Anda di halaman 1dari 12

PAPER ETIKA EKONOMI

“ HUBUNGAN BISNIS DAN LINGKUNGANYA ’’


Dosen Pengampu: Dr. Bonaraja Purba. M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

ILMAN ASHARI ( 7213540009 )

NAZWA FAZIRAH NASUTION ( 7213240001 )

ZAKIA HASANAH HASIBUAN ( 7213540032 )

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
I. PENDAHULUAN

Bisnis dan lingkungannya, menjadi subyek yang kian penting di dalam kajian etika
bisnis. Utamanya perkembangan dunia yang kian terintegrasi antara hubungan antara bisnis
dan masyarakat di mana bisnis beroperasi. Globalisasi dan kemajuan teknologi kini diwarnai
hiper koneksi para pihak untuk saling berbagi informasi. Konsekwensinya terjadi pergeseran
kebutuhan dan harapan di segenap lingkungan bisnis. Menurut Karl Albrecht, paling tidak
bisnis memiliki hubungan dengan delapan lingkungannya yang kiranya relevan dalam kajian
etika bisnis, Lawrence, (2017). Delapan lingkungan bisnis seperti: pelanggan, pesaing,
ekonomi, teknologi, sosial, politik, legal, geofisik inilah sebuah perusahaan bisnis perlu
memberikan perhatiannya.
Memberikan perhatian kepada lingkungan merupakan cara terbaik untuk merumuskan
strategi yang akan diterapkanguna menghadapi persaingan. Utamanya mencermati bagaimana
lingkungan tersebut berubah seiring berbagai pergeseran yang menonjol di dunia bisnis,
seperti globalisasi dan teknologi, ketenagakerjaan dan lingkungan social politik, dan
rekognisi intangible assets dengan lingkungan ekonomi. Pergeseran itu memposisikan etika
bisnis sebagai pemandu moral untuk menjaga hubungan perusahaan bisnis dan
lingkungannya. Perusahaan bisnis dapat menjalani kehidupannya secara kompetitif, keluar
dari himpitan dilema moral yang dihadapinya, dan artikulatif dalam menjelaskan pilihan
pilihan bisnis yang menguntungkan.
Lingkungan Internal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan. Lingkungan eksternal adalah lingkungan umum serta lingkungan industri di luar
internal perusahaan yang merupakan suatu peluang atau hambatan bagi perusahaan.
Lingkungan tidak hanya sekedar mata-mata yang merefleksikan lingkungan ekologi, tetapi
juga menjelaskan gambaran keseluruhan terhadap kekuatan lingkungan eksternal. Hal
tersebut dapat berdampak pada aktivitas organisasi dari segala aspek.

II. PEMBAHASAN

BISNIS DAN LINGKUNGANNYA

Mempelajari bisnis berarti menelaah sejarah kehidupan manusia dan lingkungannya


dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas dengan sumber-sumber yang

1
terbatas. Kegiatan bisnis merupakan sebuah sistem operasional yang sangat terkait dengan
lingkungan di sekitarnya. Dalam masyarakat yang semakin terbuka kegiatan bisnis harus
mampu bersikap fleksibel dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Oleh karena itu,
mempelajari bisnis sama artinya dengan mempelajari cara manusia dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya dalam suatu lingkungan dengan sumber yang terbatas. Secara
umum lingkungan bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu lingkungan
eksternal dan lingkungan internal. Faktor internal meliputi: (1) Kelemahan dalam
memperoleh peluang (akses) pasar dan memperbesar pangsa pasar; (2) Kelemahan dalam
struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur (akses) terhadap sumber
permodalan; (3) Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen; (4) Keterbatasan dalam
pemanfaatan (akses) dan penguasaan teknologi; (5) Keterbatasan jaringan usaha dan
kerjasama usaha. Faktor eksternal meliputi: (1) Iklim berusaha yang kurang mendukung
(kondusif); karena masih ada persaingan yang tidak sehat; (2) Sarana dan prasarana
perekonomian yang kurang memadai; (3) Pembinaan yang masih kurang terpadu; (4) Masih
kurang pemahaman, kepercayaan dan kepedulian dari sebagian masyarakat terhadap usaha
kecil.

Lingkungan Eksternal dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu yang bersifat
umum dan bersifat khusus.

