Anda di halaman 1dari 129

IMPLEMENTASI SISTEM ZONASI PADA PENERIMAAN

PESERTA DIDIK BARU DI SMA NEGERI 1 BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

DESSY GAYO ANATHASYA PURBA


3153322006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
ABSTRAK

Dessy Gayo Anathasya Purba, NIM 3153322006. Tahun 2019. Judul Skripsi:
Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1
Binjai. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi sistem zonasi pada penerimaan
peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai, kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru, dan juga kesiapan sekolah, persepsi dan masukan
masyarakat terhadap sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1
Binjai. Untuk menghasilkan tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Selama melakukan penelitian dilapangan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan yaitu di sekitar lokasi
penelitian dan di sekitar lokasi SMA Negeri 1 Binjai, wawancara yang mendalam dengan
delapan informan serta dokumentasi yang dilakukan selama proses penelitian. Penelitian
ini melibatkan pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah, guru mata pelajaran Sosiologi dan
Antropologi kelas X di SMA Negeri 1 Binjai, Orang tua peserta didik baru dengan sistem
zonasi, serta peserta didik baru dengan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai. Adapun hasil
penelitian yang di dapatkan dari lapangan adalah sebagai berikut : 1) implementasi sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai telah berjalan sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Sistem penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi
baru diberlakukan pada tahun ajaran 2018/2019 di Kota Binjai. 2). Kelebihan setalah
diberlakukannya sistem zonasi diantaranya; menjamin terpenuhinya hak anak untuk
memperoleh pendidikan; menghilangkan disparitas antar sekolah; membantu pemerintah
untuk memberikan bantuan pendidikan tepat sasaran; serta menjalin kerjasama yang baik
antara sekolah, pemerintah dan masyarakat dan tentu yang menjadi tujuan utama dari
sistem zonasi adalah untuk menghapus deskriminasi terhadap sekolah favorit dan sekolah
tidak favorit. Adapun yang menjadi kekurangan dalam pengimplementasian sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru diantaranya; kurangnya sosialisasi terkait sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru, peserta didik baru yang tinggal pada daerah blank
spot; gangguan teknis atau gangguan server dan lain sebagainya. 3). Masukan dari
masyarakat terkait sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru diantaranya; sekolah
melakukan sosialisasi tentang sistem zonasi sedini mungkin kepada masyarakat,
pemerintah meninjau ulang daerah yang berada pada blank spot dengan sekolah yang
terdekat, begitupula masyarakat diajak untuk meninggalkan persepsi tentang sekolah
favorit dan sekolah tidak favorit. Diharapkan dengan diberlakukannya sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru, maka proses penerimaan peserta didik baru akan berjalan
dengan adil, merata, transparan dan terhidar dari tindakan kecurangan pada penerimaan
peserta didik baru.

Kata Kunci. Penerimaan peserta didik baru, sistem zonasi, pendidikan yang adil dan
merata.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas segala berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di

SMA Negeri 1 Binjai”. Penulis tidak lupa untuk menyampaikan rasa terimakasih

kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi

penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimaksih penulis kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Medan beserta dengan jajarannya.

3. Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi

Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos. MSP selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu pembuatan skripsi dari awal sampai

akhir. Serta perhatian, dukungan, kasih sayang dan motivasi membangun yang

sangat membantu penulis dalam mengerjakan skripsi.

5. Ibu Noviy Hasanah, S.Sos, M.Hum., selaku dosen Pembimbing Akademik penulis

sekaligus dosen penguji utama penulis yang tidak hanya mengajari tetapi juga

mendidik dan memberikan teladan serta mengarahkan penulis sejak awal proses

perkuliahan hingga sampai peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

ii
6. Ibu Dr. Nurjanah, M.Pd, selaku dosen penguji II yang telah memberi kritikan dan

masukan serta saran-saran yang membangun kepada penulis dalam pembuatan

skripsi ini.

7. Ibu Supsiloani. S.Sos., M.Si, selaku dosen pengjui III yang telah memberikan

kritikan dan masukan serta saran-saran yang membangun kepada penulis dalam

pembuatan skripsi ini.

8. Kepada semua Bapak/Ibu dosen serta staff pegawai UNIMED khususnya di Prodi

pendidikan Antropologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan

pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan hingga sampai selesainya

skripsi ini.

9. Kepada Orang tua penulis, kepada Ayahanda tecinta dan terkasih, Bapak Jawanton

Wilson Purba Pakpak (+) yang sedari dulu sudah mendukung cita-cita penulis

sebagai guru dan memberikan kasih sayang yang tiada berkesudahan. Dan kepada

Ibu Victoria Saragih yang menjadi cinta dan motivasi terbesar bagi penulis. Terima

kasih untuk kasih dan sayang, perhatian, ketulusan, kesabaran dan semua cinta yang

tidak putus-putusnya berikan. Terkhusus untuk Ibu yang jerih payahnya tidak dapat

tergantikan oleh apapun.

10. Terima kasih penulis ucapkan kepada cangi squad; Karnita Saragih, May Yudina

Sinaga, Novi Suciyanti, dan Sinarisa Sitepu yang selalu memberikan dan dukungan

dalam bentuk apapun kepada penulis. Keep spirit and be bless everywhere.

11. Terima kasih kepada B Ekstensi 2015, Tetap semangat, tetap solid, tetap saling

membantu.

iii
12. Terima kasih kepada sekolah tempat penulis PPL, SMA Negeri 7 Binjai kepada

Pamong Ibu Juli Achriani, S.Sos, kepada temen PPL; Fany, Ernata, Grace, Popi,

Romasi, dan semuanya, juga kepada murid murid-nya yang super nakal tapi

ngangenin. Terimakasih untuk kebersamaan kita.

13. Terima kasih untuk para narasumber terkhusus pihak SMA Negeri 1 Binjai; Kepada

Bapak Susianto. M.Pd, kepada Ibu Dra. Rincana Ginting, kepada Bapak Drs.

Sehukur Ginting yang telah bersedia meluangkan waktu dan memotivasi penulis

dalam mengerjakan skripsi.

14. Terima kasih untuk orang tua dari peserta didik baru; Ibu Theresia, Bapak Mangasi

Sihaloho, S.Pd, dan Ibu Br. Gultom. Juga kepada adik-adik peserta didik baru;

kepada Bernardinus Sihaloho dan Damelia Simarmata yang telah meluangkan

waktu dan memberikan dukungan penulis.

Semoga hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi

peneliti selanjutnya terutama bagi para Calon guru agar mengetahui bagaimana

Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri

1 Binjai.

Medan, Juni 2019

Penulis,

Dessy Gayo Anathasya Purba

NIM. 3153322006

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka...................................................................................... 9
2.1.1. Implementasi Program Pendidikan Dan Sistem Zonasi Pada
Penerimaan Peserta Didik Baru ........................................................... 9
2.1.2. Kualitas Sekolah vs Pilihan Sekolah .......................................... 12
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 15
2.2.1 Teori Fungsionalisme Talcott Parsons ..................................... 15
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................... 20
2.3.1 Kebijakan Publik ...................................................................... 20
2.3.2 Kebijakan Pendidikan .............................................................. 22
2.3.3 Masyarakat .............................................................................. 22
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 27
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 29
3.3 Informan ............................................................................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
3.4.1 Observasi .................................................................................. 34
3.4.2 Wawancara .............................................................................. 36
3.4.3 Dokumentasi ............................................................................. 38
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
3.5.1 Reduksi Data ........................................................................... 40
3.5.2 Penyajian Data ......................................................................... 41
3.5.3 Penarikan Kesimpulan ............................................................ 42

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 44
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 45
A. Gambaran Umum Kota Binjai .................................................. 45
B. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Binjai .................................. 45
4.2. Pembahasan ....................................................................................... 48
4.2.1. Implementasi Sistem Zonasi pada penerimaan peserta
didik baru di SMA Negeri 1 Binjai .......................................... 48
4.2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Zonasi Pada
Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1 Binjai ....... 61
4.2.3. Kesiapan Sekolah, Persepsi dan Saran Masyarakat
Terhadap Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik
Baru Di SMA Negeri 1 Binjai .................................................. 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ............................................................................................. 89
5.2 Saran .................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
PEDOMAN WAWANCARA

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Profil Informan Kunci ..................................................................... 31

Tabel 2. Profil Informan Utama .................................................................. 32

Tabel 3. Profil Informan Tambahan .............................................................. 33

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep Teori AGIL Parsons ..................................................................... 20

Gambar 2. Peta Kota Binjai ...................................................................................... 4

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

membangun serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dapat

dijadikan sebagai kekuatan untuk dapat mengubah tingkah laku manusia dengan

melalui pelatihan dan pengajaran yang tepat. Pendidikan memberikan pengaruh

terhadap kepribadian, kemampuan, perkembangan fisik dan jiwa serta kehidupan

sosial seseorang dengan sesama manusia.

Maunah (2016) mengaitkan teori sosiologi struktural fungsional dengan

pendidikan. Pemikiran struktural fungsional meyakini bahwa tujuan pendidikan

adalah mensosialisasikan generasi muda menjadi anggota masyarakat untuk

dijadikan tempat pembelajaran, mendapatkan pengetahuan, perubahan perilaku,

dan penguasaan tata nilai yang diperlukan agar bisa tampil sebagai warga negara

yang produktif. Perspektif teori struktural fungsional ini mengatakan bahwa

masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau

elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu. Sangat jelas bahwa pendidikan

dan sosiologi berhubungan erat di masyarakat.

Negara Indonesia sendiri, setiap warga Negara mempunyai hak yang sama

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, juga berhak mendapatkan

kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Berbicara tentang hak untuk

1
2

memperoleh pendidikan semakin diperjelas dengan UUD 1945, Pasal 31,

menyatakan bahwa :

“(1)Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga


negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang; (4) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; (5) pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.”

Sangat jelas dalam UUD 1945 Pasal 31 terkhusus pada ayat (1) ditekankan

bahwa negara menjamin setiap orang, yang keberadaannya diakui oleh Undang-

Undang Republik Indonesia, untuk menjadi subjek dalam proses pendidikan .

Pendidikan bahkan dijadikan kebutuhan yang harus terpenuhi mengingat banyak

aspek dalam kehidupan manusia sangat berkaitan dengan pendidikan. Misalnya

ketika seseorang mencari pekerjaan, salah satu indikator yang dilihat adalah latar

belakang pendidikannya. Terlebih pada era Revolusi Industri 4,0 dimana

pendidikan terendah minimal lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Oleh sebab itu, masyarakat dituntut untuk paling tidaknya memiliki ijazah

SMA sebagai standar pendidikannya. Pendidikan formal dimulai dengan tahapan

awal untuk memulai jenjang pendidikan yaitu melalui penerimaan peserta didik

baru. Setiap awal tahun ajaran baru, sekolah sebagai lembaga penyelenggaraan

pendidikan akan menerima peserta didik baru dimana proses penerimaan peserta

didik baru merupakan proses seleksi yang akan menentukan siswa diterima di suatu

sekolah.
3

Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah telah mengalami

perubahan dari masa ke masa. Waktu pelaksanaan PPDB hanya akan dibuka setiap

Juni atau Juli, berbeda dengan sistem PPDB sekarang yang pada bulan Januari atau

awal tahun, para calon peserta didik telah diidentifikasi dan kelompokkan untuk

melanjutkan pendidikannya sesuai dengan zona yang ditentukan. Selanjutnya,

proses penerimaan peserta didik baru yang dahulu yaitu dengan mendaftarkan diri

sebagai calon peserta didik dengan melengkapi segala syarat yang diberikan.

Syarat-syarat yang dimaksud yaitu menyertakan ijazah pendidikan terakhir yang

sebelumnya, pasfoto, map, dan lain sebagainya kemudian diantarkan ke sekolah

yang akan dituju. Berbeda dengan penerimaan peserta didik yang sekarang, dimana

para calon peserta didik dapat menggunakan teknologi untuk mendaftarkan dirinya.

Mengingat Revolusi Industri 4,0 yang sekarang ini terjadi, pemanfaatan teknologi

sangat dilibatkan dalam proses penerimaan peserta didik baru.

Penerimaan peserta didik baru yang ideal adalah apabila diselenggarakan

secara objektif, akuntabel, transparan dan tanpa diskriminasi sehingga terwujud

peningkatan akses dan layanan pendidikan yang adil dan merata. Namun pada

kenyataannya, terjadi permasalahan dimana dalam proses penerimaan peserta didik

baru mengalami ketidakseimbangan jumlah calon peserta didik baru dengan kuota

yang diberikan oleh sekolah. Jumlah calon peserta didik yang mendaftar di Sekolah

favorit biasanya melebihi dari kuota yang disediakan. Berbanding terbalik dengan

sekolah yang tidak favorit lainnya. Pola pikir masyarakat tentang sekolah favorit

harus diubah agar nantinya tidak lagi ada sekolah yang favorit dan yang tidak
4

favorit sehingga semua sekolah semakin meningkat kualitas dan mutu serta akses

pelayanannya.

Salah satu upaya nyata dari pemerintah sebagai solusi dari permasalahan

ketidakmerataan pendidikan tersebut, pemerintah berupaya melakukan pemerataan

pendidikan ini dengan mengeluarkan peraturan baru dalam penerimaan peserta

didik melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No.

17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yang di dalam

Permendikbud tersebut, diatur sistem zonasi yang harus diterapkan oleh sekolah

dalam menerima calon peserta didik yang baru. Berdasarkan Permendikbud Nomor

17 Tahun 2017 tersebut, dengan menerapkan sistem zonasi, sekolah yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang

berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90 persen

dari total jumlah peserta didik yang diterima.

Seperti yang dikutip dari Harian Analisa, 30/06/2018, menurut Kepala Dinas

Pendidikan Sumatera Utara (Kadiksu), Arsyad Lubis menyampaikan, sesuai

petunjuk Mendikbud Muhadjir Effendy, penerapan Sistem Zonasi dalam

penerimaan peserta didik baru merupakan upaya mempercepat pemerataan di sektor

pendidikan. Lanjut Arsyad Lubis selaku Kadiksu :

“Hal yang paling terpenting di dalam penerapan PPDB adalah membuat anak
mendapatkan layanan pendidikan yang terdekat dari rumah atau tempat
tinggalnya. Apabila dalam satu zona kelebihan kuota, atau daya tampungnya
tidak mencukupi, maka dinas pendidikan wajib mencarikan sekolah. Jangan
dibiarkan anak dan orang tua kesulitan mendapatkan sekolah.”

Lebih lanjut, hal yang serupa dikatakan oleh Ketua PPDB Online Provsu dan

sekretaris PPDB, Agus Sinaga, dimana beliau menjelaskan beberapa tujuan dari
5

sistem zonasi antara lain : mendekatkan lingkungan sekolah, dengan lingkungan

keluarga; menghilangkan eksklusivitas dan diskrimasi di sekolah, khususnya

sekolah negeri; membantu analisis perhitungan kebutuhan dan distribusi guru.

(Retrieved from : http://harian.analisadaily.com/sekolahku/news/kadisdiksu-

sistem-zonasi-untuk-pemerataan-pendidikan/578139/2018/06/30)

Ketentuan Sistem Zonasi semakin diperkuat dengan berita yang dikutip dari

Harian Analisa 19/02/2019, dimana Sekjen Dikdasmen Kemendikbud pada

Desember 2018 di Mercury Hotel Medan, membenarkan bahwa muncul aneka

anekdot yang menggambarkan kepanikan sebagian publik pada penerapan sistem

zonasi. Ada kemurungan warga sekolah (pendidik/guru dan tenaga

kependidikan/pegawai TU) yang selama berpuluh tahun bekerja di sekolah yang

dicap favorit, muridnya berasal dari berbagai penjuru dari kelompok ekonomi

mampu, dengan berlakunya sistem penerapan zonasi, kini siswanya biasa biasa saja

baik kecerdasan maupun latar belakang ekonomi keluarga. (Retrieved From :

http://harian.analisadaily.com/opini/news/ketentuan-zonasi-pendidikan diperkuat/

684064/2019/01/26)

Kebijakan Sistem Zonasi di Sumatera Utara semakin diperkuat dengan

ditetapkannya Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.20 Tahun 2018 Tentang Tata

Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Dan

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Di Provinsi Sumatera Utara. Masih mengutip

dari Harian Analisa, isi Pergub No.20 Tahun 2018, yaitu; pertama, PPDB

berlangsung secara terbuka, non-epotisme, aksesibilitas dan stabil; kedua,

kejelasan aturan dalam sistem zonasi perlu dikaji untuk pemetaan wilayah radius
6

sistem zonasi sehingga tidak terjadi bias data dalam suatu wilayah; ketiga,

implementasi terhadap regulasi peraturan Gubernur (Pergub) No.52 Tahun 2017

yang berfungsi mengatur hingga ke daerah untuk mengantisipasi munculnya

masalah-masalah penerimaan baru.

Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 ini mulai diterapkan di Kota Binjai

pada tahun 2018 yaitu pada bulan Juli. Salah satu sekolah yang menerapkan Sistem

Zonasi tersebut adalah SMA Negeri 1 Binjai. Diberlakukannya sistem zonasi ini

diharapkan penerimaan peserta didik baru dapat berjalan tanpa diskriminasi dan

mampu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap peserta didik untuk

mengenyam pendidikan formal, terlepas dari kemampuan kognitif maupun

ekonomi yang rendah. Salah satu sekolah yang telah melaksanakan sistem zonasi

di Kota Binjai pada Juli tahun 2018 adalah SMA Negeri 1 Binjai .

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan peserta

didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

3. Bagaimana kesiapan sekolah, persepsi dan saran dari masyarakat terhadap

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?
7

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mendeskripsikan implementasi sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai.

SMA Negeri 1 Binjai dianggap sebagai sekolah favorit di Kota Binjai yang

sering dijadikan pilihan pertama oleh masyarakat. Seperti apa proses

pelaksanaan dan prosedur yang dilalui calon peserta mulai dari sebelum

diterima hingga telah diterima sebagai peserta didik di SMA Negeri 1 Binjai.

2) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kelebihan dan kekurangan Sistem

zonasi. Sistem zonasi pertama sekali diberlakukan pada pelaksanaan

penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019. Kelebihan dan

kekurangan dalam implementasi sistem zonasi dapat dikategorikan sebagai

temuan yang terjadi pada pelaksanaan sistem tersebut.

3) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana kesiapan sekolah,

persepsi dan saran dari masyarakat terhadap sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai. Masyarakat yang dimaksud

meliputi : Orang tua dari peserta didik baru SMA Negeri 1 Binjai yang lulus

melalui seleksi sistem zonasi, peserta didik baru yang lulus melalui seleksi

sistem zonasi, dan kepala sekolah SMA Negeri 1 Binjai.


8

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai yaitu memberikan manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memperluas wawasan dan memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu Sosiologi khususnya Sosiologi Pendidikan.

2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang serupa mengenai Sistem

Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Sistem

Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Implementasi Program Pendidikan dan Sistem Zonasi pada

Penerimaan Peserta Didik Baru

Pada penelitian ini, penulis menggunakan kajian pustaka yang berkaitan

dengan penelitian tentang Implementasi Pendidikan. Adapun penelitian relevan

yang ditemukan dalam sumber bacaan yaitu tesis yang ditulis oleh Meilina (2016)

dari Program Studi S2 Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang berjudul “Implementasi Kebijakan

Pendidikan Program Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) Di SMA

Negeri 1 Kasui Way Kanan”. Penelitian tersebut merupakan penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, kemudian data yang diperoleh dari

wawancara berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep dan keterangan yang

berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah, kajian dokumentasi dan

observasi lapangan sebagai data pendukung dalam pengambilan data. Tujuan

penelitian tersebut adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan, struktur

organisme, mekanisme, sistem monitoring, hambatan-hambatan, dan

respon/tanggapan pemangku kebijakan (stakeholder) di SMA Negeri 1 Kasuy Way

Kanan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa (1)

struktur organisasi di kabupaten Way Kanan terdapat dua tim, yaitu tim pengarah

dan tim manajemen. Kemudian tim manajemen terbagi lagi menjadi dua yaitu, tim

9
10

penanggungjawab dan tim pelaksana; (2) mekanisme implementasi telah

berjalan dengan baik namun memerlukan evaluasi lanjutan; (3) sistem monitoring

bertujuan untuk memantau dan membina pelaksanaan program serta

mempertanggungjawabkan dana bantuan; (4) hambatan-hambatan yang ditemukan

dalam pelaksanaan program menjadi masukan terhadap program; (5)

respon/tanggapan pemangku kebijakan (stakeholder) terdapat dua respon yang

positif dan negatif, hal tersebut dapat dijadikan kontribusi dan motivasi demi

kemajuan program.

Adapun relevansi penelitian sebelumnya dengan judul penulis yaitu kajian

relevan di atas sama-sama membahas tentang bagaimana implementasi dari

kebijakan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan di Indonesia semakin

membaik. Perbedaan pada tesis penelitian terdahulu adalah penulis terdahulu

memfokuskan penelitiannya pada kebijakan pemerintah daerah berupa

pemanfaaatan bantuan operasional sekolah daerah (BOSDA), sementara penulis

memfokuskan permasalahan pada kebijakan pemerintah berupa implementasi dari

diberlakukannya “Sistem Zonasi” yang menjadi upaya pemerintah untuk

pemerataan pendidikan.

Selain itu, penulis juga menggunakan skripsi yang ditulis oleh Alamsyah

(2013) dari Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan Program

Pendidikan Gratis Di Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba”. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu suatu tipe

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan secara


11

sistematis, faktual dan akurat mengenai objek yang diselidiki dengan

mengumpulkan data untuk dianalisis. Lokasi penelitian tersebut dilakukan

berdasarkan judul yaitu di Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba.

Penelitian tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran implementasi kebijakan

program pendidikan gratis di Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba dan

faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program pendidikan gratis di

Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan gratis di Desa Bontotanga

berjalan dengan baik dan hal yang menjadi pendukung implementasi pendidikan

gratis ini para implementor menjalin kerjasama yang baik dalam hal kebijakan

program pendidikan gratis serta sumber daya yang memadai dalam menjalankan

program pendidikan gratis.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang diangkat oleh penulis

adalah sama-sama melihat bagaimana implementasi dari kebijakan yang diberikan

pemerintah untuk memajukan pendidikan. Perbedaan dalam penelitian tersebut

dengan penelitian yang akan diangkat oleh penulis adalah, penelitian tersebut

melihat implementasi dari program dari pemerintah berupa pendidikan gratis yang

dilaksanakan di Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba. Sementara

penulis memfokuskan pada implementasi dari program pemerintah berupa Sistem

Zonasi pada penerimaan peserta didik baru.

