MAULANA DAFFA
01918146523
MIK 1C
Pimpinan
Pemimpin IT Manager Redaksi
Perusahaan
Redaksi
Iklan, Pelaksana
pemasaran,
dll
Redaktur Redaktur
Berita Foto
Reporter Reporter
Tribun Jogja
Judul : Prabowo Siap Jadi Menteri Pertahanan
Studi Komparasi : berita yang di sajikan lebih kepada
memperkenalkan mnengenai menteri baru dan bersifat fakta
Kompas
Judul : Rayakan Persatuan
Studi Komparasi : membahas mengenai proses berlangsungnya
pelantikan dengan lancar walaupun sempat menjadi perdebatan saat
pemilu,tidak menyinggung pihak manapun
Kedaulatan Rakyat
Judul : Pejabat Tak Serius di Copot
Studi Komparasi : masih mengenai menteri di cabinet kerjanya yang di
bahas karena menteri pada cabinet Presiden ini termasuk masih berumur
muda dan mempunyai gebrakan baru untuk kedepannya
Harian Jogja
Judul : Wajib Lebih Baik
Studi Komprasi : bersifat fakta di dalam berita ini masih membahas
mengenai kinerja dan juga kelebihan serta kekurangan kinerja sebelumnya
yang akan di perbaiki di cabinet baru ini
7. Esai tentang “Tantangan dan Strategi Manajamen Media Cetak di
Era Digital”
“Tantangan Media Cetak di Era Digital”
Seperti yang kita ketahui media massa cetak seperti koran, majalah,
tabloid dan sejenisnya kini perlahan tergusur oleh dominasi internet. Karena
hal ini juga orang dengan mudah mengakses informasi terkini dan terbaru
melalui internet dalam hitungan detik. Hal ini didukung pesatnya gadget
canggih dengan biaya murah. Apalagi dengan adanya kuota dalam kartu
berlomba-lomba memberikan diskon, harga promo dan strategi marketing
lainnya untuk menggaet pelanggan sebanyak-banyaknya. Hal ini
menyababkan masyarakat dimanjakan menikmati layanan internet kapan
dan di mana pun, termasuk kemudahan mengakses berbagaiinformasi.
Media massa cetak nasional seperti Kompas, Republika, Jakarta Post
dan skala daerah seperti Medan Bisnis, Analisa, Suara Merdeka, Waspada,
Tribun kini juga bisa dinikmati via internet. Di Indonesia, kecenderungan
membaca media massa cetak koran, majalah dan tabloid dapat dikatakan
masih tinggi. Hal tersebut terlihat pada banyaknya lapak dan pedagang yang
menjual koran di pinggir dan perempatan jalan. Secara umum, media massa
cetak di Indonesia masih mendapat tempat di hati pembaca.
Derasnya arus internet memang membawa berkah bagi masyarakat.
Karena selain menyediakan akses informasi murah, tersedia 24 jam, cepat,
up to date dan banyak alternatif pilihan informasi dengan konten berita,
tujuan wisata, tiket pesawat, laporan cuaca, resep makanan dan lain-lain,
juga sangat mudah dan praktis diakses di mana pun selama ada gadget dan
sinyal.
Manajemen dan pengelolaan media massa berbasis online juga jauh
lebih efektif dibandingkan media massa cetak. Selain hemat biaya SDM,
terkoneksi internet dengan cepat, dapat menggabungkan dari berbagai
sumber dan memverifikasi lewat berbagai sumber yang juga banyak tersedia
secara online. Selain itu, partisipasi warga menyumbang informasi yang
dikemas dalam jurnalisme warga (citizen journalism) juga membantu
mempercepat pesatnya perkembangan media massa berbasis online.
Bahkan, ada beberapa media massa berbasis online yang dikelola beberapa
orang saja.
Berbeda dengan media massa cetak, membutuhkan banyak SDM dan
biaya mahal untuk proses redaksional seperti reporter, editor, layout,
pencetakan dan lain-lain. Maka tidak heran, negara-negara barat yang
memang terkenal ekonomis, liberal dan kapitalis condong ke media massa
online dan meninggalkan media massa cetak. Menyikapi fenomena tersebut,
Philip Meyer dalam bukunya berjudul "The Vanishing Newspaper"
meramalkan koran akan punah pada 2040.
Di Indonesia gejala dominasi media massa online mulai terlihat
meskipun belum signifikan. Namun, beberapa media massa cetak sudah ada
yang tutup, tidak berdaya dengan kehadiran media massa online. Seperti
baru-baru ini, media massa cetak nasional Sinar Harapan yang berdiri sejak
1961 dan oplahnya pernah 250 ribu per hari, juga Jakarta Globe dan Jurnal
Nasional. Meskipun begitu, beberapa media massa cetak di Indonesia juga
mengimbangi produksi cetak dengan layanan online seperti Republika,
MedanBisnis dan Analisa.
Zaman sudah berubah, era internet sudah merasuk hingga
perkampungan terpencil. Orang yang tinggal di desa terpencil di Sungai
Berombang bisa membaca berita dan informasi terbaru dari MedanBisnis
dan Analisa dengan memanfaatkan fasilitas internet. Meski versi cetak
terancam, namun selama versi online mamiliki banyak pembaca, maka
sebuah koran masih dapat bertahan.
Tantangan media massa cetak di era internet memang berat. Harus
pandai-pandai memanfaatkan potensi sesuai perkembangan zaman. Jikapun
suatu hari di Indonesia sudah tidak ada lagi media massa cetak, orang masih
bisa menikmati berita dan informasi lewat media online. Perusahaan dan
pekerja media massa cetak pun bisa bertranformasi fokus pada layanan
media massa online.
Optimisme para penggiat dunia jurnalistik sangat terlihat jelas dan
mematahkan persepsi akan tenggelamnya media cetak. Kita bisa
mengatakan bahwa memang benar zaman sekarang serba digital, namun
bukan berarti media cetak tertinggal, sebab media cetak tetaplah menjadi
sarana yang ampuh dari segi keilmiahannya dibanding media online. Kalau
dipikir-pikir memanglah benar begitu adanya. Kita tidak mampu
meninggalkan media cetak dengan sepenuhnya bertumpu pada
media online. Secara sepintas memang media online memiliki persaingan
dengan media cetak, namun faktanya bisa saling menguatkan ketika zaman
sudah menuntut serba digital media online dengan sigap menyebar
informasi terbaru, lalu media cetak memperkaya informasi melalui lembaran
kertasnya.
Hoax dan tantangan yang menguat akan memperkuat keyakinan
akan eksistensi media cetak bisa juga dilihat dari menyebarluasnya hoax.
Sebut saja kasus pabrik hoax oleh Saracen. Dikutip dari
laman www.tribunnews.com, Saracen merupakan produsen konten fitnah
dan ujaran kebencian atau hate speech serta hoax. Konten ini lalu disebar di
grup Facebook yang beranggotakan lebih dari 800 ribu akun. Dengan
mudahnya berita yang dikemas olehnya dikonsumsi banyak orang.
Setelah kasus ini terungkap, masyarakat benar-benar tersadar keakuratan
media online masih dipertanyakan. Pasalnya media online begitu mudah
dibuat oleh seseorang dan dengan mudahnya pula di akses semua orang.
Tak heran jika sampai saat ini media cetak masih dipilih untuk sumber
berita terakurat dibanding media online. Walau pada dasarnya hoax tetap
menjadi tantangan tersendiri bagi media cetak lantaran harus benar-benar
lebih cerdas lagi dalam mengemas berita.
Minat baca rendah dan banyak tantangan tak berujung juga masih
membahas isu pergeseran media cetak dengan media online. Jika dilihat dari
sisi lain sebenarnya isu ini kemungkinan muncul bisa dari beberapa sudut
pandang, misalnya dikarenakan zaman yang memang serba digital atau bisa
jadi karena minat baca di Indonesia yang masih sangat rendah. Berdasarkan
studi Most Littered Nation In the World 2016 minat baca di Indonesia
menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Hal tersebut diungkapkan oleh
Subekti Makdriani, Pustakawan Utama Perpus RI saat menjadi pembicara
Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Provinsi dan Kabupaten/Kota
tahun 2017, di Pendopo Kabupaten Kendal
Rendahnya minat membaca di Indonesia ini, tentu menjadi tantangan yang
tak berujung bagi media cetak. Saya pribadi merasakan bahwa atmosfer
digital yang kita rasakan ini bukan menjadi penyebab utama tergantikannya
media cetak dengan media online, melainkan karena minat baca di
Indonesia masih sangat minim. Kalau dipikir-pikir kehadiran
media online mungkin hanya turut menguatkan rendahnya minat baca yang
berpengaruh pada media cetak tentunya. Ini bisa teratasi jika minat baca di
Indonesia lebih ditingkatkan. Contohnya saja negara Jepang. Jepang
merupakan negara maju yang lebih dahulu mencicipi zaman digital. Namun,
faktanya ribuan bahkan jutaan eksemplar koran disebarluaskan setiap
harinya. Jika persepsi masyarakat Indonesia menyatakan bahwa media cetak
akan tenggelam dengan media elektronik semisal online, mungkin itu bukan
karena derasnya arus digital saat ini, tapi dikarenakan minat baca
masyarakat Indonesia yang masih sangat minim.
Tantangan media sesungguhnya juga menjadi masalah. Terlepas
dari hoax dan minat baca, saya tertarik menyinggung sedikit perihal politik
yang erat kaitannya dengan media. Betapa banyak sekarang media dijadikan
alat politik. Apalagi kemudahan di era digital ini yang siapa saja bisa
dengan mudah membuka perusahaan media online. Bahkan bisa
segmentasinya terkhusus ke mana pesanan dari si pemegang kekuasaaan.
Dengan mudah media menjadi praktik politik. Tentu inilah tantangan yang
sesungguhnya. Independensi sebuah media mulai tergoncang. Di era serba
digital ini begitu banyak tantangan media. Namun, meskipun demikian,
bukan berarti media harus tumbang, tapi harus tetap bertahan mengubah
tantangan menjadi kekuatan.
Sumber:
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/Jurnalistik/article/downlo
ad/6762/pdf
https://www.romelteamedia.com/2019/04/manajemen-media-cetak-
struktur.html?m=0
https://dewanpers.or.id/berita/detail/966/Surat-Kabar-"Radar-
Bogor"-Langgar-Kode-Etik-Dewan-Pers-Sesalkan-Adanya-
Intimidasi