LANDASAN PENELITIAN
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan filosofi dan
paradigma kegiatan penelitian dengan benar.
3.a. Positivisme
Sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan alam (Fisika
dan kimia) telah lebih dahulu berkembang sebelum ilmu pengetahuan sosial
berkembang. Ilmu pengetahuan alam didasarkan pada paradigma positivisme
yang meyakini bahwa realitas yang menjadi kajian ilmu sudah ada “di luar
sana” terpisah dan tidak terkait dengan peneliti yang mengkajinya. Realitas ada
dalam bentuknya tersendiri terlepas dari ada atau tidak adanya peneliti yang
mengkaji. Dengan demikian, positivisme menganut paham realisme: realitas
ada dan terpisah dari kita, peneliti yang mengkajinya. Positivisme juga meyakini
objektivitas dari peneliti. Karena realitas terpisah dari peneliti dan tidak saling
memengaruhi, maka peneliti dapat dipandang sebagai pengamat yang objektif,
tidak memberikan pengaruh pada realitas, juga tidak membangun atau
mengkonstruksi realitas.
Positivisme meyakini adanya hukum alam yang bersifat umum dan
berlaku di mana saja dalam keadaan apapun. Semua objek yang tercakup
dalam hukum tersebut akan tunduk pada hukum tersebut. Karenanya, apabila
kita tahu keadaan suatu objek pada waktu tertentu, kita akan mampu mempre-
3.b. Konstruktivisme-interpretivisme
Dalam perkembangannya, para ilmuwan sosial mengkritisi pendekatan
positivistik dalam penelitian sosial. Objek penelitian ilmu sosial tidak sama dengan
objek penelitian ilmu alam. Objek penelitian ilmu sosial adalah manusia
yang dapat berpikir mengevaluasi keadaan dan memiliki kebebasan dan
kemampuan untuk menentukan pilihan tindakan dari serangkaian pilihan yang
terbentang di depannya. Oleh karena itu, perilaku manusia sangat sulit untuk
diprediksi.
Lebih jauh, para pengkritik positivisme meyakini bahwa realitas sosial
dapat dipengaruhi oleh persepsi dan tindakan aktor sosial, termasuk peneliti
sosial didalamnya. Karenanya, tidak ada realitas sosial yang berdiri sendiri
dan tidak terpengaruh peneliti. Bahkan mereka meyakini bahwa realitas sosial
merupakan konstruksi dari manusia, termasuk peneliti. Realitas tidak tunggal
namun beragam, sebagaimana beragamnya pandangan manusia. Setiap
kelompok manusia tertentu dapat mengkonstruksi realitas. Terhadap konstruksi
realitas yang beragam ini tidak dapat dikatakan bahwa yang satu benar dan
lainnya salah, tetapi semua konstruksi realitas tersebut adalah sah dan benar.
Oleh karena itu, seringkali dikatakan bahwa mereka meyakini adanya multi
realitas, atau bahkan anti realisme (Lopez dan Potter, 2001). Dapat dikatakan
bahwa mereka menganut paham relativisme: realitas dapat sangat beragam
dan tidak ada cara untuk mengatakan bahwa yang satu benar dan yang lainnya
Pada titik ini perlu dikemukakan bahwa karena realisme kritis mengakui
bahwa realitas sosial bersifat concept-dependent, maka realisme kritis dapat
sejalan dengan konstruktivisme yang tidak ekstrim. Dalam salah satu artikel di
Journal of Critical Realism, Elder-vass menyimpulkan: ”The central argument ... is
that realism and social constructionism are entirely compatible, and indeed mutually
supportive if understood properly” (hal 80). Hal senada juga telah disimpulkan
oleh Peters et.al (2013), Gorski (2013) Al-Amoudi dan Wilmott (2011). Namun
perlu ditekankan bahwa kesamaan realisme kritis dengan konstruktivisme
berakhir ketika realisme kritis meyakini bahwa dunia sosial tidak hanya terdiri
dari diskursus sebagaimana diyakini oleh konstruktivisme, tetapi juga terdiri
PENUGASAN I
PENUGASAN II
Diskusikan dengan kelompoknya dan ambil salah satu topik berikut ini
kemudian presentasikan kepada teman yang lainnya!