Selanjutnya, penulis juga menggunakan skripsi yang ditulis oleh Wulandari

(2018) dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Skripsi tersebut berjudul “Pengaruh


12

Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar

Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur Tahun Pelajaran

2017/2018”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian berjumlah 32 responden. Teknik

dalam pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data yang diperoleh

menggunakan Chi Kuadrat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk

mendeskripsikan pengaruh penerimaan peserta didik baru melalui sistem zonasi

terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur

Tahun Pelajaran 2017/2018.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang diangkat oleh penulis

adalah sama-sama melihat bagaimana implementasi dari Sistem Zonasi dalam

penerimaan peserta didik baru sebagai upaya yang diberikan pemerintah untuk

memajukan pendidikan. Perbedaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan diangkat oleh penulis adalah, penelitian tersebut melihat pengaruh sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru terhadap prestasi belajar siswa kelas VII

di SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur. Sementara penulis memfokuskan pada

implementasi dari diberlakukannya Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik

baru.

2.1.2. Kualitas Sekolah Versus Pilihan Sekolah

Penulis juga menggunakan kajian pustaka berupa buku yang berkaitan

dengan penelitian ini. Adapun buku relevan yang ditemukan dalam sumber bacaan

yaitu buku yang ditulis oleh Martono (2017) yang berjudul “Sekolah Publik Versus

Sekolah Privat”. Penulis memfokuskan pada bab lima yang berjudul “Kualitas
13

Sekolah Versus Pilihan Sekolah”. Bab lima ini menjelaskan bagaimana kaitan

antara kualitas sekolah yang akan dijadikan sebagai pilihan sekolah.

Martono, (2017) mengatakan bahwa masyarakat yang dalam hal ini termasuk

siswa dan orang tua cenderung tidak memperdulikan status akreditasi sekolah.

Mereka bahkan juga tidak memahami makna akreditasi sekolah. Mereka lebih

memperhatikan status sekolah secara pragmatis, yaitu sekolah favorit dan sekolah

tidak favorit. Bagi mereka, sekolah berkualitas adalah sekolah yang memiliki

banyak peminat, dan siswa yang bersekolah disana adalah siswa-siswa pilihan. Hal

lain yang menarik adalah bahwa mereka hampir selalu memosisikan sekolah negeri

sebagai sekolah pilihan pertama. Beberapa informan mengatakan bahwa sekolah

negeri lebih baik daripada sekolah swasta, meskipun keduanya memiliki status

akreditasi A.

Bagian ini menganalisis hasil dan temuan penelitian secara sosiologis.

Analisis ini mengacu pada pelaksanaan akreditas sekolah yang mengacu pada dua

konteks; “ketidaksetaraan pendidikan” dan “liberalisasi pendidikan”. Secara

sosiologis, analisis soal mengorelasikan gejala pendidikan dalam hubungannya

dengan pengetahuan, kekuasaan dan praktik sosial di dalamnya. Hubungan tersebut

menjadi masalah besar untuk dianalisis. Kemudian, analisis ini difokuskan pada

“analisis kelas sosial” yang menjadi fokus utama dalam analisis sosiologis. Analisis

ini kemudian mengarahkan diskusi mengenai ketidaksetaraan sosial dalam

pendidikan. Selain itu, analisis dalam bagian ini juga menghubungkan peran negara

dan praktik pendidikan di era globalisasi, serta hubungan negara, sekolah dan

masyarakat.
14

Selanjutnya, dalam diskusi ini penulis juga mencoba menghubungkan konsep

“sekolah berkualitas” dengan kebijakan “pilihan sekolah” di Indonesia. Dalam

pandangan penulis, konsep pilihan sekolah harus dimasukkan dalam diskusi ini

karena hasil wawancara dengan siswa dan orang tua (stakeholders ) menunjukkan

bahwa status akreditasi sekolah justru tidak diposisikan sebagai indikator kualitas

sekolah yang utama. Keberadaan “sekolah favorit dan tidak favorit” merupakan

dampak kebijakan pilihan sekolah. Kebijakan ini, orang tua sebagai pengguna

memiliki kebebasan “yang tidak terbatas” untuk memilih sekolah yang sesuai

dengan pilihan mereka. Hal ini menyebabkan persaingan antar sekolah negeri dan

sekolah swasta terbuka semakin lebar dan mengarah pada liberalisasi tanpa batas.

Persamaan antara penelitian ini dengan penulis buku adalah kesamaan

pendapat mengenai ketidaksetaraan pendidikan yang disebabkan oleh persepsi

sekolah favorit dan tidak favorit yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri.

Sementara perbedaan antara penulis dengan penulis buku adalah, penelitian ini

memfokuskan kepada implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru, dimana sistem zonasi merupakan solusi dari ketidakmerataan pendidikan

yang menjadi permasalahan di atas. Sementara buku ini membahas bagaimana

masyarakat membentuk persepsi “sekolah favorit dan tidak favorit”.


15

2.2. Kerangka Teori

2.2.1. Teori Fungsionalisme Talcott Parsons.

Fungsionalisme struktural, terutama dalam karya Talcott Parsons, Robert K.

Merton serta pengikut mereka mendominasi teori sosiologi selama beberapa tahun.

Talcott Parsons mengembangkan sebuah taksonomi komprehensif tentang

masyarakat melalui beberapa karyanya, seperti Towards a General Theory Of

Action (1951, editor bersama Edward Shils) dan The Social System (1951). Ritzer

mengemukakan pendapatnya bahwa Teori Fungsionalisme Struktural merupakan

bagian dari paradigma fakta sosial, yang meneliti barang sesuatu dan fakta sosial

yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Teori ini juga menjelaskan bahwa

masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau

elemen-elemen yang saling berkaitan, saling menyatu dalam keteraturan dan

keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menyebabkan

perubahan pada bagian-bagian yang lainnya pula. Asumsi dasarnya adalah bahwa

setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen bersifat

fungsional maka struktur itu tidak akan ada akan hilang dengan sendirinya.

Teori ini mempunyai beberapa tokoh besar di dalamnya, sebut saja Talcott

Parsons, Robert K. Merton, Kinsley Davis, Wilbert Moore, dan beberapa tokoh

lainnya. Ini dari teori ini yaitu memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang

terdiri dari unsur-unsur sistem yang saling berkaitan dan bekerja sesuai dengan

fungsinya masing-masing. Dengan begitu, setiap sistem yang ada akan memberikan

sumbangan agar tercapainya equilibrium (keseimbangan).


16

Berkaitan dengan Fungsionalisme, Imam (2017) mengemukakan

pendapatnya bahwa teori ini juga menjelaskan bahwa struktur sosial dan institusi

sosial berhubungan dengan fungsi dari fakta-fakta sosial. Fungsi dalam teori ini

berkaitan dengan akibat-akibat yang dapat diamati dalam proses adaptasi atau

penyesuaian dari suatu sistem. Menurut Robert K.Merton selaku penganut dalam

teori ini berpendapat bahwa obyek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti :

peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok,

pengendalian sosial dan lain-lain.

Raho, (dalam Imam, 2017) menyatakan bahwa, struktural fungsionalisme

berjalan melalui individu-individu sebagai aktor dengan menjalankan fungsi dan

perannya masing-masing melalui bentuk adaptasi terhadap subsistem kultural

fungsionalisme, yang menghasilkan sebuah tindakan (unit aksi). Dari unit aksi

inilah kemudian terjadi sistem aksi (act system) dimana masyarakat telah

menemukan tujuan dari aksi tersebut. Sehingga terbentuklah suatu tatanan

masyarakat dengan keunikannya tersendiri. Nantinya, akan mengalami perubahan

yang lebih kompleks.

Damsar (2015:44) memfokuskan pendidikan melalui struktural fungsional

oleh Talcott Parsons. Parsons merupakan salah seorang tokoh utama yang

mempopulerkan pendekatan sistem dalam sosiologi kontemporer. Suatu sistem,

menurut Parsons, hanya bisa fungsional apabila semua persyaratan terpenuhi. Ada

beberapa persyaratan harus terpenuhi agar sebuah sistem sosial dapat bertahan

menurut perspektif fungsionalisme. Parsons mengembangkan apa yang dikenal

sebagai imperatif-imperatif tersebut adalah Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi,


17

dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal Attainment,

Integration, Latency). Penjelasan dari AGIL adalah sebagai berikut :

a. Adaptasi (Adaptation) merupakan suatu kebutuhan sistem untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Lingkungan yang dimaksud dapat

berupa sosial maupun nonsosial/fisik. Melalui adaptasi, sistem mampu

menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungannya serta mendistribusikan

sumber-sumber ini ke dalam seluruh sistem.

b. Pencapaian tujuan (Goal Attainment) merupakan prasyarat fungsional yang

menentukan tujuan dan skala prioritas yang ada. Setiap orang bertindak selalu

diarahkan oleh suatu pencapaian tujuan. Namun perhatian utama bukan terfokus

pada tujuan pribadi individual, melainkan diarahkan pada tujuan bersama para

anggota dalam suatu sistem sosial.

c. Integrasi (Integration) adalah suatu kebutuhan sistem yang dapat

mengoordinasikan dan dapat menciptakan kesesuaian antar bagian atau anggota

dalam suatu sistem. Fungsi integrasi dapat terpenuhi apabila bagian atau anggota

dalam suatu sistem berperan sesuai dengan fungsinya dalam satu keseluruhan.

Agar sistem sosial berfungsi efektif sebagai satu kesatuan, harus terdapat paling

kurang satu tingkat solidaritas di antara bagian atau individu yang termasuk di

dalamnya. Masalah integritas menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa

ikatan emosional yang cukup akan menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk

bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan. Ikatan emosional ini tidak boleh

bergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan

untuk tercapainya tujuan individu atau kolektif. Jika tidak, solidaritas sosial dan
18

kesediaan untuk kerja sama akan jauh lebih goyah sifatnya, karena hanya

didasarkan pada kepentingan diri pribadi semata. (Johnson, 1986:130)

d. Latensi (Latency) atau Latent pattern maintenance atau dapat pula diartikan

sebagai pola pemeliharaan laten adalah prasyarat fungsional yang dibutuhkan

sistem untuk menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai dengan

beberapa aturan atau norma. Konsep laten menunjuk pada sesuatu yang

tersembunyi atau tidak kelihatan. Prasyarat fungsional diperlukan apabila sistem

sosial menghadapi kemungkinan terjadinya disintegrasi atau perpecahan, maka

ada pola pemeliharaan yang tersembunyi yang dapat memelihara agar sistem

tetap terintegrasi atau terpelihara.

Sementara itu, Damsar (2015:44-46) menganalisis AGIL dalam dunia

pendidikan. Hubungan antar-persyaratan bersifat saling pengaruh-mempengaruhi

secara timbal balik. Sistem sosial, seperti halnya sistem yang lain, memiliki

persyaratan fungsional AGIL. Dalam sistem sosial, kebutuhan fungsional AGIL

diemban beberapa subsistem seperti sistem, polity (sistem politik), komunitas

societal, dan fiduciary (sistem sosialisasi). Ekonomi merupakan subsistem yang

bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan fungsional adaptif (A) dalam

suatu sistem sosial. Kegiatan produksi dalam subsistem ekonomi merupakan suatu

usaha adaptif manusia agar dapat bertahan hidup (survive) dengan mengubah alam

menjadi fasilitas yang dapat digunakan atau sesuatu yang sangat bermanfaat untuk

bermacam tujuan individu dan kolektif, termasuk mencakupi kebutuhan dasar fisik

biologis manusia sebagai organisme.


19

Sistem sosial , polity (sistem politik) merupakan sistem yang memikul

tanggung jawab untuk memenuhi persyaratan fungsional pencapaian tujuan (G).

Sistem politik, yang dilakoni oleh suatu pemerintahan (eksekutif, legislatif dan

yudikatif), menentukan tujuan dan skala prioritas dari tujuan yang ada. Setiap unsur

atau bagian dari sistem politik bertindak selalu diarahkan oleh suatu pencapaian

tujuan. Tujuan individual, secara teoritis, berbeda dengan tujuan komunitas

societal, manakala peran dimainkan seseorang berhubungan dengan perannya

sebagai warga negara. Dalam sistem politik, partai politik dan kelompok

kepentingan memiliki pengaruh terhadap penentuan tujuan masyarakat

Adapun tujuan prasyarat fungsional integrasi dalam sistem sosial diemban

oleh komunitas societal. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa integrasi

menunjuk pada persyaratan untuk mengoordinasikan dan menciptakan kesesuaian

antarbagian atau anggota-anggota dalam suatu sistem. Yang diperlihatkan oleh

suatu tingkat solidaritas minimal sehingga bagian atau anggotanya akan bersedia

merusak. Dalam komunitas societal, Parsons menemukan bahwa sistem hukum,

kontrol sosial, kebiasaan dan norma antarpribadi serta agama sebagai suatu

mekanisme utama yang berkaitan dengan masalah integrasi dalam sistem sosial.

Terakhir, prasyarat kebutuhan fungsional pemeliharaan pola laten dalam

sistem sosial dipikulkan tanggungjawabnya kepada sistem fiduciary (sistem

sosialisasi). Konsep fiduciary menunjuk pada peranan sebagai wali yang dilakukan

oleh para pengemban tradisi kultural maupun mereka yang memindahkan tradisi ini

pada anggota masyarakat. Dalam masyarakat Minangkabau, misalnya “tigo tungku

sarajangan”, yaitu ninik, mamak (penghulu/datuk), alim ulama, dan cerdik pandai.
20

Untuk semakin mempermudah memahami konsep AGIL, Syawaludin (2014)

membuat konsep mengenai AGIL dalam skema sebagai berikut :

AGIL MENURUT PARSONS

(Gambar 1)

Penulis akan menggunakan Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

dalam Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai

untuk melihat bagaimana Sistem Zonasi tersebut dalam perspektif struktural

fungsionalnya.

2.3. Kerangka Konseptual

2.3.1. Kebijakan Publik.

Kebijakan sering kali disamakan dengan istilah politik, program, keputusan,

undang-undang, aturan, ketentuan-ketentuan, kesepakatan dan rencana strategis.

Menurut Dunn 2000 (Meilina 2016 : 16), analisis kebijakan adalah disiplin ilmu

sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian multiple dalam


21

konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan

mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

Menurut Abidin, 2008 (Meilina 2016 : 19), kebijakan publik adalah kebijakan

pemerintah yang dengan kewenangannya dapat memaksa masyarakat untuk

mematuhinya. Kebijakan publik sebagai apa yang dihasilkan pemerintah dapat

merupakan kebijakan umum, kebijakan teknis, dan kebijakan operasional pada

tingkat yang paling rendah.

Faktor yang menentukan perubahan, pengembangan, atau resttrukturasi

organsasi adalah terlaksananya kebijakan organisasi sehingga dapat dirasakan

bahwa kebijakan tersebut benar benar berfungsi dengan baik. Hakikat kebijakan

ialah berupa keputusan yang substansinya adalah tujuan, prinsip dan aturan-aturan.

Format kebijakan biasanya dicatat dan dituliskan sebagai pedoman oleh pimpinan,

staf, dan personel organisasi, serta interaksinya dengan lingkungan eksternal.

Kebijakan diperoleh melalui suatu proses pembuatan kebijakan. Pembuatan

kebijakan (policy making) adalah terlihat sebagai sejumlah proses dari semua

bagian dan berhubungan kepada sistem sosial dalam membuat sasaran sistem.
22

2.3.2. Kebijakan Pendidikan

Menurut Tilaar dan Riant Nugroho (Meilina, 2016 : 20), menyimpulkan

bahwa pengertian kebijakan merupakan proses dan hasil perumusan langkah-

langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam

rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat

untuk kurun waktu tertentu.

Menurut Linblom (Meilina, 2016 : 20), ada tiga pendekatan dan model

kebijakan pendidikan yang sering digunakan, yaitu :

1) Pendekatan analisis, yaitu pendekatan suatu proses membuat kebijakan yang

didasarkan pada pengambilan keputusan tentang masalah dan beberapa

pilihan kebijakan alternatif atas dasar hasil analisis.

2) Pendekatan politik, yaitu pembuatan kebijakan atas dasar pengambilan

keputusan tentang pilihan kebijakan dengan pengaruh kekuasaan, tekanan

dan kendali pihak lain.

3) Pendekatan analisis dan politik, yaitu pendekatan ini digunakan untuk

mengatasi kelemahan yang ada pada pendekatan analisis dan pendekatan

politik.

2.3.3. Masyarakat.

Masyarakat merupakan sasaran dan target utama pendidikan. Masyarakat

yang cerdas akan meningkatkan proses pembangunan negara, baik dari aspek

ekonomi, politik, sosial, dan budaya.


23

Mengutip dari Kompasiana, (27/10/2016), Bolivar mengemukakan bahwa

kini arah kebijakan pendidikan lebih bersifat desentralisasi. Tujuan desentralisasi

adalah untuk meningkatkan pengertian rakyat serta dukungan mereka dalam

kegiatan pembangunan. Sekolah dan masyarakat mempunyai keterkaitan dalam

beberapa aspek, diantaranya :

a) Sekolah dan masyarakat merupakan suatu keutuhan dalam menyelenggarakan

pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.

b) Sekolah dan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerjasama dengan

masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaharuan tetapi juga dalam

menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya, serta mencari alternative

pemecahannya.

c) Sekolah dan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian serta

bantuan dalam pendidikan di sekolah, untuk mengembangkan berbagai potensi

secara optimal sesuai dengan harapan peserta didik. (Retrieved from : https//

www.kompasiana.com/simonmanalu/55282adf6ea8344e5b8b45a0/partisipasi

-masyarakat-dalam-bidang-pendidikan)

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

persepsi masyarakat tentang implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta

didik baru, dimana masyarakat yang dimaksud meliputi :

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan sumber daya

pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah dapat


24

menentukan terwujudnya visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui

kebijakan yang diberikannya. Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan

manajemen dan kemimpinan yang memadai untuk mengambil inisiatif dan

kebijakan untuk meningkatkan mutu sekolah.

Penelitian ini melibatkan kepala sekolah karena kepala sekolah

merupakan orang yang berwenang atas setiap kebijakan yang diterapkan di

sekolah. Termasuk pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan perserta didik

baru.

2. Guru

Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Guru merupakan

seorang individu yang diberi tanggungjawab untuk menyelenggarakan proses

pembelajaran yang dipegangnya secara baik. Tanggungjawab yang dimaksud

meliputi : penelahaan terhadap kurikulum, penyusunan program tahunan,

program semester, program satuan pelajaran, rencana pengajaran dan

pelaksanaan mengajar itu sendiri. Guru juga berperan dalam pengelolaan kelas,

karena guru sebagai penanggungjawab kegiatan belajar mengar di kelas dengan

berbagai latar belakang siswa.

Penelitian ini melibatkan guru karena guru sebagai pendidik dari peserta

didik yang diterima melalui jalur sistem zonasi.

3. Orang Tua

Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan anaknya. Orang tua

akan sangat mempengaruhi urusan pendidikan anak, termasuk penentuan


25

sekolah dimana anak tersebut akan melanjutkan pendidikan. Hubungan yang

baik harus diwujudkan antara orang tua dan sekolah. Jika terjalin kerjasama

yang baik antara kedua belah pihak maka akan terwujud pendidikan yang ideal

untuk anak.

Penelitian ini melibatkan orang tua dari peserta didik baru yang lulus

melalui jalur sistem zonasi. Hal tersebut dikarenakan keputusan dari orang tua

akan sangat mempengaruhi pendidikan anaknya.

2.4. Kerangka Berfikir

Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru

Sistem Zonasi pada

Penerimaan Peserta Didik Baru

Kelebihan dan Kelemahan Implementasi Sistem Zonasi pada Persepsi Orangtua peserta
Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru didik baru, peserta didik
Penerimaan Peserta Didik baru, dan sekolah terhadap
Baru Sistem Zonasi
26

Penelitian beranjak dari penerimaan peserta didik baru sebagai awal mula

dari pendidikan formal di Indonesia. Namun kenyataannya justru terjadi

ketidakmeraataan jumlah peserta didik akibat perspektif masyarakat yang

cenderung memprioritaskan sekolah favorit sebagai tujuan utama. Bila tidak

ditangani dengan tepat hal tersebut akan menjadi masalah karena akan

mengakibatkan timpangnya jumlah calon peserta didik baru yang mendaftar dengan

kuota peserta didik baru yang diterima. Hal tersebut yang mendesak pemerintah

untuk memberikan solusi. Pemerintah mengupayakan pemerataan pendidikan

melalui diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang dimaksud yaitu dengan

mempertimbangkan jarak rumah atau domisili calon peserta didik baru yang

mendaftar dengan sekolah yang paling terdekat dengan jarak tempat tinggal dan

domisili peserta didik tersebut. Dengan demikian semua sekolah akan menerima

calon peserta didik baru dengan jumlah yang merata, sehingga diharapkan tidak lagi

ada ketidakmerataan dan ketidakadilan pendidikan. Penelitian yang terkait dengan

Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru akan dilihat dari

implementasinya padap penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai,

Kelemahan Dan Kelebihannya, juga seperti apa sistem zonasi menurut persepsi

orangtua peserta didik baru, peserta didik baru, dan sekolah. Diharapkan dengan

diberlakukannya sistem ini dapat mengupayakan untuk meningkatkan pendidikan

yang lebih bermutu, adil dan merata.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan

Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai” ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah memusatkan perhatiannya pada prinsip umum

yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan

manusia, atau pola-pola. Penelitian kualitatif sasaran kajiannya adalah pola-pola

yang berlaku yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum dan mendasar

berlaku dan menyolok berdasarkan kehidupan manusia, maka juga analisis terhadap

gejala-gejala tersebut tidak harus menggunakan kebudayaan yang bersangkutan

sebagai kerangka acuannya. Seperti yang dikemukakan oleh Creswell, 1998 (dalam

Ismayanti, 2015) tentang definisi penelitian kualitatif :

“Qualitative research is an inquiry process of understanding based on


distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human
problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports
detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting”.

Cresswell menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian

untuk memahami dan menyelidiki masalah sosial atau manusia berdasarkan

metodologi penelitian, dimana penulis membuat gambaran yang bersifat holistik,

menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara

rinci dan melakukan penelitian dalam situasi ilmiah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Adapun yang dimaksud pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang

27
28

ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap, pemikiran orang secara individual atau kelompok. Data

dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks

yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis

dokumen. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan : (1) Menggambarkan dan

mengungkapkan (to describe and explore); (2) Menggambarkan dan menjelaskan

(to describe dan explain).

Dalam penggunaan pendekatan ini, hasil penelitian merupakan deskripsi

interpretasi yang mana penulis berusaha menjelaskan dan mendeskripsikan setiap

obyek yang ditelitinya bersifat tentatif dalam konteks waktu dan situasi tertentu.

Kebenaran hasil penelitian lebih banyak didukung melalui kepercayaan

berdasarkan konfirmasi dengan pihak-pihak yang diteliti. Creswell ,2014:348-349

(dalam Ismayanti, 2015) juga berpandangan bahwa validasi dalam penelitian

kualitatif sebagai usaha untuk menilai akurasi dari berbagai temuan, sebagaimana

yang dideskripsikan dengan baik oleh penulis dan para partisipan. Pandangan ini

juga mengemukakan bahwa setiap laporan penelitian merupakan penyajian dari

penulis. Validasi adalah sebagai salah satu kekuatan khas dari penelitian kualitatif

dimana laporan tersebut yang dihasilkan melalui waktu yang panjang di lapangan,

deskripsi tebal dan terperinci dan kedekatan dengan para partisipan dalam studi

tersebut menambah nilai atau akurasi dari studi.


29

3.2 Lokasi Penelitian

Penulis memilih empat lokasi penelitian yang berbeda yang akan dirincikan

sebagai berikut :

a) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Binjai. SMA Negeri 1 Binjai

dianggap layak karena sekolah tersebut merupakan sekolah favorit yang

sangat diburu ketika penerimaan peserta didik baru. Dengan diberlakukannya

sistem zonasi ini, maka implementasi penerapannya pada penerimaan peserta

didik baru yang akan diangkat oleh penulis.

b) Lokasi yang kedua, yaitu Daerah Berngam, Kecamatan Binjai Kota. Binjai

Kota adalah sebuah kecamatan di Kota Binjai, Sumatera Utara. Kecamatan

Binjai Kota juga merupakan pusat pemerintahan Kota Binjai. Kantor Wali

Kota Binjai beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No.6.

Lokasi ini merupakan lokasi dimana penulis melakukan wawancara dengan

informan keempat yaitu, Ibu Theresia di rumahnya di Jalan. Samanhudi,

Komplek Perumahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota. Binjai.

c) Lokasi yang ketiga yaitu Daerah Tangsi, Kecamatan Binjai Kota. Binjai Kota

juga merupakan pusat perekonomian dan bisnis di Kota Binjai. Pasar

tradisional terbesar, Pasar Tavip terletak di Jalan Husni Thamrin menjadi

tempat bertemunya penjual dan pembeli dari Kota Binjai dan sekitarnya.

Lokasi ini merupakan lokasi dimana penulis melakukan wawancara dengan

informan yang kelima yaitu, Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd. dan anaknya

yang menjadi informan ke tujuh yaitu yang bernama Bernardinus Sihaloho.


30

d) Lokasi yang keempat yaitu Daerah Lima Sundai, Binjai Barat. Lima Sundai

adalah suatu kelurahan di Kecamatan Binjai Barat. Kelurahan ini berbatasan

dengan Kelurahan Paya Roba, Lima Mungkur Dan Pekan Binjai Oleh Sungai

Bingai. Dua jembatan yang menghubungkan kelurahan ini dengan kelurahan

Pekan Binjai di Pasar Tavip dan Jalan Husni.

Lokasi ini merupakan lokasi dimana penulis melakukan wawancara dengan

informan yang keenam yang bernama Ibu Br. Gultom dan anaknya yang

menjadi informan ke delapan yaitu yang bernama Damelia Br. Simarmata.

3.3. Informan

Berdasarkan rancangan pendekatan kualitatif, Lincoln dan Guba, 1985

(dalam Ismayanti, 2015:46) bahwa yang dimaksud dengan informan hanyalah

sumber data yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu

perluasan teori yang dikembangkan. Informan dapat berupa hal, peristiwa, manusia

dan situasi yang diobservasi atau informan yang dapat diwawancara. Berdasarkan

pendapat tersebut informan dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a) Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yang menjadi

informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMA

Negeri 1 Binjai. Hal tersebut dikarenakan Kepala Sekolah SMA Negeri

1 Binjai menjadi informan yang menguasai tentang sistem zonasi dan

memberikan petunjuk kepada informan yang berikutnya.


31

No. Nama Usia Jabatan

1. Susianto, M.Pd 50 Tahun Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai

(Tabel. 1)

b) Informan Utama, merupakan informan yang dianggap mengetahui dan

menguasai serta terlibat langsung dalam sistem zonasi pada penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai, antaralain :

 Ibu Dra. Rincana Ginting selaku guru mata pelajaran Sosiologi

Kelas X di SMA Negeri 1 Binjai

 Bapak Drs. Sehukur Gintig selaku guru mata pelajaran

Antropologi Kelas X di SMA Negeri 1 Binjai

 Ibu Theresia selaku orang tua dari peserta didik baru di SMA

Negeri 1 Binjai yang diterima melalui jalur zonasi

 Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd selaku orang tua dari peserta

didik baru di SMA Negeri 1 Binjai yang diterima melalui jalur

zonasi

 Ibu Br. Gultom selaku orang tua dari peserta didik baru di SMA

Negeri 1 Binjai yang diterima melalui jalur prestasi

 Bernardinus Sihaloho selaku peserta didik baru di SMA Negeri

1 Binjai yang diterima melalui jalur zonasi

 Damelia Br. Simarmata peserta didik baru di SMA Negeri 1

Binjai yang diterima melalui jalur zonasi


32

No. Nama Usia Jabatan

1. Dra. Rincana Ginting 53 Tahun Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Binjai

2. Drs. Sehukur Ginting 60 Tahun Guru Antropologi SMA Negeri 1 Binjai

3. Ibu Theresia 45 Tahun Orang tua peserta didik kelas X IPA di

SMA Negeri 1 Binjai

4. Mangasi Sihaloho, S.Pd 54 Tahun Orang tua peserta didik kelas X IPS di

SMA Negeri 1 Binjai

5. Ibu Br. Gultom 40 Tahun Orang tua peserta didik kelas X IPS di

SMA Negeri 1 Binjai

6. Bernardinus Sihaloho 15 Tahun Peserta Didik Baru Kelas X IPS Di SMA

Negeri 1 Binjai

7. Damelia Simarmata 15 Tahun Peserta Didik Baru Kelas X IPS Di SMA

Negeri 1 Binjai

(Tabel. 2)

c) Informan Tambahan, merupakan informan yang dianggap

mengetahui tentang sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru.

 Marnilam Br. Barus, S.Pd yaitu informan yang berprofesi

sebagai guru Bimbingan Konseling di SMA Budi Murni 2

Medan. Beliau merupakan informan yang diwawacara oleh

penulis secara tidak terencana. Pernyataan yang beliau


33

berikan dapat dipertanggungjawabkan sehingga layak untuk

dijadikan sebagai informasi tambahan.

No. Nama Usia Jabatan

1. Marnilam br. Barus, S.Pd 45 Tahun Guru Bimbingan Konseling (BK) di

SMA Budi Murni 2 Medan

(Tabel. 3)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada natural

setting (kondisi alamiah), sumber data primer. Teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi berperan serta (parcitipation observation), wawancara

mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data merupakan langkan yang strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dari berbagai setting, berbagai sumber dan

berbagai cara. Jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara

(interiew), dokumentasi dan gabungan ketiganya.

3.4.1. Observasi

Observasi (Pengamatan). Menurut Patton (dalam Ismayanti, 2015:47)

manfaat observasi adalah sebagai berikut :


34

a) Melalui observasi di lapangan, penulis lebih mampu memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh

pandangan yang holistik. Penulis memperoleh data berdasarkan observasi

di sekitar sekolah SMA Negeri 1 Binjai. Observasi di SMA Negeri 1

Binjai dilakukan dengan memperhatikan dan mengamati kondisi di

sekitar SMA Negeri 1 Binjai. Penulis menemukan bahwasanya sekolah

SMA Negeri 1 Binjai berada dekat dengan sekolah SMK Putra Anda

Binjai dan SMK Negeri 1 Binjai. Juga ada beberapa unit usaha pribadi

seperti coffe shop, warung internet dan fotokopi.

b) Melalui observasi maka diperoleh pengalaman langsung sehingga

memungkinkan penulis menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak

dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan

induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

Penulis mendapatkan data berdasarkan observasi pengalaman atau cerita

dari masyarakat saat pra penelitian. Penulis melakukan pengamatan

melalui situasi yang terjadi di masyarakat. Melalui pengamatan langsung,

penulis menemukan bahwa awal diberlakukannya sistem zonasi justru

membuat masyarakat menjadi resah. Namun setelah satu tahun

diberlakukannya sistem zonasi, masyarakat dapat menerima sistem zonasi

meskipun masih ada yang kurang setuju.

c) Melalui observasi, penulis dapat melihat hal-hal yang kurang diamati

orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu. Karena

telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkap dalam
35

wawancara. Peneliti melakukan observasi dengan masyarakat di

lingkungan tersebut yang bukan sebagai informan dalam penelitian untuk

melihat respon dan tanggapan terkait sistem zonasi saat pra penelitian.

d) Melalui observasi, penulis dapat menemukan hal-hal yang diluar

persepsi responden, sehingga penulis memperoleh gambaran yang lebih

komprehensif. Penulis menemukan persepsi masyarakat yang beragam

terkait sistem zonasi. Hal yang diluar persepsi responden yang dimaksud

adalah dengan diberlakukannya sistem zonasi ternyata memberikan

keuntungan kepada sekolah swasta dalam jumlah pendaftar peserta didik

baru.

e) Melalui pengamatan di lapangan, penulis tidak hanya mengumpulkan

data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan

merasakan situasi sosial yang diteliti. Penulis memperoleh kesan pribadi

ketika melakukan observasi langsung, wawancara langsung dan

dokumentasi bersama dengan para infoman penelitian ini.

Observasi dilakukan penulis di empat lokasi yang berbeda. Lokasi yang

pertama yaitu di SMA Negeri 1 Binjai. Observasi dilakukan baik di dalam

maupun di luar sekolah. Obeservasi di luar sekolah dilakukan dengan mengamati

lingkungan di luar sekolah. Sementara observasi di dalam sekolah dilakukan

dengan mengamati kegiatan pembelajaran peserta didik, mengamati kegiatan

guru, serta mengamati spanduk berisikan informasi tentang sistem zonasi yang

terdapat di sekolah. Observasi berikutnya adalah lokasi tempat tinggal dari orang

tua peserta didik baru dan peserta didik baru yang menjadi informan pada
36

penelitian ini. Lokasi tersebut adalah daerah Berngam (Kecamatan Binjai Kota),

daerah Tangsi (Kecamatan Binjai Kota), dan daerah Lima Sundai (Kecamatan

Binjai Barat). Observasi dilakukan dengan mengamati lingkungan dan jarak

antara sekolah dengan lokasi tempat tinggal informan.

Adapun kendala yang harus dilalui penulis selama melakukan observasi

adalah adanya gangguan tidak terencana. Misalnya seperti, cuaca yang tidak

mendukung, suasana sekolah yang tidak mendukung, juga observasi yang

terhambat karena adanya pihak diluar penelitian ini yang mengganggu penulis

ketika melakukan observasi baik di dalam maupun di luar lokasi SMA Negeri 1

Binjai.

3.4.2. Wawancara

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur

(unstructured) dan bersifat terbuka (openended) yang dirancang untuk

memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan Creswell, 2010 (dalam

Ismayanti, 2015 : 49 ) tetapi tetap dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin

terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi.

Dalam upaya untuk memperoleh data dari informan yang berupa

pemahaman, perasaan dan makna sesuatu. Dalam wawancara dengan informan,

penulis memberikan keleluasaan kepada mereka untuk menjawab segala

pertanyaan, sehingga memperkuat data-data melalui pengamatan.

Berkaitan dengan penelitian ini maka penulis melakukan wawancara kepada

delapan orang yang menjadi informan dalam penelitian ini. Informan yang
37

dimaksud antara lain adalah : Kepala Sekoah SMA Negeri 1 Binjai; guru mata

pelajaran Sosiologi kelas X di SMA Negeri 1 Binjai; guru mata pelajaran

Antropologi kelas X di SMA Negeri 1 Binjai; Orang tua peserta didik baru

yang diterima berdasarkan jalur zonasi di SMA Negeri 1 Binjai (sebanyak dua

orang); Orang tua peserta didik baru yang diterima berdasarkan jalur prestasi

pada sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai; Peserta didik baru yang diterima

melalui jalur zonasi di SMA Negeri 1 Binjai; Peserta didik baru yang diterima

melalui jalur prestasi di SMA Negeri 1 Binjai. Daftar pertanyaan (terlampir)

berisi tentang implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai juga tentang isu-isu kontroversial dan kasus yang terjadi

akibat diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Penulis

juga melakukan wawancara tidak terencana dengan seseorang yang ditemui ketika

berada di Kereta Api Medan, yang bernama Ibu Marnilam Br. Barus, S.Pd yang

pernyataannya layak dijadikan sebagai informasi tambahan.

Adapun yang menjadi kendala penulis dalam melakukan wawancara dengan

informan misalnya seperti, cuaca yang kurang mendukung, waktu dengan

informan yang sebelumnya sudah direncanakan tetapi terlambat karena berbagai

hal, suasana wawancara yang mengalami gangguan, serta lokasi dilakukannya

wawancara terlalu berisik sehingga penulis dan informan merasa sedikit

terganggu.
38

3.4.3 Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau laporan tertulis dan semua peristiwa yang isinya atas

penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dengan sengaja untuk

menyimpan atau merumuskan peristiwa tersebut. Metode ini digunakan penulis

untuk memperoleh data sekunder.

Dasar pengumpulan data dalam dokumentasi adalah :

a) Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah

diperoleh dan relatif lebih murah.

b) Merupakan informasi yang baik dalam pengertian merefleksikan situasi

secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di

dalamnya.

c) Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang lebih kaya.

d) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal yang

menggambarkan kenyataan formal.

e) Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non

kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau perlakuan penulis.

Penulis mengumpulkan dokumentasi berupa foto atau gambar pada saat

penelitian berlangsung di dalam maupun di luar sekolah, selain itu dokumen

berupa spanduk yang berisikan informasi tentang sistem zonasi di SMA Negeri 1

Binjai yang telah dikumpulkan oleh penulis.

Adapun kendala yang harus dilalui oleh penulis dalam melakukan

dokumentasi dengan informan adalah sebagai berikut, Ada beberapa informan


39

yang tidak bersedia untuk melakukan dokumentasi. Penulis sangat menghargai

keputusan tersebut, dokumentasi yang diberikan sudah berdasarkan izin dari

informan itu sendiri. Cuaca dan jadwal dokumentasi juga menjadi kendala terberat

bagi penulis untuk melakukan sesi dokumentasi.

3.5. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama penelitian di lapangan dan setelah penelitian di lapangan.

Lincoln dan Guba , 1985(dalam Ismayanti, 2015 : 50) mengatakan bahwa

langkah pertama adalah penulis memulai dengan membaca dan mempelajari

secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Setelah itu seluruh

data diidentifikasi. Penulis memasukkan ke dalam kartu indeks. Penyusunan dan

pemasukan data ke dalam kartu sebaiknya dapat dipahami oleh orang lain. Pada

tahap analisis sebaiknya jangan membuang data yang ada walaupun tidak relevan.

Secara umum, menurut Neuman, 2000 (dalam Ismayanti, 2015 : 52)

bahwa analisis data merupakan suatu pencarian (search) pola-pola dalam

data – perilaku yang muncul, objek-objek, atau badan pengetahuan (a body of

knowledge). Sekali suatu pola itu diidentifikasi, pola itu diinterpretasi ke dalam

istilah-istilah teori sosial atau latar di mana teori sosial itu terjadi. Penulis

kualitatif pindah dari deskripsi peristiwa historis atau latar sosial ke interpretasi

maknanya yang lebih umum. Analisis data mencakup menguji, menyortir,

mengkategorikan, mengevaluasi, membandingkan, mensintesakan, dan

merenungkan (contemplating) data yang direkam juga meninjau kembali data


40

mentah dan terekam. Spradley (1980:85) mengetengahkan bahwa jenis analisis

apapun termasuk cara berpikir. Analisis itu mengarah pada eksaminasi sistematis

tentang sesuatu untuk menentukan bagian- bagiannya, hubungan diantara bagian-

bagian, dan hubungan bagian-bagian secara keseluruhan.

3.5.1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

Tujuan utama darpenelitian kualitatif adalah pada temuan. Dalam mereduksi

data, setiap penulis akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai yaitu apa yang

menjadi temuannya. Oleh karena itu, apabila penulis dalam melakukan penelitian

menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki

pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian penulis dalam melakukan reduksi

data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi penulis yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman

atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti.

Melalui diskusi itu, wawasan penulis akan berkembang, sehingga dapat


41

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang

signifikan.

Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat penulis uraikan sebagai

berikut: pertama, penulis merangkum hasil catatan lapangan selama proses

penelitian berlangsung di SMA Negeri 1 Binjai yang masih bersifat mentah/kasar

ke dalam bentuk yang lebih mudah dipaham seperti mentranskrip hasil wawancara

dengan informan dari alat perekam ke dalam teks. Kedua, penulis

mendeskripsikan terlebih dahulu hasil dokumentasi berupa foto-foto proses

pembelajaran sejarah ke dalam bentuk kata-kata sesuai apa adanya di lapangan.

Ketiga, penulis membuat kalimat dalam bentuk deskripsi dan membuang data

yang penulis anggap tidak perlu.

3.5.2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

adanya penyajian data, maka akan didapat kemudahan untuk memahami apa yang

terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut. Dalam penyajian data disusun secara sistematis atau simultan

sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang

diteliti. Maka dalam penyajian data, penulis disarankan untuk tidak gegabah dalam

mengambil kesimpulan.
42

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan data dalam bentuk uraian

singkat yang bersifat naratif. Penulis mendeskripsikan persiapan dan orientasi

guru dalam melaksanakan pembelajarannya, penulis mendeskripsikan tentang

proses pembelajaran, merinci perubahan-perubahan yang terjadi setelah

dilaksanakannya pembelajaran dan penulis mengidentifikasi kendala-kendala

yang dihadapi oleh peserta didik dan guru dalam pembelajaran.

3.5.3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

Adapun data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Wawancara. Data ini penulis peroleh dari hasil wawancara terhadap

peserta didik, dan guru dalam bentuk rekaman. Selanjutnya hasil rekaman

tersebut dipindahkan ke dalam bentuk teks untuk memudahkan penulis dalam

menganalisisnya guna keperluan penelitian ini.

2) Dokumentasi. Data ini berupa foto atau rekaman video pada saat proses

pembelajaran
43

3) Catatan lapangan. Data ini berupa tulisan penulis pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung serta sikap peserta didik dari awal sampai akhir.

4) Studi kepustakaan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul “Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan

Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai” ini dilakukan pada empat tempat yang

berbeda. Pemilihan lokasi penelitian yang berbeda dikarenakan Sistem Zonasi

merupakan sistem penerimaan peserta didik baru dengan mempertimbangkan jarak

antara rumah calon peserta didik baru dengan sekolah terdekat. Maka, penulis

melakukan penelitian di empat lokasi yang berbeda, yaitu ; (1) SMA Negeri 1

Binjai; (2) Berngam, Kecamatan Binjai Kota; (3) Tangsi, Kecamatan Binjai Kota;

dan (4) Lima Sundai, Kecamatan Binjai Barat.

A. Gambaran Umum Kota Binjai

Letak Geografis Kota Binjai.

Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32"

BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya,

Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua

wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai

yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km

10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17

adalah berada dalam wilayah Kota Binjai.

44
45

(Gambar 2)

Kota Binjai terbagi menjadi lima kecamatan yang kemudian dibagi lagi

menjadi tiga puluh tujuh kelurahan dan desa. Lima kecamatan tersebut yaitu : (1)

Binjai Kota; (2) Binjai Utara; (3) Binjai Selatan; (4) Binjai Barat; (5) Binjai Timur.

Pendidikan

Sampai saat ini, jumlah sekolah umum yang terdaftar di Pemerintahan Dati II

Binjai adalah sebanyak 154 Sekolah Dasar (SD), 37 Sekolah Menengah Pertama

(SMP), 9 Madrasah Tsanawiyah (MT), 31 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 10

Madrasah Aliyah (MA), keseluruhan berjumlah 241 buah. Jumlah penduduk usia

sekolah wajib (dibawah 19 tahun) adalah sebanyak 78.000 jiwa.

B. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Binjai

Sekapur Sirih Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai


46

Era globalisasi dengan segala implikasinya menjadi salah satu pemicu

cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat,

termasuk dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa Indonesia di masa

depan. Dalam hal ini dunia pendidikan, SMA mempunyai tanggung jawab yang

besar dalam menyiapkan ilmu untuk bekal masa depan generasi muda. Dalam masa

kepemimpinan Bapak Susianto, SMA Negeri 1 Binjai bertekad memberikan

pelayanan pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswanya. Kemampuan siswa-siswa

akan digali dan diasah denga memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk

mengikuti kegiatan positif di dalam maupun di luar sekolah sehingga lulusan SMA

Negeri 1 Binjai diharapkan mampu beradaptasi dan menjadikan Indonesia menjadi

lebih baik.

Visi dan Misi SMA Negeri 1 Binjai

Visi :

Unggul dalam prestasi, Disiplin, dan Berakhlak Mulia

Misi :

1) Melakukan kegiatan bimbingan motivasi secara efektif dan berdisiplin agar

setiap siswa memiliki strategi belajar yang baik dan tepat.

2) Menumbuhkan semangat keunggulan massif kepada seluruh warga sekolah.

3) Memotivasi dan membantu siswa untuk mengenal potensi dirinya dan

mengembangkan dalam bentuk cipta prestasi.

4) Menumbuhkan semangat disiplin dan rasa tanggung jawab kepada seluruh

warga dalam bentuk budaya belajar.


47

5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga

sekolah dan unsur pimpinan sekolah untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan berupa semangat keilmuan.

Ekstrakulikuler Sekolah SMA Negeri 1 Binjai

Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan peserta

didik sekolah atau universitas, umumnya di luar jam belajar kurikulum standar.

Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai

universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan

kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang

akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-

siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.

Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni,

olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif

untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.

SMA Negeri 1 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, di antaranya,

 Rohis
 OSIS
 Pengenalan Alkitab (PA)\
 Pramuka
 Basket
 Bianglala
 Badminton
 Paswakibra
 Futsal
 PMR
48

 Voly  Paduan Suara

 Eksta  Hockey

 Silat merpati putih

 Smanbipeds

 Teater A

 Muspus (Musikalisasi Puisi)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Implementasi Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di

SMA Negeri 1 Binjai

Pembahasan terkait Implementasi Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta

Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai dimulai dengan alasan mengapa informan

memilih dan berpendapat bahwa SMA Negeri 1 Binjai menjadi sekolah favorit dan

menjadi tujuan informan menentukan pilihannya. Wawancara terkait Implementasi

Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai

dilakukan kepada informan kunci dan informan utama.

Berikut ini merupakan wawancara dengan infoman kunci yaitu Kepala

Sekolah SMA Negeri 1 Binjai. Kepala Sekolah dianggap layak menjadi informan

dalam penelitian ini karena Kepala Sekolah merupakan pengambil kebijakan utama

dan menjadi penanggung jawab utama pengambilan kebijakan dalam struktur

sekolah. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai yaitu Bapak Susianto merupakan

informan pertama pada penelitian ini. Berikut merupakan hasil wawancara dengan

Bapak Susianto terkait Implementasi Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik
49

baru di SMA Negeri 1 Binjai yang ditemui di ruangan Kepala Sekolah SMA Negeri

1 Binjai, wawancara berikut ini dilakukan pada Hari Rabu 13 Maret 2019 pukul

10:15 WIB.

“Di Kota Binjai ini ada sebanyak tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri dan
sebanyak du Sekolah Menengah Kejuruan Negeri. Sewajarnya, jumlah
demikian mampu untuk memenuhi hak memperoleh pendidikan masyarakat
di Kota Binjai. Hanya saja yang terjadi di lapangan, adanya ketimpangan
jumlah peserta didik baru di masing-masing sekolah yang diakibatkan oleh
persepsi masyakat tentang favorit atau tidaknya sekolah tersebut. Indikator
yang mempengaruhi sekolah favorit dan yang tidak favorit diantaranya yaitu
: (1) Akreditasi sekolah, (2) Kualitas pelajarnya, (3) Kerjasama yang baik
dengan Perguruan Tinggi Negeri, (4) Alumni yang sukses, dan lain
sebagainya. Nah, di Kota Binjai sendiri, sekolah yang dianggap favorit yaitu,
sekolah kami, SMA Negeri 1 Binjai. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya,
banyak peserta didik kami berasal dari tempat yang jauh. Misalnya,
Kabupaten Langkat, Namuterasi, Namuukur, bahkan Bukit Lawang. Jumlah
calon peserta didik baru yang mendaftar ke sekolah kami selalu melebihi dari
kuota peserta didik baru yang kami sediakan. Untuk itu, kami melakukan
seleksi peserta didik baru dengan sistem NIM, dan dengan tes ujian tertulis.
Kami hanya akan menerima calon peserta didik yang mempunyai nilai yang
tinggi dan yang lulus seleksi tes ujian tertulis. Itu sebabnya, mengapa sekolah
kami selalu selektif dalam penerimaan peserta didik baru. Namun saat ini,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan
peraturan baru dalam penerimaan peserta didik baru yaitu dengan
menjadikan jarak dari rumah calon peserta didik baru dengan sekolah yang
dituju. Setahu saya, tujuan dari peraturan baru ini adalah untuk mewujudkan
pendidikan yang adil dan merata. Adil maksudnya, semua anak berhak untuk
diterima di sekolah yang sesuai dengan radius dari tempat tinggalnya.
Merata maksudnya, tidak terulang lagi kasus kelebihan jumlah calon peserta
didik yang mendaftar dengan peserta didik baru yang diterima. Hal tersebut
sangat masuk akal, pemerintah memberikan solusi yang tepat yang juga
bertujuan untuk menjadikan semua sekolah menjadi favorit dan unggul serta
untuk mengubah pola pikir masyarakat yang hanya terfokus pada sekolah
favorit. Sebenarnya, Sistem Zonasi sudah diberlakukan sejak tahun ajaran
lalu di Pulau Jawa. Di Sumatera saja yang berlakunya sejak tahun ajaran
2018/2019. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) juga
menyambut baik solusi yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, suka
atau tidak suka, siap atau tidak siap, semua sekolah yang diselenggarakan
oleh pemerintah harus menerapkan sistem zonasi pada penerimaan peserta
didik baru. Di SMA Negeri 1 Binjai sendiri, penerapan Sistem Zonasi
berjalan sesuai dengan aturan yang diberikan. Kami menerima peserta didik
baru dengan dua cara, yaitu 90% melalui sistem zonasi dan 10% sisanya
melalui jalur prestasi. Di sekolah kami ini, yang turun tangan langsung
50

dalam penyeleksian peserta didik baru ini adalah Tata Usaha. Masyarakat
dapat melihat info tentang sistem zonasi ini dalam surat kabar, televisi, media
sosial, dan lain sebagainya untuk mendaftar dan melengkapi berkas mereka.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sekolah kami
mengimplementasikan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru
berjalan dengan sangat baik. Ya walaupun banyak juga masyarakat yang
merasa sedih ataupun kecewa karena anaknya belum lulus di SMA Negeri 1
Binjai. Ya wajarlah, namanya juga aturan baru, sesuatu yang baru memang
sering dikritik diawal.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai,

yaitu Bapak Susianto, M.Pd yang mengatakan bahwa Guru Mata Pelajaran juga

merupakan pihak yang terlibat dalam Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik

Baru Tahun Ajaran 2018/2019, maka penulis juga melakukan wawancara dengan

guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Binjai. Ibu Dra. Rincana Ginting merupakan

Guru Mata Pelajaran Sosiologi di kelas X yang terlibat secara langsung dengan

peserta didik baru yang diterima dengan Sistem Zonasi. Wawancara dengan Ibu

Dra. Rincana Ginting (Informan 2) dilakukan tepat pada jam beliau selesai

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu pada Senin 18 Maret 2019, 09:40

WIB.

“Saya sangat setuju dan mendukung dengan sistem zonasi yang diberikan
pemerintah sebagai solusi untuk pemerataan pendidikan. Implementasi
sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai sudah dilaksanakan dengan maksimal
sesuai dengan aturan yang diberikan. Peran kami para guru tidak begitu
banyak karena kami kan baru akan bertugas ketika tahun ajaran baru sudah
dimulai. Tapi tidak sedikit pula orang tua calon peserta didik yang bertanya
kepada kami. Saya sendiri aslinya bukan orang Binjai ya, tapi sudah sepuluh
tahun saya mengajar di SMA Negeri 1 Binjai ini, jadi saya tahu betul bahwa
sekolah kami ini dianggap favorit di Kota Binjai. Bukannya mau
menyombong atau berbangga, tapi ada juga beberapa tetangga saya,--
kebetulan saya tinggal di daerah Sunggal—yang meminta bantuan saya
supaya anaknya diterima di SMA Negeri 1 Binjai. Sebelum diberlakukannya
sistem zonasi, ya saya mau mau saja, karena toh nanti akan diseleksi lagi
melalui nilai NIM dan seleksi tes tertulisnya. Namun sekarang tepatnya
51

semenjak diberlakukannya sistem zonasi saya lebih selektif dalam


menyapaikan informasi kepada orang tua calon peserta didik baru yang
bertanya kepada saya. Karena sekalipun sudah saya bantu, kalau memang
jarak rumahnya dengan sekolah kami sangat jauh kan tetap saja dianggap
tidak memenuhi syarat. Banyak juga orang tua calon peserta didik baru yang
mengeluh kepada saya karena diberlakukannya sistem zonasi ini. Kemarin
ada bahkan yang sangat dekat dengan saya, bahkan saya sampai merasa
tidak enak hati karena tidak dapat membantu banyak. Beliau sudah sangat
yakin bahwa anaknya akan diterima di SMA Negeri 1 Binjai, padahal
sebelumnya sudah saya ingatkan mengenai sistem zonasi ini, namun orang
tua nya tetap saja kekeuh mempertahankan. Ketika sudah pengumuman,
ternyata benar bahwa anaknya tidak lulus. Beliau merasa anaknya
kehilangan kesempatan bersekolah di sekolah favorit. Walau demikian saya
tetap mendukung sistem zonasi sih, dengan harapan agar semua anak
mendapatkan hak memperoleh pendidikan yang layak.”

Pernyataan yang berbeda justru diberikan oleh Informan yang berikutnya

yaitu Bapak Drs. Sehukur Ginting (Informan 3). Bapak Drs. Sehukur Ginting juga

merupakan seorang guru yang mengajar di kelas X, yaitu mata pelajaran

Antropologi. Menurut beliau, sistem zonasi hanya akan membatasi peluang kepada

peserta didik yang berada diluar radius zonasi sekolah yang diimpikannya. Berikut

ini adalah hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak Drs. Sehukur Ginting

yang ditemui di ruang guru pada Senin, 18 Maret 2019, pukul 11:00 WIB.

“Sistem zonasi yang diterapkan pada penerimaan peserta didik baru


merupakan solusi yang diberikan pemerintah dengan tujuan pendidikan yang
adil dan merata. Saya sejujurnya masih belum menerima dengan baik sistem
ini. Karena menurut saya banyak sekali yang sangat dirugikan dengan
diberlakukannya sistem ini. Contoh sederhananya, ada anak yang
mempunyai Nilai NIM yang sesuai dengan persyaratan sistem zonasi,
sekalipun NIM nya tinggi kalau jarak dari rumahnya dengan sekolah tidak
memadai maka anak tersebut tidak akan diterima di sekolah tersebut. Inikan
sangat disayangkan, anak dengan prestasi justru seperti menutup peluang
mereka untuk mendapatkan pendidikan di sekolah favorit. Memang tujuan
utamanya bagus, supaya nantinya tidak ada sekolah favorit dan tidak favorit,
melainkan semua sekolah akan dijadikan menjadi sekolah unggul. Tapi di
tahun pertamanya, sistem zonasi belum dikenal masyarakat secara luas, dan
justru yang saya temui lebih banyak yang mengeluh. Teman saya yang
52

berasal dari tempat yang jauh (misalnya daerah Kabupaten Langkat) merasa
sangat resah begitu tahu kalau sekolah kami sudah memberlakukan sistem
zonasi. Karena di daerah mereka, belum ada sekolah yang memadai secara
maksimal baik dari sarana dan prasarananya. Padahal teman saya itu sangat
yakin bahwa anaknya mempunyai kemampuan intelektual yang cukup bagus,
sehingga merasa layak untuk masuk sekolah favorit. Tapi disisi lain, sistem
zonasi memberikan kesempatan untuk semua anak dijamin hak
pendidikannya. Semua anak termasuk yang bandal dan nakal sekalipun.
Contoh sederhananya saja, di daerah SMA Negeri 1 Binjai ini kan berada di
daerah Binjai Kota dan dekat dengan daerah berngam, tanah merah dan
satria. Yang dimana daerah tersebut lebih banyak anak pendatang, atau yang
berasal dari kabupaten lain yang ngekos didaerah ini. Maka sering dianggap
daerah ini sangat rawan terhadap anak yang nakal. Dengan diberlakukannya
sistem zonasi ini, sekolah kami harus terbuka dengan anak-anak yang
dianggap bandal tersebut.”

Sistem Zonasi merupakan sistem baru yang diterapkan pada penerimaan

peserta didik baru yang memfokuskan pertimbangan antara jarak rumah calon

peserta didik baru dengan sekolah. Maka, penulis merasa perlu melibatkan orang

tua peserta didik baru dalam penelitian ini. Orang tua peserta didik baru secara

langsung mengambil peran penting dalam penerimaan peserta didik baru. Berikut

ini merupakan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Theresia (Informan 4).

Beliau merupakan orang tua dari peserta didik baru yang diterima melalui jalur

Sistem Zonasi. Wawancara ini dilakukan di kediaman Ibu Theresia, yaitu di

Berngam, Binjai Kota pada Rabu 27 Maret 2019 pukul 14:00 WIB.

“Saya sebelumnya sudah mendengar kabar dan isu-isu tentang penerimaan


peserta didik baru yang menggunakan sistem zonasi ini dari keluarga saya.
Kebetulan mereka tinggalnya di Sleman, Yogyakarta sana. Sebelumnya kan
saya diskusi dengan bapak (suami beliau) di rumah. Karena kemarin, kami
berencana agar anak kami ini sekolahnya di luar pulau saja. Maka saya
sering bertukar pikiran dengan keluarga saya disana. Kemudian kakak ipar
saya bilang bahwa disana sudah berlaku sistem zonasi sejak tahun ajaran
2017, nah sejak itu saya mulai cari tahu tentang sistem zonasi. Saya khawatir
kalau anak saya ternyata tidak dapat melanjut disana. Lalu tahun 2018 ketika
53

anak saya lanjut SMA, saya semakin paham tentang zonasi. Kebetulan rumah
kami juga masih dalam radius yang masuk dalam zonasi SMA Negeri 1
Binjai, dan anak saya juga memiliki nilai NIM yang mencukupi, maka kami
tetap memilih SMA Negeri 1 Binjai sebagai pilihan utama kami. Lalu ketika
pengumuman telah keluar, dan puji Tuhan anak saya diterima di SMA Negeri
1 Binjai ini. Sebenarnya, tanpa ada sistem zonasi pun kami tetap memilih
SMA Negeri 1 Binjai karena ini juga sekolah yang diimpikan oleh anak kami.
Dengan adanya sistem zonasi, dan rumah kami masih dalam radius SMA
Negeri 1 Binjai, maka anak saya lebih diprioritaskan untuk masuk sekolah
ini. Alasannya ya, karena menurut kami SMA Negeri 1 Binjai lebih besar
peluangnya lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ketimbang dengan
sekolah lain. Guru-guru disini juga banyak yang saya kenal, sehingga
menurut saya akan lebih mudah dalam mengawasi anak kami di sekolah.
Akses dari rumah dan sekolah yang dekat juga mempermudah kami dalam
mengawasi anak kami, jadi kalau ada apa-apa saya tinggal datang saja ke
sekolah. Anak saya juga tidak perlu bawa kendaraan pribadi, toh juga
jaraknya dekat, jalan kaki juga bisa. Terkadang justru kalau ada diskusi
belajar, anak kami bisa ke rumah dulu makan siang atau beres-beres hehe.
Karena jaraknya yang dekat juga kami sangat terbantu kalau misalnya ada
pekerjaan rumah (PR) anak kami ketinggalan, atau bekal makan siangnya
hehe.”

Pernyataan yang berbeda diberikan oleh informan yang berikutnya yaitu

Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd (informan 5). Beliau merupakan orang tua dari

peserta didik baru yang diterima dengan sistem zonasi melalui jalur zonasi pula.

Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd di rumahnya

yang berada tidak begitu jauh dengan SMA Negeri 1 Binjai, yaitu di Tangsi, Binjai

Kota pada Jumat 29 Maret 2019 pukul 15:00 WIB.

“Saya sama sekali belum pernah mendengar tentang sistem zonasi


sebelumnya. Saya memberi kebebasan kepada anak saya untuk mendaftarkan
dirinya di sekolah mana saja yang dia inginkan. Anak saya kan hobi sekali
bermain bola basket. Dan memang cita-citanya menjadi atlet pemain bola
basket. Saya sih mendukung saja ya, karena kalau dituntut berlebihan juga
takutnya malah anak saya yang jadi salah arah. Teman-temannya satu tim
basket banyak sekali yang berasal dari SMA Negeri 1 Binjai, mungkin hal itu
juga alasan utama mengapa anak saya kekeuh sekali ingin masuk SMA
Negeri 1 Binjai. Di keluarga kami ya baru dia yang pengen masuk SMA
Negeri 1 Binjai, kakak dan abangnya yang sebelumnya kami masukkan ke
54

SMA ST.Thomas 4 Binjai. Hanya dia yang kepengen masuk SMA Negeri 1
Binjai. Saya juga mendukung sih karena yang saya dengar-dengar
sebelumnya, SMA Negeri 1 Binjai juga sekolah dengan lulusan yang baik,
bisa dibilang termasuk sekolah favorit lah di kota Binjai. Istri saya kan salah
satu guru di SMA ST.Thomas 4 Binjai. Beliau sempat cerita ke saya kalau
sistem penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018 ini sudah berbeda
dengan tahun ajaran yang sebelumnya. Karena sepengetahuan saya, kalau
mau masuk SMA Negeri 1 Binjai harus ikut seleksi tes tertulis terlebih dahulu.
Disitu saya sempat khawatir karena anak saya ini hobinya main basket
melulu, dia mah kalau soal ujian cuek-cuek saja. Tapi kata istri saya, kami
coba dulu. Setelah kami cari-cari informasi, ternyata rumah kami masih
berada di radius zonasi SMA Negeri 1 Binjai, jadi masih ada harapan
diterima di sekolah tersebut. Tapi kalaupun ternyata nantinya tidak diterima,
kami sudah berencana mendaftarkan anak kami ini di sekolah ibunya
mengajar saja, yaitu di SMA ST.Thomas 4 Binjai. Begitu hasil
pengumumannya keluar, ternyata anak saya lulus di SMA Negeri 1 Binjai.
Wah dia senang sekali. Katanya ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Binjai ini
bagus-bagus semua. Saya tidak heran mengapa sekolah ini tergolong sekolah
favorit di kota Binjai.”

Pernyataan yang berbeda jusrtu diberikan oleh informan yang kelima, yaitu

Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd, orang tua dari peserta didik baru kelas X IPS yang

bernama Bernardinus Sihaloho. Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd, tidak begitu

menjadikan anggapan “sekolah favorit” menjadi indikator utama untuk menilai

baik atau tidaknya sekolah tersebut. Beliau justru memberikan kebebasan bagi

anaknya untuk memilih sekolah mana yang menurutnya layak untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang berikutnya. Anaknya, Bernardinus Sihaloho, juga tidak

begitu peduli dengan akreditasi atau anggapan “sekolah favorit “.

Sistem Zonasi merupakan sistem penerimaan peserta didik baru yang

memberikan peluang sebesar 90% untuk calon peserta didik berdasarakan radius

jarak antara sekolah dengan rumah, dan 10% sisanya untuk calon peserta didik baru

yang diterima dengan jalur prestasi. Dua informan sebelumnya merupakan orang
55

tua dari peserta didik baru yang diterima dengan jalur zonasi. Maka penulis merasa

perlu untuk melakukan wawancara dengan orang tua dari peserta didik baru yang

diterima di SMA Negeri 1 Binjai melalui jalur prestasi. Ibu Br. Gultom (Informan

6) merupakan salah satu orang tua dari peserta didik baru yang diterima melalui

jalur prestasi. Wawancara dengan Ibu Br. Gultom dilakukan ketika beliau hendak

menjemput anaknya pulang dari sekolah. Berikut ini hasil wawancara yang

dilakukan pada Sabtu, 30 Maret 2019 pukul 14:00 WIB

“Anak saya ini sudah lama mendamba-dambakan masuk ke SMA Negeri 1


Binjai. Sama seperti kakak dan abangnya yang juga dulu tamatan dari SMA
Negeri 1 Binjai. Sebelumnya, kakak dan abangnya bisa lulus di SMA Negeri
1 Binjai karena dulu kan masuknya harus seleksi tes tertulis terlebih dahulu,
belum pakai zonasi jarak dari rumah ke sekolah. Maka abang dan kakaknya
bisa diterima karena telah lulus tes tertulis dari SMA Negeri 1 Binjai.
Sekarang kakak dan abangnya sudah melanjut ke Perguruan Tinggi Negeri
terbaik di Indonesia. Itu menjadi alasan kuat bagi anak saya memilih SMA
Negeri 1 Binjai sebagai sekolah utamanya. Saya dan suami saya juga
memperhatikan akreditasi sekolah mana yang akan kami percayakan untuk
kami. Sebenarnya di daerah dekat rumah saya juga ada kok sekolah, SMA
Negeri 7 Binjai, karena kan kami tinggalnya masih di daerah Lima Sunde..
Anak saya lebih mudah aksesnya ke sekolah SMA Negeri 7 Binjai ketimpang
ke SMA Negeri 1 Binjai. Namun, karena kami lebih percaya ke SMA Negeri
1 Binjai sih, makanya sepakat ke SMA Negeri 1 Binjai saja. Yang saya tahu
tentang SMA Negeri 1 Binjai, selain akreditasi dan banyak yang bilang
“sekolah favorit” saya juga sudah merasaksan sendiri, bagaimana kakak dan
abangnya dulu dididik disana. Dimudahkan aksesnya untuk melanjut ke
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang bergengsi pula. Saya dengar dari
teman saya, orang tua yang anaknya sekolah di SMA Negeri 7 Binjai sih
katanya masih kurang sosialisai tentang PTN disana. Selain dari kurangnya
kerjasama yang baik dengan PTN, saya lebih banyak mengernal guru-guru
di SMA Negeri 1 Binjai karena kan anak saya dulu sekolahnya disitu ya. Tapi
saya awalnya pesimis anak saya akan diterima di SMA Negeri 1 Binjai
karena sistem penerimaan peserta didik yang tidak lagi melalui nilai NIM tau
seleksi tes tertulis. Kalau ditinjau dari zonasi yang ditetapkan, malah justru
anak saya melanjutnya ke SMA Negeri 7 Binjai. Saya mencoba bertanya
kepada salah satu guru SMA Negeri 1 Binjai yang sudah saya kenal dekat,
ternyata beliau mengatakan bahwa ada 10% penerimaan peserta didik baru
berdasarkan prestasinya. Maka saya dan anak saya langsung gesit
mendaftar. Anak saya sebelumnya pernah menjuarai perlombaan pidato
ketika masih SMP, sertifikat dan piagamnya sengaja kami sertakan dalam
56

berkas pendaftaran anak saya. Harapannya ya supaya dapat dijadikan


pertimbangan oleh SMA Negeri 1 Binjai untuk menerima anak saya. Ternyata
usaha kami berbuah manis, anak saya berhasil lulus di SMA Negeri 1 Binjai
melalui jalur prestasi akademik. ”

Pernyataan yang berbeda lainnya diberikan oleh Ibu Br. Gultom, selaku orang

tua dari peserta didik baru kelas X IPS di SMA Negeri 1 Binjai. Keluarga dari Ibu

Br. Gultom banyak yang menjadi alumni SMA Negeri 1 Binjai sebelumnya. Akses

yang dimudahkan untuk melanjut ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan akreditasi

serta anggapan “sekolah favorit” menjadi alasan mantap mengapa Ibu Nuraisyah

sangat percaya untuk menjadikan SMA Negeri 1 Binjai sebagai sekolah untuk

anaknya.

Penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019 dengan sistem zonasi

ini tentu melibatkan banyak pihak. Selain pihak sekolah dan orang tua, tentu sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru juga memberikan dampak kepada

peserta didik baru. Penulis merasa perlu untuk melakukan wawancara kepada

peserta didik baru mengingat sistem zonasi dan peserta didik baru memiliki

keterkaitan yang sangat erat. Informan yang ketujuh merupakan peserta didik baru

yang diterima melalui jalur zonasi, yaitu Bernardinus Sihaloho (Informan 7).

Berikut ini merupakan wawancara yang dilakukan pada Senin, 18 Maret 2019 pukul

14:00 WIB.

