Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PASAR MONOPOLI
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Manajerial

Yang diampu oleh Ibu Ida Siswatiningsih

Disusun oleh:

M. Vicko Fabian
(21130210407)
M. Fariz Thoriqqillah
(21130210406)
Remond Suryo Sukoco
(21130210412)
Bregy Indrawan (21130210311)
Hendrik Gautama (21130210324)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

2022/2023

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah dilimpahkan segala rahmat, nikmat serta hidayatnya dalam penyelesaian
tugas “Makalah Perilaku Konsumen Jasa” dengan petunjuk-petunjuk yang
diberikan-Nya penulis dapat melewati setiap hambatan dan rintangan dalam
proses pengerjaan tugas ini dengan baik dan tanpa masalah.

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dari Ibu Ullya


Nindyaningtyas, S.EI., M.S.EI untuk memeroleh nilai yang baik dan kami
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat
bagi para pembacanya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempuna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Karena itu kami mengharapkan kritikan dan sarn yang membangun agar
makalah ini menjadi sempurna.

Kediri, 19 Maret 2023

Penyus
un

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4
1.4 Manfaat..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
2.1 Pengertian Pasar Monopoli............................................................................4
2.2 Ciri-Ciri Pasar Monopoli..................................................................................4
2.3 Faktor yang Menimbulkan Monopoli.............................................................4
2.4 Pemaksimuman Keuntungan Dalam Monopoli...............................................4
2.5 Larangan Praktik Monopoli Terhadap Undang-Undang..................................4
2.6 Kurva Permintaan dan Penawaran Pasar Monopoli........................................4
2.6.1 Kurva Permintaan Monopoli...................................................................4
2.6.2 Kurva Penawaran Monopoli...................................................................4
2.6.3 Posisi Keseimbangan...............................................................................4
2.7 Pendapatan Marginal dan Harga....................................................................4
2.7.1 Pendapatan Rata-Rata dan Marginal......................................................4
2.7.2 Ekuilibrium Monopoli Jangka Pendek.....................................................4
2.7.3 Ekuilibrium Monopoli Jangka Panjang....................................................4
2.8 Dampak Monopoli..........................................................................................4
2.8.1 Pengaruh Monopoli dan Peran Pemerintah............................................5
2.8.2 Monopoli dan Kesejahteraan Masyarakat..............................................5
2.8.3 Monopoli Tidak Selalu Buruk..................................................................5
2.8.4 Anti Monopoli.........................................................................................5
2.8.5 Perkembangan Teknologi dan Inovasi Dalam Pasar Monopoli................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................5
3.2 Saran..............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi pasar sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, yang

mana pasar berfungsi sebagai sarana distribusi, sarana pembentuk


harga, dan sebagai sarana promosi. Pasar juga dapat menjadi tempat

bersaing antara produsen dengan produsen lainnya, sekaligus

memperkenalkan hasil produksinya. Mereka bersaing untuk

mendapatkan banyak konsumen untuk memperebutkan hatinya,

sekaligus meraih keuntungan dari produk dan jasa yang ditawarkan.

Berdasarkan jenisnya pasar dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.

Pasar persaingan sempurna adalah jenis pasar yang jumlah penjual

dan pembeli sangat banyak dan produk yang ditawarkan sama,

sedangkan pasar persaingan tidak sempurna adalah merupakan

jenis pasar yang jumlah penjualnya terbatas tetapi sangat banyak

pembelinya.

Beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis (Malaka, 2014),

(Taufiqurrahman, 2020) dan (Sukirno & Damayanti, 2018) membahas

mengenai salah satu bagian dari jenis pasar persaingan tidak

sempurna. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan mengkaji

secara teoritis salah satu jenis pasar yang ada yaitu pasar

persaingan tidak sempuna dengan mengkhususkan pada pasar

monopoli dan monopsoni. tujuannya adalah untuk melihat bagaimana

praktik antara penjual atau pembeli dalam pasar monopoli dan

monopsonidan kaitannya dengan tenaga kerja pada pasar tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari pasar monopoli?

2. Apa saja ciri-ciri dari pasar monopoli?


3. Apa factor yang menimbulkan adanya monopoli?

4. Bagaimana pemaksimuman keuntungan dalam monopoli?

5. Bagaimana larangan praktik monopoli terhadap undang-undang?

6. Bagaimana kurva permintaan dan penawaran pada pasar

monopoli?

7. Bagaimana pendapatan marginal dan harga dalam pasar

monopoli?

8. Apa saja dampak dari adanya pasar monopoli?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pasar monopoli.

2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari pasar monopoli.

3. Untuk mengetahui apa factor yang menimbulkan adanya

monopoli.

4. Untuk mengetahui bagaimana pemaksimuman keuntungan

dalam monopoli.

5. Untuk mengetahui bagaimana larangan praktik monopoli

terhadap undang-undang.

6. Untuk mengetahui kurva permintaan dan penawaran pada pasar

monopoli.

7. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan marginal dan harga

dalam pasar monopoli.

8. Untuk mengetahui apa saja dampak dari adanya pasar monopoli.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar Monopoli


Monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada

satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ini adalah

kasus monopoli murni atau pure monopoly. Dalam kenyataan sulit untuk

mendapatkan suatu perusahaan yang memberi contoh monopoli murni.


Dimana tidak ada unsur persaingan dari perusahaan yang lain. Karena

seandainya pun hanya ada satu penjual dipasar, sehingga tidak ada

persaingan langsung dari perusahaan lain, kemungkinan masih, ada

perusahaan yang tidak langsung, misalnya dari produk atau barang-

barang dari perusahaan lain yang bisa sebagian substitusi (meski

substitusi tidak sempurna) untuk barang-barang yang dihasilkan

perusahaan monopoli.

Misalnya, PLN mendapat persaingan dari perusahaan yang

menjual genset. Macam persaingan yang tidak langsung adalah

kemungkinan-kemungkinan adanya perusahaan-perusahaan baru yang

masuk ke dalam pasar (sering disebut "persaingan potensial"). Karena

adanya persaigan potensial ini, perilaku seorang produsen monopoli tidak

sebebas apa yang digambarkan dalam kasus monopoli murni. Demikian

pula campur tangan Pemerintah bisa merupakan faktor pembatas bagi

"kekuasaan monopoli" suatu perusahaan.

Secara umum perusahaan monopoli menyandang predikat jelek

karena dikonotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi

normal dan supply komoditas yang lebih sedikit bag masyarakat,

meskipun dalam prakteknya tidak selalu demikian. Sebagai contoh

beberapa perusahaan di Indonesia dijalankan secara monopoli dengan

alasan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak, seperti halnya

Pertamina dan PAM.

2.2 Ciri-Ciri Pasar Monopoli


Ciri-ciri pasar monopoli sangat berbeda dengan pasar persaingan

sempurna. Uraian berikut menerangkan ciri-ciri monopoli.

1. Pasar Monopoli Adalah Industri Satu Perusahaan


Sifat ini sudah secara jelas dilihat dari definisi monopoli di atas,

yaitu hanya ada satu saja perusahaan dalam industri tersebut.

Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat

dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain,

kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus

membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan

sepenuhnya ditentukan oleh monopoli itu, dan para pembeli tidak

dapat berbuat suatu apa pun di dalam menentukan syarat jual beli.

2. Tidak Mempunyai Barang Pengganti yang Mirip


Barang yang dihasilkan perusahaan tidak monopoli tidak dapat

digantikan oleh barang lain yang ada dalam pasar. Barang tersebut

merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak

terdapat barang mirip (close, substitute) yang dapat menggantikan

barang tersebut. Aliran listrik adalah contoh daribarang yang tidak

mempunyai barang pengganti yang mirip. Yang ada hanyalah barang

pengganti yang sangat berbeda sifatnya, yaitu lampu minyak. Lampu

minyak tidak dapat menggantikan listrik karena, ia tidak dapat

digunakan untuk menghidupkan televisi atau memanaskan

strika/gosokan.

3. Tidak Terdapat Kemungkinan untuk Masuk ke dalam Industri


Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan

yang mempunyai kekuasaan monopoli. Tanpa sifat ini pasar

monopoli tidak akan wujud, karena tanpa adanya halangan tersebut

pada akhirnva akan terdapat beberapa perusahaan di dalam industri.

Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan

perusahaan-perusahaan lain memasuki industry tersebut. Adanya

hambatan kemasukan yang sangat Tangguh menghindarkan


berlakunya keadaan yang seperti itu. Ada beberapa bentuk hambatan

kemasukan ke dalam pasar monopoli. Ada yang bersifat legal, vaitu

dibatasi oleh undang-undang. Ada yang bersifat teknologi, yaitu

teknologi yang digunakan sangat canggih dan tidak mudah dicontoh.

Dan ada pula yang bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan

sangat besar.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga


Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya

penjual di dalam pasar, maka penentuan harga dapat dikuasainya.

Oleh sebab itu perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu

harga atau price setter.

5. Promosi Iklan kurang diperlukan


Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya

perusahaan di dalam industri, ia tidak perlu mempromosikan

barangnya dengan menggunakan iklan. Pembeli yang memerlukan

barang yang diproduksikannya terpaksa membeli daripadanya.

Walau bagaimanapun perusahaan monopoli sering membuat iklan.

Iklan tersebut bukanlah bertujuan untuk menarik pembeli, tetapi untuk

memelihara hubungan baik dengan masyarakat

2.3 Faktor yang Menimbulkan Monopoli


Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan wujudnya pasar

(perusahaan) monopoli. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya

tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain.

Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan

suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh
orang atau perusahaan lain. Di dalam suatu perekonomian,

monopoli jga dapat berlaku apabila sesuatu perusahaan

menguasai seluruh atau sebagian besar bahan mentah yang

tersedia.

2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala

ekonomi (economics of scale) hingga ke tingkat produksi

yang sangat tinggi.

Suatu perusahaan baru menikmati skala ekonomi yang maksimum

apabila tingkat produksinya adalah sangat besar jumlahnya. Pada

waktu perusahaan mencapai keadaan dimana biaya produksi

mencapai minimum, jumlah produksi adalah hampir menyamai

jumlah permintaan yang wujud di pasar. Dengan demikian,

sebagai akibat dari skala ekonomi yang demikian sifatnya,

perusahaan dapat menurunkan harga barangnya apabila produksi

semakin tinggi. Pada tingkat produksi yang sangat tinggi, harga

adalah sedemikian rendahnya sehingga perusahaan perusahaan

baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang

terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar

monopoli.

3. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang,

yaitu pemerintah memberi hak monopoli kepada perusahaan

tersebut.

Peraturan-peraturan yang mewujudkan kekuasaan monopoli

adalah :

1. Peraturan patent dan hak cipta. Hak cipta atau hak paten

adalah suatu jaminan hukum untuk menghindari penjiplakan.

Agar usaha mengembangkan teknologi dengan tujuan untuk


menciptakan barang baru akan memberi keuntungan kepada

perusahaan, haruslah pemerintah melarang dan menghukum

kegiatan menjiplak tersebut.

2. Hak usaha eksklusif Tanpa adanya hak eksklusif untuk

berusaha sebagai perusahaan monopoli akan timbul halangan

untuk menikmati skala ekonomi secara maksimum.Sebagai

akibatnya setiap perusahaan akan menetapkan harga/tarif

yang tinggi ke atas barang/jasa yang dihasilkannya.

Beberapa faktor lainnya yang menyebabkan timbulnya pasar

monopoli, diantaranya:

1. Ukuran pasar yang sangat kecil sehingga dengan satu produsen

saja sudah dapat mencukupi permintaan pasar

2. Produsen menerapkan kebijaksanaan penetapan harga (limit

pricing policy), yaitu penetapan harga yang sangat rendah

sehingga produsen baru tidak ikut masuk pasar.

3. Adanya penguasaan bahan mentah. Misalnya perusahaan listrik

negara (PLN). Karena listrik merupakan kebutuhan vital

masyarakat banyak , maka penguasaan dan pengelolaannya

ditangani oleh pemerintah seperti yang tercantum dalam UUD

1945.

4. Adanya penguasaan teknik produksi tertentu. Misalnya

penguasaan teknik foto, dulu hanya ada pada “Kodak”, sehingga

sampai sekarang orang sering menyebut tustel dengan sebutan

Kodak. Demikian pula dengan IBM, untuk menyebut komputer.

5. Adanya lisensi. Hal ini bisa terjadi karena diperoleh secara

institusional. Misalnya monopoli yang dipegang oleh ASTRA


Internasional, yaitu monopoli untuk perakitan dan penjualan mobil

baru merk TOYOTA.

6. Adanya monopoli yang diperoleh secara alamiah (tidak perlu

adanya patent atau lisensi). Misalnya karena faktor luas pasar

yang tidak terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk

dilayani oleh lebih dari satu penjual. Masuknya perusahaan baru

biasanya tidak akan menguntungkan, karena perusahaan lama

telah lama memegang monopoli, sudah mempunyai pengalaman

yang lebih luas dan mempunyai kekayaan non material atau

Goodwill dari masyarakat.

7. Hasil pembinaan mutu dan spesifikasi yang tidak dimiliki oleh

perusahaan lain, sehingga lama kelamaan timbul kepercayaan

masyarakat untuk selalu menggunakan produk tersebut.

8. Modal yang besar, berarti mendukung suaut perusahaan untuk

lebih mengembangkan dan penguasaan suatu bidang usaha.

2.4 Pemaksimuman Keuntungan Dalam Monopoli

Dalam menggambarkan prinsip penentuan pemaksimuman

keuntungan dalam monopoli dua cara akan digunakan, yaitu dengan

menggunakan angka-angka dan secara grafik. Untuk masing- masing

cara ini akan ditunjukkan prinsip penentuan pemaksimuman keuntungan

berdasarkan pendekatan (i) biaya total dan hasil penjualan total, dan (ii)

biaya marjinal dan hasil penjualan marjinal. Sebelum melaksanakan hal-

hal tersebut terlebih dahulu akan dilihat hubungan di antara harga dan

jumlah barang yang ditawarkan/diproduksikan, dan implikasi dari sifat

hubungan tersebut kepada hasil penjualan total.


1. Produksi, Harga, dan Penjualan

Telah dinyatakan bahwa dalam monopoli hanya ada satu

perusahaan dalam pasar. Oleh karenanya permintaan dalam industri

adalah juga permintaan ke atas produksi perusahaan monopoli

tersebut. Dalam Bab Empat telah diterangkan sifat umum dari

permintaan barang-barang, yaitu: makin tinggi harga sesuatu barang,

makin sedikit jumlah yang diminta. Sifat ini menyebabkan kurva

permintaan ke atas suatu barang adalah bersifat menurun dari kiri

atas ke kanan bawah. Permintaan ke atas produksi monopoli tidak

menyimpang dari sifat umum ini. Berarti suatu monopoli akan dapat

memperoleh harga penjualan yang tinggi apabila produksinya sedikit,

dan harga penjualan semakin rendah apabila produksi semakin

banyak.

Dalam menerangkan mengenai persaingan sempurna telah

dijelaskan bahwa permintaan bersilat elastis sempurna (yaitu kurva

permintaan adalah sejajar dengan sumbu datar) dan sebabnya

adalah karena berapa pun produksi yang dijual perusahaan, harga

tidak berubah. Sebagai akibatnya harga = hasil penjualan marginal -

yaitu P = MR. Permintaan yang dihadapi oleh monopoli adalah

berbeda dengan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam

persaingan sempurna. Sebagai akibatnya dalam monopoli, seperti

akan diterangkan di bawah ini, harga selalu lebih tinggi dan hasil

penjualan marjinal.

Contoh Angka

Untuk lebih memahami sifat hubungan di antara jumlah produksi,

harga, hasil penjulan total, dan hasil penjualan marjinal, di dalam


Tabel 9.1 dikemukakan suatu contoh hipotetis mengenai hal tersebut.

Sesuai dengan sifat permintaan ke atas produksi monopoli seperti

yang telah diterangkan di atas, dalam Tabel 2.1 ditunjukkan bahwa

semakin besar jumlah produksi (perhatikan kolom 1), semakin rendah

harga barang (perhatikan kolom 2). Bagaimana implikasi dari

keadaan tersebut ke atas hasil penjualan total dan marjinal berturut-

turut ditunjukkan dalam kolom (3) dan (4). Hasil penjualan total,

seperti telah ketahui, adalah jumlah produksi x harga, maka nilainya

diperoleh dari mengalikan angka dalam kolom (1) dengan angka

dalam kolom (2). Sesuai dengan definisi hasil penjualan marjinal,

yaitu tambahan hasil penjualan total apabila penjualan bertambah

sebanyak 1 unit, angka dalam kolom (4) diperoleh dari menggunakan

persamaan TRn — TRn-1. Sebagai contoh TR1 (TR pada waktu

jumlah produksi adalah 1) adalah Rp 18000, sedangkan TR2 adalah

= Rp 32000. Maka MR akibat dari kenaikan produksi dari 1 menjadi 2

unit adalah Rp 32000 - Rp 18000 = Rp 14000. Angka-angka dalam

kolom (4) dihitung dengan cara ini. Perhatikanlah dengan lebih

saksama angka-angka hasil penjualan total yang terdapat dalam

kolom (3). Sampai produksi sebanyak 5unit hasil penjualan total terus

menerus bertambah, tetapi pertambahannya adalah pada tingkat

(jumlah) yang semakin berkurang. Nilai dari pertambahan hasil

penjualan total yang semakin berkurang tersebut ditunjukkan dalam

kolom (4). Sesudah unit ke-5, pertambahan produksi selanjutnya

akan mengurangi hasil penjualan total, yang berarti hasil penjualan

marjinal (atau pertambahan hasil penjualan total) nilainya adalah

negative.
2.5 Larangan Praktik Monopoli Terhadap Undang-Undang
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

kegiatan atau perbuatan yang dilarang dalam rangka menjalankan

usaha adalah (Rismond Masihor & Lumintang, 2022):

Monopoli, Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, ada larangan mengenai praktik monopoli, akan tetapi

tindakan apa yang dapat diambil dalam menghadapi perusahaan

monopoli, belum diatur. Maka kedepannya terhadap undang-undang

yang baru perlu dimuat didalamnya kemungkinan langkah

berikutnya untuk pemecahan masalah tersebut. (Rismond Masihor

& Lumintang, 2022)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Tentang

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Monopoli Melakukan Generalisasi

Sanksi Tanpa Mempersoalkan Latar Belakang Terbentuknya

Monopoli, sebagaimana Disyaratkan Pasal 48(1) . Dan sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999, perbuatan yang

menimbulkan monopoli yang menyebabkan terbentuknya pasar,

pembagian pasar dan pemusatan pasar yang diperoleh secara

sepihak melalui penipuan atau ketidakjujuran adalah dilarang.

Perbuatan tersebut melanggar prinsip persaingan usaha yang sehat.

Dampak negatif dari monopoli ini terhadap masyarakat adalah

pasar tidak punya pilihan lain dan harga sepenuhnya berada di

bawah kendali produsen monopoli. Akibatnya, kualitas dan harga

produk tidak memuaskan konsumen. Ini juga berarti bahwa


konsumen tidak dapat menuntut hak hukum mereka dan tidak

ada perlindungan konsumen.

2.6 Kurva Permintaan dan Penawaran Pasar Monopoli


2.6.1 Kurva Permintaan Monopoli
Kurva permintaan bagi komoditas yang dihasilkan oleh

perusahaan monopoli, menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Dalam

hal ini monopolis akan memperoleh harga jual yang tinggi bila

produksinya sedikit, dan harga yang semakin rendah bila produksinya

semakin banyak.

Sifat permintaan yang dihadapi oleh monopolis sangat berbeda

dengan yang dihadapi oleh perusahaan–perusahaan dalam pasar

persaingan sempurna. Perbedaan ini juga menyebabkan perbedaan

hubungan antara harga dengan marginal revenue pasar monopoli,

harga selalu lebih tinggi dari marginal revenue, kecuali untuk unit

penjualan yang pertama.

Dalam hal ini berlaku :

1) Total revenue akan bertambah, tetapi besar pertambahannya

semakin berkurang dengan meningkatnya produksi


2) Nilai Marginal revenue lebih rendah daripada harga yang berlaku

pada tingkat produksi yang terkait (kecuali pada waktu produksi

mencapai satu unit, marginal revenue = harga)

2.6.2 Kurva Penawaran Monopoli


Pada pasar monopoli, kurva marginal cost tidak menunjukkan sifat

kurva penawaran. Misalnya pada mulanya permintaan adalah DoDo,

marginal revenue adalah Mro, sedangkan marginal cost adalah MC.

Keuntungan maksimum akan diapai bila perusahaan berproduksi

sebanyak Q. pada tingkat produksi ini, harga mencapai Po.

Selanjutnya, misalkan permintaan berubah menjadi D1D1 dan

marginal revenue adalah MR1. biaya produksi tidak berbah, berarti

biaya marginal adalah tetapseperti yang ditunjukkan olah MC. Dalam

keadaan yang baru ini, unutk memaksimumkan keuntungan,

perusahaan akan memproduksi sebanyak Q, tetapi sekarang tingkat

harga mencapai P1. dengan demikian, didapati adanya dua tingkat

harga (Po dan P1), tetapi hanya satu jumlah produksi (Q). keadaan

ini menyebabkan kita tidaka dapat menunjukan kurva penawaran

untuk perusahaan monopoli karena tidak terdapat hubungan yang

tetap antara harga dan jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan

tersebut.
2.6.3 Posisi Keseimbangan
Karena seorang produsen monopoli adalah satu-satunya

produsen didalam pasar, maka kurva permintaan yang dihadapinya

adalah juga kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar

biasanya menurun dari kiri atas kek kanan bawah, yang bebrarti

bahwa produsen yang mempengaruhi harga pasar dengan jalan

menjual lebih sedikit atau lebih banyak barang produksinya. Dengan

demikian, kalau diperbandingkan dengan perusahaan dipasar

persaingan sempurna, perusahaaan monopoli harus menentukan

bukan hanya output yang harus dijual, tetapi juga (dan ini tidak

berlaku pada pasar persaingan sempurna) menentukan berapa harga

jual yang bias menghasilkan keuntungan maksimal naginya.

Perbedaan lain dengan persaingan sempurna adalah bahwa dalam

monopoli, equilibrium perusahaan adalah juga equilibrium pasar.


Keuntungan maksimum tercapai pada tingkat output Q* dan harga

P*, yaitu dimana MR = MC. Jumlah keuntungan total yang diterima

perusahaan tersebut adalah area garis putus-putus, (P* - C dikalikan

dengan jumlah input 0Q*).yang perlu diperhatikan disini adalah

equilibrium seperti ini(yaitu dimana ada keuntungan lebih “excess

profit) bias berlaku bagi jangka panjang maupun jangka pendek.

Sebabnya adalah dalam jangka panjangpun kasus monopoli

menganggap bahwa tidak ada perusahaan baru masuk ( atau biasa

masuk). Keuntungan lebih atau excess profit atau sering disebut

dengan istilah “keuntungan monopoli” (0Q* x P*C) masih tetap bias

dinikmati produsen dalam jangka panjang. Memeang ada

kemungkinan bahwa dalam jangka panjang perusahaan monopoli

hanya memperoleh keuntungan normal ( yang sudah diperhitungkan

dalam kurva Average Cost), seperti gambar berikut dibawah ini :

2.7 Pendapatan Marginal dan Harga


Jika pada persaingan sempurna, harga barang sama dengan pendapatan

marjinal karena perusahaan menerima harga yang ditentukan oleh pasar.

Sekarang, kurva permintaan yang dihadapi oleh monopoli merupakan

kurva permintaan industri. Gambar Kurva Permintaan Industri Monopoli :


2.7.1 Pendapatan Rata-Rata dan Marginal
Average dan marginal revenue (AR dan MR) perusahaan

monopoli dapat diperoleh dari (derived from) kurva permintaan pasar.

Jika perusahaan monopoli menarik harga yang sama untuk semua

unit yang dijualnya, maka AR per unit adalah identik dengan harga.

Jadi kurva permintaan pasar juga merupakan AR perusahaan.

Karena kurva permintaan (D curve) ‘slope’nya negatif, maka

perusahaan monopoli harus menurunkan harga untuk semua unit

untuk dapat menjual unit tambahan (an extra unit). Berarti bahwa

tambahan pada penerimaannya (revenue-nya) karena penjualan satu

tambahan ekstra adalah kurang dari harga yang dia terima untuk unit

tersebut (berkurang dengan jumlah yang hilang sebagai akibat dari

pemotongan harga pada semua unit yang ia jual).

2.7.2 Ekuilibrium Monopoli Jangka Pendek


Untuk menunjukkan posisi monopolis dengan keuntungan yang

maksimal, kita harus menyatukan keterangan tentang penerimaan

(revenue) dan biaya (costs) bagi monopolis dan menerapkan dua

peraturan (rules) yang dibicarakan sebelum ini adalah :

a. perusahaan sebaiknya tidak beroperasi, kecuali jika harga

paling sedikit sama dengan AVC-nya, dan

b. jika perusahaan berproduksi, output-nya harus tetap

diterapkan pada titik di mana MC = MR.


Jika perusahaan memproduksi dengan MC = MR, ia mencapai

ekuilibrium karena bagi perusahaan monopoli MR lebih kecil dari

pada harga, maka jika MR = MC, keduanya lebih kecil dari pada

harga. Hubungan antara elastisitas dan penerimaan (revenue)

mempunyai implikasi yang menarik bagi ekuilibrium perusahaan

monopol. Karena MC selalu lebih besar dari pada nol, maka

monopolis yang memaksimumkan keuntungan (yang beroperasi

dengan MR = MC) akan selalu memproduksi dimana MR adalah

positif, artinya, dimana permintaan adalah elastis. Jika perusahaan

beroperasi bila permintaan adalah inelastis, dia dapat menurunkan

outputnya, dengan demikian menaikkan TR-nya dan menurunkan

TC-nya. Jadi monopolis yang memaksimumkan keuntungan tidak

akan mendorong (push) penjualan kedalam ‘range’ dimana kurva

permintaan adalah inelastic. Output yang memaksimumkan

keuntungan (profit maximizing output) adalah qo, dimana MR =MC,

harga = p0, yang lebih besar dari pada MC pada output tersebut.

peratran bagi memaksimumkan keuntungan menghendaki MR = MC,

dan p lebih besar dari pada AVC . adanya keuntungan ditentukan

oleh kedudukan kurva ATC.

2.7.3 Ekuilibrium Monopoli Jangka Panjang


Jika perusahaan monopoli menanggung rugi dalam jangka

pendek, ia akn terus beroprasi selama ia dapat menutup biaya

variabelnya. Tetapi dalam jangka panjang ia akan meninggalkan

industri (akan tutup usaha ) kecuali jika ia dapat menemukan skala

operasi (a scale of operation) yang dapat menutup seluruh ‘oportunity

cost’nya.
Jika perusahaan monopoli mendapat keuntngan, perusahaan-

perusahaan lain ingin masuk industri tersebut, dan perusahaan yang

ada berhenti menjadi monopolis.

2.8 Dampak Monopoli


2.8.1 Pengaruh Monopoli dan Peran Pemerintah
Karena dalam monopoli kekuasaan pengusaha tunggal pada

suatu pasar dapat menjadi amat besar, maka biasanya pemerintah

ikut campur tangan dalam sektor yang dikuasai oleh monopolis

tersebut untuk mencegah jangan sampai besarnya kekuasaan

tersebuut disalahgunakan. Ada beberapa cara bentuk campur tangan

pemerintah tersebut, diantaranya:

Pertama, pemerintah dapat membuat undang-undang yang melarang

adanya monopoli dan atau kolusi diantara para pengusaha yang

mempunyai akibat yang sama dengan monopoli.

Kedua, pemerintah dapat mengusahakan sendiri bidang usaha ini.

Misalnya pos, telepon, air, listrik dan sebagainya ditempatkan dalam

perusahaan pemerintah, agar kepentingan masyarakat banyak selalu

diperhatikan.

Ketiga, pemerintah dapat menerapkan pajak progresif atas dasar

besar kecilnya pangsa pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Seorang monopolist murni akan mendapat beban tertinggi karena

pangsa pasar yang dikuasainya adalah seratus persen.

Keempat, yaitu dengan menetapkan harga tertinggi (ceiling price).


Monopolist akan menetapkan harga sebesar PM dsan menjual

outputnya sebanyak QM, maka pemerintah dapat menetapkan harga

tertinggi sebesar P1 (sama dengan biaya marjinal), dan monopolist

masih mendapat untung sebesar diatas normal. Dengan demikian

harga menjadi lebih rendah dan kuantitas menjadi lebih banyak, yaitu

Q1. Konsumen pada keadaan demikian akan mendapatkan

kesejahteraan yang semakin besar dengan semakin besarnya

surplus konsumen dan semakin besarnya kebutuhan yang dapat

dipenuhi karena persediaan barang di pasar yang mampu di belinya

semakin besar. Disamping itu, perluasan produksi akan

menyebabkan perluasan kesempatan kerja.

Jika usaha ini dikuasai oleh pemerintah, pemerintah mungkin akan

menetapkan harga patokan setinggi P2 atau sama dengan biaya

rata-rata. Pada harga P2 harga menjadi lebih rendah sehingga akan

menaikkan taraf kehidupan masyarakat. Kesempatan kerja juga

semakin meluas dengan semakin luasnya jumlah produksi.

2.8.2 Monopoli dan Kesejahteraan Masyarakat


Kalau pasar persaingan sempurna bisa menjamin apa yang

disebut “welfare optimum” bagaimanakah halnya dengan pasar

monopoli ? Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat perlu

diperhatikan adalah bahwa dalam pasar monopoli :

a. Ada kemungkinan keuntungan monopoli tetap bias dinikmati

produsen monopoli dalam jangka panjang. Keuntungan monopoli

adalah keuntungan yang lenbih diangggap dari keuntungna normsl.

Jadi, dari segi distribusi penghasilan antar warga masyarakat, pasar

monopoli bisa menciptakan ketidakadilan (yaitu : mengapa produsen

monopoli menerima keuntungan yang lebih besar dari perusahaan

lain?). Dalam kasus dimana LAC perusahaan monopoli

bersinggungan dengan kurva permintaan, maka masalah

ketidakaadilan ini tidak timbul, karena perusahaan tersebut (dalam

kasusu ini) hanya menerima keuntungan “normal(seperti pengusaha-

pengusaha lain) tetapi, kasusu ini biasanya hanya kebetulan saja.


b. Volume produksi lebih kecil dari volume output optimum. Yaitu

volume produksi perusahaan monopoli lebih rendah dari volume

output yang dihasilkan dengan Average cost yang mionimum (dimana

hal ini terjadi persaingan persaingan sempurna dalam jangka

panjang). Ini berarti bahwa dalam pasar monopoli ada ketidak

efisienan dalam produksi, karena perusahaan monopoli tidak

memanfaatkan secara penuh adanya economies of scale. Dari segi

masyarakat, ini adalah suat “pemborosan” (perhatikan bahwa selam

kurva permintaan menurun, maka perusahaan akan selalu memilih

tingkat output dimana Average Costnya menurun. Dan ini berlaku

baik bagi kasus dimana ada keuntungan monopoli ataupun dalam

kasus perusahaan monopoli hanya menerima keuntungan normal).

c. Ada unsure” exploitasi” oleh perusahaan-perusahaan monopoli

terhadap : 1. Konsumen, dengan ditetapkan harga jual (= P) diatas

ongkos produksi dari unit terakhir outputnya (= MC). 2. pemilik factor-

faktor produksi yang digunakan oleh produsen monopoli tersebut,

dengan dibayarnya factor produksi dengan harga (=MC) yang lebih

rendah dari niolai pasar dari output yang dihasilakan (=P). misalnya

bagi pemilik factor produksi tenaga kerja, yaitu buruh dibayarkan

upah yang lebih rendah daripada sumbangan ( dalam bentuk ouytput)

dari tenaga kerja tersebut bila dinilai dengan harha pasar yang

berlaku bagi output . Exploitasi menjadi ganda apabila simonopolis

juga menguasai pasar input.

2.8.3 Monopoli Tidak Selalu Buruk


Dari apa yang dibahas diatas kita lihat bahwa kerugian masyarakat

dari adanya monopoli bukan hanya timbul karena perusahaan

monopoli bisa menikmati keuntungan diatas keuntungan yang wajar

tetapi ada bentuk-bentuk kerugian-kerugian lain. Jadi, meskipun

seandainya keuntungan monopoli yang mula-mula dinikmati oleh

perusahaan tersebut dikenakan pajak sampai habis dan tinggal

keuntungan “normal”, bentuk pasar monopoli mempunyai efek-efek

negative berupa efisiensi produksi yang dibawah optimum dan

“exploitasi” konsumen dan buruh. Tetapi monopoli tidakl selalu lebih

buruk dari pasar persaingan sempurna, yaitu bila kita lihat dari segi-

segi lain :

a. “sejarah menunjukkan”, kata ahli ekonomi Joseph

Schumpetter, “bahwa industri yang bersifat monopolis

tislah yang ternyata menunjukkan suatu dinamika yang

berkembang lebih besar”. Sebabnya adalah bagi

industriindustris monopolistis yang besa, keuntungan

monopoli mereka bisa diguankan untuk tujuan-tujuan

penelitian dan pengembangan yang kemudian diikuti

dengan inovasi-inovasi dalam teknologi. Pengalaman

menunjukkan bahwa justru pada industri-industri yang

bersifat monopolilah kita jumpai kemajuan-kemajuan

teknologi yang cepat.


b. Dalam kasus decreasing Cost diamana luas pasar

terbatas daqn factor “economies of scale” besar tidaklah

mungkin diharapkan adanya suatu bentuk industri

persaingan sempurna yang efisien. Kalau bentuk

persaingan sempurna (diaman kita mempunyai

perusahaan-perusahaan yang kecil-kecila dan banyak

didalam industri tersebutr) dipaksakan pada kasus

depressing cost maka hasilnya adalah timbulnya

perusahaanperusahaan “gurem” (kecil-kecil) yang

massing-masing bekerja pada LAC yang jauh dari posisi

minimumnya karena perusahan-perusahaan “gurem” ini

tidak bisa memanfaatkan ecomonies of scale yang

tersedia. Kata Samuelson : “seandainya baja bisa

diproduksikan denagn “skala” sekecil untuk berproduksi

beras, maka dengan sendirinya akan timbul ribuanribuan

produsaen baja disuatu Negara.

Perhatiakan bahwa kedua kasusu ini tidak meniaadakan efek-efek

negative yang timbul dari bentuk pasar monopoli, seperti yang

diuraikan sebelumnya. Kedua kasus tersebut hanya menyatakan

bahwa mungkin ada efek-efek positif dari monopoli yang perlu

dipertimbangkan. Tugas ahli ekonomi adalah menimbang efek

negative dengan efek positifnya bagi masing-masing kasus monopoli

dan kemudian menentukan langkah-langkah apa yanmg perlu

doiambil. Namun adanya monopoli itu sendiri, wajib dicurigai dan

diteliti.

2.8.4 Anti Monopoli


Di dalam pasal 1 angka 1 UU Antimonopoli, monopoli didefiniskan

"suatu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang

dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau

satu kelompok pelaku usaha". Dapat diartikan bahwa monopoli ada

jika satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai

suatu produksi atau pemasaran barang atau penggunaan jasa

tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya ada satu pelaku

usaha yang memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada

pasar yang bersangkutan.

Monopoli sebenarnya tidak dilarang sepanjang hal itu atas hasil

usaha pelaku yang bersangkutan secara fair. Misalnya jika suatu

pelaku usaha A menghasilkan (memproduksi) suatu produk baru di

pasar, otomatis pelaku usaha tersebut sebagai monopolis. Yang

dilarang oleh UU Antimonopoli adalah praktek monopoli yang

mengakibatkan persaingan menjadi tidak sehat pada pasar yang

bersangkutan.

Misalnya, pelaku usaha B ingin memproduksi barang seperti yang

diproduksi pelaku usaha A, maka pelaku usaha A tidak boleh

melakukan hambatan (entry barrier) supaya pelaku usaha B tidak

dapat memproduksi barang yang sama tersebut. Selain itu, pelaku

usaha A ada kemungkinan bisa melakukan hambatan masuk pasar,

seperti jika pelaku usaha A mematenkan produk temuannya kepada

dirjen paten dan pelaku usaha A mempunyai hak monopoli

(biasanya) selama 20 tahun. Dan setelah itu, setiap orang boleh

memproduksi barang yang sama. Itu pun harus mendapat lisensi dari

pemegang
hak paten tersebut.

Dari penjelasan singkat tersebut, kita sudah berbicara masalah

hubungan antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha yang

lain pada pasar yang bersangkutan. Hubungan yang normal di antara

pelaku usaha, berperilaku secara wajar tidak melanggar ketentuan

undang-undang yang berlaku, maka terjadilah apa yang kita sebut

dengan persaingan usaha yang sehat. Memang, definisi persaingan

usaha yang sehat belum ada secara mutlak.

Di antara para ahli hukum persaingan, juga tidak ada kesepakatan

pendapat mengenai definisi persaingan usaha yang sehat. Paraahli

hukum persaingan mempunyai persepsi masing-masing jika

memberikan definisi hukum persaingan yang sehat. Tetapi jika terjadi

hubungan yang tidak wajar antara pelaku usaha yang satu dengan

pelaku usaha lain melalui perilaku usahanya, dan hal ini menjadikan

pasar menjadi terdistorsi, maka Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) harus memulihkan pasar yang terdistorsi tersebut menjadi

sehat.

Pasar yang terdistorsi tersebut adalah suatu persaingan usaha

tidak sehat. Oleh karena itu, di pasal 1 angka 6 dalam UU

Antimonopoli didefinisikan persaingan usaha tidak sehat. Menurut

pasal 1 angka 6 tersebut, persaingan usaha tidak sehat adalah

persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi

dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan

cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan

usaha.
Dari ketentuan pasal 1 angka 6 tersebut, dapat kita simpulkan

bahwa di dalam pasal 1 angka 6 diatur secara bersamaan masalah

persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan secara tidak jujur

(curang) dan melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Sementara di dalam UU Antimonopoli itu sendiri tidak mengatur

masalah persaingan usaha yang tidak secara tidak jujur (curang).

2.8.5 Perkembangan Teknologi dan Inovasi Dalam Pasar


Monopoli
Pandangan I : Monopoli Tidak Merangsang Inovasi

Golongan ini berpandangan bahwa ketiadaan persaingan

menimbulkan keengganan kepada monopoli untuk melakukan

perubahan. Tanpa adanya persaingan monopoli tidak perlu gelisah

akan kehilangan pasar dan mengalami kerugian karena perusahaan

lain tidak akan masuk ke dalam industri tersebut. Maka selama ia

tidak diperlukan, perubahan dalam teknologi dan inovasi tidak akan

dilakukan oleh monopoli.

Pandangan II : Monopoli Merangsang Inovasi Golongan

ini berpendapat bahwa monopoli akan mendorong perkembangan

teknologi dan inovasi didasarkan kepada dua alas an berikut :

a. Perkembangan teknologi dan inovasi adalah suatu cara untuk

mengurangi biaya per unit dan meninggikan keuntungan.

b. Memiliki teknologi yang lebih baik dari perusahaan lain

adakalanya merupakan sumber dari terwujudnya monopoli.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, S. (2006). Teori Pasar I : Pasar Monopoli. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Firdaus. R. (2023). Praktik Pada Pasar Monopoli dan Monopsoni. Universitas Ibn Khaldun
Bogor. Diakses dari (http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/diversity)

Dahliah. Ekonomi Manajerial. Tasikmalaya:Edu Publisher. (2021)

Anda mungkin juga menyukai