“Bagaimana peranan kegiatan penelitian dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pencarian kebenaran berdasarkan persfektif filsafat ilmu
dan paradigma penelitian serta hubungannya dalam mencari kebenaran
ilmiah!”
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu membedakan pendekatan
penelitian dengan tepat
Penelitian Kuantitatif
Setiap pendekatan penelitian memiliki asumsi dasar yang berbeda. Asumsi
dasar pendekatan kuantitatif bertolak belakang dengan asumsi dasar yang
dikembangkan oleh pendekatan kualitatif, sehingga mempengaruhi cara
pandang peneliti terhadap sebuah fenomena dan proses penelitian secara
keseluruhan. Pendekatan kuantitatif menekankan pada metode pengukuran,
penggunaan pertanyaan terstruktur, pembuatan alat ukur dan skala yang
dapat dianalisa dengan statistik, pendekatan analitik dengan aturan baku dan
teratur, instrumen penelitian dapat diulang, penjelasan strukturalis dan meng-
hindari penjelasan interpretatif, kebenaran adalah ciri pasti dan tidak beragam,
interpretasi adalah hal yang tidak pasti, beragam, tergantung dari pengamat.
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang bersifat
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembua-
tan desain penelitiannya atau penelitian yang banyak menuntut penggunaan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya. sehingga penelitian kuantitatif akan lebih baik bila
disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono (2012: 7) penelitian kuantitatif merupakan penelitian
yang berlandaskan pada paradigma positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umum-
nya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Gambar 3). Sedangkan Kasiram
(2008:149) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif merupakan suatu proses
menemukan pengetahuan dengan menggunakan data berupa angka sebagai
alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian
kuantitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas yang menjadi sasaran
penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap
sehingga dapat diprediksi kemudian variable penelitiannya dapat diidentifikasi
dan diukur dengan alat –alat yang objektif dan baku (Nana Sudjana dan Ibrahim,
2001).
Masalah penelitian yang menjadi fokus dari penelitian kuantitatif menekan-
kan pada pertanyaan “what, do, is, are”, masalah yang diteliti sudah jelas dan
tidak memerlukan jawaban yang kompleks dari responden. Pengetahuan
yang didapatkan bersifat terukur, kuantitatif, akurat, objektif karena data di-
kumpulkan melalui metode dan instrumen yang sudah valid dan reliable serta
pengetahuan yang didapatkan tidak mampu menjelaskan dengan baik
Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk penelitian dalam ilmu penge-
tahuan sosial yang mendeskripsikan dan menganalisis realitas sosial manusia.
Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian yang melibatkan manusia
sebagai objek penelitian. Pendekatan kualitatif berbeda dari pendekatan
kuantitatif yang mendasarkan pada realitas fakta-fakta yang dapat diukur
melalui penghitungan tertentu karena pelibatan manusia sebagai objek pene-
litian seringkali melibatkan hal-hal yang tidak dapat dikuantifikasi, misalnya:
emosi, pandangan hidup, manusia dapat berpura-pura (jawaban hasil survey
misalnya, dapat berbeda dengan hasil observasi langsung peneliti). Jadi pene-
litian kualitatif tidak hanya melibatkan apa yang disebut sebagai emik sebagai
proses analisis untuk mendeskripsikan realitas sosial yang diteliti; namun juga
mencakup etik merupakan proses analisis untuk menafsirkan realitas sosial
yang diteliti.
Data yang dicari dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif adalah
realitas sosial di dalam masyarakat. Namun sifat data yang dicari dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang membuat jenis
penelitian ini tidak dapat dilakukan melalui prosedur yang bersifat generalisasi
melalui proses pengukuran atau statistik. Realitas sosial tidak dapat digeneral-
isasi, atau diukur atau dikuantifikasi, karena sifatnya subyektif. Dalam penelitian
kuantitatif, ada realitas sosial yang dapat diukur dan dikuantifikasi, dan dijui
secara empiris karena memiliki kesamaan dengan realitas alam dan memiliki
“keajegan” tertentu (Saidi, 2012). Sementara dalam penelitian kualitatif, sifat
Melihat pada perbedaan yang telah disebutkan di atas, terdapat lima tujuan
utama dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu:
a. To Explore
Penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali sebuah realitas baru yang
terjadi dan belum pernah ada sebelumnya. Hal ini dikarenakan realitas sosial
yang menjadi obyek penelitian kualitatif seringkali berubah sesuai perkem-
bangan jaman; dan kebutuhan untuk menggali realitas yang baru akan terus
muncul. Contoh paling baik adalah penelitian tentang ruang bawah tanah, di-
mana di masa lalu, penelitian tentang ruang bawah tanah belum menjadi obyek
penelitian, namun konsep kepemilikan hak atas tanah saat ini dihadapkan pada
persoalan bagaimana memanfaatkan ruang bawah tanah, misalnya dalam
pembangunan kereta bawah tanah.
c. To Explain
Penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan (to explain) biasanya
digunakan untuk mencari penjelasan atas keterkaitan suatu realitas sosial ter-
tentu yang didalamnya terdapat beberapa fakta sosial yang saling berhubun-
gan. Misalnya untuk menjelaskan keterkaitan antara kemiskinan dengan ting-
kat pendidikan. Keduanya merupakan fakta sosial, namun apakah kemudian
keduanya memiliki keterhubungan, itu dapat dijelaskan dengan penelitian yang
sifatnya eksplanatif.
d, To Understand
Penelitian yang bertujuan untuk secara lebih dalam memahami suatu realitas
sosial tertentu adalah penelitian yang bertujuan to understand. Penelitian yang
bertujuan untuk memahami realitas tertentu ini dilakukan untuk tidak hanya
menggambarkan realitas sosial yang diteliti, namun untuk menjelaskan realitas
tersebut dengan realitas lainnya, dan sehingga dapat dipahami mengapa reali-
tas itu terjadi, bagaimana itu terjadi, dan bagaimana realitas itu bekerja dalam
keterhubungannya dengan realitas sosial yang lainnya.
e. To Predict
Salah satu penelitian kualitaif yang lain adalah penelitian yang bertujuan untuk
memprediksi terjadinya realitas sosial dengan berdasarkan pada gejala-gejala
sosial yang dapat digambarkan dari realitas sosial yang muncul saat ini. Salah
satu contoh penelitian kualitatif yang memprediksi kejadian yang akan datang,
misalnya penelitian tentang bagaimana ketimpangan ekonomi dan sosial yang
terjadi di dalam masyarakat dapat menyebabkan terjadinya revolusi sosial.
Beberapa penjabaran dari tiga tujuan penelitian terlihat dalam Tabel 9.
a.Fenomenologi
Fenomenologi dapat dibedakan menjadi cabang disiplin ilmu filsafat, maupun
sebuah bentuk gerakan historis dalam filsafat ilmu. Fenomenologi dalam pe-
nelitian kualitatif dilakukan untuk menggambarkan dan mengidentifikasikan
fenomena sosial melalui cara bagaimana fenomena itu digambarkan oleh
peneliti atau aktor lainnya dalam situasi tertentu. Dalam kenyataan, hal ini
biasanya diterjemahkan dalam proses mengumpulkan informasi dan persepsi
individu secara mendalam melalui proses induktif, dan teknik pengumpulan
data kualitatif seperti wawancara mendalam, diskusi, dan observasi, dan meng-
gambarkannya melalui kacamata si subyek penelitian. Fenomenologi adalah
studi tentang pengalaman individual, mengelompokkan asumsi dan cara
pandang seseorang secara apa adanya.
b. Etnografi
Etnografi secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku-bangsa,
yang ditulis seorang peneliti atas hasil peneltian lapangan (field research) dalam
jangka waktu tertentu (Spradley, 1997). Penelitian etnografi menggambarkan
realitas sosial secara mendalam dan komprehensif, detail dan lengkap. Tehnik
Box
Talun, although not large, had quite a busy market. I set off in the direction of Banyu village, one of the sixteen
villages in the sub-district of Talun (Map F). First I had to go to the cillage office just to report my arrival.
Handsome urban-style houses lined the main road and other signs of urban amenities such as the TV antennae
and street lighting were immediately visible, giving this impression was limited to the area along the main road
where the houses of the better-off were located. Behind it, the village atmosphere and village physiscal
structures still dominated. Foe example, only houses along the main road has access to electricity from the
Government Electricity Company. Within the village a few houses used their own power generators but the
majority depended on kerosene lamps. Most houses werre constructed of fired bricks, usually with concrete
floor and tiled roof. Houses made of woven bamboo with thatched roofs were rare. The village settlement
looked clean and well-arranged, with houses built along the main village road which was wide enough for cars
to pass. The compounds were shaded with plenty of tree, mostly fruit trees. Banyu village appeared to be
quite prosperous. (Yulfita Rahardjo 1988: 94).
c.Etnometodologi
Etnometodologi merupakan salah satu bentuk khas yang hanya ada dalam
penelitian kualitatif, yang melihat bahwa realitas sosial merupakan sesuatu
yang dikonstruksi secara sosial, dimana manusia mendeskripsikan dunianya
sebagaimana mereka merasakannya. Metode ini mendapat banyak pandangan
dari teori fenomenologi (Schutz 1967, 1970). Garfinkel (1967) memberikan
metode lain dimana peneliti yang juga etnografer akan menggambarkan
dunia, sebagaimana subyek penelitian mereka menggambarkannya, untuk itu
diperlukan sebuah proses untuk menggambarkan persepsi subyek penelitian
dengan melakukan analisis oleh peneliti itu sendiri, inilah yang dinamakan
etnometodologi.
e. Semiotika
Semiotika adalah teori atau studi mengenai tanda dan simbol. Tapi tanda
atau simbol yang dimaksud tidaklah semata tanda atau simbol yang sifatnya
visual, namun juga tanda-tanda atau simbol-silbol yang merefleksikan realitas
kehidupan sosial (Saussure 1974: 16; dan 1983: 15-16). Semiologi berasal dari
kata bahasa Yunani “semeion” yang artinya adalah “tanda” atau “sign” dalam
bahasa Inggris. Studi semiotika adalah studi yang meneliti mengenai esensi
dari tanda dan norma-norma sosial yang mengaturnya. Dalam semiotika,
tanda yang dimaksud dapat pula berupa kata-kata, gambar, suara, tingkah laku,
maupun obyek tertentu.
a. Penelitian Grounded
Merupakan sebuah upaya untuk mencapai teori dari analisis pola-pola, tema,
atau kategori umum dari realitas sosial tertentu yang diobservasi. Penelitian
grounded theory awalnya dikembangkan oleh Glaser dan Strauss pada tahun
1967 (melalui buku The Dicovery of Grounded Theory). Penelitian ini muncul
didasarkan pertimbangan bahwa peneliti dan ilmuwan sosial seharusnya mulai
bergerak dari sekedar menggambarkan dan menafsirkan realitas sosial kepada
tahap yang lebih tinggi yaitu mengabstraksikan realitas ke dalam teori, atau
“move from data to theory”. (Glaser dan Strauss 1967) Dengan melakukan pene-
litian grounded theory diharapkan teori-teori baru akan bermunculan, dan tidak
sekedar mengandalkan pengembangan dari konstruksi analitis, kategori atau
variabel dari teori-teori yang sudah ada.
b. Case Studies
Penelitian dengan metode studi kasus atau case study bertujuan untuk meng-
gambarkan suatu kejadian tertentu, dalam kurun waktu tertentu dari suatu
Dalam proses penulisan laporan, kedua data empiris yang didapatkan melalui
kedua pendekatan yang digunakan dapat ditampilkan dalam bentuk:
1. Membandingkan data dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara
side-by-side;
2. Membandingkan secara tergabung;
3. Menggabungkan data berdasarkan kategori atau tema tertentu dari
permasalahan penelitian.
a. Induktif
Induksi adalah proses penalaran yang bertolak dari fakta-fakta khusus ke
kesimpulan umum. Logika induktif dapat dilakukan melalui:
1. Induksi ampliatif, yaitu penalaran yang bertolak dari sejumlah terbatas
contoh-contoh yang diamati ke suatu hubungan kausal umum.