“Alasan mengapa saya sangat mantap memilih SMA Negeri 1 Binjai karena
di sekolah ini ekstrakulikuler basketnya sering memegang banyak kejuaraan
baik dari dalam provinsi maupun antar provinsi. Orang tua saya awalnya
mengusulkan saya untuk mengikuti abang dan kakak saya yang melanjutkan
pendidikan mereka di SMA ST.Thomas 4 Binjai, karena kebetulan juga Ibu
saya salah satu guru disana. Saya sih tidak menolak, tapi karena saya diberi
kebebasan untuk memilih sekolah, ya mengapa tidak untuk mencoba ke SMA
57

Negeri 1 Binjai terlebih dahulu. Teman satu tim basket saya juga banyak
yang berasal dari SMA Negeri 1 Binjai, kata mereka di SMA Negeri 1 Binjai
ekstrakulikuler basket mendapat perhatian lebih dari sekolah karena sudah
banyak menuai prestasi. Dulu sebelum saya tahu tentang sistem zonasi saya
agak khawatir karena yang saya tahu, SMA Negeri 1 Binjai mengadakan
seleksi tes tertulis untuk menyeleksi peserta didik barunya. Saya kan kurang
percaya diri akan lulus kalau melalui tes tertulis apalagi nilai NIM saya yang
hanya pas-pasan sekali, makanya awalnya saya pesimis. Kemudian saya
diskusi dengan Bapak dan Ibu saya, kata Ibu coba dulu saja karena Ibu saya
bilang sistem penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018 ini sudah
berbeda. Saya juga tidak begitu paham dengan penjelasan dari Ibu saya, ya
karena sudah disemangati begitu ya saya lanjut terus mendaftarnya.
Kemudian saat hasilnya sudah diumumkan dan ternyata saya lulus ya saya
senang.”

Informan yang terkahir juga merupakan peserta didik baru. Berbeda dengan

informan sebelumnya, Bernardinus Sihaloho yang diterima di SMA Negeri 1 Binjai

melalui jalur prestasi, infoman kali ini adalah Damelia Simarmata (Informan 8).

Beliau merupakan peserta didik baru yang diterima melalui jalur prestasi. Berikut

ini hasil wawancara yang dilakukan bersama Damelia Simarmata pada Senin 18

Maret 2019 pukul 14:20 WIB.

“Alasan mengapa saya memilih SMA Negeri 1 Binjai karena SMA Negeri 1
Binjai inikan favorit daripada sekolah negeri lainnya. Aksesnya sangat
terbuka dengan jalur undangan Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Sebelumnya, kakak dan abang saya alumni dari SMA Negeri 1 Binjai juga
dan sekarang sudah lulus di Perguruan Tinggi Negeri yang bergengsi pula.
Saya sudah cari tahu ada juga beberapa sekolah yang di backlist dari
beberapa perguruan tinggi negeri dengan berbagai alasan. Dan SMA Negeri
1 Binjai masih mempunyai kerjasama baik dengan Perguruan Tinggi Negeri
lainnya. Alasan lainnya yaitu sekolah ini membina ekstrakulikulernya dengan
maksimal, juga ada kebanggaan tersendiri ketika sudah resmi menjadi
peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai. Saya memang sudah dari dulu
mendambakan masuk sekolah ini. Orang tua saya sempat khawatir karena
penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018 berbeda dengan tahun-
tahun ajaran yang sebelumnya. Oleh sebab itu kemarin saya gencar mencari
informasi tentang sistem zonasi ini. Kalau mengikuti sistem zonasi, peluang
saya tentu lebih besar di SMA Negeri 1 Binjai, berhubung rumah saya sangat
dekat dengan sekolah tersebut. Peluang saya hanya 10% bisa masuk SMA
58

Negeri 1 Binjai, yaitu dengan jalur prestasi akademik. Maka dengan nilai
NIM yang saya miliki dan potensi akademik saya, sekalipun peluang 10%
untuk jalur prestasi akademik itu harus diseleksi melalui tes tertulis, saya siap
melakukannya. Orang tua saya yang awalnya sempat merasa khawatir
dengan sistem zonasi tetap mendukung saya dan memberikan saran supaya
saya menyertakan sertifikat dan piagam perlombaan yang pernah saya raih
ketika masih di bangku SMP. Saya awalnya merasa kurang percaya diri, tapi
karena saya tahu peluang saya hanya 10% dan yang memperebutkan itu juga
banyak ya mau tak mau saya ikuti saja. Dan akhirnya saya berhasil diterima
di SMA Negeri 1 Binjai melalui jalur prestasi akademik.”

Berdasarkan dari penjelasan seluruh informan diatas, benar bahwa perspektif

masyarakat terkait “Sekolah Favorit Dan Sekolah Tidak Favorit” masih menjadi

indikator utama masyarakat dalam menilai sebuah sekolah. Ditambah lagi dengan

peluang besar lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang seakan melekat pada

sekolah yang disematkan “favorit” tersebut. Salah satu sekolah negeri yang

mendapat gelar sekolah favorit tersebut adalah SMA Negeri 1 Binjai. Perspektif

masyarakat tentang SMA Negeri 1 Binjai semakin dibenarkan dengan prestasi yang

dimiliki SMA Negeri 1 Binjai yang jauh lebih unggul bila dibandingan dengan

sekolah yang lainnya. Juga guru yang berkualitas dan ekstrakulikuler yang

mendapatkan perhatian dan pembinaan yang khusus dari sekolah. Maka, tidak

heran bila banyak orang tua dan calon peserta didik baru yang berharap dapat

melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Binjai.

Hal tersebut semakin dibenarkan dengan pernyataan oleh Martono, (2017)

yang mengatakan bahwa :

“Masyarakat yang dalam hal ini termasuk siswa dan orang tua cenderung tidak
memperdulikan status akreditasi sekolah. Mereka bahkan juga tidak memahami
makna akreditasi sekolah. Mereka lebih memperhatikan status sekolah secara
pragmatis, yaitu sekolah favorit dan sekolah tidak favorit. Bagi mereka, sekolah
berkualitas adalah sekolah yang memiliki banyak peminat, dan siswa yang
59

bersekolah disana adalah siswa-siswa pilihan. Hal lain yang menarik adalah bahwa
mereka hampir selalu memosisikan sekolah negeri sebagai sekolah pilihan pertama.
Beberapa informan mengatakan bahwa sekolah negeri lebih baik daripada sekolah
swasta, meskipun keduanya memiliki status akreditasi A.”
Perspektif masyarakat yang erat dengan “favoritisme” seakan tidak lagi

menghiraukan akreditasi sekolah yang lain. Hal tersebut semakin diperkuat dengan

ditemukannya fakta bahwa, rata-rata Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di

Kota Binjai sudah berakreditasi A. Sementara itu, masyarakat justru tidak begitu

mempertimbangkan akreditasi sekolah sebagai indikator dalam pemilihan sekolah.

Masyarakat di Kota Binjai lebih mempertimbangkan favorit tidaknya sekolah yang

akan mereka tuju. Pandangan masyarakat inilah yang menjadi kendala terwujudnya

pendidikan yang adil dan merata. Sama seperti yang diungkapkan oleh informan ke

enam yaitu Ibu Br. Gultom. Beliau merasa keberatan bila anaknya harus

melanjutkan ke sekolah yang terdekat dengan rumah mereka, yaitu SMA Negeri 7

Binjai. Padahal, perlu untuk diketahui, akreditasi sekolah dari SMA Negeri 7 Binjai

adalah A yang berarti sekolah tersebut telah melalui uji standar sekolah pada

umumnya. Hanya karena SMA Negeri 7 Binjai bukanlah sekolah yang tergolong

favorit di Kota Binjai, maka masyarakat enggan untuk memilih sekolah tersebut.

Oleh sebab itu, pemerintah mengupayakan pendidikan yang adil dan merata

dengan memberlakukan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Dengan

diberlakukannya sistem ini, diharapkan semua sekolah baik yang favorit maupun

tidak favorit dapat saling meningkatkan mutu kualitas sekolah masing-masing

sehingga terwujud sekolah yang unggul. Temuan lainnya dari Sistem Zonasi adalah

Sistem Zonasi juga memberikan peluang kepada calon peserta didik yang memiliki
60

nilai NIM yang rendah untuk berkesempatan melanjutkan pendidikan mereka ke

sekolah negeri.

Dari pernyataan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di

Kota Binjai masih cenderung mendiskriminasikan sekolah berdasarkan favorit

tidaknya sekolah tersebut. Akreditasi sekolah bahkan tidak menjadi hal yang

dipertimbangkan. Di SMA Negeri 1 Binjai sendiri, implementasi sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai tahun ajaran 2018/2019

sudah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang diberikan pemerintah. Hal tersebut

dibenarkan baik oleh Kepala Sekolah, Guru, maupun orang tua dan peserta didik

baru di SMA Negeri 1 Binjai. Temuan yang memperkuat pernyataan tersebut

adalah dengan adanya perbedaan yang tampak dari kelas X dengan kakak kelas

mereka yaitu kelas XI dan kelas XII. Peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019,

yaitu kelas X merupakan angkatan pertama dari diberlakukannya Sistem Zonasi di

SMA Negeri 1 Binjai. Mereka cenderung menggunakan alat transportasi sepeda

dan berjalan kaki karena jarak antara rumah mereka dengan sekolah yang tidak

begitu jauh. Implementasi Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik baru tahun

ajaran 2018/2019 di SMA Negeri 1 Binjai sudah dilaksanakan berdasarkan aturan

pendidikan terkait sistem penerimaan peserta didik baru pada saat itu. Sistem

pendaftaran berbasis online, penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi,

jadwal dibukanya pendaftaran dan jadwal pengumuman peserta didik baru yang

diterima yang tepat waktu, pemberkasan yang lengkap sesuai aturan yang telah

ditentukan serta penerimaan berdasarkan sistem zonasi yang adil, sesuai dan tepat

dengan aturan yang berlaku merupakan bukti bahwa SMA Negeri 1 Binjai
61

dinyatakan telah mengimplementasikan sistem zonasi pada proses penerimaan

peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019 dengan semaksimal mungkin.

4.2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta

Didik Baru Di SMA Negeri 1 Binjai

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua terkait dengan Kelebihan Dan

Kekurangan Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri

1 Binjai, penulis memilih informan kunci dan informan utama sebagai informasi

pada rumusan masalah yang kedua ini. Berikut ini merupakan hasil wawancara

dengan informan kunci yaitu Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai, Bapak

Susianto, M.Pd (Informan 1). Wawancara dengan beliau dilakukan pada Rabu,03

April 2019 pukul 09:00 WIB.

“Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA


Negeri 1 Binjai ini tentu banyak sekali memberikan dampak kepada sekolah
ya. Bahkan hampir semua pihak yang terlibat secara langsung mendapatkan
dampak yang berbeda-beda. Ada yang baik ada yang buruk. Misalnya saya
selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai, saya setuju dengan
diberlakukannya sisem zonasi ini. Saya mendukung penuh dan
mengimplementasikan sistem zonasi secara maksimal di SMA Negeri 1 Binjai
ini. Saya juga banyak diskusi dengan kepala sekolah dari sekolah lainnya.
Terlebih yang sudah berpengalaman dengan sistem ini, dengan harapan agar
saya mempunyai strategi tersendiri kalau-kalau terjadi hal yang sama
dengan SMA Negeri 1 Binjai.. Rekan saya yang berada di Pulau Jawa
misalnya, mereka sering diskusi dengan saya tentang implementasi di
sekolah mereka masing-masing. Sedikit saya bercerita ya, jadi saya punya
beberapa teman dengan pengalaman yang unik-unik. Teman saya yang
kebetulan Kepala Sekolah di salah satu SMA Negeri di Bandung bercerita
bahwa sempat terjadi ujuk rasa besar-besaran oleh warga Bandung terhadap
Sistem Zonasi yang diterapkan pada Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun
Ajaran 2017 kemarin. Saya meraasa bersyukur karena masyarakat kota
Binjai tidak sampai melakukan aksi penolakan, ya walaupun belum
sepenuhnya diterima di masyarakat, paling tidak mereka tidak melakukan hal
yang sama seperti yang diceritakan teman saya itu. Saya merasakan
kelebihan dan kekurangan diberlakukannya Sistem Zonasi secara langsung.
62

Kelebihan yang saya maksud misalnya : (1) Dengan sistem zonasi, semua
anak terjamin pemenuhan terhadap hak mendapatkan pendidikan; (2)
Mendekatkan lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Binjai dengan peserta didik
SMA Negeri 1 Binjai; (3) Tidak lagi ada eksklusivitas dan diskriminasi antar
sekolah negeri; (4) Sekolah dapat membantu pemerintah dalam memberikan
bantuan pendidikan agar lebih tepat sasaran kepada peserta didiknya; (5)
Saya juga dapat melakukan pengawasan dan kerjasama terhadap orang tua
dan peserta didik saya secara langsung, dan kelebihan lainnya. Selain
kelebihan, di tahun pertama pengimplementasian Sistem Zonasi juga ada
beberapa kekurangannya, misalnya; (1) Kesiapan baik dari pihak sekolah
maupun masyarakat untuk menerima dan mendaftarkan calon peserta didik
baru berdasarkan radius zonasi yang telah ditentukan; (2) Kurangnya
sosialisasi kepada masyarakat; (3) Kendala teknis, seperti server penerimaan
peserta didik baru yang terkadang sering mengalami gangguan jaringan; (4)
Daya Tampung peserta didik baru atau kapasitasnya yang tidak seimbang
dengan realita yang terjadi di masyarakat; (5) Masih melekat disparitas
kualitas antar sekolah yang sangat timpang, dan lain sebagainya. Wajar
kalau sering ditemukan kelebihan dan kekurangannya. Tapi kita tetap
optimislah dan berupaya bagaimana agar Sistem Zonasi pada Penerimaan
Peserta Didik Baru ini semakin membaik di tahun-tahun berikutnya.”

Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh informan yang pertama, yaitu

Bapak Susianto, M.Pd yang mengatakan bahwa guru mata pelajaran juga

merasakan kelebihan dan kekurangan setelah diberlakukannya sistem zonasi, maka

penulis juga melakukan wawancara terkait kelebihan dan kekurangan sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai. Berikut ini merupakan

hasil wawancara yang dilakukan bersama Ibu Dra. Rincana Ginting (Informan 2)

yang ditemui di ruang guru pada jam istirahat, yaitu pada Jumat 05 April 2019 pukul

09:45 WIB

“Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA


Negeri 1 Binjai ini memberikan dampak langsung bagi kami tim pengajar.
Dampak tersebut sangat terasa ketika dalam proses belajar mengajar.
Misalnya; (1) Sistem zonasi memberikan peluang kepada peserta didik baru
dengan nilai NIM yang rendah peluang untuk melanjutkan pendidikan di
sekolah negeri. Karena sepengatahuan saya, peserta didik yang mempunyai
63

nilai NIM yang rendah akan mendaftarkan dirinya ke sekolah swasta karena
yakin tidak akan diterima di sekolah negeri; (2)Dengan diberlakukannya
sistem zonasi, para peserta didik baru tidak lagi mempunyai alasan untuk
datang ke sekolah dengan terlambat; (3)Proses pembelajaran di sekolah
lebih berjalan dengan lancar karena sistem zonasi dapat meminimalisir
gangguan lingkungan luar; (4) Terjalin kerjasama yang baik antara guru dan
orang tua peserta didik. Sebelumnya, teman saya selaku Guru Bimbingan
Konseling yang bertugas mengawasi murid kami sering mengalami kesulitan
untuk bertemu dengan orang tua siswa, karena berbagai alasan. Setelah
diberlakukannya sistem zonasi ini, orang tua peserta didik tidak lagi
mempunyai alasan untuk tidak memenuhi panggilan dari guru Bimbingan
Konseling sekolah. (5)Disisi lain, sistem zonasi seakan memaksa calon
peserta didik baru dengan nilai NIM yang tinggi atau yang berprestasi untuk
mendaftarkan diri pada sekolah yang ada di sekitarnya, meskipun sekolah
tersebut bukan sekolah dengan kualitas terbaik; (6)Sistem zonasi
memberikan peluang terbuka untuk siapa saja diterima di sekolah terdekat
dengan zonasinya, maka besar pula kemungkinan bertemunya siswa
kemampuan intelektual yang rendah dan tinggi. Hal tersebut
mengungtungkan bagi siswa dengan kemampuan intelektual yang kurang,
mereka akan terbantu dan termotivasi untuk semakin semangat belajar.
Sebaliknya, hal tersebut dapat menjadi kendala bagi siswa dengan
kemampuan intelektual yang tinggi karena terpengaruh dengan siswa dengan
kemampuan intelektual yang lebih rendah karena mereka cenderung
berkurang niat bersaingnya di kelas, jika demikian maka standar kelas
menjadi menurun yang dapat berakibat menurunnya prestasi sekolah juga;
dan banyak kelebihan dan kekurangan sistem zonasi lainnya. (7) Ketika
masih memberlakukan seleksi tes tertulis pada penerimaan peserta didik
baru, tentu yang lulus adalah mereka dengan kemampuan akademik yang
tinggi. Maka lebih mudah menyampaikan materi ketika di kelas. Hal tersebut
berbeda ketika sudah mengimplementasikan sistem zonasi pada penerimaan
peserta didik baru, dimana peserta didik baru yang diterima mempunyai
kemampuan intelektual yang berbeda-beda, sehingga perlu sedikit kerja lebih
ekstra lagi dalam menyampaikan materi di kelas; Dalam hal ini, kami
sebagai tenaga didik yang berinteraksi langsung dengan peserta didik baru
mempunyai tantangan yang lebih lagi dalam menyampaikan materi dan
memotivasi minat belajar peserta didik.”

Ibu Dra. Rincana Ginting (RG) selaku guru mata pelajaran Sosiologi di Kelas

X IPS di SMA Negeri 1 Binjai menyatakan bahwa tim pengajar mendapatkan

tantangan lebih dalam menghadapi peserta didik baru. Sama halnya dengan

informan yang sebelumnya, Informan yang berikutnya yakni Bapak Drs. Sehukur
64

Ginting (Informan 3) juga memberikan tanggapannya terkait kelebihan kekurangan

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai.

Wawancara dengan Bapak Drs. Sehukur Ginting dilakukan setelah wawancara

dengan Ibu Dra. Rincana Ginting selesai, yaitu pada Jumat 05 April 2019 pukul

10:15 WIB

“Menurut saya banyak dampak yang dirasakan semenjak diberlakukannya


sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Di tahun pertama
implementasinya, sistem zonasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan yang saya maksud diantaranya; (1)Peserta didik datang lebih
awal karena waktu tempuh dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh, yang
secara tidak langsung sangat membantu peserta didik apabila ada barang
perlengkapan sekolah maupun tugas mereka ketinggalan di rumah, mau tidak
mau harus dijemput ke rumah. Kan rumahnya juga dekat; (2)Sistem zonasi
dapat menghapus perspektif sekolah favorit dan tidak favorit di masyarakat.
Perlahan perspektif masyarakat tentang sekolah favorit dan tidak favorit
akan berganti menjadi semua sekolah adalah favorit, itu juga kalau sistem
zonasi berjalan sesuai dengan tujuannya; (3)Tersebarnya peserta didik baru
yang berprestasi, artinya, peserta didik yang berprestasi tidak menumpuk di
satu sekolah favorit saja melainkan tersebar disetiap sekolah. Karena selama
ini, peserta didik yang dianggap berprestasi akan memanfaatkan potensi
yang dimilikinya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah yang dianggapnya
favorit, begitupun dengan sekolah favorit yang hanya menerima peserta didik
yang berpotensi untuk masuk. Dengan demikian, semua peserta didik yang
berpotensi hanya berada di sekolah favorit saja ; (4)Semua sekolah
ditingkatkan kualitas dan mutunya baik dari guru,sarana dan prasarananya.
Salah satu indikator mengapa ada sekolah favorit dan tidak favorit adalah
ditinjau dari sarana dan prasarana yang dimilikinya. Dengan
diberlakukannya sistem zonasi, sekolah yang masih kurang baik sarana dan
prasarananya akan dibantu untuk memaksimalkan sekolah mereka masing-
masing; (5)Tidak ada membeda-bedakan peserta didik. Siapa saja berhak
masuk bila sesuai dengan radius zonasi yang ditentukan; dan lain
sebagainya. Selain kelebihan, sistem zonasi juga mempunyai kekurangan,
diantaranya; (1) Ya itu tadi, perspektif dari masyarakatnya yang masih
menganggap bahwa sekolah favorit menjadi pilihan yang utama;
(2)Kekurangan lainnya adalah apabila ada peserta didik baru yang
kebetulan berdomisili di daerah yang memang tidak terjangkau dari sekolah
negeri (daerah blank spot), maka akan terjadi kekeliruan ke sekolah mana
peserta didik tersebut akan diterima. (3) Dampak yang paling terasa secara
langsung bagi kami, tim pendidik adalah kesulitan dalam menyampaikan
materi di kelas. Sebelumnya, peserta didik yang diterima di SMA Negeri 1
Binjai adalah yang telah melewati seleksi yang ketat sehingga dapat
65

dipastikan mereka mempunyai potensi akademik yang mudah menangkap


materi. Berbeda setelah diberlakukannya sistem zonasi ini, dimana kami
harus bekerja sedikit lebih ekstra dibandingkan dulu ketika masih ada seleksi
akademik. Saya sangat sepakat dengan Ibu RG (Informan kedua, Dra.
Rincana Ginting) yang menganggap itu sebagai tantangan besar bagi kami.”

Sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang tidak luput dari

kelebihan dan kekurangan juga dirasakan oleh orang tua dari peserta didik baru.

