Oleh:
Akmalia Fatimah G99172029
Maestro Rahmandika G991902037
Rahadian Arista D G99181050
Arfan Surya A G99181011
Khalida Ikhlasiya T G991903032
Ramadhaningtyas MF G991908016
Pembimbing:
Ferry Wijanarko, dr., Sp.BS
0
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Akmalia Fatimah G99172029
Maestro Rahmandika G991902037
Rahadian Arista D G99181050
Arfan Surya A G99181011
Khalida Ikhlasiya T G991903032
Ramadhaningtyas MF G991908016
1
FRAKTUR VERTEBRA
A. ANATOMI
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh
ligamen di depan dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang
mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap tekanan atau trauma yang
memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang harus
dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan
transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang
2
dapt mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang
belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah
kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga(22%), , terjatuh dari
ketinggian(24%), kecelakaan kerja.2, 8
3
C. Mekanisme cedera
Tipe pergeseran yang penting: (1) hiperekstensi (2) fleksi (3) tekanan
aksial (4) fleksi dan tekanan digabungkan dengan distraksi posterior (5) fleksi
yang digabungkan dengan rotasi dan (6) translasi horizontal. Fraktur dapat
terjadi akibat kekuatan minimal saja pada tulang osteoporotik atau
patologik.3
2. Fleksi
4
Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi
pada setengah corpus vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan
posterior pada sisi sebaliknya. Kalau permukaan dan pedikulus remuk,
lesi bersifat tidak stabil.
5. Rotasi-fleksi
6. Translasi Horizontal
5
D. Cedera Cervical
Segmen cervical adalah segmen yang paling mudah digerakkan dan
mudah cedera. Cedera cervical dengan mengenai bagian atas medulla spinalis
akan berakibat fatal dan penyebab kematian pada pasien kecelakaan saat
pasien diperjalanan menuju rumah sakit.4 Nyeri dan kekakuan leher atau
keluhan paraestesia atau kelemahan pada tungkai atas, harus
diperhatikan. Kekuatan yang menyebabkan cedera kepala yang
berbahaya (misalnya kecelakaan lalu lintas atau benturan kepala akibat
jatuh dari tempat tinggi) juga dapat menyebabkan cedera leher. Karena itu,
pada pasien yang pingsan karena cedera kepala, harus selalu dicurigai
mengalami fraktur vertebra cervical.
Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah
immobilisasi cervical dengan collar plaster selama 3 bulan
6
2. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial)
Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari
atlas yang menyilang dibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi
sendi atlantoaxial dapat mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya
perlunakan kemudian akan ada penekanan ligamentum transversalis.
Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid.
Umumnya ligamentum tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid
pindah dengan atlas dan dapat menekan medulla spinalis.
Terapi untuk fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi vertebra
cervical.
Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi
continues.
7
5. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical
Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme
terjadinya fraktur hampir sama dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen
robek dan posterior facet pada satu atau kedua sisi kehilangan
kestabilannya dengan bangunan sekitar. Jika dislokasi atau fraktur
dislokasi pada C7 –Th1 maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral
maka posisi yang terbaik untuk radiografi adalah “swimmer projection”
Tindakan yang dilakukan adalah reduksi fleksi dislokasi ataupun
fraktur dislokasi dari fraktur cervical termasuk sulit namun traksi skull
continu dapat dipakai sementara.
Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan
bertahan selama setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai
dengan gejala lain yang lebih tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing,
depresi, penglihatan kabur dan rasa baal atau paraestesia pada lengan.
Biasanya tidak terdapat tanda-tanda fisik, dan pemeriksaan dengan
sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidak ada
bentuk terapi yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik
dan fisioterapi.
8
fracture” . Fraktur ini nyeri tetapi tak berbahaya.4
9
E. Cedera Vertebra Thorakolumbar
2. Fraktur remuk (Burst fractures) fraktur yang terjadi ketika ada penekanan
corpus vertebralis secara langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen
tulang berpotensi masuk ke kanalis spinais. Terminologi fraktur ini adalah
menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya
kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang
menyebar atau melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera
dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat
menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisi atau gangguan syaraf
parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan
terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis
burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui
10
letak fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur
kompresi, burst fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI
fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan
ligamen dan adanya perdarahan.6
11
4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures) sering terjadi pada kecelakaan
mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat
vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada
thoracolumbar junction.7.
Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang
pertengahan menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian
kolumna anterior vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita
terlempar kedepan melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra
kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna posterior dan media akan
rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil 3
12
F. Cedera Saraf
Pada cedera spinal akibat pergeseran struktur dapat merusak korda atau
akar saraf, atau keduanya; lesi servikal dapat menyebabkan kuadriplegia,
paraplegia lesi torakolumbal. Kerusakan dapat sebagian atau lengkap. Terdapat
tiga jenis lesi: gegar korda, transeksi korda dan transeksi akar.3
2. Transeksi Korda
Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi di
bawah tingkat lesi korda; seperti halnya gegar korda, paralisis motorik
mula-mula bersifat flasid. Ini adalah keadaan sementara yang dikenal sebagai
syok korda, tetapi cedera itu bersifat anatomic dan tak dapat diperbaiki.
Tetapi, beberapa waktu kemudian, korda di bawah tingkat transeksi
sembuh dari syok dan bekerja sebagai struktur yang bebas; artinya,
menunjukkan aktivitas refleks. Dalam beberapa jam refleks anal dan penis
pulih kembali, dan respons plantar menjadi ekstensor. Dalam beberapa hari
atau beberapa minggu paralisis flasid menjadi spastik, disertai peningkatan,
tonus, peningkatan refleks tendon dan klonus; spasme fleksor dan kontraktur
dapat terjadi tetapi sensasi tak pernah pulih kembali. Timbulnya refleks anal
dan penis tanpa adanya sensasi pada kaki bersifat diagnostik untuk transeksi
korda.
3. Transeksi Akar
Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi
pada distribusi akar yang rusak. Tetapi, transeksi akar berbeda dari transeksi
13
korda, dalam dua hal: (1) regenerasi secara teoretis dapat terjadi; dan (2)
paralisis motorik yang tersisa tetap flasid secara permanen.3
Grade Description
A Lengkap: tidak ada sensorik maupun motorik dibawah level
defisit neurologi
B Tidak lengkap : sensorik baik namun motorik nya menurun di
bawah level defisit neurology
C Tidak lengkap : sensorik baik dan fungsi motorik dibawah defisit
neurology memiliki kekuatan otot dibawah 3
D Tidak lengkap : sensorik baik namun kekuatan otot motoriknya
lebih dari 3 atau sama dengan 3
E Fungsi sensorik dan motorik normal
1. Cervical
14
visera). Pada cedera di bawah vertebra C5, tungkai atas sebagian terhindar
dan mengakibatkan deformitas yang khas.3
3. Di Bawah Vertebra Th X
Korda membentuk suatu tonjolan kecil (konus medularis) di antara
vertebra T I dan LI, dan meruncing pada antar ruang di antara vertebra LI
dan L2. Akar saraf L2 sampai S4 muncul dari konus medularis dan
beraturanan turun dalam suatu kelompok (cauda equina) untuk muncul
pada tingkat yang berturutan pada spina lumbosakral. Karen itu, cedera
spinal di atas vertebra T10 menyebabkan transeksi korda, cedera di antara
vertebra TIO dan LI dapat menyebabkan lesi korda dan lesi akar saraf, dan
cedera di bawah vertebra Ll hanya menyebabkan lesi akar. Akar sakral
mempersarafi: (1) sensasi dalam daerah "pelana", suatu jalur di sepanjang
bagian belakang paha dan tungkai bawah, dan dua pertiga sebelah luar tapak
kaki; (2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pergelangan kaki dan
kaki: (3) refleks anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan
kaki; dan (4) pengendalian kencing.
Akar lumbal mempersarafi: (1) sensasi pada seluruh tungkai
bawah selain bagian yang dipasok oleh segmen sakral; (2) tenaga motorik
pada otot yang mengendalikan pinggul dan lutut: dan (3) refleks kremaster
dan refleks lutut.. Bila cedera tulang berada pada sambungan torakolumbal,
penting untuk membedakan antara transeksi korda tanpa kerusakan akar
dan transeksi korda dengan transeksi akar. Pasien tanpa kerusakan akar jauh
lebih baik daripada pasien dengan transeksi korda dan akar.
15
4. Lesi Korda Lengkap
Paralisis Iengkap dan anestesi di bawah tingkat cedera menunjukkan
transeksi korda. Selama stadium syok spinal, bila tidak ada refleks anal
(tidak lebih dari 24 jam pertama) diagnosis tidak dapat ditegakkan dan jika
refleks anal pulih kembali dan defisit saraf terus berlanjut, lesi korda bersifat
lengkap. Setiap lesi lengkap yang berlangsung lebih dari 72 jam tidak akan
sembuh.3
Sindrom Deskripsi
Anterior cord Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensitivitas
terhadap nyeri, temperature namun fungsi propioseptif masih normal
Brown-Sequard Proposeptif ipsilateral normal, motorik hilang dan kehilangan
sensitivitas nyeri dan temperatur pada sisi kontralateral
16
Central cord Khusus pada regio sentral, anggota gerak atas lebih lemah dibanding
anggota gerak bawah
Dorsal cord Lesi terjadi pada bagian sensori terutama mempengaruhi propioseptif
(posterior cord)
Conus medullaris Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar dengan kanlis neuralis ;
arefllex pada vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah
Cauda equina Cedera pada daerah lumbosacral dengan kanalis neuralis yang
mengakibatkan arefleksia vesika urinaria, pencernaan dan anggota
gerak bawah
17
jaringan lunak pada ligament dan discus intervertebralis dan menilai cedera
medulla spinalis.10
H. TERAPI
1. Braces & Orthotics ada tiga hal yang dilakukan yakni, mempertahankan
kesegarisan vertebra (aligment), imobilisasi vertebra dalam masa
penyembuhan, mengatsi rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi
pergerakan. Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai
contoh; brace rigid collar (Miami J) untuk fraktur cervical, cervical-
thoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada punggung bagian atas,
thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung bagian
bawah, dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya
fraktur pada leher yang sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokas
memerlukan traksi, halo ring dan vest brace untuk mengembalikan
kesegarisan
2. Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion). Teknik ini adalah
teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion adalah
proses penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu
dengan alat-alat seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone
graft adalah penyatuan vertebra dibagian atas dan bawah dari bagian yang
disambung. Penyatuan ini memerlukan waktu beberapa bulan atau lebih
lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid.
18
3. Vertebroplasty & Kyphoplasty, tindakan ini adalah prosedur invasi yang
minimal. Pada prinsipnya teknik ini digunakan pada fraktur kompresi yag
disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra. Pada vertebroplasti bone
cement diinjeksikan melalui lubang jarung menuju corpus vertebra
sedangkan pada kypoplasti, sebuah balon dimasukkanan dikembungkan
untuk melebarkan vertebra yang terkompresi sebelum celah tersebut diisi
dengan bone cement .8
5. Cegah dekubitus
19
DAFTAR PUSTAKA
20
9. Thomas, VM, (2004), Thoracolumbal Vertebral Fracture; Journal of
Orthopaedics, download from http://www.jortho.org/index.html
21