SKRIPSI
OLEH
Dessy Gayo Anathasya Purba, NIM 3153322006. Tahun 2019. Judul Skripsi:
Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1
Binjai. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi sistem zonasi pada penerimaan
peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai, kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru, dan juga kesiapan sekolah, persepsi dan masukan
masyarakat terhadap sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1
Binjai. Untuk menghasilkan tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Selama melakukan penelitian dilapangan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan yaitu di sekitar lokasi
penelitian dan di sekitar lokasi SMA Negeri 1 Binjai, wawancara yang mendalam dengan
delapan informan serta dokumentasi yang dilakukan selama proses penelitian. Penelitian
ini melibatkan pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah, guru mata pelajaran Sosiologi dan
Antropologi kelas X di SMA Negeri 1 Binjai, Orang tua peserta didik baru dengan sistem
zonasi, serta peserta didik baru dengan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai. Adapun hasil
penelitian yang di dapatkan dari lapangan adalah sebagai berikut : 1) implementasi sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai telah berjalan sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Sistem penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi
baru diberlakukan pada tahun ajaran 2018/2019 di Kota Binjai. 2). Kelebihan setalah
diberlakukannya sistem zonasi diantaranya; menjamin terpenuhinya hak anak untuk
memperoleh pendidikan; menghilangkan disparitas antar sekolah; membantu pemerintah
untuk memberikan bantuan pendidikan tepat sasaran; serta menjalin kerjasama yang baik
antara sekolah, pemerintah dan masyarakat dan tentu yang menjadi tujuan utama dari
sistem zonasi adalah untuk menghapus deskriminasi terhadap sekolah favorit dan sekolah
tidak favorit. Adapun yang menjadi kekurangan dalam pengimplementasian sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru diantaranya; kurangnya sosialisasi terkait sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru, peserta didik baru yang tinggal pada daerah blank
spot; gangguan teknis atau gangguan server dan lain sebagainya. 3). Masukan dari
masyarakat terkait sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru diantaranya; sekolah
melakukan sosialisasi tentang sistem zonasi sedini mungkin kepada masyarakat,
pemerintah meninjau ulang daerah yang berada pada blank spot dengan sekolah yang
terdekat, begitupula masyarakat diajak untuk meninggalkan persepsi tentang sekolah
favorit dan sekolah tidak favorit. Diharapkan dengan diberlakukannya sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru, maka proses penerimaan peserta didik baru akan berjalan
dengan adil, merata, transparan dan terhidar dari tindakan kecurangan pada penerimaan
peserta didik baru.
Kata Kunci. Penerimaan peserta didik baru, sistem zonasi, pendidikan yang adil dan
merata.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
SMA Negeri 1 Binjai”. Penulis tidak lupa untuk menyampaikan rasa terimakasih
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
3. Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi
4. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos. MSP selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu pembuatan skripsi dari awal sampai
akhir. Serta perhatian, dukungan, kasih sayang dan motivasi membangun yang
5. Ibu Noviy Hasanah, S.Sos, M.Hum., selaku dosen Pembimbing Akademik penulis
sekaligus dosen penguji utama penulis yang tidak hanya mengajari tetapi juga
mendidik dan memberikan teladan serta mengarahkan penulis sejak awal proses
ii
6. Ibu Dr. Nurjanah, M.Pd, selaku dosen penguji II yang telah memberi kritikan dan
skripsi ini.
7. Ibu Supsiloani. S.Sos., M.Si, selaku dosen pengjui III yang telah memberikan
kritikan dan masukan serta saran-saran yang membangun kepada penulis dalam
8. Kepada semua Bapak/Ibu dosen serta staff pegawai UNIMED khususnya di Prodi
skripsi ini.
9. Kepada Orang tua penulis, kepada Ayahanda tecinta dan terkasih, Bapak Jawanton
Wilson Purba Pakpak (+) yang sedari dulu sudah mendukung cita-cita penulis
sebagai guru dan memberikan kasih sayang yang tiada berkesudahan. Dan kepada
Ibu Victoria Saragih yang menjadi cinta dan motivasi terbesar bagi penulis. Terima
kasih untuk kasih dan sayang, perhatian, ketulusan, kesabaran dan semua cinta yang
tidak putus-putusnya berikan. Terkhusus untuk Ibu yang jerih payahnya tidak dapat
10. Terima kasih penulis ucapkan kepada cangi squad; Karnita Saragih, May Yudina
Sinaga, Novi Suciyanti, dan Sinarisa Sitepu yang selalu memberikan dan dukungan
dalam bentuk apapun kepada penulis. Keep spirit and be bless everywhere.
11. Terima kasih kepada B Ekstensi 2015, Tetap semangat, tetap solid, tetap saling
membantu.
iii
12. Terima kasih kepada sekolah tempat penulis PPL, SMA Negeri 7 Binjai kepada
Pamong Ibu Juli Achriani, S.Sos, kepada temen PPL; Fany, Ernata, Grace, Popi,
Romasi, dan semuanya, juga kepada murid murid-nya yang super nakal tapi
13. Terima kasih untuk para narasumber terkhusus pihak SMA Negeri 1 Binjai; Kepada
Bapak Susianto. M.Pd, kepada Ibu Dra. Rincana Ginting, kepada Bapak Drs.
Sehukur Ginting yang telah bersedia meluangkan waktu dan memotivasi penulis
14. Terima kasih untuk orang tua dari peserta didik baru; Ibu Theresia, Bapak Mangasi
Sihaloho, S.Pd, dan Ibu Br. Gultom. Juga kepada adik-adik peserta didik baru;
Semoga hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi
peneliti selanjutnya terutama bagi para Calon guru agar mengetahui bagaimana
Implementasi Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri
1 Binjai.
Penulis,
NIM. 3153322006
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka...................................................................................... 9
2.1.1. Implementasi Program Pendidikan Dan Sistem Zonasi Pada
Penerimaan Peserta Didik Baru ........................................................... 9
2.1.2. Kualitas Sekolah vs Pilihan Sekolah .......................................... 12
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 15
2.2.1 Teori Fungsionalisme Talcott Parsons ..................................... 15
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................... 20
2.3.1 Kebijakan Publik ...................................................................... 20
2.3.2 Kebijakan Pendidikan .............................................................. 22
2.3.3 Masyarakat .............................................................................. 22
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 27
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 29
3.3 Informan ............................................................................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
3.4.1 Observasi .................................................................................. 34
3.4.2 Wawancara .............................................................................. 36
3.4.3 Dokumentasi ............................................................................. 38
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
3.5.1 Reduksi Data ........................................................................... 40
3.5.2 Penyajian Data ......................................................................... 41
3.5.3 Penarikan Kesimpulan ............................................................ 42
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 44
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 45
A. Gambaran Umum Kota Binjai .................................................. 45
B. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Binjai .................................. 45
4.2. Pembahasan ....................................................................................... 48
4.2.1. Implementasi Sistem Zonasi pada penerimaan peserta
didik baru di SMA Negeri 1 Binjai .......................................... 48
4.2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Zonasi Pada
Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1 Binjai ....... 61
4.2.3. Kesiapan Sekolah, Persepsi dan Saran Masyarakat
Terhadap Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik
Baru Di SMA Negeri 1 Binjai .................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
PEDOMAN WAWANCARA
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
dijadikan sebagai kekuatan untuk dapat mengubah tingkah laku manusia dengan
dan penguasaan tata nilai yang diperlukan agar bisa tampil sebagai warga negara
masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu. Sangat jelas bahwa pendidikan
Negara Indonesia sendiri, setiap warga Negara mempunyai hak yang sama
1
2
menyatakan bahwa :
Sangat jelas dalam UUD 1945 Pasal 31 terkhusus pada ayat (1) ditekankan
bahwa negara menjamin setiap orang, yang keberadaannya diakui oleh Undang-
ketika seseorang mencari pekerjaan, salah satu indikator yang dilihat adalah latar
Oleh sebab itu, masyarakat dituntut untuk paling tidaknya memiliki ijazah
awal untuk memulai jenjang pendidikan yaitu melalui penerimaan peserta didik
baru. Setiap awal tahun ajaran baru, sekolah sebagai lembaga penyelenggaraan
pendidikan akan menerima peserta didik baru dimana proses penerimaan peserta
didik baru merupakan proses seleksi yang akan menentukan siswa diterima di suatu
sekolah.
3
perubahan dari masa ke masa. Waktu pelaksanaan PPDB hanya akan dibuka setiap
Juni atau Juli, berbeda dengan sistem PPDB sekarang yang pada bulan Januari atau
awal tahun, para calon peserta didik telah diidentifikasi dan kelompokkan untuk
proses penerimaan peserta didik baru yang dahulu yaitu dengan mendaftarkan diri
sebagai calon peserta didik dengan melengkapi segala syarat yang diberikan.
yang akan dituju. Berbeda dengan penerimaan peserta didik yang sekarang, dimana
para calon peserta didik dapat menggunakan teknologi untuk mendaftarkan dirinya.
Mengingat Revolusi Industri 4,0 yang sekarang ini terjadi, pemanfaatan teknologi
peningkatan akses dan layanan pendidikan yang adil dan merata. Namun pada
baru mengalami ketidakseimbangan jumlah calon peserta didik baru dengan kuota
yang diberikan oleh sekolah. Jumlah calon peserta didik yang mendaftar di Sekolah
favorit biasanya melebihi dari kuota yang disediakan. Berbanding terbalik dengan
sekolah yang tidak favorit lainnya. Pola pikir masyarakat tentang sekolah favorit
harus diubah agar nantinya tidak lagi ada sekolah yang favorit dan yang tidak
4
favorit sehingga semua sekolah semakin meningkat kualitas dan mutu serta akses
pelayanannya.
Salah satu upaya nyata dari pemerintah sebagai solusi dari permasalahan
17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yang di dalam
Permendikbud tersebut, diatur sistem zonasi yang harus diterapkan oleh sekolah
dalam menerima calon peserta didik yang baru. Berdasarkan Permendikbud Nomor
diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang
berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90 persen
Seperti yang dikutip dari Harian Analisa, 30/06/2018, menurut Kepala Dinas
“Hal yang paling terpenting di dalam penerapan PPDB adalah membuat anak
mendapatkan layanan pendidikan yang terdekat dari rumah atau tempat
tinggalnya. Apabila dalam satu zona kelebihan kuota, atau daya tampungnya
tidak mencukupi, maka dinas pendidikan wajib mencarikan sekolah. Jangan
dibiarkan anak dan orang tua kesulitan mendapatkan sekolah.”
Lebih lanjut, hal yang serupa dikatakan oleh Ketua PPDB Online Provsu dan
sekretaris PPDB, Agus Sinaga, dimana beliau menjelaskan beberapa tujuan dari
5
sistem-zonasi-untuk-pemerataan-pendidikan/578139/2018/06/30)
Ketentuan Sistem Zonasi semakin diperkuat dengan berita yang dikutip dari
dicap favorit, muridnya berasal dari berbagai penjuru dari kelompok ekonomi
mampu, dengan berlakunya sistem penerapan zonasi, kini siswanya biasa biasa saja
http://harian.analisadaily.com/opini/news/ketentuan-zonasi-pendidikan diperkuat/
684064/2019/01/26)
ditetapkannya Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.20 Tahun 2018 Tentang Tata
Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Dan
dari Harian Analisa, isi Pergub No.20 Tahun 2018, yaitu; pertama, PPDB
kejelasan aturan dalam sistem zonasi perlu dikaji untuk pemetaan wilayah radius
6
sistem zonasi sehingga tidak terjadi bias data dalam suatu wilayah; ketiga,
pada tahun 2018 yaitu pada bulan Juli. Salah satu sekolah yang menerapkan Sistem
Zonasi tersebut adalah SMA Negeri 1 Binjai. Diberlakukannya sistem zonasi ini
diharapkan penerimaan peserta didik baru dapat berjalan tanpa diskriminasi dan
mampu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap peserta didik untuk
ekonomi yang rendah. Salah satu sekolah yang telah melaksanakan sistem zonasi
di Kota Binjai pada Juli tahun 2018 adalah SMA Negeri 1 Binjai .
2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik
sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai?
7
SMA Negeri 1 Binjai dianggap sebagai sekolah favorit di Kota Binjai yang
pelaksanaan dan prosedur yang dilalui calon peserta mulai dari sebelum
diterima hingga telah diterima sebagai peserta didik di SMA Negeri 1 Binjai.
persepsi dan saran dari masyarakat terhadap sistem zonasi dalam penerimaan
meliputi : Orang tua dari peserta didik baru SMA Negeri 1 Binjai yang lulus
melalui seleksi sistem zonasi, peserta didik baru yang lulus melalui seleksi
yang ditemukan dalam sumber bacaan yaitu tesis yang ditulis oleh Meilina (2016)
Kanan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa (1)
struktur organisasi di kabupaten Way Kanan terdapat dua tim, yaitu tim pengarah
dan tim manajemen. Kemudian tim manajemen terbagi lagi menjadi dua yaitu, tim
9
10
berjalan dengan baik namun memerlukan evaluasi lanjutan; (3) sistem monitoring
positif dan negatif, hal tersebut dapat dijadikan kontribusi dan motivasi demi
kemajuan program.
pemerataan pendidikan.
Selain itu, penulis juga menggunakan skripsi yang ditulis oleh Alamsyah
(2013) dari Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik, Universitas Islam Negeri
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu suatu tipe
program pendidikan gratis di Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba dan
Desa Bontotanga Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil
berjalan dengan baik dan hal yang menjadi pendukung implementasi pendidikan
gratis ini para implementor menjalin kerjasama yang baik dalam hal kebijakan
program pendidikan gratis serta sumber daya yang memadai dalam menjalankan
dengan penelitian yang akan diangkat oleh penulis adalah, penelitian tersebut
melihat implementasi dari program dari pemerintah berupa pendidikan gratis yang
Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur Tahun Pelajaran
dalam pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data yang diperoleh
terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur
penerimaan peserta didik baru sebagai upaya yang diberikan pemerintah untuk
yang akan diangkat oleh penulis adalah, penelitian tersebut melihat pengaruh sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru terhadap prestasi belajar siswa kelas VII
baru.
dengan penelitian ini. Adapun buku relevan yang ditemukan dalam sumber bacaan
yaitu buku yang ditulis oleh Martono (2017) yang berjudul “Sekolah Publik Versus
Sekolah Privat”. Penulis memfokuskan pada bab lima yang berjudul “Kualitas
13
Sekolah Versus Pilihan Sekolah”. Bab lima ini menjelaskan bagaimana kaitan
Martono, (2017) mengatakan bahwa masyarakat yang dalam hal ini termasuk
siswa dan orang tua cenderung tidak memperdulikan status akreditasi sekolah.
Mereka bahkan juga tidak memahami makna akreditasi sekolah. Mereka lebih
memperhatikan status sekolah secara pragmatis, yaitu sekolah favorit dan sekolah
tidak favorit. Bagi mereka, sekolah berkualitas adalah sekolah yang memiliki
banyak peminat, dan siswa yang bersekolah disana adalah siswa-siswa pilihan. Hal
lain yang menarik adalah bahwa mereka hampir selalu memosisikan sekolah negeri
negeri lebih baik daripada sekolah swasta, meskipun keduanya memiliki status
akreditasi A.
Analisis ini mengacu pada pelaksanaan akreditas sekolah yang mengacu pada dua
menjadi masalah besar untuk dianalisis. Kemudian, analisis ini difokuskan pada
“analisis kelas sosial” yang menjadi fokus utama dalam analisis sosiologis. Analisis
pendidikan. Selain itu, analisis dalam bagian ini juga menghubungkan peran negara
dan praktik pendidikan di era globalisasi, serta hubungan negara, sekolah dan
masyarakat.
14
pandangan penulis, konsep pilihan sekolah harus dimasukkan dalam diskusi ini
karena hasil wawancara dengan siswa dan orang tua (stakeholders ) menunjukkan
bahwa status akreditasi sekolah justru tidak diposisikan sebagai indikator kualitas
sekolah yang utama. Keberadaan “sekolah favorit dan tidak favorit” merupakan
dampak kebijakan pilihan sekolah. Kebijakan ini, orang tua sebagai pengguna
memiliki kebebasan “yang tidak terbatas” untuk memilih sekolah yang sesuai
dengan pilihan mereka. Hal ini menyebabkan persaingan antar sekolah negeri dan
sekolah swasta terbuka semakin lebar dan mengarah pada liberalisasi tanpa batas.
sekolah favorit dan tidak favorit yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri.
Sementara perbedaan antara penulis dengan penulis buku adalah, penelitian ini
Merton serta pengikut mereka mendominasi teori sosiologi selama beberapa tahun.
Action (1951, editor bersama Edward Shils) dan The Social System (1951). Ritzer
bagian dari paradigma fakta sosial, yang meneliti barang sesuatu dan fakta sosial
yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Teori ini juga menjelaskan bahwa
masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau
perubahan pada bagian-bagian yang lainnya pula. Asumsi dasarnya adalah bahwa
setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen bersifat
fungsional maka struktur itu tidak akan ada akan hilang dengan sendirinya.
Teori ini mempunyai beberapa tokoh besar di dalamnya, sebut saja Talcott
Parsons, Robert K. Merton, Kinsley Davis, Wilbert Moore, dan beberapa tokoh
lainnya. Ini dari teori ini yaitu memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang
terdiri dari unsur-unsur sistem yang saling berkaitan dan bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Dengan begitu, setiap sistem yang ada akan memberikan
pendapatnya bahwa teori ini juga menjelaskan bahwa struktur sosial dan institusi
sosial berhubungan dengan fungsi dari fakta-fakta sosial. Fungsi dalam teori ini
berkaitan dengan akibat-akibat yang dapat diamati dalam proses adaptasi atau
penyesuaian dari suatu sistem. Menurut Robert K.Merton selaku penganut dalam
teori ini berpendapat bahwa obyek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti :
fungsionalisme, yang menghasilkan sebuah tindakan (unit aksi). Dari unit aksi
inilah kemudian terjadi sistem aksi (act system) dimana masyarakat telah
oleh Talcott Parsons. Parsons merupakan salah seorang tokoh utama yang
menurut Parsons, hanya bisa fungsional apabila semua persyaratan terpenuhi. Ada
beberapa persyaratan harus terpenuhi agar sebuah sistem sosial dapat bertahan
dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal Attainment,
menentukan tujuan dan skala prioritas yang ada. Setiap orang bertindak selalu
diarahkan oleh suatu pencapaian tujuan. Namun perhatian utama bukan terfokus
pada tujuan pribadi individual, melainkan diarahkan pada tujuan bersama para
dalam suatu sistem. Fungsi integrasi dapat terpenuhi apabila bagian atau anggota
dalam suatu sistem berperan sesuai dengan fungsinya dalam satu keseluruhan.
Agar sistem sosial berfungsi efektif sebagai satu kesatuan, harus terdapat paling
kurang satu tingkat solidaritas di antara bagian atau individu yang termasuk di
ikatan emosional yang cukup akan menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk
bekerja sama dikembangkan dan dipertahankan. Ikatan emosional ini tidak boleh
untuk tercapainya tujuan individu atau kolektif. Jika tidak, solidaritas sosial dan
18
kesediaan untuk kerja sama akan jauh lebih goyah sifatnya, karena hanya
d. Latensi (Latency) atau Latent pattern maintenance atau dapat pula diartikan
beberapa aturan atau norma. Konsep laten menunjuk pada sesuatu yang
ada pola pemeliharaan yang tersembunyi yang dapat memelihara agar sistem
secara timbal balik. Sistem sosial, seperti halnya sistem yang lain, memiliki
suatu sistem sosial. Kegiatan produksi dalam subsistem ekonomi merupakan suatu
usaha adaptif manusia agar dapat bertahan hidup (survive) dengan mengubah alam
menjadi fasilitas yang dapat digunakan atau sesuatu yang sangat bermanfaat untuk
bermacam tujuan individu dan kolektif, termasuk mencakupi kebutuhan dasar fisik
Sistem politik, yang dilakoni oleh suatu pemerintahan (eksekutif, legislatif dan
yudikatif), menentukan tujuan dan skala prioritas dari tujuan yang ada. Setiap unsur
atau bagian dari sistem politik bertindak selalu diarahkan oleh suatu pencapaian
sebagai warga negara. Dalam sistem politik, partai politik dan kelompok
suatu tingkat solidaritas minimal sehingga bagian atau anggotanya akan bersedia
kontrol sosial, kebiasaan dan norma antarpribadi serta agama sebagai suatu
mekanisme utama yang berkaitan dengan masalah integrasi dalam sistem sosial.
sosialisasi). Konsep fiduciary menunjuk pada peranan sebagai wali yang dilakukan
oleh para pengemban tradisi kultural maupun mereka yang memindahkan tradisi ini
sarajangan”, yaitu ninik, mamak (penghulu/datuk), alim ulama, dan cerdik pandai.
20
(Gambar 1)
dalam Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai
fungsionalnya.
Menurut Dunn 2000 (Meilina 2016 : 16), analisis kebijakan adalah disiplin ilmu
konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan
Menurut Abidin, 2008 (Meilina 2016 : 19), kebijakan publik adalah kebijakan
bahwa kebijakan tersebut benar benar berfungsi dengan baik. Hakikat kebijakan
ialah berupa keputusan yang substansinya adalah tujuan, prinsip dan aturan-aturan.
Format kebijakan biasanya dicatat dan dituliskan sebagai pedoman oleh pimpinan,
kebijakan (policy making) adalah terlihat sebagai sejumlah proses dari semua
bagian dan berhubungan kepada sistem sosial dalam membuat sasaran sistem.
22
langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam
Menurut Linblom (Meilina, 2016 : 20), ada tiga pendekatan dan model
politik.
2.3.3. Masyarakat.
yang cerdas akan meningkatkan proses pembangunan negara, baik dari aspek
pemecahannya.
c) Sekolah dan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian serta
secara optimal sesuai dengan harapan peserta didik. (Retrieved from : https//
www.kompasiana.com/simonmanalu/55282adf6ea8344e5b8b45a0/partisipasi
-masyarakat-dalam-bidang-pendidikan)
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
1. Kepala Sekolah
baru.
2. Guru
pelaksanaan mengajar itu sendiri. Guru juga berperan dalam pengelolaan kelas,
Penelitian ini melibatkan guru karena guru sebagai pendidik dari peserta
3. Orang Tua
Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan anaknya. Orang tua
baik harus diwujudkan antara orang tua dan sekolah. Jika terjalin kerjasama
yang baik antara kedua belah pihak maka akan terwujud pendidikan yang ideal
untuk anak.
Penelitian ini melibatkan orang tua dari peserta didik baru yang lulus
melalui jalur sistem zonasi. Hal tersebut dikarenakan keputusan dari orang tua
Kelebihan dan Kelemahan Implementasi Sistem Zonasi pada Persepsi Orangtua peserta
Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru didik baru, peserta didik
Penerimaan Peserta Didik baru, dan sekolah terhadap
Baru Sistem Zonasi
26
Penelitian beranjak dari penerimaan peserta didik baru sebagai awal mula
ditangani dengan tepat hal tersebut akan menjadi masalah karena akan
mengakibatkan timpangnya jumlah calon peserta didik baru yang mendaftar dengan
kuota peserta didik baru yang diterima. Hal tersebut yang mendesak pemerintah
melalui diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang dimaksud yaitu dengan
mempertimbangkan jarak rumah atau domisili calon peserta didik baru yang
mendaftar dengan sekolah yang paling terdekat dengan jarak tempat tinggal dan
domisili peserta didik tersebut. Dengan demikian semua sekolah akan menerima
calon peserta didik baru dengan jumlah yang merata, sehingga diharapkan tidak lagi
Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru akan dilihat dari
Kelemahan Dan Kelebihannya, juga seperti apa sistem zonasi menurut persepsi
orangtua peserta didik baru, peserta didik baru, dan sekolah. Diharapkan dengan
METODE PENELITIAN
Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai” ini menggunakan metode penelitian
yang berlaku yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum dan mendasar
berlaku dan menyolok berdasarkan kehidupan manusia, maka juga analisis terhadap
sebagai kerangka acuannya. Seperti yang dikemukakan oleh Creswell, 1998 (dalam
27
28
aktivitas sosial, sikap, pemikiran orang secara individual atau kelompok. Data
yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis
obyek yang ditelitinya bersifat tentatif dalam konteks waktu dan situasi tertentu.
