Laporan Kasus Endoftalmitis
Laporan Kasus Endoftalmitis
ENDOFTALMITIS
Oleh :
10542 0187 10
PEMBIMBING :
Puji syukur saya panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini
dengan baik dan lancar. Tak lupa penulis mengucap shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun kita kepada
kebenaran dalam ajarannya. Penulisan laporan kasus ini yang berjudul Endoftalmitis
merupakan salah satu tugas yang diberikan di stase mata pada program kepaniteraan klinik di
Berbagai bentuk kesulitan yang penulis hadapi dalam pembuatan tugas ini tidak dapat
dihadapi dan terlewati dengan mudah sehingga saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Yuyun Rahayu Gobel, Sp.M, sebagai dosen pembimbing saya untuk
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama teman
sejawat untuk penyempurnaannya. Harapan penulis agar laporan kasus ini dapat bermanfaat
A. Identifikasi Pasien
Umur : 69 tahun
Alamat : Pammase
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
B. Anamnesis
Keluhan utama :
Anamnesis :
Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata sebelah kiri nyeri,
merah dan kelopak mata kiri bengkak sejak 5 hari yang lalu sebelum datang ke
poliklinik. Pasien mengaku mata kirinya terasa berair dan nyerinya semakin bertambah
hingga menjalar sampai ke kepala. Pasien sempat muntah muntah sebelum akhirnya di
Riwayat pernah tertusuk daun padi pada mata kiri ± 10 tahun yang lalu (
tahun 2005). Setelah itu penglihatan mata kiri pasien semakin memburuk, menjadi tidak
dapat melihat. Pasien mengaku bagian mata kiri yang berwarna hitam berubah warna
menjadi putih, lalu pasien berobat ke dr.Sp.M dan diberi obat tetes mata serta obat
minum. Keadaan pasien menjadi agak membaik tetapi pasien tetap tidak dapat melihat.
Setelah dirasa membaik pasien tidak pernah melakukan kontrol lagi ke dokter (putus
berobat) dan hari sabtu tanggal 22 Agustus 2015 pasien merasakan nyeri pada mata
kirinya disertai bengkak dan berair. Pasien kemudian berobat ke RSUD Kab Gowa dan
oleh dokter Sp.M disarankan rawat inap, kemudian dijadwalkan untuk operasi. Pasien
C. Status Present
D. Status General
Kepala : Bentuk bulat, simetris, Rambut tidak mudah dicabut
OD OS
20/80 Visus 0
Sentral Kedudukan Sentral
Pergerakan
Sde
Bola Mata
Kesegalah Arah
Lunak perpalpasi TIO Keras perpalpasi
Bentuk normal, edema (-) Palpebra Edema (+) hiperemis (+)
Normal, tumbuh teratur Cilia Sekret (+)
Hiperemi (-) Konjungtiva Mix Injeksi (+), kemosis (+)
Jernih Kornea Keruh (+), Infiltrate (+) , Ulkus (+)
Hiperemi (-) Sklera Hiperemi (+) atrofi (+)
Normal COA Hipopion (+)
Reguler Iris Sde
Sentral, regular, 3 mm, Sde
Pupil
reflek cahaya (+)
Jernih Lensa Sde
F. RESUME
Tn. C, 69 tahun, dengan keluhan mata kiri terasa nyeri sejak 5 hari yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan mata yang tampak merah, membengkak. Pada
rambut tidak mudah dicabut. Pada pemeriksan mata Oculi sinistra (OS) : visus: 0,
Kedudukan: sentral, Pergerakan bola mata: sulit dievaluasi, TIO : keras perpalpasi
palpebra superior/ inferior: Edema dan Hiperemis, konjungtiva: mix injection dan
kemosis, kornea: keruh berisi infiltrate dan ulkus, camera oculi anterior (COA):
hipopion, iris: sulit dinilai, pupil: sulit dinilai, lensa: sulit dinilai. Oculi dekstra
(OD): visus: 20/80, kedudukan ,pergerakan bola mata, palpebra, konjungtiva, kornea,
skelera, COA, iris, pupil dan lensa : dalam batas normal. Pada pemeriksaan leher
tidak ditemukan adanya pembesaran KGB dan nyeri tekan, inspeksi thorax simetris
kiri dan kanan, Auskultasi pulmo didapatkan bising ronkhi basa kasar. Pada
G. DIAGNOSA KLINIS
OS Endoftalmitis
H. PENATALAKSANAAN
I. PROGNOSI
Dubia ad malam
J. DISKUSI
mata kiri nyeri dan tidak bisa melihat. Pasien ini didiagnosis Endoftalmitis OS.
Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh mata kiri merah dan nyeri disertai
dengan penurunan penglihatan. Pasien juga mengeluh semakin hari nyeri pada mata
kiri semakin bertambah dan mata kiri pasien akhirnya tidak dapat melihat lagi. Hal
ini sesuai dengan kebanyakan kasus endoftalmitis dimana sering dijumpai adanya
Pasien mengaku bagian mata kiri yang berwarna hitam berubah menjadi
berwarna putih. Dari pemeriksaan fisik status oftalmologis kiri didapatkan visus = 0,
konjungtiva dan sklera hiperemis, kornea keruh dan terdapat hipopion. Hal ini sesuai
kaca.3,4
Pada mata timbul gejala berupa mata sakit, merah, kelopak bengkak, refleks
fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat
Tekanan bola mata meningkat akibat massa supuratif yang tertumpuk di dalam bola
mata.3 Pada Endoftalmitis terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma,
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus.5
Pasien bekerja sebagai petani dan memiliki riwayat mata kiri pernah tertusuk
daun pada sebelum akhirnya pasien tidak dapat melihat. Hal ini sesuai kepustakaan
Penyebab terjadinya endoftalmitis adalah faktor eksogen, karena dari anamnesis
yang dilakukan pasien mengaku ada riwayat trauma pada mata. bentuk endoftalmitis
yang paling sering dijumpai adalah endoftalmitis infeksi jamur yang masuk bersama
terjadi melalui penyebaran bakteri lewat aliran darah atau jamur saat septikemia.5
Pada pasien ini penyebab terjadinya endoftalmitis adalah faktor eksogen dan
endogen, karena dari anamnesis yang dilakukan pasien mengaku ada riwayat trauma
suportif 1,2 . Terapi antibiotik yang diberikan adalah injeksi ceftriaxone 1 gr setiap
inflamasi, anti alergi, hurmonal dan efekmetabolik.5 Injeksi ketorolac 1 ampul setiap
8 jam sebagai anti analgetik, selain itu ketorolac memberikan efek anti inflamasi
peradangan. Manitol 20% diberikan pre operasi untuk menurunkan TIO ( Tekanan
Intra Okuler).7
mengurangi rasa nyeri pada mata penderita (terapeutik) dan juga untuk tujuan
kosmetik. Untuk eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan panoftalmitis dan
endoftalmitis berat.
Pasien pada kasus ini mempunyai prognosis dubia ad malam karena pasien
bakteri, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan. Pada kasus ini, prognosis
pasien dubia ad malam karena mengingat umur penderita yang sudah cukup tua.2
TINJAUAN PUSTAKA
ENDOFTALMITIS
A. PENDAHULUAN
berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen
akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur didalamnya.
Peradangan supuratif didalam bola mata akan memberikan abses didalam badan kaca.
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma
membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah
endoftalmitis.1,2
dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA.
Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Karena hasil pengobatan akhir sangat
tergantung pada diagnosis awal, maka penting untuk melakukan diagnosis sedini
mungkin. Pengobatan bukan untuk mengobati visusnya, karena visus tidak dapat
diperbaiki lagi. Cara yang paling muktahir dalam pengobatan endoftalmitis adalah
C. DEFENISI
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat
infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang
supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya peradangan supuratif di
dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca.9
D. ETIOLOGI
Endoftalmitis Endogen Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri,
jamur atau parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh yang menyebar secara
tembus, infeksi sekunder dan komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan
yang membuka bola mata. Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah
terhadap jaringan tubuh, tidak mengenal jaringan lensa yang tidak terletak di
dalam kapsul. Tubuh membentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi
E. EPIDEMIOLOGI
Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien
yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi
sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida
dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat. Jumlah orang yang
tulang).
selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar
operasi katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi
pada bola mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan
F. PATOFISIOLOGI
endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh
invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium
vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan
jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular,
mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan
dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu
sebagai berikut11 :
1. Endoftalmitis Eksogen
Infeksi purulent yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang diikuti
oleh cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea yang
terinfeksi atau akibat infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi intraokuler.
Organisme yang biasanya terdapat pada konjungtiva, palpebra atau pada alis mata
kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska operasi atau setelah trauma
terhadap mata. Bakteri gram positif merupakan penyabab utama, dengan angka
kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan merupakan flora normal dari
konjungtiva.
2. Endoftalmitis Endogen
pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus sawar
darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan / atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan. Hal-hal bakteremia tersebut dapat terjadi pula pada infeksi
biasanya memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal gangguan
katup jantung, SLE, AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya. Prosedur
endoftalmitis. Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50% pada semua kasus
Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri gram positif yang biasanya
diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti diabetes mellitus atau gagal
ginjal.9,10
G. MANIFESTASI KLINIK
Gambar 2. Endoftalmitis
modal utama bagi seorang dokter umum untuk meneggak diagnosis. Pada anamnesis,
kemerahan pada mata, pembengkakan, dan penurunan visus. Pada beberapa bakteri
gejala ringan. Organisme ini adalah flora kulit yang khas dan biasanya masuk pada
minggu. Gejala sering penglihatan kabur, rasa nyeri, dan penurunan visus. Riwayat
trauma tembus dengan tanaman atau benda asing yang terkontaminasi dengan tanah
mungkin sering diperoleh. Individu dengan infeksi Candida akan timbul demam
tinggi, disusul beberapa hari kemudian dengan gejala okular. Demam persistent yang
Riwayat operasi mata, trauma mata, atau bekerja dalam industri sering ditemukan.
pembedahan (misalnya, pada minggu pertama), tetapi mungkin terjadi bulan atau
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dari pemeriksaan visus, inspeksi struktur luar
mata, ophthalmoscope, pemeriksaan fundus dan pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan fisk
Pupil tampak “yellow reflex” akibat eksudat purulent pada corpus vitreum
TIO meningkat atau menurun.TIO meningkat pada fase awal, namun pada
kasus yang berat, prosesus siliaris mungkin dapat mengalami kerusakan dan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
resiko yang paling ditakuti. Prosedur diagnosis yang harus dilakukan adalah :
Ophthalmological evaluation
Pemeriksaan funduskopi
I. KLASIFIKASI ENDOFTALMITIS
1. Endoftalmitis Eksogen
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu
satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus
muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang
menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering
pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier,
pasca operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari
inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi.
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat
terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat
mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di
tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi
dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan
satu penyebabnya.13,14
K. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana endoftalmitis dilakukan di ruang gawat darurat. Jika telah
didiagnosis atau diduga kuat endoftalmitis, pasien harus dirujuk segera ke spesialis
mata untuk evaluasi lebih lanjut. Tatalaksana diberikan berdasarkan penyebab
endoftalmitis. Pada endoftalmitis endogen, terapi antibiotik yang tepat adalah kunci
keberhasilan tatalaksana. Endoftalmitis endogen responsif terhadap pemberian
antibiotik intravena, sedangkan pada endoftalmitis eksogen tidak selalu perlu
diberikan antibiotik. Antibiotik sistemik juga diberikan untuk membunuh fokus
infeksi yang jauh dan mencegah berlanjutnya bakteremia, dengan demikian
mengurangi kemungkinan endoftalmitis pada mata lainnya. Terapi parenteral tidak
diperlukan pada endoftalmitis pasca operasi kecuali ada bukti infeksi di luar bola
mata. Pada endoftalmitis bentuk lain, perlu diberikan antibiotik spektrum luas bila
kultur positif.8
Antibiotik empirik spektrum luas yang digunakan adalah vankomisin dan
aminoglikosida atau sefalosporin generasi tiga. Sefalosporin generasi tiga mampu
mempenetrasi jaringan okular dan efektif terhadap bakteri Gram negatif.
Injeksi antibiotik intravena telah merevolusi tatalaksana endoftalmitis eksogen
namun pada kasus endoftalmitis endogen, keefektifannya masih kontroversial.
Demikian juga intervensi bedah, seperti vitrektomi, dilakukan pada endoftalmitis
pasca operasi dan pasca trauma tapi kegunaannya pada kasus endogen diperdebatkan.
Sumber infeksi dapat digunakan sebagai pedoman pemilihan antibiotik. Pada
kasus dengan riwayat infeksi gastrointestinal atau genitourinaria, antibiotik pilihannya
adalah sefalosporin generasi dua atau tiga dan aminoglikosida. Vankomisin digunakan
untuk penyalahguna obat untuk mengatasi kemungkinan infeksi Bacillus. Bila sumber
infeksinya diperkirakan luka, digunakan oksasilin atau sefalosporin generasi pertama.
Jika anamnesis pasien, pewarnaan, atau kultur mengarah pada infeksi jamur, rejimen
obat harus menyertakan amfoterisin B, flukonazol, atau itrakonazol.
Intervensi bedah disarankan terutama untuk pasien yang terinfeksi organisme
virulen, visus 20/400 atau kurang, atau keterlibatan vitreus berat. Kadang
endoftalmitis posterior difus atau panoftalmitis menyebabkan kebutaan meski telah
ditatalaksana dengan baik, namun vitrektomi dan antibiotik intravitreal mencegah
atrofi okular atau keharusan enukleasi.
Beberapa kerusakan berhubungan dengan mediator inflamasi. Steroid seperti
deksametason diberikan intravitreal, meskipun perannya belum jelas. Secara empiris,
steroid topikal diberikan pada pasien dengan endoftalmitis fokal anterior atau difus
untuk mencegah komplikasi seperti glaukoma dan sinekiae.8
L. PENCEGAHAN
Pencegahan endoftalmitis meliputi kebiasaan hidup yang baik sehingga terhindar
dari mikroorganisme yang pathogen.
N. PROGNOSIS
Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan
jaringan parut. Kasus ringan endoftalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat
baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan
penglihatan, tapi akhirnya hilang seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien
endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis dan tatalaksana.
Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Prognosis endoftalmitis sangat
buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit. Faktor prognosis terpenting adalah
visus pada saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis endoftalmitis endogen secara
umum lebih buruk dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan
endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.10
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus endoftalmitis oculi sinistra pada seorang laki-laki usia 69
tahun yang datang ke poliklinik di bagian mata RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, yaitu keluhan mata kiri nyeri dan
merah dan pandangan mata kabur secara tiba-tiba setelah pasien tertusuk daun padi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva hiperemia, kornea keruh, sklera yang hiperemis dan
camera okuli anterior dangkal dan berisi hipopion. Pasien pada kasus ini mempunyai
prognosis dubia ad malam karena pasien tersebut sudah mengalami kebutaan. Dengan terapi
yang optimal sekalipun, endoftalmitis memiliki prognosis yang buruk. Karena pada kasus ini
4. Ehlers, J., Shah, C,. Postoperative endophtalmitis. Dalam: The Wills Eye Manual.
Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Fifth
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
5. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata : Fakultas
kedokteran Gadjah Mada. Yogyakarta ED 1st. 2007
9. Ilyas HS. Penuntun ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai penerbit
2010.h..175-7.
11. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.346-
352.
13. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology
2009;116(3):425-30.
14. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.