Anda di halaman 1dari 29

Implementasi Etika Jual Beli Dalam Islam Di Pasar

Tradisional (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima


Di Pasar Musi Rawas Utara)

Disusun Oleh :

Ica Pebi Pronita

Nim. 1920602108

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2022
ABSTRAK
Masalah yang hendak dicari jawaban dalam penulisan ini adalah proses
penerapan etika bisnis islam dalam transaksi jual beli di pasar tradisional Musi
Rawas Utara, Sumatera Selatan. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif
metode studi kasus yaitu yang menekankan kepada usaha untuk memperoleh
informasi mengenai status gambaran terhadap fenomena-fenomena, serta menarik
makna dari suatu masalah yang diinginkan berkenaan dengan sesuatu kasus.
Teknik pengumpulan data menggunakan triangulasi dengan wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penulisan menyimpulkan bahwa
pemahaman pedagang di pasar tradisional Musi Rawas Utara (MURATARA)
terhadap etika bisnis islam belum maksimal, baik ekspresi perasaan yang
bercermin, pola penerapan etika bisnis islam yang ditekankan pada etika jual beli
dalam transaksi jual beli di pasar Musi Rawas Utara (MURATARA) sudah
berjalan cukup baik tanpa disengaja oleh para pedagang ; masih kurangnya
kesadaran para pedagang akan menaikkan harga dengan cara menimbun barang
dengan tujuan mencari keuntungan yang tinggi dari kebutuhan konsumen pada
umumnya. Pedagang merasa dapat bersaing hingga barang dagangannya dapat
laku dengan murah. Pengukuran penerapan etika bisnis dalam islam yang
dilakukan oleh pihak pedagang menunjukkan bahwa sebagian pedagang belum
menerapkan etika bisnis dalam islam. Berdasarkan temuan temuan tersebut
disarankan perlunya penyuluhan secara priodik untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan pedagang agar sadar tentang arti dan manfaat etika bisnis dalam
Islam yang ditekankan pada etika jual beli dalam transaksi penjualan. Peran serta
masyarakat dalam hal ini adalah para pembeli juga dituntut untuk mengerti dan
memahami sistem etika bisnis dalam Islam.

Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Transaksi jual beli, dan Pasar tradisional

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat serta karunia-nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Implementasi Etika
Jual beli Dalam Islam di pasar Tradisional ( studi kasus pada pedagang
kaki lima di pasar Musi Rawas Utara)”. Sholawat beriring salam tidak
tidak lupa kita curahkan kepada junjungan nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah mendidik seluruh umatnya untuk menjadi
generasi terbaik di muka bumi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada
beberapa kesilapan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai
pihak Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yag sedalam-
dalamnya kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan serta
pengetahuan untuk melaksanakan kewajiaban dunia dan di akhirat.
2. Ibu Prof. Dr. Nyanyu Khodijah, S.Ag.,M.A, Selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Palembang
3. Bapak Dr. Heri Junaidi, MA selaku Dekan di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Palembang
4. Ibu Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag selaku ketua program studi
Ekonomi Syariah fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Palembang
5. Ibu Disfa Lidia Handayani, M.E.I seaku sekretaris program studi
ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Palembang.

iii
6. Bapak Dr. Said Abdullah Syahab. M.H.I Selaku penasehat
akademik yang telah mengarahkan serta memberi saran sekama
masa perkuliahan .
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Fakultas Ekonomi dan
bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
8. Bapak Afrizal dan Ibu Ida Royani selaku kedua orang tua saya
tercinta yang selalu mendukung dan tak henti-hentinya mendoakan
untuk keberhasilan anak-anaknya

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat


ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusuna
skripsi ini Amiin

Palembang, 20 oktober 2022

Penulis

Ica pebi pronita


Nim : 1920602108

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................7
2.1 Etika.......................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Etika Bisnis........................................................................7
2.1.2 Pengertian Etika Jual Beli Dalam Islam................................................ 9
2.1.3 Masalah Dalam Etika Jual Beli............................................................11
2.2 Jual Beli............................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Jual Beli........................................................................... 12
2.2.2 Rukun dan Syarat Jual Beli.................................................................14
2.3 Pasar.....................................................................................................16
2.3.1 Pengertian Pasar..................................................................................16
2.3.2 Jenis-jenis Pasar..................................................................................16
2.4 Penelitian Terkait...................................................................................17
2.5 Kerangka pemikiran.............................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................19
3.1 Metodologi Penelitian............................................................................19
3.2 Jenis Penelitian......................................................................................19
3.3 Lokasi Penelitian...................................................................................19
3.4 Jenis Data Dan Sumber Data................................................................ 20
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................20
3.6 Mertode Analisa Data........................................................................... 21

v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama yang memiliki sistem komprehensif
dalam mengatur aspek-aspek dengan basis moralitas. Islam
mengkombinasikan nilai-nilai spiritual dan material dalam kesatuan yang
seimbang dengan tujuan menjadikan manusia hidup bahagia di dunia dan
di akhirat. Akan tetapi persoalan kemudian bahwa konsep materialistis
yang berkembang di era modern yang ini telah menyeret manusia pada
kondisi dimana nila-nilai spiritual terbaikan.1

Allah telah menjadikan manusia masing masing saling


membutukan satu sama lain, supya mereka saling tolong menolong, tukar
menukar dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing.
Demikian pula dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk saling
tolong menolong dan juga halnya dalam masalah jual beli yang sangat
luas manfaatnya. Melalui jual beli sebagian besar kebutuhan manusia
dengan mudah bisa terpenuhi, dengan cara demikian kehidupan
masyarakat jadi teratur dan subur pertalian yang satu dengan yang lainnya
pun menjadi teguh.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata etika


dimaknai dengan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), perkataan etika berasal dari
kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti “adat
Istiadat” atau “kebiasaan”. Pada hakikatnya etika adalah a cade or set of
principle which people live (kaidah atau seperangkat prinsip yang
mengatur hidup manusia). Etika adalah bagian dari filsafat yang

1
Jamaluddin, J. (2017). Konsep Dasar Muamalah & Etika Jual Beli (al-Ba'i) Perspektif Islam.
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 28(2), 289-316
2
membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas.
Etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu
baik dan buruk.

Etika dalam bahasa Islam disebut “ akhlaq”(dari kata khuluq),


yang bearti bud pekerti. Beberapa ulama mendefinisikan etika/akhlak
sebagai berikut :

Ibnu Maskawih : “keadaan gerak jiwa yang mendorong pada


perbuatan/tindakan tanpa memerlukan pandangan pemikiran.”
Imam Ghazali : suatu sifat yang bersemayam pada jiwa yang melahirkan
perbuatan secara langsung (mudah ) tanpa lagi memerlukan pemikiran.,
Syech Ahmad Amin ( dalam al Akhlaq) :” ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilaksanakan dalam
muamalah antar manusia, menjelaskan tujuannya dan menunjukkan jalan
yang lurus menuju harapan yang diinginkan.”

Secara etimologi etika identik dengan moral, karena telah umum


diketahui bahwa istila moral berasal dari kata mos (dalam bentuk tunggal
)dan moes ( dalam bentuk Jamak )dalam bahasa latin yang artinya
kebiasaan atau cara hidup. Etika lebih bersifat teori, moral bersifat praktik.
Yang pertama membicarakan bagaimana seharusnya, sedangkan yang
kedua bagaimana adanya. Etika menyelidiki, memikirkan dan
pempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan
ukuran yang baik tentang tindakan manusia dalam kesatuan sosial
tertentu.

Etika adalah suatu studi mengenai perbuatan yang sah dan benar
dan pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang. Dengan kata lain, maka
prinsip pengetahuan akan etika bisnis mutlak harus dimiliki oleh setiap
individu yang melakukan kegiatan ekonomi baik itu seorang pembisnis
atau pedagang yang melakukan ektifitas ekonomi. Etika bisnis berfungsi
sebagai controlling (pengatur) terhadap ektifitas ekonomi, karena secara

2
filosofi etika berdasarkan diri pada nalar ilmu dan agama untuk menilai.
Jadi etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standar of conduct)
yang memimpin individu.

Pedagang kaki lima pada dasarnya merupakan orang yang


membuka lapak usaha tanpa ada tempat yang selayaknya untuk bisa
dijadikan tempat usha, dalam enelitian ini adalah pedagang kaki lima
dipasar Musi Rawas Utara (MURATARA). Dengan kata lain disebut juga
mereka berdagang tanpa adanya toko yang menjadi tempat untuk
berdagang, melainkan hanya beralaskan lapak seadanya. Mereka memilih
berdagang di kaki lima dikarenakan biaya sewa lapak, hal ini dilakukan
untuk meminimalisirkan kerugian yang akan terjadi agar omset yang
diperoleh tidak terlalu banyak untuk terpakai untuk biaya sewa yang harus
dikeluarkan.

Ditinjau dari segi etika, fenomena yang terjadi dikalangan


pedagang kaki lima adalah kebanyakan dari mereka (penjual) yang kurang
dalam bersikap. Dan dari banyaknya penjual kaki lima, hanya sedikit dari
mereka yang melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam dalam
melaksanakan ibadah shalat ketika adzan dikumandangkan, padahal
diketahui secara jelas letak pasar kaki lima berada di samping musholah.
Diketahui jelas bahwaketika adzan menandakan waktu shalat telah tiba
dan allah menganjurkan untuk menghentikan segala aktivitas termasuk
jual beli dan menyegerakan untuk melaksanakan shalat. Namun hanya
sedikit dari mereka yang melakukan hal ini dan tetap menjalani
aktivitasnya dalam berdagang dengan berbagai alasan. Hal ini bearti
merekan telah menunda-nunda waktu shalat demi kepentingan dunia.

Sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari manusia telah diatur


dalam pandangan ajaran islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia
termasuk dalam kaitanya pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam
islam setiap muslim diwajibkan untuk berusaha semaksimal mungkin

3
dalam melaksanakan syariah (aturan) dalam kehidupan termasuk aturan
dalam usaha dan bisnis yang menjadi mata pencarian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Islam adalah agama sempurna yang telah
mengatur berbagai persoalan manusia, baik diungkapkan secara global
maupun spesifik, secara subtantif ajaran islam yang diturunkan allah SWT
kepada para Rosulullah SAW terbagi menjadi kita bagian yakni
aqidah,syari‟ah dan akhlak.

Kegiatan jual beli merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dan


sudah menjadi rutinitas masyarakat sebagai sarana dan prasarana dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehar-hari salah satu sarana tempat jual beli
itu adalah pasar. Aktivitas pemasaran dalam lingkungan pasar dapat
berubah dan secara sehingga tidak dapat dipungkiri pasar memberikan
peluang dan ancaman bagi penjuak dan pembeli. Perkembangan ekonomi
yang sangat pesat menimbulkan persaingan antar pembisnis semakin kuat.
Seiring dengan perkembangannya, dapat dilihat bahwa pembisnis dapat
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan demi
menghindari resiko kerugian atas dagangannya. Bahwa ada peluang
mengabaikan etika dalam berbisnis untuk menghindari hal tersebut.

Islam tidak membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati


untuk mencapai keinginanya dengan menghalalkan segala cara seperti
melakukan penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan
perbuatan batil lainnya. Tetapi dalam islam diberikan suatu batasan atau
garis pemisah inilah yang dikenal dengan istilah etika. Perilaku dalam
berbisnis atau berdagang juaga tidak luput dari adanya nilai moral atau
nilai etika bisnis. Ha ini penting bagi para pelaku bisnis untuk
mengintegrasikan dimensi moral ke dalam kerangka atau ruang lingkup
bisnis.

Sebagai contoh, peneliti melihat adanya perbedaan harga yang


terbilang signifikan antara satu pedagang dengan pedagang

4
lainnya,sedangkan jika dalam satu usaha dikelolah oleh dua orang atau
lebih terdapat perbedaan harga diantara keduanya meskipun mereka
berada dalam usaha bersama. Hal ini dilakukan semata-mata untuk dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Terkait denga kualitas
dagangan, setelah dilakukan observasi penulis melihat bahwa kualitas
barang dengan harga yang ditetapkan tidak sesuai, sedangkan terdapat
kualitas barang yang tidak bagus namun dijual dengan harga yang sama
dengan harga barang yang dijual ditoko dilam pasar Musi Rawas Utara
(MURATARA) yang buakn pasar kaki lima.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah


pedagang kaki lima di pasar Musi Rawas Utara (MURATARA). Transaksi
jual beli umumnya terjadi di pasar, dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad
SAW telah menyatakan bahwasannya pasar adalah tempat yang paling
buruk. Beliau bersabda:

“ tempat yang paling allah cintai adalah masjid. Dan tempat yang paling
allah benci adalah pasar” ( HR. Muslim)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik


untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Implementasi Etika Jual Beli dalam Islam di pasar Tradisional (studi


kasus pedagang kaki lima di pasar Musi Rawas Utara
(MURATARA)).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai Berikut :

1. Bagaimana etika jual beli dalam Islam terhadap pedagang pasar


tradisional ?
2. Bagaimana Implementasi etika jual beli dalam islam pada pedangan
kaki lima pasar Musi Rawas Utara ?

5
1.3 Tujuan Penelitian
adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana etika jual beli dalam islam terhadap
pedagang pasar tradisional
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika jual beli dalam
islam pada pedagang kaki lima di pasar Musi Rawas Utara
(MURATARA)

1.4 Manfaat Penelitian


adapun manfaat penelitin yang dapat di peroleh adalah :

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca
dalam menyusun atau membuat konsep etika mengenai bagaimana
implementasi etika jual beli dalam Islam
2. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi cerminan dasar bagaimana
etika jual beli yang seharunya, khususnya bagi pedagang kaki lima
untuk menjalankan bisnis sesuai kaedah- kaedah dalam Islam.
3. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
ajar khususnya bagi penulis sendiri, serta diharapkan bisa menjadi
bahan ajar bagi mahasiswa tentang Implementasi etika jual beli dalam
Islam.
4. Manfaat Bagi Pedagang
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pedagang
khususnya mengenai masalah etika jual beli dalam islam sehingga
mereka dapat menerapkannya dengan baik dan benar.

BAB II

LANDASAN TEORI
6
2.1 Etika

2.1.1 Pengertian Etika Bisnis


Etika (ethics) merupakan suatu konsepsi mengenai tindakan yang benar dan
salah. Etika memberikan panduan apakah suatu perilaku tertentu dapat digolongkan
sebagai perilaku yang bermoral atau tidak bermoral.1
Etika sendiri bersumber dari moralitas yang merupakan sistem nilai tentang
bagaimana kita harus hidup secara baik dan manusia. Pengetahuan mengenai perilaku
perilaku yang baik dan buruk dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya : agama,
suku, kebiasaan adat setempat, semua sumber pengetahuan akan menentukan pemahaman
seseorag mengenai perilaku yang etis dan tidak etis.2
Etika bisnis islam secara sederhana mempelajari etika dalam bisnis berarti
mempelajari tentang mana yang baik atau buruk, benar atau salah dalam dunia bisnis
berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Kajian etika bisnis terkadang merujuk
kepada management ethics atau organizational ethics. Etika bisnis dapat berarti
pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.3
Pada prinsipnya, ajaran islam tentang etika dalam bisnis merupakan petunjuk bagi
para pelaku bisnis untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, sesame manusia, alam sekitar
serta tidak pernah lalai untuk beribadah kepada allah SWT. Kecintaan terhadap bisnis
tidak boleh melebihi kecintaan terhadap Allah dan Rosulullah. Konsep dalam Berbisnis
yang Rosulullah Praktikan yaitu selalu berlaku adil dan jujur. Dalam hal ini, bisnis yang
adil dan jujur adalah bisnis yang tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi. Kunci suxses
dalam hal bisnis terletak pada etika Islam yang diterapkan dalam bisnis tersebut. Dalam
mengelola bisnisnya, Rasulullaah memegang teguh 5 faktor yang merupakan yang
merupakan sifat-sifat beliau sehingga membawa keberkahan dalam berbisnis. Sifat- sifat
tersebut merupakan suri tauladan yang dapat diikuti oleh para pelaku bisnis agar bisnis
yang digeluti tidak menyimpang dari etika Islam. Sifat – sifat tersebut adalah: 4
1. Siddiq
Siddiq merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad Yang memiliki arti benar

1
Hidayati, S. (2022). Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Tingkat Transaksi Jual
Beli Di Pasar Tradisional. ADILLA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Syari'ah, 5(1), 20-38.
2
Suparman Syukur, Etika Religius,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004),1
3
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997, 47

4
Muhammad abd Mannan, teori dan praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta : Dana Bakti
Wakaf,1993), h. 288.

7
dan jujur. Sikap benar bearti selalu melandaskan ucapan serta tindakan berdasarkan
ajaran Islam. Sementara sikap jujur merupakan sinkron antara apa yang ada dihati
dengan perbuatan. Allah memerintahkan kepada umatnya untuk berlaku jujur dan
menciptakan lingkungan yang jujur. Rosulullah selalu berlaku jujur kepada siapapun,
beliau meninggalkan segala unsur manipulasi, curang dan kebohongan.
2. Amanah

Amanah bearti dapat dipercaya. Amana juga bisa bermakna memiliki tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya.
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan. Setiap perbuatan
pasti menuntut adanya tanggung jawab dibelakangnya, sifat amanah sangat
diperlukan dalam dunia bisnis. Allah telah menyuruh umat manusia untuk
menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya, sebagaimana
Rosulullah yang selalu berlaku amanah dalam berdagang sehingga mendapat gelar
“al-amin”yang berarti dapat dipercaya.

3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan atau komunikasi. Komunikasi yang digunakan
oleh pelaku bisnis yaitu dengan tutur kata yang sopan, bijaksana dan tepat sasaran
(bi al-hikmah)kepada pelanggannya maupun mitra bisnisnya. Lebih dari itu, pelaku
bisnis harus mampu beragumentasi, berdialog, dan memiliki ide- ide. Dalam
menjalankan bisnisnya Rasulullah selalu memperoleh hidayah dari allah karena
beliau tidak pernah meninggalkan ibadah, tahajud serta memiliki akhlak yang
baik. Dengan komunikasi yang baik Rosulullah memiliki banyak mitra bisnis,
seorang pebisnis Islam harus mampu mengimplementasikan sifat tabligh.
4. Fatanah
Di dunia bisnis berlaku jujur dan bijaksana belum sempurna jika tidak
diimbangi dengan kecerdasan dalam mengelola usaha tersebut. Fatanah merupakan
salah satu sifat Rosulullah yang berarti cerdas, intelektual dan memiliki
pengetahuan yang luas. Potensi yang paling beharga yang dikaruniakan Allah
kepada manusia adalah akal pikiran, dengan akal manusia dapat berfikir dan
merenungi betapa hebatnya ciptaan Allah.
5. Berani dan kerja keras
Berani dalam hal ini adalah berani mengambil resikodan keputusan bisnis
serta bekerja keras untuk mewujudkan apa yang telah diputuskan. Setiap usaha pasti
8
terdapat resiko yang harus dihadapi. Seorang pebisnis hendaknya tanggap terhadap
perubahan selera dan kebutuhan masyarakat serta menganalisis kejadian lapangan
yang ada untuk segera mengambil keputusan mengenai langkah kedepan
perusahaan. Setelah mengetahui langkah yang harus ditempuh, pebisnis bekerja
semaksimal mungkin untuk meraih apa yang diinginkan, dan dalam islam bekerja
merupakan kewajiban kedua setelah ibadah. Oleh karna itu apabila bekerja
dilakukan dengan ikhlas maka bekerja bernilai ibadah.

2.1.2 Pengertian Etika Jual Beli Dalam Islam


Jual beli dalam bahasa berasal dari kata ‫ع ب ال‬7‫ ي‬artinya menjual, menggati
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain, kata ‫ع ب ال‬7‫ ي‬dalam bahasa arab
terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata syara‟ dengan demikian
kata ‫ع ب ال‬I ‫ ي‬berarti kata jual sekaligus kata beli. Secara terminologi terdapat
beberapa defines para ulama diantaranya oleh ulama Hanafiyah memberi pengertian
dengan saling menukar harta dengan harta dengan melaluicara tertentu, atau dengan
makna tukar menukar sesuatu yang diingin dengan sepadan melalui cara tertentu
yang bermanfaat5
Al-Qur‟an menegaskan dan menjelaskan bahwa di dalam berbisnis tidak
boleh dilakukan dengan cara kebathilan dan kedzaliman, akan tetapi dilakukan
atas dasar sukarela atau keridhoan, baik ketika untung ataupun rugi, ketika
membeli atau menjual dan sebagiannya.
Akibat perkembangan zaman dengan cepat, banyak pedagang yang kita
jumpai cara pemasaran yang tidak etis, curang dan tidak professional. Kiranya
perlu dikaji bagaimana akhlak kita dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan
atau lebih khusus lagi akhlak dalam pemasaran kepada masyarakat dari sudut
pandangan islam, kegiatan pemasaran seharusnya dikembalikan pada
karakteristik yang sebenarnya yakni religious, beretika,realistis dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang dinamakan marketing syariah, dan
inilah konsep terbaik marketing untuk hari ini dan masa depan.
Menurut Muhammad dan Alimin , etika mencakup beberapa bahasan
yaitu
1. Etika dalam konteks Produk
Dalam hal ini seorang pedagang harus memahami betul mengenai produk

5
Syaifullah, Syaifullah. "Etika Jual Beli Dalam Islam." HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 11.2 (2014): 371-
387
9
yang akan mereka jual. Produk yang dimaksud disini meliputi produk halal
tayyib, produk yang berguna yang dibutuhkan konsumen, produk yang
berpotensi meningkatkan ekonomi dan dapat memberi manfaat, produk yang
bernilai tambah tinggi dan di dapat dalam jumlah dengan skala banyak.
2. Etika dalam konteks harga
Dalam hal ini tidak ada manipulasi harga antar pedagang satu dengan
pedagang lainnya dan juga tidak boleh adanya manipulasi harga penjualan yang
tidak sesuai dengan metode syariah. Dalam konteks harga penjual, penjual harus
memiliki beban biaya produksi yang wajar, artinya harga harus sesuai dan dapat
diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.
3. Etika dalam konteks distribusi
Menurut Muhammad Dan Alimin, yang dimkasud dengan etika pemasaran
distribusi meliputi kecepatan dan ketepatan waktu, keamanan dan keutuhan
barang, sarana kompetensi memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan
konsumen mendapat pelayanan yang cepat dan tepat.
4. Etika dalam konteks promosi
Promosi barang atau iklan dapat memicu daya tarik konsumen untuk
membeli suatu barang, oleh karna itu produsen harus menguasai bidang promosi
dengan baik seperti halnya sarana perkenalan barang, sarana daya tarik barang
dan informasi fakta lainnya yang ditopang dengan kejujuran.
Item diatas menjadi konsep dasar untuk pedagang dalam menetapkan etika
dalam jual beli sebagaimana yang telah dianjurkan dalam islam.

2.1.3 Masalah Dalam Etika Jual Beli


Berbagai masalah pelanggaran etika terjadi dipasar, dan dapat muncul
dalam berbagai bentuk. Mengidentifikasi terhadap berbagai faktor masalah yag
umum ditemui sebagai penyebab munculnya permasalahan etika di pasar,
merupakan suatu langkah penting untuk memanimalisir pengaruh masalah
etika terhadap kinerja perusahaan.
Terhadap tiga faktor pada umumnya yang menjadi penyebab timbulnya
masalah etika di pasar, yaitu (Solihin,2006):

1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi


Ambisi mengejar keuntungan untuk diri sendiri, bahkan sikap serakah,
dapat mengakibatkan masalah etika. Perusahaan kadang-kadang

10
memperkerjakan pekerja yang memiliki nilai-nilai pribadi yang tidak layak.
Para pekerja ini akan menepatkan kepentingannya untuk memperoleh
kekayaan melebihi kepentingan lainnya meskipun di dlam melakukan
akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan perkerja lainnya, perusahaan
dan masyarakat.
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
Perusahaan berada dalam situasi dalam persaingan yang sangat keras,
perusahaan sering kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak
etis untuk melindungi tingkat profitabilitas mereka. Berbagai perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia menggunakan bahan pewarna
makanan dan minuman yang tidak aman dikonsumsi manusia tetapi
harganya murah, agar mereka dapat menekan biaya produksi dan
mendapatkan harga jual produk yang rendah. Bahkan, industri makanan
berani menggunakan formalin yang merupakan bahan untuk pengawet
mayat sebagai bahan pengawet makanan.
3. Pertentangan Antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan
Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak
mencapai tujuan-tujuan tertentu atau menggunakan metode-metode baru
yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.8

2.2 Jual Beli

2.2.1 Pengertian Jual Beli


Jual beli dalam bahasa arab sering desebut dengan ‫ يع ب ال‬kata al-bai
dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawanya, yaitu
kata al-syira. Dengan demikian, kata al-bai berarti jual tetapi sekaligus
berarti beli. Secara terminologi, terdapat beberapa pengertian jual beli
yang dikemukakan oleh ulama fikih, sekalipun subtansi dan tujuan

8
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terj. Zainal Arifin, Dahlia
Husein (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 36.
masing masing definisi sama. Menurut Imam Syafi‟I pengertian jual beli
adalah akad penukaran harta dengan harta dengan cara tertentu (Kardani,
2012;101)
Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang mempunyai nilai secara suka rela diantara dua bela pihak,

11
yang satu menerima barang atau benda dan pihak lain menerimanya sesuai
dengan perjanjian atau keterangan yang telah dibenarkan syara‟ dan
disepakati. Jual beli menurut ilmu fiqh yaituh saling menukar harta dengan
harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diinginkan
dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Jual beli
merupakan sebuah proses pertukaran barang yang bernilai antara pembeli
dengan penjual atas dasar suka sama suka dan tidak bertentangan dengan
syariat islam(Nasrun:2000)
Rosulullah bersabda :
Artinya : “ sesungguhnya jual bei itu haruslah dengan saling suka
sama suka (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Jual beli dalam Al-Qur‟an dijelaskan melalui kata tijarah, yang
mencakup dua makna, yaitu: pertama, perniagaan secara umum yang
mencakup perniagaanantara manusia dengan allah. Ketika seorang
memilih petunjuk dari Allah, mencintai Allah dan Rosullnya, berjuang
dijalanya dengan harta dan jiwa membaca kitab Allah, mendirikan Sholat,
menafkahkan sebagian rezekinya, maka itu sebaik baik perniagaan antara
manusia dengan Allah (Suhedi:2014).
Adapun makna kata tijarah yang kedua adalah perniagaan secara
khusus, yang bearti perdagangan ataupun jual beli antra manusia. Imam
Al-Ghazali berkata dalam jual beli antar manusia tidak boleh adanya sikap
ketidak adilan, penipuan dan manipulasi karena menurutnya aspek tersebut
merupakan aspek negative yang tidak berkeadilan dan dilarang dalam
ajatran agama islam (Fauziah:2013)

2.2.2 Rukun dan Syarat Jual Beli


Jual beli yang sesuai dengan syariat islam harus memenuhi rukun
dan syarat dari jual beli sementara rukun dan syarat adalah sesuatu yang
harus dipenuhi agar jual beli itu dipandang sah. Karena jual beli
merupakan suatu akad, maka harus dipenuhi rukun dan syaratnya.
Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda pendapat.
Menurut Mazhab Hanafi rukun jual beli hanya ijab dan Kabul. Menurut
ulama Mazhab Hanafi yang menjadi rukun jual beli hanyalah kerelaan
antara kedua bela pihak untuk berjual beli. Ada dua indikator (qarinah)

12
yang menunjukkan kerelaan dari kedua bela pihak, yaitu dalam bentuk
perkataan (ijab dan Kabul) dan dalam bentuk perbuatan, yaitu saling
memberi ( penyerahan barang dan penerimaan uang ).
Jumhur ulama membagi rukun jual beli menjadi empat:
 Orang yang berakad
 Sighat
 Ada barang yang dibeli
 Ada nilai tukar pengganti barang 9
Namaun mazhab Hanafi menganggap bahwa orang yang berakad,
barang yang dibeli, dan nilai tukar barang di atas termasuk syarat jual beli,
bukan rukun. Jumhur ulama menjelaskan menjelaskan bahwa syarat jual
beli sesuai dengan rukun jual beli itu yang disebutkan diatas adalah
sebagai berikut:
1. Syarat orang berakad
Ulama fiqih sepakat, bahawa orang yang melakukan transaksi jual beli
harus memenuhi syarat :
 Berakal. Dengan sayarat terebut maka anak kecil yang belum
berakal tidak boleh melakukan transaksi jual beli,dan jika telah
terjadi transaksinya tidak sah jumhur ulama berpendapat, bahwa
orang yang melakukan transaksi jual beli itu harus telah akil
baliqh dan berakal.

9
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami..., hlm. 3320
 Orang yang melakukan transaksi itu, adalah orang yang berbeda.
Maksus dari syarat tersebut adalah bahawa seorang tidak boleh
menjadi pembeli dan penjual dalam waktu yang bersamaan
2. Syarat yang diperjual belikan.
Syarat yang diperjual belikan adalah sebagai berikut :
 Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan sanggup mengadakan barang itu
 Barang tersebut dapat dimanfaatkan bagi manusia. Oleh karena
itu keluar dari syarat ini adalah menjual khamar, bangkai
haram untuk diperjual belikan, karena tidak bermanfaat bagi
manusia dalam pandangan syara‟.
13
 Milik seseorang. Maksudnya adalah barang yang belum
dimiliki seseorang tidak boleh menjadi objek jual beli, seperti
menjual ikan yang masih dilaut, mas yang masih dalam tanah,
karena keduanya masih belum menjadi pemilik penjual.
 Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, pada waktu
yang disepakati.
3. Syarat Nilai Tukar (Harga Barang)
Nialai tukar suatu barang merupakan salah satu unsur terpenting.
Yang pada zaan sekarang disebut dengan uang. Ulama fiqih
memberi penjelasan bahwa syarat nilai tukar adalah sebagai berikut:
 Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas
jumlahnya
 Dapat diserahkan pada saat waktu transaksi, sekalipun secara
hukum seperti pembayaran dengan cek atau dengan kartu
kredit. Apabila barang di bayar dikemudian ( berhutang),
maka waktu pembayaran harus jelas waktunya.
 Jika jual beli itu dilakukan dengan cara barter, maka barang
yang dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan
syara‟ seperti babi dan khamar.

2.3 Pasar

2.3.1 Pengertian Pasar


secara sederhana pasar dapat diartika sebagai tempat bertemunya
para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini
mengandung arti pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu hingga
memungkinkan pembeli dan penjual bertemu. Di dalam pasar terdapat
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli produk, baik
barang maupun jasa (Kasmir,2013).
pasar dapat pula diartikan sebagai suatu kelompok orabf orang
yang diorganisasiakan untuk melakukan tawar-menawar (melakukan
tempat bagi penawaran dan permintaan ) sehingga dengan demikian
terbenuk harga.

2.3.2 Jenis-jenis Pasar


1) Pasar Tradisional
14
Pasar tradisional adalah tempat yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan
Badan Usaha Milik Daerah yang mrupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli dalam proses transaksi jual beli secara langsung dalam
bentuk eceran dengan proses tawar menawar dan bangunannya biasanya
terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang dibuka
oleh penjual maupun pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-
sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik , dan lain-
lain(M.Mursid,2014).
2) Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun
pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung
melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
(barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang
yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti ; buah, sayuran

daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama.

2.4 Penelitian Terkait


Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih
lanjut, maka langskah yang ditempuh adalah mengkaji terlebih dahulu
skripsi-skripsi yang terdahulu. Maksud pengkajian ini adalah untuk dapat
mengetahui bahwa apa yang diteliti sekarang tidak sama dengan penelitian
dari skripsi terdahulu.
Penelitian yang dilakukan Umi Mursidah (2017) melakukan penelitian
tentang “penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli di pasar
tradisional ( studi pada pasar betung kecamatan ssekincau kabupaten
lampung Barat)”.berdasarkan hasil observasi dan kuesioner yang diperoleh
dari para pedagang dan pembeli dipasar betung apabila dilihat dari ke-empat
indikator etika bisnis islam secara umum yang dijadikan tolak ukur,
penerapan etika bisnis secara umum belum diterapkan dengan baik oleh para
pedagang di pasar betung karena hanya indikator hukum dan indikator

15
ajaran agama saja yang sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan indikator
ekonomi dan indikator etika dari masing-masing pelaku bisnis belum
diterapkan dengan baik oleh para pedagang di pasar Betung.
Penelitian yang dilakukan Siti Mina Kusnia (2015)melakukan
penelitian tentang “perilaku pedagang di pasar tradisional ngaliyan
Semarang Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam” berdasarakan hasil
penelitian menyatakan : pertama pemahaman pedagang di pasar tradisional
ngaliyan semarang mengenai etika bisnis Islam disimpulkan bahwa para
pedagang tidak mengetahui etika bisnis islam, akan tetapi, dalam
melaksanakan transaksi jual beli mereka menggunakan aturan yang telah di
atur oleh agama Islam. Kedua prilaku pedagang di pasar tradisional ngaliyan
Semarang telah sesuai dengan etika bisnis islam yang meliputi, tidak
melupakan ibadah shalat wajib, berdo‟a dan bersedekah, adil atau seimbang
dalam menimbang atau menukar dan tidak menyembunyikan cacat,
memberikan kebebasan kepada penjual baru dan tidak memaksa pembeli,

16
menepati janji dan bertanggung jawab atas kualitas barang, bersikap ramah
tamah dalam melayani dan bermurah hati dengan memberi waktu tenggang
pembayaran. Namun sebagian perilaku pedagang ada yang tidak sesuai
dengan etika bisnis Islam yaitu lalai dalam menjalankan ibadah shalat wajib
ketika melakukan transaksi jual beli, tidak menepati janji, tidak bersikap
ramahkepada pembeli dan tidak memberikan waktu tenggang pembayaran.

2.5 Kerangka pemikiran

Etika Bisnis Islam


1. Ramah
2. Adil
3. Kerja keras Pedagang

Implementasi

Berdasarkan analisa data yang di lakukan dalam penelitian ini, penulis


ingin mengetahui bagaimana implementasi etika jual beli yang dilakukan oleh
pedagang kaki lima di pasar Musi Rawas Utara (MURATARA), serta
bagaimana realita di lapangan, apakah pedagang sudah melakukan etika jual
beli dengan baik atau belum, serta sudah sesuai atau tidak.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Metode adalah proses, prinsip-prinsip, dan tatacara memecahkan suatu
masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan
tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Jadi
metode penelitian dapat diartikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tatacara
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian
(maghfirah,2017).

3.2 Jenis Penelitian


metode penelitian adalah suatu cara tertentu yang digunakan dalam
melakukan sebuah penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan
suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif
adalah data yang di peroleh dari olahan kata-kata tentang riset dan cenderung
menggunakan analisis. Dengan pendekatan kualitatif yang menurut bogdan
dan tailor adalah prosedur penellitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.
Suadah menjadi kelaziman bagi setiap yang menyusun sebuah karya ilmiah
menggunakan metode dan teknik tertentu. Karena dalam penyusunan suatu
karya ilmiah, metode yang digunakan sangat menentukan untuk mencapai
tujuan secara efektif, metode yang dipakai untuk itu senantiasa dapat
mempengaruhi mutu dan kualitas tulisan tersebut.

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian yaitu di
pasar kaki lima pasar Musi Rawas Utara (MURATARA). Adapun pemilihan
lokasi penelitian dikarenakan banyaknya pengunjung di pasar tersebut dan
banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya.

18
3.4 Jenis Data Dan Sumber Data
Dalam menggunakan penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis
data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sumber
data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Sumber data primer
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data yan diperoleh
dengan cara wawancara maupun observasi langsung dengan para
pedagang kaki lima di pasar Msi Rawas Utara. Peneliti mengambil objek
penelitian ini dengan alasan ingin mengetahui bagaimana ekpektasi dan
realita pedagang kaki lima di tinjau dari implementasi etika
bisnisnya.karena mengingat seiring perkembangan zaman, era globalisasi
telah menciptakan pasar dengan berbagai macam persaingan, tidak jarang
pula terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pedagang
terhadap konsumennya.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti, buku-
buku, skripsi, jurnal,artikel, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka peneliti
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian dilakukan guna untuk mendapatkan data dan informasi
melalui survei langsung ke lapangan atau pengumpulan data dengan
melakukan interview kepada pihak-pihak yang dapat memberikan
informasi kepada penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara
a. Wawacara (interview), wawancara adalah proses Tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih
atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-

19
informasi atau keterangan-keterangan. Dalam kegiatan wawancara ini,
peneliti melakukan wawancara langsung dengan para pedagang pasar
Musi Rawas Utara. Metode wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semi structure
interview) artinya peneliti menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu ,
akan tetapi pelaksanaannya lebih bebas, dalam arti tidak menutup
kemungkinan untuk muncul pertanyaan baru yang masih relavan agar
mendapatkan pendapat dan ide dari narasumber secara lebih
luas(sugiono,2013:233).
b. Observasi, disamping menggunakan teknik wawancara, penulis juga
mengobservasi lapangan guna melihat kesesuaian antara data sekunder
dengan data primer yang ada di lapangan.
c. Dokumentasi , penulis mengambil bukti penelitian dengan cara
melakukan kegiatan penelitian selama penelitian berlangsung, guna
menghindari hal –hal yang dianggap dapat mencurangi hasil penelitian.
Dengan adanya dokumentasi ini penulis dapat mengumpulkan data-data
dengan kategori pengklasifikasian bahan-bahan yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang diteliti
d. Penelitian kepustakaan (library research)
Merupakan data sekunder yang digunakan untuk mendukung data
primer. Penelitian kepustakaan juga merupakan serangkaian aktivitas
untuk mengkaji buku-buku, jurnal, internet dan bahan –bahan lainnya
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

3.6 Mertode Analisa Data


analisa data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan
pendekatan kualitatif. Untuk menganalisis data yang diproleh dari hasil
wawancara maupun observasi penelti menggunakan metode analisis deskriftif
yaitu penulisan dengan menggunakan pengamatan terhadap gejala, peristiwa,
dan kondisi actual yang terjadi sesuai fakta di lapangan. Analisis data dalam
metode penelitian kualitatif di lakukan secara terus menerus dari awal hingga

20
akhir penelitian, serta teori guna dapat mendiskripsikan data
(prastowo,2016:45).
Data yang diperoleh di kalsifikasikan menurut fokus permasalahannya
kemudian data tersebut diolah dan di analisa berdasarkan tujuan penelitian,
kemudian hasilnya akan disimpulkan (Sugiyono,2011)

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman al-jaziri. (2017)Fiqih Empat Mazhab, terj: Nabhani Idris, Cet, 2,


jilid 3, Jakarta : Pustaka al- Kautsar.

Abī Dāwud Sulaimān bin al-Asy‟aṡ al-Sajastānī, Sunan Abī Dāwud,


(Riyadh: Bait al-Afkār al-Dauliyyah Linnasyr, 1420 H.

Amalia, F. (2014). Etika Bisnis Islam: konsep dan implementasi pada


pelaku usaha kecil. al-Iqtishad: Journal of Islamic Economics , vol
6, 117.

Badroen, F. (2006). Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: kencana.

Dahlan, Ahmad. (2012). Penerapan Etika Jual Beli dalam Islam di Pasar
Tradisional Air Tiris. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim.
Riau. Skipsi.

Imām Ḥabīb al-Māwardī, al-Nukat wa al-„Uyūn Tafsīr al- Māwardī, Juz 4,


Bairut: Dār al-Kutb al-„Ilmiyyah, tt.

Ibn Qayyim al-Jauziyyah, „Aun al-Ma‟būd Syarḥ Sunan Abī Dāwud, Juz 9,
Madinah: Maktabah al-Salafiyyah, 1968.

Johan Arifin. (2009).Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press.


M.Mursid. (2014). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Mustofa, I. (2016). Fiqh Mu'amalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali pers.

Muhammad bin Shalih al-Utaimin. (2016)Halal Haram dalam Islam, terj:


Imam Fauzi, Cet. 2, Jakarta: Ummul Qura.

Muḥammad Abd al-Wahhāb, al-Kabā‟ir, Riyadh: Dār al- Ṣamī‟ī, 1006.


1
Jamaluddin, J. (2017). Konsep Dasar Muamalah & Etika Jual Beli (al-Ba'i)
Perspektif Islam. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 28(2), 289-316

22
3 Hidayati, S. (2022). Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Tingkat
Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional. ADILLA: Jurnal Ilmiah Ekonomi
Syari'ah, 5(1), 20-38.
1
Suparman Syukur, Etika Religius,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004),1
1
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997, 47
1
Muhammad abd Mannan, teori dan praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta : Dana
Bakti Wakaf,1993), h. 288.

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terj. Zainal Arifin, Dahlia
Husein (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 36.

Syaifullah, Syaifullah. "Etika Jual Beli Dalam Islam." HUNAFA: Jurnal Studia
Islamika 11.2 (2014): 371-387.

1
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami..., hlm. 3320

23

Anda mungkin juga menyukai