan harus memiliki tiga dimensi tersebut,
yaitu:

1. Keahlian teknis sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam dunia


pendidikan, mengingat cepatnya perkembangan teknologi informasi yang
terjadi. Keahlian teknis yang dimiliki seorang staf teknologi informasi
terutama untuk selalu mempelajari hal-hal baru.

10
2. Pengetahuan mengenai dunia pendidikan biasanya diperoleh dari hasil
interaksi antar-SDM yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan
mengetahui proses operasional lembaga pendidikan yang menggunakan
bantuan teknologi informasi serta kemungkinan untuk mengingatkan nilai
tambah bagi lembaga pendidikan tersebut.
3. Orientasi pada pemecahan masalah. Hal ini tidak terbatas pada
karakteristik SDM Secara tradisional yang hanya terpaku pada tugas-tugas
rutin. Akan tetapi, SDM yang dibutuhkan cenderung merupakan kumpulan
orang yang selalu berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah
yang terjadi pada lembaga pendidikan.
2. Teknologi

Seluruh infrastruktur teknologi informasi , termasuk perangkat keras


(hard ware) dan perangkat lunak (software) dipergunakan secara bersama-
sama dalam proses operasional lembaga pendidikan karena merupakan
tulang punggung terciptanya sistem yang terintegrasi, dengan biaya yang
relatif terjangkau, untuk biaya operasional, pengembangan, maupun biaya
pemeliharaan. Dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang
lembaga pendidikan harus mengembangkan infrastrukturnya. Misalnya,
perangkat keras diganti dari waktu ke waktu (upgrade), aplikasinya
diinstalasi ulang untuk versi yang terbaru, sistem informasi disesuaikan
dengan kebutuhan jaringan yang tersedia pada lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Hal ini harus didefinisi dengan jelas sehingga investasi
dalam infrastruktur strategi pengembangan lembaga pendidikan tidak akan
sia-sia. Pada akhirnya, sistem informasi yang dihasilkan akan memiliki
potensi yang dapat dipercaya (reliable), akurat (accurate), dan konsisten
(consistent). Perangkat yang sudah disusun dengan baik berupa cetak biru
(blueprint) akan dijadikan Panduan pengembangan teknologi informasi
yang dibangun sejalan dengan Strategi Pengembangan lembaga
pendidikan.

3. Relasi

11
Yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan teknologi informasi
dengan pihak manajemen lembaga pendidikan sebagai pengambil
keputusan (decesion maker). Menjalin suatu relasi berarti membagi resiko
dan tanggung jawab . Dalam mewujudkan relasi ini harus didukung oleh
pemimpin tertinggi dari lembaga pendidikan sehingga akan bertanggung
jawab pada aplikasi teknologi informasi yang berorientasi terhadap proses
bukan berdasarkan fungsi organisasi. Disamping itu, pimpinan teknologi
lembaga pendidikan diharapkan mampu memutuskan skala prioritas
pengembangan dan implementasi dari teknologi informasi berdasarkan
skala kepentingan lembaga pendidikan, serta harus dituangkan dalam cetak
biru (blueprint) panduan perencanaan dan pengembangan sistem informasi
manajemen pendidikan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

12
Berdasarkan paparan sebelumnya tentang bagaimana teknologi
informasi untuk keunggulan bersaing lembaga pendidikan, penulis
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Era baru dalam sistem informasi manajemen pendidikan diperlukannya


reformasi pendidikan yang berkaitan erat dengan sistem informasi yang
dibutuhkan dalam pengembangan dunia pendidian. Konsep ini memiliki
nuansa bagaimana dunia pendidikan berusaha menggunakan perangkat
komputer, yang dapat di aplikasikan sebagai sarana komunikasi untuk
meningkatkan kinerja dunia pendidikan secara signifikan
2. Teknologi informasi telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan
efesiensi aktifitas oprasional lembaga pendidikan, memiliki perangkat
teknologi informasi yang dapat mendorong keunggulan lembaga pendidikan
yang merupakan salah satu senjata pesaing.
3. Menciptakan keunggulan bersaing lembaga pendidikan dengan membentukan
jaringan komunikasi antar lembaga pendidikan untuk meningkatkan efesiensi
dan efektivitas, yaitu melalui jaringan internet, internal dan ekternal.
4. Tiga kunci utama yang mendukung teknologi informasi untuk dijadikan aset
lembaga pendidikan dalam jangka panjang yaitu sumber daya manusia,
teknologi dan relasi.

13

Anda mungkin juga menyukai