Anda di halaman 1dari 17

Sistem Pendengaran pada Manusia

Ravelia Samosir
102016191
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Telp. 021-4505326, Fax. 021-4505326

Abstrak
Sistem vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsang
proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot memberi informasi menyangkut
hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Pendengaran adalah persepsi saraf
mengenai energi suara. Secara makroskopis telinga di bagi menjadi 3 bagian besar, yaitu
Telinga Luar, Telinga Tengah, dan Telinga dalam. Masing – masing bagian tersebut memiliki
fungsi spesifik terhadap tugasnya masing – masing. Saraf yang mengatur pendengaran adalah
saraf vestibulokoklearis atau saraf akustilus (saraf kranial VIII). Inspeksi meatus akustilus
eksternus dari klien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan membrane
timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi. Kemudian lakukan tes
pendengaran, yaitu tes Rinne, tes weber, dan tes swabach.
Kata kunci: system vestibular, telinga, saraf vestibulokoklearis, tes pendengaran

Abstract
The vestibular system that captures accelerated motion and perception of gravity.
Proprioceptive stimulation of joint position sensation as well as muscle tone provides
information regarding the relationship between the head and other body parts. Hearing is a
neural perception of sound energy. Macroscopically the ear is divided into 3 major parts,
namely the outer ear, the middle ear, and the inner ear. Each of these parts has a specific
function to each task. The nerve that regulates hearing is the vestibulokoklearis nerve or
acousyl nerve (cranial nerve VIII). Inspect the external acousillus meatus from the client to
look for other serum or obstruction and tympanic membrane to determine the presence of
inflammation or perforation. Then do a hearing test, the Rinne test, the weber test, and the
swabach test.
Keywords: vestibular system, ear, vestibulokoklearis nerve, hearing test
Pendahuluan

Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan di samping dipengaruhi mata dan
alat perasa pada tendon dalam. Dimana secara anatomi fungsi keseimbangan pada telinga
bagian dalam berada ditulang labirin yang terdiri dari bagian vestibuler dan bagian koklea.
Sistem vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsang
proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot memberi informasi menyangkut
hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Pendengaran adalah persepsi saraf
mengenai energi suara. Gelombang suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan
terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction)
molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga
memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.
Seseorang menerima suara berupa getaran pada gendang telinga dalam daerah frekuensi
pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan dari sejumlah variasi tekanan udara yang
dihasilkan oleh sumber bunyi dan dirambatkan ke medium sekitarnya, yang dikenal sebagai
medan akustik.Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi dari 20 Hz
sampai 20.000 Hz. Namun yang paling sensitif adalah antara 1000 – 4.000 Hz. Suara pria
dalam percakapan normalnya sekitar 120 Hz sedangkan wanita mencapai 250 Hz. Suara yang
didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal akustik yang bersifat mekanik
menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf pendengaran ke otak. Proses mendengar tentunya
tidak lepas dari organ pendengaran manusia yakni telinga.
Telinga

Gambar 1. struktur telinga1

Makroskopis Telinga

Secara telinga di bagi menjadi 3 bagian besar, yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah,
dan Telinga dalam. Masing – masing bagian tersebut memiliki fungsi spesifik terhadap
tugasnya masing – masing. Berikut penjelasan untuk bagian – bagian telinga tersebut :

 Telinga Luar
organ keseimbangan yang pertama ada telinga, telinga selain untuk pendengaran juga
berfungsi sebagai keseimbangan pada tubuh. Telinga sendiri memiliki lapisan-lapisan
dari yang terluar sampai yang terdalam.2 Yang pertama ada telinga luar yang terdiri
dari daun telinga (aurikula), saluran telinga luar (analis auditoris eksternal) dan juga
ada gendang telinga (membran timpani) yang berguna sebagai pembatas telinga luar
dengan telinga dalam. Daun Telinga terbentuk oleh susunan tulang rawan yang
memiliki bentuk khas untuk mendukung fungsinya, yaitu untuk memusatkan
gelombang suara yang masuk ke saluran telinga.3 Pada saluran telinga luar terdapat
kelenjar sudorifera yaitu kelenjar yang dapat menghasilkan serumen (bahan mirip lilin
yang dapat mengeras). Serumen ini menjaga telinga agar tidak banyak kotoran dari
luar yang masuk ke dalam, juga dapat menghindari masuknya serangga karena
memiliki bau tidak sedap dan membran timpani adalah bagian yang berfungsi untuk
menangkap gelombang suara.4
Gambar 2. Telinga bagian luar

