Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

DISUSUN OLEH :
Arta Agustia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2019/2020

Copyright@arta Page 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Medan, 05 November 2019

(Penulis)

Copyright@arta Page 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………1
KATA PENGANTAR ……………………………………………… 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..4
 A. Latar Belakang …………………………………………..4
 B. Rumusan Masalah ……………………………………..4
 C. Tujuan Penulisan ……………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………5
 A. Pengertian Pancasila Dan Sejarah Lahirnya
Pancasila …………………………………..5
 B. Fungsi Pancasila Sebagai Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara…………………………………….12
 C. Isi Yang Terkandung Dalam
Pancasila………………………………………16
 D.Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila……………………………17
BAB III PENUTUP ………………………………………………18
 A. Kesimpulan ………………………………………………..18
 B. Saran …………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….19

Copyright@arta Page 3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah
mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat
bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan
bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.
Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan
penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia
akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam
setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam filsafat pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila, baik
sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar Negara begitu pula mengenai apa hakikat tiap-
tiap sila. Dalam tulisan ini saya akan mencoba menggali bagaimana hakikat sila pertama
pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dalam filsafat dan Etika pancasila.

2. Perumusan masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah:
1. Bagaimana hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila ?
2. Landasan filosofis apakah yang melatarbelakangi adanya sila Ketuhanan yang
Maha Esa?
3. Bagaimana hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam Etika Pancasila?

3. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pancasila
2. Untuk mengetahui hakikat yang terdapat dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa
dalam filsafat pancasila
3. Untuk mengetahui landasan filosofis dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa serta
perwujudannya sebagai etika pancasila

Copyright@arta Page 4
4. Untuk mendalami makna pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dan Sejarah Lahirnya Pancasila


Secara Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) yaitu panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Jadi secara harfiah,
“Pancasila” dapat diartikan sebagai “lima dasar” Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana sila-sila yang terdapat dalam Pancasila itu sudah
diterapkan dalam kehidupan masyarakat maupun kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum
dirumuskan secara konkrit. Menurut kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti
“berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan yang lima”.
Didalam pemerintahan, Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno
sebagai anggota Doktrit zu Tyunbi Tjosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) 1 juni 1945 di Jakarta, badan ini kemudian setelah mengalami penambahan anggota
menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dari uraian tersebut dinyatakan:
Panca adalah Lima, Sila adalah Asas atau Dasar. Untuk Lebih jelas dikutip bagian pidato beliau
tersebut :
“ . . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa namanya adalah Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itu
mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.

1.Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli


Selain pengertian Menurut bahasa dan istilah, para ahli juga memberikan pengertian
mereka tentang pancasila. Berikut pengertian pancasila menurut beberapa ahli,
a. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang
berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian
Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang
penting dan baik.
b. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
c. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja
falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia

2.Sejarah Lahirnya Pancasila


Dalam rapat BPUPKI pada tanggal 1 juni 1945, Bung Karno menyatakan antara
lain:”Saya mengakui, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. di
Surabaya, saya dipengaruhi seorang sosialis yang bernama A. Baars , yang memberi pelajaran
kepada saya, “jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa kemanusiaan seluruh dunia,
jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun”. Itu terjadi pada tahun 1917. akan tetapi pada
tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, ia adalah Dr. Sun Yat Sen

Copyright@arta Page 5
Di dalam tulisannya “San Min Cu I” atau “The THREE people’s Principles”, saya mendapatkan
pelajaran yang membongkar kosmopolitanisme yang diajarkan oleh A. Baars itu.

Ketika membicarakan prinsip keadilan sosial, Bung Karno menyebutkan pengaruh San Min Cu
I karya Dr. Sun Yat Sen: ”Prinsip nomor 4 sekarang saya usulkan. Saya didalam tiga hari ini
belum mendengarkan prinsip itu, yaitu kesejahteraan, prinsip: tidak ada kemiskinan di dalam
Indonesia merdeka. Saya katakan tadi prinsipnya San Min Cu I ialah “Mintsu, Min Chuan, Min
Sheng” atau Nationalism, democracy, socialism. Maka prinsip kita harus sociale
rechtvaardigheid .”

