Anda di halaman 1dari 16

AUDIT INTERNAL

ANALISIS KECURANGAN AKUNTANSI (ACCOUNTING FRAUD)

KASUS : STEINHOFF INTERNATIONAL HOLDINGS N.V

Dosen pengampu mata kuliah :

Chairina,S.E,M.Si.Ak.CA

Disusun oleh :

Ainour Hidayah

1610313120004

JURUSAN S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

MARET 2019
KECURANGAN (FRAUD)

Dalam arti luas, kecurangan adalah semua ketidakjujuran yang disengaja


untuk merampas milik atau hak orang atau pihak lain. Ada dua jenis kecurangan
yang utama, yaitu :

a. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan


Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan adalah suatu kesalahan
penyajian atau penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan secara sengaja
dengan tujuan untuk menipu pengguna laporan keuangan. Dalam banyak
kasus kebanyakan berupa pelaporan kesalahan penyajian jumlah secara segara,
dibandingkan kesalahan dengan kesalahan dalam pengungkapan. Sebagai
contoh World Com mengkapitalisasi sebagai aset tetap dalam jumlah milyaran
dollar, yang sehararusnya dilaporkan sebagai beban. Penghilangan jumlah
juga agak jarang, tetapi entitas dapat melaporkan lebih saji pendapatan dengan
cara menghilangkan utang usaha atau liabilitas lainnya.

b. Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aset


Perlakuan tidak semestinya terhadap aset adalah kecurangan yang
menyangkut pencurian aset entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak selalu,
jumlah yang terlibat tidaklah material terhadap laporan keuangan. Namun
demikian, pencurian aset entitas seringkali memprihatintan manajemen
walaupun jumlahnya tidak material, karena pencurian yang berjumlah kecil
bisa dengan mudah berkembang menjadi besar sepanjang waktu.
Istilah perlakuan tidak semestinya terhadap aset pada umumnya digunakan
untuk pencurian yang melibatkan pegawai dan pihak internal lain dalam
organisasi entitas. Menuru perkiraan Association of Certified Examiners, di
Amerika Serikat rata-rata perusahaan menderita rugi 5% dari pendapatannya
sebagai akibat kecurangan, meskipun banyak juga dari kecurangan ini
melibatkan pihak eksternal, seperti misalnya pencurian oleh konsumen atau
penipuan oleh pemasok.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aset biasanya dilakukan pada tingkat
hirarki organisasi yang lebih rendah. Karena manajemen memiliki otoritas dan

2
pengendalian yang lebih besar terhadap aset entitas, penggelapan yang
melibatkan menajemen puncak bisa mencakup jumlah yang signifikan.

Kondisi-Kondisi Penyebab Kecurangan


1. Insentif/ Tekanan
Manajemen dan karyawan lain mendapat insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2. Peluang
Keadaan yang member peluang atau kesempatan bagi manajemen atau
keryawann untuk melakukan kecurangan.
3. Perilaku/ Pembenaran
Suatu perilaku, atau karakter, atau seperangkat nilai etis yang ada yang
mengijinkan menajemen atau karyawan untuk melakukan tindakan tidak
jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup member tekanan
yang menyebabkan mereka membenarkan tindakan tidak jujur.
4. Kemampuan (Capability) Dimond Fraud
Kemampuan yang dimaksud adalah sifat individu melakukan penipuan,
yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan dan
memanfaatkannya. Peluang menjadi akses masuk untuk melakukan fraud,
tekanan dan rasionalisasi dapat menarik seseorang untuk melakukan fraud,
tetapi orang tersebut harus memiliki kemampuan yang baik untuk
mengenali peluang tersebut agar dapat melakukan taktik fraud dengan
tepat dan mendapatkan keuntungan maksimal.
5. Arogancy (Arogansi) Pentagon Fraud
Arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa
bahwa kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk
dirinya.
6. Collution ((Kolusi) Hexagon Froud
Kolusi disini adalah bentuk kerjasama antara beberapa pihak untuk
mendapatkan keuntungan bagi mereka.

3
KASUS DAN ANALISIS

(STEINHOFF INTERNATIONAL HOLDINGS N.V)

A. PROFIL PERUSAHAAN

Steinhoff International Holdings N.V adalah perusahaan manufaktur,


sumber daya , dan penjual furnitur, barang-barang rumah tangga, barang
kebutuhan umum, dan produk otomotif di Eropa, Australia, Amerika Serikat,
dan Afrika,dan Selandia Baru .
Perusahaan ini menjual peralatan, aksesori rumah, elektronik
konsumen dan barang teknologi, bahan bangunan, dan produk dan aksesori
DIY; dan pakaian, alas kaki, aksesori pribadi, produk seluler, dan layanan
keuangan. Perusahaan ini juga menyediakan kendaraan baru dan bekas, suku
cadang, asuransi, aksesoris, servis, dan layanan penyewaan mobil.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1964 oleh Bruno Steinhoff di
Jerman. Pada tahun 1997, Steinhoff mengakuisisi 35% Gommagomma yang
berbasis di Afrika Selatan, dan melakukan merger pada tahun
berikutnya. Perusahaan kemudian memindahkan kantor pusatnya ke Afrika
Selatan pada tahun 1998, karena tertarik oleh biaya produksi yang rendah,
dan Go Public di Bursa Efek Johannesburg pada tahun yang sama.
Pada tahun 2005, Steinhoff menginvestasikan £ 86 juta untuk
menghidupkan kembali Grup Homestyle Inggris, sehingga mengambil
kepemilikan perusahaan. Pada 2011, Steinhoff membeli Conforama ,
pengecer perabot rumah tangga terbesar kedua di Eropa, dengan lebih dari
200 toko di Perancis, Spanyol, Swiss, Portugal, Luksemburg, Italia dan
Kroasia, menghabiskan $ 1,2 miliar untuk akuisisi. Pada bulan Desember
2015, Steinhoff International memindahkan listing utamanya ke Bursa Efek
Frankfurt , dan mendirikan perusahaan induk Belanda yang berbasis

4
di Amsterdam , namun Manajemen tetap berada di Afrika Selatan. Pada 2015,
melakukan investasi ritel low-end Afrika Selatan dan perusahaan
induk Pepkor menjadi anggota Steinhoff International Group senilai $ 5,7
miliar. Pada Juli 2016, jaringan ritel diskon Inggris Poundland menerima
tawaran pengambilalihan Steinhoff sebesar £ 597 juta yang kemudian
ditingkatkan oleh Steinhoff menjadi £ 610 juta pada Agustus 2016. Takeover
tersebut menerima persetujuan pemegang saham pada September 2016. Pada
Agustus 2016, Steinhoff mengumumkan rencananya untuk membeli Mattress
Firm yang berbasis di AS senilai $ 3,8 miliar. Menurut informasi , usaha ritel
Steinhoff telah menjangkau lebih ari 30 negara, dengan kurang lebih 6.500
outlet dengan 40 merek berbeda dan mempekerjakan sekitar 90.000
karyawan. Dimana sekitar 60% pendapatan Steinhoff dan 2/3 keuntungannya
berasal dari usahanya di negara Eropa. Steinhoff juga mulai merambah pasar
Amerika pada pertengahan 2016.
Demikian profil singkat perusahaan Steinhoff International Holding
N.V, salah satu perusahaan ritel terbesar di Afrika Selatan.

B. Kasus Steinhoff International Holdings N.V


Pada 5 Desember 2017 CEO Marcus Jooste mengundurkan diri setelah
perusahaan mengumumkan kemungkinan adanya penyimpangan
akuntansi. Harga saham langsung anjlok 66% dan terus turun lebih dari 90%
ketika ada berita bahwa perusahaan telah melebih-lebihkan laba dan aset
sebesar hampir 12 miliar dolar.

Sumber:https://www.cnbcafrica.com/insights/steinhoff/2018/06/28/steinhoff-rise-
fall/

5
Sumber : https://uk.reuters.com/article/us-steinhoff-intln-results/steinhoff-takes-
12-billion-writedown-after-accounting-scandal-idUKKBN1JP2CP

Pada bulan Desember 2017, Komite Tetap Keuangan dari Parliament of


the Republic of South Africa menyatakan dan menyerukan agar dilakukan
investigasi kepada perusahaan Steinhoff oleh badan yang berwenang
termasuk Financial Services Board (FSB) dan South African Reserve Bank
(SARB).

Sumber : https://www.parliament.gov.za/press-releases/finance-committee-
outraged-irregularities-steinhoff

Sumber : https://www.fin24.com/Economy/parliaments-finance-committee-lashes-out-
at-steinhoff-20171212

6
Sumber : https://www.timeslive.co.za/politics/2017-12-11-parliamentary-
committees-condemn-steinhoff-scandal/

Kemudian, pada Desember 2017 setelah adanya skandal tersebut dewan


pengawas Steinhoff meminta PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk
melakukan audit dan membantu investigasi terhadap laporan keuangan
Steinhoff. PwC di tunjuk karena dirasa merupakan pihak yang paling
Independen, sebelumnya laporan keuangan Steinhoff Group di audit oleh
Deloitte (The Big Four: PricewaterhouseCoopers, Deloitte, Ernst&Young,
KMPG) selama 20 tahun terakhir. Berdasarkan laporan terakhir hasil
investigasi PwC yang di publikasikan oleh Steinhoff International Holdings
N.V melalui website resminya pada 15 Maret 2019 mengungkapkan bahwa:

"A small group of Steinhoff Group former executives and other non
Steinhoff executives, led by a senior management executive, structured and
implemented various transactions over a number of years which had the
result of substantially inflating the profit and asset values of the Steinhoff
Group over an extended period" and went on the state "it appears that the
Steinhoff Group entered into a number of transactions (some of which were
fictitious or irregular) with allegedly independent third party entities which
resulted in the inflation of profits and asset values."

Steinhoff International Holdings N.V mengungkapkan bahwa berdasarkan


investigasi yang dilakukan oleh PwC , Sekelompok kecil mantan eksekutif
Steinhoff Group dan eksekutif non Steinhoff lainnya yang dipimpin oleh
seorang eksekutif manajemen senior, secara terstruktur melaksanakan
berbagai transaksi selama beberapa tahun terakhir yang secara substansial

7
menyebabkan menggembungnya nilai laba dan nilai aset Steinhoff Grup
selama periode yang panjang.selanjutnya, diaungkapkan juga bahwa,
tampaknya Steinhoff Grup melakukan sejumlah transaksi (beberapa di
antaranya fiktif atau tidak teratur) dengan entitas pihak ketiga yang diduga
independen yang mengakibatkan inflasi laba dan nilai aset. Laporan tersebut
mengungkapkan transaksi tidak teratur dengan delapan perusahaan yang tidak
terikat dengan Steinhoff dari tahun 2009 - 2017 berjumlah 6,5 miliar euro
atau kurang lebih $ 7,36 miliar. Berdasarkan pengamatan setelah
dipublikasikannya hasil investigasi oleh PwC pada bulan Maret 2019 harga
saham perusahaan masih turun sekitar 96% dari nilainya sebelum skandal
tersebut mencuat ke permukaan.

Skandal akuntansi tersebut yang menimpa Steinhoff tersebut juga turut


menyeret salah satu The Big Four Auditors yaitu Deloitte, yang telah
mengaudit laporan keuangan Steinhoff selama 20 tahun terakhir. Deloitte
dituduh "seriously failed" untuk memenuhi tugasnya sebagai auditor dengan
memberikan opini bersih pada laporan keuangan Steinhoff untuk 2016. Yang
akhirnya berdampak pada terkuaknya penyimpangan akuntansi pada
desember 2017 yang menyebabkan kerugian miliaran Euro.

Sumber : https://economia.icaew.com/news/june-2018/deloitte-faces-another-
lawsuit-over-steinhoff

8
C. Pihak yang Terlibat
Investigasi dari PwC menemukan adanya komunikasi yang menunjukkan
eksekutif senior memberi perintah ke eksekutif di bawahnya untuk
melakukan beberapa tindakan kecurangan, dan juga sebagian lagi dibantu
oleh orang diluar perusahaan.
Individu yang terlibat :
1) Marcus Jooste, The Ex-CEO of Steinhoff
2) Siegmar Schmidt, mantan direktur Steinhoff Eropa
3) Dirk Schreiber, berkebangsaan Jerman dan mantan kepala keuangan
Steinhoff di Eropa
4) George Alan Evans, direktur Campion Capital SA yang berbasis di
Jenewa
5) Ben la Grange, mantan kepala keuangan Steinhoff
6) Stehan Grobler, mantan sekretaris perusahaan Steinhoff
7) Davide Romano dan Jean-Noel Pasquier, yang juga terdaftar sebagai
bagian dari Campion Capital
Entitas grup Steinhoff yang terlibat :
1) The Campion / Fulcrum Group
2) The Talgarth Group
3) TheTG Group
Selain itu , ada entitas korporasi lain yang teridentifikasi
melakukanpraktik penggunaan nama entitas yang serupa dan mengubah nama
perusahaan yang mengakibatkan kebingungan daiantara entitas. Selain itu
dalam beberapa kasus, kepemilikan legal/ benefir ownership nya tidak
diketahui oleh Steinhoff Group.

D. Temuan dan Dampak dari Kasus Steinhoff


Selama investigasi oleh PwC selama kurang lebih 14 bulan (mulai desember
2017-awal 2019), dengan laporan lebih dari 3000 halaman dan lebih dari
4000 dokumen bukti dan lampiran, ditemukan bahwa :
 Sekelompok kecil mantan eksekutif Steinhoff Group dan eksekutif
non Steinhoff lainnya yang dipimpin oleh seorang eksekutif

9
manajemen senior, telah meyusun dan melakukan berbagai transaksi
selama beberapa tahun terakhir yang hasilnya secara substansial
menyebabkan meningkatkan nilai laba dan nilai aset Steinhoff Grup
selama periode yang panjang.
 Transaksi-transaksi utama yang terkait :
 Laba dan penciptaan aset: >6 miliar euro income dari transaksi
fiktif dan/ irregulars transaction.
 Overstatement aset dan reklasifikasi aset : untuk menghilangkan
piutang
 Aset dan dukungan entitas : peningkatan sewa/royalti untuk
membenarkan penilaian aset
 Kontribusi : realokasi laba dalam satu holding group.

1) Dampak Finansial
 Income yang berlebihan dari adanya transaksi fiktif dan/ irregular
transactions sebesar lebih dari € 6 miliar.
 Penurunan nilai aset menyebebkan dampak yang besar dalam
ekuitas steinhoff.
 Hasil interim 2018, yang dirilis pada 29 juni 2018,
mengindikasikan adanya penghapusan ekuitas sebesar € 11 miliar
per 31 maret 2017.
 Kompleksitas penyelidikan menyebabkan penundaan perilisan hasil
keuangan 2017 dan 2018.
 Berkerja sama dengan Deloitte untuk menyelesaikan laporan
keuangan tahun 2017 dan 2018; dengan mempertimbangkan
temuan-temuan dari penyelidikan forensik.
 Efek kumulatif tahun sebelumnya akan diungkapkan dalam
Laporan Keuangan tahunan 2017. lebih spesifiknya, laporan laba
rugi, neraca, arus kas, dan CaLK tahun 2016 akan disajikan
kembali sebagai angka perbandingan dalam laporan tahun tersebut,
serta neraca pembukuan tahun 2016 dan rekonsiliasi sebadai

10
dampak dari total penyesuaian di tahun sebelumnya pada saldo
laba ditahan per 1 juli 2015.
 Pemuan forensik ini dapat mempengaruhi opini audit.

2) Dampak terhadap penyajian kembali akun-akun keuangan


 Nilai pendapatan dan nilai aset disajikan kembali.
 Penyajian kembali dalam 5 kategori (laporan keuangan):
 Transaksi aset tidak berwujud
 Akuntansi untuk entitas terkait (grup)
 Contributions dan setara kas
 Transaksi properti
 Transaksi saham dan concequential effects nya.
 Jika total equitas grup secara material berbeda dari yang
diungkapkan pada hasil interim 2018, maka akan segera di
informasikan ke publik.
E. Faktor-faktor yang Penyebab Fraud
Dari kasus dan hasil temuan serta kajian teori, semua faktor-faktor yang
sampai bisa ada terjadi fraud adalah :
1) Insentif/ Tekanan
Di sebutkanoleh PwC bahwa adanya instruksi dari atasan yaitu Ex-CEO
Steinhoff kepada beberapa eksekutif di bawahnya untuk melaksanakan apa
yang dia instruksikan kepada mereka (melakukan manipulasi/kecurangan).
Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan dari atasan untuk melakukan
kecurangan.
2) Peluang
Kecurangan tidak mungkin terjadi jika kesempatan/peluang itu tidak ada.
Peluang ini bisa diciptakan dengan sengaja melalui perencanaan yang
panjang dan matang oleh orang yang terlibat, ataupun bisa karena memang
lingkungan yang mendukung, bisa karena lemahnya Sistem Pengendalian
Internal, sehingga peluang itu menjadi mungkin, salah satunya gagalnya
perusahaan menerapkan skeptisme profesional dalam memantau pekerjaan

11
audit Steinhoff yang dilakukan oleh auditor lain, sehingga kecurangan atau
fraud bisa tidak terdeteksi selama periode yang panjang.
3) Perilaku/ Pembenaran
Suatu perilaku, atau karakter, atau seperangkat nilai etis yang ada yang
mengijinkan menajemen atau karyawan untuk melakukan tindakan tidak
jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup memberi tekanan
yang menyebabkan mereka membenarkan tindakan tidak jujur.
Dalam hal ini kita bisa lihat dari Ex-CEO yang memberi tekanan kepada
bawahannya, sehingga bahawahannya pun melakukan hal tersebut, dengan
berdasar pada pembenaran bahwa mereka melakukan hal tersebut atas
perintah atasan, untuk mempertahankan posisi mereka, dll, sehingga
menganggap apa yang mereka lakukan itu wajar.
4) Kemampuan (Capability) Dimond Fraud
Kemampuan yang dimaksud adalah sifat individu melakukan penipuan,
yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan dan
memanfaatkannya. Peluang menjadi akses masuk untuk melakukan fraud,
tekanan dan rasionalisasi dapat menarik seseorang untuk melakukan fraud,
tetapi orang tersebut harus memiliki kemampuan yang baik untuk
mengenali peluang tersebut agar dapat melakukan taktik fraud dengan
tepat dan mendapatkan keuntungan maksimal.
Selama periode yang sangat panjang secara terstruktur dan halusnya
permainan yang dilakukan oleh para pihak yang terlibat dalam melakukan
kecurangan hingga tidak tercium oleh publik, hal itu cukup untuk menarik
kesimpulan bahwa orang-orang tersebut (yang terlibat dalam kecurangan
di steinhoff) bukanlah orang yang sembarangan, pastilah orang yang
mempunyai kemampuan yang sangat besar. Maka muncul lah yang
namanya white collar crime.
5) Arogancy (Arogansi) Pentagon Fraud
Arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa
bahwa kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk
dirinya.

12
Hal ini bisa kita lihat dari siapa saja pihak-pihak yang terlibat, bisa dilihat
dari hasil analisis dan temuan bahwa pihak yang terlibat dikepalai oleh Ex-
CEO dari Steinhoff, artinya dia adalah orang yang berada di puncak
kekuasaan. Dengan adanya kesempatan, dan kemampuan yang
mendukung, maka sifat arogansi itu terkadang bisa muncul karena merasa
menjadi orang yang paling berkuasa, dan bisa melakukan apapun
semaunya.

6) Collution ((Kolusi) Hexagon Froud


Kolusi disini adalah bentuk kerjasama antara beberapa pihak untuk
mendapatkan keuntungan bagi mereka.
Fraud atau kecurangan ini pastilah tidak bisa di lakukan hanya seorang
diri, pasti orang itu mencoba mencari sekutu yanng bisa di ajak untuk
bekerja sama guna mendapatkan benefit atau keuntungan untuk diri
mereka, mereka mencoba mempengaruhi orang lain. Dari kasus Steinhoff,
bisa dilihat bahwa banyak individu yang terlibat, dan juga beberapa
perusahaan yang berada dalam naungan Steinhoff Group pun terlibat.
Selain itu tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama dengan pihak
lain di luar perusahaan seperti hal nya kerjasama dengan Deloitte , yang
mana Deloitte sudah 20 tahun meng audit perusahaan ini, adanya unsur
pertemanan, kenyamanan, bisa faktor adanya kolusi ini.

F. Penyelesaian Kasus
1. Steinhoff melakukan rencana perbaikan berdasarkan dari temuan
investigasi
2. Tujuan rencana perbaikan adalah untuk meningkatkan tata kelola
dalam perusahaan
3. Memilih kepala bagian pengendalian dan penilaian risiko
4. Fokus dari rencana, antara lain:
 tata kelola perusahaan,
 remidiasi penyimpangan akuntansi, ketidak patuhan hukum dan
peraturan, serta penyelewengan,

13
 analisis dan penilaian investigasi.
5. Dewan memutuskan untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap
pihak-pihak yang bertanggung jawab.

G. Langkah selanjutnya yang diambil


1. Melanjutkan untuk memepertimbangkan isis laporan PwC.
2. Transaksi diperlakukan dengan tepat dalam penyususnan laporan
keuangan perusahaan.
3. Mengejar pemulihan kerugian yang terjadi dan kerusakan yang di
derita.
4. Pendampingan penuh dan kerjasama dengan investigator serta
regulator.
5. Finalisasi dan implementasi rencana perbaikan.
6. Berkomunikasi secara rutin dengan publik tentang perkembangan
perusahaan.
7. Mempertimbangkan opsi dalam ligitasi terhadap perusahaan.
8. Meninjau temuan dan menyelesaikan lingkup investigasi selanjutnya.
H. Pelajaran yang bisa diambil
1. implementasi GCG yang tidak efektif. Walaupun Steinhoff telah
beberapa kali assessment (pemetaan) implementasi GCG, namun tetap
saja kasus ini tidak terlacak dalam kurun waktu yang lama.
2. Adanya kerjasama sistematik dalam melakukan rekayasa keuangn
dapat dilihat dari KAP yang melakukan audit terhadap perusahaan, dan
tidak memberitahukan bahwa perusahaan yang diaudit sudah melakuka
kecurangan terhadap laporan keuangan. Hal ini menunjukan lemahnya
fungsi internal control.
3. Adanya Restrukturisasi secara berkala sangat penting untuk mencegah
adanya fraud dalam suatu perusahaan.
Hal-hal yang penting :
 Membangun kultur perusahaan yang baik, dengan mengutamakan
integritas, etika profesi dan kepatuhan pada seluruh aturan, baik internal
maupun eksternal, khususnya tentang otorisasi.

14
 Mendahulukan kepentingan publik dari pada kepentingan pribadi.
 Dalam merekrut karyawan, harus memilih yang berintegritas dan memiliki
moral yang baik, dan pentingnya integritas yang baik bagi kelangsungan
usaha perusahaan.
 Melakukan riview atau evaluasi sistem pengendalian internal perusahaan.
 Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam
rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya
fraud. Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-
kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
 Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal,
pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan
pengendalian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi
yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi
perusahaan dari kerugian.
 Investigasi yang dilakukan auditor forensik. Dalam Perananya auditor
forensik yaitu menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan
ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu
hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah
pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan
atau penyalahgunaan asset.
 Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi
apa baik untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi
tertentu yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan
sosialisasi dan implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian yang
tidak masuk akal.
 Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan
tertentu dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat
mempunyai kesempatan yang sama dan adil untuk terpilih.
 Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi
agar memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan
yang dilakukan oknum-oknum dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa
kompromi.

15
DAFTAR PUSTAKA

[PDF] Steinhoff briefing to parliament .19 march 2019.

[PDF] Overview of forendic investigation.15 march 2019.

[PDF]Steinhoff – Restatement of financial statements of subsidiary


companies.2 january 2018.
http://www.steinhoffinternational.com/investor-presentations.php

https://en.wikipedia.org/wiki/Steinhoff_International

https://businesstech.co.za/news/business/214889/steinhoff-ceo-resigns-over-
global-retail-accounting-failures/

https://www.bloomberg.com/news/articles/2019-03-19/steinhoff-names-ex-ceo-among-
those-behind-questionable-deals

https://www.bloomberg.com/news/articles/2019-03-15/steinhoff-deals-come-back-to-
haunt-retailer-in-pwc-investigation

https://www.bloomberg.com/news/articles/2018-07-10/steinhoff-bought-forests-linked-to-
executives-at-inflated-prices
https://www.bloomberg.com/news/articles/2018-08-08/steinhoff-duo-s-firms-made-
millions-dealing-in-cheap-jd-stock
https://www.cnbcafrica.com/insights/steinhoff/2018/06/28/steinhoff-rise-fall/

https://uk.reuters.com/article/us-steinhoff-intln-results/steinhoff-takes-12-billion-
writedown-after-accounting-scandal-idUKKBN1JP2CP
https://www.parliament.gov.za/press-releases/finance-committee-outraged-irregularities-
steinhoff
https://www.fin24.com/Economy/parliaments-finance-committee-lashes-out-at-steinhoff-
20171212
https://www.timeslive.co.za/politics/2017-12-11-parliamentary-committees-condemn-
steinhoff-scandal/
https://ewn.co.za/2018/08/29/steinhoff-investigation-mostly-complete-irba-tells-
parliament
https://www.businesslive.co.za/fm/fm-fox/2018-07-05-steinhoff-crime-and-no-
punishment/
https://economia.icaew.com/news/june-2018/deloitte-faces-another-lawsuit-over-steinhoff

16

Anda mungkin juga menyukai