Berikut ini merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Theresia

(Informan 4). Wawancara bersama beliau dilakukan di rumahnya yaitu Berngam,

Kecamaran Binjai Kota pada 27 Maret 2019 pukul 14 :30 WIB

“Sistem Zonasi ini kan tujuannya baik ya, yaitu untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang melulu hanya terfokus pada sekolah favorit. Mau
bagaimana lagi, karena sekolah favorit itukan sangat menentukan masa
depan anak. Saya sebelumnya malahan berencana agar anak saya
melanjutnya di Yogyakarta saja bersama dengan keluarga saya disana.
Karena menurut saya, sekolah disana jauh lebih baik daripada sekolah yang
ada disini. Di Kota Binjai inipun saya memilih sekolah untuk anak saya
dengan sangat selektif. Saya lihat mana yang kira-kira perluangnya untuk
lulus di Perguruan Tinggi Negeri lebih besar, mana yang mendukung dari
sarana dan prasarananya. Ya yang begitu-begitu tidak luput dari perhatian
saya. Itu sebabnya saya bersyukur, SMA Negeri 1 Binjai masih dalam radius
zonasi rumah saya. Sebab kalau misalnya tidak diterima di SMA Negeri 1
Binjai, saya sudah ancang-ancang mau sekolahkan anak saya di SMA
Sutomo Medan. Cuma kalau saya pikir-pikir lagi ongkos dan transportasinya
malah nanti yang kasihan anak saya, sekolahnya kejauhan. Saya rasa, sistem
zonasi ini sangat membantulah, terkhusus untuk kami orang tua dari peserta
didik baru ini. (1) Akses dari rumah ke sekolah yang dekat membuat anak
saya tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi, saya saja yang antar dan
jemput juga bisa. (2) Misalnya ada PR nya yang ketinggalan bisa tinggal
telepon ke rumah saja supaya bisa saya antarkan ke sekolahnya. Tidak hanya
PR, terkadang bekal makan siang pun demikian; (3) Datangnya juga bisa
lebih awal, dan lain sebagainya. Kalau kekurangannya, (1) ya menurut saya
seperti keluhan dari teman saya yang anaknya tidak lulus karena sistem
zonasi yang telah diberlakukan ini. (2) Apalagi kalau anaknya memang
mempunyai potensi yang pintar kan sayan sekali bila harus di sekolahkan di
sekolah yang kurang mendukung baik sarana maupun prasarananya. Saya
bahkan sempat baca kiriman yang diposting di facebook, ada anak yang
katanya potensi akademiknya tinggi malah mengalami depresi berat setelah
66

tahu bahwa dirinya tidak lulus di sekolah favorit impiannya itu. Kan miris sih
begitu, untunglah sejauh ini tidak terjadi hal yang demikian disini; (3) Juga
tentang penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan dari sekolahnya juga
belum maksimal. Saya kalau bukan karena dapat informasi dari kakak ipar
saya mungkin bakalan kocar-kacir juga tentang sistem penerimaan peserta
didik baru saat ini.”

Tidak berbeda jauh dengan Ibu Theresia, Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd

(Informan 5) Wawancara dengan beliau dilakukan di rumahnya yaitu di Tangsi,

Kecamatan Binjai Kota pada Jumat 29 April 2019 pukul 15:20 WIB

“Saya sangat setuju dengan diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan


peserta didik baru. Tentu pemerintah telah berpikir panjang untuk
menetapkan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru ini. Tidak
hanya membantu bagi sekolah yang dianggap favorit, terlebih sekolah yang
dianggap kurang favorit inipun pasti sangat menyambut baik solusi dari
pemerintah ini. Menurut saya, kelebihan dengan diberlakukannya sistem
zonasi ini adalah ; (1) Orang tua dapat memantau langsung bagaimana
kegiatan anaknya selama di sekolah. (2) Karena sistem zonasi berfokus pada
jarak sekolah dengan tempat tinggal peserta didik, maka yang lulus di
sekolah tersebut juga merupakan masyarakat terdekat yang berada dengan
sekolah tersebut. Menurut saya, ini sangat membantu ya, dimana kami orang
tua juga dapat mengawasi anak kami berteman dengan siapa saja karena
kesehariannya juga kami sudah tahu bagaimana latar belakang keluarga
dari teman anak kita tersebut; (3) Sama seperti anak saa yang hobinya main
basket, dia ikut ekstrakulkuler basket di sekolah. Kalau latihan biasanya di
sore hari, nah karena jarak dari rumah ke sekolah juga dekat, anak saya bisa
istirahat dulu ke rumah lalu kembali lagi ke sekolah untuk berlatih, dan
kelebihan-kelebihan lainnya. Kalau kekurangan sih, mungkin karena
sosialisasinya belum maksimal ya. Apalagi sistem zonasi inikan baru tahun
ini dilaksanakan. Maka masih banyak orang tua yang linglung dan resah.
Saya kira hanya itu saja sih, kalau seandainya sosialisasi tentang sistem
zonasi disampaikan ke masyarakat lebih awal, orang tua murid lebih matang
memikirkan akan dimasukkan kemana anaknya setelah ini.”

Pernyataan terkait Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Zonasi Pada

Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1 Binjai juga diberikan oleh

informan yang berikutnya yaitu Ibu Br. Gultom (Informan 6). Wawancara yang
67

dengan beliau dilakukan di rumahnya yaitu di Lima Sundai, Kecamatan Binjai

Barat. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan pada Sabtu 06 April 2019 pukul

14:00 WIB.

“Tujuan dari Sistem Zonasi ini memang baik ya, yaitu agar semua sekolah
menjadi sekolah unggul tanpa ada embel embel ini sekolah favorit dan ini
sekolah yang bukan favorit. Namun menurut saya, hal tersebut bukanlah hal
yang bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat. Artinya harus melewati
tahapan-tahapan sehingga tujuan dari sistem zonasi dapat direalisasikan. (1)
Saya sebagai orang tua yang awalnya sempat merasa khawatir dengan
peluang yang dimiliki anak saya, karena kan sangat disayangkan sekali
apabila anaknya mempunyai potensi yang baik malah harus bersekolah di
sekolah dengan kualitas yang masih kurang baik. Menurut saya, jumlah kuota
yang diberikan pada calon peserta didik baru sebanyak 10% masih kurang.
Menurut saya, pemerintah harusnya memberikan peluang sekitar 15% atau
20% untuk jalur prestasi. Tapi itusih menurut saya ya. (2) saya sempat
merasa khawatir apabila di sekolah itu lebih banyak siswa tidak
berprestasinya dibanding dengan siswa yang berprestasi. Misalnya, dulu di
SMA Negeri 1 Binjai, kedua anak saya yang sebelumnya kan lulus dengan
menyelesaikan seleksi tes tertulis terlebih dahulu. Sudah melewati seleksi tes
tertulis, mereka juga harus berjuang setiap tahunnya untuk merebutkan kelas
unggulan. Kebetulan anak saya tiga tahun berhasil masuk kelas unggulan
juga di SMA Negeri 1 Binjai, maka disitu kelihatan, teman satu kelas anak
saya juga anak yang berprestasi. Nah, kalau melalui jalur zonasi kan tidak
begitu ya. Ini saja, di tahun ajaran yang sedang berlangsung ini, saya
mengawasi betul perkembangan akademik anak saya. Karena sebelumnya
saya sempat membaca, bila anak yang pintar berada dalam kelas yang anak
kurang pintarnya lebih dominan, maka anak yang pintar tersebut mengalami
dampak psikososial. Dia cenderung kurang niat belajarnya karena
menurutnya di kelasnya tidak ada yang menandinginya. Saya bukannya
sombong ya, itu sebabnya saya memberikan pengawasan ketat kepada anak
saya agar dia tetap termotivasi untuk belajar. Saya juga merasakan
kelebihan dari sistem zonasi ini, misalnya; (1) saya dapat bekerja sama
dengan baik dengan guru-guru yang ada di sekolah. Selain karena saya
memang sudah mengenal beberapa guru di SMA Negeri 1 Binjai, melalui
sistem zonasi, para guru dapat secara langsung bertemu dengan saya apabila
ada hal yang perlu didiskusikan terkait urusan anak saya di sekolah;
(2)Menjamin semua anak diterima di sekolah Negeri, sekalipun hasil nilai
NIM nya rendah; (3) Bila ada tugas kerja kelompok, mereka akan lebih
mudah untuk bertemu karena jarak dari sekolah dengan rumah mereka
berdekatan; (4) Anak dapat belajar mengenai lingkungan luar sekolah
dengan pengawasan dari guru, orang tua, dan masyarakat sekitar, dan lain
sebagainya.”
68

Peserta didik baru yang menjadi informan yang tidak kalah penting

mengingat peserta didik baru merupakan objek dari diberlakukannya sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru. Wawancara dengan Bernardinus Sihaloho

(Informan 7) dilakukan sepulang sekolah yaitu pada Jumat 05 April 2019 pukul

11:30 WIB.

“Menurut saya kelebihan dari sistem zonasi adalah misalnya, memudahkan


saya untuk mengikuti kegiatan sekolah diluar proses belajar mengajar di
dalam kelas. Contohnya ekstrakulikuler yang saya ikuti adalah basket. Nah,
kami kan ketemunya selalu sore. Karena pulang sekolah saja paling lama
pukul 14:15, maka kami sepakat pukul 15:00 untuk pertemuan tim basket
SMA Negeri 1 Binjai. Maka sebelum pukul 15:00 saya masih sempat pulang
ke rumah untuk makan siang dan beristirahat. Kelebihan lainnya adalah
kemudahan untuk mengurus informasi administrasi saya. Misalnya saya mau
urus bantuan dari pemerintah, saya bisa dengan mudah melapor ke
kelurahan dan sekolah saya. Kelebihan yang lainnya adalah, bila ada tugas
saya yang ketinggalan, saya bisa minta ijin dari sekolah untuk kembali ke
rumah mengambil tugas saya tersebut. Kalau kekurangannya ya ada juga sih,
misalnya tidak ada lagi alasan untuk datang terlambat. Nah, kalau terlambat
bangun pagi bisa berakibat terlambat hadir di sekolah. Alasannya tentu
bukan karena macet atau bagaimana, karena kan rumahnya juga dekat.
Harusnya tidak boleh terlambat lagi dong. Tapi justru semakin dekat jarak
dari rumah ke sekolah, saya malah semakin sepele untuk hadir lebih cepat
hehe. Lalu kalau misalnya ada masalah di sekolah yang berakibat panggilan
dari Guru Bimbingan Konseling (BK) kepada orang tua. Nah, kalau dulu
bisa beralasan orang tua sedang keluar kota lah, atau sedang sibuk, atau
alasan apa saja supaya orang tua tidak perlu datang ke sekolah. Dengan
diberlakukannya sistem zonasi, malah Guru Bimbingan Konseling (BK) nya
langsung yang mendatangi rumah. Bukan lagi orang tua yang datang, malah
jadi gurunya yang langsung mendatangi orang tuanya. Juga kalau pekerjaan
rumah (PR) yang diberikan oleh guru belum saya siapkan. Dulu alasannya
pasti ketinggalan atau lupa masukin ke tas. Kalau sekarang malah disuruh
dijemput tugasnya ke rumah langsung. Ini pengalaman yang baru-baru ini
terjadi pada saya. Kedepannya saya jera hehe. ”

Pernyataan tersebut semakin diperkuat dengan pernyataan yang diberikan

oleh informan terkahir yaitu Damelia Simarmata (Informan 8). Berikut ini hasil
69

wawancara yang dilakukan bersamaan dengan infoman yang sebelumnya, yaitu

Bernardinus Sihaloho yang dilakukan tepat sepulang sekolah pada pukul 11:50

WIB

“Menurut saya kelebihan dari sistem zonasi ini sangat banyak berdampak
bagi pendidikan. Terlebih kepada mereka yang memiliki nilai NIM yang
rendah. Mereka tidak perlu merasa khawatir tidak diterima di sekolah negeri.
Secara tidak langsung, sistem zonasi telah memberikan jaminan
terpenuhinya hak memperoleh pendidikan seluruh warga negaranya.
Kelebihan yang kedua misalnya, akses kami dari sekolah ke rumah, rumah
ke sekolah menjadi lebih mudah. Jarak dan waktu tempuh yang singkat akan
sangat membantu kami untuk memanfaatkan waktu yang kami miliki.
Contohnya, saya sehabis pulang sekolah biasanya kan ikut bimbingan
belajar (bimbel), maka saya bisa pulang ke rumah terlebih dahulu kemudian
kembali ke sekolah. Kelebihan yang lainnya adalah, orang tua lebih mudah
dalam mengawasi anaknya. Contohnya, ketika saya merasa tidak enak badan
karena sakit dan tidak tahan lagi sehingga harus beristirahat di rumah. Bila
tidak ada petugas piket Unit Kesehatan Siswa (UKS) yang bertugas, maka
saya dapat meminta ijin agar diantar oleh teman saya pulang ke rumah. Atau
saya juga dapat meminta orang tua saya yang menjemput langsung ke
sekolah. Juga kalau ada bantuan dari pemerintah. Contohnya bidikmisi.
Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan kelurahan atau pemerintahan
setempat untuk melakukan surfei secara langsung. Sehingga bantuan yang
diberikan tepat sasaran. Selain itu, kami juga sangat terbantu bila ada tugas
kerja kelompok. Kami dapat mengerjakannya lebih maksimal karena rumah
kami juga berdekatan sehingga lebih mudah untuk bekerjasama dan berbagi
tugas. Kalau kekurangannya ya yang seperti sempat dikhawatirkan oleh
orang tua saya. Calon peserta didik baru yang memiliki nilai NIM tinggi
terbuang begitu saja karena tidak bisa menjadi jaminan supaya diterima di
sekolah favorit. Karena sangat disayangkan bila ada anak yang berprestasi
misalnya dalam olahraga tenis meja. Bakatnya dapat semakin berkembang
bila melanjutkan pendidikan di sekolah yang menyediakan tenis meja
tersebut. Sebaliknya, bila anak itu melanjutkan pendidikannya di sekolah
dengan sarana dan prasarana yang terbatas, maka kecil kemungkinan dia
dapat mengasah kemampuan yang dimilikinya.”

Berdasarkan pernyataan yang berikan oleh seluruh informan dapat

disimpulkan bahwa sistem zonasi membawa kelebihan dan kekurangan dalam


70

implementasinya pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai.

dimana kelebihan dan kekurangan tersebut berbeda-beda pada setiap pihaknya.

Adapun kelebihan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru adalah sebagai

berikut :

1) Sistem zonasi memberikan jaminan pemenuhan untuk memperoleh pendidikan.

Dinar (2018) dalam jurnal hasil penelitiannya terkait pro kontra sistem zonasi

penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019 mengatakan bahwa

Pemerintah dalam hal ini berpihak kepada seluruh komponen masyarakat. Dalam

hal ini, pemerintah Tanpa pandang bulu, sistem zonasi memberikan harapan

kepada calon peserta didik sekalipun yang memiliki nilai NIM yang rendah untuk

dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah negeri.

2) Tidak ada ekslusivitas dan diskriminasi di sekolah negeri. Menteri pendidikan dan

kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam sebuah liputan berita menekankan bahwa

salah satu tujuan utama diterapkannya Sistem Zonasi Dalam Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB) adalah untuk mengubah pola pikir masyarakat mengenai

sekolah favorit yang akhirnya membentuk diskriminasi terhadap sekolah.

“Kedepannya tidak ada lagi sekolah favorit atau bukan sekolah favorit. Hal inilah
yang menciptakan sistem kasta dalam dunia pendidikan. Nantinya semua sekolah
akan memiliki kualitas yang sama, yakni sekolah unggul. ” (Retrieved from :
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/07/kata-mereka-tentang-kebaikan-
sistem-zonasi-dalam-ppdb, 20 April 2019, 15:20)

3) Menghilangkan persepsi masyarakat tentang “sekolah favorit dan bukan favorit”.

Persepsi orang tua mengenai sekolah unggulan harus diubah. Philip Kotler (dalam

Dinar, 2018) mendefinisikannya sebagai berikut :

“Proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan


masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang
71

berarti. Proses pembentukan persepsi diawali dengan kondisi sekolah yang belum
merata dari segi kualitas dan kuantitas. Kondisi ini semakin diperkuat dari
pengalaman orang tua lain yang telah mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah
dengan predikat unggulan. Maka pada akhirnya tercipta persepsi orang tua peserta
didik mengenai sekolah dengan predikat unggulan dan non-unggulan. Hal ini
kemudian mempengaruhi pola pikir orang tua dalam memilih sekolah untuk
anaknya.”

4) Membantu pemerintah dalam memberikan bantuan pendidikan tepat sasaran.

Seperti pernyataan dari informan kepala sekolah yaitu Bapak Susianto, M.Pd yang

mengatakan bahwa sistem zonasi menjadi penghubung sekolah dan pemerintah

dalam memberikan bantuan pendidikan kepada peserta didik yang layak untuk

mendapatkannya.

5) Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi

perkembangan anak di sekolah.

6) Proses pembelajaran semakin efektif. Dengan diberlakukannya sistem zonasi,

proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien waktu.

7) Meminimalisir gangguan lingkungan. Gangguan lingkungan yang dimaksud

misalnya, kemacetan yang menghambat siswa datang tepat waktu ke sekolah.

8) Peserta didik dapat memanfaatkan waktu luang dengan beristirahat atau mengikuti

jam tambahan selain proses belajar mengajar di kelas.

9) Orang tua dapat membantu peserta didik bila ada barang ataupun tugas mereka

yang ketinggalan.

10) Orang tua dapat mengawasi lingkungan pertemanan anak baik di sekolah maupun

di dekat rumah.

11) Terjalin kerjasama yang baik dan kooperatif antar peserta didik bila diberikan

tugas kelompok, dan lain sebagainya.


72

Selain pernyataan yang diberikan dari informan diatas, penulis juga

menemukan fakta dengan diberlakukannya Sistem Zonasi pada proses penerimaan

peserta didik baru, sekolah swasta juga ikut merasakan keuntungan. Sekolah

swasta, contohnya SMA Budi Murni 2 Medan mengakui jumlah pendaftar di

sekolah mereka semakin meningkat pasca diberlakukannya Sistem Zonasi ini. Hal

tersebut dikarenakan, adanya lokasi domisili calon peserta didik baru yang tidak

berada dalam zonasi sekolah negeri manapun. Di Kota Binjai sendiri, salah satu

contoh lokasi yang tidak masuk dalam radius zonasi sekolah manapun adalah

daerah Langkat menuju Telagah. Dengan demikian, orang tua peserta didik akan

memilih sekolah swasta sebagai sekolah untuk anak mereka karena memang daerah

mereka termasuk daerah yang tidak berada berdekatan dengan sekolah negeri

manapun (blank spot).

Temuan lainnya dari kelebihan sistem zonasi yang dirasakan oleh sekolah

milik swasta adalah, ketika masyarakat masih memegang perspektif sekolah favorit

dan sekolah tidak favorit, tentu mereka akan berupaya supaya berhasil diterima di

sekolah favorit. Namun, sekalipun tetap saja tidak diterima di sekolah favorit yang

memang bukanlah berada pada radius sekolah manapun, masyarakat akan

menjadikan sekolah swasta sebagai pilihan utama mereka dibandingkan harus

melanjutkan di sekolah negeri yang berada pada radius rumah mereka. Maksudnya

adalah, orang tua calon peserta didik baru beranggapan bahwa, bilamana terpaksa

untuk melanjutkannya di sekolah negeri yang tidak favorit, lebih baik bagi mereka

untuk mendaftarkan anak mereka ke sekolah swasta yang kualitasnya lebih baik

dari sekolah negeri tersebut.


73

Disisi lain, sisem zonasi juga membawa kekurangan dalam implementasinya

pada penerimaan peserta didik baru. Adapun kekurangan dari sistem zonasi adalah

sebagai berikut :

1) Kurangnya sosialisasi. Masih belum optimalnya sosialisasi sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru menjadi kendala pelaksanaannya. Sosialisasi

idealnya dilakukan oleh camat, lurah dan kepala sekolah serta tokoh masyarakat.

Namun ternyata belum juga menjangkau keseluruhan masyarakat.

2) Kapasitas yang tidak mencukupi. Permasalahan yang paling utama adalah tidak

seimbangnya kuota peserta didik yang diterima dengan jumlah calon peserta didik

yang mendaftar. Ketidakseimbangan jumlah ini menyebabkan kompetisi

mengincar kursi di sekolah negeri menjadi lebih ketat dan lebih lagi, tidak semua

calon peserta didik yang mendaftar dapat ditampung oleh sekolah terdekat dengan

domisilinya.

3) Kendala teknis. Terjadinya permasalahan teknis, misalnya “server eror” sangat

sering menjadi alasan kurang maksimalnya sistem zonasi pada penerimaan peserta

didik baru.

4) Masih tingginya disparitas kualitas sekolah. Masih sering ditemui sekolah denga

kualitas yang dibawah rata-rata di Kota Binjai. Hal seperti inilah yang mengiring

pola pikir masyarakat terbagi menjadi “sekolah favorit dan sekolah tidak favorit”.
74

4.2.3. Kesiapan Sekolah, Persepsi dan Saran dari Masyarakat Terhadap

Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1

Binjai

Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga yaitu yang terkait dengan

Kesiapan Sekolah dan Saran Terhadap Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta

Didik Baru Di SMA Negeri 1 Binjai, penulis melakukan wawancara dengan

seluruh informan yaitu; informan kunci, informan utama serta informan tambahan.

Berbicara tentang kesiapan dari pihak sekolah, tentunya tidak luput dari

Kepala Sekolah selaku penanggung jawan kebijakan di sekolah. Bapak Susianto,

M.Pd memberikan tanggapannya sendiri mengenai kesiapan yang harus dilakukan

oleh pihak sekolah. Beliau juga memberikan masukan atau saran terkait sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru mendatang. Wawancara dengan beliau

dilakukan pada Senin 08 April 2019 pada pukul 09:00 WIB.

“Ssitem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru lebih menggunakan


metode yang sederhana daripada sistem penerimaan peserta didik yang
sebelumnya. Sebelum memberlakukan sistem zonasi, SMA Negeri 1 Binjai
telah lebih dulu memberlakukan sistem pendaftaran online pada penerimaan
peserta didik baru. Sekalipun menggunakan sistem online, kami tetap
menyelenggarakan seleksi tes tertulis sebagai syarat utama diterima di SMA
Negeri 1 Binjai ini. Perbedaan penerimaan peserta didik baru online dengan
sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru ini adalah, sistem zonasi
mempertimbangkan jarak atau radius zonasi jarak dari rumah ke sekolah.
Maka kami tidak lagi menyelenggarakan seleksi tes tertulis melainkan hanya
memeriksan dan menyeleksi berdasarkan keterangan tempat tinggal yang
terdapat dalam kartu keluarga yang ada dalam berkas pendaftaran calon
peserta didik baru. Sistem zonasi justru lebih memudahkan Tata Usaha kami
dalam menyeleksi peserta didik baru yang berhasil lulus di SMA Negeri 1
Binjai. Menurut saya, dengan diberlakukannya sistem zonasi, penerimaan
peserta didik baru dirasa lebih adil dan transparan dalam menyeleksi peserta
didik baru. Sehingga mengurangi tindakan menyimpang dan kecurigaan
terhadap pihak sekolah dalam menyeleksi peserta didik baru. Berbicara soal
75

kesiapan sekolah, menurut saya SMA Negeri 1 Binjai memiliki persiapan


yang matang untuk mengimplementasikan sistem zonasi. Walaupun sesekali
terjadi server eror dalam proses penerimaan peserta didik baru, namun itu
hanyalah kendala teknis biasa yang bukan merupakan kesalahan langsung
dari SMA Negeri 1 Binjai. Belajar dari pengelaman penerimaan peserta didik
baru tahun ajaran 2018 kemarin, kami berencana untuk mematangkan
persiapan dari sekolah kami yakni dengan memberikan sosialisasi lebih luas
kepada masyarakat sehingga pada penerimaan peserta didik baru tahun
ajaran 2019 mendatang, orang tua tidak lagi merasa khawatir tentang sistem
zonasi. Persiapan yang lainnya justru datang dari lingkungan dalam (intern)
sekolah. Dimana yang saya dengar selama tahun ajaran berlangsung,
beberapa guru sedikit mengeluh dengan diberlakukannya sistem zonasi ini.
Hal tersebut dikarenakan potensi yang dimiliki peserta didik baru ini
dianggap lambat ketimbang peserta didik yang lulus melalui sistem seleksi
tes tertulis terdahulu. Menurut saya, hal ini adalah lumrah mengingat sistem
zonasi hanya memprioritaskan jarak, bukan kemampuan akademik. Saya
rasa, seiring berjalannya waktu, guru-guru dapat beradaptasi dan mau untuk
memberikan tenaga yang lebih dalam menyampaikan materi agar peserta
didik dapat menangkap pembelajaran dengan baik. Ini adalah tantangan dan
persiapan yang membutuhkan penanganan yang khusus. Demikian menurut
saya masukan dari saya untuk kelancaran sistem zonasi pada penerimaan
peserta didik baru yang mendatang.”

Pernyataan yang berikutnya diberikan oleh Ibu Dra. Rincana Ginting

(Informan 2). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beliau dilakukan pada Rabu

10 April 2019 pukul 10:00 WIB

“Terkait pada kesiapan sekolah, saya rasa SMA Negeri 1 Binjai memiliki
kesiapan yang sangat matang dalam mengimplementasikan sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru. Masyarakat dapat melihat secara
langsung bagaimana sarana dan prasarana yang terdapat di SMA Negeri 1
Binjai. Sepengetahuan saya, salah satu tujuan dari sistem zonasi adalah agar
distribusi guru yang berkualitas juga adil dan merata. Untuk kualitas guru,
saya rasa SMA Negeri 1 Binjai tidak perlu diragukan lagi. Justru sekolah
yang tidak favorit yang perlu mempersiapkan keadaan sekolah mereka.
Misalnya dengan mengembangkan ekstrakulikuler yang belum ada di sekolah
tersebut, sehingga nantinya peserta didik dengan potensi yang baru dapat
mengasah kemampuan mereka melalui ekstrakulikuler yang dibina di sekolah
tersebut. ”
76

Pernyataan yang diberikan oleh informan kedua semakin diperkuat dengan

pernyataan yang diberikan oleh Bapak Drs. Sehukur Ginting (Informan 3).

Wawancara dengan beliau dilakukan bersamaan dengan Informan yang kedua.

“Saya sepakat dengan pernyataan sebelumnya oleh Ibu Dra. Rincana


Ginting (RG) yang menyatakan bahwa SMA Negeri 1 Binjai telah
mempersiapkan dengan matang dalam pengimplementasian sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru. Saya juga tidak memungkiri bahwa
kesiapan yang menjadi PR kami selanjutnya adalah kesiapan dari kami,
selaku tim pengajar. Kami yang menyampaikan materi secara langsung
kepada peserta didik baru mengakui adanya kesulitan dalam menyampaikan
materi. Berbeda dengan kakak kelas mereka yang masih diterima melalui
seleksi tes tertulis yang dapat menerima materi hanya dengan satu kali
penyampaian. Peserta didik baru yang diterima dengan sistem zonasi ini,
menurut pengalaman saya sendiri, memerlukan dua atau tiga kali
pengulangan agar mereka dapat menangkap materi yang saya sampaikan.
Saya memaklumi hal tersebut karena sekarang bukan lagi memprioritaskan
kemampuan akademik mereka. Para guru hanya perlu menyesuaikan diri
dengan kondisi yang demikian. Seiring berjalannya waktu, para guru pasti
bisa beradaptasi kok. Masukan yang lain dari saya adalah terkait dengan
kekurangan sistem zonasi yang sebelumnya sudah saya jelaskan, yakni
mengenai peserta didik yang kebetulan berada di daerah yang tidak terdapat
sekolah negeri terdekat atau istilahnya “blank spot”. Pemerintah harus
memberikan pernyataan yang tegas agar orang tua dan peserta didik yang
berada disekitar daerah “blank spot” ini tidak merasa khawatir. Masukan
yang terakhir dari saya yaitu kepada masyarakat terkhusus orang tua dari
calon peserta didik. Diharapkan orang tua tidak lagi mengkotak-kotakkan
sekolah dengan perspektif sekolah favorit dan sekolah tidak favorit. Orang
tua diharapkan mampu untuk menyemangati dan memotivasi anaknya
sekalipun si anak tidak berhasil masuk ke sekolah yang selama ini
dianggapnya sebagai sekolah favorit. Juga kepada anak yang dianggap
berpotensi yang justru lulus di sekolah dengan kualitas yang masih kurang.
Orang tua diharapkan mampu untuk terus menyemangati anaknya agar
termotivasi untuk belajar sekalipun berada diantara anak-anak lain yang
kurang minat belajarnya. ”

Untuk semakin memperoleh informasi yang akurat, penulis juga melakukan

wawancara dengan orang tua dari peserta didik baru. Berikut ini merupakan hasil

wawancara bersama dengan Ibu Theresia (Informan 4) yang ditemui di rumahnya


77

yaitu, di Berngam, Kecamatan Binjai Kota pada Senin 15 April 2019 pukul 14:00

WIB

“Sitem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru memerlukan banyak


sekali perbaikan ya. Sekalipun SMA Negeri 1 Binjai telah melakukan
persiapan yang mantap, namun saya rasa akan lebih bagus lagi bila sekolah
melakukan penyuluhan atau berupa sosialisasi kepada masyarakat tentang
sistem penerimaan peserta didik baru menggunakan sistem zonasi. Karena
gelar sekolah favorit yang melekat di SMA Negeri 1 Binjai, tentu masih ada
orang tua yang merasa anaknya layak dan harus melanjutkan pendidikannya
di sekolah tersebut. Jika sosialisasi tentang sistem zonasi dilakukan pada
jauh hari, maka masyarakat dapat menentukan pilihan mereka dengan lebih
matang pula. Juga pemerintah harus memberikan ketersediaan jumlah
peserta didik baru yang diterima di setiap sekolah. Contohnya, di daerah
Gedung Olahraga (GOR) Binjai. Disana jumlah masyarakatnya hanya
sedikit karena kebanyakan kantor pemerintahan yang terdapat disana.
Namun di daerah tersebut ada dua sekolah negeri yaitu SMA Negeri 3 Binjai
dan SMA Negeri 5 Binjai yang jaraknya sangat berdekatan. Hal tersebut
justru berbanding terbalik dengan daerah Kebunlada, Pahlawan. Disana
jumlah masyarakatnya termasuk padat, dengan jumlah anak yang masih
bersekolah juga banyak. Namun di daerah sana tidak ada Sekolah Menengah
Atas (SMA) yang berada di daerah sana. Tentu jumlah calon peserta didik
yang akan mendaftar akan berbanding terbalik dengan jumlah peserta didik
yang diterima. Saran saya, pemerintah perlu meninjau kembali lokasi mana
yang memiliki jumlah anak bersekolah yang tinggi lalu disesuaikan dengan
kuota penerimaan peserta didik baru di masing-masing sekolah. ”

Saran yang lainnya diberikan oleh Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd (Informan

5). Beliau memberikan masukan terkait kesiapan dan persepsinya tentang sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Wawancara ini dilakukan di rumah

Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd yaitu di Tangsi, Kecamatan Binjai Kota, pada Senin

15 April 2019 pukul 15:00 WIB

“Menurut pendapat saya, kesiapan dari SMA Negeri 1 Binjai sudah


maksimal ya. Kita bahkan bisa lihat langsung dari sarana dan prasarana
serta kualitas guru disana. Lebih lagi, SMA Negeri 1 Binjai dikenal unggul
dalam bidang mengasah kemampuan anak yaitu dengan memfasilitasi
potensi yang dimiliki oleh anak kita melalui berbagai kegiatan diluar proses
78

belajar-mengajar. Saya selaku orang tua dari peserta didik baru memberi
masukan agar SMA Negeri 1 Binjai memberikan sosialisasi mengenai sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Karena yang menjadi kendala
pada penerimaan peserta didik baru tahun ajaran yang baru adalah
kurangnya sosialisasi yang diberikan. Apalagi sistem zonasi inikan termasuk
aturan yang baru diterapkan, tentu perlu disertai dengan sosialisasi yang
tersamapaikan kepada seluruh masyarakat. Sehingga di tahun ajaran
berikutnya, orang tua dari calon peserta didik baru tidak lagi ling-lung dalam
menentukan pilihan mereka. Juga masukan saya kepada sesama orang tua
agar menjalin kerjasama yang baik dengan guru. Kan sekolahnya juga dekat
dari rumah, saya rasa perlu sesekali kita berkunjung ke sekolah untuk
mengawasi perkembangan anak kita di sekolah. Selain kerjasama yang baik
dengan guru, kita juga perlu menjalin silahturahmi kepada sesama orang tua
peserta didik di SMA Negeri 1 Binjai. Tidak sedikit dari orang tua ini yang
sudah saling mengenal, karena memang sudah menjadi tetangga. Kan kalau
kooperatif begini bisa saling mengawasi anak dengan baik. ”

Informan yang tidak ketinggalan memberikan masukan yang membangun

lainnya adalah Ibu Br. Gultom (Informan 6). Sempat merasa khawatir dengan

diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru tahun ajaran

2018, Ibu Br. Gultom memberikan masukan saran yang membangun agar

kedepannya orang tua dari calon peserta didik baru tidak merasa khawatir dan resah

seperti yang dirasakan oleh beliau. Wawancara bersama Ibu Br. Gultom dilakukan

di rumahnya yang berada di daerah Lima Sundai pada Senin 15 April 2019 pukul

15:00 WIB

“Masukan dari saya supaya setiap sekolah, tidak hanya SMA Negeri 1 Binjai
memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru. Belajar dari penerimaan peserta didik yang
lalu, banyak orang tua justru dibingungkan dan merasa kecewa karena tidak
adanya pemberitahuan sebelumnya oleh pihak sekolah. Sebenarnya
bukannya tidak diberitahu, hanya saja kurang disosialisasikan secara
maksimal sehingga masih ada saja orang tua yang belum memahami sistem
zonasi ini. Saran saya yang lain adalah agar semua sekolah baik yang selama
ini dianggap favorit dan tidak favorit untuk sama-sama melengkapi sekolah
masing-masing dengan maksimal, untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya masing-masing. Saya juga menghimbau agar dengan
79

diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru ini, tidak
ada sekolah yang bermain curang dalam menyeleksi peserta didik baru yang
diterima di sekolahnya. Masukan berikutnya, yaitu kepada orang tua. Ayolah
pak, bu, kita jangan mematahkan semangat anak kita untuk masuk sekolah
favorit. Kita berikan motivasi, kita dukung semangatnya untuk tetap
semangat sekalipun tidak berhasil lulus di sekolah yang selama ini
dianggapnya favorit. Terkhusus seperti yang saya alami, awalnya saya justru
pesimis, saya menyayangkan potensi yang dimiliki anak saya. Saya mengajak
seluruh orang tua agar selalu memotivasi dan terus menyemangati anak
mereka sekalipun mereka lulus bukan di sekolah yang diimpikannya.”

Informan yang keenam yaitu Ibu Br. Gultom juga memberikan masukan agar

setiap sekolah memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru sehingga tidak ada lagi orang tua dan peserta didik

yang keliru dalam menetapkan pilihan mereka. Beliau juga memberikan masukan

terkhusus kepada sekolah dengan kualitas yang masih dibawah rata-rata untuk

meningkatkan mutu dan prestasi sekolahnya. Juga kepada sesama orang tua untuk

terus memberikan motivasi kepada anak mereka apabila anak mereka tidak berhasil

masuk ke sekolah yang selama ini diimpikannya.

Selain wawancara dengan orang tua dari peserta didik baru, penulis juga

melakukan wawancara bersama peserta didik baru yang diterima melaui sistem

zonasi itu sendiri. Bernardinus Sihaloho (Informan 7) mewakili peserta didik baru

yang diterima di SMA Negeri 1 Binjai melalui jalur zonasi juga memberikan

masukannya untuk sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang lebih

baik di tahun ajaran yang berikutnya. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan

dengan Bernardinus Sihaloho yang ditemui sepulang sekolah di SMA Negeri 1

Binjai pada Senin 08 April 2019 pukul 14:30 WIB


80

“Menurut saya, sistem zonasi ini menjadi solusi yang baik untuk menjawab
masalah ketidakadilan dan ketidakmerataan pendidikan terkhusus di Kota
Binjai. Masukan dari saya adalah agar setiap calon peserta didik giat
mencari informasi tentang sistem penerimaan peserta didik baru. Kan
sekarang sudah eranya digital, maka kita sebagai generasi milinel harus
memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Informasi mengenai sistem
penerimaan peserta didik baru kan ada banyak di internet, kita nya saja yang
perlu sering-sering browsing. Kita juga harus mengubah pola pikir kita
tentang sekolah favorit dan tidak favorit. Kita tidak perlu khawatir tentang
jalur undangan masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Saat ini, semua
sekolah diberikan kesempatan yang sama kok. Juga bila sekolah tersebut
tidak memiliki ekstrakulikuler yang kita minati, kita bisa saja ajukan kepada
dewan guru dan kepala sekolah untuk membuka ekstakulikuler yang baru di
sekolah tersebut. Maka hal apa lagi yang harus kita khawatirkan? Kita harus
mendukung kebijakan dari pemerintah ini. Menurut saya, masukan yang saya
berikan fokus kepada masyarakat, termasuk orang tua calon peserta didik
baru, dan adik-adik calon peserta didik baru di tahun ajaran yang
berikutnya.”

Pernyataan lainnya diberikan oleh Damelia Simarmata (Informan 8)

mewakili peserta didik baru yang diterima melalui jalur prestasi. Berikut ini hasil

wawancara dengan Damelia Simarmata yang dilakukan bersamaan dengan

informan yang sebelumnya yaitu Bernardinus Sihaloho pada Senin 08 April 2019

pukul 14:30 WIB

“Karena tujuan utama dari sistem zonasi pada penerimaan peserta didik
baru adalah untuk mencapai terwujudnya pendidikan yang adil dan merata,
maka saran utama dari saya adalah kepada sekolah yang dianggap kurang
kualitasnya untuk semakin meningkatkan kualitas sekolahnya. Alasan
mengapa masyarakat masih saja terfokus pada sekolah favorit dan tidak
favorit adalah karena kualitas yang berbeda-beda di setiap sekolah. Maka
apabila semua sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya, perlahan tapi
pasti anggapan sekolah favorit yang selama ini ada dalam pola pikir
masyarakat berubah menjadi sekolah unggul. Saya juga memberikan
masukan kepada pemerintah agar menambah jumlah kuota untuk calon
peserta didik baru yang diterima melalui jalur prestasi. Karena menurut
saya, 10% merupakan jumlah yang sangat sedikit.”
81

Informan yang terakhir merupakan seorang Guru Bimbingan Konseling (BK)

di SMA Budi Murni 2 Medan. Beliau merupakan informan yang diwawancari

secara tidak terencana dengan penulis. Ibu Nilam br. Barus, S.Pd ditemui dalam

perjalanan penulis menuju Kota Medan dalam transportasi Kereta Api. Beliau yang

pada saat itu mengenakan seragam SMA Budi Murni 2 Medan hendak kembali ke

Medan setelah melakukan pertemuan di Kota Binjai. Penulis kemudian

menanyakan pendapat beliau tentang sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru. Pernyataan yang diberikan oleh Ibu Nilam br. Barus, S.Pd ini sangat akurat

dan dapat dipertanggungjawabkan yang layak untuk dijadikan informasi tambahan

pada penelitian ini. Adapun wawancara tersebut dilakukan pada Jumat 26 April

2019 di Kereta Api Sri Bilah pukul 15:30 WIB.

“Saya sangat setuju dengan diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan


peserta didik baru. Dengan demikian maka semua anak akan dijamin dapat
melanjutkan pendidikannya di sekolah yang berada di daerah terdekat
dengan tempat tinggalnya. Berhubung sekolah kami bukanlah sekolah yang
diselenggarakan oleh pemerintah, maka kami tidak sepenuhnya
memberlakukan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru tahun
ajaran 2018 kemarin. Namun sekolah kami juga terkena dampak setelah
diberlakukannya sistem zonasi ini. Salah satunya yaitu, jumlah calon peserta
didik baru yang mendaftar di sekolah kami menjadi semakin bertambah. Hal
tersebut dikarenakan ada banyak daerah di kota Medan yang tidak berada
dalam zonasi sekolah. Misalnya anak yang berasal dari Pancur Batu. Nah
disanakan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)nya masih terbatas ya, maka
mereka akan mendaftarkannya ke sekolah swasta yang ada di Kota Medan.
Kemudian ada juga calon peserta didik yang sebenarnya berada berdekatan
dengan zonasi suatu sekolah. Namun karena mereka merasa sekolah tersebut
tidak nyaman baik dari sarana prasarana, maupun kualitas sekolah yang
masih dibawah rata-rata maka lebih baik mereka memilih sekolah swasta
ketimbang sekolah yang berada dengan zonasi mereka tersebut. Hal yang
paling berdampak yaitu kejadian di SMA Negeri 2 Medan. Nah kemarin kan
pihak SMA Negeri 2 Medan kedapatan melakukan tindakan curang pada
penerimaan peserta didik baru, dimana ombudsman perwakilan Sumatera
Utara menemukan adanya peserta didik baru yang diterima secara ilegal
atau yang diberi nama “siswa siluman” memaksa agar peserta didik baru
yang bermasalah tersebut harus dipindahkan ke sekolah swasta. Nah orang
82

tua dari peserta didik itu banyak yang memilih sekolah kami, maka
penerimaan peserta didik baru di sekolah kami menjadi semakin bertambah.
Berdasarkan pengalaman tersebut, harusnya pihak sekolah melakukan
persiapan yang matang. Contohnya SMA Negeri 2 Medan itu, kepala sekolah
harusnya berkomitmen dan menghargai keputusan yang diberikan oleh dinas
pendidikan. Saya sangat sepakat dengan sistem zonasi ini, agar nanti sekolah
yang dianggap favorit di masyarakat ini tidak lagi hanya menerima peserta
didik yang unggul melainkan memberikan kesempatan yang sama kepada
semua anak untuk memperoleh pendidikan. Tidak seperti yang terjadi selama
ini, dimana anak dengan nilai NEM yang tinggi pasti akan mendaftar ke
sekolah favorit, sementara anak dengan nilai NEM yang rendah pasti
langsung didaftarkan ke sekolah swasta. Bahkan anak yang bermasalah di
sekolah favorit itu atau yang dalam kata kasarnya di keluarkan secara paksa
oleh sekolah pasti akan mendaftarkan dirinya ke sekolah swasta. Dengan
sistem zonasi ini saya juga berharap agar masyarakat mengubah pemikiran
tradisional tentang favorit atau tidaknya suatu sekolah tersebut. Karena
menurut saya, bila sekolah tersebut benar favorit, harusnya mereka
menerima semua peserta didik, bukan hanya peserta didik yang pintar saja.
Karena tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan anak, namun mengapa
yang diterima hanya anak yang cerdas ? harusnya kesempatan yang sama
juga diberikan kepada semua anak, sekalipun bukan anak yang tergolong
cerdas.”

Diberlakukannya sistem zonasi tidak hanya memberikan dampak kepada

sekolah yang mengimplementasikan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

barunya, melainkan sekolah yang tidak mengimplementasikan sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru juga ikut merasakan dampaknya. Seperti pernyataan

yang diberikan oleh informan terakhir, yakni Ibu Nilam br. Barus, S.Pd, selaku guru

Bimbingan Konseling (BK) di SMA Budi Murni 2 Medan. Menurut beliau, sistem

zonasi memaksa semua sekolah negeri untuk memberikan kesempatan yang sama

kepada semua calon peserta didik baru. Adanya pengalaman dari sekolah lain, yaitu

SMA Negeri 2 Medan menjadi pelajaran berharga bagi semua sekolah. Tindakan

curang pada penerimaan peserta baru, yaitu menerima calon peserta didik baru

secara ilegal yang dinamakan “siswa siluman” hendaknya tidak terulang kembali di
83

sekolah manapun. Menurut pendapat Ibu Nilam br. Barus, S.Pd, sekolah harusnya

mempersiapkan secara maksimal sistem penerimaan peserta didik baru serta

konsisten dan menghargai keputusan yang diberikan oleh Dinas Pendidikan.

Masyarakat juga harus mengubah pola pikirnya terkait sekolah favorit dan tidak

favorit.

Terkait dari pernyataan seluruh informan, dapat ditarik kesimpulan

bahwasanya SMA Negeri 1 Binjai telah melakukan persiapan yang matang dalam

mengimplementasikan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA

Negeri 1 Binjai. Jika saja dilakukan sosialisasi yang maksimal sebelum dibukanya

penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi, maka orang tua tidak perlu

merasa khawatir dan bingun untuk mendaftarkan anak mereka.

Adapun solusi yang disimpulkan dari seluruh wawancara dengan informan

seperti diatas adalah sebagai berikut :

1) Sebelum menerbitkan kebijakan, pemerintah perlu persiapan matang.

Sosialisasi sistem zonasi harus dilakukan secara massif dan dalam jangka

waktu panjang sebelu diterapkannya sistem tersebut. Sistem zonasi bukan

hanya tentang jarak, namun lebih jauh lagi untuk mewujudkan pemertaan

pendidikan yang berkualitas.

2) Mempertimbangankan kesesuaian jumlah sekolah di setiap zona. Pemerintah

harus kembali mengevaluasi proyeksi lulusan sekolah agar dapat mengatasi

masalah blank spot


84

3) Guru harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan peserta didik

baru yang diterima melalui sistem zonasi.

4) Masyarakat dituntut untuk mengubah persepsinya mengenai sekolah favorit

dan tidak favorit

5) Orang tua selalu memberikan motivasi dan semangat kepada anaknya agar

selalu bersemangat dan tidak mematahkan semangat anaknya.

Dari semua pernyataan diatas, Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik

Baru Tahun Ajaran 2018/2019 dapat dikaji melalui Teori Struktural Fungsional

Talcott Parsons. Suatu sistem, menurut Parsons, hanya bisa fungsional apabila

semua persyaratan terpenuhi. Ada beberapa persyaratan harus terpenuhi agar

sebuah sistem sosial dapat bertahan menurut perspektif fungsionalisme. Parsons

mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif tersebut adalah

Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat

AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). Penjelasan dari AGIL

adalah sebagai berikut :

a. Adaptasi (Adaptation) merupakan suatu kebutuhan sistem untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Melalui adaptasi, sistem mampu

menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungannya serta mendistribusikan

sumber-sumber ini ke dalam seluruh sistem.

Sistem Zonasi menjadi solusi yang diberikan pemerintah untuk mengatasi

persoalan ketidakmerataan pendidikan. Sistem zonasi diharapkan mampu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud yaitu,


85

sekolah, masyarakat, juga peserta didik baru. Tidak hanya sistem zonasi, baik

sekolah, pemerintah dan masyarakat juga harus mampu beradaptasi dengan

sistem zonasi yang diberikan sebagai solusi untuk ketidakmerataan dan

ketidakadilan pendidikan yang menjadi permasalahan yang sangat sering terjadi

pada penerimaan peserta didik baru. Adaptasi yang dimaksud dapat dilakukan

melalui sosialisasi kepada masyarakat terkhusus kepada orang tua dari calon

peserta didik baru. Pada penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020,

penulis menemukan adanya perbaikan dalam sosialisasi tentang sistem zonasi.

Dimana penulis melakukan pengamatan langsung sosialisasi yang diberikan oleh

guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) kepada orang tua peserta didik yang

lulus SMP supaya dibimbing dan diarahkan dengan baik dalam menentukan

sekolah lanjutan ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah Atas yang

berada dalam radius zonasi tempat tinggal mereka. Berdasarkan hal tersebut,

dapat disimpulkan bahwa sistem zonasi perlahan telah beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya yaitu; sekolah, pemerintah dan masyarakat.

b. Pencapaian tujuan (Goal Attainment) merupakan prasyarat fungsional yang

menentukan tujuan dan skala prioritas yang ada. Sistem Zonasi sudah tentu

memiliki tujuan jelas, yaitu untuk menghilangkan disparitas kualitas sekolah

yang menjadi latar belakang terjadinya ketidakmerataan pendidikan. Tujuan

tersebut merupakan tujuan yang ingin diwujudkan melalui sistem zonasi. Dalam

implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru itu sendiri,

penulis menemukan bahwa perspektif masyarakat tentang sekolah favorit dan

tidak favorit perlahan mulai berkurang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
86

pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis pada orang tua calon peserta didik

baru yang akan mendaftarkan anaknya pada penerimaan peserta didik baru tahun

ajaran 2019/2020. Pencapaian tujuan dari sistem zonasi yang lainnya adalah

jumlah peserta didik yang diterima di masing-masing sekolah menjadi lebih

seimbang. Bahkan dari sekolah swasta pun mengakui sistem zonasi memberikan

penambahan jumlah pendaftar calon peserta didik baru di sekolah mereka.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sistem zonasi

perlahan akan maksimal pencapaiannya.

c. Integrasi (Integration) adalah suatu kebutuhan sistem yang dapat

mengoordinasikan dan dapat menciptakan kesesuaian antar bagian atau anggota

dalam suatu sistem. Fungsi integrasi dalam implementasi sistem zonasi dapat

diartikan sebagai menyatunya semua elemen-elemen yang terkait dalam sistem

zonasi. Elemen yang dimaksud adalah, pihak sekolah, pemerintahan dan

masyarakat. Integrasi yang dilakukan melalui sistem zonasi adalah adanya

kesatuan yang baik antara pihak sekolah, pemerintah dan masyarakat. Penulis

menemukan bahwa dengan diberlakukannya sistem zonasi, orang tua dan

sekolah secara langsung telah terjalin integrasi atau kerja sama yang baik dalam

pengawasan peserta didik. Juga pihak sekolah dengan pemerintah yang tanpa

disadari telah terjadi integrasi yang baik dalam hal memberikan bantuan

pendidikan dengan tepat sasaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Teori Talcott Parsons terkait dengan fungsi integrasi telah terjadi pada sistem

zonasi.
87

d. Latensi (Latency) atau Latent pattern maintenance atau dapat pula diartikan

sebagai pola pemeliharaan laten adalah prasyarat fungsional yang dibutuhkan

sistem untuk menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai dengan

beberapa aturan atau norma. Konsep laten menunjuk pada sesuatu yang

tersembunyi atau tidak kelihatan. Prasyarat fungsional diperlukan apabila sistem

sosial menghadapi kemungkinan terjadinya disintegrasi atau perpecahan, maka

ada pola pemeliharaan yang tersembunyi yang dapat memelihara agar sistem

tetap terintegrasi atau terpelihara.

Fungsi Laten dalam sistem zonasi dapat diartikan sebagai memberikan motivasi

tersendiri bagi para guru dan peserta didik. Motivasi yang dimaksud yaitu,

dengan diberlakukannya sistem zonasi, guru menjadi tertantang untuk

menghadapi peserta didik baru yang mempunyai potensi akademik yang

beragam. Dengan demikian, latensi kepada guru adalah terbangunnya motivasi

mendidik kepada peserta didik baru. Begitupula dengan peserta didik baru yang

akan semakin termotivasi dengan diberlakukannya sistem zonasi ini. Fungsi

laten lainnya dari sistem zonasi yang menjadi tujuan utama dari sistem zonasi

yaitu untuk menghilangkan ketidakadilan dan ketidakmerataannya pendidikan.

Selain itu, sistem zonasi juga sangat membantu pemerintah dalam memberikan

bantuan pendidikan kepada peserta didik yang dianggap layak untuk

mendapatkan bantuan pendidikan tersebut. Disisi lain, sistem zonasi juga

memberikan fungsi laten kepada orang tua dari peserta didik untuk mengawasi

dan membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar. Selain kepada orang

tua, fungsi laten dari sistem zonasi juga dirasakan langsung oleh peserta didik
88

baru yang diterima dengan sistem zonasi. Mereka akan lebih mudah dalam kerja

kelompok dan diskusi diluar proses belajar mengajar dan dapat memaksimalkan

waktu yang tersisa untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat di sekolah.

Sekolah swasta juga merasakan fungsi laten dari diberlakukannya sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru. Hal tersebut dikarenakan, apa bila ada calon

peserta didik baru yang berasal dari daerah dengan radius zonasi yang tidak

berdekatan dengan sekolah negeri manapun, maka orang tua dari calon peserta

didik baru akan memutuskan sekolah swasta menjadi pilihan mereka.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi laten dari sistem zonasi telah

berdampak secara langsung baik kepada sekolah, pemerintah, orang tua peserta

didik, dan peserta didik itu sendiri.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Masyarakat dan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.

Mengingat pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia. Hal tersebut semakin diperkuat dengan

ditetapkannya Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 dimana Negara

Republik Indonesia memberikan jaminan atas pemenuhan hak untuk memperoleh

pendidikan kepada seluruh warganya. Pendidikan formal berawal dari proses

penerimaan peserta baru di sekolah. Penerimaan peserta didik baru idealnya

dilakukan dengan objektif, adil, transparan dan tanpa diskriminasi. Namun

kenyataan yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya. Pemikiran masyarakat yang

masih mengkotak-kotakkan sekolah menjadi sekolah favorit dan tidak favorit

menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah dalam pendidikan. Pola pikir

favoritism masyarakat terhadap suatu sekolah akan mengakibatkan ketimpangan

dan ketidakmerataan pendidikan. Apalagi kenyataan bahwa sekolah yang dianggap

favorit oleh masyarakat justru hanya menerima mereka yang paling terbaik yang

berhak untuk melanjutkan pendidikan di sekolah favorit tersebut.

Pemerintah tentu telah berupaya untuk mengatasi ketidakadilan dan

ketidakmerataan pendidikan Dengan Membuat Kebijakan Sistem Zonasi Pada

Penerimaan Peserta Didik Baru. Sistem Zonasi merupakan proses penerimaan

89
90

peserta didik baru dengan mempertimbangakan radius jarak antara tempat tinggal

peserta didik dengan sekolah terdekat yang ada di daerahnya. Dengan demikian,

diharapkan semua anak berhak melanjutkan pendidikannya di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Masyarakat di Kota Binjai masih mendiskriminasi sekolah menjadi

sekolah favorit dan tidak favorit pada penerimaan peserta didik baru

tahun 2018/2019. Meskipun demikian, implementasi sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai telah

berjalan sesuai dengan yang ditetapkan. Hanya saja masih ditemui

kekurangan dalam pengimplementasiannya. Walaupun demikian,

semua pihak yang terlibat dalam sistem zonasi sepakat untuk

mendukung sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang

lebih objektif, adil, dan tanpa diskriminasi.

2. Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik baru tentu saja memiliki

kebelihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Semua kekurangan

tersebut yang menjadi saran dan masukan kepada pemerintah agar

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru semakin dikenal

dan didukung oleh masyarakat untuk terwujudnya dunia pendidikan

yang adil, unggul dan merata.

3. Sosialisasi yang baik menjadi masukan utama dalam implementasi

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di tahun ajaran

mendatang. Karena dengan sosialisasi yang baik, masyarakat tidak


91

lagi dibingungkan dengan sistem zonasi. Kesiapan dari masing-

masing sekolah baik dari pihak guru, sarana dan prasarana dan

sebagainya menjadi masukan penting untuk mengoptimalkan

implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru.

5.2. Saran

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, berikut ini saran dari penulis antara

lain :

1. Pemerintah dan sekolah memberikan sosialisasi kepada masyarakat

terkait sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di tahun

ajaran yang berikutnya.

2. Pemerintah, sekolah dan masyarakat dapat saling bekerjasama dalam

mengawasi proses penerimaan peserta didik baru sehingga tercipta

keadilan dan kemerataan pendidikan.

3. Masyarakat mengubah pola pikirnya tentang sekolah favorit dan tidak

favorit sehingga kedepannya semua sekolah menjadi sekolah unggul.


DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Martono, Nanang. 2017. Sekolah Publik VS Sekolah Privat. Edisi pertama.


Cetakan pertama. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
______________.(2017 : 45). Sekolah Publik VS Sekolah Privat. Edisi pertama.
Cetakan pertama. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
______________.(2017 : 49-50). Sekolah Publik VS Sekolah Privat. Edisi
pertama. Cetakan pertama. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
______________.(2017 : 71). Sekolah Publik VS Sekolah Privat. Edisi pertama.
Cetakan pertama. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Damsar. 2015. Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Prenamedia Group.
_______. (2015:50). Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Prenamedia
Group.
_______. (2015:60-62). Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Prenamedia
Group.
Creswell, John W. 2016. Research Desgin : Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
______________. (2016:30-31). Research Desgin : Pendekatan Metode
Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
______________. (2016:64-65). Research Desgin : Pendekatan Metode
Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Gunawan, I. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

_________. (2014 : 33-34) . Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Moleong.Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Moleong, L.J. 2006 . Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Neuman, W. L. 2006 . Social Research Methods : Qualitatif And Quantitatif
Approach.USA: University Of Wisconsin Page.
Suryana . 2010. Metode Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif. Jakarta: Upi Press.
Sugyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

________. (2014 : 44-45) . Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

SUMBER SKRIPSI

Alamsyah, Asrul. 2013. Analisis Implementasi Kebijakan Program Pendidikan


Gratis Di Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba. Uin
Alauddin Makassar. Skripsi Sarjana. Makassar. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Meilina, Duwi. 2016. Implementasi Kebijakan Pendidikan Program Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) Di SMA Negeri 1 Kasui Way
Kanan. Universitas Lampung.. Tesis. Lampung. Universitas Lampung.
Wulandari, Desi. 2018. Pengaruh Penerimaan Peserta Didik Melalui Sistem
Zonasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Labuhan
Ratu Lampung Timur Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi Sarjana.
Lampung. Universitas Lampung.

SUMBER JURNAL :

Imam, Teori dan Kerangka Konsep Talcott Parsons. 2017. State Islamic University
Sunan Kalijaga : Yogyakarta. (15-19) Retrieved From :
https://core.ac.uk/download/pdf/129393466.pdf (Akses 10 Januari 2019)
Teori dan Konsep Implementasi Merillee S. Grindle. 2017. Retrieved From :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjScbwhqXgAhWMM48KHX6FBS
kQFjABegQIBRAC&url=https%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F18595
%2F4%2Fe.%2520Bab%25202%252009417144028.pdf&usg=AOvVaw
1a4Wr6QIUhXTyI9cFgtvRs (Akses 10 Januari 2019)
Syawaludin, Mohammad. Alasan Talcott Parsons Tentang Pentingnya Pendidikan
Kultur .Vol. 7, No.1, Februari 2014. Retrieved From :
https://core.ac.uk/display/85072904 (Akses 10 Januari 2019)
Ismayanti, Chesti. 2015. Pengembangan Decision Making Skill Materi Isu-isu
kontroversial dalam pembelajaran sejarah. Universitas pendidikan
Indonesia. Reposiroty.upi.edu/ perpustakaan.upi.edu. Retrieved From :
http://repository.upi.edu/27833/4/T_SEJ_1302815_Chapter3.pdf (Akses
15 Januari 2019)
SUMBER UNDANG-UNDANG :

Salinan. Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1


sampai 5 Tentang Pendidikan. Retrieved from :
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf (Akses 15
Desember 2018)
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Repblik Indonesia
Naomor 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada
Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain
Yang Sederajat. Retrieved from :
https://www.kemdikbud.go.id/main/index.php/files/download/d62bcdd6c2e6
631 (Akses 15 Desember 2018)

SUMBER ARTIKEL :

Afriansyah, Anggi. 2018. Sekolah Favorit Dan Problem Pendidikan Kita. Http :
http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/education/531-sekolah-
favorit-dan-problem-pendidikan-kita (akses 15 Desember 2018)
Khalika, Nindias Nur. 2018. Sistem Zonasi Dan Mimpi Bersekolah Di Sekolah
Favorit. http : https://tirto.id/sistem-zonasi-dan-mimpi-bersekolah-di-
sekolah-favorit-cMRN (akses 15 Desember 2018)
Taher, Andrian Pratama. 2018. Sistem Zonasi : Disyukuri Orangtua Siswa, Jadi
Tantangan Sekolah.. http : https://tirto.id/sistem-zonasi-disyukuri-orangtua-
siswa-jadi-tantangan-sekolah-cLHL (akses 15 Desember 2018)
Ardi Isnanto, Bayu. 2018. Kisruh PPDB di Solo: 12 SMP Kurang Murid, 31 Anak
Sempat Terlantar. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-
4111304/kisruh-ppdb-di-solo-12-smp-kurang-murid-31-anak-sempat-
terlantar (akses 15 Desember 2018)
Wicaksono, Adhi. 2018. Sistem Zonasi Memupus Mimpi Masuk Sekolah Favorit.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180601075841-20-
302700/sistem-zonasi-memupus-mimpi-masuk-sekolah-favorit (akses 27
Januari 2019)
Pedoman Wawancara

“Implementasi Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di

SMA Negeri 1 Binjai”

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada penelitian, maka pedoman

wawancara dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Identitas Informan :

Nama Lengkap :

TTL :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan : Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai.

4. Bagaimana implementasi pelaksanaan sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Bagaimana sosialisasi yang dilakukan guru dalam penyampaian

informasi tentang sistem penerimaan peserta didik baru di SMA

Negeri 1 Binjai ?

b) Bagaimana metode pelaksanaan sistem zonasi di SMA Negeri 1

Binjai ?

c) Bagaimana langkah-langkah yang diambil supaya sistem zonasi dapat

berjalan dengan lancar ?

d) Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?


5. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

a) Apa kelebihan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut para guru ?

b) Apa kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut para guru ?

6. Bagaimana kesiapan sekolah dan persepsi masyarakat terhadap sistem zonasi

dalam penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Apa persiapan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

b) Sejauhmana ketercapaian pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai menurut para guru ?

c) Upaya apa yang dilakukan guru dalam mengoptimalkan pelaksanaan

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1

Binjai ?

Identitas Informan :

Nama Lengkap :

TTL :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan : Guru di SMA Negeri 1 Binjai.


7. Bagaimana implementasi pelaksanaan sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Bagaimana sosialisasi yang dilakukan guru dalam penyampaian

informasi tentang sistem penerimaan peserta didik baru di SMA

Negeri 1 Binjai ?

b) Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

8. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

a) Apa kelebihan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut para guru ?

b) Apa kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut para guru ?

9. Bagaimana kesiapan sekolah dan persepsi masyarakat terhadap sistem zonasi

dalam penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Apa persiapan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan sistem zonasi

pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

b) Sejauhmana ketercapaian pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai menurut para guru ?

c) Upaya apa yang dilakukan guru dalam mengoptimalkan pelaksanaan

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1

Binjai ?
Identitas Informan :

Nama Lengkap :

TTL :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan : Orang tua peserta didik baru jalur sistem zonasi

1. Bagaimana implementasi pelaksanaan sistem zonasi dalam penerimaan peserta

didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Bagaimana sosialisasi yang dilakukan sekolah dalam penyampaian

sistem penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai kepada

orang tua ?

2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

a) Apa kelebihan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut orang tua ?

b) Apa kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut orang tua?

c) Hambatan-hambatan apa yang ditemukan orang tua dalam

pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai ?

3. Bagaimana kesiapan sekolah dan persepsi masyarakat terhadap sistem zonasi

dalam penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?


a) Apa persiapan yang dilakukan orang tua dalam pelaksanaan sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

b) Bagaimana persepsi orang tua tentang pelaksanaan sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

c) Sejauh apa tingkat kepuasan orang tua tentang pelaksanaan sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

d) Upaya apa yang dilakukan orang tua dalam mengoptimalkan

pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai ?

Identitas Informan :

Nama Lengkap :

TTL :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan : Peserta didik baru jalur sistem zonasi di SMA

Negeri 1 Binjai.

1. Bagaimana implementasi pelaksanaan sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Bagaimana sosialisasi yang dilakukan sekolah dalam penyampaian

sistem penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai kepada

peserta didik baru ?


2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik

baru di SMA Negeri 1 Binjai ?

a) Apa kelebihan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut peserta didik baru ?

b) Apa kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai menurut peserta didik baru?

c) Hambatan-hambatan apa yang ditemukan peserta didik baru dalam

pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di

SMA Negeri 1 Binjai ?

3. Bagaimana kesiapan sekolah dan persepsi masyarakat terhadap sistem zonasi

dalam penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?

a) Apa persiapan yang dilakukan peserta didik baru dalam pelaksanaan

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1

Binjai ?

b) Bagaimana persepsi persepsi peserta didik baru tentang pelaksanaan

sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1

Binjai ?

c) Sejauh apa tingkat keberhasilan pelaksanaan sistem zonasi pada

penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai menurut

peserta didik baru ?

d) Upaya seperti apa yang dilakukan peserta didik baru dalam

mengoptimalkan pelaksanaan sistem zonasi pada penerimaan peserta

didik baru di SMA Negeri 1 Binjai ?


Daftar Informan Penelitian

1. Nama : Susilo, M.Pd


Umur : 50 Tahun
Status : Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai

2. Nama : Dra. Rincana Ginting


Umur : 43 Tahun
Status : Guru Mata Pelajaran Sosiologi kelas X di SMA Negeri 1 Binjai

3. Nama : Drs. Sehukur Ginting


Umur : 60 Tahun
Status : Guru Mata Pelajaran Antropologi Kelas X Di SMA Negeri 1 Binjai

4. Nama : Marnilam Barus, S.Pd


Umur: 38 Tahun
Status: Guru Bimbingan Konseling di SMA Budi Murni 2 Medan

5. Nama : Ibu Theresia


Umur : 38 Tahun
Status: Orang Tua Dari Peserta Didik Baru Jalur Zonasi Di SMA Negeri 1
Binjai

6. Nama : Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd


Umur : 40 Tahun
Status: Orang Tua Dari Peserta Didik Baru Jalur Zonasi Di SMA Negeri 1
Binjai

7. Nama : Ibu Br. Gultom


Umur :40 Tahun
Status: Orang Tua Dari Peserta Didik Baru Jalur Zonasi Di SMA Negeri 1
Binjai

8. Nama : Bernardinus Sihaloho


Umur : 16
Status: Peserta Didik Baru Jalur Zonasi Di SMA Negeri 1 Binjai

9. Nama : Damelia Simarmata


Umur : 16
Status: Peserta Didik Baru Jalur Zonasi Di SMA Negeri 1 Binjai
Dukumentasi

(Contoh Spanduk Informasi Terkait Sistem Zonasi)

(Wawancara bersama dengan Informan kedelapan Damelia br. Simarmata)


(Wawancara bersama dengan informan kedua Ibu Dra. Rincana Ginting)

(Wawancara bersama dengan informan ketiga Bapak Drs. Sehukur Ginting)

(Wawancara bersama dengan informan keenam Ibu Br. Gultom dan Informan kedelapan
Damelia br. Simarmata)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Dessy Gayo Anathasya Purba lahir di Kota Binjai pada tanggal 07
Agustus 1997. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alm. Jawanton
Wilson Purba Pak-Pak dan Ibu Victoria Br. Saragih.
Adapun riwayaat pendidikan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut.
Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di Kota Binjai yaitu TK. ST.
Theresia Binjai lulus pada tahun 2003. Penulis menghabiskan waktu selama satu
tahun menempuh pendidikan di taman kanak-kanak tersebut. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD. ST. Fransiskus Asisi Binjai lulus pada
tahun 2009. Penulis menghabiskan waktu selama 6 tahun menempuh pendidikan
dasar di sekolah tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, penulis
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Binjai lulus pada
tahun 2012. Penulis menghabiskan waktu selama tiga tahun mempelajari banyak
hal di sekolah ini. Kemudian pendidikan wajib terakhir penulis dilanjutkan di SMK
Negeri 1 Binjai lulus pada tahun 2015. Pada tahun yang bersamaan, penulis berhasil
dan merasa beruntung dapat melanjutkan studi di Universitas Negeri Medan
melalui jalur Mandiri diterima di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tanggal 21 Juni 2019
dengan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Banyak hal penting yang
diserap penulis selama menerjunkan diri dalam pergulatan akademik di Prodi ini.
Penulis merasa beruntung telah mendapatkan pengalaman lebih luas mengenai
Antropologi. Namun jauh dari itu semua penulis merasa sangat beruntung
mendapatkan pengalaman yang lebih luas lagi mengenai karakter dan mental yang
telah dibentuk selama perkuliahan ini. Pelajaran mengenai arti hidup, perjuangan,
jatuh, bangun, tanggung jawab, impian, kemandirian dan nilai yang lain adalah hal
terpenting yang didapatkan oleh penulis selama menempuh pendidikan di kampus
hijau ini.
-TERIMA KASIH-

Anda mungkin juga menyukai