Pengaruh posmopolitanisme (internasionalisme) karya A. Baars dan San Min Cu I karya Dr.
Sun Yat Sen yang diterima bung Karno pada tahun 1917 dan 1918 disaat ia menduduki bangku
sekolah H.B.S. benar-benar mendalam. Hal ini dapat dibuktikan pada saat Konprensi Partai
Indonesia (partindo) di Mataram pada tahun 1933, bung Karno menyampaikan gagasan tentang
marhaennisme , yang pengertiannya ialah :
a. Sosio – nasionalisme, yang terdiri dari : Internasionalisme, Nasionalisme
b. Sosio – demokrasi, yang tersiri dari : Demokrasi, Keadilan sosial.

Jadi marhaenisme menurut Bung Karno yang dicetuskan pada tahun 1933 di Mataram yaitu :
Internasionalisme ; Nasionalisme ; Demokrasi : Keadilan sosial .

Dan jika kita perhatikan dengan seksama, akan jelas sekali bahwa 4 unsur marhainisme
seluruhnya diambil dari Internasionalisme milik A. Baars dan Nasionalisme, Demokrasi serta
keadilan sosial (sosialisme) seluruhnya diambil dari San Min Cu I milik Dr. Sun Yat Sen.

Apabila kita teliti lebih mendalam, pancasila yang dicetuskan Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945 di sidang BPUPKI adalah sama dengan Marheinisme yang disampaikan dalam Konprensi
Partindo di Mataram pada tahun 1933, yang seluruhnya diambil dari kosmopolitanisme milik A.
Baars dan San Min Cu I milik Dr. Sun Yat Sen. Di dalam pidato Bung Karno pada tanggal 1
juni 1945 itu antara lain berbunyi :
”Saudara-saudara ! Dasar negara telah saya sebutkan, lima bilangannya. Inikah Panca Dharma ?
Bukan !Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita
membicarakan dasar…..Namanya bukan Panca Dharma, tetaoi….saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa…..namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar
dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi. Kelima sila
tadi berurutan sebagai berikut:
a. Kebangsaan Idonesia;
b. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan
c. Mufakat atau domokrasi
d. Kesejahteraan social
e. Ke-Tuhanan.

(Pidato Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945 dimuat dalam “20 tahun Indonesia Merdeka” Dep.
Penerangan RI. 1965.)

Copyright@arta Page 6
Kelima sila dari Pancasila Bung Karno ini, kita cocokkan dengan marhaenisme Bung Karno
adalah persis sama, hanya ada sedikit penambahan Ke Tuhanan. Untuk lebih jelasnya baiklah
kita susun sebagai berikut:
a. Kebangsaan Indonesia berarti sama dengan nasionalisme dalam marhaenisme, juga
sama dengan nasionalisme milik San Min Cu I milik Dr. Sun yat Sen, Cuma ditambah dengan
kata-kata Indonesia.
b. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan berarti sama dengan internasionalisme dalam
marhaenisme, juga sama dengan internasionalisme (kosmopolitanisme) milik A. Baars.
c. Mufakat atau demokrasi berarti sama dengan demokrasi dalam marhaenisme, juga
sama dengan demokrasi dalam San Min Cu I milik Dr. Sun Yat Sen.
d. Kesejahteraan sosial berarti sama dengan keadilan sosial dalam marhaenisme, juga
berarti sama dengan sosialisme dalam San Min Cu I milik Dr. Sun Yat Sen.
e. Ke-Tuhanan yang diambil dari pendapat-pendapat para pemimpin Islam, yang
berbicara lebih dahulu dari Bung Karno, di dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 juni 1945.
Dengan cara mencocokkan seperti ini, berarti terlihat dengan jelas bahwa Pancasila yang
dicetuskan oleh Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945, yang merupakan”Rumus Pancasila I”,
sehingga dijadikan Hari Lahirnya Pancasila, berasal dari 3 sumber yaitu:
a. Dari San Min Cu I Dr. Sun Yat Sen (Cina);
b. Dari internasionalisme (kosmopolitanisme A. Baars (Belanda
c. Dari umat Islam.
Jadi Pancasila 1 juni 1945, adalah bersumber dari : (1) Cina (2) Belanda dan (3) Islam. Dengan
begitu bahwa pendapat yang menyatakan Pancasila itu digali dari bumi Indonesia sendiri atau
dari peninggalan nenek moyang adalah sangat keliru dan salah.

Sebagaimana telah diketahui bahwa sebelum sidang pertama BPUPKI itu berakhir, dibentuklah
satu panitia kecil untuk :
a. Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar negara, berdasarkan pidato yang
diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.
b. Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamirkan Indonesia merdeka.
Dari dalam panitia kecil itu dipilih lagi 9 orang untuk menyelenggarakan tugas itu. Rencana
mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945, yang kemudian diberikan nama dengan “Piagam
Jakarta”. Dengan begitu, maka Pancasila menurut Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan ini
merupakan Rumus Pancasila II, berbeda dengan Rumus Pancasila I. Lebih jelasnya Rumus
Pancasila II ini adalah sebagai berikut ;
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumus Pancasila II ini atau lebih dikenal dengan Pancasila menurut Piagam Jakarta tanggal 22
Juni 1945, baik mengenai sitimatikanya maupun redaksinya sangat berbeda dengan Rumus
Pancasila I atau lebih dikenal dengan Pancasila Bung Karno tanggal 1 juni 1945. pada rumus
pancasila I, Ke-Tuhanan yang berada pada sila kelima, sedangkan pada Rumus Pancasila II, ke-
Tuhanan ada pada sila pertama, ditambah dengan anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan

Copyright@arta Page 7
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Kemudian pada Rumus Pancasila I, kebangsaan
Indonesia yang berada pada sila pertama, redaksinya berubah menjadi Persatuan Indonesia pada
Rumus Pancasila II, dan tempatnyapun berubah yaitu pada sila ketiga. Demikian juga pada
Rumus Pancasila I . Internasionalisme atau peri kemanusiaan, yang berada pada sila kedua,
redaksinya berubah menjadi Kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya pada Rumus
Pancasila I, Mufakat atau Demokrasi, yang berbeda pada sila ketiga, redaksinya berubah sama
sekali pada Rumus Pancasila II, yaitu menjadi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan menempati sila keempat. Dan juga pada
Rumus Pancasila I, kesejahteraan sosial yang berada pada sila keempat, baik redaksinya, maka
Pancasila pada Rumus II ini, tentunya mempunyai pengertian yang jauh berbeda dengan
Pancasila pada Rumus I. Rumus Pancasila II ini Jakarta tertanggal 22 Juni 1945, yang dikerjakan
oleh panitia 9, maka pada rapat terakhir BPUPKI pada tanggal 17 Juni 1945 diterima.

Sehari sesudah proklamasi, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, terjadilah rapat “Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (PPKI). Panitia ini dibentuk sebelum proklamasi dan mulai
aktif bekerja mulai tanggal 9 Agustus 1945 dengan beranggotakan 29 orang. Dengan
mempergunakan rancangan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI, maka PPKI dapat
menyelesiakan acara hari itu, yaittu:
a. Menetapkan Undang-Undang Dasar
b. Memilih Presidan dan Wakil Presiden dalam waktu rapat selama 3 jam.

Dengan demikian terpenuhilah keinginan Bung Karno yang diucapkan pada waktu membuka
rapat itu sebagai ketua panitia dengan kata-kata sebagai berikut ; “Tuan-tuan sekalian tentu
mengetahui dan mengakui, bahwa kita duduk di dalam suatu zaman yang beralih sebagai kilat
cepatnya. Maka berhubungan dengan itu saya minta sekarang kepada tuan-tuan sekalian, supaya
kitapun bertindak di dalam sidang ini dengan kecepatan kilat.”

Sedangkan mengenai sifat dari Undang-Undang Dasarnya sendiri Bung Karno berkata: ”Tuan-
tuan tentu mengerti bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar sementara, Undang-
Undang Dasar Kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah revolutie grodwet. Nanti kita
akan membuat undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan lengkap. Harap diingat benar-
benar oleh tuan-tuan, agar kita ini harus bisa selesai dengan Undang-Undang Dasar itu.” Dalam
beberapa menit saja, tanpa ada perdebatan yang substansil disahkan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, dengan beberapa perubahan, khususnya dalam rumus pancasila .
Adapun Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang didalamnya terdapat Rumus Pancasila II,
yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, adalah sebagai berikut :

PEMBUKAAN

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Copyright@arta Page 8
Atas berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan bebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya”.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan
umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melasanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam satu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada :
Ke- Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Dengan demikian disahkannya Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945, maka Rumus Pancasila mengalami perubahan lagi, yaitu: Ke-Tuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Perubahan esensial dari Rumus Pancasila II atau Pancasila menurut Piagam Jakarta tanggal 22
Juni 1945 dengan Rumus Pancasila III atau Pancasila menurut Pembukaan Undang-Undang
Dasar tanggal 18 Agustus 1945, yaitu pada sila pertama “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,” diganti dengan “Ke-Tuhanan Yang
Maha Esa” . perubahan ini ternyata dikemudian hal ini menumbuhkan benih pertentangan sikap
dan pemikiran yang tak kunjung berhenti sampai hari ini. Sebab umat Islam menganggap bahwa
pencoretan anak kalimat pada sila pertama Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, oleh PPKI adalah suatu pengkhianatan oleh golongan
nasionalis dan kristen. Karena Rumus Pancasila II telah diterima secara bulat oleh BBUPKI pada
tanggal 17 Juli 1945.

Selanjutnya melalui aksi militer Belanda ke-I dan ke- II , dan dibentuknya negara-negara bagian
oleh Belanda, pemberontakan PKI di Madiun, statmen Roem Royen yang mengembalikan Bung
Karno dan kawan-kawannya dari Bangka ke Jogjakarta, sedangkan Presiden darurat RI pada
waktu itu ialah Mr. Syafruddin Prawiranegara, sampailah sejarah negara kita kepada konfrensi
meja bundar di Den Haag (Nederland). Konfrensi ini berlangsung dari tanggal 23 Agustus 1949
sampai tanggal 2 November 1949. dengan ditandatanganinya “Piagam Persetujuan” antara
delegasi Republik Indonesia dan delegasi pertemmuan untuk permusyawaratan federal (B.F.O.)
mengenai “Konstitusi Republik Indinesia Serikat” (RIS) di Seyeningen pada tanggal 29 Oktober
1949, maka ikut berubahlah Rumus Pancasila III menjadi Rumus Pancasila IV. Rumus Pancasila
IV ini termuat dalam muqadimah Undang-Undang Dasar Republik Indinesia Serikat (RIS), yang
bunyinya sebagai berikut:

Mukadimah
Kami bangsa Indonesia semenjak berpuluh-puluh tahun lamanya bersatu padu dalam
perjuangan kemerdekaan, dengan senantiasa berhati teguh berniat menduduki hak hidup sebagai

Copyright@arta Page 9
bangsa yang merdeka berdaulat. Ini dengan berkat dan rahmat Tuhan telah sampailah kepada
ringkatan sejarah yang berbahagia dan luhur.
Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam satu piagam negara yang berbentuk
Republik Federasi berdasarkan pengakuan “Ketuhanan Yang Maha Esa, Peri kemanusiaan,
Kebangsaan, Kerakyatan dan keadilan sosial.”
Secara jelasnya Rumus Pancasila IV atau pancasila menurut mukadimah Undang-Undang Dasar
RIS tanggal 29 Oktober 1949, adalah sebagai berikut;
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2. Peri-Kemanusiaan
3. Kebangsaan.
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial.

