Laporan MR Etnografi Kel 1 FIX
Laporan MR Etnografi Kel 1 FIX
OLEH :
Kelompok 1
Segala Puji syukur kita haturkan kepadatuhan yang Maha Esa karena berkat
dan kasihNya penulis diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga proposal ini
dapat terselesaikan dengan tepat padawaktunya, proposal ini diberi judul “Peran
Pekerjaan Par Inang Inang agi Ibu-Ibu di Pasar MMTC Di Jalan Williem
Iskandar Kecamatan Medan Estate”.
Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua
yang selalu memberi dorongan berupa nasihat serta motivasi, baik itu lisan
maupun berupa materi.
Penyususnan Proposal Skripsi ini merupakan salah satu syarat pengajuan
untuk meraih gelar sarjana tingkat strata satu di prodipendidikan Antropologi,
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari dlam
penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis membutuhkan kritikdan saran yang
membangun dalam meminimalisir kekurangan yang terdapt dalam proposal
skripsi ini. Penulis juga berharap dengan adanya skripsi ini, pembacadapat
memperoleh ilmu pengetahuan dan memiliki manfaat yang lebih di hari
kemudian.
Medan,2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perempuan disamping pekerjaan rumah tangga juga di bidang pertanian.
Seiring dengan menyempitnya lahan pertanian, berakibat perempuan batak
berusaha/berjualan di pasar-pasar. Dengan mengandalkan kemampuan dan
tenaganya sendiri dengan tujuan menambahkan pendapatan dan meningkatkan
perekonominnya, dalam konteks ini perempuan sebagai pekerja domestik pun
seolah berputar haluan menjadi sorang tulang punggung keluarga. Karena
Konteks mencari nafkah dalam masyarakat Batak pada umumnya di bebankan
kepada seorang kepala keluargayaitu Laki-laki, namun dalam dalam
praktiknya konteks tersebut semakin mengalami perubahan dimana wanita
sebagai seorang yang bertugas di dalam kegiatan domestik, seperti dapur,
kasur dan sumur juga ikut mengambil peransebagai pencari nafkah bagi
keluarga dan sebagai ibu rumah tangga.
2
yang membedakan, parngge-rengge biasanya diisi oleh ibu-ibu yang bekerja
dan berngkat di tengah malam untuk menjajakan dagangan yang dimilikinya.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulis dapat
memberitahukan Tujuan penelitian ini yakni sebagai berikut :
1. Mengetahui makna bekerja sebagai par inag-inang di pasar raya mmtc
2. Mengetahui Strategi par inang-inang dalam melakukan peran ganda yang
dimilikinya
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Nurjannah (2018) dengan penelitiannya yang berjudul “The role of batak
tobanese women as parrengge-rengge to enhance the living standards of
family at Pajak Horas in Pematang Siantar city” yang mana penelitian ini
mengemukakan bahwa bahwa perempuan batak itu bekerja sebagai parengge-
rengge adalah karena kebutuhan ekonomi serta untuk menambah pemasukan
keluarga &perempuan batak yang menjadi parengge-rengge, serta latar
belakang pendidikan yang rendah.
6
sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja
dilakukan untuk mendapatkan penghasilan serta pengeluaran energy untuk
kegiatan yang dibutuhkan oleh sesorang. Makna kerja adalah sekumpulan
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, sikap dan harapan yang orang-orang
miliki dalam hubungan kerja (siti, 2013).Sedangkanmenurut Singh ( dalam
Herudiati, 2013) mendefensikan makna kerja merupakan penghayatan
induvidu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dengan melakukan bekerja
dalam lingkungan kerja.
B. Konsep Pasar
Dalam bahasa Batak, pasar atau pecan disebut Onan. Secara etimologis
berasal dari perkataan on artinya ini dan an artinya itu. Jadi secara harfiah
onan berarti ini dan itu. Bila menyimak pembicaraan yang berlangsung di
pasar terutama saat terjadinya ‘tawar-menawar’ antara pedagang dengan
pembeli, maka yang sering kita dengar on (ini) dan an ( itu). Oleh sebab
itu tempat kegiatan ini berlangsung dinamakan onan (Simanjuntak.
2011:234)
Onan sebagai suatu institusi ekonomi, juga merupakan institusi sosial yang
menghubungkan antara pembeli dan penjual. Dalam aktivitas dapat dilihat
hamper semua fenomen aekonomi seperti pasar yang berkaitan dengan
lokasi, waktu, istitusi, dan proses didalamnya, selain itu terdapat actor
pasar seperti pedaganag, pembeli, produsen, konsumen, pekerja dan
pengusaha.
7
In the context of Batak Toba culture, Parrengge-rengge is a term
originally derived from market activities, namely those who sell
agricultural merchandise and in Batak Toba culture, the special
philosophy given to Parrengge-rengge is Tobok tobok Samosir”
8
“also clarifies that ‘Ruhut Parsaoran in Habatakon’, is the
concept of market which is already famous called ‘onan’. Some of
the terms derived from the activities of the market are partiga-tiga,
panuhor, and boniaga. Partiga-tiga is a term given to the seller of
the merchandise. Panuhor is a term given to buyers who purchase
merchandise while boniaga is a naming of the goods”.
Dari ketiga definisi ketiga peneliti tesebut dapat dilihat bahwa parengge
rengge Dalam konteks budaya Batak Toba, merupakan istilah yang berasal
dari kegiatan pasar bagi mereka yang menjual barang pertanian
Parrengge-rengge adalah istilah yang awalnya berasal dari kegiatan pasar,
yang dikenal dengan Tobok tobok Samosir, Ruhut Parsaoran in
Habatakon yang paling akrab di sebut dengan istilah OnAn
2.3 KerangkaTeori
Teori yang digunakan dalam mengkaji dan melihat fenomena ini :
A. Teori Makna Interpretative Simbol Cliffort Geertz
9
Interpretative Simbol oleh Clifford Gerrtz mengemukakan suatu definisi
kebudayaan sebagai: (1) suatu sisitem keteraturan dari makna dan simbol-
simbo, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu
mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan persaan-perasaan mereka,
dan membuat penilaian mereka; (2) suatu pola makna-makna yang
ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk
simbolik, yang melalui bentuk-bentuk simbolik tersebut manusia
berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka
mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik
bagi pengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi;
dan (4) oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses
kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi.
Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk tertulis
yang diberi makna oleh manusia. Bentuk primer dari simbolisasi oleh
manusia adalah melalui bahasa. Tetapi manusia juga berkomunikasi
dengan menggunakan tanda dan simbol dalam lukisan, tarian, musik,
arsitektur, mimikwajah, gerak-gerik, postur tubuh, perhiasan, pakaian,
ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata ruang, pemilikan barang, dan
banyak lagi lainnya. Manusia dapat memberikan makna kepada setiap
kejadian tindakan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran, gagasan dan
emosi. Persepsi tentang penggunaan simbol sebagai salah satu ciri
signifikan manusia menjadi sasaran kajian yang penting dalam antropologi
dan disiplin-disiplin lain.
Dalam hal ini, maka yang ingin diketahui dari sini yaitu alasan perempuan
batak atau Parangge-rengge bekerja diluar domestik (rumah tangga) dan
ikut mencari nafkah membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Padahal dalam masyarakat Batak yang menganut sistem kekerabatan
Partrineal, bahwa laki-laki atau suami lah yang bekerja diluar rumah
tangga. Namun saat ini perempuan telah merangkap menjalankan dua
peran. Sehingga hal tersebut penting kiranya diketahui makna dari peran
10
ganda yang dijalankan oleh perempuan batak atau Parengge-rengge
tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul Tafsir Kebudayaan, dia mengatakan bahwa
kebudayaan bukan lah suatu hal yang dapat di tarik hukum umunya,
pendekatan atas kebudayaan harus dilakukan secara interpretatif, sehingga
maknanya dapat di pahami. Geertz berusaha untuk menafsirkan simbol-
simbol yang muncul dalam prilaku keseharian yang di praktekkkan oleh
kelompok masyarakat tertentu dalam lingkungan dan konteks historis
tertentu.
2.4 KerangkaBerpikir
Alasan
Ekonomi
Keluarga
Pendidikan
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Marvin Harris & Orna Johnson (2000). Secara harafiah penelitian
etnografi berarti gambaran sebuah masyarakat, yang berarti Etnografo adalah
gambaran umumsuatu budaya atau kebiasaan, keyakinan dan prilkau yang
berdasarkan atas informasi yaang telah di kumpulkan melalui penelitian
lapangan.
12
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode
Kualitatif. Menurut Creswell (2008) mPenelitian kulaitatif yaitu suatu
pendekatan atau penelusuran untuk Mengekplorasi dan memahami suatu
gejala Sentral. Untuk mengrti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai
peserta penelitian ataupeserta penelitiandengan mengajukan pertanyaan yang
umum dan agak luas.
Informan Pertama
Usia : 44 Tahun
Informan Kedua
Usia : 35 Tahun
13
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa Observasi partisipasi.yaitu dengan cara melakukan
pengamatan dan ikiut dalam masyarakat tersebut.
Pengumpulan data pada penelitian ini dimulai padahari, Senin tanggal 17
September 2019. Di mulai dengan melakukan observasi, mengamati segala
tingkah laku dan transaksi yangadai dalam pasar, kemudian bertanya tanya
pada para pedagang dan menentukan kesesuain kriteria untuk dijadikan
sebagai seorang informan. Tak sedikit yang menolak dengan berbagai macam
alasan, tapi kami memahami itu dan kesiapn informanan sangat
mempengaruhi prolehan data yang mendalam. Kemudian kami bertemu
dengan ibu nainggolan dan beberapa penjual /parengge rengge lain, kami
memilih ibu nengoolan sebagai informan karenakriteri yang dibutuhkan sudah
tercapa, baik kesiapan, waktu dan pengalamannya.
A. Wawancara Mendalam
Menurut Harsono Wawancara merupakan proses pengumpulan data yang
langsung Memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Menurut
Mantja ( dalam Harsono, 2008: 162), wawancara mendalam merupakan
percakapan terarah yang tujuannya untuk mengumpulkan informasi
etnografi. Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mendasar ke yang lebih khusus dalam
memperoleh jawaban dari informan secara luas.
B. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang di proses melalui dokumen-
dokumen. Metode dokumentasi dipakai untuk mengumpulkan datadari
sumber-sumber dokumen yang mungkin mendukung atau bahkan
berlawanan dengan hasil wawancara Harsono, 2008: 169)
14
Miles Huberman. Yakni data yang sudah terkumpul dibuat dalam matriks.
Dalam matriks akan terliahat penyajian data secara deskriftif sekitar peristiwa
atau pengalaman tertentu yang menyekat data sebelum dan sesudahnya.
Setelah data dimasukkan kedalam matriks selanjutnya dibuat daftar cek (Miles
Huberman, 2007: 139-140).
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
Kutipan wawancara dari ibuk nenggolan ini mengungkapkan bahwa
pekerjaansebagai parengge rengga yang digeluti dari gadis ini merupakan
pilihan yang sesuai dengan pasion/ keahlian si ibuk, beliau juga menuturkan
mengai anak-anaknya yang mengeluti dunia bisnis ini, namun dengan cara dan
usaha yang berbeda, yakni sebagai salah satu manager perusahaan di kota
bandung.
“ anakku yang bontot pun pekerjaannya berbau bisni juga, tapi dia
kerja di bandung, enak lah hidupnya, ada mobil untuk dinas
dikasih sama dia “ (wawancara 24 September 2019)
Dari kutipan wawancara ini terlihat bahwa kasih sayang seorang ibu sangat
berarti dan tidak adaduanya,dalam menyekolahkan anaknya ibu naggolan
tidak begitu mementingkan soal biaya asalkan semua anaknya memperoleh
17
pendidikan yang tinggi, ibu nenggolan juga mengatakan kalau anaknya sukses
pun dia tidak mementingkan materi berharap diberi uang, ibu nainggolan
hanya berharap anaknya todak mempermalukan keluarganya dan membuat
dirinya bangga.
“ Aku kalau mereka susks kan untuk mereka nya itu, kalau kita
orang tua kann cuman kebanggaannya ajanya, bercerita lah
orangtua kita itu,kan senang dia” ( Wawancara 24 September
2019)
Dari Pembahaan di atas dapat dilihat bahwa motif dan makna pekerjaan
sebagai parengge-rengge yakni untuk membantu suami dalam mencari nafkah
untuk kebutuhan keluarga sehari dan kebutuhan sekolah anak-anaknya untuk
sekolah sampai ke Perguruan Tinggi. Ibu pedangan Bawang ini memperoleh
barang dagangan yaitu bawang dari Toke, jadi disini ibu ini hanya menjualkan
barang dari berbagai toke bawang. Beliau menjadi parengge-rengge sudah
lama sejak tahun 1997 yang awalnya berdagang di Pasar Sentral, namun
dipindahkan ke pasar MMTC.
18
4.2 Mengapa Memilih Menjadi Seorang Parrengge-rengge
Dalam menekuni pekerjaan sebagai parrengge-rengge alasan ibu nainggolan
adalah karena pekerjaaan ini meruapakan pekerjaan yang telah digeluti oleh
orangtuannya dan ibu sejak masih gadis namun setelah menikah dan pindah
kemedan bersama suaminya dari Pangururan, dahulu ibu bekerja dengan
suaminya di pajak sentral namun karena MMTC telah menjadi pusat pasar
sehingga ia dan suaminya sekarang bekerja dan menggeluti pekerjaan ini di
pasar Raya MMTC.
“...dulu sebelum kesini kami di pajak sentral sana di dekat Medan
Mall, disini sewanya mahal ada yang 10 – 15 juta pertahun” (
Wawancara 24 September 2019).
Dalam berjulan ibu nanggolan pun hanya menjual/ penyalur barang dari
toke, dimana dalam setiap barang yang di ambil adalah sepenuhnya taggung
jawab ibu nainggolan baik yang terjual dan yang tidak terjual, dan apabila
busuk bawang akan dijual dengan harga yang rendah dibawah modal yang
dikenal dengan istilah Basuk ( Bawang Busuk ) dalam menutupi modal
kerugian ibu naggolan biasanya meminjam kepada rentenir yang biasanya
menjajakan jasanya para pedagang-di pasaran, memangtidak adacara lain
untuk mendapatkan uang yang cepat sehingga ibu nenggolan mau menerima
pokok pinjaman yag dia ajukan dengan bunga sekitar 20% jadi jika semisal
ibu nainggolan meminjam uang Rp. 3.000.000 ( Tiga Juta rupiah ) Maka
bunga yang di perolah adalah sebanyak Rp. 600.000 ( Enam Ratus Ribu
19
Rupiah ). Dengan rumus perhitungan Rp. 3.000.000 x 20 = 60.000.000 / 100
= 600.000.
Dari bekerja sebagai parengge-rnggeibu naggolan biasanya memperoleh
penghasilan sebanyak Rp. 300.000 ribu perhari dan masih beruapa
penghasilan kotor saja. Karena dengan harga bawang yang tidak menentu dan
tawaran pembeli yang sedikit keterlaluan.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahwa bekerja sebagai parengge rengge bukanlah hanya dilihat sebagai
bentuk pemenuhan kebutuhan karena kekurangan dalam ekonomi rumah tangga
melainkan sisi lainnya adalah sudah menjadi bagian dirinya menjadi seorang
parengge rengge karena adanya faktor keturunan. manfaat pekerjaan parinang
inang merupakan sisi lain yang di analisis melalui pekerjaan parinang-inang yang
mana melihat selain sisi kebutuhan ekonomi ada juga faktor lain yang sudah
menjadikan seorang perempuan batak bekerja menjadi parinang inang di MMTC.
motif dan makna pekerjaan sebagai parengge-rengge yakni untuk membantu
suami dalam mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga sehari dan kebutuhan
sekolah anak-anaknya untuk sekolah sampai ke Perguruan Tinggi.
5.2 Saran
21
LAMPIRAN
Gambar 1.1
Wawancara Hari Pertama dengan informan
Gambar 1.2
Wawancara Hari Pertama dengan Informan
22
Catatan Harian
23
pengetahuan baru bahwa informan mengatakan lelaki tidak dapat bekerja dengan
baik tanpa adanya perempuan dengan kata lain saling melengkapi. Kondisi pada
hari ini yaitu dengan pembeli yang berjumlah 3 pembeli selama melakukan
wawancara dengan informan sembari membantu juga bercerita bagaimana latar
belakang daripada informan menjadi parinang inang. Melakukan wawancara
kurang lebih 2 jam dengan kedua informan maka mendapatkan data yang cukup
valid sehingga memutuskan kembali melakukan aktifitas selanjutnya di jam 13.00
wib “
24
DAFTAR PUSTAKA
25