Anda di halaman 1dari 6

Praktikum :10

Hari/Tanggal : Sabtu/2 November 2019


Dosen :Prof. Dr. Ir.Kukuh Murtilaksono, MS
Asisten :1. Sugih Mahera, SP.
2. Widya Ulfah Utami, SP.
3. Balqis Nur Aisyah, SP.

LAPORAN PRAKTIKUM
PENETAPAN FAKTOR VEGETASI DAN PRAKTEK PENGELOLAAN
LAHAN (CP)

Disusun Oleh
Kelompok 1/LNK A1:
Milgamas Ratna Prigel J3M118055

PROGRAM STUDI
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu nisbah antara besarnya
erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya
erosi dari tanah yang identik dan tanpa tanaman. Sedangkan faktor tindakan-tindakan khusus
konservasi tanah (P) yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan
tindakan konservasi khusus seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip
atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang
identik (As-Syakur, 2008).
Lahan adalah salah satu sistem bumi yang bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu
air alam dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan dan kemantapan ekosistem. Tanah
berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup, merupakan kimah (aset) lingkungan dan
membentuk landasan hakiki bagi kemanusiaan. Fungsi-fungsi vital yang dikerjakan tanah
dalam ekosistem mencakup: a.) memberlanjutkan kegiatan, keanekaragaman, dan produktivitas
hayati, b.) mengatur dan membagi aliran air dan larutan, c.) menyaring,menyangga,
mendegradasi, imobilisasi, dan detoksifikasi bahan-bahan organic dan anorganik, termasuk
hasil samping industri serta endapan atmosfir (Ijudin 2011). Tanah di manapun keberadaannya
merupakan komponen lingkungan hidup yang secara mutlak harus dilindungi atau dihindarkan
dari dampak yang merugikan, maka konservasi tanah menjadi suatu keharusan bagi membuat
lingkungan hidup terhunikan.
Pengolahan lahan dan faktor lingkungan yang terbentuk memacu tumbuhan sehingga
memunculkan variasi vegetasi yang spesifik. Kurniawan dan Parikesit, 2008 menyatakan
bahwa kehadiran suatu spesies tumbuhan di tempat tertentu dipengaruhi faktor lingkungan yang
saling terkait satu dengan lainnya antara lain iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik.
Persebarannya secara tidak langsung dipengaruhi oleh interaksi antara vegetasi itu sendiri,
suhu, kelembaban udara, fisik-kimia tanah. Hal tersebut menimbulkan kondisi lingkungan yang
menyebabkan hadir atau tidaknya suatu spesies dan tersebar dengan tingkat adaptasi yang
beragam (Ijudin, 2011).
Model prediksi erosi yang umum digunakan di Indonesia adalah model USLE (Universal
Soil Loss Equation). Metode untuk mengetahui erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan
Smith yang disebut metode USLE. Metode USLE adalah model prediksi erosi yang dirancang
untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar dan alur pada keadaan tertentu
dengan menggunakan rumus: A = R x K x L x S x C x P, peta indeks erosivitas (R), peta
indeks erodibilitas (K), peta indeks panjang dan kemiringan lereng (LS), peta indeks
pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (CP). Faktor penutupan vegetasi dan pengolahan
lahan (CP), tutupan vegetasi berfungsi untuk menahan energi kinetik tetesan air hujan sebelum
jatuh ke permukaan tanah. Oleh karena itu, tutupan vegetasi dan sistem tanam memiliki
pengaruh besar pada tingkat limpasan dan erosi. Erosi tanah dapat dikurangi dengan
pengelolaan yang optimal baik vegetasi maupun pengelolaan tanah. Indeks faktor C didekati
dengan menggunakan nilai faktor C dengan pertanaman tunggal dan dengan berbagai
pengelolaan tanaman. Nilai P dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang
bersangkutan seperti misalnya ada tidaknya bangunan pengendali erosi dan pengelolaan tanah.

1.2 Tujuan

Memahami definisi dan pengaruh faktor vegetasi dan praktek pengelolaan lahan (CP) pada
pendugaan erosi menggunakan rumus USLE, menetapkan nilai faktor vegetasi dan praktek
pengelolaan lahan (CP).

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

1. Sketsa peta penggunaan lahan


2. Tabel nilai Cdan P
3. Alat tulis dan buku tulis
4. Kalkulator
5. Kertas mika

2.2 Metode

Sketsa penggunaan lahan yang tersedia diamati, membuat scenario kondisi dan karakter
tiap penggunaan lahan dengan data pada Tabel nilai C dan P yang tersedia (overlay-kan
dengan jenis tanah dan kelerengan), Menetapkan nilai C dan P atau nilai CP untuk masing-
masing penggunaan lahan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Table 1

No R K LS CP A Luas(m) A x Luas
Poligon
1 0.18 1.906 0.05 36.469 168,87 6158,58
2 0.18 306.0 0.05 58.550 371,25 21736,7
3 0.18 1.906 0.05 36.460 16,875 615,262
4 0.18 0.500 0.35 66.969 60,750 4051,78
5 0.18 0.680 0.48 124.91 1,1250 1210,52
6 0.18 1.900 0.35 245.48 47,250 12024,2
7 2126 0.21 1.906 0.35 297.83 144,00 42287,5
8 0.21 1.906 0.05 42.540 128,25 5455,75
9 0.21 0.500 0.37 78.130 202,50 15821,3
10 0.21 0.500 0.01 22.323 63,00 1406,34
11 0.21 0.680 0.07 212.51 390,37 82960,5
12 0.21 0.680 0.01 30.359 12,375 375,692
13 0.21 0.680 0.35 106.25 10,125 1075,85
Rata-rata 1616,745 194710,13

Dik: Poligon 1
R = 2126
K = 0,18
LS = 1,906
CP = 0,05
Dit: 1. A?
2. A x L?
JWB: 1. A = RxKxLSxCP
A = 2126 × 0,18 × 1,906 × 0,05
=36,469
2. A x L = 36,469 × 168,87 = 6158,58 m
3.2 Pembahasan
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu
vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan
menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Oleh karena kebutuhan manusia
akan pangan,sandang, dan permukiman, semua tanah tidak dapat dibiarkan tertutup hutan dan
padang rumput. Namun demikian, dalam usaha pertanian, jenis tanaman yang diusahakan
mempunyai peranan penting dalam pencegahan erosi.
Faktor erosivitas (R) hujan adalah kemampuan hujan dalam mengerosi tanah. Hujan
menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan butiran tanah oleh pukulan air hujan
pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap aliran. Persamaan yang digunakan dalam
menentukan tingkat erosivitas hujan adalah (Arsyad, 2010). Faktor erodibilitas (K) tanah
merupakan faktor kepekaan tanah terhadap erosi. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS).
Menurut Laflen and Moldenhauer (2003) dalam As-syakur (2008), faktor panjang lereng yaitu
perbandingan antara erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah
dengan panjang lereng 22 m di bawah keadaan yang identik. Sedangkan faktor kemiringan lereng,
yaitu perbandingan antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah kecuraman lereng tertentu,
terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik. Faktor
pengelolaan tanaman (C) menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, kondisi permukaan
tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Faktor pengelolaan
tanaman menggambarkan perbandingan antara besarnya erosi lahan yang ditanami dengan
tanaman tertentu dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami
dan diolah bersih dalam keadaan identik (Suripin, 2004).
Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang
disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel
tanah terlepas dan terlempar ke udara, karena gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke
bumi. Pada lahan miring partikel-partikel tanah tersebar ke arah bawah searah lereng. Partikel-
partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga
menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal ini mengakibatkan
menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi di mana intensitas hujan melebihi laju
infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran
permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang
terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat
energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas,
maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara atau tetap (Suripin dalam
Sinaga 2012).
Nilai Erosivitas Hujan (R) menunjukkan pada tabel di hasil yaitu 2126. Intensitas hujan yang
cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran–butiran hujan yang jatuh ke atas tanah
mengakibatkan pecahnya agregat– agregat tanah yang diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang
memiliki energi kinetik yang cukup besar. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan
erosi berat jika intensitasnya rendah. Nilai erodibilitas tanah (K) yang terdapat di hasil yaitu 0.18
dan 0.21. Tanah dengan nilai faktor erodibilitas tinggi menandakan bahwa tanah tersebut sangat
peka terhadap erosi, kelas struktur tanah ini adalah angular blocky dan klasifikasi nilai K ini
termasuk rendah yang berarti tidak mudah erosi. Nilai Kelerengan Lahan (LS) yaitu 1.906, 306,
1.906 . Kemiringan lereng sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin tinggi kemiringan
lereng maka tingkat erosi sangat besar. Curamnya lereng akan memperbesar energi angkut air.
Selain itu dengan makin miringnya lereng, maka jumlah butir-butir tanah yang dipercik kebawah
oleh tumbukan air semakin banyak. Nilai Faktor Vegetasi (C) dan Pengelolaan Lahan (P) yaitu
0.05, 0.05 dan 0.05. Besarnya erosi pada poligon 1 yaitu 168.87 ton/ha/thn dengan faktor erosivitas
(R) 2126, faktor erodibilitas (K) 0.18, faktor kelerengan lahan (LS) 1.906. Besarnya erosi pada
poligon 2 yaitu 371.25 ton/ha/thn dengan faktor erosivitas (R) 2126, faktor erodibilitas (K) 0.18,
faktor kelerengan lahan (LS) 306.0. Besarnya erosi pada poligon 3 yaitu 16.87 ton/ha/thn dengan
faktor erosivitas (R) 2126, faktor erodibilitas (K) 0.18, faktor kelerengan lahan (LS) 1.906.
Besarnya erosi pada poligon 4 yaitu 60.75 ton/ha/thn dengan faktor erosivitas (R) 2126, faktor
erodibilitas (K) 0.18, faktor kelerengan lahan (LS) 0.500. Dan besarnya erosi pada poligon 5 yaitu
1.125 ton/ha/thn dengan faktor erosivitas (R) 2126, faktor erodibilitas (K) 0.18, faktor kelerengan
lahan (LS) 0.680. Poligon 6 sampai 13 mempunyai nilai faktor erosivitas (R) yang sama yaitu 2126
akan tetapi nilai KLSCP berbeda-beda sesuai pada hasil.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa faktor vegetasi
dan praktek pengelolaan lahan dengan metode overlay yang terdiri A=RKLSCP didapatkan nilai
0.05, 0.35 dan 0.48 dst. sesuai dengan jenis komoditas, nilai faktor c dan tindakan konservasi,
nilai faktor p yang terdapat pada peta skala 1:0.03 km.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID) :IPB Press, Institut Pertanian Bogor.

As-syakur AR. 2008. Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode USLE dan Sistem Informasi
Geografis (SIG) Berbasis Piksel di Daerah Tangkapan Air Danau Buyan.
Denpasar (ID) : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.
Ijudin Abas A . 2011. Peranan Konservasi Lahan Dalam Pengelolaan Perkebunan. Jurnal
Sumberdaya Lahan. Vol 5(2). Hal: 103.

Sinaga J, Kartini, Eni Y. 2012. Analisi Potensi Erosi pada Penggunaan Lahan Daerah Aliran
Sungai Sedau di Kecamatan Singkawang Selatan. Jurnal Tekling. Vol 1(1).
Hal: 1-11.

Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan air. Yogyakarta (ID) : Andi.

Anda mungkin juga menyukai