Perubahan yang terjadi antara Rumus Pancasila III dengan Rumus Pancasila IV adalah
perubahan redaksional yang sangat banyak, yang sudah barang tentu akan membawa akibat
pengertian pancasila itu menjadi berubah pula.
Republik Indinesia Serikat tidak berumur sampai 1 tahun. Pada tanggal 19 Mei 1950 ditanda
tangani “Piagam Persetujuan” antara pemerintah RIS dan pemerintah RI. Dan pada tanggal 20
Juli 1950 dalam pernyataan bersama kedua pemerintah dinyatakan, antara lain menyetujui
rencana Undang-Undang Dasar Sementara negara kesatuan Republik Indonesia seperti yang
dilampirkan pada pernyataan bersama”. Pembukaan Undang-Undang Dasar Sementara negara
kesatuan Repiblik Indonesia seperti yang dilampirkan pada pernyataan bersama. Pembukaan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950, yang didalamnya terdapat rumus Pancasila, adalah
sebagai berikut;

Mukadimah

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dengan berkat dan rahmat Tuhan tercapailah tingkat sejarah yang berbahagia dan luhur.
Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam negara yang
berbentuk Republik Kesatuan, berdasarkan pengakuan ketuhanan yang maha esa, peri
kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial, untuk mewujudkan kebahagiaan,
kesejahteraan, perdamaian, dan kemerdekaan yang berdaulat sempurna”.

Rumus Pancasila dalam mukadimah Undang-Undang Dasar sementara adalah merupakan


rumus pancasila V. dan ternyata antara Rumus Pancasila IV dan Rumus Pancasila V tidak ada
perubahan baik sistimatikanya maupun redaksinya.

Tetapi setelah dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, yang menyatakan “Pembubaran kostituante
dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1945”, Rumus Pancasila mengalami

Copyright@arta Page 10
perubahan, baik redaksinya maupun pengertiannya secara esensial dan mendasar. Sebab setelah
itu Bung Karno merumuskan Pancasila dengan menggunakan “ Teori Perasan” yaitu pancasila
itu diperasnya menjadi tri sila ( tiga sila) : sosio nasionalisme (yang mencakup kebangsaan
Indonesia dan peri kemanusiaan); Sosio demokrasi (yang mencakup demokrasi dan
kesejahteraan sosial dan ketuhanan. Trisila ini diperas lagi menjadi Ekasila (satu sila); Ekasila itu
tidak lain ialah gotong-royong. Dan gotong royong diwujudkan oleh Bung Karno dalam bentuk
nasakom (nasional, agama dan komunis).

Teori perasan Bung Karno ni bukan masalah baru, tetapi itulah hakekat Pancasila yang ia
lahirkan pada tanggal 1 Juni 1945; dan hal ini dapat dilihat dari pidatonya pada tanggal 1 Juni
1945 di depan BPUPKI, yang antara lain berbunyi, “Atau barang kali ada saudara-saudara yang
tidak senang adas bilangan itu ? Saya boleh peras sehingga tinggal tiga saja. Saudara Tanya
kepada saya apakah perasan tiga perasan itu ? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia,
ialah dasar-dasarnya Indonesia, Weltanschaung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan
internasionalisme; kebangsaan dan peri kemanusiaan, saya peras menjadi satu : itulah yang
dahulu saya namakan socio-nationalisme. Dan demokresi yang bukan demokrasi barat, tetapi
pilitiek economiche democratie, yaitu pilitieke democratie dengan sociale rechtvaardigheid,
demikrasi dengan kesejahteraan saya peraskan pula menjadi satu. Inilah yang dulu saya namakan
socio democratie”.

Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga: socio nationalisme, socio democratie dan
ketuhanan. Kalau tuan senang dengan simbul tiga ambillah yang tiga ini. Tetapi barangkali tidak
semua tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta satu dasar saja ? Baiklah, saya jadikan satu,
saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu ? Jikalau saya peras yang lima menjadi
tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu
perkataan gotong-royong ! alangkah hebatnya ! negara gotong-royong.

Selain “teori perasan’ Pancasila, Bung Karno menjabarkan dan melengkapi Pancasila itu
dengan Manifesto Politik ( Manipol ) dan USDEK ( Undang-Undang Dasar 45, Sosialisme
Indonesis, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribaian Indonesia). Hal ini bisa
kita jumpai di dalam “Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi”, ynag antara lain menyatakan : “Ada
orang menanya : Kepada Manifesto Polotik ? Kan kita sudah mempunyai Pancasila? Manifesto
Politik adalan pancaran dari Pancasila; USDEK adalah pemancaran dari pada Pancasila.
Manifesto Politik, USDEK dan Pancasila adalah terjalin satu salam lain. Manifesto politik,
USDEK dan pancasila tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika saya harus mengambil qiyas
agama sekadar qiyas maka saya katakan : Pancasila adalah semacam Qur’annya dan Manifesto
Politik dan USDEK adalah semacam Hadits-haditsnya. Awas saya tidak mengatakan bahwa
Pancasila adalah Qur’an dan Manifsesto Politik dan USDEK adalah hadits ! Qur’an dan Hadits
shahih merupakan satu kesatuan, maka pancasila dan Manifesto politik dan USDEK adalah
merupakan satu kesatuan. Teori perasan Pancasila yang dilengkapi dengan manifesto Politik dan
USDEK adalah merupakan Rumus Pancasila VI.

Dengan Naskaom memberi peluang yang besar kepada golongan komunis seperti Partai
Komunis Indonesia ( PKI ) untuk memasuki berbagai instansi sipil dan militer. Dominasi

Copyright@arta Page 11
komunis di dalam pemerintahan dan berbagai sektor kehidupan, memberikan kesempatan kepada
mereka untuk melakukan kudeta dan perebutan kekuasaan; hingga timbullah Gerakan 30
September PKI.

Hadirnya G 30 S / PKI dari kandungan Nasakom, yang membawa runtuhnya rezim Orde Lama,
menurut regim Orde baru disebabkan oleh penyelewengan pancasila dari rel yang sebenarnya.
Oleh karena itu rezim Orde Baru mencanangkan semboyan “Laksanakan Pancasila dan UUD 45
secara murni dan konsekwen”.

Menurut Orde baru, khususnya angkatan ’66, bahwa penyelewengan Pancasila oleh rezim orde
Lama disebabkan “belum jelasnya filsafat Pancasila dan belum adanya tafsiran yang terperinci”.
Pendapat ini bisa dilihat dari kesimpulan “Simposium Kebangkitan Generasi ’66 Menjelajah
Tracee baru”, yang diselenggarakan pada tanggal 6 mei 1966, bertempat di Universitas
Indonesia; yang isinya antara lain sebagai berikut: Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam
undang-undang dasar ’45 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR.” Dan juga terdapat dalam pasal 3 yang berbunyi: “MPR
menetapkan undang-undang dasar dan garis-garis besar pada haluan negara.”
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sesungguhnya
berisi:
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

B. Fungsi Pancasila Bagi Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara


Fungsi dan peranan pancasila bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diartikan
sebagai lima dasar yang dijadikan dasar Negara serta pandangan atau pedoman hidup
bangsa.Suatu bangsa tidak akan berdiri dengan kokoh tanpa ada suatu dasar negara yang kuat
dan tidak akan mengetahui kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa pandangan hidup.
Dengan adanya dasar negara suatu negara tidak akan tergoyahkan dalam menghadapi suatu
permasalahan yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Adapun fungsi dan peranan
pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai berikut,
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(Philosophische Grondslaag) Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara berarti

Copyright@arta Page 12
bahwa Pancasila dijadikan dasar dalam berdirinya NKRI dan digunakan sebagai dasar dalam
mengatur pemerintah negara atau penyelenggaraan Negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar
negara ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi “..….maka
disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada…..”. Selanjutnya Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut dijelaskan dalam wujud berbagai macam aturan-
aturan dasar atau pokok seperti yang terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk
pasal-pasalnya yang kemudian dijabarkan dalam peraturan pelaksananya yaitu berbagai
instrumen perundang-undangan sebagai hukum tertulis dan dalam wujud konvensi atau
kebiasaan ketatanegaraan sebagai hukum dasar tidak tertulis.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa Negara Republik
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal
itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan : “Negara Pancasila adalah suatu negara yang
didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang
adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan
dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan
kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa (keadilan sosial).”

2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.


Sebagaimana yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin
dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat
hidup. Dalam pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Dengan demikian, pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tunggal Ika yang
merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman. Hakekat
Bhineka Tunggal Ika sebagai perumusan dalam salah satu penjabaran arti dan makna Pancasila
menurut Notonegoro adalah bahwa perbedaan itu adala kodrat bawaan manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa, namun perbedaan itu bukan untuk dipertentangkan dan
diperuncingkan melainkan perbedaan itu untuk dipersatuka, disintesakan dalam suatu sintesa
yang positif dalam suatu negara kebersamaan Negara Perasatuan Indonesia
Proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi
pandangan hidup negara yang disebut sebagai ideologi negara. Transformasi pandangan hidup
masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan akhirnya menjadi pandangan dasar negara juga
terjadi pada pandangan hidup Pancasila. Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara
dan ideologi negara, nilai-nilainya telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat istiadat,
budaya serta dalam agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia. Dengan suatu
pandangan hidup yang jelas maka banga Indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi,
hukum, dan persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju. Pancasila sebagai

Copyright@arta Page 13
pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena
pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.
Mengamalkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa) berarti
melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menggunaka Pancasila sebagai petunjuk
hidup sehari-hari, agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.
Salah satu bentuk pengalamannya adalah menjunjung tinggi Pancasila, mematuhi peraturan
pemerintahan dan menerapkan suatu contoh penerapan pancasila. Pengamalan pancasila dalam
kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting karena dengan demikian diharapkan adanya tata
kehidupan yang serasi (harmonis). Bahwa pengalaman pancasila secara utuh (5 sila) tersebut
adalah merupakan menjadi syarat penting bagi terwujudnya cita-cita kehidupan berbangsa dan
bernegara

3. Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara, yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah
kesatuan gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya baik individual maupun sosial dalam kehidupan kenegaraan. Ideologi negara
menyatakan suatu cita-cita yang ingin dicapai sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai
yang menjadi dasar serta pedoman negara dan kehidupannya.Pancasila adalah ideologi negara
yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia
bukan ideologi milik negara atau rezim tertentu.Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila berkedudukan juga sebagai
ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (Cultural Bond) yang
berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau
Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Menurut Alfian, kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh
ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi
memiliki tiga dimensi tersebut:
a. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan
realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk
pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahirannya.
b. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai
dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama
sehari-hari.
c. Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati
diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung
ideologi itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang
sesuai dengan realita - realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan
zaman.Dengan demikian, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang tidak bersifat kaku dan

Copyright@arta Page 14
tertutup, namun bersifat terbuka.Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat
aktual, dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
jaman.Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun
mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang labih
tajam untuk memecahkan masalah- masalah baru dan aktual. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Nilai - nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil
dari suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
• Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah.
• Milik seluruh rakyat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pancasila sebagai pandangan hidup, bagi rakyat Indonesia sangat penting artinya karena
merupakan pegangan yang mantap, agar tidek terombang ambing oleh keadaan apapun, bahkan
dalam era globalisasi.
5. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia. Pancasila sendiri pada
hakekatnya di gali dari kebudayaan Indonesia sendiri yang merupakan jiwa bangsa Indonesia,
Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari
bangsa yang lain.
6. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia.
Pancasila dalam pengertian ini adalah bahwa sikap, tingkah laku, dan perbuatan Bangsa
Indonesia mempunyai ciri khas. Artinya, dapat dibedakan dengan bangsa lain, dan kepribadian
bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila disebut juga sebagai kepribadian
bangsa Indonesia.
7. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Nasional
Pancasila Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan nasional pancasila, sebagai cita-cita dan
tujuan nasional berarti bahwa cita-cita luhur Bangsa Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan
UUD 1945 yang merupakan perjuangan jiwa proklamasi, yaitu Jiwa Pancasila. Dengan
demikian, Pancasila merupakan Cita-Cita dan Tujuan Nasional Bangsa Indonesia (Alinea II dan
IV Pembukaan UUD 1945).
8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI ini merupakan wakil-wakil
dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur tersebut.
Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang
dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia
ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan
kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

Copyright@arta Page 15
C. ISI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

2.3.1 Makna Sila-Sila Pancasila


1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang
Maha Esa
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing.
f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan mediator ketika terjadi konflik agama.

3 Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


a. Menempatan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
b. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.
c. Mewujudnya keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
4 Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia
a. Nasionalisme.
b. Cinta bangsa dan tanah air.
c. Menggalang persatuan dan kesatuan atau kekusaan, keturunan dan perbedaaan warna
kulit.
d. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenaggungan.
5 Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
a. Hakikat sila ini adalah demokrasi.
b. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah
itu diadakan tindakan bersama.
c. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.
6 Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
b. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
c. Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya.

2.3.2 Sikap positif terhadap nilai-nilai pancasila


Nilai-nilai Pancasila telah diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
mengamalkan Pancasila merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia. Sikap positif dalam
mengamalkan nilai-nilai pancasila sebagai berikut :
a. Menghormati anggota keluarga.
b. Menghormati orang yang lebih tua.
c. Membiasakan hidup hemat.
d. Tidak membeda-bedakan teman.

Copyright@arta Page 16
e. Membiasakan musyawarah untuk mufakat.
f. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
g. Membantu orang lain yang kesusahan sesuai dengan kemampuan sendiri

D. Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila


a. Nilai Dasar adalah merupakan nilai yang bersifat sangat abstrak umum, dan tidak
terikat oleh ruang dan waktu.
b. Nilai Instrumental adalah merupakan penjabaran nilai dasar yaitu arahan kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu, sifatnya kontekstual, harus disesuaikan dengan
tuntutan zaman. Seperti tertuang dalam UU dan peraturan serta kebijakan pemerintah
lainnya.
c. Nilai praksis adalah nilai yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
kerukunan hidup beragama, silaturrahmi antar umat beragama, dialog antar umat
beragama, toleransi, dan saling menghormati antar umat beragama.

Copyright@arta Page 17
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut :


1. Pancasila merupakan lima dasar atau aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh
warga Negara Indonesia.
2. Kedudukan dan fungsi Pancasila bagi Negara Indonesia adalah :
a. Sebagai dasar negara
b. Sebagai ideologi negara
c. Sebagai sumber dari segala sumber hokum
d. Sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
e. Sebagai jiwa bangsa indonesia
f. Sebagai kepribadian bangsa indonesia
g. Sebagai cita-cita dan tujuan nasional
h. Sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia
3. Pengamalan butir-butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari meliputi :
a. Sila Pertama Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
b. Sila Kedua Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia.
c. Sila Ketiga Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
d. Sila Keempat Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
e. Sila Kelima Mengembangkan sikap adil terhadap sesame

2. Saran
Dalam kehidupan kita memang harus menjadikan pancasila sebagai pedoman dasar dan
harus melakukan pengamalan sila-sila dalam pancasila. Dalam sila pertama terutama, kita harus
menghormati berbagai macam agama yang ada di Indonesia, sebagai perwujudan akan saling
menghormati dan menghargai sesama pemeluk agama. Karena Indonesia ini terdiri dari
kemajemukan agama di dalam berbagai wilayah Indonesia.
Selain itu manusia di Indonesia juga diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing selama agama tersebut merupakan agama yang
keberadaannya diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan antar umat beragama perlu kita
jaga sebagai masyarakat Indonesia yang Bhineka tunggal Ika dalam rangka perwujudan dan
pengamalan sila-sila Pancasila terutama dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Copyright@arta Page 18
DAFTAR PUSTAKA

Syahar, H.Syaidus, Pancasila Sebagai Paham Kemasyarakatan Dan Kenegaraan Indonesia,


Alumni, Bandung 1975.
Kaelan, 2003, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
Endang Saifuddin Anshari MA. Piagam Jakarta, 22 Juni 1945, Pustaka Bandung 1981
Sumarsono, S dkk. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 2004.
Soeprapto,M.Ed. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam Menghadapi Liberalisasi
Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. Citraluhur Tata, 1996.
Kaelan. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma 1996.
www.wikipedia.com
www.academia.edu

Copyright@arta Page 19

Anda mungkin juga menyukai