Laporan Pendahuluan Luka Bakar
Laporan Pendahuluan Luka Bakar
KEPERAWATAN DEWASA II
LUKA BAKAR
OLEH:
NIM : 010109a055
UNGARAN
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kehadihat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih
sayangnya hingga selesainya laporan pendahuluan tentang luka bakar ini,
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan terbaik
Rasulullah Muhammad SAW. Penulis mengucapkan banyak terimakasih pada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan pendahuluan ini.
Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan lebih lanjut.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Luka
Bakar
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian Luka Bakar
b. Mengetahui Etiologi dan faktor resiko Luka Bakar
c. Mengetahui patofisiologi dan pathway Luka Bakar
d. Mengetahui tanda dan gejala Luka Bakar
e. Mengetahui indikasi dan komplikasi dari Luka Bakar
f. Mampu melakukan pemeriksaan diagnostik Luka Bakar
g. Penatalaksanaan medis
h. Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Luka
Bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
Penyebab luka bakar:
a. Terbakar api langsung atau tidak langsung,
b. Pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia
c. Tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
d. Radiasi
(Brunner & Suddarth, 2002).
3. Klasifikasi Luka Bakar
b. Respons Kardiovaskuler
d. Respons Pulmoner
e. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokalemia
dapat terjadi bila mulai diuresis; magnesium mungkin menurun.
Natrium pada awal mungkin menurun pada kehilangan air;
hipernatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
f. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan;
kurang dari 10 mEq/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
g. Alkalin fosfat
Peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa natrium.
h. Glukosa serum
Peninggian menunjukkan respons stres.
i. Albumin serum
Rasio albumin atau globulin mungkin terbalik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan.
j. BUN atau kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi ginjal; namun
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
k. Urine
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka
bakar listrik serius). Warna hitam, kemerahan pada urine sehubungan
dengan mioglobin. Kultur luka: mungkin diambil untuk data dasar dan
diulang secara periodik.
l. Foto ronsen dada
Dapat tampak normal pada pascaluka bakar dini meskipun dengan
cedera inhalasi; namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada
saat progresif tanpa foto dada (SDPD).
m. Bronkoskopi serat optic
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat meliputi
edema, perdarahan, dan/atau tukak pada saluran pernapasan alas.
n. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera
inhalasi.
o. Skan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
p. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
q. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya
(Doenges, 2000).
8. Penatalaksanaan
1. Perawatan di Tempat Kejadian
2. Mematikan api
1. Rumus Konsensus
2. Rumus Evans
4. Rumus Parkland/Baxter
5. Obat-obatan
10. Debridemen
11. Graft
12. Autograft
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan.
Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit. Gangguan
massa otot, perubahan tonus.
b. SIRKULASI
Tanda: Hipotensi (syok).
(dengan cederaluka bakar lebih dari 20% APTT):
Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin (syok listrik).
Takikardia (syok/ansietas/nyeri).
Disritmia (syok listrik).
Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
c. INTEGRITAS EGO
Gejala: Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, marah.
d. ELIMINASI
Tanda: Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat. Warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam.
Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi).
Penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e. MAKANAN/CAIRAN
Tanda: Edema jaringan umum.
Anoreksia, mual/muntah.
f. NEUROSENSORI
Gejala: Area kebas, kesemutan.
Tanda: Perubahan orientasi, afek, perilaku.
Penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas.
Aktivitas kejang (syok listrik).
Laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik).
Ruptur membran timpanik (syok listrik).
Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. NYERI/KENYAMANAN
Gejala: Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara
ekstrem sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri, sementara respons pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. PERNAPASAN
Gejala: Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral, dan sianosis,
indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada.
Jalan napas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, edema laringeal)
Bunyi napas: gemericik (edema paru), stridor (edema
laringeal). sekret jalan napas dalam (ronki).
i. KEAMANAN
Tanda: Kulit: Umum: Destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trombus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok
Cedera api: Terdapat area cedera campuran dalam
sehubungan dengan vanase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering, merah; lepuh pada faring posterior; edema
lingkar mulut dan/atau lingkar nasal
Cedera kimia: Tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti
kulit samak halus; lepuh, ulkus, nekro sis, atau jaringan
parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: Cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit dari di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup,
dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor;
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Pertimbangan Rencana Pemulangan:
DRG menunjukkan rerata lama dirawat: Tergantung
pada beratnya dan terlibatnya sistem organ.
Memerlukan bantuan untuk pengobatan, perawatan
luka/bahan, aktivitas perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah, transportasi, keuangan, konsul kejuruan, perubahan
susunan rumah atau fasilitas tempat tinggal selain itu
rehabilitasi lama (Marlyn Doenges, 2000).
3. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan:
1. Mencapai keseimbangan cairan yang optimal
a. Mempertahankan asupan serta keluaran cairan dan berat badan
yang mempunyai korelasi dengan pola yang diharapkan
b. Memperlihatkan tanda-tanda vital, CVP, tekanan arteri pulmonalis
dan tekanan baji (wedge pressure) yang tetap berada dalam batas-
batas yang direncanakan
c. Memperlihatkan peningkatan haluaran urin sebagai reaksi terhadap
pemberian diuretik dan preparat vasoaktif
d. Memiliki frekuensi denyut jantung yang kurang dari 110/menit
dengan irama sinus yang normal
2. Tidak mengalami infeksi lokal maupun sistemik
a. Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur dengan jumlah bakteri
yang minimal
b. Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur sputum dan urin yang
normal.
3. Memperlihatkan status nutrisi yang anabolik
a. Mengalami kenaikan berat badan setiap hari sesudah sebelumnya
menunjukkan penurunan awal yang terjadi sekunder karena
diuresis cairan dan tidak adanya asupan makanan atau cairan per
oral
b. Tidak memperlihatkan tanda-tanda defisiensi protein, vitamin atau
mineral
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan lewat asupan per oral
d. Turut berpartisipasi dalam memilih makanan yang mengandung
nutrien yang dipreskripsikan
e. Memperlihatkan kadar protein serum yang normal
4. Memperlihatkan perbaikan integritas kulit
a. Mempertahankan kulit yang secara unium tampak utuh dan bebas
dari infeksi, dekubitus serta cedera.
b. Memperlihatkan daerah-daerah luka terbuka yang berwarna merah
muda, mengalami reepitelialisasi dan bebas dari infeksi
c. Memperlihatkan lokasi donor (tempat cangkokan kulit diambil)
yang bersih dan sedang berada dalam proses kesembuhan
d. Sudah memperlihatkan luka yang sembuh, teraba lunak dan halus
e. Memperlihatkan kulit yang licin dan elastis
5. Mengalami nyeri yang minimal
a. Memerlukan preparat analgelik hanya untuk aktivitas fisioterapi
atau perawatan luka yang spesifik
b. Melaporkan nyeri yang minimal
c. Tidak memperlihatkan tanda-tanda fisiologik nonverbal yang
menunjukkan terdapatnya nyeri yang sedang atau berat.
d. Menggunakan tindakan untuk mengendalikan nyeri seperti inhalasi
nitrous oksida, teknik relaksasi, imajinasi dan distraksi untuk
mengatasi serta menghilangkan gangguan rasa nyaman
e. Dapat tidur tanpa terganggu oleh rasa nyeri
f. Melaporkan bahwa kulit terasa nyaman tanpa rasa gatal atau
kencang
6. Memperlihatkan mobilitas fisik yang optimal
a. Memperbaiki kisaran gerak pada sendi setiap hari
b. Memperlihatkan kisaran gerak pra-luka bakar pada semua sendi
c. Tidak mengalami tanda-tanda kalsifikasi di sekitar sendi
d. Turut berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
7. Menggunakan strategi koping untuk menghadapi masalah pasca luka
bakar
a. Dengan kata-kata mengutarakan reaksi terhadap luka bakar,
prosedur terapeutik, kehilangan
b. Mengidentifikasi strategi koping yang digunakan secara efektif
dalam menghadapi situasi sties yang pernah dialami sebelumnya
c. Menerima ketergantungannya pada petugas kesehatan yang
merawatnya selama fase akut
d. Dengan kata-kata mengutarakan pandangan yang realistik terhadap
masalah yang terjadi akibat luka bakar dan rencananya untuk masa
depan
e. Turut bekerjasama dengan petugas kesehatan yang merawatnya
dalam pelaksanaan terapi yang diperlukan
f. Turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatan
g. Mengatasi kesedihan akibat kehilangan yang terjadi karena luka
bakar dan kejadian di sekitar luka bakar tersebut [misalnya,
kematian orang lain, kerusakan pada rumah atau barang berharga
lainnya)
h. Menyatakan tujuan yang realistik pada bedah plastik, intervensi
medis selanjutnya dan hasil-hasilnya
i. Dengan kata-kata mengutarakan kemampuan dan tujuan yang
realistik
j. Memperlihatkan sikap yang penuh harapan terhadap masa depan
8. Mengaitkan dengan tepat dalam proses pasien/keluarga
a. Pasien dan keluarganya dengan kata-kata mengutarakan perasaan
mereka yang berkenaan dengan perubahan dalam interaksi keluarga
b. Keluarga memberikan dukungan emosional kepada pasien selama
perawatan di rumah sakit
c. Keluarga menyatakan bahwa kebutuhan mereka sendiri terpenuhi
9. Pasien dan keluarganya dengan kata-kata mengutarakan pemahaman
mereka terhadap proses penanganan luka bakar
a. Menyatakan dasar pemikiran bagi berbagai aspek penanganan
b. Menyatakan periode waktu yang realistik untuk kesembuhan
10. Tidak mengalami komplikasi
a. Memperlihatkan paru-paru yang terdengar bersih pada auskultasi
b. Tidak memperlihatkan dispnea atau ortopnea dan dapat bernapas
dengan bebas ketika berdiri, duduk serta berbaring
c. Tidak memperlihatkan bunyi jantung S3 atau St atau distensi vena
jugularis
d. Menunjukkan haluaran urin, CVP, tekanan, arteri pulmonalis,
tekanan baji serta curah jantung yang berada dalam batas-batas
normal
e. Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur darah, sputum dan urin
yang normal
f. Mempertahankan nilai gas darah arteri yang berada dalam batas-
batas normal
g. Memiliki kelenturan paru yang normal
h. Tidak mengalami kerusakan pada organ viseral
i. Memiliki irama jantung yang stabil (Brunner & Suddarth, 2002).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca
khususnya perawat dengan kasus luka bakar mengetahui tentang:
penyebab luka bakar, tes laboratorium yang perlu dilakukan dan asuhan
keperawatan pada klien dengan luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.