Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA DALAM LINGKUNGAN BISNIS

Disajikan Pada Mata Kuliah:


Pendidikan Moral dan Etika

Dosen Pengajar:
Dr. Henny Indrawati, SP., MM

Oleh :
Desvika Dewi (1910246951)
Hadana Ulfannur (1910246953)
Randi Arriavinandi (1910247238)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kerusakan lingkungan merupakan masalah bersama yang
harus dipecahkan secara bersama-sama pula. Merebaknya kasus-kasus
kerusakan lingkungan mulai dari yang kecil sampai ke tahap yang bersifat
serius di indonesia merupakan dampak dari terakumulasinya kerusakan
dalam jangka waktu yang relatif lama. Berbagai faktor menjadi penyebab
terjadinya kerusakan lingkungan tersebut, mulai dari prilaku individu yang
tidak care terhadap alam sampai pada masalah yang ditimbulkan oleh
kegiatan ekonomi yang mengekploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Masalah-masalah terkait antara bisnis dan kerusakan lingkungan
merupakan masalah kekinian yang patut diselesaikan sesegera mungkin,
khususnya di Indonesia. Berbagai persoalan menyangkut kerusakan
lingkungan yang dilakukan oleh kalangan pebisnis kerap kali memiliki
sangkut paut dengan cara dan etika dalam menjalankan bisnisnya. Bisnis
yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak keuntungan
jika di tinjau dari sektor ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang
menaati hukum serta peraturan yang berlaku, juga merupakan bisnis yang
baik jika baik secara moral dan etika dalam aktivitas bisnisnya.
Maksimalisasi keuntungan merupakan salah satu prinsip dalam
kapitalisme, dalam pijakan teori ini segala cara dapat dilakukan untuk
memperoleh keuntungan yang sebenarnya (sesuai dengan prinsip ekonomi,
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya berusaha memperoleh hasil yang
sebesar-besarnya). Efek dari mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
adalah terjadinya eksploitasi tenaga kerja, ekploitasi lingkungan, serta
konsumen.

1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka batasan dan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa fungsi lingkungan dan penyebab merosotnya fungsi lingkungan?
2. Apa saja tantangan perubahan lingkungan?
3. Apa itu prinsip pencemar membayar (Polluter Pays Principle)?
4. Bagaimana kebijakan pengendalian pencemaran yang efisien?
5. Apa hubungan lingkungan dengan bisnis bekelanjutan (Sustainable
Business)?
6. Bagaimana penilaian kinerja perusahaan terkait pengelolaan limbah?
7. Apa itu bisnis hijau (Green Business)?
8. Bagaimana pemanfaatan sumber daya terbarukan dalam bisnis?
9. Contoh kasus yang sesuai dan tidak sesuai dengan etika lingkungan
bisnis
10. Pembahasan hasil penelitian yang berkaitan dengan materi (jurnal
nasional dan internasional 3 tahun terakhir)
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memberikan wawasan yang utuh, komprehensip dan mendalam tentang
bagaimana etika dalam lingkungan bisnis dengan ketetapan yang ada.
D. Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca
khususnya para calon pebisnis memiliki dan mengerti akan wawasan yang
utuh mengenai etika dalam lingkungan bisnis dan bagaimana
mengaplikasikannya dalam kegiatan bisnis yang real di masyarakat pada
umumnya.
E. Metode Pembuatan Makalah
1. Kepustakaan yaitu mencari buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang kami bahas.
2. Pencarian ilmu dan teori yang berkaitan dengan materi yang kami bahas
melalui Internet

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Lingkungan Bisnis dan Penyebab Merosotnya


