Anda di halaman 1dari 14

PENATALAKSANAAN NEBULIZER, LATIHAN BATUK

EFEKTIF, DAN SEGMENTAL BREATHING EXERCISES PADA


EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
SARI ANDAM DEWI
J100160039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN NEBULIZER, LATIHAN BATUK EFEKTIF, DAN

SEGMENTAL BREATHING EXERCISES PADA EFUSI PLEURA DI RUMAH

SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

SARI ANDAM DEWI

J100160039

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing,

Isnaini Herawati, S.Fis., FTR. M.Sc.

NIK. 748

1
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN NEBULIZER, LATIHAN BATUK EFEKTIF, DAN


SEGMENTAL BREATHING EXERCISES PADA EFUSI PLEURA DI RUMAH
SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

Oleh:
SARI ANDAM DEWI
J100160039

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 18 Mei 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:
1. Isnaini Herawati, S.Fis., FTR. M.Sc ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Siti Soekiswati ., MH.Kes ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Wahyu Tri Sudaryanto, S.Fis., M.KM ( )
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes


NIK. 786

2
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti

ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 15 Juni 2018

Penulis

SARI ANDAM DEWI


J100160039

iii
3
PENATALAKSANAAN NEBULIZER, LATIHAN BATUK EFEKTIF, DAN
SEGMENTAL BREATHING EXERCISES PADA EFUSI PLEURA DI
RUMAH SAKIT PARU DUNGUS MADIUN

Abstrak

Efusi pleura pediatri lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan
juga pada anak remaja dibandingkan dengan yang lebih tua. Untuk mengetahui
manfaat dari nebulizer, latihan batuk efektif, dan segmental breathing exercises
pada efusi pleura. Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 4 kali, terdapat
penurunan derajat sesak napas T0: 4 menjadi T4: 2, lokasi sputum T0: paru-paru
sinistra lobus superior dan inferior segmen anterior menjadi T4: paru-paru
sinistra lobus inferior segmen anterior, peningkatan ekspansi sangkar thoraks
pada axilla T0 : 0,5 cm menjadi T4 : 2 cm, pada ICS 4 T0 : 1,5 cm menjadi T4 :
2,2 cm, pada processus xyphoideus T0 : 0,5 cm menjadi T4 : 2,5 cm, dan
peningkatan kemampuan aktivitas fungsional T0 : 3 menjadi T4 : 2. Pemberian
modalitas nebulizer, latihan batuk efektif, dan segmental breathing exercises
dapat mengurangi sesak napas, membersihkan jalan napas, meningkatkan
ekspansi sangkar thoraks dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional.

Kata kunci: efusi pleura, nebulizer, latihan batuk efektif, dan segmental
breathing exercises.

Abstract

Pediatrics pleural effusion is more common in boys than in girls and also in
younger children in comparison with older ones. To determine the benefits of
nebulizer, effective cough exercise, and segmental breathing exercises in cases of
pleural effusion. After 4 times of therapy, there was a decrease in the degree of
shortness of breath T0: 4 to T4: 2, sputum location T0: lung sinistra superior and
inferior anterior segment becomes T4: lung sinistra lobe inferior anterior segment,
an increase in thoracic cage expansion in axilla T0: 0,5 cm to T4: 2 cm, on ICS 4
T0: 1,5 cm to T4: 2,2 cm, on xyphoid procesus T0: 0,5 cm to T4: 2,5 cm, and
there is increased functional activity ability T0: 3 to T4: 2. Providing nebulizer
modalities, effective cough exercise, and segmental breathing exercises can
reduce shortness of breath, clean the airway, increase the thoracic cage
expansion, and enhance functional activity capability.

Keywords: pleural effusion, nebulizer, effective cough exercise, and segmental


breathing exercises.

1. PENDAHULUAN
Efusi pleura pediatri lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan
juga pada anak remaja dibandingkan dengan yang lebih tua. Insiden efusi pleura

1
pada anak tergantung jenis penyakit yang mendasarinya. Efusi pleura masif yang
menyebabkan empiema dapat muncul pada 0,6-2% anak-anak dengan pneumonia
bakteri. Efusi pleura tuberkulosis biasanya terjadi pada anak usia remaja dan
jarang terjadi pada anak usia prasekolah. Distribusi efusi pleura menurut studi
populasi terjadi peningkatan di sebagian besar industri negara. Seperti di Amerika
Serikat terkait empiema tingkat rawat inap dari 2,2 per 100.000 pada tahun 1997
hingga 3,7 per 100.000 anak pada tahun 2006. Menurut sebuah penelitian pada
populasi Spanyol, kejadian efusi pleura pada anak dari usia 5 tahun meningkat
dari 1,7 per 100.000 pada 1999 menjadi 8,5 per 100.000 pada tahun 2004
(Afsharpaiman, 2016).
Menurut Pranowo (2016) Pemberian modalitas fisioterapi seperti latihan
batuk efektif pada penyakit paru restriktif dapat memberikan pengaruh pada paru-
paru. Menurut penelitian di RS Mardi Rahayu, terdapat 30 responden (21 laki-laki
dan 9 perempuan) dengan penyakit paru restriktif yang kemudian diberikan
latihan batuk efektif. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya efektifitas latihan
batuk efektif dalam pengeluaran sputum.
Menurut studi penelitian menemukan 30 responden (22 laki-laki dan 8
perempuan) dengan penyakit efusi pleura yang kemudian diberikan segmental
breathing exercises. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada
ekspansi sangkar thoraks dan fungsi paru (Gunjal, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai penyakit efusi pleura, penulis
tertarik dalam membahas dan melakukan penatalaksanaan fisioterapi dengan
modalitas nebulizer, batuk efektif, dan segmental breathing exercises pada pasien
efusi pleura.

2. METODE
Pasien atas nama An. M.H umur 13 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan
diagnosa medis efusi pleura telah diberikan penatalaksanaan fisioterapi sebanyak
4 kali terapi dengan menggunakan modalitas nebulizer, latihan batuk efektif, dan
segmental breathing exercises. Modalitas yang diberikan kepada An. M.H
bermanfaat untuk mengurangi sesak napas, membersihkan jalan napas,

2
memperbaiki pola pernapasan, meningkatkan ekspansi sangkar thoraks serta
meningkatkan aktivitas dan kemampuan fungsional. Selain itu, terapis
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk melakukan
breathing control setiap harinya. Terapis menjelaskan bahwa breathing control
bermanfaat dalam mengatur pola pernapasan pasien. Terapis memberikan edukasi
kepada pasien untuk menjaga pola makan dan tidak jajan sembarangan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Pasien atas nama An. M.H dengan diagnosa medis efusi pleura
memiliki beberapa problematika yaitu sesak napas, perubahan pola
pernapasan, retensi sputum, penurunan ekspansi thoraks, dan keterbatasan
aktivitas dan kemampuan fungsional. Setelah dilakukan intervensi
fisioterapi sebanyak 4 kali dengan modalitas nebulizer, latihan batuk
efektif, dan segmental breathing exercises didapatka hasil sebagai berikut:
3.1.1 Hasil pemeriksaan sesak napas dengan Borg Scale

Borg Scale
6

0
T0 T1 T2 T3 T4

Gambar 1. Grafik Hasil Pemeriksaan Sesak Napas


Penurunan derajat sesak menggunakan borg scale pada grafik
di atas terdapat T0 dengan hasil 4 yaitu sesak kadang berat menjadi
T4 dengan hasil 2 yaitu sesak ringan.

3
3.1.2 Hasil pemeriksaan sputum dengan auskultasi
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Lokasi Sputum
Lobus T0 T1 T2 T3 T4

Superior + + + - -

Inferior + + + + +

Peningkatan pengeluaraan sputum menggunakan auskultasi dari T0


dengan hasil paru-paru sinistra lobus superior dan inferior segmen
anterior menjadi T4 dengan hasil paru-paru sinistra lobus inferior
segmen anterior.
3.1.3 Hasil pemeriksaan ekspansi sangkar thoraks dengan pita ukur

3
Pita Ukur
2.5

1.5

0.5

0
T0 T1 T2 T3 T4

Axila ICS 4 Processus Xyphoid

Gambar 2. Grafik Hasil Pemeriksaan Ekspansi Sangkar Thoraks


Peningkatan ekspansi sangkar thoraks menggunakan pita ukur
pada grafik di atas terdapat T0: axilla = 0,5 cm, ICS 4 = 1,5 cm,
dan procesus xyphoid = 0,5 cm menjadi T4: axilla = 2 cm, ICS 4 =
2,2 cm, dan processus xyphoid = 2,5 cm.
3.1.4 Hasil pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional dengan
Medical Research Council (MRC)

4
MRC
4

0
T0 TI T2 T3 T4

Gambar 3. Grafik Pemeriksaan Kemampuan Aktivitas Fungsional.


Peningkatan kemampuan aktivitas fungsional Medical Research
Council dari T0 bernilai 3 yaitu berjalan lebih lambat karena
merasakan sesak menjadi T4 bernilai 2 yaitu Sesak mulai timbul
bila berjalan cepat atau naik tangga 1 tingkat.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Manfaat fisioterapi terhadap penurunan sesak napas
Pasien atas nama An. M.H didapatkan hasil pemeriksaan sesak
napas dengan borg scale yaitu 4 (kadang berat) kemudian diberikan
Nebulizer sebanyak 4 kali terapi. Hasil yang diperoleh pada T1 dan
T2 belum adanya perubahan karena saat melakukan latihan pasien
belum mampu melakukan pola pernapasan normal. Hasil pada T3
adanya penurunan sesak napas menjadi 3 (sesak sedang) dan pada
T4 adanya penurunan sesak napas menjadi 2 (sesak ringan).
Nebulizer merupakan alat yang dapat mengubah obat
berbentuk larutan menjadi bentuk aerosol secara terus- menerus
menggunakan tenaga yang berasal dari udara dengan mengantarkan
gas terkompresi yang menyebabkan daerah tekanan negative
(Lorensia, 2018). Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui
mouth piece atau sungkup. Hal ini merupakan salah satu
penggunaan terapi inhalasi (pemberian obat ke dalam saluran
pernafasan dengan cara inhalasi). Sedangkan bronkodilator yang

5
diberikan dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi yang
bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Selain itu tujuan
pemberian nebulizer adalah untuk mengurangi sesak, untuk
mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang atau menghilang
dan menurunkan hiperaktivitas bronkus serta mengatasi infeksi
(Wahyuni, 2015).
3.2.2 Manfaat fisioterapi terhadap pembersihan jalan napas
Pada pasien ini, didapatkan hasil pemeriksaan yaitu adanya
sputum pada paru-paru sinistra lobus superior dan inferior segmen
anterior. Kemudian diberikan latihan batuk efektif sebanyak 4 kali
terapi. Hasil yang diperoleh dari T1 sampai dengan T2 belum
adanya perubahan lokasi sputum yang menandakan belum adanya
pengeluaran sputum. Hal ini disebabkan karena penatalaksanaan
fisioterapi pada T1 sampai T2 dengan latihan batuk efektif kurang
maksimal. Latihan batuk efektif kurang maksimal karena pasien
belum mampu untuk batuk efektif. Pada T3 dan T4 adanya
peningkatan pengeluaran sputum. Sputum hanya terdapat pada
lobus inferior. Hal ini dipengaruhi oleh posisi pasien yang selalu
dalam keadaan latihan batuk efektif. Manfaat latihan batuk efektif
yaitu untuk mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan melalui
kontraksi otot-otot ekspirasi untuk mengurangi volume rongga
thoraks dan paru-paru (ekspirasi paksa) melalui latihan batuk
efektif.
3.2.3 Manfaat fisioterapi terhadap peningkatan ekspansi sangkar thoraks
Pada pasien ini, didapatkan hasil pemeriksaan yaitu adanya
penurunan ekspansi sangkar thoraks. Kemudian diberikan
segmental breathing exercises selama 4 kali terapi. Hasil yang
diperoleh pada T1 sampai dengan T4 adanya peningkatan ekspansi
sangkar thoraks. Peningkatan ekspansi thoraks melalui mekanisme
stretch reflex dalam segmental breathing exercise. Tujuan stretch
cepat pada musculus intercostalis external adalah memberikan

6
fasilitasi pada otot sehingga otot akan berkontraksi. Kemudian
proses inspirasi akan terjadi disertai dengan peningkatan ekspansi
thoraks dan peningkatan kapasitas paru. Fasilitasi otot di atas juga
menyebabkan pengeluaran udara secara maksimal melalui proses
ekspirasi. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan, penelitian
menemukan 40 peserta dengan penyakit paru restriktif (emfiema)
yang kemudian diberikan segmental breathing exercises. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada ekspansi thoraks
(Sarkar, 2010).

4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan sebanyak 4 kali pada kasus
efusi pleura pada An. M.H didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Nebulizer dapat mengurangi sesak napas
b. Latihan batuk efektif dapat membersihkan jalan napas
c. Segmental breathing exercises dapat meningkatkan ekspansi sangkar
thoraks
d. Nebulizer, latihan batuk efektif dan segmental breathing exercises
dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan fungsional.
4.2 Saran
Berdasarkan pada penatalaksanaan fisioterapi di Rumah Sakit Paru
Dungus Madiun, penulis akan memberikan saran kepada pasien,
keluarga, dan pihak rumah sakit, sebagai berikut:
4.2.1 Bagi Pasien
Penulis mengajukan saran dengan harapan dapat memberikan
manfaat kepada pasien. Saran yang diberikan yaitu setelah keluar
dari rumah sakit pasien disarankan untuk menjalani terapi secara
rutin pada pagi hari dan sore hari saat di rumah. Sehingga, tujuan
terapi yang telah disusun oleh fisioterapis dapat tercapai dengan
baik.

7
4.2.2 Bagi Keluarga
Penulis mengajukan saran dengan harapan dapat memberikan
manfaat kepada pasien melalui dukungan dari anggota keluarga.
Saran yang diberikan yaitu keluarga atau kerabat dekat pasien
menerapkan latihan-latihan yang telah diajarkan oleh terapis.
Aktivitas sehari-sehari pasien dilakukan secara mandiri yang
berguna untuk melatih kemandirian pasien.
4.2.3 Kepada Masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk menerapkan pola hidup sehat
seperti menjaga makanan dan minuman yang dikonsumsi, rutin
berolahraga dan menjaga kebersihan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Afsharpaiman. (2016). Pleural Effusion in Children: A Review Article and
Literature Review. International Journal of Medical Reviews Review
Article International Journal of Medical Reviews Winter, 3(1), 365–370.

Almeida. (2017). Imaging of Pleural Effusion: Comparing Ultrasound, X-Ray and


CT findings, 15.

Berkowitz. (2013). Patofisiologi Klinik , 111.

Bonneau. (2009). Cough in the palliative care setting. Canadian Family


Physician, 55(6), 600–602.

Dandachi. (2018). Viral pneumonia: Etiologies and treatment. Journal of


Investigative Medicine, 66(6), 957–965. https://doi.org/10.1136/jim-
2018-000712

Fernando. (2016). Modifikasi nebulizer kompresor dengan menambahkan


pengaturan timer dan detektor cairan obat sebagai batasan waktu terapi
pemberian obat pada penderita asma. Teknosia, 2, 1–11.

Gunjal. (2015). Effectiveness of Deep Breathing versus Segmental Breathing


Exercises on Chest Expansion in Pleural Effusion, 5(July), 234–240.

Herawati. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi.

Incekara. (2018). Pleural Effusions. iMedPub Journals, 3(11), 1–7. Retrieved


from http://insightsinchestdiseases.imedpub.com/pleural-effusions.pdf

8
Karkhanis. (2012). Pleural effusion: Diagnosis, treatment, and management. Open
Access Emergency Medicine, 4, 31–52.
https://doi.org/10.2147/OAEM.S29942

Lantu. (2016). Gambaran Foto Toraks Pneumonia Di Bagian / Smf Radiologi Fk


Unsrat / Rsup Prof . Dr . R . D Kandou, 4, 272–274.

Lorensia. (2018). INHALER_BUKU_Amelia&Rivan_2018 .pdf.

Maher. (2014). Evaluation and outcomes of Pediatric pleural effusions in over 10


years in Northwest, Iran. International Journal of Pediatrics, 2(3), 41–
46. https://doi.org/10.22038/ijp.2014.2911

Paz. (2009). Acute Care Handbook For Physical Therapists.

Porcel. (2014). Etiology of Pleural Effusions: Analysis of More Than 3,000


Consecutive Thoracenteses. Archivos de Bronconeumología (English
Edition), 50(5), 161–165. https://doi.org/10.1016/j.arbr.2014.03.012

Porcel. (2018). Chest Tube Drainage of the Pleural Space: A Concise Review for
Pulmonologists. Tuberculosis and Respiratory Diseases, 81(2), 106–115.
https://doi.org/10.4046/trd.2017.0107

Posa, D., Pizzulli, A., Wagner, P., Perna, S., Hofmaier, S., Matricardi, P. M., &
Lau, S. (2017). Efficacy and usability of a novel nebulizer targeting both
upper and lower airways. Italian Journal of Pediatrics, 43(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s13052-017-0400-x

Putri. (2013). Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk Efektif Pada
Intervensi Nabulizer erhadap Penurunan Frekuensi Batuk Pada Asma
Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi, 13(April), 81–87.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Rondhianto. (2016). NurseLine Journal. NurseLine Journal, 1(1), 11–17.

Sarkar. (2010). Physiotherapy and Occupational Therapy I ndian J ournal of.


Indian Journal of Physiotherapy and Occupational Therapy, 4(17–20).

Sato. (2006). 315_319, 49(9), 315–319.

Solomen. (2015). Breathing techniques- A review, 1(October).

Tobing, E. (2013). Karakteristik Penderita Efusi Pleura di RSUP H . Adam Malik


Medan Tahun 2011 Characteristics of Patients with Pleural Effusion in
RSUP H . Adam Malik Medan 2011. E-Jurnal FK USU, 1(2), 2011–
2014.

9
Wahyuni. (2015). Effect of Nebulizer and Effective Cough on the Status of
Breathing Copd Patients. Jurnal Keperawtan Stikes, 1–3.

Watchie. (2010). Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy.

Zhou. (2015). Diagnosis of malignancy of adult mediastinal tumors by


conventional and transesophageal echocardiography. Chinese Medical
Journal, 128(8), 1047–10451. https://doi.org/10.4103/0366-6999.155083

10

Anda mungkin juga menyukai