Disusun Oleh :
Nim. 1920602108
Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Transaksi jual beli, dan Pasar tradisional
ii
KATA PENGANTAR
iii
6. Bapak Dr. Said Abdullah Syahab. M.H.I Selaku penasehat
akademik yang telah mengarahkan serta memberi saran sekama
masa perkuliahan .
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Fakultas Ekonomi dan
bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
8. Bapak Afrizal dan Ibu Ida Royani selaku kedua orang tua saya
tercinta yang selalu mendukung dan tak henti-hentinya mendoakan
untuk keberhasilan anak-anaknya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................7
2.1 Etika.......................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Etika Bisnis........................................................................7
2.1.2 Pengertian Etika Jual Beli Dalam Islam................................................ 9
2.1.3 Masalah Dalam Etika Jual Beli............................................................11
2.2 Jual Beli............................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Jual Beli........................................................................... 12
2.2.2 Rukun dan Syarat Jual Beli.................................................................14
2.3 Pasar.....................................................................................................16
2.3.1 Pengertian Pasar..................................................................................16
2.3.2 Jenis-jenis Pasar..................................................................................16
2.4 Penelitian Terkait...................................................................................17
2.5 Kerangka pemikiran.............................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................19
3.1 Metodologi Penelitian............................................................................19
3.2 Jenis Penelitian......................................................................................19
3.3 Lokasi Penelitian...................................................................................19
3.4 Jenis Data Dan Sumber Data................................................................ 20
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................20
3.6 Mertode Analisa Data........................................................................... 21
v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Jamaluddin, J. (2017). Konsep Dasar Muamalah & Etika Jual Beli (al-Ba'i) Perspektif Islam.
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 28(2), 289-316
2
membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas.
Etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu
baik dan buruk.
Etika adalah suatu studi mengenai perbuatan yang sah dan benar
dan pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang. Dengan kata lain, maka
prinsip pengetahuan akan etika bisnis mutlak harus dimiliki oleh setiap
individu yang melakukan kegiatan ekonomi baik itu seorang pembisnis
atau pedagang yang melakukan ektifitas ekonomi. Etika bisnis berfungsi
sebagai controlling (pengatur) terhadap ektifitas ekonomi, karena secara
2
filosofi etika berdasarkan diri pada nalar ilmu dan agama untuk menilai.
Jadi etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standar of conduct)
yang memimpin individu.
3
dalam melaksanakan syariah (aturan) dalam kehidupan termasuk aturan
dalam usaha dan bisnis yang menjadi mata pencarian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Islam adalah agama sempurna yang telah
mengatur berbagai persoalan manusia, baik diungkapkan secara global
maupun spesifik, secara subtantif ajaran islam yang diturunkan allah SWT
kepada para Rosulullah SAW terbagi menjadi kita bagian yakni
aqidah,syari‟ah dan akhlak.
4
lainnya,sedangkan jika dalam satu usaha dikelolah oleh dua orang atau
lebih terdapat perbedaan harga diantara keduanya meskipun mereka
berada dalam usaha bersama. Hal ini dilakukan semata-mata untuk dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Terkait denga kualitas
dagangan, setelah dilakukan observasi penulis melihat bahwa kualitas
barang dengan harga yang ditetapkan tidak sesuai, sedangkan terdapat
kualitas barang yang tidak bagus namun dijual dengan harga yang sama
dengan harga barang yang dijual ditoko dilam pasar Musi Rawas Utara
(MURATARA) yang buakn pasar kaki lima.
“ tempat yang paling allah cintai adalah masjid. Dan tempat yang paling
allah benci adalah pasar” ( HR. Muslim)
5
1.3 Tujuan Penelitian
adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana etika jual beli dalam islam terhadap
pedagang pasar tradisional
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika jual beli dalam
islam pada pedagang kaki lima di pasar Musi Rawas Utara
(MURATARA)
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca
dalam menyusun atau membuat konsep etika mengenai bagaimana
implementasi etika jual beli dalam Islam
2. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi cerminan dasar bagaimana
etika jual beli yang seharunya, khususnya bagi pedagang kaki lima
untuk menjalankan bisnis sesuai kaedah- kaedah dalam Islam.
3. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
ajar khususnya bagi penulis sendiri, serta diharapkan bisa menjadi
bahan ajar bagi mahasiswa tentang Implementasi etika jual beli dalam
Islam.
4. Manfaat Bagi Pedagang
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pedagang
khususnya mengenai masalah etika jual beli dalam islam sehingga
mereka dapat menerapkannya dengan baik dan benar.
BAB II
LANDASAN TEORI
6
2.1 Etika
1
Hidayati, S. (2022). Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Tingkat Transaksi Jual
Beli Di Pasar Tradisional. ADILLA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Syari'ah, 5(1), 20-38.
2
Suparman Syukur, Etika Religius,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004),1
3
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997, 47
4
Muhammad abd Mannan, teori dan praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta : Dana Bakti
Wakaf,1993), h. 288.
7
dan jujur. Sikap benar bearti selalu melandaskan ucapan serta tindakan berdasarkan
ajaran Islam. Sementara sikap jujur merupakan sinkron antara apa yang ada dihati
dengan perbuatan. Allah memerintahkan kepada umatnya untuk berlaku jujur dan
menciptakan lingkungan yang jujur. Rosulullah selalu berlaku jujur kepada siapapun,
beliau meninggalkan segala unsur manipulasi, curang dan kebohongan.
2. Amanah
Amanah bearti dapat dipercaya. Amana juga bisa bermakna memiliki tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya.
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan. Setiap perbuatan
pasti menuntut adanya tanggung jawab dibelakangnya, sifat amanah sangat
diperlukan dalam dunia bisnis. Allah telah menyuruh umat manusia untuk
menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya, sebagaimana
Rosulullah yang selalu berlaku amanah dalam berdagang sehingga mendapat gelar
“al-amin”yang berarti dapat dipercaya.
3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan atau komunikasi. Komunikasi yang digunakan
oleh pelaku bisnis yaitu dengan tutur kata yang sopan, bijaksana dan tepat sasaran
(bi al-hikmah)kepada pelanggannya maupun mitra bisnisnya. Lebih dari itu, pelaku
bisnis harus mampu beragumentasi, berdialog, dan memiliki ide- ide. Dalam
menjalankan bisnisnya Rasulullah selalu memperoleh hidayah dari allah karena
beliau tidak pernah meninggalkan ibadah, tahajud serta memiliki akhlak yang
baik. Dengan komunikasi yang baik Rosulullah memiliki banyak mitra bisnis,
seorang pebisnis Islam harus mampu mengimplementasikan sifat tabligh.
4. Fatanah
Di dunia bisnis berlaku jujur dan bijaksana belum sempurna jika tidak
diimbangi dengan kecerdasan dalam mengelola usaha tersebut. Fatanah merupakan
salah satu sifat Rosulullah yang berarti cerdas, intelektual dan memiliki
pengetahuan yang luas. Potensi yang paling beharga yang dikaruniakan Allah
kepada manusia adalah akal pikiran, dengan akal manusia dapat berfikir dan
merenungi betapa hebatnya ciptaan Allah.
5. Berani dan kerja keras
Berani dalam hal ini adalah berani mengambil resikodan keputusan bisnis
serta bekerja keras untuk mewujudkan apa yang telah diputuskan. Setiap usaha pasti
8
terdapat resiko yang harus dihadapi. Seorang pebisnis hendaknya tanggap terhadap
perubahan selera dan kebutuhan masyarakat serta menganalisis kejadian lapangan
yang ada untuk segera mengambil keputusan mengenai langkah kedepan
perusahaan. Setelah mengetahui langkah yang harus ditempuh, pebisnis bekerja
semaksimal mungkin untuk meraih apa yang diinginkan, dan dalam islam bekerja
merupakan kewajiban kedua setelah ibadah. Oleh karna itu apabila bekerja
dilakukan dengan ikhlas maka bekerja bernilai ibadah.
5
Syaifullah, Syaifullah. "Etika Jual Beli Dalam Islam." HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 11.2 (2014): 371-
387
9
yang akan mereka jual. Produk yang dimaksud disini meliputi produk halal
tayyib, produk yang berguna yang dibutuhkan konsumen, produk yang
berpotensi meningkatkan ekonomi dan dapat memberi manfaat, produk yang
bernilai tambah tinggi dan di dapat dalam jumlah dengan skala banyak.
2. Etika dalam konteks harga
Dalam hal ini tidak ada manipulasi harga antar pedagang satu dengan
pedagang lainnya dan juga tidak boleh adanya manipulasi harga penjualan yang
tidak sesuai dengan metode syariah. Dalam konteks harga penjual, penjual harus
memiliki beban biaya produksi yang wajar, artinya harga harus sesuai dan dapat
diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.
3. Etika dalam konteks distribusi
Menurut Muhammad Dan Alimin, yang dimkasud dengan etika pemasaran
distribusi meliputi kecepatan dan ketepatan waktu, keamanan dan keutuhan
barang, sarana kompetensi memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan
konsumen mendapat pelayanan yang cepat dan tepat.
4. Etika dalam konteks promosi
Promosi barang atau iklan dapat memicu daya tarik konsumen untuk
membeli suatu barang, oleh karna itu produsen harus menguasai bidang promosi
dengan baik seperti halnya sarana perkenalan barang, sarana daya tarik barang
dan informasi fakta lainnya yang ditopang dengan kejujuran.
Item diatas menjadi konsep dasar untuk pedagang dalam menetapkan etika
dalam jual beli sebagaimana yang telah dianjurkan dalam islam.
10
memperkerjakan pekerja yang memiliki nilai-nilai pribadi yang tidak layak.
Para pekerja ini akan menepatkan kepentingannya untuk memperoleh
kekayaan melebihi kepentingan lainnya meskipun di dlam melakukan
akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan perkerja lainnya, perusahaan
dan masyarakat.
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
Perusahaan berada dalam situasi dalam persaingan yang sangat keras,
perusahaan sering kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak
etis untuk melindungi tingkat profitabilitas mereka. Berbagai perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia menggunakan bahan pewarna
makanan dan minuman yang tidak aman dikonsumsi manusia tetapi
harganya murah, agar mereka dapat menekan biaya produksi dan
mendapatkan harga jual produk yang rendah. Bahkan, industri makanan
berani menggunakan formalin yang merupakan bahan untuk pengawet
mayat sebagai bahan pengawet makanan.
3. Pertentangan Antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan
Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak
mencapai tujuan-tujuan tertentu atau menggunakan metode-metode baru
yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.8
8
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terj. Zainal Arifin, Dahlia
Husein (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 36.
masing masing definisi sama. Menurut Imam Syafi‟I pengertian jual beli
adalah akad penukaran harta dengan harta dengan cara tertentu (Kardani,
2012;101)
Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang mempunyai nilai secara suka rela diantara dua bela pihak,
11
yang satu menerima barang atau benda dan pihak lain menerimanya sesuai
dengan perjanjian atau keterangan yang telah dibenarkan syara‟ dan
disepakati. Jual beli menurut ilmu fiqh yaituh saling menukar harta dengan
harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diinginkan
dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Jual beli
merupakan sebuah proses pertukaran barang yang bernilai antara pembeli
dengan penjual atas dasar suka sama suka dan tidak bertentangan dengan
syariat islam(Nasrun:2000)
Rosulullah bersabda :
Artinya : “ sesungguhnya jual bei itu haruslah dengan saling suka
sama suka (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Jual beli dalam Al-Qur‟an dijelaskan melalui kata tijarah, yang
mencakup dua makna, yaitu: pertama, perniagaan secara umum yang
mencakup perniagaanantara manusia dengan allah. Ketika seorang
memilih petunjuk dari Allah, mencintai Allah dan Rosullnya, berjuang
dijalanya dengan harta dan jiwa membaca kitab Allah, mendirikan Sholat,
menafkahkan sebagian rezekinya, maka itu sebaik baik perniagaan antara
manusia dengan Allah (Suhedi:2014).
Adapun makna kata tijarah yang kedua adalah perniagaan secara
khusus, yang bearti perdagangan ataupun jual beli antra manusia. Imam
Al-Ghazali berkata dalam jual beli antar manusia tidak boleh adanya sikap
ketidak adilan, penipuan dan manipulasi karena menurutnya aspek tersebut
merupakan aspek negative yang tidak berkeadilan dan dilarang dalam
ajatran agama islam (Fauziah:2013)
12
yang menunjukkan kerelaan dari kedua bela pihak, yaitu dalam bentuk
perkataan (ijab dan Kabul) dan dalam bentuk perbuatan, yaitu saling
memberi ( penyerahan barang dan penerimaan uang ).
Jumhur ulama membagi rukun jual beli menjadi empat:
Orang yang berakad
Sighat
Ada barang yang dibeli
Ada nilai tukar pengganti barang 9
Namaun mazhab Hanafi menganggap bahwa orang yang berakad,
barang yang dibeli, dan nilai tukar barang di atas termasuk syarat jual beli,
bukan rukun. Jumhur ulama menjelaskan menjelaskan bahwa syarat jual
beli sesuai dengan rukun jual beli itu yang disebutkan diatas adalah
sebagai berikut:
1. Syarat orang berakad
Ulama fiqih sepakat, bahawa orang yang melakukan transaksi jual beli
harus memenuhi syarat :
Berakal. Dengan sayarat terebut maka anak kecil yang belum
berakal tidak boleh melakukan transaksi jual beli,dan jika telah
terjadi transaksinya tidak sah jumhur ulama berpendapat, bahwa
orang yang melakukan transaksi jual beli itu harus telah akil
baliqh dan berakal.
9
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami..., hlm. 3320
Orang yang melakukan transaksi itu, adalah orang yang berbeda.
Maksus dari syarat tersebut adalah bahawa seorang tidak boleh
menjadi pembeli dan penjual dalam waktu yang bersamaan
2. Syarat yang diperjual belikan.
Syarat yang diperjual belikan adalah sebagai berikut :
Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan sanggup mengadakan barang itu
Barang tersebut dapat dimanfaatkan bagi manusia. Oleh karena
itu keluar dari syarat ini adalah menjual khamar, bangkai
haram untuk diperjual belikan, karena tidak bermanfaat bagi
manusia dalam pandangan syara‟.
13
Milik seseorang. Maksudnya adalah barang yang belum
dimiliki seseorang tidak boleh menjadi objek jual beli, seperti
menjual ikan yang masih dilaut, mas yang masih dalam tanah,
karena keduanya masih belum menjadi pemilik penjual.
Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, pada waktu
yang disepakati.
3. Syarat Nilai Tukar (Harga Barang)
Nialai tukar suatu barang merupakan salah satu unsur terpenting.
Yang pada zaan sekarang disebut dengan uang. Ulama fiqih
memberi penjelasan bahwa syarat nilai tukar adalah sebagai berikut:
Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas
jumlahnya
Dapat diserahkan pada saat waktu transaksi, sekalipun secara
hukum seperti pembayaran dengan cek atau dengan kartu
kredit. Apabila barang di bayar dikemudian ( berhutang),
maka waktu pembayaran harus jelas waktunya.
Jika jual beli itu dilakukan dengan cara barter, maka barang
yang dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan
syara‟ seperti babi dan khamar.
2.3 Pasar
daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama.
15
ajaran agama saja yang sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan indikator
ekonomi dan indikator etika dari masing-masing pelaku bisnis belum
diterapkan dengan baik oleh para pedagang di pasar Betung.
Penelitian yang dilakukan Siti Mina Kusnia (2015)melakukan
penelitian tentang “perilaku pedagang di pasar tradisional ngaliyan
Semarang Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam” berdasarakan hasil
penelitian menyatakan : pertama pemahaman pedagang di pasar tradisional
ngaliyan semarang mengenai etika bisnis Islam disimpulkan bahwa para
pedagang tidak mengetahui etika bisnis islam, akan tetapi, dalam
melaksanakan transaksi jual beli mereka menggunakan aturan yang telah di
atur oleh agama Islam. Kedua prilaku pedagang di pasar tradisional ngaliyan
Semarang telah sesuai dengan etika bisnis islam yang meliputi, tidak
melupakan ibadah shalat wajib, berdo‟a dan bersedekah, adil atau seimbang
dalam menimbang atau menukar dan tidak menyembunyikan cacat,
memberikan kebebasan kepada penjual baru dan tidak memaksa pembeli,
16
menepati janji dan bertanggung jawab atas kualitas barang, bersikap ramah
tamah dalam melayani dan bermurah hati dengan memberi waktu tenggang
pembayaran. Namun sebagian perilaku pedagang ada yang tidak sesuai
dengan etika bisnis Islam yaitu lalai dalam menjalankan ibadah shalat wajib
ketika melakukan transaksi jual beli, tidak menepati janji, tidak bersikap
ramahkepada pembeli dan tidak memberikan waktu tenggang pembayaran.
Implementasi
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
18
3.4 Jenis Data Dan Sumber Data
Dalam menggunakan penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis
data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sumber
data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Sumber data primer
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data yan diperoleh
dengan cara wawancara maupun observasi langsung dengan para
pedagang kaki lima di pasar Msi Rawas Utara. Peneliti mengambil objek
penelitian ini dengan alasan ingin mengetahui bagaimana ekpektasi dan
realita pedagang kaki lima di tinjau dari implementasi etika
bisnisnya.karena mengingat seiring perkembangan zaman, era globalisasi
telah menciptakan pasar dengan berbagai macam persaingan, tidak jarang
pula terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pedagang
terhadap konsumennya.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti, buku-
buku, skripsi, jurnal,artikel, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
19
informasi atau keterangan-keterangan. Dalam kegiatan wawancara ini,
peneliti melakukan wawancara langsung dengan para pedagang pasar
Musi Rawas Utara. Metode wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semi structure
interview) artinya peneliti menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu ,
akan tetapi pelaksanaannya lebih bebas, dalam arti tidak menutup
kemungkinan untuk muncul pertanyaan baru yang masih relavan agar
mendapatkan pendapat dan ide dari narasumber secara lebih
luas(sugiono,2013:233).
b. Observasi, disamping menggunakan teknik wawancara, penulis juga
mengobservasi lapangan guna melihat kesesuaian antara data sekunder
dengan data primer yang ada di lapangan.
c. Dokumentasi , penulis mengambil bukti penelitian dengan cara
melakukan kegiatan penelitian selama penelitian berlangsung, guna
menghindari hal –hal yang dianggap dapat mencurangi hasil penelitian.
Dengan adanya dokumentasi ini penulis dapat mengumpulkan data-data
dengan kategori pengklasifikasian bahan-bahan yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang diteliti
d. Penelitian kepustakaan (library research)
Merupakan data sekunder yang digunakan untuk mendukung data
primer. Penelitian kepustakaan juga merupakan serangkaian aktivitas
untuk mengkaji buku-buku, jurnal, internet dan bahan –bahan lainnya
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
20
akhir penelitian, serta teori guna dapat mendiskripsikan data
(prastowo,2016:45).
Data yang diperoleh di kalsifikasikan menurut fokus permasalahannya
kemudian data tersebut diolah dan di analisa berdasarkan tujuan penelitian,
kemudian hasilnya akan disimpulkan (Sugiyono,2011)
21
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Ahmad. (2012). Penerapan Etika Jual Beli dalam Islam di Pasar
Tradisional Air Tiris. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim.
Riau. Skipsi.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah, „Aun al-Ma‟būd Syarḥ Sunan Abī Dāwud, Juz 9,
Madinah: Maktabah al-Salafiyyah, 1968.
22
3 Hidayati, S. (2022). Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Tingkat
Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional. ADILLA: Jurnal Ilmiah Ekonomi
Syari'ah, 5(1), 20-38.
1
Suparman Syukur, Etika Religius,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004),1
1
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997, 47
1
Muhammad abd Mannan, teori dan praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta : Dana
Bakti Wakaf,1993), h. 288.
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terj. Zainal Arifin, Dahlia
Husein (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 36.
Syaifullah, Syaifullah. "Etika Jual Beli Dalam Islam." HUNAFA: Jurnal Studia
Islamika 11.2 (2014): 371-387.
1
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami..., hlm. 3320
23