Arti singkat lingkungan bisnis adalah “jumlah total dari semua individu,
institusi, dan kekuatan lain yang berada di luar kendali perusahaan bisnis,
tetapi bisnis masih bergantung pada mereka karena mereka mempengaruhi
kinerja keseluruhan serta keberlanjutan bisnis”.
Kekuatan yang membentuk lingkungan bisnis adalah pemasok, pesaing,
kelompok konsumen, media, pemerintah, pelanggan, kondisi ekonomi,
kondisi pasar, investor, teknologi, tren, dan berbagai institusi lain yang
bekerja secara eksternal dari suatu bisnis membentuk lingkungan bisnisnya.
Kekuatan-kekuatan ini memengaruhi bisnis meskipun mereka berada di luar
batas bisnis.
Misalnya, perubahan pajak oleh pemerintah dapat membuat pelanggan
membeli lebih sedikit. Di sini bisnis harus menetapkan kembali harganya
untuk selamat dari perubahan. Meskipun bisnis tidak memiliki keterlibatan
dalam memprakarsai perubahan itu, bisnis masih harus beradaptasi untuk
bertahan atau menggunakan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
lingkungan bisnis adalah aspek yang paling penting bagi bisnis mana
pun dan apa pun. Menyadari perubahan yang sedang berlangsung, tidak
hanya membantu bisnis untuk beradaptasi dengan perubahan ini, tetapi
juga menggunakannya sebagai peluang.
Lingkungan bisnis menghadirkan ancaman serta peluang untuk bisnis
apa pun. Pelaku bisnis yang baik tidak hanya mengidentifikasi dan
mengevaluasi lingkungan, tetapi juga bereaksi terhadap kekuatan eksternal
ini. Pentingnya lingkungan bisnis dapat dipahami dengan baik jika kita
mempertimbangkan fakta-fakta berikut:

3
1. Memungkinkan kita untuk mengidentifikasi peluang bisnis
Semua bentuk perubahan tidaklah bersifat negatif. Jika bisa dipahami
dan dievaluasi, mereka dapat menjadi alasan keberhasilan bisnis kita.
Maka itu, kita sangat perlu untuk mengidentifikasi perubahan dan
menggunakannya sebagai alat untuk menyelesaikan masalah bisnis yang
dihadapi.
Misalnya, Mr. Phanindra Sama adalah seorang warga negara India
yang merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi pemesanan tiket di
India. Dia biasa melakukan perjalanan jauh untuk mengunjungi agen
perjalanan untuk memesan tiket, tetapi bahkan setelah melakukan
perjalanan sejauh itu dia masih tidak bisa memastikan bahwa dia
mendapatkan tempat duduk. Dalam situasi ini ia melihat peluang untuk
membangun aplikasi dalam menghadapi masalah ini dan kemudian
berkontribusi ikut mendirikan aplikasi pemesanan tiket online yang
disebut ‘redBus’ di India.
2. Memanfaatkan sumber daya dengan baik
Pemindaian yang cermat terhadap lingkungan bisnis akan membantu
kita dalam memanfaatkan sumber daya bermanfaat yang diperlukan untuk
bisnis. Ini bisa membantu perusahaan untuk melacak sumber daya dan
kemudian mengubahnya menjadi barang dan jasa.
3. Menghadapi perubahan
Bisnis harus menyadari perubahan yang sedang berlangsung di
lingkungan bisnis, apakah itu perubahan dalam persyaratan pelanggan,
tren yang muncul, kebijakan pemerintah baru, hingga perubahan
teknologi. Jika bisnis menyadari perubahan mendasar ini, maka hal itu
dapat menimbulkan respons untuk menangani perubahan tersebut.
Misalnya, ketika pasar OS Android sedang marak dan pelanggan lebih
memilih perangkat Android karena desain antarmuka dan aplikasinya yang
mudah, Nokia gagal mengatasi perubahan dengan tidak menerapkan OS
Android pada perangkat mereka. Mereka gagal beradaptasi dan kehilangan
nilai pasar yang luar biasa.

