Anda di halaman 1dari 11

ETIKA BISNIS

THE ROLE OF THE GOVERNMENT

KELOMPOK 10:

TIM A
1. Hinanda Tomi Adikoro (041611233168)
2. Shinta Bella Rizkyana Putri (041611233220)
3. Safira Rizki Wahyudi (041711233207)
TIM B
1. Farros Muhammad (041511233017)
2. Cahyo Meidi Adiyatma (041611233277)
3. Begawan Milisna Supriyadi (041711233285)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
A. Foreign Corrupt Practices Act (FCPA)
FCPA merupakan legislasi yang dirilis untuk mengendalikan penyuapan dan bentuk-
bentuk pembayaran lain terhadap official dan politikus asing oleh perusahaan Amerika
Serikat yang sudah go public. Sebelum hukum ini diberlakukan, ilegalitas pembayaran
tersebut hanya dapat dihukum melalui sumber-sumber legislasi “sekunder” yang dicatat
sebagai berikut:
1. The Securities and Exchange Commission (SEC) dapat mengenakan denda kepada
perusahaan yang tidak mengungkapkan kejadian pembayaran tersebut berdasarkan
peraturan keamanan yang sudah ditetapkan SEC.
2. The Bank Secrecy Act juga menuntut publikasi jumlah dana yang mengalir ke negara
di luar Amerika Serikat (AS) atau memasuki AS. Jumlah dana yang dipublikasikan
tersebut harus akurat agar tidak terjadi kebohongan kepada publik yang dapat
meruntuhkan reputasi dan kepercayaan publik terhadap pihak yang mempublikasikan
jumlah dana yang mengalir tersebut.
3. The Mail Fraud Act menggunakan komunikasi surat atau telepon di Amerika Serikat
untuk membuktikan bahwa sebuah skema yang bersifat fraudulent dan ilegal.
FCPA berfokus pada dua area utama yang diuraikan sebagai berikut:
1. Disclosure
Perjanjian ini menuntut perusahaan untuk membeberkan seluruh transaksi
dengan official dan politikus asing. Hal ini sejalan provisi SEC atau Securities and
Exchange Commission.
2. Prohibition
Perjanjian ini mencakup peringatan dari Bank Secrecy Act dan Mail Fraud Act
untuk mencegah pergerakan dana ke luar negeri yang menunjukkan skema fraudulent.

Facilitation payments (FCPA) merupakan pembayaran yang bersifat legal dan


menunjukkan kinerja suatu aksi rutin yang dilaksanakan pemerintahan. Adapun routine
governmental action (FCPA) merupakan proses atau prosedur administratif rutin yang
dilaksanakan untuk. Berikut merupakan contoh routine governmental action:
1. Memproses governmental papers, seperti visa dan work order
2. Menyediakan perlindungan polisi, pengambilan dan pengiriman surat, serta
merencanakan inspeksi yang terkait kinerja kontrak atau transit barang antar negara
3. Menyediakan layanan telepon, suplai air dan sumber daya
Menurut FCPA, berikut merupakan tabel yang mengilustrasikan aktivitas legal dan ilegal
Ilegal Legal
Bribes Grease payments
 Pembayaran yang dilakukan untuk  Kemudahan pembayaran kepada
mempengaruhi official dari negara official dari negara asing untuk
asing agar bertindak dalam sebuah mempertahankan atau meningkatkan
manner yang berpotensi melanggar kinerja sebuah routine governmental
tanggungjawab official tersebut action
 Merupakan pembayaran, pemberian
wewenang, janji, dan penawaran
kepada orang lain dengan dasar
pengetahuan bahwa sebagian dari
pembayaran tersebut diserahkan
kepada pihak official atau politikal,
kandidat asing untuk memenuhi tujuan
yang tidak diizinkan Undang-Undang.
Record keeping and accounting provisions Pengeluaran pemasaran (marketing
 Books, records, dan accounts harus expenses)
disimpan dengan detail yang dapat  Pembayaran kepada official negara
diterima asing yang didasarkan korelasi dengan
 Sebuah sistem pengendalian akuntansi promosi atau demonstrasi produk
internal dijalankan untuk menjamin perusahaan.
bahwa transaksi dilaksanakan
berdasarkan wewenang manajemen
perusahaan.
Pembayaran legal berdasarkan hukum
asing
 Dapat melakukan pembayaran kepada
official dari negara asing saat
pembayaran tersebut bersifat legal
berdasarkan hukum tertulis yang
berlaku di negara tersebut
Kontribusi politk
 Perusahaan AS yang beroperasi di luar
negeri dapat melakukan kontribusi
politik bagi perusahaannya. Kontribusi
meliputi cek kepada pihak atau
kandidat politik serta pembayaran bagi
pendanaan makan malam bersama dan
acara lainnya.
Donasi kepada foreign charities
 Perusahaan di Amerika Serikat dapat
melakukan donasi kepada organisasi
bona fide yang bersifat charitable.
Donasi tersebut tidak melanggar
regulasi, hukum, serta aturan setempat.
Donasi itu juga tidak dapat digunakan
untuk memanipulasi FCPA.

