Ravelia Samosir
102016191
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Telp. 021-4505326, Fax. 021-4505326
Abstrak
Sistem vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsang
proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot memberi informasi menyangkut
hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Pendengaran adalah persepsi saraf
mengenai energi suara. Secara makroskopis telinga di bagi menjadi 3 bagian besar, yaitu
Telinga Luar, Telinga Tengah, dan Telinga dalam. Masing – masing bagian tersebut memiliki
fungsi spesifik terhadap tugasnya masing – masing. Saraf yang mengatur pendengaran adalah
saraf vestibulokoklearis atau saraf akustilus (saraf kranial VIII). Inspeksi meatus akustilus
eksternus dari klien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan membrane
timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi. Kemudian lakukan tes
pendengaran, yaitu tes Rinne, tes weber, dan tes swabach.
Kata kunci: system vestibular, telinga, saraf vestibulokoklearis, tes pendengaran
Abstract
The vestibular system that captures accelerated motion and perception of gravity.
Proprioceptive stimulation of joint position sensation as well as muscle tone provides
information regarding the relationship between the head and other body parts. Hearing is a
neural perception of sound energy. Macroscopically the ear is divided into 3 major parts,
namely the outer ear, the middle ear, and the inner ear. Each of these parts has a specific
function to each task. The nerve that regulates hearing is the vestibulokoklearis nerve or
acousyl nerve (cranial nerve VIII). Inspect the external acousillus meatus from the client to
look for other serum or obstruction and tympanic membrane to determine the presence of
inflammation or perforation. Then do a hearing test, the Rinne test, the weber test, and the
swabach test.
Keywords: vestibular system, ear, vestibulokoklearis nerve, hearing test
Pendahuluan
Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan di samping dipengaruhi mata dan
alat perasa pada tendon dalam. Dimana secara anatomi fungsi keseimbangan pada telinga
bagian dalam berada ditulang labirin yang terdiri dari bagian vestibuler dan bagian koklea.
Sistem vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsang
proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot memberi informasi menyangkut
hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Pendengaran adalah persepsi saraf
mengenai energi suara. Gelombang suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan
terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction)
molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga
memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.
Seseorang menerima suara berupa getaran pada gendang telinga dalam daerah frekuensi
pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan dari sejumlah variasi tekanan udara yang
dihasilkan oleh sumber bunyi dan dirambatkan ke medium sekitarnya, yang dikenal sebagai
medan akustik.Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi dari 20 Hz
sampai 20.000 Hz. Namun yang paling sensitif adalah antara 1000 – 4.000 Hz. Suara pria
dalam percakapan normalnya sekitar 120 Hz sedangkan wanita mencapai 250 Hz. Suara yang
didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal akustik yang bersifat mekanik
menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf pendengaran ke otak. Proses mendengar tentunya
tidak lepas dari organ pendengaran manusia yakni telinga.
Telinga
Makroskopis Telinga
Secara telinga di bagi menjadi 3 bagian besar, yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah,
dan Telinga dalam. Masing – masing bagian tersebut memiliki fungsi spesifik terhadap
tugasnya masing – masing. Berikut penjelasan untuk bagian – bagian telinga tersebut :
Telinga Luar
organ keseimbangan yang pertama ada telinga, telinga selain untuk pendengaran juga
berfungsi sebagai keseimbangan pada tubuh. Telinga sendiri memiliki lapisan-lapisan
dari yang terluar sampai yang terdalam.2 Yang pertama ada telinga luar yang terdiri
dari daun telinga (aurikula), saluran telinga luar (analis auditoris eksternal) dan juga
ada gendang telinga (membran timpani) yang berguna sebagai pembatas telinga luar
dengan telinga dalam. Daun Telinga terbentuk oleh susunan tulang rawan yang
memiliki bentuk khas untuk mendukung fungsinya, yaitu untuk memusatkan
gelombang suara yang masuk ke saluran telinga.3 Pada saluran telinga luar terdapat
kelenjar sudorifera yaitu kelenjar yang dapat menghasilkan serumen (bahan mirip lilin
yang dapat mengeras). Serumen ini menjaga telinga agar tidak banyak kotoran dari
luar yang masuk ke dalam, juga dapat menghindari masuknya serangga karena
memiliki bau tidak sedap dan membran timpani adalah bagian yang berfungsi untuk
menangkap gelombang suara.4
Gambar 2. Telinga bagian luar
Telinga Tengah
Selanjutnya pada telinga ada telinga tengah yang terletak pada bagian tengah telinga
dan merupakan ruangan di dalam tulang pelipis yang dilapisi oleh jaringan mukosa.
Pada bagian ini terdapat juga tulang-tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang
martil (maleus), tulang landasan (inkus), dan juga terdapat tulang sanggurdi (stapes).
Ketiga tulang tersebut saling berhubungan melalui sendi dan berfungsi untuk
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju ke rongga telinga dalam.
