KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Dampak keberadaan minimarket terhadap pedagang kaki
lima di kabupaten tanjung jabung timur “ tepat waktu.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Irmanesi, S.Pd yang selalu
memberikan dukungan dan bimbingannya. makalah ini kami buat dengan tujuan untuk
memenuhi nilai tugas sosiologi. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa
bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun
demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah sosiologi ini bisa memberikan
informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima
kami kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................................4
1. Latar Belakang Masalah............................................................................................................4
2. Identifikasi Masalah....................................................................................................................5
3. Pembatasan Masalah................................................................................................................5
4. Rumusan masalah.....................................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................................6
MANFAAT DAN TUJUAN....................................................................................................................6
1. Tujuan penelitian........................................................................................................................6
2. Manfaat Penelitian......................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................................6
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS.............................................................................6
1. Deskripsi Teoritik........................................................................................................................6
a. Persepsi...................................................................................................................................6
b. Pasar........................................................................................................................................7
c. Jenis Pasar..............................................................................................................................8
d. Kondisi Sosial Ekonomi.......................................................................................................10
2. Hasil Penelitian yang Relevan................................................................................................11
BAB IV...................................................................................................................................................12
METODE PENELITIAN.......................................................................................................................12
1. Tempat dan waktu penelitian..................................................................................................12
2. Metode penelitian.....................................................................................................................12
BAB V....................................................................................................................................................12
HASIL PENELITIAN............................................................................................................................12
1. Kondisi Pasar Tradisional Dilihat Dari Aspek Konsumen...................................................12
2. Kondisi Pasar Tradisional Dilihat Dari Aspek Produk/Komoditas......................................13
3. Kondisi Pasar Tradisional Dilihat Dari Harga Komoditas....................................................13
4. Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional..........................................................14
BAB VI...................................................................................................................................................14
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................................14
2
1. Kesimpulan................................................................................................................................14
2. Saran..........................................................................................................................................14
BAB VII.................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak
manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan
tersebut adalah dengan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar
merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi manusia
terhadap lingkunganya. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat mendorong laju
pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat pula. Kebutuhan ekonomi dari masyarakat
itu sendiri. Kebutuhan akan pasar yang merupakan akses untuk memenuhi hidup
dimana transaksi kebutuhan antar pedagang dan konsumen berkembang dengan
pesatnya. Oleh karna itu munculah bentuk-bentuk pasar kecil (minimarket).
Tanjung Jabung Timur adalah salah satu contoh Kabupaten di Provinsi Jambi,
Indonesia yang memiliki luas wilayah 5.086 km 2. Berdasarkan data sensus tahun
2018. jumlah penduduk yang ada di wilayah Tanjung Jabung Timur 218.413 jiwa. Hal
tersebut tidak menutup kemungkinan bagi usaha ritel modern untuk memasuki pasar
ritel tradisional. Saat ini banyak dijumpai minimarket di sepanjang jalan seperti
indomaret dan Alfamart yang menjamur di beberapa tempat strategis di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan minimarket sekarang ini
menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat
kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota kecil di tanah air.
Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak
kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas
menengah dan bawah mengeluh.
Kendati persaingan antara pasar modern secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, tetapi diketahui juga
mengenai dampaknya terhadap pasar tradisional. Mengukur dampaknya amat penting
karena mengingat pasar modern yang pada saat ini secara langsung bersaing dengan
pasar tradisional tidak hanya melayani segmen pasar tertentu. Jika tidak diimbangi
dengan pelayanan dan manajemen yang lebih baik boleh jadi pasar tradisional lama-
lama akan bisa mengalami kematian.
Kemunculan gerai-gerai minimarket ternyata tidak serta merta membawa
perubahan atau dampak baik kepada semua kalangan (konsumen maupun pedagang
pasar Tradisional/grosir). Tersebarnya gerai-gerai tersebut malah membawa dampak
negatif terhadap pedagang tradisional yang juga menawarkan barang seperti digerai
minimarket. Hal ini menyebabkan minat konsumen menjadi berkurang untuk
berbelanja di grosir biasa seperti pasar Tradisional dan toko sembako rumahan,
mereka lebih nyaman untuk berbelanja di grosir minimarket, selain tempat yang
4
nyaman pelayanan yang diberikan oleh pegawai toko juga sangat memuaskan
konsumen, terlebih lagi promo-promo dan potongan harga yang diberikan untuk bahan
pokok rumah tangga. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya observasi wawancara
penulis terhadap beberapa konsumen pasar yang berada di daerah geragai. Pasar
grosir sendiri hanya menyediakan bahan pokok rumah tangga tanpa adanya promo
ataupun potongan harga terhadap konsumen, ini dikarenakan modal usaha yang
mereka keluarkan tidak begitu banyak sehingga hanya memberikan harga yang
sesuai dengan modal usaha. Pedagang kaki lima harus bersikeras memikirkan
pengadaan barang dan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga yang
bisa dikatakan biasa. Sedangkan gerai minimarket tanpa harus memikirkan pasokan
barang yang akan dijual karena setiap bulan barang-barang yang akan dijual tetap
didatangkan, sehingga perputaran perdagangan barang tidak terputus dan persediaan
barang tetap terjaga.
Gerai minimarket juga melakukan inovasi terhadap fitur-fitur perbelanjaan yakni
dengan menjual pulsa elektronik dan tiket kereta api, gas dan galon air mineral.
Sehingga membuat antusias masyarakat sangat tinggi dalam melakukan kegiatan
belanja digerai ini, karena alasan kenyamanan dan kemudahan serta banyak fitur
serta promo yang ditawarkan. Menurut peneliti diduga bahwa hal tersebut semakin
membuat menurunnya omset pedagang di pasar tradisional, dan juga aspek-aspek
lainnya seperti tingkat kesejahteraan kehidupan, kesehatan, pekerjaan lain,
pendidikan, dan juga interaksi sosial.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memilih dan tertarik untuk
mengangkat masalah mengenai “ PENGARUH RITEL MODERN TERHADAP
KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA GERAGAI KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI”.
2. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a) Pertumbuhan penduduk menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi sangat
pesat.
b) Banyak bermunculan minimarket di tanjung jabung timur.
c) Persepsi tentang minimarket berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi
pedagang pasar tradisional.
d) Pasar modern saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional.
3. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik dan tidak meluas diluar
pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah:
Pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi
pedagang di geragai kabupaten tanjung jabung timur provinsi Jambi.
5
4. Rumusan masalah
Dari banyak fenomena dan fakta sosial yang telah dipaparkan serta
berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan
merumuskan permasalahan yakni:
Adakah pengaruh ritel modern terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang kaki
lima di geragai kabupaten tanjung jabung timur provinsi jambi?
BAB II
MANFAAT DAN TUJUAN
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui adakah pengaruh ritel modern terhadap kondisi sosial ekonomi
pedagang kaki lima di geragai kabupaten tanjung jabung timur provinsi jambi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya hasanah ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu di dalam
problematika masyarakat.
b) Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti terkait dampak keberadaan ritel
modern di Tanjung Jabung Timur.
c) Sebagai bahan referensi.
BAB III
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1. Deskripsi Teoritik
a. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting.
Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa
persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan memaknai fenomena,
informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Persepsi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesa (KBBI) adalah “tanggapan langsung atau sesuatu” [Tim Prima
Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press), h. 513].
6
Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks
untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali
sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”[ Desmita, Psikologi
Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119 ].
Persepsi mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan
mengikuti proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur
informasi yang masuk melalui panca indra kita.
Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian
sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu,
sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana
seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi individu atau masyarakat
terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian
kondisi stimulus yang dilakukan dalam proses kognitif. Selanjutnya, menurut Chaplin
dalam Desmita, mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali
objek dan kajian objektif dengan bantuan indra.
Persepsi seringkali diikuti dengan kata perspektif. Perspektif sudut pandang
atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang dalam mengamati
kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Jadi, perspektif
merupakan cara pandang yang muncul akibat kesadaran seseorang terhadap suatu
isu yang terjadi. Perspektif dapat dijadikan penambah wawasan atau pengetahuan
seseorang agar dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dengan pandangan yang
luas. Jadi perspektif memiliki ciri-ciri antara lain: seseorang yang memiliki perspektif
yang tinggi akan berpikir luas dan tidak membeda-bedakan sesuatu, jadi tidak
memandang masalah dari pandangan sempit dan terkotak-kotak, seseorang yang
memiliki perspektif yang tinggi akan dengan mudah dapat berinteraksi dengan orang
lain secara harmonis, seseorang yang memiliki perspektif yang tinggi mampu bersaing
atau berkompetensi dengan sehat.
Pengertian persepsi menurut para ahli di atas berbeda-beda. Namun, dari
beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa persepsi adalah
proses pemberian makna atau pandangan, interpretasi dari stimulasi dan sensasi
yang diterima oleh individu, disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu
tersebut.
b. Pasar
Pengertian pasar secara sederhana yang sering didengar di masyarakat, di
mana Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi jual beli barang dan jasa. Pasar adalah “area tempat jual beli barang dengan
jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan pusat perdagangan maupun sebutan lainnya” [ Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
7
Pembinanaan Pasar Traisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern]. Berbagai
tempat penjualan barang yang dihuni oleh banyak penjual dari berbagai jenis barang
sudah tidak asing lagi bagi kita yang dikenal sebagai masyarakat konsumtif
khususnya., pasar kaget, pasar pagi, dan banyak nama pasar lainnya sudah sejak
lama kita kenal dan ketahui.
Pasar juga dapat dikatakan “suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud
secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang atau
jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat
harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual
belikan”. [6 Sugiarto, Ekonomi Mikro (edisi baru), (Jakarta : PT Gramedia Utama,
2007), hal.35]
Interaksi antar penjual dan pembeli yang dimaksud adalah interaksi dalam
konteks permintaan dan penawaran. Stanton mengemukakan pengertian pasar yang
lebih luas. “Pasar dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan
untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi,
dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar,
yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian” [M. Fuad, Pengantar
Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal.120]
Berdasarkan pernyataan Stanton di atas, pasar adalah tempat di mana orang-
orang melakukan kegiatan untuk mendapatkan suatu hal (barang/jasa) yang mereka
inginkan dan dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas uang yang dimiliki
tersebut untuk dibelanjakannya.
c. Jenis Pasar
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah “pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Swasta, Koperasi, atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan
koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli
melalui tawar-menawar”.[ Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoa].
Pasar tradisional “biasanya yang terdiri atas kios-kios atau gerai yang dibuka
oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan, berupa ikan, buah, sayuran dan yang lain-lain.[ Gilang Permadi, Pedagang
Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini!, (Jakarta, 2011), hal.10].
Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang sangat penting bagi
mayoritas penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya
pada pasar tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional
8
merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di Indonesia.
Pasar tradisional biasanya terhubu pedesaan juga terhubung dengan pasar tradisional
di perkotaan yang biasa menjadi sentral kulakan bagi pedagang pasar-pasar
pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi
masyarakat.” [Eis Al Masitoh, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi
Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol. X. No.2, 2013, hal. 4].
Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pasar
tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang mayoritas pasarnya
dikelola oleh pemerintah dan lebih terarah untuk masyarakat lapisan bawah dengan
ciri khusus tidak adanya sistem/manajemen dalam proses penjualan, kondisi pasar
yang bau, kumuh, dan kotor, juga dengan adanya sistem tawar-menawar yang telah
melekat pada kegiatan di pasar tradisional.
2. Pasar modern
Pasar modern adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau
Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping
center di mana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, mengutamakan
pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan,
bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”. [Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan
Pasar dan Pertokoan].
Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas secara modern.
Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar modern dilaksanakan dengan
mengutamakan pelayanan dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa
mewah, dan juga dengan sistem harga tetap/tidak ada proses tawar-menawar.
Pasar modern adalah “tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah
tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana penjualan dilakukan secara eceran
dan dengan cara swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan
dan membayar ke kasir)” [ Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta : Media
Data, 2009), hal. 91-92]
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh
Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket,
departement store, dan shopping center yang pengelolaannya dilaksanakan melalui
manajemen dan sarana prasarana bernuansa modern yang identik dengan pelayanan
swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke
kasir) juga identik dengan sasaran konsumen yang pada umumnya anggota
masyarakat kelas menengah keatas.
9
d. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada yang
keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat perkembangan
manusia dalam hidupnya dapat dilihat dari pemenuhan kehidupannya sehari-hari. Hal
ini dapat menunjukan tingkat hidup seseorang atau sekelompok orang, apakah segala
macam kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi secara keseluruhan atau hanya
sebatas kebutuhan pokok saja.
Menurut Sumardi “kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur
secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat,
pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus
dimainkan oleh si pembawa status.” [Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial
Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan
Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7
Nomor 1, 2010, hal. 60-62]
Kehidupan seseorang dalam masyarakat tentunya dapat diakui dengan adanya
status, dimana status itulah yang menjelaskan seseorang sebagai apa dan siapa. Dan
status tersebut ditentukan dengan adanya peran sikap, hak,dan kewajiban yang
dimiliki dan dijalankan oleh seseorang yang bersangkutan. Sementara W.S Winke
menyatakan bahwa “pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu
keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan
material yang dimiliki, di mana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.”.
Aspek-aspek dalam sosial ekonomi penduduk tersebut dapat dijadikan tolak
ukur bagi seseorang untuk mengetahui apakah kondisi sosial ekonominya sudah baik,
cukup, atau kurang dengan melihat dari kecukupan pangan dan pemenuhan
keperluan ekonomi rumah tangganya. Selain penjelasan menurut beberapa ahli
mengenai kondisi sosial ekonomi di atas, Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers
mengemukakan ciri-ciri keadaan ekonomi sosial yaitu sebagai berikut :
a) Lebih berpendidikan.
b) Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan,
pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap lingkungan.
c) Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.
d) Mempunyai ladang luas.
e) Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.
f) Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit
g) Pekerjaan lebih spesifik.
Dilihat dari beberapa penjelasan dan ciri-ciri diatas, maka kondisi sosial
ekonomi dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu :
10
a) Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang yang diterima
atau dihasilkan.
b) Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk
formal yang dikenal sebagai pelajaran.
c) Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
d) Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari hukum pertukaran
barang dan jasa.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial
ekonomi adalah keadaan individu atau kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-
rata yang berlaku umum tentang penghasilan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan
interaksi sosial. Sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya erat dengan status sosial
ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok.
11
Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Skripsi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) Implementasi peraturan pemerintah tentang
pasar modern tidak berjalan semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku
usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap
keberadaan pasar modern termasuk dalam kategori tinggi. (3)
Keberadaan pasar modern berdampak negatif pada omset (24% dan
16,3%), pendapatan (30% dan 17,5%), dan jumlah pelanggan (32% dan
29%) usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional. (4) Upaya
yang dilakukan pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar
tradisional untuk mempertahankan eksistensi usahanya sangat minim,
misalnya hanya dengan menurunkan harga jual beberapa jenis barang
BAB IV
METODE PENELITIAN
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Pasar Tradisional Dilihat Dari Aspek Konsumen
Kondisi pasar tradisional dilihat dari aspek konsumen Konsumen di pasar
tradisional didominasi oleh konsumen rumah tangga sebesar 40,7%, yaitu konsumen
12
yang membeli barang/komoditas di pasar tradisional untuk dijual kembali. Konsumen
terbesar berikutnya adalah konsumen took atau warung yaitu 37,3%, berikutnya
pedagang keliling sebanyak 15,3% dan konsumen lain yang tidak bisa diidentifikasi
oleh pedagang (pembeli insidental). Demikian pula jika dilihat dari nilai transaksi,
menunjukkan kondisi yang tidak berbeda, dimana konsumen rumah tangga memiliki
kontribusi nilai rata-rata transaksi terbesar (43,4%) dibandingkan nilai transaksi
konsumen warung/toko (33,5%) dan pedagang keliling (16,4%). Jika nilai transaksi
toko/warung/pedagang keliling sebagai konsumen pengecer digabung, maka rata-rata
nilai transaksi konsumen rumah tangga di pasar tradisional hampir 50% dari total
transaksi di pasar tradisional.
13
baru berikut para pedagang kaki lima berdagang di halaman-halaman / jalan di
seputar pasar tradisional.
4. Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Keberadaan ritel modern Alfamart dan Indomaret di sekitar pasar tradisional
yang berada di wilayah Pandan Jaya Kecamatan Geragai hanya memberikan
dampak terhadap tingkat keuntungan pedagang pasar tradisional, tidak memberikan
dampak signifikan terhadap omset dan jumlah tenaga kerja di pasar tradisional. Jadi
keberadaan ritel modern Alfamart dan Indomaret meningkatkan persaingan untuk
mendapatkan konsumen, sehingga pedagang di pasar tradisional menerapkan strategi
persaingan harga dengan menurunkan margin keuntungan sehingga harga jual lebih
murah untuk mempertahankan konsumen agar tidak beralih ke ritel modern.
2. Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
A. Salah satu kelemahan pasar tradisional dibandingkan ritel modern adalah daya
saing harga karena ritel modern melakukan pembelian dalam jumlah besar
kepada pemasok sehingga memperoleh harga lebih murah. Pedagang pasar
tradisional bisa meningkatkan daya saing dalam hal harga dengan melakukan
kerjasama dengan pedagang sejenis di pasar untuk patungan dalam
14
mengambil barang dari pemasok, sehingga total pembelian menjadi lebih besar
dan dapat memanfaatkan potongan harga dari pemasok untuk pengambilan
dalam jumlah besar. Dalam hal ini peran asosiasi pedagang pasar dalam
melakukan pemberdayaan pedagang di pasar tradisional.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Gita Media Press
Gilang Permadi. 2011 Pedagang Kaki Lima: Riwayatmu dulu, nasibmu kini Jakarta
Eis Al Masitoh. 2013 Upaya menjaga Eksistensi pasar tradisional, studi revitalisasi
pasar
piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol X no 2
Basrowi dan Siti Juariyah.2010 Analisis sosial ekonomi dan tingkat Pendidikan
masyarakat desa Gading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung
Timur Jurnal Ekonomi dan Pendidikan Volume 7 nomor 1
15
Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tentang Pendanaan Kredit
Usaha Mikro dan Kecil
Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern
16