1. Lingkungan Eksternal Yang Bersifat Umum

Lingkungan eksternal ini merupakan variabel strategis dan mempunyai


dimensi/ukuran jangka panjang. Secara strategis sering menentukan peluang atau tantangan
yang dihadapi bisnis. Adapun unsur lingkungan eksternal yang bersifat umum terdiri dari:

a. Unsur hukum.
b. Unsur budaya.
c. Unsur agama.
d. Unsur politik.
e. Unsur ekonomi.
f. Unsur sosial / masyarakat.
g. Unsur geografi.
h. Unsur pendidikan.

2
2. Lingkungan eksternal yang bersifat khusus

Yang dimaksud dengan lingkungan eksternal yang bersifat khusus adalah bagian dari
lingkungan yang secara langsung relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Lingkungan
khusus, meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam organisasi (stakeholder),
seperti konsumen, pemasok, pesaing, dan kreditor. Unsur lingkungan eksternal yang bersifat
khusus terdiri dari:

a. Unsur teknologi.
b. Unsur competitor.
c. Unsur customer.
d. Unsur serikat pekerja
e. Unsur supplier.
f. Unsur bursa tenaga kerja dan lain-lain.

Adapun ciri-ciri dari unsur lingkungan eksternal yang bersifat khusus adalah sebagai berikut :

a. Relatif sulit dapat dikendalikan oleh bisnis.


b. Mengikuti dan menyesuaikan terhadap perubahan atau dinamika dari unsur eksternal
lebih sering untuk kegiatan bisnis.

Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah sumber daya manusia dan fisik yang mempengaruhi
kinerja bisnis secara langsung. Lingkungan ini terdiri atas berikut ini.
a) Karyawan (tenaga kerja/sumber daya manusia).
b) Manajemen (keahlian pengelola).
c) Pemegang saham (stakeholders).
d) Modal dan peralatan fisik (dana, mesin, gedung).
e) Informasi.

Adapun ciri unsur lingkungan internal adalah sebagai berikut:

a. Dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, dimana tingkat pengendaliannya


relatif mudah
b. Dapat dipengaruhi secara langsung oleh manajemen perusahaan, karena perusahaan
mempunyai bargaining power yang cukup kuat.

3
Sumber dari ekonomi antara lain: sumer daya alam, sumber daya manusia, modal dan
rekayasa/engineering yang berada di bawah kendali manajemen perusahaan relatif lebih cepat
disesuaikan dengan perubahan yang diinginkan. Baik oleh perubahan karena eksternal
perindustrian ataupun karena perubahan strategi yang diharapkan manajer perusahaan.
Adapun perubahan terhadap eksternal perindustrian memiliki sifat tidak dapat dikendalikan
karena di luar jangkauan kemampuan manusia (beyond the control).

Dalam rangka mengantisipasi bisnis berkait dengan pengaruh lingkungan eksternal di atas,
maka pelaku bisnis perlu mengambil langkah sebagai berikut :

a. Menggali secara detail sumber informasi diluar yang formal dan resmi.
b. Membangun jaringan informasi secara formal dan informal
c. Harus memiliki sumber informasi dari pusat pengambilan keputusan kebijaksanaan
lingkungan makro ( insider sources ).

Sebaliknya unsur internal yang berada di dalam perusahaan lebih cepat diadaptasikan dengan
perubahan lingkungan yang lainnya. Untuk mencapai keunggulan kompetitif perlu
diperhatikan enam faktor antara lain (Prihatminingtyas, 2010):

1. Kejujuran artinya perilaku pengusaha harus jujur pada produk yang dijual, keaslian
barang yang dijual.
2. Menghargai waktu. Ada pepatah waktu adalah uang sehingga pengusaha dalam
menjalankan bisnis harus memperhatikan bagaimana mendistribusikan waktu dengan
baik.
3. Penentuan harga produk berdasarkan pengeluaran biaya tetap dan biaya tidak tetap,
ditambah dengan keuntungan. Harga jual yang rendah dapat meningkatkan permintaan
terhadap produk, tetapi juga mengurangi keuntungan.
4. Kualitas produk adalah dimensi dari suatu produk yang ditetapkan oleh konsumen.
Produk yang di pasarkan merupakan produk yang dipesan konsumen harus sesuai
dengan perjanjian.
5. Fleksibilitas dalam menangkap selera konsumen, yaitu operasi perusahaan yang
memungkinkan dapat merespon kebutuhan pelanggan secara tepat dan efisien.
Pengusaha dituntut mampu untuk mencapai daya saing.
6. Norma agama, merupakan hal yang tidak boleh dilupakan dalam membentuk daya
saing usaha kec.