Saluran eustachius merupakan saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring, saluran ini berfungsi menjaga keseimbangkan tekanan udara pada telinga luar
dengan telinga tengah.3
Telinga luar
Pada daun telinga atau aurikula disusun oleh tulang rawan elastis dan ditutupi oleh
kulit tipis yang dimana kulit merekat erat pada tulang rawan. Pada lapisan subkutis
ada beberapa otot lurik yang didapat dari hasil sisa perkembangan. Pada bagian
telinga luat terdapat liang yang merupakan saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian
permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang
mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang
dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar
serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi
bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.5
Selanjutnya ada membran timpani yang menutup ujung dalam meatus akustiskus
eksterna. Pada permukaan luarnya ditutup oleh lapisan tipis kulit epidermis yang
bersal dari ektoderm, sedangkan pada lapisan bagian dalam disusun epitel selapis
gepeng atau kubus yang merupakan turunan dari endoderm. Di antara keduanya
terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima
gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar.6 Gelombang
suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi
energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
Telinga Tengah
Pada bagian telinga tengah atau rongga telinga merupakan suatu ruang yang berisikan
udara yang terletak pada bagian petrosum tulang pendengaran.2 Ruangan ini
berbatasan disebelah posterior ruang-ruang udara mastroid dan sebelah anterior
dengan faring melalui saluran atau tuba auditiva (Eustachius). Epitel yang melapisi
rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng
atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada celah tuba auditiva (tuba
Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu
dengan periosteum. Dibagian dalam rongga ada tiga jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus, dan stapes. Tulang-tulang ini merupakan tulang kompak tanpa
adanya rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani.
Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani.
Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding
dalam.6 Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot-
otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
2
Selanjutnya ada tingkap oval yang terdapat pada dinding medial dan ditutupi oleh
lempeng dasar stepes, juga memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
vestibule koklea. Oleh karena itu getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh
rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimfe telinga dalam. Untuk menjaga
keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang
terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval
dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra
rotundum).5 Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
timpani koklea. Pada tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani
dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian
tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari
epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan
menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk
ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani menjadi seimbang.6
Telinga dalam
Bagian yang terkhir adalah telinga bagian dalam yang merupakan suatu sistem saluran
dan rongga di dalam pars petrosum tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh
labirin tulang (labirin oseosa) yang di dalamnya terdapat labirin membranasea.
Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan
endolimf.
Mekanisme Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk kedalam telinga luar menggetarkan membrane timpani
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang pendengaran (malleus, inkus, dan
stapes) ke jendela oval
Getaran struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada
didalam saluran vestibulum
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membrane Reissnerdan menggetarkan cairan
limfa ke saluran tengah
Perpindahan getaran cairan limfa didalam saluran tengah menggerakkan membrane
basiler yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang
akan menggerakkan sel-sel rambut keatas dan kebawah.
Ketika rambut-rambut sel menyentuh membrane tectorial, terjadilah rangsangan
(impuls)
Getaran membrane tectorial dan membrane basiler akan menekan sel sensori pada
organ korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim kepusat pendengar
di dalam otak melalui saraf pendengaran. 9
Fungsi pendengaran
No Struktur Fungsi
Malleus, Incus, Stapes Bergetar secara sinkron dengan getaran membrane timpani
dan memicu gerakan berbentuk gelombang perilimfe koklea
dengan frekuensi yang sama
Inspeksi meatus akustilus eksternus dari klien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi
lainnya dan membrane timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi. Kemudian
lakukan tes pendengaran. 10
Tes Rinne
Tes ini digunakan untuk membandingkan hantaran melalui udara dengan hantaran
melalui tulang. Cara melakukannya adalah dengan menggetarkan penala, lalu
meletakkan tangkainya di prosesus mastoid. Setelah suara tidak terdengar lagi oleh
pasien, pegang penala di depan telinga dalam jarak kira-kira 2,5 cm. Bila suara masih
terdengar, maka tes Rinne disebut positif (+) sedangkan bila tidak terdengar disebut
Rinne negatif (-).10
Tes Weber
Pada tes Weber, penala digetarkan lalu diletakkan pada garis tengah kepala, misalnya
di tengah dahi. Pasien lalu diminta menyebutkan apakah bunyi terdengar lebih keras
di telinga tertentu. Pada orang normal, bunyi sama-sama terdengar atau bisa juga
terdapat lateralisasi. Apabila terdapat lateralisasi, pelaporannya adalah Weber
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila bunyi terdengar sama kerasnya di kedua telinga,
pelaporannya adalah Weber tidak ada lateralisasi.10
Tes Swabach
Setelah digetarkan, penala diletakkan di prosesus mastoideus. Ketika bunyi
menghilang, penala dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa. Apabila bunyi
masih terdengar, berarti pendengaran pasien telah mengalami pemendekan. Namun
apabila bunyi sudah tidak terdengar lagi, maka kemungkinannya adalah pendengaran
pasien normal atau memanjang. Untuk memastikannya. Dilakukan tes yang sama tapi
dengan perubahan urutan; penala digetarkan mulamula pada prosesus mastoid
pemeriksa, lalu setelah bunyinya hilang dipindahkan ke prosesus mastoid pasien.
Apabila pasien masih dapat mendengar bunyi, berarti pendengarannya memanjang
(Schwabach memanjang), sedangkan bila ia tidak dapat mendengar lagi maka
pendengarannya normal (Schwabach sama dengan pemeriksa).11
Kesimpulan
Sebagai alat pendengaran, telinga memiliki peran yang penting dalam membantu proses
komunikasi antara seseorang dengan orang yang disekitarnya. Sebagai pengatur
keseimbangan, telinga membantu seseorang untuk dapat berdiri, berjalan, dan berlari tanpa
terjatuh. Oleh karena itu telinga dengan bagian-bagiannnya serta fungsinya masing-masing
merupakan organ yang penting dan bermanfaat dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka