Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI KEPENDUDUKAN DAN DEMOGRAFI

“ TEORI-TEORI KEPENDUDUKAN ”

DOSEN PEGAMPU:

Dra. Novida Yenny

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:
1. AYU NOVIYANA SIMATUPANG :3183331010
2. DEBBY WULANDARI GINTING :3183131050
3. HAVIZA CAHYANI SIHOMBNG :3181131021
4. PAIDOL SIRIGO RIGO :3181131021
5. INDRI OKTAVIA : 3181131008

PENDIDIKAN GEOGRAFI 2018


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik. Sholawat dan
salam semoga tetap telimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa manusia menuju jalan kebenaran.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOGRAFI
KEPENDUDUKAN DAN DEMOGRAFI. Diharapkan dengan penyusunan
makalah ini pemahaman kami tentang Teori-Teori Kependudukan. Harapan
selanjutnya kami dapat memperluas wawasan di mata kuliah ini kedepannya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sebagai acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa UNIMED.

Medan, September 2019

Penyusun.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. T.K Menurut Aliran Malthusian (Thomas R. Malthus) ...............................2
B. T.K Menurut Aliran Neo Malthussian (Ehrlich) ..........................................4
C. T.K Menurut Aliran Marxist (Karl Max dan Friederich Engels) .................5
D. T.K Menurut Aliran Kontemporer (Malthus dan Marx) ..............................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis
kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran,
mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah
upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.
Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan
keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.
Perubahan-perubahan jumlah penduduk terjadi karena pengaruh faktor-faktor
alam, seprti halnya tumbuhan dan hewan mengalami pengaruh itu. Temperatur,
curah-curah, kelembaban, ruang hidup, keadaan jasmani, dan lain-lain, merupakan
faktor-faktor yang dipakai untuk menyusun teori. Di samping teori naturalistik ini,
ada pula teori-teori lain yang didasarkan atas faktor sosial dan kebudayaan, karena
pada manusia faktor inilah yang lebih berperanan.
Penduduk yang menempati bagian-bagian muka bumi mengalami pasang surut,
dan perubahan-perubahan ini menyadarkan berbagai pihak untuk memberi
penjelasan, sehingga muncullah berbagai teori penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Kependudukan Menurut Aliran Malthusian (Thomas R. Malthus)?
2. Bagaimana Teori Kependudukan Menurut Aliran Neo Malthussian (Ehrlich)?
3. Bagaimana Teori Kependudukan Menurut Aliran Marxist (Karl Max dan Friederich
Engels)?
4. Bagaimana Teori Kependudukan Menurut Aliran Kontemporer (Malthus dan Marx)?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kependudukan Menurut Aliran Malthusian (Thomas R. Malthus)


Aliran Malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, Robert Malthus
(1766-1834) terkenal sebagai pelapor Ilmu Kependudukan (Population Studies)
sebagai bagian dari rentetan perkembangan demografi yang telah dimulai sejak
pertengahan abad ke-17. Tulisan monumentalnya An Essay on The Principle of
Population as it Affect Future Improvemenet of Society, with remarkson the
speculations of Mr. Godwin, Mr. Condorcet and other Writer atau lebih populer
dengan sebutan Prinsip Kependudukan (The Principle of Population) diterbitkan
pertama kali pada tahun 1798. Meskipun memperoleh banyak kritik, pada dasarnya
mendapat pengakuan yang luas di kalangan para ahli. Inti pemikiran dan pendapat
Malthus kemudian dikenal dengan Teori Kependudukan Malthus. Ringkasan dari
tulisan-tulisan Malthus ada dalam A Summary View of the Principle of Population
yang dipublikasikan dalam tahun 1830.
Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu:
1. Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia dan
2. Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antar jenis kelaminan akan tetap sifatnya sepanjang
masa.
Atas dasar postulat tersebut Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada
pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari
pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan mengikuti deret
ukur sedangkan perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung interval
waktu 25 tahun.
Ia menyatakan bahwa penduduk itu (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan
binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan
memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tinggi
pertumbuhan ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan tidak bisa dihentikan.
Jika kondisi ini dibiarkan maka manusia akan mengalami kekurangan
pangan dan kemiskinan. Untuk keluar dari permasalah ini menurut Malthus harus

2
ada pengekangan perkembangan penduduk. Pengekangan tersebut dapat berupa
pengekangan segera dan pengekangan hakiki. Yang dimaksud dengan pengekangan
hakiki adalah pangan. Sedangkan bentuk pengekangan segera adalah bentuk
preventive check dan positive check.
1. Preventive check
Preventive check adalah pengurangan penduduk melalui penekanan
kelahiran. Preventive check timbul karena kemampuan penalaran manusia sehingga
dapat meramalkan akibat-akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Preventive
check dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Moral restraint (Pengekangan diri)
Moral restraint yaitu segala usaha mengekang nafsu seksual.
b. Vice
Vice yaitu pengurangan kelahiran seperti, abortus, penggunaan alat kontrasepsi,
homoseksual, pelacuran.
2. Positive check
Positive check adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.
Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk lebih besar daripada jumlah persediaan
pangan maka dapat dipastikan akan terjadi kelaparan, wabah penyakit, dan lain
sebagainya. Sehingga dapat dipastikan tingkat kematin akan semakin meningkat.
Positive check dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Vice (kejahatan)
Vice yaitu segala jenis pencabutan nywa sesama manusia seperti manusia seperti
pembunuhan anak-anak (infanticide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orang
tua.
b. Misery (kemelaratan)
Misery yaitu segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis
penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan
peperangan.

Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling


penting, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi belum dapat diterimanya.
Pendapat banyak mendapat kritikan dari para ahli yang menimbulkan diskusi secara

3
terus menerus. Karena gagasan yang dicetuskan Malthus pada abad 18 dianggap
aneh pada saat itu . Malthus mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya
alam karena jumlah penduduk yang terus meningkat, hal ini bagi mereka tidak dapat
diterima oleh akal sehat. Pada dunia baru seperti Amerika, Afrika, Autralia dan Asia
dengan sumber daya alam yang melimpah mereka berpendapat bahwa persediaan
makanan tidak akan habis. Sehingga preposisi yang diajukan oleh Malthus tersebut
akhirnya memunculkan beberapa kritik sebagai berikut:
 Malthus terlalu menekankan terbatasnya persediaan tanah, tetapi ia tidak
menyangka akan ada keuntungan besar dari kemajuan transpor yang
dikombinaksikan dengan pembukaan tanah pertanian baru di Amerika
Serikat, Australia dan tempat-tempat lainnya. Karena dengan kemajuan-
kemajuan transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan daerah
lainnya sehingga pendistribusian bahan makanan ke daerah-daerah yang
kekurangan makanan mudah dilaksanakan.
 Dalam kondisi yang menguntungkan, hewan dan tanaman dapat meningkat
menurut deret ukur. Malthus tidak memperhitungkn bahwa teknologi juga
dapat maju dengan pesat. Dengan adanya peningkatan metode-metode
pertanian seperti penggunaan pupuk dan bibit unggul lebih banyak maka
dapat menaikkan produktivtas.
 Malthus tidak memeprtimbangkan kontrol fertilitas bagi pasangan-
pasangan yang sudah menikah. Pada tahun 1822, Francis Place
menganjurkan pembatasan kelahiran setelah perkawinan.
 Malthus tidak memperhitungkan bahwa fertilits dapat menurun apabila
terjadi perkembangan ekonomi dan naiknya standar hidup penduduk
dinaikkan.

B. Teori Kependudukan Menurut Aliran Neo Malthussian (Ehrlich)


Pada permulaan abad ke 19 orang masih dapat mengatakan bahwa apa yang
diramalkan malthus tidak mungkin terjadi. Tetapi sekarang beberapa orang percaya
bahwa hal itu akan terjadi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa setiap minggunya ada
lebih dari satu juta bayi lahir di dunia ini, ini berarti satu juta lagi mulut yang harus
diberi makan.

4
Dengan realitas yang ada seperti itu akhirnya pada akhir abad 19 dan awal
abad 20 Teori Malthus diusung kembali oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich.
Garreth Hardin dan Paul Ehrlich memunculkan Aliran Neo Malhusian. Aliran ini
lebih radikal dari pada Aliran Malthus. Aliran ini tidak sependapat dengan gagasan
Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja.
Akan tetapi mereka menawarkan bahwa untuk mengurangi jumlah penduduk dapat
dilakukan dengan cara preventive checks, misalnya dengan penggunaan alat
kontrasepsi dan aborsi.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian
direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:

 Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.


 Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
 Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.

Pada tahun 1972 Meadow menulis buku “The Limit to Growth” memuat
ungan variabel lingkungan, yaitu penduduk, produksi pertanian, Industri, eraaya
alarn, dan polusi. Pada waktu persediaan sumberdaya alam masih maka bahan
makanan per kapita, hasil industri dan penduduk bertambah dan cepat.
Pertumbuhan ini akhimya menurun sejalan dengan menurunnya persediaan
sumberdaya alam yang akhirnya menurut model ini habis pada tahun 2100. Ada
dua kemungkinan yang dapat dilakukan, yaltu membiarkan malapetaka itu terjadi,
atau manusa ini membatasi pertumbuhannya dan mengeola Iingkungan alam
dengan baik (Jones, 1981).

C. Teori Kependudukan Menurut Aliran Marxist (Karl Max dan Friederich


Engels)
Aliran ini di pelopori oleh Karl Marx dan Friederich Engels ketika Malthus
meninggal dunia di Inggris pada tahun 1834. Pada waktu itu teori Malthus sangat
berperan di Inggris maupun di Jerman. Marx dan Engel tidak sependapat dengan
Malthus yang menyatakan bahwa apabila tidak ada pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekurangan bahan makanan, tetapi
tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Menurut Marx, kemelaratan terjadi

5
bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena
kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara kapitalis.
Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga
menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.
Marx juga mengatakan bahwa, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk
menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum buruh. Jadi
penduduk yang melarat bukan disebabkan karena kekurangan bahan pangan, akan
tetapi karena kaum kapitalis mengabil sebagian dari pendapatan kaum buruh yang
dihasilkan. Jadi, menurut Marx dan Engels sistem kapitalis yang meneyebabkan
kemelaratan tersebut, dimana kaum pemilik modal menguasai alat-alat produksi.
Maka menurut Marx untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat
harus diubah dari sistim kapitalis menjadi sistim sosialis.
Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi di kuasai oleh buruh,
sehingga gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja
mereka dan oleh karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Marx juga
mengatakan bahwa semakin banyak jumlah manusia, semakin tinggi hasil
produktivitasnya, jadi tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk.
Marx dan Engel menentang usaha-usaha moral restraint yang dicetuskan oleh
Malthus.
Dalam hal ini pendapat Marx banyak yang menganutnya seperti halnya
dengan Malthus. Setelah Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok;
pertama, negara-negara kapitalis yang umumnya cenderung membenarkan teori
Malthus seperti Amerika Serikat, Ingris, Prancis, Australia, Canada, dan Amerika
latin; kedua, negara yang menganut sistem sosial, seperti Uni Soviet, negara-negara
Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara dan Vietnam; ketiga, negara-
negara nonblok seperti India, Mesir dan Indonesia.
Beberapa kritik yang telah dilontarkan terhadat teori Marx ini diantaranya
adalah sebagai berikut: Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara
sosialis merupakan antithesa hukum kependudukan di negara kapitalis. Menurut
hukum ini apabila di negara kapitalis tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-
sama rendah maka di negara sosialis akan terjadi kebalikannya yaitu tingkat
kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi. Namun kenyatanya tidaklah

6
demikian, tingakat pertumbuhan penduduk di negara Uni Soviet hampir sama
dengan negara-negara maju yang sebagian besar merupakan negara kapitalis.

D. Teori Kependudukan Menurut Aliran Kontemporer (Malthus dan Marx)


1). Teori Fisiologi dan sosial ekonomi
a. John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan
Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk
melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun
demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat
mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila
produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam
situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living)
merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat
dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena
sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of
nature, not the injustice of society is the cause of the penalty attached to
everpopulation (Week, 1992).
Kalau suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan,
maka keadaan ini hanyalah bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua
kemungkinan yaitu : mengimpor bahan makanan, atau memindahkan sebagian
penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.
Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahirann ditentukan oleh
manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan
yang tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara
rasional maka mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak
sesuai dengan karier dan usaha yang ada. Di sampan itu Mill berpendapat bahwa
umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banya, dan apabila kehendak
mereka diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.

7
b. Arsene Dumont
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Pada tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul
Depopulation et Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut
dengan teori kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial
mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di
masyarakat, misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar
anaknya memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia
sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang.
Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah
pipa kapiler.
Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara
demokrasi, dimana tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai
kedudukan yang tinggi di masyarakat. Di negara Perancis pada abad ke-19
misalnya, dimana system demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba
mencapai kedudukan yang tinggi dan sebagai akibatnya angka kelahiran turun
dengan cepat. Di negara sosialis dimana tidak ada kebebasanuntuk mencapai
kedudukan yang tinggi di masyarakat, system kapilaritas sosial tidak dapat berjalan
dengan baik.

c. Emili Durkheim
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan
perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan
timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam
memenangkan persaingan tiap-tiap tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan
pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti
ini jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang
kompleks.

8
Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan
masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi
persaingan dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan
terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada masyarakat industri tingkat pertumbuhan
dan kepadatan penduduknya tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori
evolusi dari Darwin dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun.

d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday


Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan,
bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu
wilyah atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan
menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia
akan menungkat.
Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan di
Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan
penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih konkret argumentasinya dari
pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa penduduk disuatu daerah dapat
mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya
rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat
mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang
tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat
fertilitasnya rendah.
Teori Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya
berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding
terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa
daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang
tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi
manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan
diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan
daya reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980).
Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan
perangsang bagiu daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru

9
merupakan faktor penegkang perkembangan penduduk. Dalam golongan
masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali terdiri dari penduduk dengan
keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik
biasanya jumlah keluarganya kecil.
Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami dari teori aksi an reaksi
dalam meninjau perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini
dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin
tinggi pula tingkat produksi manusia.

e. Herman Khan
Pandangan yang suram dan pesimis dari Mlthus beserta penganut-
penganutnya ditentang keras oleh kelompok teknologi. Mereka beranggapan
manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi
pertanian. Mereka mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang
sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi
demografinya.
Ahli futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-negara
kaya akan membantu negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan jatuh
kepada orang-orang miskin. Dalam beberapa decade tidak akan terjadi lagi
perbedaan yang mencolok antara umat manusia di dunia ini.
Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan
bahwa dunia ini mampu menampung 15 milliun orang dengan pendapatan melebihi
Amerika Serikat dewasa ini. Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam, karen
seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan
terus terjadi dan era ini disebut dengan era substitusi. Mereka mengkritik bahwa
The Limit to Growth bukan memcahkan masalah tetapi memperbesar permasalahan
tersebut.
Kelompok Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari kelompok
ekonomi, karena kedua-duanya tidak memperhatikan masalah-masalah organisasi
sosial dimana distribusi pendapatan tidak merata. Orang-orang miskin yang
kelaparan, karena tidak meratanya distribusi pendapatan di negara-negara tersebut.
Kejadian seperti ini di Brasilia, dimana Pendapatan Nasional (GNP) tidak dinikmati

10
oleh rakyat banyak adalahsalah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial
tersebut.

2). Teori Teknologi


Kelompok ini muncul untuk menolak pandangan Malthus yang pesimis
dalam melihat perkembangan dunia.Teori ini dimotori oleh Herman Khan, ia
berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara berkembang akan dapat
diatasi jika negara maju dapat membantu daerah miskin, sehingga kekayaan dan
kemampuan daerah hidup itu akan didapatkan oleh orang-orang miskin.Ia
beranggapan bahwa teknologi maju akan mampu melakukan pemutaran ulang
terhadap nasib manusia pada suatu masa yang disebut ‘Era Substitusi’.

3. Teori Transisi Kependudukan


Tahap Peralihan keadaan demografis:
1. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap/naik sedikit. anggaran
kesehatan meningkat. Penemuan obat obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap
tinggi.
2. Angka kematian menurun, tingkat kelahiran masih tinggi, pertumbuhan
penduduk meningkat, adanya Urbanisasi, usia kawin meningka, Pelayanan KB
Luas, pendidikan meningkat.
3. Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun, laju pertumbuhan
penduduk menurun.
4. Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali
seperti kategori I mendekati nol.
Keempat kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang melaksanakan
pembangunan ekonomi.
Penerapan Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf
hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan
laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak
negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi
demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase
transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian

11
telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan
yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi
pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat
tahap dalam proses transisi, yaitu:
Tahap 1:Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi
menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap 2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih
baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah
penduduk naik.
Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita,
urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah
tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka
kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi
sudah mulai menurun;
Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan
pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya
anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk
sangat rendah atau bahkan mendekati nol.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah
Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul
bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi
pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok
pendapatnya yaitu :Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia,
Nafsu manusia tak dapat ditahan. Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan
penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan
terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup. Dari teori
Maltus tersebut banyak yang beranggapan bahwa teori maltus ini bersifat
pesimistik, namun pada akhirnya teori ini memiliki banyak penganut paham maltus
sehingga kebenaran akan teori ini seolah-olah benar adanya.

B. Saran

Hakikat dari manusia itu sendiri yang penuh dengan ketidaksempurnaan.


Begitu juga dengan makalah ini, kami kelompok 2, Fakultas Ilmu Sosial menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena ini adalah
sebuah usaha yang manusiawi. Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, ( Jakarta: LP3ES 1982 ), hlm. 3-5.
Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES 1985), hlm. 11.
J. Dwi Narwoko (ed), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana
2007), hlm. 307.
Ida Bagoes Mantra, Demografi Umum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2011), hlm.
53.

14

Anda mungkin juga menyukai