4
Perusahaan bisnis menjaga hubungan bisnis dengan delapan lingkungannya, yaitu:
lingkungan pelangannya, lingkungan, kompetitornya, lingkungan ekonominya, lingkungan
teknologinya, lingkungan sosialnya, lingkungan politiknya, lingkungan legalnya dan
lingkungan geofisiknya. Bisnis dan pelanggannya merupakan sebuah realita di mana
pelanggan memiliki keinginan untuk dipenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu bisnis dan
pelanggannya memerlukan panduan etika untuk perusahaan melayani keberadaan
pelanggannya. Misalnya penggunaan sosial media untuk transaksi online, memerlukan
landasan etika dalam membuat pesan yang tidak mengecoh, jaminan produk sesuai dengan
apa yang ditawarkan.

Kompetitor bisnis, atau pesaing merupakan pihak yang dapat diajak kolaborasi untuk
mengelola peluang bisnis namun juga dapat sebagai pihak yang mengancam keberadaan
bisnis perusahaan. Misalnya informasi kekuatan atau kelemahannya sebagai kompetitor,
potensinya sebagai pengancam atau sebagai ko-kreator untuk memperluas pelayanan bersama.
Informasi mengenai pengembangan aplikasi atau software oleh kompetitor,dapat menjadi
sumber petaka bila perusahaan abai atas nilai moral keadilan: pengakuan hak intelektual
kompetitor. Demikian pula perkembangan ekonomi baru berbasis ekosistem digital (new
economy), menuntut perusahaan, berinovasi dengan model bisnisnya. Misalnya
memperkerjakan karyawan dengan ikatan kerja yang longgar namun tetap dijaga prinsip
keadilan dan manfaat timbal balik dengan perusahaan dan pekerjanya.

Pengembangan teknologi baru dan penerapannya berpengaruh terhadap jalannya


bisnis, hubungan perusahaan dengan pelanggan dan hubungan perusahaan dengan berbagai
pihak di dalam pemangku kepentingan. Termasuk menghormati privasi dalam penggunaan
data, di tengah godaan perusahaan menambang bigdata dan menggunakan teknologi
intelejensia artifisial untuk kepentingan bisnis semata, Prasetya, (2019). Budaya, sistem nilai
dan sistem kepercayaan, termasuk trend di masyarakat, merupakan lingkungan sosial di mana
perusahaan dapat mengolahnya menjadi peluang bisnis. itas pelangganya, tidak membedakan
pelayanan alias nilai iklusivitas: kesamaan untuk semuanya, Halbert, (2018).

Pilihan kebijakan politik untuk mendorong kemudahan berusaha, perlu diikuti oleh
perilaku bisnis yang mengedepankan asas fairness. Perusahaan tidak hanya mematuhi (have
to) kebijakan yang ditetapkan, namun perusahaan juga menjalankan apa yang sebaiknya
(ought to) dijalankan. Memberikan pelatihan ketrampilan berwiraswsata kepada mitra
ridesharing misalnya merupakan upaya menjalankan apa yang sebaiknya dijalankan oleh

5
perusahaan kepada mitranya. Sarana dan prasarana bisnis menjadi kian penting bagi bisnis
dan lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, mengelola lingkungan geofisik merupakan upaya
menjaga hak dan kewajiban antara perusahaan dan masyarakat. Sumberdaya air, sarana
pembuangan dan pengolahan limbah produksi maupun limbah domestik merupakan beberapa
isu etika organisasi hubungan bisnis dengan lingkungan geofisiknya.

PERGESERAN LINGKUNGAN BISNIS

Globalisasi dan Lingkungan Teknologi

Globalisasi dan kemajuan teknologi kini diwarnai hiper koneksi para pihak untuk
saling berbagi informasi. Konsekwensinya terjadi pergeseran kebutuhan dan harapan di
segenap lingkungan bisnis. Globalisasi dan Teknologi, mendapatkan tempatnya ketika dunia
memasuki awal 2000. Beberapa perusahaan digital di bidang hiburan, social media, content
dan leisure, retail, dan teknologi berkembang, (Lester, 2012). Berikut beberapa perusahaan
rintisan dan tahun berdirinya, yang kini mereka telah menjadi perusahaan unicon bahkan
tetracorn. Amazon (1994), e-buy (1995), Netflix, (1997), Google (1998), Wikipedia (2000),
Flicker (2004), Dropbox (2007), Twitter (2006), Spotify (2008). Menemani para pemain
dunia teknologi digital sebelumnya seperti Apple, yang berdiri tahun 1976. Dunia berubah
dengan teknologi, kemajuan bisnis dapat meroket dengan cepat. Google setelah 6 tahun
berdiri, kemudian melakukan penawaran saham ke pasar modal, sebagai perusahaan terbuka
di tahun 2004, dan saat itu dunia dan teknologi digital berubah lebih cepat dengan
sebelumnya. Keberadaan perusahaan bisnis dan pergeseran lingkungan teknologinya,
memastikan mereka terhubungkan dengan jaringan informasi dan komunikasi berskala global,
sehingga untuk pertama kalinya dalam sejarah warga masyaraakt bisa mengetahui suatu
peristiwa bersamaan waktunya dengan terjadinya peristiwa itu sendiri.

Ketenagakerjaan dan Lingkungan Sosial Politik

Pergeseran ketenagakerjaan dan lingkungan sosial politik bisnis, kian perlu


mengadopsi prinsip moral, seiring dengan perkembangan proses kerja dan hubungan kerja
antara karyawan dan perusahaan. Hubungan ketenagakerjaan ini secara fundamental
mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. Dampaknya, begitu banyak
hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru, serta
membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing
seperti Go-Jek, Uber, dan Grab. Juga AirBnB dengan pemesanan online jaringan independent
rumah dan penginapan, Pengelolaan akomodasi RedDoorz. Kehadiran mereka memang

6
menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya.
Di sisi lain, jika tidak ada muatan moral dalam mengeloa hubungan bisnis dengan lingkungan
sosial dan politiknya, maka yang akan terbayang hanya dampak negatifnya saja seperti akan
terciptanya jutaan pengangguran atau berbagai penyalahgunaan kepercayaan. Kemunculan
jasa layanan Go-Food mengancam bisnis perusahaan makanan, yang semula di atas angin
karena punya jasa pengantaran sendiri. Dengan adanya Go-Food, ribuan ibu-ibu rumah
tangga yang bisa memasak berpeluang jadi pengusaha. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
pentingnya muatan moral dalam pilihan bisnis saat ini di tengah pergeseran ketenagakerjaan
yang ada. Perusahaan perlu memperkuat manfaat untuk banyak pihak, menjaga hak dan
kewajiban didasari atas nilai kejujuran, keadilan dan manfaat timbal balik, serta
mengutamakan karater mulia kemanusiaan dalam bekerjasama.

Aset Nir-inderawi dan Lingkungan Ekonomi

Intangible assets adalah aset yang tak kasat mata atau aset nir-inderawi. Kategorinya
ada tiga, yakni: aset modal manusia (human capital asset), aset pengetahuan dan kreativitas
(knowledge and creativity asset), dan aset merek (brand asset). Aset ini berbeda dengan aset
kasat inderawi (tangible asset) seperti tanah, pabrik yang luas, mesin-mesin yang modern,
atau gedung kantor yang luas lengkap dengan dengan aneka peralatan kerja. Apple misalnya,
yang menduduki peringkat teratas dan merupakan perusahaan pertama di dunia yang
menyentuh nilai US$ 1 triliun. Jumlah aset fisiknya boleh relative tidak sebanding dengan
asset fisiknya, namun market value Apple ternyata paling tinggi sedunia, sekitar Rp 9000
triliun (2018). Begitu pula dengan Facebook misalnya.Juga kisah Teh Botol Sosro, teh
dengan aroma dan rasa yang pas di hati–sehingga apapun makanannya, minumnya selalu teh
sosro,resep produksi merupakan asset nir-inderawi. Sebaliknya, karena tidak memiliki
pengetahuan tentang cara membuat kecap dengan rasa memuaskan, tapi tahu cara
memasarkannya secara nasional Unilever Indonesia “mengambil pengetahuan” dengan
membeli perusahaan Kecap Bango di 2007, yang lantas berkembang jauh lebih pesat.

Pelajaran terpenting yang harus dipetik dari asset nir-inderawi bisnis di pentas global
ini adalah melegendanya sumber daya manusia berkualitas tinggi, yaitu kualitas relasi
manusia di dalam tim kreatif atau jejaring bisnis. Karyawan maupun pimpinan perusahaan,
merupakan netwok intelligent yang terkoneksi di seluruh dunia, Hoffman, (2014). Singkatnya,
kekuatan intangible asset atau asset nirinderawi ini hanya akan muncul jika human capital
dan standar moralitas digeluti oleh perusahaan. Muatan moral melandasi pilihan kebijakan

7
bisnis: memberikan manfaat untuk sebanyak banyak pihak ( utilitirianism), menjalankan nilai
nilai moral, seperti kejujuran, keadilan dalam setiap hak dan kewajiban perusahaan
(deontology), kepentingan menjaga karakter mulia kemanusian segenap pelaku bisnis (virtue
ethics).

LINGKUNGAN BISNIS DAN ILUSTRASI ETIKA

Muatan moral, etika ketika perusahaan mengelola lingkungan bisnisnya, ia tidak


mungkin memisahkan satu sama lain dari berbagai segmen lingkungan bisnisnya. Melainkan
perusahaan akan mengelola keterkaitan lingkungan bisnis satu sama lain, hubungan dengan
berbagai pihak yang sama sama memiliki kepentingan di dalam lingkungan bisnis tersebut.
Bagaimana pilihan perusahaan mengelola peluang ataupun hambatan, dan, mempertahankan
standar moral di dalam bisnis, dapat diilustrasikan dari pelaku bisnis yang abai menjaga relasi
untuk manfaat orang banyak. Abai menjaga batas batas hak dan kewajiban dan lalai
mengenai keutamaan moral kemanusiaannya.

Contoh pertama adalah perusahaan Apple menjaga integritas moralnya. Dalam salah
satu kesempatan, seiring upaya meneguhkan sebagai “a more ethical tech firm” di Silicon
Valley, Apple, Guardian, (2018) mengumumkan telah memberi peringatan beberapa insinyur
yang “membocorkan” software roadmap Apple secara detail. Para insinyur tersebut
membocorkan kepada pihak lain, atas apa yang didengarkannya dari sebuah pertemuan
internal dan rahasia di perusahaan Apple. Beberapa di antaranya, dilaporkan oleh Guardian,
telah ditangkap polisi negara bagian California, USA. Dalam artikel, yang bersumber dari
memo internal perusahaan Apple tersebut, juga disebutkan juga bahwa Apple, akan
menangkap dan mengkasuskan tidak hanya karyawan Apple. Namun juga pihak pihak di luar
Apple yang berkepentingan atas asset nir-inderawi software ini. Dalam ancamannya,
kontraktor, pemasok Apple yang coba coba membocorkan rahasia pengembangan produk,
juga akan diurus dan mendapatkan konsekwensi buruk. Selain dikasuskan secara hukum,
pihak pihak tersebut juga akan terputus jaringaan bisnis nya karena tidak akan mendapat
kepercayaan dari siapapun.

Saat ini, jejak digital seseorang, tersimpan. di dunia digital. Oleh karena itu penting
sebuah perusahaan memastikan bagaimana ia ingin dilihat, di dalam jejak digitalnya,
menjalani bisnis dengan lingkungannya. Dan menjaga agar polah seseorang di perusahaan
tetap mengedepankan kebajikan. Banyak kemungkinan misconduct, seperti seseorang yang
berkasus dengan perusahaan Apple, akan tersimpan sebagai jejak digital yang melekat

8
sepanjang hayat kemungkinannya. Perihal kepemilikan asset nir-inderawi ini juga banyak
menjadi perhatian di berita atau artikel bisnis, misalnya persaingan Samsung dan Apple
masing masing merasa memiliki asset design, battery, camera maupun chipset. Beberapa
perselisihan melalui pengadilan internasional dihadapi Apple dan Samsung di mana dapat
dilihat kian pentingnya keberadaan asset nir-inderawi perusahaan dan menjaga etika, bisnis
dan lingkungannya.

Contoh kedua adalah kasus di Indonesia. Dapat contohkan secara singkat seseorang
yang membocorkan informasi tender perusahaan. Kurnia (2018) menyampaikan ilustrasi
kasus seseorang yang mengaku sudah keluar atau tidak menjadi karyawan perusahaan lagi,
namun terbukti memenangkan perusahaan lain dalam suatu tender pengadaan barang. Ia
dibayar oleh perusahaan lain Rp.200 juta. Putusan Mahkamah Agung Nomor 783
K/Pid.Sus/2008, yang bersangkutan dipidana 1 tahun 2 bulan dan MA menolak permohonan
kasasi terdakwa. Informasi rahasia yang dibocorkan oleh terdakwa tersebut merujuk kepada
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (“UU
Rahasia Dagang”): menyangkut informasi bersifat rahasia, yaitu informasi yang memiliki
nilai ekonomi, atau dijaga kerahasiaannya. Kasus membocorkan rahasia perusahaan, secara
umum mengindikasikan bahwa ada persepsi mengenai nilai informasi atau data, di mana
perusahaan atau seseorang mungkin dapat tergoda tanpa mengidahkan etika atau peraturan
untuk menyampaikan informasi tersebut kepada pihak lain. Sementara informasi seperti
pengembangan software merupakan asset yang luar biasa penting bagi perusahaan software.
Demikian pula informasi tender yang ditetapkan di dalam prosedur perusahaan, harus dijaga
kerahasia informasinya.

Kasus membocorkan rahasia perusahaan, secara umum mengindikasikan bahwa ada


persepsi mengenai nilai informasi atau data, di mana perusahaan atau seseorang mungkin
dapat tergoda tanpa mengidahkan etika atau peraturan untuk menyampaikan informasi
tersebut kepada pihak lain. Sementara informasi seperti pengembangan software merupakan
asset yang luar biasa penting bagi perusahaan software. Demikian pula informasi tender yang
ditetapkan di dalam prosedur perusahaan, harus dijaga kerahasia informasinya. Dorongan
merahasiakan informasi tender dilakukan atas dasar keinginan berlaku adil kepada pihak
pihak yang berkepentingan terhadap hasil tender.

Kasus Apple dan tender di Indonesia tersebut, merupakan contoh konsekwensi etis
yang berujung kepada ancaman hukuman. Kejadian bocornya informasi, misalnya bisa terjadi

9
di setiap perusahaan. Posisi perusahaan dapat seperti Apple yang merasa dirugikan
karyawannya. Atau sebaliknya posisi perusahaan tertentu tersebut sebagai pihak yang di
“untung” kan karena mendapat bocoran informasi kompetisi bisnis atau tender. Oleh karena
itu bisnis memerlukan moral kompas. Bagaimana praktik bisnis tidak hanya harus patuh
(have to) terhadap hukum nasional atau internasional dan peraturannya, namun juga
sebaiknya (ought to) memenuhi rasa keadilan dan kejujuran. Memahami undang undang dan
peraturan menjadi penting bagi sebuah perusahaan bisnis, namun juga mempromosikan kode
etik dan tuntunan perilaku yang digelutinya sebagai kode moral sebuah perusahaan.

III. KESIMPULAN

Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan.


Sehingga bisnis tidak terlepas dengan faktor lingkungan yang mendukung maupun yang
menghambat atas tujuan yang ingin dicapai bisnis. Dalam masyarakat yang semakin terbuka
kegiatan bisnis harus mampu bersikap fleksibel dan beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Muatan moral dalam setiap keputusan bisnis dan lingkungannya makin relevan ketika bisnis
dan linkungannyan menghadapi berbagai pergeseseran. Pertama adalah pergeseran di bidang
teknologi dan globalisasi yang mendorong pilihan pilihan yang kian kompleks dan
menyangkut kepentingan banyak pihak. Kedua, pergeseran hubungan ketenagakerjaan yang
kian longgar menjadi perhatian etika bisnis untuk memandu normal baru di dalam hubungan
pemberi kerja dan karyawan atas asas keadilan. Ketiga adalah rekognisi atas pentingnya aset
nir-inderawi penting di dalam dunia bisnis.
Oleh karena itu, mempelajari bisnis sama artinya dengan mempelajari cara manusia
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya dalam suatu lingkungan dengan sumber yang
terbatas.

IV. DAFTAR PUSTAKA


References

Prihatminingtyas, Budi. “Etika Bisnis Suatu pendekatan dan Aplikasinya Terhadap


StakeHolders.” Dalam Etika Bisnis, disunting oleh Cakti I. Gunawan, 21-27. Malang , Jawa
Timur: CV IRDH, 2019.
Sudarmanto, eko. Nofitri Heriyani, Hery Dia Anata Batubara,dkk. (2020), Etika
Bisnis.Yayasan Kita Menulis.xii; 178.

10
stuti, Rifelly Dwi. “Pengantar Bisnis.” Dalam EKMA4111/MODUL . Prenada Media, 2004.
Suratman, Adji. “Analisis Lingkungan Bisnis dan Hukum.” Jakarta: Pt.
Mandala Nasional, 2021.
https://etheses.uinsgd.ac.id/5470/1/naskah%20Bisnis%20dan%20Lingkungan.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai