SKRIPSI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
MEI 2017
SKRIPSI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
MEI 2017
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber, baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
iii
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T. ( )
iv
Universitas Indonesia
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat,
penyertaan, dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Skripsi berjudul “Sintesis Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan
Metode Elektrolisis Plasma Katodik” ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademis dalam meraih gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik
Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Skripsi ini pun tidak akan terealisasi tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Andreas Chandra Suciadi dan Lucia Megah Janthi selaku orang tua penulis
yang memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian, baik moral
maupun material;
2. Prof. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T. selaku dosen pembimbing atas ilmu
pengetahuan, bimbingan, masukan, waktu, dan tenaga yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar ini dengan baik;
3. Prof. Ir. Sutrasno Kartohardjono, M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia;
4. Dr. Eva F. Karamah, S.T., M.T. selaku Kepala Laboratorium Intensifikasi
Proses Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia;
5. Seluruh dosen Departemen Teknik Kimia UI yang telah mendidik dan
memberikan penulis berbagai ilmu selaku mahasiswa Teknik Kimia;
6. Mbak Reni Warni selaku laboran yang selalu sabar, menyemangati, dan
membantu berbagai aktivitas di laboratorium, dan segenap laboran lainnya;
7. Kevin Alexander, Ryan Andriant, Angeline Paramitha, Mahahera Bastinov
Putri Almagistra, dan Vanessa Geraldine sebagai teman-teman terbaik yang
selalu mendukung, menghibur, dan berbagi cerita;
8. Ratih Andita, Chandra Dewi, Zainah, Aulia Rahmi, dan Raden Ridzki
sebagai teman satu dosen pembimbing atas dukungan, ilmu, dan kerja
samanya;
9. Teman DTK UI Angkatan 2013, keluarga besar, dan pihak-pihak lain yang
telah mendukung dan membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
v
Universitas Indonesia
Penulis
vi
Universitas Indonesia
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), mengalihmedia/formatkan, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.
vii
Universitas Indonesia
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
x
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
plasma untuk mensintesis biodiesel. Selain itu, katoda juga dilapisi dengan
pelindung kaca agar luas kontaknya dengan elektrolit tetap sama di kedalaman
berapapun katoda dicelupkan. Dengan penggunaan pelindung kaca ini, peningkatan
konsumsi energi menjadi tidak terlalu besar seiring penambahan kedalaman.
Produk samping elektrolisis plasma ini adalah gas hidrogen, oksigen, atau
air yang merupakan hasil rekombinasi sesama spesi radikal dengan jumlah yang
jauh lebih tinggi dibanding proses elektrolisis Faraday (Saksono et al., 2012).
Metode elektrolisis plasma dengan menggunakan plasma katodik ini sangat
menjanjikan karena mampu menghasilkan biodiesel dalam jumlah yang lebih
banyak dibandingkan metode elektrolisis konvensional dalam selang waktu yang
sama dengan efisiensi energi yang tinggi. Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi
untuk pengembangan penggunaan metode elektrolisis plasma yang lebih unggul
dalam sintesis biodiesel.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi referensi yang digunakan pada penulisan di Bab 1 sampai
dengan Bab 4. Daftar pustaka ini mengikuti format penulisan referensi Harvard.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
Beberapa jenis alkohol dapat digunakan dalam reaksi sintesis biodiesel ini,
seperti metanol, etanol, isopropanol, dan butanol. Yang perlu diperhatikan adalah
kandungan air dalam alkoholnya. Sama dengan sabun, kandungan air dalam alkohol
dapat menurunkan kualitas biodiesel yang dihasilkan.
Biodiesel yang diproduksi oleh pabrik-pabrik di Indonesia diwajibkan
memiliki karakteristik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standar
karakteristik biodiesel diatur dalam SNI 7182:2015, seperti ditunjukkan Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Karakterisasi Biodiesel
Karakteristik Satuan Standar SNI
Densitas kg/m3 850-890
Viskositas kinematik mm2/s (cSt) 2,3-6,0
Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5
Gliserol total %-massa, maks 0,24
Kadar metil ester %-massa, min 96,5
Kadar air dan sedimen % volume, maks 0,05
Universitas Indonesia
+
𝐴𝑔(𝑎𝑞) + 𝑒 − → 𝐴𝑔(𝑠) (2.2)
Pada anoda, terjadi peristiwa oksidasi. Jenis elektroda berpengaruh dalam
menentukan reaksi oksidasi yang terjadi. Jika elektroda yang digunakan bersifat
inert (seperti Platina, Carbon, dan Emas), anion atau air yang akan mengalami
oksidasi. Ketika larutan mengandung anion berupa spesi sisa asam oksi
(mengandung atom oksigen), akan terjadi oksidasi air (Shim et al., 2017).
+
2𝐻2 𝑂(𝑙) → 4𝐻(𝑎𝑞) + 𝑂2 (𝑔) + 4𝑒 − (2.3)
Jika anion larutan bukanlah spesi sisa asam oksi, anion itulah yang akan
teroksida sendiri (Santos et al., 2013). Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
−
4𝑂𝐻(𝑎𝑞) → 2𝐻2 𝑂(𝑙) + 𝑂2 (𝑔) + 4𝑒 − (2.4)
−
2𝑋(𝑎𝑞) → 𝑋2 (𝑔) + 2𝑒 − (2.5)
Hal berbeda terjadi jika elektroda yang digunakan tidaklah bersifat inert.
Ketika elektroda tidak inert, elektroda itulah yang akan teroksidasi dalam larutan.
Jika yang digunakan bukanlah larutan, melainkan cairan atau leburan atau lelehan,
tidak akan ada kemungkinan reduksi maupun oksidasi air sehingga yang terjadi
pada katoda adalah peristiwa reduksi kation dan pada anoda adalah peristiwa
oksidasi anion (elektroda inert) atau oksidasi elektroda (elektroda tidak inert).
Elektrolisis plasma (Contact Glow Discharge Electrolysis, CGDE)
merupakan pengembangan dari metode elektrolisis konvensional. Elektrolisis
plasma adalah proses elektrokimia dimana plasma dihasilkan oleh arus DC antara
permukaan elektroda dan elektrolit di sekitarnya (Yan et al., 2006). Yang
membedakannya dengan elektrolisis biasa adalah penggunaan tegangan listrik yang
jauh lebih tinggi sehingga plasma dapat terbentuk. Plasma adalah gas yang
terionisasi sebagian atau seluruhnya dan terdiri atas elektron, radikal bebas, ion, dan
spesi netral. Plasma akan mengemisikan sinar ultraviolet sebagai hasil dari eksitasi
spesi-spesi ke keadaan energetik yang lebih rendah yang dihasilkan oleh tumbukan
elektron dengan molekul netral (Jiang, 2013). Suhu plasma yang terbentuk dapat
mencapai 9000 K, dengan tekanan di dalamnya dapat mencapai 4000 atm saat
tegangan yang diberikan sebesar beberapa ratus volt (Drobyshevski, 1977).
Akibat tegangan yang sangat tinggi, terjadi perbedaan muatan listrik yang
signifikan antara elektroda dengan larutan elektrolit di sekitarnya. Adanya interaksi
antara charged moving particles (elektron) yang membentuk arus listrik dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Current (A)
Voltage (V)
Gambar 2.2. Hubungan Tegangan dan Arus Proses Elektrolisis Plasma (Yan et al., 2006)
Universitas Indonesia
basa) dengan alkohol dimana kehadiran air dapat menghidrolisis ester yang
terbentuk dan juga membentuk sabun.
Gambar 2.3. Reaksi Hidrolisis Ester dan Pembentukan Sabun (Ejikeme et al., 2009)
Universitas Indonesia
Ion metoksil (CH3O-) yang terbentuk pada Persamaan 2.6 akan diserang
oleh elektron berenergi tinggi sehingga menjadi radikal metoksil (CH3O•). Radikal
hidroksil (•OH) yang terbentuk pada Persamaan 2.6 juga menyerang molekul
metanol sehingga berubah menjadi radikal metoksil (CH3O•) (Zong et al., 2009).
𝐶𝐻3 𝑂− (𝑎𝑞) + 𝑒 ∗ → 𝐶𝐻3 𝑂 ∙ + 𝑒 − (2.9)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Oleh karena hal itu, biodiesel generasi kedua (G2) mulai dikembangkan.
Biodiesel G2 atau yang sering disebut green diesel diperoleh melalui proses
hydrotreating (HDT) minyak nabati dimana oksigenat yang terkandung dalam
bahan baku hayati ini dihidrogenasi menjadi hidrokarbon. Proses HDT dapat
dilakukan di reaktor terpisah yang khusus untuuk mengolah bahan baku hayati
ataupun di reaktor yang digunakan bersama dengan petrodiesel dimana komponen
bahan baku hayati akan terdeoksigenasi dan petrodiesel akan terdesulfurasi secara
simultan (Perez-Cisneros et al., 2017). Berbeda dengan biodiesel G1 yang
merupakan senyawa metil ester, biodiesel G2 merupakan senyawa isoparafin yang
tidak mengandung oksigen. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri karena
mengurangi kemungkinan korosi pada mesin diesel yang digunakan kendaraan saat
ini. Oleh karenanya, konsentrasi biodiesel G2 sebagai campuran dengan petrodiesel
juga dapat ditingkatkan.
Universitas Indonesia
Tabel 2.2. Perbandingan Petrodiesel, Biodiesel G1, Biodiesel G2 (Kalnes et al., 2007)
Karakteristik Petrodiesel Biodiesel G1 Biodiesel G2
Kandungan oksigen (%) 0 11 0
Specific Gravity 0,84 0,88 0,78
Kandungan sufur (ppm) < 10 <1 <1
Nilai Kalor (MJ/kg) 43 38 44
Angka Setan 40 50-65 70-90
Voltage (V)
Gambar 2.6. Efek Tegangan terhadap Pembentukan Radikal H· (Zong et al., 2009)
Universitas Indonesia
Current (mA)
Voltage (V)
Gambar 2.7. Korelasi Arus dan Tegangan pada Elektrolisis Plasma dengan Elektrolit Na 2SO4
(Jin et al., 2010)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Time (minute)
Gambar 2.8. Produksi Radikal Hidroksil sebagai Fungsi Kedalaman Anoda pada 700 V dan
Konsentrasi KOH 0,02 M (Bismo et al., 2013)
800
677
700
600
Daya listrik (Watt)
500
400 357
300
200 137
100
0
0 1 3
Kedalaman Anoda (cm)
Gambar 2.9. Korelasi Kedalaman Elektroda dengan Kebutuhan Daya Energi (Saksono, 2013)
Universitas Indonesia
VE
(1)
(2)
Current (A)
VB2 VE
VB1
VD2
VD1
Voltage (V)
Gambar 2.10. Kurva V-I Plasma Katodik dan Anodik Elektrolisis Plasma Larutan Metanol 99,5%
dengan Tambahan Elektrolit NaOH (Zong et al., 2009)
Universitas Indonesia
Katoda yang bermuatan negatif dikelilingi oleh banyak ion positif. Banyaknya ion
positif ini membuat bukan hanya elektron primer yang tereksitasi, melainkan juga
elektron sekunder (Bruggeman et al., 2009). Oleh karena itu, eksitasi elektron
sekunder terjadi lebih banyak pada plasma katodik dibandingkan pada plasma
anodik. Semakin banyak elektron yang tereksitasi, semakin mudah plasma menyala
secara stabil. Dengan demikian, VD plasma anodik lebih tinggi dibandingkan VD
plasma katodik (VD1 > VD2) yang berarti plasma lebih mudah mencapai kestabilan
pada plasma katodik dibandingkan plasma anodik.
Selain hal di atas, kecepatan plasma mencapai kestabilan juga dipengaruhi
oleh jenis rekombinasi radikal yang dibentuknya. Radikal yang dominan terbentuk
pada katoda adalah radikal hidrogen (Zong et al., 2009) sementara radikal yang
dominan terbentuk pada anoda adalah radikal hidroksil (Bismo et al., 2013).
Radikal hidrogen dapat berekombinasi menjadi gas hidrogen sementara radikal
hidroksil dapat berekombinasi menjadi hidrogen peroksida (Gao et al., 2003). Oleh
karena fasanya berupa gas, gas hidrogen dapat membantu meningkatkan kestabilan
plasma. Di sisi lain, hidrogen peroksida tidak dapat membantu meningkatkan
kestabilan plasma karena fasanya bukan gas, bahkan hidrogen peroksida
menambah beban evaporasi pada anoda. Dengan demikian, plasma akan lebih cepat
mencapai kestabilan di katoda dibandingkan di anoda.
Sebenarnya, pembentukan plasma secara stabil baik di katoda maupun di
anoda disebabkan oleh efek Joule Heating larutan elektrolit di sekitar elektroda,
adanya ketidakstabilan hidrodinamis pada daerah penguapan lokal, dan eksitasi
elektron sekunder. Efek Joule Heating dan ketidakstabilan hidrodinamis relatif
sama baik di katoda maupun di anoda. Yang menjadi pembeda hanya besarnya
eksitasi elektron sekunder (Bruggeman et al., 2009).
Universitas Indonesia
Voltage (V)
Gambar 2.11. Kurva V-I pada Setiap Temperatur untuk Larutan NaOH 0.1 M (Saito et al., 2015)
Pada gambar di atas, terlihat bahwa breakdown point akan menurun seiring
kenaikan temperatur larutan. Penurunan titik pembentukan uap ini menandakan
energi yang dibutuhkan untuk membentuk selubung gas menjadi lebih rendah.
Dengan demikian, adanya pemanasan awal larutan elektrolit hingga dekat dengan
titik didihya membuat konsumsi energi menjadi lebih rendah.
Universitas Indonesia
Spesi radikal hanya memiliki waktu yang singkat untuk tetap bertahan
sebagai radikal sebelum akhirnya berubah menjadi senyawa yang stabil. Untuk itu,
Universitas Indonesia
aliran udara yang masuk perlu dibuat cepat (Yamatake et al., 2007). Untuk
membuat aliran udara yang masuk menjadi cepat, dibutuhkan diameter lubang
keluaran udara yang lebih kecil (untuk laju alir yang sama).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini membahas kegiatan utama yang meliputi karakterisasi tegangan dan
arus, pengujian awal bahan baku, proses sintesis biodiesel, separasi crude biodiesel,
dan pengujian produk akhir. Selain itu, bab ini juga membahas persiapan alat dan
bahan, prosedur percobaan, variabel-variabel penelitian, dan cara perhitungan
konsumsi energi.
26
Universitas Indonesia
d. Pemurnian Biodiesel
Pada tahap ini, produk akhir utama berupa biodiesel dipisahkan dari
senyawa lainnya, seperti sisa reaktan (minyak kelapa sawit dan metanol),
produk samping (gliserol dan air), dan partikel solid hasil tergerusnya
elektroda. Proses separasi menggunakan prinsip settling dengan corong
pemisah, kertas saring, dan evaporasi dengan oven.
e. Pengujian Akhir Produk
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah biodiesel yang terbentuk
dan perubahan fisika yang terjadi di dalam minyak setelah menjadi
biodiesel. Uji FTIR digunakan sebagai uji awal untuk mengetahui senyawa
golongan apa saja yang terbentuk dan yang masih bersisa (bersifat
kualitatif) dan uji GC-FID digunakan untuk mengidentifikasi metil ester
secara kuantitatif. Pengujian fisik meliputi densitas, viskositas, angka asam,
dan kadar air.
Tahapan kegiatan utama ini diuraikan lebih lanjut dalam Gambar 3.1.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bagian atas kaca kuarsa, diberikan penyekat agar tidak ada udara yang
dapat keluar-masuk kaca kuarsa. Hal ini bertujuan mencegah plasma merambat ke
bagian atas elektroda. Modifikasi ini mampu meningkatkan efektivitas plasma
secara signifikan dengan peningkatan konsumsi energi yang tidak terlalu pesat.
Selain itu, elektroda tempat terbentuknya plasma dapat lebih awet dan lebih irit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
didiamkan selama minimal 4 jam. Akan terbentuk lagi dua lapisan, yaitu
biodiesel di atas dan campuran akuades-gliserol di bawah.
4. Kedua lapisan tersebut dikeluarkan dari corong pemisah ke dua gelas ukur
berbeda dan volumenya masing-masing diukur. Biodiesel kembali disaring
dengan kertas saring. Ini adalah tahap settling kedua.
5. Biodiesel hasil settling kedua dipanaskan di oven (pada suhu 110°C) selama
2 jam agar gliserol dan air yang masih tertinggal menguap.
6. Setelah pemanasan, volume biodiesel diukur. Inilah produk yang disebut
biodiesel yang sudah dimurnikan.
Universitas Indonesia
3.5 Pengujian
3.5.1 Uji FTIR dan Gas Chromatography
Uji GCMS dilakukan terhadap bahan baku minyak yang digunakan untuk
mengetahui jenis senyawa yang terdapat bahan baku dan komposisinya masing-
masing sehingga perhitungan yield dari proses sintesis biodiesel dapat dilakukan.
Pada pengujian ini, trigliserida dikonversi menjadi asam lemaknya dahulu untuk
selanjutnya dianalisis.
Tabel 3.4. Daerah Serapan Gugus Tertentu pada Uji FTIR (Skoog, 2014)
Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1)
C-H Alkana 2850-2960; 1350-1470
C-O Alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300
C=O Aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760
O-H Alkohol, fenol (monomer) 3610-3640
O-H Alkohol, fenol (ikatan H) 200-3600
O-H Asam karboksilat 500-3000
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Campuran Titrasi
Sebanyak 25 ml Sebanyak 2 ml
Sebanyak 5 gram sampel dipanaskan dilakukan
etanol indikator PP
ditimbang sampai dengan larutan
ditambahkan ditambahkan
mendidih KOH 0,1 N
Universitas Indonesia
100 volt 200 volt 300 volt 100 volt 200 volt 300 volt
400 volt 500 volt 600 volt 400 volt 500 volt 600 volt
Plasma Katodik Plasma Anodik
Gambar 4.1. Visualisai Plasma Katodik dan Anodik
39
Universitas Indonesia
0,4
0,35 Katoda
Anoda
0,3
Arus (Ampere)
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Tegangan (Volt)
Gambar 4.2. Perbandingan Karakterisasi Plasma Katodik dan Anodik pada Sintesis Biodiesel
dengan Perbandingan Molar Minyak:Metanol sebesar 1:24, Kedalaman 0 cm,
Katalis KOH 1% dari Massa Minyak
Universitas Indonesia
(a) (b)
Gambar 4.3. (a) Plasma Saat Awal Sintesis; (b) Plasma Saat Mendekati Akhir Sintesis
Crude biodiesel yang dihasilkan (Gambar 4.4 (a)) terdiri atas dua lapisan
dimana lapisan atas sebagian besar merupakan metil ester (biodiesel) dan lapisan
Universitas Indonesia
bawah sebagian besar merupakan gliserol dan air. Crude biodiesel ini dimasukkan
ke dalam corong pemisah dan didiamkan selama 4 jam agar proses pemisahan metil
ester dari gliserol dan air berlangsung dengan baik, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.4 (b). Kemudian, kedua lapisan ini dikeluarkan dari corong pemisah ke
dua wadah berbeda. Lapisan atas disaring dengan kertas saring agar partikel padat
(hasil penggerusan katoda) dapat tersaring. Lalu, air disemprotkan ke lapisan atas
yang merupakan metil ester agar gliserol dan metanol yang masih terkandung di
dalamnya terikat oleh air dan terpisah dari metil ester. Campuran ini dimasukkan
kembali ke dalam corong pemisah dan didiamkan semalaman (sekitar 15 jam).
Selanjutnya akan terpisah seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4 (c). Lapisan bawah
hasil pemisahan kedua didominasi oleh air sehingga terlihat lebih jernih
dibandingkan lapisan bawah hasil pemisahan pertama yang didominasi oleh
gliserol. Lapisan atasnya kembali dipisahkan dari lapisan bawah dan dipanaskan
selama 2 jam pada temperatur sekitar 110-120°C (Gambar 4.4 (d)) agar metanol
dan air menguap sehingga pada akhirnya didapatkan biodiesel yang murni
(Atadashi et al., 2011). Biodiesel ini disaring kembali dengan kertas saring saat
dimasukkan ke dalam botol sampel agar benar-benar bebas dari partikel padatan
yang mungkin masih ada di dalamnya.
Universitas Indonesia
0,285 0,281
0,28
0,275
0,27
0 cm 1 cm 3 cm
Kedalaman
Gambar 4.6. Rataan Arus yang Terbaca
Universitas Indonesia
ditunjukkan dengan yield biodiesel yang semakin besar seiring penempatan katoda
yang semakin dalam, seperti ditunjukkan Gambar 4.7.
100 98,76
98
96
Yield (%) 94 92,81
92
90 88,54
88
86
84
82
0 cm 1 cm 3 cm
Kedalaman
Universitas Indonesia
(a) (b)
Gambar 4.8. Fenomena Plasma dengan Rasio Molar (a) 1:12; (b) 1:24
Universitas Indonesia
0,4
0,3
0,2
1:24
0,1
1:12
0
0 100 200 300 400 500 600
Tegangan (Volt)
99
98,9
98,8 98,76
98,7
98,57
Yield (%)
98,6
98,5
98,4
98,3
98,2
98,1
98
1:12 1:24
Rasio Molar Minyak : Metanol
Gambar 4.10. Yield Biodiesel saat Sintesis dengan Rasio Molar 1:12 dan 1:24
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Konsumsi Energi Spesifik berdasarkan Rasio Molar Minyak dengan Metanol
Volume Biodiesel Energi Konsumsi Energi
Sampel
(ml) (Joule) Spesifik (J/ml)
1:12 692 419213 605
1:24 694 499339 720
Universitas Indonesia
(a) (b)
Gambar 4.11. Fenomena Plasma dengan Tegangan Operasi (a) 300 volt; (b) 460 volt
100
98,76
99
98
Yield (%)
97
96 95,17
95
94
93
300 volt 460 volt
Tegangan Operasi
Gambar 4.12. Yield Biodiesel saat Sintesis dengan Tegangan Operasi 300 Volt dan 460 Volt
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
100
98,76
99
98
97
Yield (%)
96
95 94,14
94
93
92
91
Tanpa Gelembung Dengan Gelembung
Gambar 4.13. Yield Biodiesel saat Sintesis tanpa dan dengan Gelembung Udara
Universitas Indonesia
sekitar elektroda tempat plasma terbentuk. Akibatnya, energi yang terpakai menjadi
lebih besar untuk mendapatkan plasma yang tetap stabil.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa energi yang terpakai saat sintesis dengan
gelembung jauh lebih tinggi dibandingkan saat sintesis tanpa gelembung.
Peningkatan energi yang tidak diikuti dengan peningkatan jumlah biodiesel yang
dihasilkan sehingga konsumsi energi spesifiknya meningkat.
Universitas Indonesia
Dari hasil yang didapat, kandungan metil ester dalam biodiesel di atas 91%
mol. Sisanya adalah air, asam lemak bebas, dan trigliserida yang belum terkonversi.
Pada Lampiran C.2, tertera bahwa metil ester dalam biodiesel didominasi oleh
C18:1 (metil oleat) dan C16:0 (metil palmitat). Hasil ini sesuai dimana bahan baku
juga didominasi oleh asam oleat (36,17% mol) dan asam palmitat (29,42% mol).
Selanjutnya, data kandungan metil ester pada Tabel 4.5 ini digunakan untuk
menghitung yield sintesis biodiesel yang terlampir pada Lampiran B.3.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jika dilihat pada Tabel 4.8, sampel 1, 2, dan 3 yang merupakan percobaan
variasi kedalaman menghasilkan biodiesel dengan perbedaan angka asam yang
cukup signifkan. Semakin dalam katoda dicelupkan, interaksi kontak plasma
dengan reaktan menjadi lebih banyak sehingga kinerjanya meningkat (semakin
banyak reaktan yang bereaksi). Dengan demikian, semakin dalam katoda
dicelupkan, semakin banyak asam lemak bebas yang bereaksi dengan metanol
membentuk metil ester dan air sehingga sisa asam lemak bebas yang terukur (yang
tidak bereaksi) menjadi lebih sedikit.
Sampel 3 dan 4 yang merupakan percobaan variasi rasio molar. Sampel 3
memiliki kandungan metanol berlebih yang lebih tinggi dibandingkan sampel 4
sehingga kemungkinan reaksi antara asam lemak bebas dan metanol yang
Universitas Indonesia
menghasilkan metil ester dan air menjadi lebih besar. Dengan demikian, sisa asam
lemak bebas yang terukur dari sampel 3 menjadi lebih rendah dari pada sampel 4.
Sampel 3, 5, dan 6 yang merupakan percobaan variasi tegangan dan gelembung
udara. Ini menunjukkan tegangan operasi dan penambahan gelembung udara tidak
mempengaruhi reaksi antara asam lemak bebas dan metanol yang menghasilkan air
secara signifikan.
Jika dilihat pada Tabel 4.9, sampel 1, 2, dan 3 yang merupakan percobaan
variasi kedalaman menghasilkan biodiesel dengan perbedaan kadar air yang cukup
signifkan. Sama seperti penjelasan angka asam. Semakin dalam katoda dicelupkan,
Universitas Indonesia
semakin banyak asam lemak bebas yang bereaksi dengan metanol membentuk metil
ester dan air. Ini membuat semakin dalam katoda dicelupkan, semakin banyak air
yang dihasilkan. Sampel 3 dan 4 yang merupakan percobaan variasi rasio molar.
Sampel 3 memiliki kandungan metanol berlebih yang lebih tinggi dibandingkan
sampel 4 sehingga kemungkinan terjadinya reaksi antara asam lemak bebas dan
metanol yang menghasilkan metil ester dan air menjadi lebih besar. Dengan
demikian, kadar air sampel 3 menjadi lebih tinggi dari pada sampel 4.
Sampel 3, 5, dan 6 yang merupakan percobaan variasi tegangan dan
gelembung udara menghasilkan biodiesel dengan kadar air yang relatif sama
(cenderung tinggi). Ini menunjukkan perubahan tegangan operasi dan penambahan
gelembung udara tidak mempengaruhi reaksi antara asam lemak bebas dan metanol
yang menghasilkan air secara signifikan.
Kadar air yang masih cukup tinggi disebabkan penggunaan metanol teknis
(96% massa atau 96,8% volume), bukan metanol pro analis (99% massa atau 99,2%
volume). Metanol teknis memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Sebagai
perbandingan, dalam 750 ml, metanol teknis mengandung air sebanyak 24 ml
sedangkan metanol pro analis mengandung air hanya sebanyak 6 ml. Cara lain
untuk mengurangi kadar air selain pemanasan (drying) adalah liquid-liquid
extraction menggunakan gliserol atau adsorpsi menggunakan silica gel.
Universitas Indonesia
ini merupakan terobosan besar dimana sebelumnya konsumsi energi spesifik untuk
sintesis biodiesel dengan elektrolisis plasma masih cukup tinggi, berada di kisaran
1320-4720 J/ml (Siswosoebrotho, 2016) dan di kisaran 1330-5380 J/ml (Oktaviani,
2016). Konsumsi energi spesifik dalam percobaan ini juga lebih kecil dari pada
konsumsi energi spesifik untuk sintesis biodiesel secara konvensional, yaitu sebesar
1168 J/ml (The National Biodiesel Board, 2009).
1200
1.050
Konsumsi Energi Spesifik (J/ml)
1000
400
200
0
1 2 3 4 5 6
Sampel
Keterangan Sampel:
1 : kedalaman 0 cm, rasio molar 1:24, tegangan 460 V, tanpa gelembung udara
2 : kedalaman 1 cm, rasio molar 1:24, tegangan 460 V, tanpa gelembung udara
3 : kedalaman 3 cm, rasio molar 1:24, tegangan 460 V, tanpa gelembung udara
4 : kedalaman 3 cm, rasio molar 1:12, tegangan 360 V, tanpa gelembung udara
5 : kedalaman 3 cm, rasio molar 1:24, tegangan 300 V, tanpa gelembung udara
6 : kedalaman 3 cm, rasio molar 1:24, tegangan 460 V, dengan gelembung udara
Universitas Indonesia
600
Katoda
400
Anoda
200
0
0 1 3
Kedalaman (cm)
Gambar 4.15. Perbedaan Konsumsi Energi Spesifik Percobaan Plasma Katodik dan Anodik
Tabel 4.10. Perhitungan Konsumsi Energi Spesifik pada Percobaan Plasma Katodik dan Anodik
Volume Biodiesel Energi Konsumsi Energi Spesifik
Plasma Sampel
(ml) (Joule) (J/ml)
0 cm 622 465833 749
Katodik 1 cm 652 477310 732
3 cm 694 499339 720
0 cm 653 528264 809
Anodik 1 cm 661 597168 903
3 cm 675 613872 910
Pada Tabel 4.10, semakin dalam elektroda tercelup, volume biodiesel yang
dihasilkan plasma katodik bertambah sekitar 30-42 ml, sedangkan plasma anodik
hanya bertambah sekitar 8-14 ml. Energi yang digunakan plasma katodik
bertambah sekitar 11-22 kJ, sedangkan energi pada plasma anodik bertambah
secara signifikan sekitar 16-69 kJ. Dengan demikian, meningkatnya kedalaman
elektroda yang tercelup membuat konsumsi energi spesifik pada percobaan plasma
katodik menurun, tetapi pada percobaan plasma anodik meningkat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
1. Semakin dalam elektroda tempat terbentuknya plasma tercelup, semakin
besar yield biodiesel yang dihasilkan dan semakin rendah konsumsi energi
spesifiknya.
2. Penurunan rasio molar minyak dengan metanol dari 1:24 menjadi 1:12 tidak
berpengaruh signifikan terhadap yield biodiesel yang dihasilkan karena
yield hanya turun dari 98,76% menjadi 98,57%. Ini dapat menghemat
pemakaian alkohol dalam sintesis biodiesel. Selain itu, konsumsi energi
spesifik campuran 1:12 juga lebih rendah dibandingkan campuran 1:24.
3. Semakin banyak metanol yang digunakan, semakin lama proses pemisahan
biodiesel dari gliserol karena metanol meningkatkan kelarutan gliserol di
dalam biodiesel. Pemisahan pertama campuran 1:24 membutuhkan waktu 4
jam sementara campuran 1:12 hanya membutuhkan waktu 10 menit.
4. Pada tegangan operasi yang jauh lebih tinggi dari VD, yield biodiesel yang
dihasilkan dan konsumsi energi spesifiknya juga lebih tinggi.
5. Percobaan dengan gelembung udara menghasilkan yield biodiesel yang
lebih rendah dan konsumsi energi spesifik yang lebih tinggi dibandingkan
percobaan tanpa gelembung udara.
6. Konsumsi energi spesifik saat menggunakan plasma katodik berada di
kisaran 720-749 J/ml, lebih rendah dibandingkan percobaan plasma anodik
yang berada di kisaran 809-910 J/ml untuk percobaan yang sama.
7. Densitas, viskositas kinematik, dan angka asam produk biodiesel yang
dihasilkan pada percobaan ini telah memenuhi spesifikasi SNI. Hanya kadar
air belum memenuhi spesifikasi SNI karena masih lebih tinggi dari batas
maksimum yang diperbolehkan. Ini disebabkan penggunaan metanol teknis
sebagai bahan baku memiliki kandungan air yang tinggi.
60
Universitas Indonesia
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Memodifikasi reaktor untuk meminimalkan hilangnya metanol yang
menguap dan keluar dari reaktor karena jumlah metanol yang menguap dan
keluar dari reaktor cukup besar, di kisaran 22,4% – 29,1% dari total volume
awalnya. Jika mungkin, membuat sistem pendinginan metanol yang telah
menguap sehingga dapat mengembun dan masuk kembali ke reaktor selama
sintesis berlangsung.
2. Mencoba merancang sistem injeksi gelembung udara yang lebih baik, yakni
gelembung udara dapat langsung kontak dengan ujung elektroda tempat
plasma terbentuk sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh viskositas larutan
dan efek putaran pengadukan.
3. Menggunakan bahan metanol pro analis yang memiliki kandungan air yang
sangat rendah agar kadar air produk biodiesel yang dihasilkan dapat
memenuhi spesifikasi SNI. Cara lain adalah memanaskan biodiesel di oven
lebih lama atau menggunakan metode pengeringan lain, seperti liquid-liquid
extraction dengan larutan gliserol atau adsorpsi dengan silica gel.
4. Menggunakan material lain yang tidak mudah tergerus atau gosong sebagai
pelindung elektroda tempat plasma terbentuk (selain kaca kuarsa yang telah
digunakan saat ini).
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
Gao, J., Wang, X., Hu, Z., Deng, H., Hou, J., Lu, X., dan Kang, J. (2003). Plasma
Degradation of Dyes in Water with Contact Glow Discharge Electrolysis.
Water Research, 37, pp. 267-272.
Gao, J., Yu, J., Lu, Q., He, X., Yang, W., Li, Y., Pu, L. dan Yang, Z. (2008).
Decoloration of Alizarin Red S in Aqueous Solution by Glow Discharge
Electrolysis. Dyes and Pigments, 76, pp. 47-52.
Guan, G. dan Kasukabe, K. (2009). Synthesis of Biodiesel Fuel using an
Electrolysis Method. Chemical Engineering Journal, 153, pp. 159-163.
Guan, G. dan Kasukabe, K. (2009). Transesterification of Vegetable Oil to
Biodiesel Fuel Using Acid Catalysis in The Presence of Dimethyl Eter. Fuel
Journal, 88, pp. 81-86.
Gupta, S.K.S. dan Singh, O.P. (1998). A Study on The Origin of Nonfaradaic
Behaviour of Anodic Contact Glow Discharge Electrolysis. Journal of The
Electrochemical Society. pp. 439-448.
Gupta, S.K.S. dan Singh, O.P. (1991). Contact Glow Discharge Electrolysis: A
Study of Its Onset and Location. J. Electroanal. Chem., 301, pp. 189-197.
Hardadi, R. (2015). Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan
Upaya Pertamina dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional. [pdf]
Jakarta: Pertamina. Tersedia di:
http://www.migasreview.com/upload/d/c%7Bca%7DKondisiPasokandanP
ermintaanBBMdiIndonesiadanUpayaPertaminaDalamPemenuhanKebutuh
anBBMNasional%7Bca%7D2015-02-04%7Bca%7D05-53-
57%7Bca%7D1421138112.pdf [Diakses pada 15 September 2016].
Helwani, Z., Othman, M.R., Aziz, N., Fernando, W.J.N., dan Kim, J. (2009).
Techonologies for Production of Biodiesel Focusing on Green Catalytic
Techniques: A Review. Fuel Process Technology, 90, pp. 1502-1514.
Istadi, I., Yudhistira, A. D., Anggoro, D. D., dan Buchori, L. (2014). Electro-
Catalyst System for Biodiesel Synthesis from Palm Oil over Dielectric-
Barrier Discharge Plasma Reactor. Bulletin of Chemical Reaction
Engineering and Catalysis, 2, pp. 111-120.
63
Universitas Indonesia
Jiang, B., Zheng, J., Qiu, S., Wu, M., Zhang, Q., Yan, Z. dan Xue, Q. (2013). Review
on Electrical Discharge Plasma Technology for Wastewater Remediation.
Shandong: China University of Petroleum, pp. 348-369.
Jin, X. Wang, X., Yue, J., Cai, Y. dan Zhang, H. (2010). The Effect of Electrolyte
Constituents on Contact Glow Discharge Electrolysis. Electrochimica Acta
Journal, 56(2), pp. 925-928.
Kalnes, T., Marker, T. dan Shonnard, D.R. (2007). Green Diesel: A Second
Generation Biofuel. International J Chem Reactor Eng., [online] 5(1), pp.
748. Tersedia di: https://doi.org/10.2202/1542-6580.1554. [Diakses pada 27
April 2017].
Karagiannidis, A. (2006). Biodiesel Feedstock, Production and Uses. Dalam:
Siapkas, P., Karagiannidis, A., Samaras, P., Gidarakos E., Nikolaidis, N.
dan Christodoulatos, C., ed., World Sustainable Energy Days. Greece, pp.
617-618.
Kozáková, Z. (2011). Electric Discharges in Water Solutions. Brno, Czech
Republic: Brno University of Technology, pp. 12.
Lee, J.S. dan S. Saka. (2010). Biodiesel Production by Heterogeneous Catalyst and
Supercritical Technologies. Bioresource Technology, 101, pp. 7191-7200.
Lee, D.W., Park, Y.M. dan Lee, K.Y. (2009). Heterogeneous Base Catalysts for
Transesterification in Biodiesel Synthesis. Catal. Surv. Asia, 13, pp. 63-67.
Lesko, T., Colussi, A.J. dan Hoffmann, M.R. (2006). Sonochemical Decomposition
of Phenol: Evidence for a Synergetic Effect of Ozone and Ultrasound for
The Elimination of Total Organic Carbon from Water. Environmental
Science Technology, 40, pp. 6818-6823.
Lide, D.R. (2005). CRC Handbook of Chemistry and Physics, 86th ed. Boca Raton
(FL): CRC Press., pp. 2-3.
Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D.E., Suwannakarn, K., Bruce, D.A. dan Goodwin, Jr.
(2005). Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis. Ind. Eng. Chem. Res., 44,
pp. 5353-5363.
64
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
Kandungan trigliserida dalam bahan baku didapat berdasarkan hasil uji GCMS
yang dilampirkan pada Lampiran C.1.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
73
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kadar air dari bahan baku minyak ditunjukkan oleh Sampel 1 pada gambar berikut.
Universitas Indonesia