 Telinga Tengah
Selanjutnya pada telinga ada telinga tengah yang terletak pada bagian tengah telinga
dan merupakan ruangan di dalam tulang pelipis yang dilapisi oleh jaringan mukosa.
Pada bagian ini terdapat juga tulang-tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang
martil (maleus), tulang landasan (inkus), dan juga terdapat tulang sanggurdi (stapes).
Ketiga tulang tersebut saling berhubungan melalui sendi dan berfungsi untuk
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju ke rongga telinga dalam.
Saluran eustachius merupakan saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring, saluran ini berfungsi menjaga keseimbangkan tekanan udara pada telinga luar
dengan telinga tengah.3

Gambar 3. Telinga bagian tengah


 Telinga Dalam
Bagian terkhir pada telinga adalah telinga bagian dalam yang terdiri dari tulang dan
juga membran. Telinga dalam ini juga disebut sebagai labirin karena bentuknya yang
menyerupai labirin. Labirin tulang (Labirin Osea) merupakan rongga yang terbentuk
pada tonjolan tulang pelipis yang berisikan cairan perilimfe. Labirin Membran
terletak pada bagian yang sama dengan bagian labirin tulang, namun tempatnya lebih
dalam dan dilapisi oleh sel epitel serta berisi cairan endolimfe.4 Labirin Tulang telinga
dalam terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Koklea (Fungsinya lebih ke pendengaran),
Vestibuli (Fungsinya lebih ke menjaga keseimbangan), Kanalis Semisirkularis
(Fungsinya lebih ke menjaga keseimbangan).2
Koklea merupakan suatu ruang berbentuk tabung atau berbentuk seperti rumah keong
atau cangkang keong dan didalamnya berisi cairan limfa. Pada koklea, terbagi atas
tiga ruangan didalamnya yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Skala
vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe. Sedangkan
skala media mengandung cairan endolimfe. Bagian dasar skala vestibuli berhubungan
dengan tulang sanggurdi melalui suatu jendela berselaput yang disebut tingkap oval.
Sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bundar.
Skala media terdapat diantara skala vestibuli dan skala timpani. Skala media bagian
bawah dibatasi oleh membran basilaris. Diatas membran basilaris terdapat organ korti
yang berisi ribuan sel rambut sebagai reseptor yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Reseptor tersebut berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung
membentuk saraf pendengar (saraf auditori) dari saraf otak VIII.4

Gambar 4. Telinga bagian dalam


Mikroskopis telinga

 Telinga luar
Pada daun telinga atau aurikula disusun oleh tulang rawan elastis dan ditutupi oleh
kulit tipis yang dimana kulit merekat erat pada tulang rawan. Pada lapisan subkutis
ada beberapa otot lurik yang didapat dari hasil sisa perkembangan. Pada bagian
telinga luat terdapat liang yang merupakan saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian
permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang
mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang
dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar
serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi
bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.5
Selanjutnya ada membran timpani yang menutup ujung dalam meatus akustiskus
eksterna. Pada permukaan luarnya ditutup oleh lapisan tipis kulit epidermis yang
bersal dari ektoderm, sedangkan pada lapisan bagian dalam disusun epitel selapis
gepeng atau kubus yang merupakan turunan dari endoderm. Di antara keduanya
terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima
gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar.6 Gelombang
suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi
energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
 Telinga Tengah
Pada bagian telinga tengah atau rongga telinga merupakan suatu ruang yang berisikan
udara yang terletak pada bagian petrosum tulang pendengaran.2 Ruangan ini
berbatasan disebelah posterior ruang-ruang udara mastroid dan sebelah anterior
dengan faring melalui saluran atau tuba auditiva (Eustachius). Epitel yang melapisi
rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng
atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada celah tuba auditiva (tuba
Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu
dengan periosteum. Dibagian dalam rongga ada tiga jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus, dan stapes. Tulang-tulang ini merupakan tulang kompak tanpa
adanya rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani.
Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani.
Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding
dalam.6 Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot-
otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
2
Selanjutnya ada tingkap oval yang terdapat pada dinding medial dan ditutupi oleh
lempeng dasar stepes, juga memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
vestibule koklea. Oleh karena itu getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh
rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimfe telinga dalam. Untuk menjaga
keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang
terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval
dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra
rotundum).5 Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
timpani koklea. Pada tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani
dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian
tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari
epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan
menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk
ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani menjadi seimbang.6
 Telinga dalam
Bagian yang terkhir adalah telinga bagian dalam yang merupakan suatu sistem saluran
dan rongga di dalam pars petrosum tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh
labirin tulang (labirin oseosa) yang di dalamnya terdapat labirin membranasea.
Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan
endolimf.

Gambar 5. Organ telinga bagian dalam


 Labirin tulang
Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum,
dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum,
sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di
dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf.3 Vestibulum
merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani
melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam
vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran
semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada tiga saluran tetapi
muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang
tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula
dan bermuara ke dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune.4 Ke arah
anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat
(fenestra rotundum). Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk
keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea
tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk
tabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina
spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian
koklear nervus akustikus.
 Labirin Membransea
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran
yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf.4 Labirin ini
dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada
beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri bagian atas yang pertama ada kanalis semisirkularis
membranasea, ultrikulus, sakulus, duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus
ultrikularis dan duktus sakularis, sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus
endolimfatikus, duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan
duktus koklearis, duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ
pendengaran.2 Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran
semisirkularis (krista ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan
ultrikuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.
 Sakulus dan Ultrikulus
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang
mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis
gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor
sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak
paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal
lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga
berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus. Pada makula disusun oleh 2
jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II serta sel penyokong yang
duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian vestibular nervus vestibulo-
akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.6 Sel rambut I berbentuk
seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan leher yang pendek.
Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf
eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk
silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian
bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian
tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel
berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada
permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris. Pada permukaan makula
terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai
membran otolitik.5 Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil
yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan suatu
protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut
terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan
dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi
rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang
terletak di antara sel-sel rambut.6
 Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada
permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir
saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis. Tiap
krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa
dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam
dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula yang serupa dengan membran
otolitik tetapi tanpa otokonia. Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang
oleh gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini
mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut
juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu
peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.3
 Koklea
Berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan tempat
keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu
membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea
terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis.4 Di samping
itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang
koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran
koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu ruangan atas (skala vestibuli), ruangan tengah
(duktus koklearis), ruang bawah (skala timpani). Antara skala vestibuli dengan duktus
koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis
dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala
timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi
oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum
disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis
dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke
lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks
koklea skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang
disebut helikotrema.2 Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus
reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare. Pada
pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis
yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang
menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas
lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus
spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.Membran
basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen.
Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat
fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel. Membran vestibularis
merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng
pada bagian yang menghadap skala vestibuli.5
 Duktus Koklearis
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya,
diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di
atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan.4 Di lateral epitelnya selapis
silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak
mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi
endolimf.
 Organ Corti
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di
organ Corti adalah yang pertama ada sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut
yang ramping dengan bagian basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas
membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.
Yang kedua sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam
hanya lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
Yang ketiga ada sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada
membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian
basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada
bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel
rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam. yang
keempat ada sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam dan
seperti sel falangs, luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.5 Yang kelima sel
batas membatasi sisi dalam organ corti Yang terkhir ada sel Hansen membatasi sisi
luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel falangs luar dengan sel-
sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher
yang berbentuk kuboid rendah. Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran
yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa.
Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.
 Ganglion Spiralis
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan
berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan
dalam saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya
dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel
rambut. Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin.
Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan aksonnya
berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-
dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan
ultrikuli.4 Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi
getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh
rangkaian tulang –tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam
vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dengan pergerakan
cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap
bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam
pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan
membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting
terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi
stimulasi sel-sel rambut.3 Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka
terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih
diterima pada bagian lain duktus koklearis.

Saraf Cranial dan Perjalanannya

Gambar 2. Saraf vestibulokoklearis7


Saraf vestibulokoklearis atau saraf akustilus (saraf kranial VIII) secara anatomi mempunyai 2
komponen, yaitu: koklea, dengan serabut-serabut aferen yang mengatur fungsi pendengaran ,
dan vertibulus yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengatur fungsi keseimbangan.
Serabut saraf pendengaran berasal dari organ korti dan berjalan menuju inti koklea di pons.
Dari sini mendapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju
gyrus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan dimulai dari utrikulus
dan kanalis semisirkularis, dan bergabung dengan serabut auditorik didalam kanalis fasialis.
Serabut-serabut ini kemudian memasuki batang otak melalui sudut serebelopontin. Setelah
memasuki pons, serabut verstibular berjalan menyebar melewati batang otak dan serebelum.8

Mekanisme Pendengaran

 Gelombang bunyi yang masuk kedalam telinga luar menggetarkan membrane timpani
 Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang pendengaran (malleus, inkus, dan
stapes) ke jendela oval
 Getaran struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada
didalam saluran vestibulum
 Getaran cairan tadi akan menggerakkan membrane Reissnerdan menggetarkan cairan
limfa ke saluran tengah
 Perpindahan getaran cairan limfa didalam saluran tengah menggerakkan membrane
basiler yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.
 Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane pada jendela bundar.
 Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang
akan menggerakkan sel-sel rambut keatas dan kebawah.
 Ketika rambut-rambut sel menyentuh membrane tectorial, terjadilah rangsangan
(impuls)
 Getaran membrane tectorial dan membrane basiler akan menekan sel sensori pada
organ korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim kepusat pendengar
di dalam otak melalui saraf pendengaran. 9
Fungsi pendengaran

No Struktur Fungsi

1 Telinga Luar Mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke


telinga tengah

Pinna Mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke


saluran telinga, berperan dalam lokalisasi suara

Meatus Acusticus Externus Mengarahkan gelombang suara ke membran timpani

2 Membran Menyebabkan tulang pendengaran telinga tengah


Tympani/Gendang Telinga bergetar

3 Telinga Tengah Memindahkan getaran membrana tympani ke cairan di


cochlea, memperkuat energi suara

Malleus, Incus, Stapes Bergetar secara sinkron dengan getaran membrane timpani
dan memicu gerakan berbentuk gelombang perilimfe koklea
dengan frekuensi yang sama

4 Telinga Dalam, cochlea Tempat sistem sensosik untuk mendengar

Jendela Oval Bergetar bersama gerakan stapes yang merupakan struktur


dilekati olehnya sehingga menyebabkan perilimfe cochlea
bergerak

Skala Vestibuli Mengandung perilimfe yang digerakan oleh gerakan jendela


oval yang ditimbulkan oleh getaran tulang-tulang telinga
tengah

Skala Timpani Mengandung perilimfe yang berhubungan dengan skala


vestibularis

Skala Media/Duktus koklearis Mengandung endolimfe tempat membrana basilaris


Membran Basilaris Bergetar bersama getaran perilimfe, menganung organ corti

Organ Corti Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara yang


mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat
gerakan cairan di cochlea

Membran tectorial Membentuk potensial reseptor ketika membran basilaris


bergetar terhadap membran tektorial yang stasioner

Jendela Bundar Bergetar bersama dengan gerakan cairan yang ada di


perilimfe untuk meredam tekanan di dalam cochlea

5 Telinga Dalam, Aparatus Mengandung sistem sensorik untuk keseimbangan dan


Vestibularis memberi masukan yang penting bagi pemeliharaan
postur dan keseimbangan

Canalis Semisirkularis Mendeteksi akselerasi atau deselerasi, rotasional atau


angular

Utrikulus Mendeteksi (1) perubahan posisi kepala menjauhi sumbu


vertikal (2) mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear
secara horizontal

Mendeteksi (1) perubahan posisi kepala menjauhi sumbu


horizontal (2) mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear
Sacculus
secara vertikal.

Tes Ketajaman Pendengaran

Inspeksi meatus akustilus eksternus dari klien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi
lainnya dan membrane timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi. Kemudian
lakukan tes pendengaran. 10

 Tes Rinne
Tes ini digunakan untuk membandingkan hantaran melalui udara dengan hantaran
melalui tulang. Cara melakukannya adalah dengan menggetarkan penala, lalu
meletakkan tangkainya di prosesus mastoid. Setelah suara tidak terdengar lagi oleh
pasien, pegang penala di depan telinga dalam jarak kira-kira 2,5 cm. Bila suara masih
terdengar, maka tes Rinne disebut positif (+) sedangkan bila tidak terdengar disebut
Rinne negatif (-).10
 Tes Weber
Pada tes Weber, penala digetarkan lalu diletakkan pada garis tengah kepala, misalnya
di tengah dahi. Pasien lalu diminta menyebutkan apakah bunyi terdengar lebih keras
di telinga tertentu. Pada orang normal, bunyi sama-sama terdengar atau bisa juga
terdapat lateralisasi. Apabila terdapat lateralisasi, pelaporannya adalah Weber
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila bunyi terdengar sama kerasnya di kedua telinga,
pelaporannya adalah Weber tidak ada lateralisasi.10
 Tes Swabach
Setelah digetarkan, penala diletakkan di prosesus mastoideus. Ketika bunyi
menghilang, penala dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa. Apabila bunyi
masih terdengar, berarti pendengaran pasien telah mengalami pemendekan. Namun
apabila bunyi sudah tidak terdengar lagi, maka kemungkinannya adalah pendengaran
pasien normal atau memanjang. Untuk memastikannya. Dilakukan tes yang sama tapi
dengan perubahan urutan; penala digetarkan mulamula pada prosesus mastoid
pemeriksa, lalu setelah bunyinya hilang dipindahkan ke prosesus mastoid pasien.
Apabila pasien masih dapat mendengar bunyi, berarti pendengarannya memanjang
(Schwabach memanjang), sedangkan bila ia tidak dapat mendengar lagi maka
pendengarannya normal (Schwabach sama dengan pemeriksa).11

Kesimpulan

Sebagai alat pendengaran, telinga memiliki peran yang penting dalam membantu proses
komunikasi antara seseorang dengan orang yang disekitarnya. Sebagai pengatur
keseimbangan, telinga membantu seseorang untuk dapat berdiri, berjalan, dan berlari tanpa
terjatuh. Oleh karena itu telinga dengan bagian-bagiannnya serta fungsinya masing-masing
merupakan organ yang penting dan bermanfaat dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka

1. Anatomi Telinga. Diunduh pada tanggal 22 April 2017 dari


http://www.gudangbiologi.com/2016/02/anatomi-bagian-bagian-telinga-dan-
fungsinya.html
2. Sissy. Seri biologi organ tubuh manusia telinga dan kulit. Jakrta: PT Elex Media
Komputindo; 2011
3. Mikrajuddin, Saktiyono, lutfi. Ipa terpadu smp dan mts. Jakarta: PT Erlangga; 2006
4. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi ke-2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2002
5. Barrett E, dkk. Ganong’s review of medical physiology: hearing and equilibrium.
Edisi ke-23. Singapore: Mc Graw Hill; 2011
6. Fintatra. Fisiologi pendenga. Di unduh pada tanggal 23 April 2017 dari
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/penginderaan-kedokteran-
dasar/fisiologi-pendengaran/
7. Snell RS. Sugiharto L. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.h.782-92
8. Anthony LM. Histologi dasar junqueira: teks & atlas. Ed5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.h.212-8
9. Simon, Schuster. Fundmental of Anatomy and Physiology, ed.4. New Jersey: Prentice
Hall, Inc; 2003
10. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). In: In:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
11. Juwono T. Pemeriksaan klinik neurologic dalam praktek. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006

Anda mungkin juga menyukai