kualitatif sebagai usaha untuk menilai akurasi dari berbagai temuan, sebagaimana
yang dideskripsikan dengan baik oleh penulis dan para partisipan. Pandangan ini
penulis. Validasi adalah sebagai salah satu kekuatan khas dari penelitian kualitatif
dimana laporan tersebut yang dihasilkan melalui waktu yang panjang di lapangan,
deskripsi tebal dan terperinci dan kedekatan dengan para partisipan dalam studi
Penulis memilih empat lokasi penelitian yang berbeda yang akan dirincikan
sebagai berikut :
b) Lokasi yang kedua, yaitu Daerah Berngam, Kecamatan Binjai Kota. Binjai
Binjai Kota juga merupakan pusat pemerintahan Kota Binjai. Kantor Wali
c) Lokasi yang ketiga yaitu Daerah Tangsi, Kecamatan Binjai Kota. Binjai Kota
tempat bertemunya penjual dan pembeli dari Kota Binjai dan sekitarnya.
informan yang kelima yaitu, Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd. dan anaknya
d) Lokasi yang keempat yaitu Daerah Lima Sundai, Binjai Barat. Lima Sundai
dengan Kelurahan Paya Roba, Lima Mungkur Dan Pekan Binjai Oleh Sungai
informan yang keenam yang bernama Ibu Br. Gultom dan anaknya yang
3.3. Informan
sumber data yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu
perluasan teori yang dikembangkan. Informan dapat berupa hal, peristiwa, manusia
dan situasi yang diobservasi atau informan yang dapat diwawancara. Berdasarkan
(Tabel. 1)
Ibu Theresia selaku orang tua dari peserta didik baru di SMA
zonasi
Ibu Br. Gultom selaku orang tua dari peserta didik baru di SMA
4. Mangasi Sihaloho, S.Pd 54 Tahun Orang tua peserta didik kelas X IPS di
5. Ibu Br. Gultom 40 Tahun Orang tua peserta didik kelas X IPS di
Negeri 1 Binjai
Negeri 1 Binjai
(Tabel. 2)
baru.
(Tabel. 3)
setting (kondisi alamiah), sumber data primer. Teknik pengumpulan data lebih
Pengumpulan data dapat dilakukan dari berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara. Jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
3.4.1. Observasi
SMA Negeri 1 Binjai berada dekat dengan sekolah SMK Putra Anda
Binjai dan SMK Negeri 1 Binjai. Juga ada beberapa unit usaha pribadi
orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu. Karena
telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkap dalam
35
melihat respon dan tanggapan terkait sistem zonasi saat pra penelitian.
terkait sistem zonasi. Hal yang diluar persepsi responden yang dimaksud
baru.
guru, serta mengamati spanduk berisikan informasi tentang sistem zonasi yang
terdapat di sekolah. Observasi berikutnya adalah lokasi tempat tinggal dari orang
tua peserta didik baru dan peserta didik baru yang menjadi informan pada
36
penelitian ini. Lokasi tersebut adalah daerah Berngam (Kecamatan Binjai Kota),
daerah Tangsi (Kecamatan Binjai Kota), dan daerah Lima Sundai (Kecamatan
adalah adanya gangguan tidak terencana. Misalnya seperti, cuaca yang tidak
terhambat karena adanya pihak diluar penelitian ini yang mengganggu penulis
ketika melakukan observasi baik di dalam maupun di luar lokasi SMA Negeri 1
Binjai.
3.4.2. Wawancara
memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan Creswell, 2010 (dalam
delapan orang yang menjadi informan dalam penelitian ini. Informan yang
37
dimaksud antara lain adalah : Kepala Sekoah SMA Negeri 1 Binjai; guru mata
Antropologi kelas X di SMA Negeri 1 Binjai; Orang tua peserta didik baru
yang diterima berdasarkan jalur zonasi di SMA Negeri 1 Binjai (sebanyak dua
orang); Orang tua peserta didik baru yang diterima berdasarkan jalur prestasi
pada sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai; Peserta didik baru yang diterima
melalui jalur zonasi di SMA Negeri 1 Binjai; Peserta didik baru yang diterima
berisi tentang implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di
SMA Negeri 1 Binjai juga tentang isu-isu kontroversial dan kasus yang terjadi
akibat diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Penulis
juga melakukan wawancara tidak terencana dengan seseorang yang ditemui ketika
berada di Kereta Api Medan, yang bernama Ibu Marnilam Br. Barus, S.Pd yang
terganggu.
38
3.4.3 Dokumentasi
mengumpulkan data atau laporan tertulis dan semua peristiwa yang isinya atas
a) Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah
dalamnya.
e) Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non
berupa spanduk yang berisikan informasi tentang sistem zonasi di SMA Negeri 1
informan itu sendiri. Cuaca dan jadwal dokumentasi juga menjadi kendala terberat
secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Setelah itu seluruh
pemasukan data ke dalam kartu sebaiknya dapat dipahami oleh orang lain. Pada
tahap analisis sebaiknya jangan membuang data yang ada walaupun tidak relevan.
knowledge). Sekali suatu pola itu diidentifikasi, pola itu diinterpretasi ke dalam
istilah-istilah teori sosial atau latar di mana teori sosial itu terjadi. Penulis
kualitatif pindah dari deskripsi peristiwa historis atau latar sosial ke interpretasi
apapun termasuk cara berpikir. Analisis itu mengarah pada eksaminasi sistematis
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
data, setiap penulis akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai yaitu apa yang
menjadi temuannya. Oleh karena itu, apabila penulis dalam melakukan penelitian
menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki
pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian penulis dalam melakukan reduksi
data.
kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi penulis yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman
atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti.
mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikan.
Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat penulis uraikan sebagai
ke dalam bentuk yang lebih mudah dipaham seperti mentranskrip hasil wawancara
Ketiga, penulis membuat kalimat dalam bentuk deskripsi dan membuang data
Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
adanya penyajian data, maka akan didapat kemudahan untuk memahami apa yang
dipahami tersebut. Dalam penyajian data disusun secara sistematis atau simultan
sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang
diteliti. Maka dalam penyajian data, penulis disarankan untuk tidak gegabah dalam
mengambil kesimpulan.
42
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis
peserta didik, dan guru dalam bentuk rekaman. Selanjutnya hasil rekaman
2) Dokumentasi. Data ini berupa foto atau rekaman video pada saat proses
pembelajaran
43
3) Catatan lapangan. Data ini berupa tulisan penulis pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung serta sikap peserta didik dari awal sampai akhir.
4) Studi kepustakaan.
BAB IV
Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai” ini dilakukan pada empat tempat yang
antara rumah calon peserta didik baru dengan sekolah terdekat. Maka, penulis
melakukan penelitian di empat lokasi yang berbeda, yaitu ; (1) SMA Negeri 1
Binjai; (2) Berngam, Kecamatan Binjai Kota; (3) Tangsi, Kecamatan Binjai Kota;
Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua
wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai
44
45
(Gambar 2)
Kota Binjai terbagi menjadi lima kecamatan yang kemudian dibagi lagi
menjadi tiga puluh tujuh kelurahan dan desa. Lima kecamatan tersebut yaitu : (1)
Binjai Kota; (2) Binjai Utara; (3) Binjai Selatan; (4) Binjai Barat; (5) Binjai Timur.
Pendidikan
Sampai saat ini, jumlah sekolah umum yang terdaftar di Pemerintahan Dati II
Binjai adalah sebanyak 154 Sekolah Dasar (SD), 37 Sekolah Menengah Pertama
Madrasah Aliyah (MA), keseluruhan berjumlah 241 buah. Jumlah penduduk usia
depan. Dalam hal ini dunia pendidikan, SMA mempunyai tanggung jawab yang
besar dalam menyiapkan ilmu untuk bekal masa depan generasi muda. Dalam masa
akan digali dan diasah denga memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk
mengikuti kegiatan positif di dalam maupun di luar sekolah sehingga lulusan SMA
lebih baik.
Visi :
Misi :
sekolah dan unsur pimpinan sekolah untuk mencapai tujuan yang telah
didik sekolah atau universitas, umumnya di luar jam belajar kurikulum standar.
Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai
akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-
siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni,
Rohis
OSIS
Pengenalan Alkitab (PA)\
Pramuka
Basket
Bianglala
Badminton
Paswakibra
Futsal
PMR
48
Eksta Hockey
Smanbipeds
Teater A
4.2. Pembahasan
Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai dimulai dengan alasan mengapa informan
memilih dan berpendapat bahwa SMA Negeri 1 Binjai menjadi sekolah favorit dan
Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Binjai
Sekolah SMA Negeri 1 Binjai. Kepala Sekolah dianggap layak menjadi informan
dalam penelitian ini karena Kepala Sekolah merupakan pengambil kebijakan utama
sekolah. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai yaitu Bapak Susianto merupakan
informan pertama pada penelitian ini. Berikut merupakan hasil wawancara dengan
Bapak Susianto terkait Implementasi Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik
49
baru di SMA Negeri 1 Binjai yang ditemui di ruangan Kepala Sekolah SMA Negeri
1 Binjai, wawancara berikut ini dilakukan pada Hari Rabu 13 Maret 2019 pukul
10:15 WIB.
“Di Kota Binjai ini ada sebanyak tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri dan
sebanyak du Sekolah Menengah Kejuruan Negeri. Sewajarnya, jumlah
demikian mampu untuk memenuhi hak memperoleh pendidikan masyarakat
di Kota Binjai. Hanya saja yang terjadi di lapangan, adanya ketimpangan
jumlah peserta didik baru di masing-masing sekolah yang diakibatkan oleh
persepsi masyakat tentang favorit atau tidaknya sekolah tersebut. Indikator
yang mempengaruhi sekolah favorit dan yang tidak favorit diantaranya yaitu
: (1) Akreditasi sekolah, (2) Kualitas pelajarnya, (3) Kerjasama yang baik
dengan Perguruan Tinggi Negeri, (4) Alumni yang sukses, dan lain
sebagainya. Nah, di Kota Binjai sendiri, sekolah yang dianggap favorit yaitu,
sekolah kami, SMA Negeri 1 Binjai. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya,
banyak peserta didik kami berasal dari tempat yang jauh. Misalnya,
Kabupaten Langkat, Namuterasi, Namuukur, bahkan Bukit Lawang. Jumlah
calon peserta didik baru yang mendaftar ke sekolah kami selalu melebihi dari
kuota peserta didik baru yang kami sediakan. Untuk itu, kami melakukan
seleksi peserta didik baru dengan sistem NIM, dan dengan tes ujian tertulis.
Kami hanya akan menerima calon peserta didik yang mempunyai nilai yang
tinggi dan yang lulus seleksi tes ujian tertulis. Itu sebabnya, mengapa sekolah
kami selalu selektif dalam penerimaan peserta didik baru. Namun saat ini,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan
peraturan baru dalam penerimaan peserta didik baru yaitu dengan
menjadikan jarak dari rumah calon peserta didik baru dengan sekolah yang
dituju. Setahu saya, tujuan dari peraturan baru ini adalah untuk mewujudkan
pendidikan yang adil dan merata. Adil maksudnya, semua anak berhak untuk
diterima di sekolah yang sesuai dengan radius dari tempat tinggalnya.
Merata maksudnya, tidak terulang lagi kasus kelebihan jumlah calon peserta
didik yang mendaftar dengan peserta didik baru yang diterima. Hal tersebut
sangat masuk akal, pemerintah memberikan solusi yang tepat yang juga
bertujuan untuk menjadikan semua sekolah menjadi favorit dan unggul serta
untuk mengubah pola pikir masyarakat yang hanya terfokus pada sekolah
favorit. Sebenarnya, Sistem Zonasi sudah diberlakukan sejak tahun ajaran
lalu di Pulau Jawa. Di Sumatera saja yang berlakunya sejak tahun ajaran
2018/2019. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) juga
menyambut baik solusi yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, suka
atau tidak suka, siap atau tidak siap, semua sekolah yang diselenggarakan
oleh pemerintah harus menerapkan sistem zonasi pada penerimaan peserta
didik baru. Di SMA Negeri 1 Binjai sendiri, penerapan Sistem Zonasi
berjalan sesuai dengan aturan yang diberikan. Kami menerima peserta didik
baru dengan dua cara, yaitu 90% melalui sistem zonasi dan 10% sisanya
melalui jalur prestasi. Di sekolah kami ini, yang turun tangan langsung
50
dalam penyeleksian peserta didik baru ini adalah Tata Usaha. Masyarakat
dapat melihat info tentang sistem zonasi ini dalam surat kabar, televisi, media
sosial, dan lain sebagainya untuk mendaftar dan melengkapi berkas mereka.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sekolah kami
mengimplementasikan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru
berjalan dengan sangat baik. Ya walaupun banyak juga masyarakat yang
merasa sedih ataupun kecewa karena anaknya belum lulus di SMA Negeri 1
Binjai. Ya wajarlah, namanya juga aturan baru, sesuatu yang baru memang
sering dikritik diawal.”
yaitu Bapak Susianto, M.Pd yang mengatakan bahwa Guru Mata Pelajaran juga
merupakan pihak yang terlibat dalam Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik
Baru Tahun Ajaran 2018/2019, maka penulis juga melakukan wawancara dengan
guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Binjai. Ibu Dra. Rincana Ginting merupakan
Guru Mata Pelajaran Sosiologi di kelas X yang terlibat secara langsung dengan
peserta didik baru yang diterima dengan Sistem Zonasi. Wawancara dengan Ibu
Dra. Rincana Ginting (Informan 2) dilakukan tepat pada jam beliau selesai
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu pada Senin 18 Maret 2019, 09:40
WIB.
“Saya sangat setuju dan mendukung dengan sistem zonasi yang diberikan
pemerintah sebagai solusi untuk pemerataan pendidikan. Implementasi
sistem zonasi di SMA Negeri 1 Binjai sudah dilaksanakan dengan maksimal
sesuai dengan aturan yang diberikan. Peran kami para guru tidak begitu
banyak karena kami kan baru akan bertugas ketika tahun ajaran baru sudah
dimulai. Tapi tidak sedikit pula orang tua calon peserta didik yang bertanya
kepada kami. Saya sendiri aslinya bukan orang Binjai ya, tapi sudah sepuluh
tahun saya mengajar di SMA Negeri 1 Binjai ini, jadi saya tahu betul bahwa
sekolah kami ini dianggap favorit di Kota Binjai. Bukannya mau
menyombong atau berbangga, tapi ada juga beberapa tetangga saya,--
kebetulan saya tinggal di daerah Sunggal—yang meminta bantuan saya
supaya anaknya diterima di SMA Negeri 1 Binjai. Sebelum diberlakukannya
sistem zonasi, ya saya mau mau saja, karena toh nanti akan diseleksi lagi
melalui nilai NIM dan seleksi tes tertulisnya. Namun sekarang tepatnya
51
yaitu Bapak Drs. Sehukur Ginting (Informan 3). Bapak Drs. Sehukur Ginting juga
Antropologi. Menurut beliau, sistem zonasi hanya akan membatasi peluang kepada
peserta didik yang berada diluar radius zonasi sekolah yang diimpikannya. Berikut
ini adalah hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak Drs. Sehukur Ginting
yang ditemui di ruang guru pada Senin, 18 Maret 2019, pukul 11:00 WIB.
berasal dari tempat yang jauh (misalnya daerah Kabupaten Langkat) merasa
sangat resah begitu tahu kalau sekolah kami sudah memberlakukan sistem
zonasi. Karena di daerah mereka, belum ada sekolah yang memadai secara
maksimal baik dari sarana dan prasarananya. Padahal teman saya itu sangat
yakin bahwa anaknya mempunyai kemampuan intelektual yang cukup bagus,
sehingga merasa layak untuk masuk sekolah favorit. Tapi disisi lain, sistem
zonasi memberikan kesempatan untuk semua anak dijamin hak
pendidikannya. Semua anak termasuk yang bandal dan nakal sekalipun.
Contoh sederhananya saja, di daerah SMA Negeri 1 Binjai ini kan berada di
daerah Binjai Kota dan dekat dengan daerah berngam, tanah merah dan
satria. Yang dimana daerah tersebut lebih banyak anak pendatang, atau yang
berasal dari kabupaten lain yang ngekos didaerah ini. Maka sering dianggap
daerah ini sangat rawan terhadap anak yang nakal. Dengan diberlakukannya
sistem zonasi ini, sekolah kami harus terbuka dengan anak-anak yang
dianggap bandal tersebut.”
peserta didik baru yang memfokuskan pertimbangan antara jarak rumah calon
peserta didik baru dengan sekolah. Maka, penulis merasa perlu melibatkan orang
tua peserta didik baru dalam penelitian ini. Orang tua peserta didik baru secara
langsung mengambil peran penting dalam penerimaan peserta didik baru. Berikut
ini merupakan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Theresia (Informan 4).
Beliau merupakan orang tua dari peserta didik baru yang diterima melalui jalur
Berngam, Binjai Kota pada Rabu 27 Maret 2019 pukul 14:00 WIB.
anak saya lanjut SMA, saya semakin paham tentang zonasi. Kebetulan rumah
kami juga masih dalam radius yang masuk dalam zonasi SMA Negeri 1
Binjai, dan anak saya juga memiliki nilai NIM yang mencukupi, maka kami
tetap memilih SMA Negeri 1 Binjai sebagai pilihan utama kami. Lalu ketika
pengumuman telah keluar, dan puji Tuhan anak saya diterima di SMA Negeri
1 Binjai ini. Sebenarnya, tanpa ada sistem zonasi pun kami tetap memilih
SMA Negeri 1 Binjai karena ini juga sekolah yang diimpikan oleh anak kami.
Dengan adanya sistem zonasi, dan rumah kami masih dalam radius SMA
Negeri 1 Binjai, maka anak saya lebih diprioritaskan untuk masuk sekolah
ini. Alasannya ya, karena menurut kami SMA Negeri 1 Binjai lebih besar
peluangnya lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ketimbang dengan
sekolah lain. Guru-guru disini juga banyak yang saya kenal, sehingga
menurut saya akan lebih mudah dalam mengawasi anak kami di sekolah.
Akses dari rumah dan sekolah yang dekat juga mempermudah kami dalam
mengawasi anak kami, jadi kalau ada apa-apa saya tinggal datang saja ke
sekolah. Anak saya juga tidak perlu bawa kendaraan pribadi, toh juga
jaraknya dekat, jalan kaki juga bisa. Terkadang justru kalau ada diskusi
belajar, anak kami bisa ke rumah dulu makan siang atau beres-beres hehe.
Karena jaraknya yang dekat juga kami sangat terbantu kalau misalnya ada
pekerjaan rumah (PR) anak kami ketinggalan, atau bekal makan siangnya
hehe.”
Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd (informan 5). Beliau merupakan orang tua dari
peserta didik baru yang diterima dengan sistem zonasi melalui jalur zonasi pula.
yang berada tidak begitu jauh dengan SMA Negeri 1 Binjai, yaitu di Tangsi, Binjai
SMA ST.Thomas 4 Binjai. Hanya dia yang kepengen masuk SMA Negeri 1
Binjai. Saya juga mendukung sih karena yang saya dengar-dengar
sebelumnya, SMA Negeri 1 Binjai juga sekolah dengan lulusan yang baik,
bisa dibilang termasuk sekolah favorit lah di kota Binjai. Istri saya kan salah
satu guru di SMA ST.Thomas 4 Binjai. Beliau sempat cerita ke saya kalau
sistem penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018 ini sudah berbeda
dengan tahun ajaran yang sebelumnya. Karena sepengetahuan saya, kalau
mau masuk SMA Negeri 1 Binjai harus ikut seleksi tes tertulis terlebih dahulu.
Disitu saya sempat khawatir karena anak saya ini hobinya main basket
melulu, dia mah kalau soal ujian cuek-cuek saja. Tapi kata istri saya, kami
coba dulu. Setelah kami cari-cari informasi, ternyata rumah kami masih
berada di radius zonasi SMA Negeri 1 Binjai, jadi masih ada harapan
diterima di sekolah tersebut. Tapi kalaupun ternyata nantinya tidak diterima,
kami sudah berencana mendaftarkan anak kami ini di sekolah ibunya
mengajar saja, yaitu di SMA ST.Thomas 4 Binjai. Begitu hasil
pengumumannya keluar, ternyata anak saya lulus di SMA Negeri 1 Binjai.
Wah dia senang sekali. Katanya ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Binjai ini
bagus-bagus semua. Saya tidak heran mengapa sekolah ini tergolong sekolah
favorit di kota Binjai.”
Pernyataan yang berbeda jusrtu diberikan oleh informan yang kelima, yaitu
Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd, orang tua dari peserta didik baru kelas X IPS yang
baik atau tidaknya sekolah tersebut. Beliau justru memberikan kebebasan bagi
anaknya untuk memilih sekolah mana yang menurutnya layak untuk melanjutkan
memberikan peluang sebesar 90% untuk calon peserta didik berdasarakan radius
jarak antara sekolah dengan rumah, dan 10% sisanya untuk calon peserta didik baru
yang diterima dengan jalur prestasi. Dua informan sebelumnya merupakan orang
55
tua dari peserta didik baru yang diterima dengan jalur zonasi. Maka penulis merasa
perlu untuk melakukan wawancara dengan orang tua dari peserta didik baru yang
diterima di SMA Negeri 1 Binjai melalui jalur prestasi. Ibu Br. Gultom (Informan
6) merupakan salah satu orang tua dari peserta didik baru yang diterima melalui
jalur prestasi. Wawancara dengan Ibu Br. Gultom dilakukan ketika beliau hendak
menjemput anaknya pulang dari sekolah. Berikut ini hasil wawancara yang
Pernyataan yang berbeda lainnya diberikan oleh Ibu Br. Gultom, selaku orang
tua dari peserta didik baru kelas X IPS di SMA Negeri 1 Binjai. Keluarga dari Ibu
Br. Gultom banyak yang menjadi alumni SMA Negeri 1 Binjai sebelumnya. Akses
yang dimudahkan untuk melanjut ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan akreditasi
serta anggapan “sekolah favorit” menjadi alasan mantap mengapa Ibu Nuraisyah
sangat percaya untuk menjadikan SMA Negeri 1 Binjai sebagai sekolah untuk
anaknya.
Penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019 dengan sistem zonasi
ini tentu melibatkan banyak pihak. Selain pihak sekolah dan orang tua, tentu sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru juga memberikan dampak kepada
peserta didik baru. Penulis merasa perlu untuk melakukan wawancara kepada
peserta didik baru mengingat sistem zonasi dan peserta didik baru memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Informan yang ketujuh merupakan peserta didik baru
yang diterima melalui jalur zonasi, yaitu Bernardinus Sihaloho (Informan 7).
Berikut ini merupakan wawancara yang dilakukan pada Senin, 18 Maret 2019 pukul
14:00 WIB.
“Alasan mengapa saya sangat mantap memilih SMA Negeri 1 Binjai karena
di sekolah ini ekstrakulikuler basketnya sering memegang banyak kejuaraan
baik dari dalam provinsi maupun antar provinsi. Orang tua saya awalnya
mengusulkan saya untuk mengikuti abang dan kakak saya yang melanjutkan
pendidikan mereka di SMA ST.Thomas 4 Binjai, karena kebetulan juga Ibu
saya salah satu guru disana. Saya sih tidak menolak, tapi karena saya diberi
kebebasan untuk memilih sekolah, ya mengapa tidak untuk mencoba ke SMA
57
Negeri 1 Binjai terlebih dahulu. Teman satu tim basket saya juga banyak
yang berasal dari SMA Negeri 1 Binjai, kata mereka di SMA Negeri 1 Binjai
ekstrakulikuler basket mendapat perhatian lebih dari sekolah karena sudah
banyak menuai prestasi. Dulu sebelum saya tahu tentang sistem zonasi saya
agak khawatir karena yang saya tahu, SMA Negeri 1 Binjai mengadakan
seleksi tes tertulis untuk menyeleksi peserta didik barunya. Saya kan kurang
percaya diri akan lulus kalau melalui tes tertulis apalagi nilai NIM saya yang
hanya pas-pasan sekali, makanya awalnya saya pesimis. Kemudian saya
diskusi dengan Bapak dan Ibu saya, kata Ibu coba dulu saja karena Ibu saya
bilang sistem penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018 ini sudah
berbeda. Saya juga tidak begitu paham dengan penjelasan dari Ibu saya, ya
karena sudah disemangati begitu ya saya lanjut terus mendaftarnya.
Kemudian saat hasilnya sudah diumumkan dan ternyata saya lulus ya saya
senang.”
Informan yang terkahir juga merupakan peserta didik baru. Berbeda dengan
melalui jalur prestasi, infoman kali ini adalah Damelia Simarmata (Informan 8).
Beliau merupakan peserta didik baru yang diterima melalui jalur prestasi. Berikut
ini hasil wawancara yang dilakukan bersama Damelia Simarmata pada Senin 18
“Alasan mengapa saya memilih SMA Negeri 1 Binjai karena SMA Negeri 1
Binjai inikan favorit daripada sekolah negeri lainnya. Aksesnya sangat
terbuka dengan jalur undangan Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Sebelumnya, kakak dan abang saya alumni dari SMA Negeri 1 Binjai juga
dan sekarang sudah lulus di Perguruan Tinggi Negeri yang bergengsi pula.
Saya sudah cari tahu ada juga beberapa sekolah yang di backlist dari
beberapa perguruan tinggi negeri dengan berbagai alasan. Dan SMA Negeri
1 Binjai masih mempunyai kerjasama baik dengan Perguruan Tinggi Negeri
lainnya. Alasan lainnya yaitu sekolah ini membina ekstrakulikulernya dengan
maksimal, juga ada kebanggaan tersendiri ketika sudah resmi menjadi
peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai. Saya memang sudah dari dulu
mendambakan masuk sekolah ini. Orang tua saya sempat khawatir karena
penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2018 berbeda dengan tahun-
tahun ajaran yang sebelumnya. Oleh sebab itu kemarin saya gencar mencari
informasi tentang sistem zonasi ini. Kalau mengikuti sistem zonasi, peluang
saya tentu lebih besar di SMA Negeri 1 Binjai, berhubung rumah saya sangat
dekat dengan sekolah tersebut. Peluang saya hanya 10% bisa masuk SMA
58
Negeri 1 Binjai, yaitu dengan jalur prestasi akademik. Maka dengan nilai
NIM yang saya miliki dan potensi akademik saya, sekalipun peluang 10%
untuk jalur prestasi akademik itu harus diseleksi melalui tes tertulis, saya siap
melakukannya. Orang tua saya yang awalnya sempat merasa khawatir
dengan sistem zonasi tetap mendukung saya dan memberikan saran supaya
saya menyertakan sertifikat dan piagam perlombaan yang pernah saya raih
ketika masih di bangku SMP. Saya awalnya merasa kurang percaya diri, tapi
karena saya tahu peluang saya hanya 10% dan yang memperebutkan itu juga
banyak ya mau tak mau saya ikuti saja. Dan akhirnya saya berhasil diterima
di SMA Negeri 1 Binjai melalui jalur prestasi akademik.”
masyarakat terkait “Sekolah Favorit Dan Sekolah Tidak Favorit” masih menjadi
indikator utama masyarakat dalam menilai sebuah sekolah. Ditambah lagi dengan
peluang besar lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang seakan melekat pada
sekolah yang disematkan “favorit” tersebut. Salah satu sekolah negeri yang
mendapat gelar sekolah favorit tersebut adalah SMA Negeri 1 Binjai. Perspektif
masyarakat tentang SMA Negeri 1 Binjai semakin dibenarkan dengan prestasi yang
dimiliki SMA Negeri 1 Binjai yang jauh lebih unggul bila dibandingan dengan
sekolah yang lainnya. Juga guru yang berkualitas dan ekstrakulikuler yang
mendapatkan perhatian dan pembinaan yang khusus dari sekolah. Maka, tidak
heran bila banyak orang tua dan calon peserta didik baru yang berharap dapat
“Masyarakat yang dalam hal ini termasuk siswa dan orang tua cenderung tidak
memperdulikan status akreditasi sekolah. Mereka bahkan juga tidak memahami
makna akreditasi sekolah. Mereka lebih memperhatikan status sekolah secara
pragmatis, yaitu sekolah favorit dan sekolah tidak favorit. Bagi mereka, sekolah
berkualitas adalah sekolah yang memiliki banyak peminat, dan siswa yang
59
bersekolah disana adalah siswa-siswa pilihan. Hal lain yang menarik adalah bahwa
mereka hampir selalu memosisikan sekolah negeri sebagai sekolah pilihan pertama.
Beberapa informan mengatakan bahwa sekolah negeri lebih baik daripada sekolah
swasta, meskipun keduanya memiliki status akreditasi A.”
Perspektif masyarakat yang erat dengan “favoritisme” seakan tidak lagi
menghiraukan akreditasi sekolah yang lain. Hal tersebut semakin diperkuat dengan
Kota Binjai sudah berakreditasi A. Sementara itu, masyarakat justru tidak begitu
akan mereka tuju. Pandangan masyarakat inilah yang menjadi kendala terwujudnya
pendidikan yang adil dan merata. Sama seperti yang diungkapkan oleh informan ke
enam yaitu Ibu Br. Gultom. Beliau merasa keberatan bila anaknya harus
melanjutkan ke sekolah yang terdekat dengan rumah mereka, yaitu SMA Negeri 7
Binjai. Padahal, perlu untuk diketahui, akreditasi sekolah dari SMA Negeri 7 Binjai
adalah A yang berarti sekolah tersebut telah melalui uji standar sekolah pada
umumnya. Hanya karena SMA Negeri 7 Binjai bukanlah sekolah yang tergolong
favorit di Kota Binjai, maka masyarakat enggan untuk memilih sekolah tersebut.
Oleh sebab itu, pemerintah mengupayakan pendidikan yang adil dan merata
dengan memberlakukan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Dengan
diberlakukannya sistem ini, diharapkan semua sekolah baik yang favorit maupun
sehingga terwujud sekolah yang unggul. Temuan lainnya dari Sistem Zonasi adalah
Sistem Zonasi juga memberikan peluang kepada calon peserta didik yang memiliki
60
sekolah negeri.
tidaknya sekolah tersebut. Akreditasi sekolah bahkan tidak menjadi hal yang
pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai tahun ajaran 2018/2019
sudah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang diberikan pemerintah. Hal tersebut
dibenarkan baik oleh Kepala Sekolah, Guru, maupun orang tua dan peserta didik
adalah dengan adanya perbedaan yang tampak dari kelas X dengan kakak kelas
mereka yaitu kelas XI dan kelas XII. Peserta didik baru tahun ajaran 2018/2019,
dan berjalan kaki karena jarak antara rumah mereka dengan sekolah yang tidak
begitu jauh. Implementasi Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik baru tahun
pendidikan terkait sistem penerimaan peserta didik baru pada saat itu. Sistem
pendaftaran berbasis online, penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi,
jadwal dibukanya pendaftaran dan jadwal pengumuman peserta didik baru yang
diterima yang tepat waktu, pemberkasan yang lengkap sesuai aturan yang telah
ditentukan serta penerimaan berdasarkan sistem zonasi yang adil, sesuai dan tepat
dengan aturan yang berlaku merupakan bukti bahwa SMA Negeri 1 Binjai
61
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua terkait dengan Kelebihan Dan
Kekurangan Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri
1 Binjai, penulis memilih informan kunci dan informan utama sebagai informasi
pada rumusan masalah yang kedua ini. Berikut ini merupakan hasil wawancara
dengan informan kunci yaitu Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Binjai, Bapak
Susianto, M.Pd (Informan 1). Wawancara dengan beliau dilakukan pada Rabu,03
Kelebihan yang saya maksud misalnya : (1) Dengan sistem zonasi, semua
anak terjamin pemenuhan terhadap hak mendapatkan pendidikan; (2)
Mendekatkan lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Binjai dengan peserta didik
SMA Negeri 1 Binjai; (3) Tidak lagi ada eksklusivitas dan diskriminasi antar
sekolah negeri; (4) Sekolah dapat membantu pemerintah dalam memberikan
bantuan pendidikan agar lebih tepat sasaran kepada peserta didiknya; (5)
Saya juga dapat melakukan pengawasan dan kerjasama terhadap orang tua
dan peserta didik saya secara langsung, dan kelebihan lainnya. Selain
kelebihan, di tahun pertama pengimplementasian Sistem Zonasi juga ada
beberapa kekurangannya, misalnya; (1) Kesiapan baik dari pihak sekolah
maupun masyarakat untuk menerima dan mendaftarkan calon peserta didik
baru berdasarkan radius zonasi yang telah ditentukan; (2) Kurangnya
sosialisasi kepada masyarakat; (3) Kendala teknis, seperti server penerimaan
peserta didik baru yang terkadang sering mengalami gangguan jaringan; (4)
Daya Tampung peserta didik baru atau kapasitasnya yang tidak seimbang
dengan realita yang terjadi di masyarakat; (5) Masih melekat disparitas
kualitas antar sekolah yang sangat timpang, dan lain sebagainya. Wajar
kalau sering ditemukan kelebihan dan kekurangannya. Tapi kita tetap
optimislah dan berupaya bagaimana agar Sistem Zonasi pada Penerimaan
Peserta Didik Baru ini semakin membaik di tahun-tahun berikutnya.”
Bapak Susianto, M.Pd yang mengatakan bahwa guru mata pelajaran juga
penulis juga melakukan wawancara terkait kelebihan dan kekurangan sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai. Berikut ini merupakan
hasil wawancara yang dilakukan bersama Ibu Dra. Rincana Ginting (Informan 2)
yang ditemui di ruang guru pada jam istirahat, yaitu pada Jumat 05 April 2019 pukul
09:45 WIB
nilai NIM yang rendah akan mendaftarkan dirinya ke sekolah swasta karena
yakin tidak akan diterima di sekolah negeri; (2)Dengan diberlakukannya
sistem zonasi, para peserta didik baru tidak lagi mempunyai alasan untuk
datang ke sekolah dengan terlambat; (3)Proses pembelajaran di sekolah
lebih berjalan dengan lancar karena sistem zonasi dapat meminimalisir
gangguan lingkungan luar; (4) Terjalin kerjasama yang baik antara guru dan
orang tua peserta didik. Sebelumnya, teman saya selaku Guru Bimbingan
Konseling yang bertugas mengawasi murid kami sering mengalami kesulitan
untuk bertemu dengan orang tua siswa, karena berbagai alasan. Setelah
diberlakukannya sistem zonasi ini, orang tua peserta didik tidak lagi
mempunyai alasan untuk tidak memenuhi panggilan dari guru Bimbingan
Konseling sekolah. (5)Disisi lain, sistem zonasi seakan memaksa calon
peserta didik baru dengan nilai NIM yang tinggi atau yang berprestasi untuk
mendaftarkan diri pada sekolah yang ada di sekitarnya, meskipun sekolah
tersebut bukan sekolah dengan kualitas terbaik; (6)Sistem zonasi
memberikan peluang terbuka untuk siapa saja diterima di sekolah terdekat
dengan zonasinya, maka besar pula kemungkinan bertemunya siswa
kemampuan intelektual yang rendah dan tinggi. Hal tersebut
mengungtungkan bagi siswa dengan kemampuan intelektual yang kurang,
mereka akan terbantu dan termotivasi untuk semakin semangat belajar.
Sebaliknya, hal tersebut dapat menjadi kendala bagi siswa dengan
kemampuan intelektual yang tinggi karena terpengaruh dengan siswa dengan
kemampuan intelektual yang lebih rendah karena mereka cenderung
berkurang niat bersaingnya di kelas, jika demikian maka standar kelas
menjadi menurun yang dapat berakibat menurunnya prestasi sekolah juga;
dan banyak kelebihan dan kekurangan sistem zonasi lainnya. (7) Ketika
masih memberlakukan seleksi tes tertulis pada penerimaan peserta didik
baru, tentu yang lulus adalah mereka dengan kemampuan akademik yang
tinggi. Maka lebih mudah menyampaikan materi ketika di kelas. Hal tersebut
berbeda ketika sudah mengimplementasikan sistem zonasi pada penerimaan
peserta didik baru, dimana peserta didik baru yang diterima mempunyai
kemampuan intelektual yang berbeda-beda, sehingga perlu sedikit kerja lebih
ekstra lagi dalam menyampaikan materi di kelas; Dalam hal ini, kami
sebagai tenaga didik yang berinteraksi langsung dengan peserta didik baru
mempunyai tantangan yang lebih lagi dalam menyampaikan materi dan
memotivasi minat belajar peserta didik.”
Ibu Dra. Rincana Ginting (RG) selaku guru mata pelajaran Sosiologi di Kelas
tantangan lebih dalam menghadapi peserta didik baru. Sama halnya dengan
informan yang sebelumnya, Informan yang berikutnya yakni Bapak Drs. Sehukur
64
sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Binjai.
dengan Ibu Dra. Rincana Ginting selesai, yaitu pada Jumat 05 April 2019 pukul
10:15 WIB
Sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang tidak luput dari
kelebihan dan kekurangan juga dirasakan oleh orang tua dari peserta didik baru.
Berikut ini merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Theresia
“Sistem Zonasi ini kan tujuannya baik ya, yaitu untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang melulu hanya terfokus pada sekolah favorit. Mau
bagaimana lagi, karena sekolah favorit itukan sangat menentukan masa
depan anak. Saya sebelumnya malahan berencana agar anak saya
melanjutnya di Yogyakarta saja bersama dengan keluarga saya disana.
Karena menurut saya, sekolah disana jauh lebih baik daripada sekolah yang
ada disini. Di Kota Binjai inipun saya memilih sekolah untuk anak saya
dengan sangat selektif. Saya lihat mana yang kira-kira perluangnya untuk
lulus di Perguruan Tinggi Negeri lebih besar, mana yang mendukung dari
sarana dan prasarananya. Ya yang begitu-begitu tidak luput dari perhatian
saya. Itu sebabnya saya bersyukur, SMA Negeri 1 Binjai masih dalam radius
zonasi rumah saya. Sebab kalau misalnya tidak diterima di SMA Negeri 1
Binjai, saya sudah ancang-ancang mau sekolahkan anak saya di SMA
Sutomo Medan. Cuma kalau saya pikir-pikir lagi ongkos dan transportasinya
malah nanti yang kasihan anak saya, sekolahnya kejauhan. Saya rasa, sistem
zonasi ini sangat membantulah, terkhusus untuk kami orang tua dari peserta
didik baru ini. (1) Akses dari rumah ke sekolah yang dekat membuat anak
saya tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi, saya saja yang antar dan
jemput juga bisa. (2) Misalnya ada PR nya yang ketinggalan bisa tinggal
telepon ke rumah saja supaya bisa saya antarkan ke sekolahnya. Tidak hanya
PR, terkadang bekal makan siang pun demikian; (3) Datangnya juga bisa
lebih awal, dan lain sebagainya. Kalau kekurangannya, (1) ya menurut saya
seperti keluhan dari teman saya yang anaknya tidak lulus karena sistem
zonasi yang telah diberlakukan ini. (2) Apalagi kalau anaknya memang
mempunyai potensi yang pintar kan sayan sekali bila harus di sekolahkan di
sekolah yang kurang mendukung baik sarana maupun prasarananya. Saya
bahkan sempat baca kiriman yang diposting di facebook, ada anak yang
katanya potensi akademiknya tinggi malah mengalami depresi berat setelah
66
tahu bahwa dirinya tidak lulus di sekolah favorit impiannya itu. Kan miris sih
begitu, untunglah sejauh ini tidak terjadi hal yang demikian disini; (3) Juga
tentang penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan dari sekolahnya juga
belum maksimal. Saya kalau bukan karena dapat informasi dari kakak ipar
saya mungkin bakalan kocar-kacir juga tentang sistem penerimaan peserta
didik baru saat ini.”
Tidak berbeda jauh dengan Ibu Theresia, Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd
Kecamatan Binjai Kota pada Jumat 29 April 2019 pukul 15:20 WIB
Penerimaan Peserta Didik Baru Di SMA Negeri 1 Binjai juga diberikan oleh
informan yang berikutnya yaitu Ibu Br. Gultom (Informan 6). Wawancara yang
67
Barat. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan pada Sabtu 06 April 2019 pukul
14:00 WIB.
“Tujuan dari Sistem Zonasi ini memang baik ya, yaitu agar semua sekolah
menjadi sekolah unggul tanpa ada embel embel ini sekolah favorit dan ini
sekolah yang bukan favorit. Namun menurut saya, hal tersebut bukanlah hal
yang bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat. Artinya harus melewati
tahapan-tahapan sehingga tujuan dari sistem zonasi dapat direalisasikan. (1)
Saya sebagai orang tua yang awalnya sempat merasa khawatir dengan
peluang yang dimiliki anak saya, karena kan sangat disayangkan sekali
apabila anaknya mempunyai potensi yang baik malah harus bersekolah di
sekolah dengan kualitas yang masih kurang baik. Menurut saya, jumlah kuota
yang diberikan pada calon peserta didik baru sebanyak 10% masih kurang.
Menurut saya, pemerintah harusnya memberikan peluang sekitar 15% atau
20% untuk jalur prestasi. Tapi itusih menurut saya ya. (2) saya sempat
merasa khawatir apabila di sekolah itu lebih banyak siswa tidak
berprestasinya dibanding dengan siswa yang berprestasi. Misalnya, dulu di
SMA Negeri 1 Binjai, kedua anak saya yang sebelumnya kan lulus dengan
menyelesaikan seleksi tes tertulis terlebih dahulu. Sudah melewati seleksi tes
tertulis, mereka juga harus berjuang setiap tahunnya untuk merebutkan kelas
unggulan. Kebetulan anak saya tiga tahun berhasil masuk kelas unggulan
juga di SMA Negeri 1 Binjai, maka disitu kelihatan, teman satu kelas anak
saya juga anak yang berprestasi. Nah, kalau melalui jalur zonasi kan tidak
begitu ya. Ini saja, di tahun ajaran yang sedang berlangsung ini, saya
mengawasi betul perkembangan akademik anak saya. Karena sebelumnya
saya sempat membaca, bila anak yang pintar berada dalam kelas yang anak
kurang pintarnya lebih dominan, maka anak yang pintar tersebut mengalami
dampak psikososial. Dia cenderung kurang niat belajarnya karena
menurutnya di kelasnya tidak ada yang menandinginya. Saya bukannya
sombong ya, itu sebabnya saya memberikan pengawasan ketat kepada anak
saya agar dia tetap termotivasi untuk belajar. Saya juga merasakan
kelebihan dari sistem zonasi ini, misalnya; (1) saya dapat bekerja sama
dengan baik dengan guru-guru yang ada di sekolah. Selain karena saya
memang sudah mengenal beberapa guru di SMA Negeri 1 Binjai, melalui
sistem zonasi, para guru dapat secara langsung bertemu dengan saya apabila
ada hal yang perlu didiskusikan terkait urusan anak saya di sekolah;
(2)Menjamin semua anak diterima di sekolah Negeri, sekalipun hasil nilai
NIM nya rendah; (3) Bila ada tugas kerja kelompok, mereka akan lebih
mudah untuk bertemu karena jarak dari sekolah dengan rumah mereka
berdekatan; (4) Anak dapat belajar mengenai lingkungan luar sekolah
dengan pengawasan dari guru, orang tua, dan masyarakat sekitar, dan lain
sebagainya.”
68
Peserta didik baru yang menjadi informan yang tidak kalah penting
mengingat peserta didik baru merupakan objek dari diberlakukannya sistem zonasi
(Informan 7) dilakukan sepulang sekolah yaitu pada Jumat 05 April 2019 pukul
11:30 WIB.
oleh informan terkahir yaitu Damelia Simarmata (Informan 8). Berikut ini hasil
69
Bernardinus Sihaloho yang dilakukan tepat sepulang sekolah pada pukul 11:50
WIB
“Menurut saya kelebihan dari sistem zonasi ini sangat banyak berdampak
bagi pendidikan. Terlebih kepada mereka yang memiliki nilai NIM yang
rendah. Mereka tidak perlu merasa khawatir tidak diterima di sekolah negeri.
Secara tidak langsung, sistem zonasi telah memberikan jaminan
terpenuhinya hak memperoleh pendidikan seluruh warga negaranya.
Kelebihan yang kedua misalnya, akses kami dari sekolah ke rumah, rumah
ke sekolah menjadi lebih mudah. Jarak dan waktu tempuh yang singkat akan
sangat membantu kami untuk memanfaatkan waktu yang kami miliki.
Contohnya, saya sehabis pulang sekolah biasanya kan ikut bimbingan
belajar (bimbel), maka saya bisa pulang ke rumah terlebih dahulu kemudian
kembali ke sekolah. Kelebihan yang lainnya adalah, orang tua lebih mudah
dalam mengawasi anaknya. Contohnya, ketika saya merasa tidak enak badan
karena sakit dan tidak tahan lagi sehingga harus beristirahat di rumah. Bila
tidak ada petugas piket Unit Kesehatan Siswa (UKS) yang bertugas, maka
saya dapat meminta ijin agar diantar oleh teman saya pulang ke rumah. Atau
saya juga dapat meminta orang tua saya yang menjemput langsung ke
sekolah. Juga kalau ada bantuan dari pemerintah. Contohnya bidikmisi.
Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan kelurahan atau pemerintahan
setempat untuk melakukan surfei secara langsung. Sehingga bantuan yang
diberikan tepat sasaran. Selain itu, kami juga sangat terbantu bila ada tugas
kerja kelompok. Kami dapat mengerjakannya lebih maksimal karena rumah
kami juga berdekatan sehingga lebih mudah untuk bekerjasama dan berbagi
tugas. Kalau kekurangannya ya yang seperti sempat dikhawatirkan oleh
orang tua saya. Calon peserta didik baru yang memiliki nilai NIM tinggi
terbuang begitu saja karena tidak bisa menjadi jaminan supaya diterima di
sekolah favorit. Karena sangat disayangkan bila ada anak yang berprestasi
misalnya dalam olahraga tenis meja. Bakatnya dapat semakin berkembang
bila melanjutkan pendidikan di sekolah yang menyediakan tenis meja
tersebut. Sebaliknya, bila anak itu melanjutkan pendidikannya di sekolah
dengan sarana dan prasarana yang terbatas, maka kecil kemungkinan dia
dapat mengasah kemampuan yang dimilikinya.”
Adapun kelebihan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru adalah sebagai
berikut :
Dinar (2018) dalam jurnal hasil penelitiannya terkait pro kontra sistem zonasi
Pemerintah dalam hal ini berpihak kepada seluruh komponen masyarakat. Dalam
hal ini, pemerintah Tanpa pandang bulu, sistem zonasi memberikan harapan
kepada calon peserta didik sekalipun yang memiliki nilai NIM yang rendah untuk
2) Tidak ada ekslusivitas dan diskriminasi di sekolah negeri. Menteri pendidikan dan
salah satu tujuan utama diterapkannya Sistem Zonasi Dalam Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) adalah untuk mengubah pola pikir masyarakat mengenai
“Kedepannya tidak ada lagi sekolah favorit atau bukan sekolah favorit. Hal inilah
yang menciptakan sistem kasta dalam dunia pendidikan. Nantinya semua sekolah
akan memiliki kualitas yang sama, yakni sekolah unggul. ” (Retrieved from :
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/07/kata-mereka-tentang-kebaikan-
sistem-zonasi-dalam-ppdb, 20 April 2019, 15:20)
Persepsi orang tua mengenai sekolah unggulan harus diubah. Philip Kotler (dalam
berarti. Proses pembentukan persepsi diawali dengan kondisi sekolah yang belum
merata dari segi kualitas dan kuantitas. Kondisi ini semakin diperkuat dari
pengalaman orang tua lain yang telah mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah
dengan predikat unggulan. Maka pada akhirnya tercipta persepsi orang tua peserta
didik mengenai sekolah dengan predikat unggulan dan non-unggulan. Hal ini
kemudian mempengaruhi pola pikir orang tua dalam memilih sekolah untuk
anaknya.”
Seperti pernyataan dari informan kepala sekolah yaitu Bapak Susianto, M.Pd yang
dalam memberikan bantuan pendidikan kepada peserta didik yang layak untuk
mendapatkannya.
5) Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi
8) Peserta didik dapat memanfaatkan waktu luang dengan beristirahat atau mengikuti
9) Orang tua dapat membantu peserta didik bila ada barang ataupun tugas mereka
yang ketinggalan.
10) Orang tua dapat mengawasi lingkungan pertemanan anak baik di sekolah maupun
di dekat rumah.
11) Terjalin kerjasama yang baik dan kooperatif antar peserta didik bila diberikan
peserta didik baru, sekolah swasta juga ikut merasakan keuntungan. Sekolah
sekolah mereka semakin meningkat pasca diberlakukannya Sistem Zonasi ini. Hal
tersebut dikarenakan, adanya lokasi domisili calon peserta didik baru yang tidak
berada dalam zonasi sekolah negeri manapun. Di Kota Binjai sendiri, salah satu
contoh lokasi yang tidak masuk dalam radius zonasi sekolah manapun adalah
daerah Langkat menuju Telagah. Dengan demikian, orang tua peserta didik akan
memilih sekolah swasta sebagai sekolah untuk anak mereka karena memang daerah
mereka termasuk daerah yang tidak berada berdekatan dengan sekolah negeri
Temuan lainnya dari kelebihan sistem zonasi yang dirasakan oleh sekolah
milik swasta adalah, ketika masyarakat masih memegang perspektif sekolah favorit
dan sekolah tidak favorit, tentu mereka akan berupaya supaya berhasil diterima di
sekolah favorit. Namun, sekalipun tetap saja tidak diterima di sekolah favorit yang
melanjutkan di sekolah negeri yang berada pada radius rumah mereka. Maksudnya
adalah, orang tua calon peserta didik baru beranggapan bahwa, bilamana terpaksa
untuk melanjutkannya di sekolah negeri yang tidak favorit, lebih baik bagi mereka
untuk mendaftarkan anak mereka ke sekolah swasta yang kualitasnya lebih baik
pada penerimaan peserta didik baru. Adapun kekurangan dari sistem zonasi adalah
sebagai berikut :
idealnya dilakukan oleh camat, lurah dan kepala sekolah serta tokoh masyarakat.
2) Kapasitas yang tidak mencukupi. Permasalahan yang paling utama adalah tidak
seimbangnya kuota peserta didik yang diterima dengan jumlah calon peserta didik
mengincar kursi di sekolah negeri menjadi lebih ketat dan lebih lagi, tidak semua
calon peserta didik yang mendaftar dapat ditampung oleh sekolah terdekat dengan
domisilinya.
sering menjadi alasan kurang maksimalnya sistem zonasi pada penerimaan peserta
didik baru.
4) Masih tingginya disparitas kualitas sekolah. Masih sering ditemui sekolah denga
kualitas yang dibawah rata-rata di Kota Binjai. Hal seperti inilah yang mengiring
pola pikir masyarakat terbagi menjadi “sekolah favorit dan sekolah tidak favorit”.
74
Binjai
Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga yaitu yang terkait dengan
Kesiapan Sekolah dan Saran Terhadap Sistem Zonasi Pada Penerimaan Peserta
seluruh informan yaitu; informan kunci, informan utama serta informan tambahan.
Berbicara tentang kesiapan dari pihak sekolah, tentunya tidak luput dari
oleh pihak sekolah. Beliau juga memberikan masukan atau saran terkait sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru mendatang. Wawancara dengan beliau
(Informan 2). Hasil wawancara yang dilakukan dengan beliau dilakukan pada Rabu
“Terkait pada kesiapan sekolah, saya rasa SMA Negeri 1 Binjai memiliki
kesiapan yang sangat matang dalam mengimplementasikan sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru. Masyarakat dapat melihat secara
langsung bagaimana sarana dan prasarana yang terdapat di SMA Negeri 1
Binjai. Sepengetahuan saya, salah satu tujuan dari sistem zonasi adalah agar
distribusi guru yang berkualitas juga adil dan merata. Untuk kualitas guru,
saya rasa SMA Negeri 1 Binjai tidak perlu diragukan lagi. Justru sekolah
yang tidak favorit yang perlu mempersiapkan keadaan sekolah mereka.
Misalnya dengan mengembangkan ekstrakulikuler yang belum ada di sekolah
tersebut, sehingga nantinya peserta didik dengan potensi yang baru dapat
mengasah kemampuan mereka melalui ekstrakulikuler yang dibina di sekolah
tersebut. ”
76
pernyataan yang diberikan oleh Bapak Drs. Sehukur Ginting (Informan 3).
wawancara dengan orang tua dari peserta didik baru. Berikut ini merupakan hasil
yaitu, di Berngam, Kecamatan Binjai Kota pada Senin 15 April 2019 pukul 14:00
WIB
Saran yang lainnya diberikan oleh Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd (Informan
5). Beliau memberikan masukan terkait kesiapan dan persepsinya tentang sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Wawancara ini dilakukan di rumah
Bapak Mangasi Sihaloho, S.Pd yaitu di Tangsi, Kecamatan Binjai Kota, pada Senin
belajar-mengajar. Saya selaku orang tua dari peserta didik baru memberi
masukan agar SMA Negeri 1 Binjai memberikan sosialisasi mengenai sistem
zonasi pada penerimaan peserta didik baru. Karena yang menjadi kendala
pada penerimaan peserta didik baru tahun ajaran yang baru adalah
kurangnya sosialisasi yang diberikan. Apalagi sistem zonasi inikan termasuk
aturan yang baru diterapkan, tentu perlu disertai dengan sosialisasi yang
tersamapaikan kepada seluruh masyarakat. Sehingga di tahun ajaran
berikutnya, orang tua dari calon peserta didik baru tidak lagi ling-lung dalam
menentukan pilihan mereka. Juga masukan saya kepada sesama orang tua
agar menjalin kerjasama yang baik dengan guru. Kan sekolahnya juga dekat
dari rumah, saya rasa perlu sesekali kita berkunjung ke sekolah untuk
mengawasi perkembangan anak kita di sekolah. Selain kerjasama yang baik
dengan guru, kita juga perlu menjalin silahturahmi kepada sesama orang tua
peserta didik di SMA Negeri 1 Binjai. Tidak sedikit dari orang tua ini yang
sudah saling mengenal, karena memang sudah menjadi tetangga. Kan kalau
kooperatif begini bisa saling mengawasi anak dengan baik. ”
lainnya adalah Ibu Br. Gultom (Informan 6). Sempat merasa khawatir dengan
diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru tahun ajaran
2018, Ibu Br. Gultom memberikan masukan saran yang membangun agar
kedepannya orang tua dari calon peserta didik baru tidak merasa khawatir dan resah
seperti yang dirasakan oleh beliau. Wawancara bersama Ibu Br. Gultom dilakukan
di rumahnya yang berada di daerah Lima Sundai pada Senin 15 April 2019 pukul
15:00 WIB
“Masukan dari saya supaya setiap sekolah, tidak hanya SMA Negeri 1 Binjai
memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru. Belajar dari penerimaan peserta didik yang
lalu, banyak orang tua justru dibingungkan dan merasa kecewa karena tidak
adanya pemberitahuan sebelumnya oleh pihak sekolah. Sebenarnya
bukannya tidak diberitahu, hanya saja kurang disosialisasikan secara
maksimal sehingga masih ada saja orang tua yang belum memahami sistem
zonasi ini. Saran saya yang lain adalah agar semua sekolah baik yang selama
ini dianggap favorit dan tidak favorit untuk sama-sama melengkapi sekolah
masing-masing dengan maksimal, untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya masing-masing. Saya juga menghimbau agar dengan
79
diberlakukannya sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru ini, tidak
ada sekolah yang bermain curang dalam menyeleksi peserta didik baru yang
diterima di sekolahnya. Masukan berikutnya, yaitu kepada orang tua. Ayolah
pak, bu, kita jangan mematahkan semangat anak kita untuk masuk sekolah
favorit. Kita berikan motivasi, kita dukung semangatnya untuk tetap
semangat sekalipun tidak berhasil lulus di sekolah yang selama ini
dianggapnya favorit. Terkhusus seperti yang saya alami, awalnya saya justru
pesimis, saya menyayangkan potensi yang dimiliki anak saya. Saya mengajak
seluruh orang tua agar selalu memotivasi dan terus menyemangati anak
mereka sekalipun mereka lulus bukan di sekolah yang diimpikannya.”
Informan yang keenam yaitu Ibu Br. Gultom juga memberikan masukan agar
setiap sekolah memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait sistem zonasi pada
penerimaan peserta didik baru sehingga tidak ada lagi orang tua dan peserta didik
yang keliru dalam menetapkan pilihan mereka. Beliau juga memberikan masukan
terkhusus kepada sekolah dengan kualitas yang masih dibawah rata-rata untuk
meningkatkan mutu dan prestasi sekolahnya. Juga kepada sesama orang tua untuk
terus memberikan motivasi kepada anak mereka apabila anak mereka tidak berhasil
Selain wawancara dengan orang tua dari peserta didik baru, penulis juga
melakukan wawancara bersama peserta didik baru yang diterima melaui sistem
zonasi itu sendiri. Bernardinus Sihaloho (Informan 7) mewakili peserta didik baru
yang diterima di SMA Negeri 1 Binjai melalui jalur zonasi juga memberikan
masukannya untuk sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru yang lebih
baik di tahun ajaran yang berikutnya. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan
“Menurut saya, sistem zonasi ini menjadi solusi yang baik untuk menjawab
masalah ketidakadilan dan ketidakmerataan pendidikan terkhusus di Kota
Binjai. Masukan dari saya adalah agar setiap calon peserta didik giat
mencari informasi tentang sistem penerimaan peserta didik baru. Kan
sekarang sudah eranya digital, maka kita sebagai generasi milinel harus
memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Informasi mengenai sistem
penerimaan peserta didik baru kan ada banyak di internet, kita nya saja yang
perlu sering-sering browsing. Kita juga harus mengubah pola pikir kita
tentang sekolah favorit dan tidak favorit. Kita tidak perlu khawatir tentang
jalur undangan masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Saat ini, semua
sekolah diberikan kesempatan yang sama kok. Juga bila sekolah tersebut
tidak memiliki ekstrakulikuler yang kita minati, kita bisa saja ajukan kepada
dewan guru dan kepala sekolah untuk membuka ekstakulikuler yang baru di
sekolah tersebut. Maka hal apa lagi yang harus kita khawatirkan? Kita harus
mendukung kebijakan dari pemerintah ini. Menurut saya, masukan yang saya
berikan fokus kepada masyarakat, termasuk orang tua calon peserta didik
baru, dan adik-adik calon peserta didik baru di tahun ajaran yang
berikutnya.”
mewakili peserta didik baru yang diterima melalui jalur prestasi. Berikut ini hasil
informan yang sebelumnya yaitu Bernardinus Sihaloho pada Senin 08 April 2019
“Karena tujuan utama dari sistem zonasi pada penerimaan peserta didik
baru adalah untuk mencapai terwujudnya pendidikan yang adil dan merata,
maka saran utama dari saya adalah kepada sekolah yang dianggap kurang
kualitasnya untuk semakin meningkatkan kualitas sekolahnya. Alasan
mengapa masyarakat masih saja terfokus pada sekolah favorit dan tidak
favorit adalah karena kualitas yang berbeda-beda di setiap sekolah. Maka
apabila semua sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya, perlahan tapi
pasti anggapan sekolah favorit yang selama ini ada dalam pola pikir
masyarakat berubah menjadi sekolah unggul. Saya juga memberikan
masukan kepada pemerintah agar menambah jumlah kuota untuk calon
peserta didik baru yang diterima melalui jalur prestasi. Karena menurut
saya, 10% merupakan jumlah yang sangat sedikit.”
81
secara tidak terencana dengan penulis. Ibu Nilam br. Barus, S.Pd ditemui dalam
perjalanan penulis menuju Kota Medan dalam transportasi Kereta Api. Beliau yang
pada saat itu mengenakan seragam SMA Budi Murni 2 Medan hendak kembali ke
menanyakan pendapat beliau tentang sistem zonasi pada penerimaan peserta didik
baru. Pernyataan yang diberikan oleh Ibu Nilam br. Barus, S.Pd ini sangat akurat
pada penelitian ini. Adapun wawancara tersebut dilakukan pada Jumat 26 April
tua dari peserta didik itu banyak yang memilih sekolah kami, maka
penerimaan peserta didik baru di sekolah kami menjadi semakin bertambah.
Berdasarkan pengalaman tersebut, harusnya pihak sekolah melakukan
persiapan yang matang. Contohnya SMA Negeri 2 Medan itu, kepala sekolah
harusnya berkomitmen dan menghargai keputusan yang diberikan oleh dinas
pendidikan. Saya sangat sepakat dengan sistem zonasi ini, agar nanti sekolah
yang dianggap favorit di masyarakat ini tidak lagi hanya menerima peserta
didik yang unggul melainkan memberikan kesempatan yang sama kepada
semua anak untuk memperoleh pendidikan. Tidak seperti yang terjadi selama
ini, dimana anak dengan nilai NEM yang tinggi pasti akan mendaftar ke
sekolah favorit, sementara anak dengan nilai NEM yang rendah pasti
langsung didaftarkan ke sekolah swasta. Bahkan anak yang bermasalah di
sekolah favorit itu atau yang dalam kata kasarnya di keluarkan secara paksa
oleh sekolah pasti akan mendaftarkan dirinya ke sekolah swasta. Dengan
sistem zonasi ini saya juga berharap agar masyarakat mengubah pemikiran
tradisional tentang favorit atau tidaknya suatu sekolah tersebut. Karena
menurut saya, bila sekolah tersebut benar favorit, harusnya mereka
menerima semua peserta didik, bukan hanya peserta didik yang pintar saja.
Karena tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan anak, namun mengapa
yang diterima hanya anak yang cerdas ? harusnya kesempatan yang sama
juga diberikan kepada semua anak, sekalipun bukan anak yang tergolong
cerdas.”
penerimaan peserta didik baru juga ikut merasakan dampaknya. Seperti pernyataan
yang diberikan oleh informan terakhir, yakni Ibu Nilam br. Barus, S.Pd, selaku guru
Bimbingan Konseling (BK) di SMA Budi Murni 2 Medan. Menurut beliau, sistem
zonasi memaksa semua sekolah negeri untuk memberikan kesempatan yang sama
kepada semua calon peserta didik baru. Adanya pengalaman dari sekolah lain, yaitu
SMA Negeri 2 Medan menjadi pelajaran berharga bagi semua sekolah. Tindakan
curang pada penerimaan peserta baru, yaitu menerima calon peserta didik baru
secara ilegal yang dinamakan “siswa siluman” hendaknya tidak terulang kembali di
83
sekolah manapun. Menurut pendapat Ibu Nilam br. Barus, S.Pd, sekolah harusnya
Masyarakat juga harus mengubah pola pikirnya terkait sekolah favorit dan tidak
favorit.
bahwasanya SMA Negeri 1 Binjai telah melakukan persiapan yang matang dalam
Negeri 1 Binjai. Jika saja dilakukan sosialisasi yang maksimal sebelum dibukanya
penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi, maka orang tua tidak perlu
Sosialisasi sistem zonasi harus dilakukan secara massif dan dalam jangka
hanya tentang jarak, namun lebih jauh lagi untuk mewujudkan pemertaan
3) Guru harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan peserta didik
5) Orang tua selalu memberikan motivasi dan semangat kepada anaknya agar
Dari semua pernyataan diatas, Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik
Baru Tahun Ajaran 2018/2019 dapat dikaji melalui Teori Struktural Fungsional
Talcott Parsons. Suatu sistem, menurut Parsons, hanya bisa fungsional apabila
Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat
sekolah, masyarakat, juga peserta didik baru. Tidak hanya sistem zonasi, baik
pada penerimaan peserta didik baru. Adaptasi yang dimaksud dapat dilakukan
melalui sosialisasi kepada masyarakat terkhusus kepada orang tua dari calon
peserta didik baru. Pada penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020,
guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) kepada orang tua peserta didik yang
lulus SMP supaya dibimbing dan diarahkan dengan baik dalam menentukan
berada dalam radius zonasi tempat tinggal mereka. Berdasarkan hal tersebut,
menentukan tujuan dan skala prioritas yang ada. Sistem Zonasi sudah tentu
tersebut merupakan tujuan yang ingin diwujudkan melalui sistem zonasi. Dalam
implementasi sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru itu sendiri,
tidak favorit perlahan mulai berkurang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
86
pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis pada orang tua calon peserta didik
baru yang akan mendaftarkan anaknya pada penerimaan peserta didik baru tahun
ajaran 2019/2020. Pencapaian tujuan dari sistem zonasi yang lainnya adalah
seimbang. Bahkan dari sekolah swasta pun mengakui sistem zonasi memberikan
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sistem zonasi
dalam suatu sistem. Fungsi integrasi dalam implementasi sistem zonasi dapat
kesatuan yang baik antara pihak sekolah, pemerintah dan masyarakat. Penulis
sekolah secara langsung telah terjalin integrasi atau kerja sama yang baik dalam
pengawasan peserta didik. Juga pihak sekolah dengan pemerintah yang tanpa
disadari telah terjadi integrasi yang baik dalam hal memberikan bantuan
Teori Talcott Parsons terkait dengan fungsi integrasi telah terjadi pada sistem
zonasi.
87
d. Latensi (Latency) atau Latent pattern maintenance atau dapat pula diartikan
beberapa aturan atau norma. Konsep laten menunjuk pada sesuatu yang
ada pola pemeliharaan yang tersembunyi yang dapat memelihara agar sistem
Fungsi Laten dalam sistem zonasi dapat diartikan sebagai memberikan motivasi
tersendiri bagi para guru dan peserta didik. Motivasi yang dimaksud yaitu,
mendidik kepada peserta didik baru. Begitupula dengan peserta didik baru yang
laten lainnya dari sistem zonasi yang menjadi tujuan utama dari sistem zonasi
Selain itu, sistem zonasi juga sangat membantu pemerintah dalam memberikan
memberikan fungsi laten kepada orang tua dari peserta didik untuk mengawasi
dan membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar. Selain kepada orang
tua, fungsi laten dari sistem zonasi juga dirasakan langsung oleh peserta didik
88
baru yang diterima dengan sistem zonasi. Mereka akan lebih mudah dalam kerja
kelompok dan diskusi diluar proses belajar mengajar dan dapat memaksimalkan
Sekolah swasta juga merasakan fungsi laten dari diberlakukannya sistem zonasi
pada penerimaan peserta didik baru. Hal tersebut dikarenakan, apa bila ada calon
peserta didik baru yang berasal dari daerah dengan radius zonasi yang tidak
berdekatan dengan sekolah negeri manapun, maka orang tua dari calon peserta
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi laten dari sistem zonasi telah
berdampak secara langsung baik kepada sekolah, pemerintah, orang tua peserta
5.1. Kesimpulan
menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah dalam pendidikan. Pola pikir
favorit oleh masyarakat justru hanya menerima mereka yang paling terbaik yang
89
90
peserta didik baru dengan mempertimbangakan radius jarak antara tempat tinggal
peserta didik dengan sekolah terdekat yang ada di daerahnya. Dengan demikian,
berikut :
sekolah favorit dan tidak favorit pada penerimaan peserta didik baru
2. Sistem Zonasi pada penerimaan peserta didik baru tentu saja memiliki
masing sekolah baik dari pihak guru, sarana dan prasarana dan
5.2. Saran
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, berikut ini saran dari penulis antara
lain :
SUMBER BUKU
Persada.
Grafindo Persada.
Moleong, L.J. 2006 . Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Neuman, W. L. 2006 . Social Research Methods : Qualitatif And Quantitatif
Approach.USA: University Of Wisconsin Page.
Suryana . 2010. Metode Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif. Jakarta: Upi Press.
Sugyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
SUMBER SKRIPSI
SUMBER JURNAL :
Imam, Teori dan Kerangka Konsep Talcott Parsons. 2017. State Islamic University
Sunan Kalijaga : Yogyakarta. (15-19) Retrieved From :
https://core.ac.uk/download/pdf/129393466.pdf (Akses 10 Januari 2019)
Teori dan Konsep Implementasi Merillee S. Grindle. 2017. Retrieved From :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjScbwhqXgAhWMM48KHX6FBS
kQFjABegQIBRAC&url=https%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F18595
%2F4%2Fe.%2520Bab%25202%252009417144028.pdf&usg=AOvVaw
1a4Wr6QIUhXTyI9cFgtvRs (Akses 10 Januari 2019)
Syawaludin, Mohammad. Alasan Talcott Parsons Tentang Pentingnya Pendidikan
Kultur .Vol. 7, No.1, Februari 2014. Retrieved From :
https://core.ac.uk/display/85072904 (Akses 10 Januari 2019)
Ismayanti, Chesti. 2015. Pengembangan Decision Making Skill Materi Isu-isu
kontroversial dalam pembelajaran sejarah. Universitas pendidikan
Indonesia. Reposiroty.upi.edu/ perpustakaan.upi.edu. Retrieved From :
http://repository.upi.edu/27833/4/T_SEJ_1302815_Chapter3.pdf (Akses
15 Januari 2019)
SUMBER UNDANG-UNDANG :
SUMBER ARTIKEL :
Afriansyah, Anggi. 2018. Sekolah Favorit Dan Problem Pendidikan Kita. Http :
http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/education/531-sekolah-
favorit-dan-problem-pendidikan-kita (akses 15 Desember 2018)
Khalika, Nindias Nur. 2018. Sistem Zonasi Dan Mimpi Bersekolah Di Sekolah
Favorit. http : https://tirto.id/sistem-zonasi-dan-mimpi-bersekolah-di-
sekolah-favorit-cMRN (akses 15 Desember 2018)
Taher, Andrian Pratama. 2018. Sistem Zonasi : Disyukuri Orangtua Siswa, Jadi
Tantangan Sekolah.. http : https://tirto.id/sistem-zonasi-disyukuri-orangtua-
siswa-jadi-tantangan-sekolah-cLHL (akses 15 Desember 2018)
Ardi Isnanto, Bayu. 2018. Kisruh PPDB di Solo: 12 SMP Kurang Murid, 31 Anak
Sempat Terlantar. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-
4111304/kisruh-ppdb-di-solo-12-smp-kurang-murid-31-anak-sempat-
terlantar (akses 15 Desember 2018)
Wicaksono, Adhi. 2018. Sistem Zonasi Memupus Mimpi Masuk Sekolah Favorit.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180601075841-20-
302700/sistem-zonasi-memupus-mimpi-masuk-sekolah-favorit (akses 27
Januari 2019)
Pedoman Wawancara
Identitas Informan :
Nama Lengkap :
TTL :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Negeri 1 Binjai ?
Binjai ?
Binjai ?
Identitas Informan :
Nama Lengkap :
TTL :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Negeri 1 Binjai ?
8. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik
Binjai ?
Identitas Informan :
Nama Lengkap :
TTL :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
orang tua ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik
Identitas Informan :
Nama Lengkap :
TTL :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Negeri 1 Binjai.
Binjai ?
Binjai ?
(Wawancara bersama dengan informan keenam Ibu Br. Gultom dan Informan kedelapan
Damelia br. Simarmata)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Dessy Gayo Anathasya Purba lahir di Kota Binjai pada tanggal 07
Agustus 1997. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alm. Jawanton
Wilson Purba Pak-Pak dan Ibu Victoria Br. Saragih.
Adapun riwayaat pendidikan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut.
Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di Kota Binjai yaitu TK. ST.
Theresia Binjai lulus pada tahun 2003. Penulis menghabiskan waktu selama satu
tahun menempuh pendidikan di taman kanak-kanak tersebut. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD. ST. Fransiskus Asisi Binjai lulus pada
tahun 2009. Penulis menghabiskan waktu selama 6 tahun menempuh pendidikan
dasar di sekolah tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, penulis
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Binjai lulus pada
tahun 2012. Penulis menghabiskan waktu selama tiga tahun mempelajari banyak
hal di sekolah ini. Kemudian pendidikan wajib terakhir penulis dilanjutkan di SMK
Negeri 1 Binjai lulus pada tahun 2015. Pada tahun yang bersamaan, penulis berhasil
dan merasa beruntung dapat melanjutkan studi di Universitas Negeri Medan
melalui jalur Mandiri diterima di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tanggal 21 Juni 2019
dengan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Banyak hal penting yang
diserap penulis selama menerjunkan diri dalam pergulatan akademik di Prodi ini.
Penulis merasa beruntung telah mendapatkan pengalaman lebih luas mengenai
Antropologi. Namun jauh dari itu semua penulis merasa sangat beruntung
mendapatkan pengalaman yang lebih luas lagi mengenai karakter dan mental yang
telah dibentuk selama perkuliahan ini. Pelajaran mengenai arti hidup, perjuangan,
jatuh, bangun, tanggung jawab, impian, kemandirian dan nilai yang lain adalah hal
terpenting yang didapatkan oleh penulis selama menempuh pendidikan di kampus
hijau ini.
-TERIMA KASIH-