B. Aksi-Aksi FCPA
Sejak pembentukan FCPA, terdapat sejumlah perusahaan yang mematuhi dan
melanggar ketentuan FCPA. Berikut merupakan contoh perusahaan yang melanggar FCPA.
1. Chiquita Brands International, Inc.
Menurut The Wall Street Journal edisi 14 September 2004, Chiquita Brands
International, Inc. menyatakan pembayaran ilegal oleh cabang perusahaannya yang
beroperasi di Yunani kepada DOJ dan SEC sebagai upaya penyelesaian audit pajak
lokal. Chiquita juga menyatakan bahwa jumlah pembayaran yang mencapai $18.021
tersebut serupa pembayaran yang dilaksanakan anak perusahaannya yang berada di
Kolombia pada tahun 1996 dan 1997. Pembayaran yang dilakukan pada dua tahun
tersebut juga sudah disampaikan ke SEC.
2. Monsanto Corporation
Dikutip dari The Wall Street Journal edisi 27 Mei 2004, Monsanto Corporation
memulai kooperasi dengan sebuah investigasi terkait alegasi yang merampas seorang
official dari Indonesia. Pemerintahan Indonesia mengklaim bahwa pada tahun 2002,
seorang manajer senior Monsanto, perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat,
memerintahkan sebuah perusahaan konsultasi di Indonesia untuk melakukan
pembayaran ilegal senilai $50.000 kepada seorang official pada Kementerian
Lingkungan Indonesia (Indonesian Ministry of Environment) untuk merusak
operasional perusahaan konsultan tersebut. Namun, perintah tersebut digagalkan.
Meski demikian, sebuah perusahaan masih berpotensi melanggar FCPA meskipun
sebuah perampasan tidak mencapai keberhasilan.

C. Sarbanes-Oxley Act

Merupakan tanggapan legislatif terhadap skandal akuntansi perusahaan pada awal


2000-an, tepatnya tahun 2002, yang mencakup manajemen keuangan bisnis. Undang-
undang ini berisi 11 bagian, atau judul, dan hampir 70 subbagian yang mencakup setiap
aspek manajemen keuangan bisnis.

 Title I : Public company accounting oversight board : Pembentukan Dewan


Pengawasan Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) sebagai badan pengawas
independen merupakan upaya untuk membangun kembali independensi yang dirasakan
perusahaan audit bahwa konflik kepentingan dalam hubungan audit dan konsultasi
Arthur A ndersen dengan Enron telah dipertanyakan.
 Title II: auditor independence : Selain mendirikan PCAOB, SOX memperkenalkan
beberapa arahan kunci untuk lebih menegakkan independensi auditor dan mudah-
mudahan mengembalikan kepercayaan publik pada laporan audit independen.
 Title III : Corporate responsibility : memerlukan komite audit untuk menjadi
independen dan melakukan tanggung jawab pengawasan yang ditentukan.
 Title IV: Enhanced Financial Disclosures : Mengharuskan perusahaan untuk
memberikan pengungkapan yang ditingkatkan, termasuk laporan tentang efektivitas
pengendalian internal dan prosedur untuk pelaporan keuangan
 Title V: Analyst Confl icts of Interest : Mewajibkan SEC untuk mengadopsi aturan
untuk mengatasi konflik kepentingan yang dapat timbul ketika analis sekuritas
 Title VI: Commission Resources and Authority : Memberikan dana tambahan dan
wewenang kepada SEC untuk menindaklanjuti semua tanggung jawab baru yang
diuraikan dalam undang-undang tersebut.
 Title VII: Studies and Reports : Mengarahkan badan pengawas federal untuk melakukan
studi mengenai konsolidasi perusahaan akuntansi, lembaga pemeringkat kredit, dan
peran tertentu dari bank investasi dan penasihat keuangan.
 Title VIII: Corporate and Criminal Fraud Accountability : Memberikan hukuman
kriminal yang lebih keras untuk mengubah dokumen, menipu pemegang saham, dan
bentuk-bentuk tertentu lainnya dari penghalang keadilan dan penipuan sekuritas.
 Title IX: White-Collar Crime Penalty Enhancements : Asalkan setiap orang yang
berusaha melakukan kejahatan kerah putih akan diperlakukan di bawah hukum seolah-
olah orang tersebut telah melakukan kejahatan.
 Title X: Corporate Tax Returns : Menyampaikan pengertian Senat bahwa CEO harus
menandatangani pengembalian pajak penghasilan federal perusahaan.
 Title XI: Corporate Fraud and Accountability : Memberi wewenang tambahan kepada
badan pengawas dan pengadilan untuk mengambil berbagai tindakan, termasuk denda
atau hukuman penjara, berkenaan dengan perusakan catatan, menghambat proses resmi,
mengambil pembayaran luar biasa, membalas dendam terhadap peluit peluit
perusahaan, dan hal-hal tertentu lainnya yang melibatkan penipuan perusahaan.

D. WALL STREET REFORMATION


Kondisi keuangan dunia sempat mengalami krisis global pada tahun 2008. Pasar
keuangan di seluruh dunia mengalami kehancuran parah karena konsekuensi dari pinjaman
agresif kepada peminjam subprime dalam lingkungan deregulasi yang kembali ke
perusahaan yang menghantui, yang baru-baru ini telah melaporkan rekor pendapatan
berdasarkan praktik pemberian pinjaman yang sangat dipertanyakan. Beberapa perusahaan,
seperti JPMorgan Chase (yang membeli aset Bear Stearns dan Washington Mutual dengan
harga firesale) dan Wells Fargo (yang membeli Wachovia Bank dengan harga diskon yang
sama), dapat memperoleh manfaat dari penurunan ini, tetapi dua perusahaan, di khususnya,
datang untuk memberi contoh babak baru kesombongan perusahaan dan etika yang
dipertanyakan yang membuat mereka mendapat tempat di galeri nakal yang sebelumnya
ditempati oleh perusahaan terkenal seperti Enron, WorldCom, dan HealthSouth.
Untuk mngatasi hal hal yang tidak diinginkan kembali seperti pada krisis pada tahun
2008 maka pemerintah amerika membuat suatu lembaga yaitu Biro Perlindungan
Keuangan Konsumen (CFPB) adalah agen pemerintah Amerika Serikat. Didirikan oleh
Presiden Barack Obama pada tahun 2011. Bertanggung jawab atas perlindungan konsumen
di sektor keuangan. Mereka bekerja di dalam bank, serikat kredit, perusahaan sekuritas,
pemberi pinjaman bayaran, operasi pelayanan hipotek, layanan bantuan penyitaan, penagih
utang dan perusahaan keuangan lainnya yang beroperasi di Amerika Serikat. Penciptaan
CFPB dibuat oleh Undang-Undang Reformasi Dodd-Frank Wall Street dan Perlindungan
Konsumen, yang disahkan pada tahun 2010 adalah tanggapan legislatif terhadap krisis
keuangan 2007–08 dan akhirnya Resesi Hebat. [1] CFPB didirikan sebagai agen
independen, tetapi status ini sedang ditinjau oleh Pengadilan Banding A.S.
Di Indonesia sendiri ada lembaga sejenis yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah
lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal,
dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut.
Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi beralih
dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012. Sedangkan
pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan Lembaga
Keuangan Mikro pada 2015.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing
perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional. Antara lain
meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa
keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK dibentuk dan
dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness).

India’s Enron

Pada bulan Desember 2008, salah satu pemain terbesar di sektor teknologi informasi
dan alih daya India, Satyam Computer Services, terjatuh dari kehormatannya dengan kuat dan
cepatnya sampai-sampai gemanya terasa di seluruh dunia. Ironisnya, nama Satyam berarti
"kebenaran" dalam bahasa Sanskerta, tetapi perusahaan, yang didirikan oleh dua orang
bersaudara, Ramalinga dan Ramu Raju, sekarang memiliki nama panggilan baru: India’s
Enron.
Didirikan pada tahun 1987, Satyam diposisikan untuk memanfaatkan sepenuhnya
kemampuan komunikasi broadband berbasis satelit, memungkinkannya untuk melayani klien
di seluruh dunia dari kantornya di Hyderabad. Meningkatnya permintaan programmer
komputer untuk memperbaiki kode dalam program perangkat lunak sebelum Y2K (masalah
tahun 2000) memicu rencana pertumbuhan yang agresif untuk perusahaan. Itu terdaftar di
Bursa Efek Bombay pada tahun 1991, dan mencapai daftar di Bursa Efek New York pada Mei
2001. Pada 2006, Satyam memiliki sekitar 23.000 karyawan dan melaporkan pendapatan
tahunan sebesar $ 1 miliar. Pertumbuhan berlanjut karena perusahaan melayani kebutuhan
yang meluas untuk layanan yang dialihdayakan dari perusahaan AS yang ingin mengontrol dan
mengurangi biaya operasi. Pada tahun 2008, Satyam melaporkan lebih dari $ 2 miliar
pendapatan dengan 53.000 karyawan di 63 negara di seluruh dunia. Hal ini menjadikan
perusahaan sebagai penyedia layanan perangkat lunak terbesar keempat di samping pesaing
seperti WiPro Technologies, Infosys, dan HCL. Itu melayani hampir 700 klien, termasuk 185
Fortune 500 companies, menghasilkan lebih dari separuh pendapatannya dari Amerika Serikat.
Daftar klien Satyam termasuk nama-nama seperti General Electric, Cisco, Ford Motor
Company, Nestlé, dan pemerintah AS.
Keunggulan dalam sektor layanan perangkat lunak membawa perhatian dan reputasi
yang semakin meningkat. Pada tahun 2007, Ramalinga Raju adalah penerima penghargaan
Entrepreneur of the Year Ernst & Young. Pada bulan September 2008 perusahaan menerima
Penghargaan Golden Peacock untuk Tata Kelola Perusahaan dari Dewan Dunia untuk Tata
Kelola Perusahaan, yang mengesahkan Satyam sebagai pemimpin dalam praktik manajemen
etis.
Tanda-tanda bahwa ada masalah di Satyam pertama kali muncul pada Oktober 2008
ketika terungkap bahwa Bank Dunia telah melarang perusahaan untuk mengejar kontrak
layanan apa pun setelah bukti terungkap bahwa karyawan Satyam telah menawarkan “manfaat
yang tidak semestinya kepada staf bank” dan “gagal untuk memperhitungkan semua biaya yang
dibebankan” ke Bank Dunia. WiPro Technologies juga telah dilarang oleh Bank Dunia pada
tahun 2007 karena “menawarkan saham dari penawaran umum perdana tahun 2000 kepada
karyawan Bank Dunia,” jadi Satyam tampaknya memiliki beberapa perusahaan di arena
praktek bisnis yang dipertanyakan dalam sektor solusi perangkat lunak.
Namun, situasi meningkat pada Desember 2008 setelah dewan Satyam memilih
menentang kesepakatan yang diusulkan kepada Satyam untuk membeli dua perusahaan
konstruksi seharga $ 1,6 miliar. Raju bersaudara memegang kepemilikan di kedua perusahaan,
dan perusahaan tersebut dijalankan oleh putra-putra Ramalinga Raju. Empat direktur
mengundurkan diri sebagai tanggapan atas kesepakatan yang diusulkan, dan saham Satyam
dihukum oleh investor, memaksa saudara-saudara untuk menjual saham mereka sendiri karena
jatuhnya harga saham memicu panggilan marjin pada akun investasi mereka. Situasi keuangan
yang mendesak mendorong Ramalinga Raju untuk mengaku dalam surat empat setengah
halaman kepada dewan dari Satyam Computer Services bahwa perusahaan telah melebih-
lebihkan laba selama beberapa tahun dan bahwa $ 1,6 milyar dalam aset sama sekali tidak ada.
Tidak butuh waktu lama bagi investor untuk mengumpulkan informasi bersama bahwa usulan
pembelian perusahaan konstruksi sebesar $1,6 miliar akan, dengan mudah, mengisi lubang $1,6
miliar di rekening Satyam.
Dalam pengakuannya, Raju berusaha untuk mengatasi tuduhan penipuan dengan
menyatakan: "Apa yang semula menjadi kesenjangan marjinal antara laba aktual dan laba yang
tercermin dalam pembukuan akun, terus tumbuh selama bertahun-tahun. Ini telah mencapai
proporsi yang tidak dapat dikelola." Dia menulis, "Rasanya seperti menunggang harimau, tidak
tahu cara turun tanpa dimakan."
Analogi dimakan oleh harimau tentu saja tepat. Skandal tersebut telah berdampak pada
sektor layanan perangkat lunak secara keseluruhan. Seperti keruntuhan Enron, perhatian segera
beralih ke peran perusahaan akuntansi yang bertanggung jawab untuk mengaudit akun Satyam
dan, diduga gagal untuk memperhatikan bahwa $1,6 miliar dalam aset tidak ada. Selain itu,
Price-waterhouseCoopers telah mensertifikasi bahwa Satyam memiliki $1,1 miliar dalam
bentuk tunai di rekeningnya, sementara perusahaan hanya memiliki $78 juta.
Pihak berwenang India segera menanggapi, yaitu hukuman penjara bagi para pendiri
Satyam. Lalu dilakukan penunjukan cepat dewan interim yang merupakan para pengusaha
yang lebih bereputasi, karena India bergegas untuk memulihkan reputasinya dan meyakinkan
investor dan pelanggan bahwa Satyam adalah pengecualian yang patut disesali, daripada
contoh umum praktik bisnis yang tidak etis dalam menghadapi tekanan kompetitif di pasar
global.
Pada bulan Januari 2009, Securities and Exchange Board of India mewajibkan
pemegang saham pengendali perusahaan untuk mengungkapkan ketika mereka menjanjikan
saham sebagai jaminan kepada pemberi pinjaman—sebagai tanggapan langsung terhadap
skandal Satyam. Pada bulan April 2009, Tech Mahindra, anak perusahaan dari perusahaan
konglomerat “Mahindra”, memenangkan lelang untuk membeli operasi Satyam dengan harga
kurang dari sepertiga nilai saham perusahaan sebelum pengakuan Ramalinga Raju.
Pembenaran untuk harga murah ada pada hilangnya 46 pelanggan, termasuk Nissan, Sony,
PBB, dan Asuransi Pertanian Negara, setelah skandal itu. Analis berkomentar dalam
menanggapi penjualan bahwa situasi bisa menjadi lebih buruk bagi Satyam kalau bukan karena
waktu resesi global. Dengan begitu banyak prioritas lain yang harus diatasi, banyak pelanggan
memilih untuk menghindari penggantian supplier TI (dengan semua perubahan perangkat
lunak dan perangkat keras yang mungkin timbul) dan memberi Satyam kesempatan lagi. Masih
harus dilihat apakah sumber daya keuangan yang luas dari Tech Mahindra dan perusahaan
induknya akan cukup untuk memulihkan reputasi Satyam.

1. Apakah pernyataan Ramalinga Raju bahwa penipuan ini hanya "dimulai sebagai celah
marjinal" mengubah etika ? Akankah situasinya berbeda jika ada bukti bahwa ada yang
berniat disengaja untuk menipu investor dari awal ?
Pernyataan Ramalinga Raju dalam mengatasi tuduhan dengan mengatakan bahwa “Apa
yang semula menjadi kesenjangan marjinal antara laba aktual dan laba yang tercermin dalam
pembukuan akun, terus tumbuh selama bertahun-tahun. Ini telah mencapai proporsi yang
tidak dapat dikelola” mencerminkan Ramalinga Raju telah melakukan penipuan pada
laporan keuangan karena adanya celah yang tentunya melanggar kode etik.
Situasinya tentu berbeda apabila telah diketahui ada yang berniat menipu investor dari
awal dengan mengatakan bahwa perusahaan telah melebih-lebihkan laba selama beberapa
tahun dan bahwa $ 1,6 milyar dalam aset sama sekali tidak ada. Sehingga menggait investor
untuk berinvestasi pada perusahaan.

2. Menurut Anda mengapa dewan direksi Satyam menolak untuk mendukung usulan pembelian
perusahaan konstruksi?
Dewan Satyam memilih menentang kesepakatan yang diusulkan kepada Satyam untuk
membeli dua perusahaan konstruksi seharga $ 1,6 miliar karena telah terindikasi
sebelumnya bahwa terdapat tanda-tanda ada masalah di Satyam pertama kali muncul ketika
terungkap bahwa Bank Dunia telah melarang perusahaan untuk mengejar kontrak layanan
apa pun setelah bukti terungkap bahwa karyawan Satyam telah menawarkan “manfaat yang
tidak semestinya kepada staf bank” dan “gagal untuk memperhitungkan semua biaya yang
dibebankan” ke Bank Dunia.
3. Buat garis besar kesamaan antara skandal Enron dan situasi Satyam Computer Services.
Layanan Komputer Enron dan Satyam memiliki banyak kesamaan. Mereka berdua
sangat dihormati sebagai pemimpin di bidangnya masing-masing dengan klaim lebih dari 1
miliar dolar dalam pendapatan aset. Kedua perusahaan jatuh dari anugerah ketika ditemukan
bahwa stabilitas keuangan perusahaan dipalsukan melalui penipuan akuntansi

4. PricewaterhouseCoopers (PWC) membuat komitmen publik untuk bekerja sama dengan


para penyelidik. Apakah situasi Satyam mewakili ancaman yang sama untuk PWC seperti yang
dilakukan Enron untuk Arthur Andersen? Mengapa atau mengapa tidak?
Ya, skandal Satyam memang mewakili ancaman yang sama. Kedua perusahaan audit
berada di perairan panas karena mereka tidak mematuhi kode etik dan standar auditing. Oleh
karena itu mereka didenda oleh Komisi Bursa Efek.

5. Akankah respon Securities and Exchange Board of India cukup untuk mencegah skandal
lain seperti Satyam? Jelaskan
Ya, Securities and Exchange Board of India mewajibkan pemegang saham pengendali
perusahaan untuk mengungkapkan ketika mereka menjanjikan saham sebagai jaminan kepada
pemberi pinjaman. Hal tersebut dapat mengurangi atau mencegah terjadinya skandal yang
sama seperti Satyam. Dengan adanya kewajiban melaporkan saham sebagai jaminan, maka
transaksi yang dilakukan dapat lebih terbuka atau transparan. Dengan melaporkan saham
sebagai pinjaman terlebih dahulu, maka dapat dibuktikan kebenarannya. Sehingga skandal
seperti Satyam dapat terkendali.

6. Apa tantangan yang akan dihadapi para pemilik baru Satyam? Jelaskan
Tantangan pertama yang dihadapi oleh pemilik baru satyam adalah pengembalian
image setelah adanya skandal yang dibuat oleh perusahaanya. Karena Satyam sempat
kehilangan 46 pelanggan utamanya, maka tantangan yang pertama kali didapat adalah
pengembalian image (citra) perusahaan. Untuk menumbuhkan rasa percaya dari pelanggannya
dan membuat pelangganya memberikan kesempatan kembali kepada Satyam. Selain itu,
dengan adanya hukuman-hukuman yang telah diberikan, diharapkan hal tersebut tidak akan
terulang kembali oleh satyam. Pengembalian kembali pelanggan adalah hal kedua yang harus
dihadapi oleh Satyam setelah pengembalian citra perusahaanya.

Anda mungkin juga menyukai