4
4. Bantuan dalam perencanaan
Ini adalah aspek lain dari pentingnya lingkungan bisnis. Perencanaan
dengan sungguh-sungguh berarti merencanakan apa yang harus dilakukan
di masa depan. Ketika lingkungan bisnis menghadirkan masalah atau
peluang, maka kewajiban pelaku bisnis untuk memutuskan rencana apa
yang harus dibuat untuk mengatasi masa depan dan memecahkan masalah
atau memanfaatkan peluang. Setelah menganalisis perubahan yang ada,
bisnis dapat menggabungkan rencana untuk menangkal perubahan untuk
masa depan yang aman.
5. Membantu bisnis untuk meningkatkan kinerja
Perusahaan yang benar-benar memperhatikan lingkungan mereka
tidak hanya berurusan dengan perubahan yang terjadi tetapi juga
berkembang bersama mereka. Beradaptasi dengan kekuatan eksternal
membantu bisnis untuk meningkatkan kinerja dan bertahan di pasar.
Pemahaman dan kesadaran akan lingkungan bisnis harus dimiliki oleh
setiap pengusaha karena ketidaktahuan tentang lingkungan bisnis dapat
membuat pengusaha keluar dari pasar. Pemahaman dan kesadaran yang
tepat tentang lingkungan bisnis membawa banyak manfaat bagi pengusaha
dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang dan
mendapatkan keuntungan penggerak pertama
Pengusaha yang mampu memahami dan memindai peluang
lingkungan bisnis pada tahap awal mereka mendapatkan manfaat
maksimal atau mereka dapat menangkap bagian besar di pasar. Mereka
bisa jauh lebih maju dari pesaing mereka.
Misalnya, ketika Maruti Company berencana untuk menandatangani
kontrak dengan Suzuki Company of Japan, maka Goodlass Nerolac
Company adalah perusahaan pertama yang memahami lingkungan dan
untuk mengetahui bahwa segera akan ada permintaan besar untuk

5
pengecatan mobil di India dan tidak ada perusahaan cat di negara kita
sedang memiliki teknologi cat mobil.
Jadi, Perusahaan Nerolac memanfaatkan kesempatan ini dan
menandatangani kontrak dengan Kansai Paint Company untuk mengimpor
teknologi pengecatan mobil dan ketika Maruti memulai pembuatan
mobilnya di India, maka perusahaan Nerolac mendapatkan semua kontrak
pengecatan mobil perusahaan Maruti dan hari ini juga 90% pekerjaan cat
mobil Maruti dilakukan oleh Nerolac Goodlass Company.
Dengan mengenali dan memahami lingkungan pada tahap awal,
Nerolac Company mendapat keuntungan sebagai penggerak pertama.
Setelah itu banyak lagi perusahaan cat yang mendapatkan teknologi
pengecatan mobil, tetapi Goodlass Nerolac mendapat manfaat maksimal
dengan mengenali peluang paling awal. Mereka mendapat keuntungan
sebagai penggerak pertama.
2. Membantu perusahaan untuk mengidentifikasi ancaman dan sinyal
peringatan dini
Pengusaha yang mampu memindai dan memahami lingkungan bisnis
tepat waktu mendapatkan sinyal peringatan untuk menghadapi kendala
atau kebijakan negatif lingkungan bisnis. Pemindaian tepat waktu dari
lingkungan bisnis dan informasi kualitatif yang diperoleh pengusaha
diambil sebagai sinyal peringatan dan dilakukanlah perubahan dalam
perusahaan. Misalnya, pada pemindaian lingkungan bisnis, Perusahaan
Maruti Udyog mendapatkan informasi kualitatif bahwa lebih banyak
perusahaan manufaktur mobil asing akan mendirikan bisnis mereka di
India.
Mereka menganggapnya sebagai sinyal peringatan dan mulai
meningkatkan kapasitas produksi mereka. Mereka meningkatkan kapasitas
produksi mereka sebanyak 3 kali lipat, khususnya produksi mobil Esteem
yang mereka produksi 65 mobil per hari meningkat menjadi 80 mobil per
hari. Akibatnya, penjualan Esteem meningkat menjadi 42.000 mobil per
tahun dari penjualan sebelumnya 25.400 mobil per tahun. Perusahaan

6
Maruti menerima masuknya perusahaan mobil asing sebagai sinyal
peringatan dan meningkatkan produksi mereka untuk memasok mobil
tanpa masa tunggu untuk bersaing dengan perusahaan baru.
3. Bermanfaat dalam mendeteksi dan merakit sumber daya
Pengusaha harus memasok barang ke pasar sesuai dengan permintaan
di pasar. Untuk memasok output mereka membutuhkan input, bahan baku,
dan lain-lain. Mereka memperoleh bahan baku dan sumber daya lainnya
dengan mengingat output yang diminta berdasarkan lingkungan masing-
masing.
Mereka memilih sumber daya sesuai dengan ketersediaan di
lingkungan dan permintaan keluaran di lingkungan masing-masing.
Misalnya, dengan permintaan warna layar datar TV. Produsen
mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi TV
warna layar datar daripada mengumpulkan sumber daya dari TV yang
hitam putih. Mereka menggunakan laporan pemindaian sebagai input
untuk membuat perubahan pada output yang sesuai dengan selera
pelanggan saat ini.
4. Membantu untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan
yang cepat
Perubahan yang terjadi kini berlangsung sangat cepat dan perubahan
ini berdampak besar pada bisnis. Jadi, penting untuk memahami
perubahan ini sedini mungkin. Pemindaian lingkungan bisnis membantu
perusahaan untuk memindai dan memahami perubahan ini dengan
pemindaian lingkungan.
Pengusaha membuat perubahan di lingkungan internal mereka juga
agar sesuai dengan lingkungan eksternal. Jadi, pemindaian lingkungan
membantu mengatasi perubahan dengan cepat. Dengan memindai
lingkungan bisnis, Mr. Ambani menyadari bahwa lingkungan saat ini
menuntut keputusan cepat sehingga mereka beralih dari sentralisasi ke
desentralisasi.
5. Membantu dalam perencanaan dan penetapan kebijakan

7
Strategi atau rencana dan kebijakan utama dalam organisasi dibentuk
dengan mengingat lingkungan bisnis karena kebijakan dan strategi tersebut
harus diimplementasikan di hadapan faktor lingkungan.Jadi, ini harus
dibuat dengan mengingat faktor lingkungan. Pemindaian faktor
lingkungan membantu dalam menemukan peluang bisnis dan strategi
dapat dibuat untuk mengambil peluang ini.
Sebagai contoh, pada pemindaian lingkungan bisnis India pihak di
sana menemukan ada ruang lingkup yang besar untuk industri pariwisata
di negara ini. Jadi, pengusaha di sana merencanakan strategi untuk meraih
peluang ini. Berbagai hotel swasta, sektor publik, grup ITC kini sedang
membuat strategi baru untuk menyambut wisatawan yang datang ke sana.
Ada segmen perjalanan yang terpisah yang diatur dan segmen liburan dan
hiburan yang terpisah disiapkan untuk mendapatkan manfaat dari industri
pariwisata yang akan datang.
6. Peningkatan dalam kinerja
Dengan pemahaman berkelanjutan terhadap lingkungan bisnis,
perusahaan dapat dengan mudah meningkatkan kinerjanya. Dengan
membuat perubahan dalam lingkungan internal yang sesuai dengan
lingkungan eksternal, organisasi dapat makmur dan meningkatkan pangsa
pasar mereka.
Sebagai contoh, perusahaan Weston yang tidak dapat bekerjasama
dengan lingkungan yang berubah mulai menderita kerugian dan
kehilangan namanya di pasar TV. Memang memindai lingkungan dengan
baik dan masih bersaing dengan sukses dengan banyak perusahaan
multinasional.
Itulah pembahasan mengenai lingkungan bisnis yang dapat penulis
sampaikan. Dengan mengenal istilah lingkungan bisnis, serta mengetahui
manfaat dari lingkungan bisnis tersebut, diharapkan seseorang yang ingin
memulai bisnisnya dapat mengenal lebih baik konsep dari lingkungan
bisnis itu sendiri.

8
B. Tantangan perubahan lingkungan

C. Prinsip Pencemar Membayar (Polluter Pays Principle)


Prinsip pencemar membayar diperkenalkan pertama kali oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada
tahun 1972. Rekomendasi Guiding Principles Concering the International
Economic Aspects of Environmental Policies menyebutkan bahwa prinsip
pencemar membayar adalah:
“The principle to be used for allocating costs of pollution prevention
and control measures to encourage rational use of scarce environmental
resources and to avoid distortions in international trade and investment is the
so-called “Polluter-Pays Principle”. This principle means that the polluter
should bear the expenses of carrying out the above-mentioned measures
decided by public authorities to ensure that the environment is in an
acceptable state. In other words, the cost of the se measures should be
reflected in the cost of goods and services which cause pollution in
production and/or consumption. Such measures should not be accompanied
by subsidies that would create significant distortions in international trade
and investment.”
Pada awal diperkenalkan, prinsip ini masih bersifat abstrak. Namun,
rekomendasi OECD tersebut akhirnya membawa angin segar dalam
perkembangan prinsip hukum lingkungan. Hal ini dapat dilihat dalam
pengadopsian prinsip pencemar membayar dalam cerminan hukum
lingkungan internasional baik yang berupa soft-law maupun yang bersifat
hard-law. Salah satu hukum internasional yang mengadopsi prinsip pencemar

9
membayar adalah Deklarasi Rio tahun 1992. Prinsip ke 1 menyatakan adanya
bentuk internalisasi dari biaya-biaya lingkungan dan instrumen ekonomi
lainnya yang dibebankan kepada pencemar. Pada dasarnya prinsip pencemar
membayar mewajibkan ongkos pencemaran ditanggungkan (should be borne)
kepada mereka yang melakukan pencemaran. Bentuk tanggung jawab
tersebut berupa ongkos untuk melakukan pencegahan dan kontrol terhadap
pencemaran yang dicerminkan ke dalam harga-harga produksi atau jasa yang
sifatnya mencemari lingkungan. Ongkos hasil cerminan itu nantinya harus
ditujukan untuk menjaga lingkungan. Permasalahan yang perlu dijawab oleh
prinsip pencemar membayar adalah siapa yang dimaksud pencemar, apa saja
yang harus dibayar oleh pencemar, tujuan, dan bagaimana implementasinya
dalam kebijakan lingkungan.
1. Siapa yang dimaksud dengan Pencemar?
OECD pada tahun 1972 merekomendasikan bahwa pencemar
bertanggung jawab atas ongkos pencegahan pencemaran dan langkah
pengendalian (control measure).21 Langkah pengendalian ini akan
ditentukan oleh otoritas publik untuk menyatakan kelayakan lingkungan.
Pencemar akan bertanggung jawab atas biaya untuk menjaga
lingkungan.22 Biaya tersebut biasanya berupa biaya sistem kontrol
terhadap pencemaran, pengeluaran lisensi (issuing licences), pengawasan
atas emisi polusi dan lainnya.
Melihat penjelasan tersebut, didapati bahwa isu kerusakan
lingkungan kurang diperhatikan.24 Cordato menyatakan bahwa pencemar
harus membayar dengan jumlah yang setara dengan kerusakan dan
pembayaran ditujukan kepada orang yang dirugikan. Ia juga menyatakan
bahwa benda mati dan lingkungan tidak mengalami kerugian namun orang
pasti mengalami kerugian dan membutuhkan biaya ganti kerugian.25
Sarana perwujudan dari kerugian lingkungan yang diakibatkan oleh orang
lain dapat dilakukan melalui pertanggungjawaban perdata yang mana
merupakan salah satu perwujudan dari prinsip pencemar membayar.

10
2. Apa Saja Biaya yang Harus Ditanggung oleh Pencemar?
Tujuan objektif dari prinsip pencemar membayar adalah
internalisasi eksternalitas. Hal ini dapat dilihat dalam Prinsip 16 Deklarasi
Rio yang memberikan kesatuan diantara keduanya. Internalisasi
eksternalitas ini menjadi penting dikarenakan merupakan salah satu wujud
terjadinya kegagalan pasar (market failure). Dalam konsep ekonomi,
eksternalitas merujuk kepada suatu cara di mana produksi, transaksi pasar,
atau perilaku konsumsi yang nantinya memengaruhi secara tidak langsung
perilaku orang-orang yang tidak terlibat dalam hal tersebut (third party).
Akibat dari tidak dihitungnya biaya ke dalam manfaat tersebut akan
berdampak pada masyarakat sebagai pihak yang menanggung segala biaya
yang ada. Eksternalitas dapat timbul juga karena manusia yang selalu
berusaha mencari keuntungan maksimum tanpa memikirkan pihak lain
(self interested), sehingga dalam hal ini pasar telah gagal mencerminkan
harga sebenarnya. Jadi dapat dikatakan bahwa eksternalitas berbentuk
perbedaan harga antara private costs dengan social cost. Eksternalitas ini
merupakan sebuah contoh klasik dari bagaimana ketidakmampuan pasar
dalam menjaga aset lingkungan (environmental asset).
Dalam konteks lingkungan hidup, salah satu wujud pengambilan
kebijakan internalisasi eksternalitas adalah dengan penerapan pajak
lingkungan. Hal ini juga didukung oleh mayoritas ekonom yang
menyatakan bahwa bentuk optimal regulasi kepada pelaku usaha yang
melakukan eksternalitas negatif adalah pajak. Ide tersebut diawali dari
pemikiran awal seorang ekonom Inggris, Arthur Cecil Pigou. Dalam
pandangannya, ia fokus kepada maksimalisasi kesejahteraan (welfare
maximixation) dan membangun teori efisiensi ekonomi untuk pendapatan
nasional (national dividend) serta membawa dampak kepada tingkat
optimalisasi jika eksternalitas biaya lingkungan dapat diinternalisasi. Teori
yang dibawa oleh Pigou tersebut dikenal secara umum dengan sebutan
Pigouvian Tax.

11
Latar belakang pemikiran Pigou diawali dengan melihat adanya
kewajiban untuk alokasi yang tepat antara biaya oleh pelaku usaha, baik
pencemar maupun tercemar, akan menemukan titik yang seimbang dengan
cara membandingkan manfaat sosial dan biaya sosial dari kegiatan
tersebut. Pajak lingkungan ini nanti akan memberikan suatu tekanan untuk
mencari titik seimbang (equivalency) antara private costs dengan social
costs yang timbul dari produksi atau aktivitas. Misalnya, suatu pabrik A
(sebelum dikenakan pajak lingkungan) memiliki keuntungan sebesar 5,
namun A menyebabkan kerugian lingkungan sebesar 10. Maka dari itu,
kerugian sebesar 10 nantinya akan diinternalisasi melalui pajak sebesar 10
pula dan harus ditanggung oleh A. Jika skema tersebut diterapkan,
kemungkinan besar A tidak akan mau mencemari karena nilai
keuntungannya akan lebih kecil dibandingkan kerugian yang ditanggung.
Awalnya tujuan dari pajak lingkungan adalah memperoleh keuntungan
ganda (double dividend), yaitu keuntungan bagi lingkungan dan
keuntungan ekonomi.
Pengenaan pajak lingkungan akan menciptakan keuntungan bagi
lingkungan yang pada akhirnya akan menghasilkan efisiensi ekonomi.
Namun demikian, keuntungan ganda menimbulkan permasalahan lain
apabila tidak dilakukan earmarking, karena pajak lingkungan yang
seharusnya ditujukan untuk lingkungan berpotensi digunakan untuk hal
lain. Andersen menyatakan, “modern externality theory hardly deals with
the question of what should happen to the revenues from externality
taxes”. Hal ini akan membawa permasalahan kepada sulitnya mencapai
tujuan lingkungan melalui pajak.

D. Kebijakan Pengendalian Pencemaran Yang Efisien

E. Hubungan Lingkungan Dengan Bisnis Berkelanjutan (Sustainable


Business)
Manusia tidak dapat menciptakan alam sehingga sangat bergantung pada
bumi yang sangat terbatas ini. Namun, manusia diberi kemampuan untuk

12
memelihara dan memperbaiki alam (nature cannot be created, but it can be
recovered naturally). Oleh karena itu sistem ekonomi harus menyesuaikan
diri dengan keadaan alam yang sudah rusak melalui pembatasan ekstraksi,
pembuangan sisa dan perbaikan kerusakan. Jika hal ini dilakukan maka alam
akan memperbaiki diri dan menyediakan kenyamanan baru bagi manusia.
Dalam batas ini teori James Lovelock (1979) dapat diterima yakni the mother
of the nature will take care of any changes in this world melalui pernyataan
life maintains conditions suitable for its own survival (walaupun teori ini
telah dibantah sendiri oleh Lovelock dengan beberapa bukunya dan yang
terakhir terbit 2010). Perusahaan sebagai bagian pokok dan penggerak dari
sistem ekonomi adalah penentu kunci sukses dari keberlanjutan. Bisnis harus
dibangun berdasarkan prinsip minimisasi limbah, optimalisasi ekstraksi
(sustainable extraction), dan pemeliharaan/ perbaikan lingkungan.
Bisnis sangat bergantung pada alam baik sebagai pemasok bahan baku
maupun sebagai tempat pembuangan sisa (limbah). Oleh karena itu, dari
perspektif jangka panjang, keberlanjutan bisnis dalam membentuk
keuntungan akan dibatasi oleh kemampuan alam dalam memberikan fondasi
bagi bisnis. Artinya, keberlanjutan bisnis akan terjadi jika didukung oleh
keberlanjutan ekosistem sebagai penopang sistem produksi. Dalam perspektif
inilah dimensi bisnis tidak dapat dilepaskan dari elemen pembangunan
berkelanjutan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan.

F. Penilaian Kinerja Perusahaan Terkait Pengelolaan Limbah

G. Bisnis Hijau (Green Business)


Pendekatan yang dilakukan oleh pelaku bisnis untuk mempertahankan
kesinambungan dalam aktivitasnya yang berwawasan lingkungan dikenal dengan
bisnis hijau (green business) (Sulistyowati, 2002).

those business that, across the whole economy, have made efforts to introduce
low-carbon, resource efficient, and/or re-manufactured products, processes,
services and business models, which allow them to operate and deliver in a

13
significant;y more sustainable way than their closest competitors” (Ernst &
Young, 2008 dalam Khotimah & Darsin, 2012.)

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dalam Octavia (2012) bahwa “Greening


business management” adalah strategi pengelolaan lingkungan yang terpadu yang
meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem dan budidaya dalam suatu
kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh peraturan tentang
pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan bahan baku, pengolahan limbah,
penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan teknologi produksi yang
menghasilkan limbah minimal serta menerapkan komitmen kesadaran lingkungan
bagi seluruh karyawan dalam organisasinya.

“Greening Business Management” adalah strategi pengelolaan lingkungan yang


terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem dan budidaya
dalam suatu kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh
peraturan tentang pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan bahan baku,
pengolahan limbah, penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan
teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta menerapkan
komitmen kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam organisasinya (Sari
dan Raharja, 2012).

Saat ini, pelaksanaan bisnis hijau belum dalam pencapaian yang baik. Masih
banyak para pelaku bisnis yang masih berpegang pada ekonomi konvensional.
Menurut Mutamimah (2011) Saat ini, bisnis hijau masih dipahami sangat sempit
dan diimplementasikan secara terpotong-potong, baru terbatas pada aktivitas
jangka pendek dan hanya setiap ada even.

Tetapi tidak dipungkiri pula terdapat beberapa perusahaan yang mulai menerapkan
bisnis hijau. Dalam tulisan Sari dan Raharja (2012) menyatakan bahwa
berdasarkan pengalaman dari beberapa industri, maka ada empat alasan yang
menjadi penyebab bisnis harus meletakan masalah lingkungan sebagai aspek yang
penting dalam usahanya, yaitu:

Lingkungan dan efisiensi.

Dengan adanya kesadaran bahwa sumber daya alam (materi dan energi) sangat
terbatas, maka apapun juga harus dilakukan untuk mengurangi penggunaannya;

“Image” lingkungan.

Mempunyai sikap positif terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang baik
untuk dapat menumbuhkan “image” yang selanjutnya untuk memperbesar
“market share”;

14
Lingkungan dan peluang pasar.

Dengan adanya tuntutan pasar terhadap pelaku bisnis dan dunia usaha dalam hal
Sistem Manajemen Lingkungan (SML), yang selanjutnya dikembangkan menjadi
pemberian sertifikasi ISO 14001, maka hal ini memberikan dampak positif pada
dunia usaha.;

Ketaatan terhadap peraturan lingkungan

Meskipun “law enforcement” pemerintah masih lemah, namun demikian apabila


terjadi pelanggaran dalam pengelolaan lingkungan ataupun adanya pengaduan
masyarakat akibat dampak dari suatu aktivitas industri, maka akan berdampak
negatif terhadap reputasi industri tersebut.

Dalam mewujudkan green and clean terdapat tantangan yang dapat dikatakan
tidak mudah untuk diselesaikan, mulai dari masalah yang bersifat teknis hingga
konsep ekonomi dan politik yang disebutkan sebelumnya. Dari segi ekonomi
misalnya, solusi ekonomi Kapitalisme dalam menjaga lingkungan selama ini
hanya tertuju kepada bagaimana pembangunan yang ada bersifat ramah
lingkungan (friendly environment). Selain itu, juga mengatur bagaimana
investasi-investasi yang ada tidaklah pada kegiatan yang dapat membahayakan
lingkungan.

Namun, dua solusi (pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan) di atas
terasa dilematis. Karena dalam paradigma ekonomi kapitalis-liberalis adalah
bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Hal tersebut
dilakukan atas asumsi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan semakin
tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat.

Padahal, pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin tidaklah sejalan dengan


pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan yang menimbulkan kehati-
hatian dalam melaksanakan aktivitas ekonomi. Begitupula halnya dengan
investasi. Lihat saja bagaimana perkembangan investasi selama ini yang lebih
cenderung mengejar profit oriented semata. Sebagai contoh investasi di bidang
energi terbarukan yang ramah lingkungan, masih terbilang sangat kecil .

Bisnis hijau akan menghasilkan produk hijau. Menurut Octavia(2012) ada


beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam bisnis hijau, yaitu :

Harga

Ternyata meski pada umumnya kesadaran konsumen terhadap lingkungan terus


meningkat tetapi harga penawaran produk hijau yang masih tinggi menjadi
pengaruh yang paling tinggi untuk memutuskan membeli produk hijau.

15
Kepercayaan

Selain harga ada juga maslah ketidakpercayaan konsumen pada label “hijau” atau
ecolabel, konsumen Indonesia sebagian berpendapat bahwa informasi itu tidak
akurat.

Edukasi

Informasi mengenai fungsi, manfaat, serta keunggulan dari produk hijau atau
produk yang ramah lingkungan masih rendah, sehingga sebagian konsumen masih
enggan membeli produk hijau dengan harga premium.

Target Pasar

Target pasar untuk produk hijau adalah ceruk pasar, karena targetnya adalah untuk
konsumen yang peduli dengan lingkungan dan rela membayar sejumlah uang
untuk membeli produk hijau.

H. Pemanfaatan Sumber Daya Terbarukan Dalam Bisnis


I. Contoh Kasus Yang Sesuai Dan Tidak Sesuai Dengan Etika Lingkungan
Bisnis
J. Pembahasan Hasil Penelitian Yang Berkaitan Dengan Materi

16
A. Pembahasan Jurnal Penelitian Terdahulu Tentang Etik

JUDUL
PENGARANG

TUJUAN

METODOLOGI
PEMBAHASAN

JUDUL
PENGARANG
TUJUAN

METODOLOGI

PEMBAHASAN

JUDUL
PENGARANG
TUJUAN
METODOLOGI
PEMBAHASAN

BAB III
PENUTUP

17
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai