Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK HIPOSPADIA HIDROCOCLE DAN

SISTEM FIMOSIS

Disusun oleh kelompok 7 :

1. ELSA ISTIAZAH
2. ENDAH PERMATASARI
3. LUTFHI FAUZAN
4. NOVI
5. SHINTIA PUTRI
6. SITI NURHOLIZSA
7. VIRA CHAERUNNISA
8. YAYU

D3 KEPERAWATAN TK 2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA BOGOR

JL. Ibrahim Adjie No 180 Sindang Barang , Bogor Barat

Telp : (0251)8623448,085216701658

Email : Wijayahusada@gmail.com

Tahun Pembuatan 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
serta atas izin-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang “
HIPOSPADIA HIDROCOCLE DAN SISTEM FIMOSIS “.

Menulis tulisan makalah yang singkat ini, semoga kita lebih memahami tentang “
HIPOSPADIA HIDROCOCLE DAN SISTEM FIMOSIS “.

Makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan pihak-pihak yang berperan dalam
pembuatan makalah ini, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga mengucapkan
mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan karena penulis menyadari banyak yang harus
diperbaiki dan dibenarkan.

BOGOR, DESEMBER 2018

PENYUSUN

KELOMPOK 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. HIPOSPADIA

2.1.1 DEFINISI

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan kongenital dimana meatus uretra


externa terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya
yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 :374).
Hipospadia adalah kelainan konginetal berupa muara uretra yang terletak
disebelah ventral penis dan proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak
pada grandular hingga perineal. (Basuki B.Purnomo).

2.1.2 ETIOLOGI

`Penyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui


penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara lain:
 Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormon yang dimaksud disini adalah hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon
androgennya sendiri didalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja akan memberikan suatu efek yang semestinya.
Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun
akan berdampak sama.
 Genetika terjadi karena gagalnya sintesis androgen
Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis
androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
 Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

2.1.3 KLASIFIKASI

Tipe hipospodia berdasarkan letak orifisum uretra eksternum/meatus :


 Tipe sederhana / tipe anterior
Terletak dianterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini,
meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara kilinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
 Tipe Penil / Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai
dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral,
sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih.
Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap,
mengingat kulit dibagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi
tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk
tindakan bedah selanjutnya.
 Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida,
meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun. Klasifikasi
hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus uretra yaitu tipe glandular,
distal penile, penile, penoskrotal, skrotal dan perineal. Semakin ke proksinal letak
meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin rendah frekuensinya.

2.1.4 PATOFISIOLOGI

Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan antara dalam uterus.


Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum, ini
dapat berkaitan dengan crodee kongiental. Paling umum pada hipospadia adalah
lubang uretra bermuara pada tempat frenum, frenumnya tidak berbentuk, tempat
normalnya meatus uranius ditandai pada glans penis sebagai celah buntuh.

2.1.5 PATHWAY

Penyatuan glandula
Proses perkembangan Pembentukkan uretra digaris tengah
janin usia 8-15 uretra terganggu lipatan uretra tidak
minggu lengkap
Pembentukkan Meatus uretra (lubang
Hipospadia
saluran kencing kencing) terbuka pada
tidak sempurna sisi ventral penis

Tidak dilakukan operasi - Sternosis meatus (aliran Hipospadia


urin sulit diatur)

- Kriptokirdisme (testis
turun kedalam skrotum)

Pada jenis
penoskrotal/perinial

Defisiensi pengetahuan Eksisi chordee


Interfilitas ansietas uretroplasty

Hubungan seksual Pra pembedahan


terganggu

Disfungsi Seksual
Pemasangan kateter Gangguan rasa nyaman
inwhelling
2.1.6 MANIFESTASI KLINIS

1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal dibagian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus
2. Kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung kearah bawah yang akan
tampak lebih jelas pada saat ereksi
3. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk dibagian
punggung penis
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis
5. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar
6. Lubang kencing terletak dibagian bawah dari penis

2.1.7 PROSEDUR DIAGNOSTIK

Adapun pemeriksaan diagnostik tidak ada kecuali terdapat ketidakjelasan jenis


kelamin perlu ditegaskan atau pada kasus-kasus ketika abnormalitas lain dicurigai.
Namun dapat dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui letak dari meatus uretra
secara normal yang mengalami kelainan atau tidak mengalami kelainan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di
pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
kelainan bawaan lainnya.

2.1.8 KOMPLIKASI

1. pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1


jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri seksual tertentu).
2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
3. Kesukaran saat berhubungan seksual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa

2.1.9 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling


Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun. Pada tahap ini dilakukan
operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi
chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih terletak
abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan
intraoperatif dengan menyuntikan NaCl 0,9% kedalam korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit
penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel dikedua sisi.
3. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan
hanya satu tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe
distal dengan ukuran penis yang cukup besar.

2.1.10 PROGNOSIS

Prognosis baik jika mendapatkan penanganan intensif dan cepat. Usia muda lebih
baik prognosisnya dibanding usia lebih tua
2.2. HIDROCOCLE
2.2.1 DEFINISI
Hidrokel adalah pengumpulan cairan peritoneum di dalam skrotum.Hidrokel
adalah kumpulan cairan serosa yang berkembang di antara lapisan visera dan
parientalis tunika baginalis, dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam
rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh system limfatik di sekitarnya.
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis
dan viseralis tuniak vaginalis. Dalam keadaan normal cairan yang bearda disalam
rongga itu memang ada dan berada dalam keseimabnagan anatar produksi dan
reabsirbsi oleh system limfatik di sekitarnya.
2.2.2 ETIOLOGI
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau
2. Belum sempunanya system limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reavsorbsi cairan hidrokel.
3. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia
kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi kedaalm skrotum,
dimana setiap testid ada kantong yang mengikuti sehingga terisi cairan yang
mengelilingi testis tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idioatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder dpat terjadi karena didapatkan kelainan pda testid atau
epididimid hidrokel. Kelainan pada testid itu mungkin satu tumor, infeksi, atau
trauma pada testis epididemis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan peoduksi cairan
yang berlebih oleh testid, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
permatikus
2.2.3 KLASIFIKASI
Hidrokel dapaaat disklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya
yaitu: hidrokel primer dan hidrokel sekunder.
A. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan oenutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik
yang melintas kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis
ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendiriya rongga ini akan menutup dan
cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
B. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam
suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat
disebabkan oleh kelainna testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang
atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis
menyebabkan terjadinya prduksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang
kelluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis:
1. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah cranial dari
testis, sehingga pada palpasi, testis dapaat siraba dan berada diluar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat berisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah paada saaat
anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukan kedalam rongga abdomen.
2.2.4 PATOFISIOLOGI
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongential (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidak sempurnaan dari prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari system limfatuk disekitar. Cairan yang seharusnya seimbang antara
produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini,
telah terganggunya system sekresi atau rebsorbsi limfa. Dan terjadilah penimbunan di
tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus menerus, mengakibatkan
obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh drah yang ada di daera sekitar testis
tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga
dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undesensus
testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya
tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis akan disertai hernia inguinalis.
Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling
berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih
besar dan encang pada sore hari karena banyak cairan yang msuk dalam kantong
sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemusian akan mengecil pada esok paginya
setelah anak tidur semalaman.
Pada orang dewasa hidrojel dapat terjadi secara isioptik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapat kelainan pada testis atau epiididimis yang
menyebabkan terganggunya system sekresi atau reabsorbsi cairan dikantong hidrokel.
Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau
epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika
vaginalis bearada dalan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi dalam system
limfatik
2.2.5 PATHWAY

Belum sempurnanya
sistem limfatik daerah
skrotum
Belum sempurnanya penutupan
prosesus vaginalis
Gangguan
keseimbangan
Aliran cairan peritoneum
produksi &
Akumulasi cairan di dalam skrotum
ke prosesus vaginalis reabsorpasi cairan
limfatik
HIDROKEL

Adanya benjolan pada skrotum

Benjolan membesar Orang tua cemas Ketidak nyamanan bayi Regangan kulit skrotum

Mendesak ANSIETAS
Respon & perilaku buruk Gesekan dengan
saluran urin terhadap lingkungan pokok/saat aktivitas
Massa yang berat
GANGGUAN DISINTEGRASI PERILAKU BAYI Kerusakan lapisan kulit
ELIMINASI
Massa yang berat
URINE

RESIKO KERUSAKAN
Massa yang berat INTEGRITAS KULIT

Tertariknya kulit skrotum saat


perubahan posisi
Usia > 1,5 tahun tidak ada
perbaikan
GANGGUAN RASA NYAMAN
Tindakan operasi

Luka insisi post operasi

Adanya port de entry


mikroorganisme

RISIKO INFEKSI

2.2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis hidrokel kongential tergantung pada aaajuamlah cairan yang


tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, mak testis terlihat seakan-akan sedikit
membesar dan teraba lunak. Bula timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar
dan agak tegang. Pasien meneglih adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kritus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukan adanya
transimunasi.
Menurut letak kantong hidrokel terdapat testis, secara klinis dibedaknan bberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tak dapat diraba. Pada anamnesisi. Besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Pada hidrokel fanikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah cranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang
hari.
3. Hidrokel komunikan
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah
besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis
dan dapat dimasukan ke dalam rongga abdomen.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan
dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.
2.2.7 PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Transiluminasi scrotum
Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan
terang dengan masa gelap oval bayangan testis.
2. USG
Pemeriksaan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan
transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien.
Dengan hasil USG bewarna keabu-abuan.

2.2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika
penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya
sedemikian besar sehingga mengencam aliran darah ke testis.
Pengobatan bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah jarum
atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan
berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disentikan zat
sklerotik tetrasiklin, natruim tetra desil sulfat atau urea untuk menyumbat atau
menutup lubang dikantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali.
Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan
pembedahan sesegera mungkin. Hidroksel pada bayi biasanya ditungggu hingga aak
mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel
akan sembuh sendiri, tetapi jiika hidrokelmasih tetap ada atau bertambah besar perlu
diperhatikan untuk dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah:
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.
2. Indikasi kosmetik.
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan menggangu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari- hari..

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan


anestesi umum ataupun ragional spinal.

Teknik operasi.

Secara singkat teknik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut.

 Dengan pembiusan atu umum


 Posisi pasien terlentang (supinasi)
 Dwsifenksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptic.
 Lapangan pemedahan dipersempit dengan linen steril.
 Insisi kulit pada raphr pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demi
lapis sampai takmpak tunika vaginalis.
 Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya besar
sekali dilakukan diplikasi dengan benang chromic cat gut.
 Teknik lord: tunika vaginalis parientalis dieksisi dan tepinya siplikasi dengna
benang chromic cat gut.
 Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut..
Komplikasi operasi
Komplikasi psca bedah ialah pendarahan dan infeksi luka operasi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah
prosesus vagunalis menuutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel
masih tatap ada atau bertamnah besar perlu dilakukan koreksi. Tindakan untuk
mengatasi cairan hidrokek adalah dengan aspirasi dan operasi.
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya
tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyakit serupa infeksi. Beberapa
indikasi untuk melakukanoperasi pada hidrikel adalh
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh drah.
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel pramagna yang dirasakn terlalu berat dan menggangu pasien
dalam melakukan aktivitasnya seharu-hari
2. Hirokelektomi
Pada hidrokel congenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakuikan herniogrrafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan
pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan mearsupialisasi kantong
hidrokel sesuai cara winklman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara lord.
Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada
hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan
diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bis
adilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah
dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini tidak digunakan karena
cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun jika setelah diaspirasi kemudian
dimasukan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong (mayo
clinic).

2.2.9 KOMPLIKASI
1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor
2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan
dan fungsi seksualnya
3. Infeksi testis.
2.3. SISTEM FIMOSIS
2.3.1 DEFINISI
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium.Kelainan ini juga
menyebabkan bayi/anak sukar berkemih.Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering
menangis keras sebelum urine keluar.(Ngastiyah.2005)

Fimosis adalah keadaan kulit penis (preputium) melekat pada bagian


kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran kemih,
sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat
kencing.Sebenarnya yang berbahaya bukanlah fimosis sendiri, tetapi
kemungkinantimbulnya infeksi pada uretha kiri dan kanan, kemudian ke
ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal.( wafi
nur.2010).
Sedangkan parafimosis merupakan kebalikan dari fimosis dimana kulit
preputium setelah ditarik ke belakang batang penis tidak dapat
dikembalikan ke posisi semula (ke depan batang penis) sehingga penis
menjadi terjepit.
fimosis dan parafimosis yang didiagnosis secara klinis ini, dapat terjadi
pada penis yang belum disunat (disirkumsisi, circumcision) atau telah
dikhitan namun hasilnya kurang baik. Fimosis dan parafimosis dapat
terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa
bayi dan remaja.
2.3.2 ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kutup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir. Misalnya
karena infeksi atau benturan.
2.3.3 KLASIFIKASI
 Fimosis Kongenital
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat
ditarik ke belakang pada saat lahir. Seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormone dan factor pertumbuhan terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi. (gland penis-perputium)
 Fimosis di Dapat
Berkaitan dengan kebersihan alat kelamin yang buruk, peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik).
Penarikan berlebih kulit preputium (forcefull retraction), pada fimosis
kongenital yang menyebabkan pembentukan jaringan ikat dekat
preputium.
2.3.4 PATOFISIOLOGI
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat
adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun
penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel
preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan
memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal..
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi
subaseum kental secara bertahap melonggarkannya.Pada usia 3 tahun,
sebagian besar prepusium sudah dapat di retraksi. Namun pada sebagian
anak, perpusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung perpusium
mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat menggangu fungsi miksi.
Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, juga dimana terlalu banyak
prepusium tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di
bawah prepusium yang berlebihan.Sehingga pada akhirnya, prepusium
menjadi melekat dan fibrotik kronis di bawah prepusium dan mencegah
retraksi.
2.3.5 PATHWAY
Kongenital, peradangan, oedema

Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit

Prepusium tidak dapat diretraksi diri glans penis

Pre operasi post operasi

Gangguan Kurang Nyeri perdarahan


pengetahuan akut
Aliran urine luka
Kekurangan
volume
cairan
Resiko
Kerusakan cemas
eliminasi infeksi
urine

2.3.6 MANIFESTASI KLINIS


Gejala fimosis dapat bervariasi dalam keparahan antara individu yang
terkena. Gejala umum fimosis meliputi :
 Kesulitan buang air kecil
 Ketidakmampuan untuk menarik kembali preputium
 Pembengkakkan ujung penis
 Baloning (menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi
dan menimbulkan retensi urine)
 Sakit berkemih
 Biasanya bayi menangis dan mengejan pada saat buang air kecil karena
timbul rasa sakit
 Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
 Air seni keluar tidak lancar, kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah tidak diduga. (healtgrades.com/phimosis)
2.3.7 KOMPLIKASI
 Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih
 Akumulasi secret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian
terkena
 Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut
 Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin
 Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa
nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis
 Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis
 Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal
 Fimosis merupakan salah satu factor resiko terjadinya kanker penis
2.3.8 PENATALAKSAAN MEDIS
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
1. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan
masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum
ataupun local.
2. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan
elastilitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif.
3. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup
yang dilakukan setelah mandi air hangat selama 5-10 menit setiap hari.
Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
luka yang menyebabkan pembentukan parut.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang dapat di deteksi
ketika atau segera setelah bayi lahir, atau istilah lainnya yaitu adanya kelainan
pada muara uretra pria. Dan biasanya tampak disisi ventral batang penis.
Kelainan tersebut sering diasosiakan sebagai suatu chordee yaitu penis yang
menekuk ke bawah.
Fimosis adalah keadaan kulit penis (preputium) melekat pada bagian
kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran kemih,
sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.Fimosis
dapat terdiri dari fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir
sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anakbahkan sampai masa
remajadan fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis).
Hidrokel adalah pengumpulan cairan peritoneum di dalam
skrotum.Hidrokel adalah kumpulan cairan serosa yang berkembang di antara
lapisan visera dan parientalis tunika baginalis, dalam keadaan normal, cairan
yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik di
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai