Anda di halaman 1dari 16

GEORADAR

PENDAHULUAN
PT. ABHINAYA MAPPINDO BUMITALA

GPR (Ground Penetrating Radar) adalah salah satu perkembangan teknologi peralatan untuk
mendukung kegiatan survey. Alat ini memancarkan gelombang radar atau gelombang
elektromagnetik kedalam tanah yang nantinya akan dipantulkan kembali. Berdasarkan pantulan
tersebut dapat dianalisa dan diketahui hal-hal yang berkaitan dengan :

 Deteksi Utilitas, Pipa and Cable metal dan non metal

 Survey Jalan

 Struktur Tanah

 Ketebalan beton

 Ketebalan asphalt beserta permukaannya

 Survey Bangunan

 Struktur beton beserta pembesiannya

KOMPONEN GPR

 Antenna
- Transmitter ( TX )
- Receiver ( RX )
 Control Unit
 Display Unit
 Power

PROSES KINERJA GPR

PRINSIP KERJA GPR


PRINSIP KERJA GPR
Frekuensi dari gelombang Eletro Magnetic yang di transmisikan ke bawah tanah dari antenna
akan di pantulkan kembali apabila ada perbedaan sifat dielektrik.

PRINSIP KERJA GPR


PRINSIP KERJA GPR

FREKUENSI ANTENA BERDASARKAN LAPANGAN


MEDIA FAKTA
FREKUENSI LITERATUR PERUNTUKAN
TANAH LAPANGAN
700 Mhz 4.0 M Kering
700 Mhz 2.5 M Basah
Max. 2 M
400 Mhz 5.0 M Kering
400 Mhz 3.0 M Basah UTILITY
250 Mhz 10 M Kering DETECTION

250 Mhz 5.0 M Basah


Max. 6M
200 Mhz 15 M Kering
200 Mhz 10 M Basah
100 Mhz 0.5 - 40 M Kering
100 Mhz 0.5 - 15 M Basah
GEOLOGY Max. 26 M
40 Mhz 1.0 - 60 M Kering
40 Mhz 1.0 - 30 M Basah

HASIL RADARGRAM 250 MHz (Kuala Lumpur)

ANALISA Frekuensi 250 MHz lokasi di Kuala Lumpur


1. Anomali terlihat sampai kedalaman dari 5 m.
2. Hasil radargram sampai kedalaman 7 m.
3. Pada kedalaman 5 – 7 m sudah tidak terlihat anomali, karena
terganggu konduktifitas tanah.
4. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 10 m.
5. Dapat disimpulkan media tanah kering.

HASIL RADARGRAM 250 MHz (Jakarta)


ANALISA Frekuensi 250 MHz lokasi di Jakarta
1. Anomali terlihat sampai kedalaman kurang dari 3 m.
2. Hasil radargram sampai kedalaman 6 m.
3. Pada kedalaman 3 – 6 m sudah tidak terlihat anomali, karena
terganggu konduktifitas tanah.
4. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 10 m.
5. Dapat disimpulkan media tanah basah.

HASIL RADARGRAM 250 MHz (Bandung)

ANALISA Frekuensi 250 MHz lokasi di Bandung


1. Anomali terlihat sampai kedalaman kurang dari 1 m.
2. Hasil radargram sampai kedalaman 5 m.
3. Pada kedalaman 1 – 5 m sudah tidak terlihat anomali, karena
terganggu konduktifitas tanah.
4. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 10 m.
5. Dapat disimpulkan media tanah basah.

HASIL RADARGRAM 200 MHz (Jkt – Muara Karang)


ANALISA Frekuensi 200 MHz lokasi di Jakarta – Muara Karang.
1. Anomali terlihat sampai kedalaman kurang dari 2,5 m.
2. Hasil radargram sampai kedalaman 6 m.
3. Pada kedalaman 2,5 – 6 m sudah tidak terlihat anomali, karena
terganggu konduktifitas tanah.
4. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 15 m.
5. Dapat disimpulkan media tanah basah.

HASIL RADARGRAM 200 MHz (Jkt – Cengkareng)


ANALISA Frekuensi 200 MHz lokasi di Jakarta - Cengkareng.
1. Anomali terlihat sampai kedalaman kurang dari 2,2 m.
2. Hasil radargram sampai kedalaman 3,2 m.
3. Pada kedalaman 2,2 – 3,2 m sudah tidak terlihat anomali, karena
terganggu kondutifitas tanah.
4. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 15 m.
5. Dapat disimpulkan media tanah basah.

HASIL RADARGRAM 40 MHz (Jakarta)


ANALISA Frekuensi 200 MHz lokasi di Jakarta.
1. Anomali terlihat sampai kedalaman kurang dari 25 m.
2. Hasil radargram sampai kedalaman 26 m.
3. Pada kedalaman 25 – 26 m sudah tidak terlihat anomali, karena
terganggu konduktifitas tanah.
4. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 30 m.
5. Dapat disimpulkan media tanah basah.

HASIL RADARGRAM 100 MHz (Kuala Lumpur)


ANALISA Frekuensi 100 MHz lokasi di Kuala Lumpur.

1. Anomali terlihat sampai kedalaman kurang dari 27 m.


2. Hasil radargram sampai kedalaman 27 m.
3. Pada literatur beberapa produk seharusnya mampu sampai
kedalaman max. 40 m.
4. Dapat disimpulkan media tanah kering.

SIFAT PERMITIVITAS DIELEKTRIK MEDIUM

V.t
D = Kedalaman ( m )
2
D = V = Kecepatan rambat gelombang ( m/ns )
t* = Two way travel time ( ns )
C
C = Kecepatan rambat gelombang EM ( 0.3
V =
εm/ns
ε
r )
r = Konstanta dielektrik dari sebuah medium

t* = Dalam konsep GPR waktu tempuh gelombang adalah waktu yang


ditempuh oleh gelombang elektromagnetik ketika di transmisikan ke dalam
tanah, serta waktu yang ditempuh gelombang elektromagnetik dari benda
yang memantulkan gelombang tersebut sampai diterima oleh antenna
receiver atau antena penerima.
SIFAT PERMITIVITAS DIELEKTRIK MEDIUM
(250 MHz di BANDUNG)

V . 77 ns
4.9 m =
ε = 2.360.3
0.127 rm/ns =
2 m/ns
V = 0.127 m/ns
ε r = 5.57 ε r
SUBSURFACE LAYER
KESIMPULAN
1. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh alat GPR ke bawah permukaan
mengalami antenuasi seiring semakin dalamnya bawah permukaan. Hal ini bisa disebabkan
beberapa hal, antara lain dikarenakan sifat konduktifitas, di mana hal tersebut
menyebabkan sinyal yang kebawahnya semakin melemah, selain itu secara umum suatu
amplitudo sinyal memang akan mengalami penurunan seiring dengan semakin jauhnya
sinyal tersebut dari sumber pancaran, dalam hal ini yaitu antena GPR.
2. Semakin rendah Frekuensi semakin meningkat penetrasi kedalaman.
3. Semakin tinggi Frekuensi semakin meningkat kuat resolusi gambar radargram.
4. Medium permukaan tanah suatu negara dan daerah akan berpengaruh terhadap
kedalaman target ( contoh ; hasil radargram Kuala Lumpur dan Jakarta, Jakarta dan
Bandung, Jakarta dan Jakarta dengan frekuensi yang sama )
5. Kemampuan scaning kedalaman target alat GPR tidak bisa mengacu kepada brosur dari
sebuah produk.

Anda mungkin juga menyukai