Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MATA RETROBULBER

1. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI

Seperti di bagian tubuh lain, mata juga bisa terserang tumor, baik jinak
maupun ganas. Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh.
Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas, (Carpenito, Lynda Juall 2017).
Tumor ganas disebut sebagai kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor
orbita. Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola
mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan
kelenjar air mata, (Brunner and Suddarth’s 2016). Rongga orbital dibatasi
sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan
sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh
zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus
maksilari.

B. ETIOLOGI
Tumor mata dapat disebabkan oleh berbagai factor, termasuk faktor
genetic yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian
besar tumor mata pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan
abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan
menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek.
Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti:
a. Tumor palpebra yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata
Misalnya : Tumor Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata
(bagian kulit yang dapat membuka dan menutup).
b. Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva
yang melapisi mata bagian depan
b. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
Contoh : Retinoblastoma (RB). Jenis ini adalah tumor ganas retina dan
merupakan tumor primer bola mata terbanyak pada anak.
c. Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata

C. PATOFISIOLOGI DAN PATWAY


Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa.
Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur
orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas
apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi
lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat
terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat
atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar
lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan
kornea. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam
badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna
iris tidak normal. Secara garis besar tumor mata di sebabkan oleh :
a. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu
pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14)
b. Malformasi congenital
c. Kelainan metabolism
d. Penyakit vaskuler
e. Inflamasi intraokuler
f. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan
batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan
disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis
g. Trauma
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun
juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula
karotid-kavernosa
b. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang
sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa
bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
c. Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor,
eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa
d. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi
kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal
atau dengan mukosel.
e. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata,
mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV,
dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau
sinus kavernosus
f. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat
terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat
kerusakan vaskuler.

E.KOMPLIKASI
a. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan
kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
c. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang
pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan),
dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan
terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal).
Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal.
b. CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan
memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial.
c. Venografi orbital: mungkin membantu.
Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
a.Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan
kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau
penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.
b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa
tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
Glaukoma.
c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut
tertutup pada glaukoma.
e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.
f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan
anemia sistemik / infeksi.

G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
a. Tumor jinak memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan
merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan
konservatif.
b. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga
bereaksi baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal
karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
b. Keperawatan
a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami
komplikasi pada bagian tubuh lain. tirah baring dilaksanakan
kurang lebih 5 hari setelah operasi atau tergantung pada kebutuhan
klien.
b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya untuk mencegah cidera.
c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang
dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan
tamponade yang efektif pada robekan retina.
d. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.
e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah
pemeriksaan paska operasi
H. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pre-Operasi
a). Nyeri b.d agen injuri biologi
1. Nyeri berkurang atau terkontrol
2. Klien mengatakan nyeri berkurang.
3. Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
2. Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
3. Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
5. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips.
6. Beri therapi analgetik sesuai program medik.
b). Intoleransi aktiftas b,d kelemahan
1. Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi.
2.Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.
2. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
3.Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.
5. Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
c). Resiko tinggi terjadi infeksi b.d post op pembesahan/oprasi.
1. Infeksi tidak terjadi
2. Tidak ada kemerahan, pus, peradangan
3. Leukosit dalam batas normal
4. Tanda-tanda vital stabil.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
2. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
3. Tutup daerah luka dengan kasa steril.
4. Rawat mata dengan teknik aseptik.
5. Beri therapi antibiotik sesuai program medik.
b. Post-Operasi
a). Nyeri b.d luka operasi
1. Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
2. Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
3. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
4. Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai
anatomi.
5. Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring.
6. Beri therapi analgetik sesuai program medik.
b). Intoleransi aktifitsa b.d kelemahan
1. Kebutuhan hygiene, nutrisi, dan eliminasi terpenuhi.
2.Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)
2. Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara
mandiri.
3. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi,
eliminasi yang tidak dapat dilakukan sendiri.
4. Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
5. Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien.
6. Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap
sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Penerbit : EGC, Jakarta.
Brunner and Suddarth’s. 2016. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit :
LWW, Philadelphia.
Doenges, Marilynn E, et all. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Penerbit: EGC, Jakarta
Nanda. (2009) Nursing Diagnoses: Definitions and Classification (NANDA) 2014
– 2015. Willey-Blackwell.
IOWA OUTCOMES PROJECT. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC).
2 ed. Mosby.Inc
nd

IOWA OUTCOMES PROJECT. (2014). Nursing Interventions Classification


(NIC). 2 ed. Mosby.Inc
nd

Anda mungkin juga menyukai