Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DIKY IRAWAN

NIM : 170420101
MK : AKUNTANSI USAHA KECIL & ETAP
JURUSAN : AKUNTANSI

AKUNTANSI PESANTREN

Pondok Pesantren, Dayah, Surau, Meunasah, atau sebutan lain yang selanjutnya disebut
Pesantren adalah lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan,
organisasi masyarakat Islam, dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah Swt., menyemaikan akhlak mulia serta memegang teguh ajaran Islam rahmatan
lil'alamin yang tercermin dari sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai
luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan, dan
pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. (UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2019 TENTANG PESANTREN)

UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren muncul tidak secara tiba-tiba. Wacana
tentang perlunya Undang-Undang yang mengatur tentang pesantren telah ada sejak sebelum
diterbitkannya UU Sisdiknas. Belum lagi melihat pesantren selain menyelenggarakan fungsi
pendidikan, juga menyelenggarakan fungsi dakwah dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Di
sini muncul kebutuhan atas suatu peraturan perundang-undangan yang memberikan pengakuan
kepada pesantren dalam bentuk pengaturan secara utuh dan komprehensif.
(https://scholae.co/web/read/2555/uu.nomor.18.tahun.2019.tentang.pesantren.untuk.sia)
Dampak UU No. 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren terhadap Akuntansi Pesantren
menurut saya adalah UU No. 18 Tahun 2019 akan menjadi acuan pembuatan laporan keuangan
pesantren.
PSAK 45 yang digunakan sebelumnya sebagai dasar pelaporan nirlaba sudah diganti
dengan SAK ETAP yang dapat digunakan oleh Yayasan atau organisasi nirlaba untuk
melakukan pelaporan keuangan. Namun demikian dalam praktiknya PSAK 45 malah
membingungkan karena adanya pengaturan penyajian laporan keuangan yang berbeda dalam
kelompok standar (tier) yang sama. (https://kaprtambunan.com/2019/02/22/pelaporan-
keuangan-yayasan-atau-entitas-nonlaba-setelah-isak-35-berlaku/)

Perbedaan antara SAK ETAP dengan ISAK 35 Penyajian Laporan Keuangan entitas
yang berorientasi non laba yaitu SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam
penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari
perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK
Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan
oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif
tidak berubah selama beberapa tahun. ISAK 35 entitas berorientasi nonlaba
membuat penyesuaian baik: (i) penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos
dalam laporan keuangan; dan (ii) penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk laporan
keuangan itu sendiri. (http://www.iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-
1106=pengesahan-draf-eksposur-de-amendemen-psak-1-isak-35-ppsak-13),
(http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/etap)
Hubungan antara Akuntansi Pesantren dengan Akuntansi Syariah yaitu yang mana
pesantren adalah organisasi yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt,
maka dari itu jugak dalam penyusunan laporan keuangan juga harus sesuai dengan nilai – nilai
islam, dan dengan akuntansi syariah jika dilihat dalam karakteristik transaksi nya yaitu:
a) Tidak mengandung unsur riba;
b) Tidak mengandung unsur kezaliman;
c) Tidak mengandung unsur maysir;
d) Tidak mengandung unsur gharar;
e) Tidak mengandung unsur haram.
Maka dari itu sudah sangat jelas sekali bahwa Akuntansi Pesantren dan Akuntansi
Syariah memiliki hubungan yang mana sama – sama mengutamakan nilai – nilai islam.

Anda mungkin juga menyukai