2. Induksi eliminatif, yaitu proses mendukung atau menguatkan suatu
pernyataan atau hipotesis dengan memalsukan pernyataan atau
hipotesis yang menyainginya, atau seringkali juga disebut sebagai metode
konfirmasi tidak langsung.
3. Induksi intuitif, yaitu proses penalaran yang didasarkan pada pandangan
pribadi yang dapat mengalami kebenaran-kebenaran mutlak di dunia.
4. Induksi sempurna atau induksi formal, yaitu proses penalaran yang
menyatakan suatu kebenaran mengenai semua anggota kelompok
berdasarkan pengamatan kebenaran itu dalam semua anggota
kelompok itu.
b. Deduktif
Menurut Blaikie, penalaran deduktif bertujuan untuk menjelaskan hubungan
antar konsep atau variabel dengan mengajukan sebuah teori tentang hubungan
tersebut untuk kemudian diuji secara deduktif. Deduksi biasanya digunakan
untuk menunjuk kepada macam-macam penalaran yang kesimpulannya berasal
dari premis-premis secara niscaya. Deduksi dapat berlangsung dari yang
general ke yang partikular, general ke general, atau partikular ke partikular.
Proses logika deduktif dapat dilakukan melalui:
1. Penalaran dari suatu kebenaran umum ke suatu hal yang khusus dari
kebenaran itu.
2. Proses membuat implikasi-implikasi logis dari pernyataan-pernyataan
atau premis-premis menjadi eksplisit
3. Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan (premis-
premis) dimana tercapai suatu kesimpulan yang pasti benar dengan
aturan logika.
c. Retroduktif
Penalaran retroduktif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang teramati
dengan menemukan struktur dan mekanisme yang menyebabkan fenomena
tersebut. Proses penemuan struktur dan mekanisme tersebut bersifat
konjektural (conjectural) berupa dugaan yang didasarkan pada pengetahuan
yang tersedia terkait fenomena yang menjadi perhatian. Dalam strategi
penelitian ini pengetahuan yang ada dalam literatur dapat memberikan bantuan
dalam membangun sebuah model penjelasan hipotesis.
Penjelasan: *** aktivitas utama; ** aktivitas sedang; dan * aktivitas minor. Pengukuran
keterhubungan antara tujuan dan strategi penelitian hanya bersifat indikatif.
Isu utama Apakah kesim- Apa yang berlaku Apa makna sesuatu Kualitas dan
pulan logis dari umum dalam jika di- keadaan apa yang
premis? sejumlah observasi interpretasi dalam harus eksis agar
dan apakah hal suatu kerangka sesuatu fenomena
tersebut berlaku konseptual tertentu. menjadi mungkin?
bagi populasi?
Kekuatan Memberikan Memberikan Memberikan pe- Memberikan
aturan dan pedoman bagi gen- doman untuk proses pengetahuan
pedoman untuk eralisasi empiris, dan interpretatif dimana tentang kondisi
menyimpulkan menghitung presisi kita memberikan transfaktual, struk-
secara logis dan dari generalisasi. makna kepada tur dan mekanisme
mengkaji validitas kejadian dalam yang tidak dapat
logis dari semua kaitan dengan diobservasi secara
argumen. konteks yang lebih langsung pada
besar. domain empirik.
Kelemah- Deduksi tidak Inferensi induktif Tidak terdapat Tidak terdapat
an mengatakan tidak akan pernah kriteria yang tetap kriteria yang tetap
sesuatu yang baru dapat menghasilkan untuk menilai secara untuk menilai
tentang realitas kepastian secara pasti validitas dari secara pasti validitas
selain apa yang analitis maupun kesimpulan yang dari kesimpulan
telah terdapat empiris = limitasi dihasilkan abduksi. yang dihasilkan oleh
dalam premis. internal dari induksi. retroduksi.
Deduksi bersifat Induksi terbatas
analitis. pada kesimpulan
pada level empirik
= limitasi eksternal
dari induksi.
Kualitas Kemapuan Kemampuan Kreativitas dan Kemampuan
peneliti berargumen menguasai teknik imajinasi untuk melakukan
yang di- secara logis. analisis statistik. abstraksi.
perlukan
Contoh Jika A maka B Dari kajian tentang Reinterpretasi/ Bagi sebuah
A sikap sejumlah redeskripsi oleh ritual agar menjadi
Jadi: B sampel represen- Karl Marx terhadap sebuah ritual, harus
tatif dari Swedia, sejarah manusia eksis diantaranya
disimpulkan bahwa dari perspektif simbol bermuatan
30% dari penduduk materialisme emosional dan
Swedia mendukung historis. pemahaman umum
Uni Eropa. tentang nilai-nilai
sakral.
PENUGASAN I
PENUGASAN II
Diskusikan dengan kelompoknya dan ambil salah satu topik berikut ini
kemudian presentasikan kepada teman yang lainnya!
“Bagaimana perbedaaan, kekurangan dan kelebihan serta tujuan dari
implementasinya dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif serta
menggabungkan keduannya dalam mix method!”
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan novelty dan
invention dalam penelitian dengan benar.
Dalam konteks ilmu sosial, istilah dicovery, invention dan innovation akan
lebih mudah dipahami jika dikaitkan dengan istilah social science dan socio-
technology. Menurut Bunge (1998), meskipun sebagian ilmuwan sosial agak
reluctant untuk menyebut teknologi sosial (sociotechnology), namun sesung-
guhnya beberapa disiplin ilmu sosial seperti manajemen dan ilmu kebijakan
yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial dapat disebut sebagai
teknologi sosial. Sementara ilmu sosial dasar seperti demografi dan sosiologi
termasuk dalam kelompok ilmu sosial dasar (basic social science).
Discovery sebagai sebuah pengungkapan realitas yang telah ada merupakan
produk dari ilmu sosial dasar. Pengungkapan realitas ini merupakan hasil dari
kegiatan penelitian di bidang ilmu sosial dasar. Discovery merupakan pengeta-
huan tentang mengapa realitas sosial tampak seperti yang kita lihat. Namun
masalah timbul ketika dalam ilmu sosial, interpretasi terhadap realitas sosial
bisa berbeda antara satu peneliti dengan peneliti yang lain. Sehingga discovery
tidak bisa dimaknai secara seragam atau tunggal. Seperti telah dikemukakan
pada bagian terdahulu, interpretasi terhadap realitas akan sangat ditentukan
oleh paradigma yang dianut oleh seorang peneliti.
Setelah memahami realitas sosial termasuk pemahaman tentang mengapa
realitas sosial tersebut mewujud seperti yang kita lihat, terlepas dari keragaman
interpretasi yang ada, jika realias sosial dipandang sebagai keadaan yang tidak
baik atau tidak seperti yang diharapkan, peneliti berupaya merumuskan sebuah
konsep untuk melakukan perubahan sosial ke arah yang diharapkan. Dalam
hal ini dikatakan bahwa ilmu sosial selalu mengemban misi kritis untuk mem-
perbaiki keadaan (critical theory). Konsep yang dikembangkan untuk memper-
Gambar 8. Hubungan interaksi antara discovery, invention dan innovation dalam aspek
system informasi dan komunikasi (Narayamukti et al 2016).
PENUGASAN I
PENUGASAN II
Diskusikan dengan kelompoknya dan ambil salah satu topik berikut ini
kemudian presentasikan kepada teman yang lainnya!
“Bagaimana hubungan discovery, invention, dan innovation dalam suatu
kegiatan penelitian yang dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah novelty!”
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu mengimplementasikan
pendekatan penelitian secara praktis dengan tepat.
PENUGASAN
Diskusikan dengan kelompoknya dan ambil salah satu topik berikut ini
kemudian presentasikan kepada teman yang lainnya!
“Simaklah video atau studi kasus yang diberikan fasilitator, kemudian ten-
tukanlah masalah pokok atau pertanyaan penelitian, kemudian tentukan
pedekatan penelitian yang akan digunakan dan berikan argumentasinya !”