Laporan Pratikum Fisiologi Ekg
Laporan Pratikum Fisiologi Ekg
BLOK KARDIOVASKULER
Nim : 41110077
Grup :I
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.PENDAHULUAN
Jantung merupakan organ yang penting dalam tubuh manusia, karena jantung
mempunyai fungsi memompakan darah, melalui pembuluh darah keseluruh
jaringan(Tortora,2009,page 718). Dalam memompa darah keseluruh tubuh dibutuhkan
mekanisme kontraksi dan relaksasi yang dilakukan oleh otot jantung tersebut. Jantung
mempunyai keunikan tersendiri yaitu dapat bekerja secara otomatis tanpa adanya stimulasi
dari saraf otonom, hal ini disebabkan otot jantung terdiri dari sel kontraktil yang merupakan
penyusun jantung terbanyak yaitu 99% dan sel autoritmik yang menyusun otot jantung
sebanyak 1%. Walaupun jumlah dari sel autoritmik jantung tidak sebanyak sel kontraktil,
namun sel autoritmik merupakan penginisiasi dan pengkonduksi dari potensial aksi yang
beperan dalam kontraksi maupun relaksasi otot jantung, fungsi dari sel autoritmik sering
disebut sebagai pace maker(sherrwood’s,2010,page 309). Respon jantung terhadap aktivitas
fisik akan saling berbeda. Dimana, apabila seseorang sedang dalam keadaan beristirahat
kerja jantung akan lebih lambat sedangkan apabila seseorang melakukan aktivitas berat
seperti berlari maka kerja jantung akan meningkat hal ini karena jantung harus berusaha
memompa darah keseluruh tubuh agar pasokan O2 di jaringan menjadi tercukupi.
Sewaktu impuls melewati jantung, arus listrik juga akan menyebar dari jantung
ke dalam jaringan di dekatnya di sekeliling jantung, dimana sebagian kecil dari arus listrik
ini akan menyebar ke segala arah diseluruh tubuh. Bila pada kulit yang berlawanan dengan
sisi ditempatkan elektroda, maka potensial listrik yang dicetuskan akan dapat direkam,
rekaman ini sebagai elektrokardiogram(Guyton,2008,hal 128). Sebelum digunakan
Elektrokardiogram terlebih dahulu dibakukan agar dibaca secara umum. Elektrokardiogram
direkam pada kertas standar yang mempunyai kecepatan 25 mm/detik. Kertas tersebut
terbagi dalam kotak besar, yang masing-masing mempunyai ukuran 5 mm dan setara dengan
0,2 detik atau dengan kata lain 1 kotak kecil setara dengan 1mm dan ditempuh dalam waktu
0,04 detik(Francis Morris,2003).
B. TUJUAN
DASAR TEORI
Pada saat sel mendapat stimulus potensial listrik pada membran sel otot berubah
dibandingkan dengan potensial diluar sel. Perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi
dari waktu disebut potensial aksi ( Sunoto Pratanu,2009, hal 1523).
Potensial aksi pada serabut kontraktil otot jantung terdiri dari 3 fase :
a. Deporalisasi : Terjadi ketika gerbang cepat dari Na+ terbuka, sehingga ion natrium
masuk dalam sitosol serabut kontraktil dan meningkatkan potensial membrane dari -
90 mV menjadi + 20 mV.
b. Plateu : adalah suatu periode garis lurus dimana potensial membrane mendekati 0 mV
karena jumlah ion kalsium yang masuk dalam sitosol seimbang dengan jumlah ion
kalium yang keluar.
c. Repolarisasi : Fase pengembalian potensial mebran ke -90 mV, karena penutupan
gerbang kalsium dan pengeluaran ion kalium dari dalam sel. (Tortora,2009,page 734).
Mekanisme dari potensial aksi pada jantung juga dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis( nervus vagus). Efek dari saraf simpatis adalah menstimulasi nodus SA untuk
2+
meningkatkan pemasukan Ca kedalam intrasel sehingga memacu sel otot jantung
kontraksi. Sedangkan efek saraf parasimpatis adalah menurunkan permeabilitas ion K+
dengan cara melepaskan asetilkolin sehingga memacu sel otot jantung
berelaksasi(Sherrwoods,2010. Page 325-326 ).
Proses penjalaran listrik pada otot jantung disebut konduksi. Sistem konduksi jantung
terdiri dari : Simpul Sinoatrial ( Nodus sinus ) Sistem konduksi intra atrial, Simpul ario-
ventrikular ( sering disebut nodus atrioventrikular),Berkas His ,Cabang berkas ,Fasikel
Bercabang ,Serabut purkinje( Sunoto Pratanu,2009, hal 1523).
Kriteria sinus normal : Irama sinus normal adalah irama yang ditentukan oleh simpul
SA dan disebut IRAMA SINUS dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Sumber : (Guyton,2006)
Umur : Bayi cenderung mempunyai detak jantung yang cepat yaitu sekitar 120 kali/
menit
Jenis kelamin: Wanita dewasa muda mempunyai kecenderungan memiliki detak
jantung yang lebih tinggi dari pria, hal ini diduga karena pengaruh hormonal.
Kebugaran fisik / aktifitas fisik.
Suhu Tubuh : Peningkatan suhu tubuh meningkatkan pengeluaran impuls dari nodus
SA, yang meningkatkan detak jantung
Hormon (Tortora,2009,page 743).
BAB III
METODOLOGI
A.ALAT
a. Set elektrokardiograf
b. Gel/kapas beralkohol
c. Tissue
d. Sphygmomanometer
e. Stetoskop
f. Tempat tidur
g. Meja tinggi 40 cm
h. Stopwatch
B. CARA KERJA
A. HASIL
Saat istirahat
Tekanan sistolik Tekanan diastol PP(Pulse Preasure) MAP(Mean Artery Preasure )
1 120 mmHg 80 mmHg 40 mmHg 93,3 mmHg
B. PEMBAHASAN
SAAT ISTIRAHAT
Dari hasil praktikum di atas diperoleh tekanan darah dari probandus adalah 120/80
mmHg, PP 40 mmHg dan MAP adalah 93,3 mmHg, hal-hal ini tergolong dalam kategori
yang normal.
Pada saat istirahat sistem saraf parasimpatis (nevus vagus) berperan sangat
dominan, dimana sistem saraf simpatis akan menurunkan tekanan darah dengan cara
mengeluarkan asetilkolin dari ujung saraf nevus yang menyebabkan penurunan detak
jantung dengan cara menekan depolarisasi spontan dari sel autoritmik pada jantung atau
dengan cara meningkatkan permeabilitas dari ion K+ , hal tersebut juga yang menyebabkan
tekanan darah pada probandus normal.
TINJAUAN EKG
Terlihat pada hasil EKG probandus frekuensi denyut jantungnya adalah 60 kali/menit,
hasil ini masih tergolong normal (Batas normal: 60-100 kali/menit ), axis jantung dari
probandus positif ketika diukur pada lead I positif dan pada aVF positif artinya jantung
berada pada kuadran kanan bawah.
Pada otot jantung, potensial akan menjalar dari nodus SA, nodus AV, berkas HIS dan
serabut purkinje. Potensial aksi menyebar dari Nodus SA ke Nodus AV dalam waktu 0,03
detik. Ketika serabut kontraktil pada atrium depolarisasi maka, muncul gelombang P pada
EKG, setelah itu atrium mengalami kontraksi ( sistol atrium). Konduksi pada nodus AV
melambat, karena diameternya kecil dan adanya gap junction lebih sedikit. Terjadi
perlambatan sekitar 0,1 sekon, yang memberikan atrium waktu untuk berkontaksi, yang
menambah jumlah darah pada ventrikel, sebelum ventrikel berkontraksi. Potensial aksi
menyebar secara cepat pada bundle of HIS. Sekitar 0,2 sekon setelah onset dari gelombang P,
Potensial aksi telah menyebar melalui berkas HIS ,purkinje fibers dan seluruh miokardium
ventrikel. Progres dari depolarisasi itu menghasilkan kompleks QRS. Pada saat yang
bersamaan terjadi reporalisasi dari atrium, namun tertutup dari interval QRS. Reporalisasi
dari serabut kontraktil ventrikel berawal pada apex dan menyebar melalui miokardium
ventrikel. Peristiwa ini menghasilkan gelombang T pada EKG dan terjadi sekitar 0,4 sekon
setelah gelombang P,singkatnya setelah gelombang T mulai, ventrikel mulai untuk relaksasi(
ventrikel diastole). Setelah 0,6 sekon, reporalisasi dari ventrikel selesai dan serabut kontraktil
dari ventrikel relaksasi.
Pada probandus didapat bahwa gelombang P yang normal, yaitu lebarnya kurang
0,11 detik dan tingginya kurang dari 3 mm, interval PR yaitu 0,16 detik yang tergolong
normal (Batas normal:0,12-0,20 detik), Interval QRS yaitu 0,04 detik yang tergolong
normal( normal :< 0,12 detik.), interval QT yaitu 0,36 detik{ Nilai normal :0,42 detik(laki-
laki) &0,43 detik(wanita)} secara teori yang didapatkan hasil ini tidak tergolong
normal,namun hal ini mungkin disebabkan oleh ketidaktepatan dari praktikan menghitung,
segment PR pada probandus yaitu 0,08 detik yang tergolong normal dan segment ST 0,12
detik yang tergolong normal, dimana tidak terjadi elevasi maupun depresi pada segment ST
yang dapat menandakan adanya infark pada jantung.
Setelah mempertimbangkan hasil EKG dari probadus, praktikan mendapatkan bahwa
irama jantung dari probandus adalah irama sinus, karena sesuai dengan kategori yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya.
SAAT BERAKTIFITAS
Dari hasil praktikum di atas diperoleh tekanan darah dari probandus adalah 130/80
mmHg, PP 50 mmHg dan MAP adalah 96,6 mmHg, denyut jantung menjadi 100 kali /menit.
Terlihat adanya kenaikan pada tekanan darah dan dan denyut jantung pada probandus, hal ini
dapat tejadi karena pada tubuh manusia terdapat sistem saraf yang mengatur denyut jantung
berada pada cardiovascular center pada medulla oblongata. Sebelum aktifitas fisik dimulai,
khususnya pada situasi kompetitif, denyut jantung mungkin akan meningkat. Ketika aktifitas
fisik dimulai, propioseptor yang mengontrol posisi anggota tubuh dan otot mengirim impuls
saraf dengan frekuensi yang meningkat ke cardiovascular center. Impuls dari propioseptor
adalah stimulus utama yang meningkatkan detak jantung dengan cepat ketika adanya aktifitas
fisik. Reseptor sensoris lain yang memberikan input pada cardiovascular center adalah
chemoreceptors, yang memonitor perubahan kimia pada darah dan Baroreseptor yang
memonitor adanya perubahan pada dinding arteri dan vena yang diakibatkan oleh tekanan
darah yang mengalir melalui mereka. Akibat peningkatan denyut jantung, terjadi peningkatan
tekanan darah pada probandus, peningkatan denyut jantung terjadi agar jaringan tubuh dapat
memperoleh aliran darah yang adekuat sehingga kebutuhan oksigen untuk metabolisme
terpenuhi.
TINJAUAN EKG
Pada hasil pemeriksaan EKG probandus didapatkan kenaikan denyut jantung menjadi 100
kali/ menit, ini menunjukan adanya respons fisiologis dari jantung. Pada Interval PR menjadi
0,12 detik, hal ini masih tergolong normal namun terjadi penurunan waktu dibandingkan
dengan saat istirarahat, hal ini terjadi karena ada pengaruh dari saraf simpatis. Impuls dari
saraf simpatis merangsang pengeluaran norepinerfin yang akan mengakibatkan :
1. Pada nodus SA, norepinefrin akan mempercepat deporalisasi dari nodus SA sehingga
detak jantung akan meningkat
2. Pada serabut kontraktil jantung, melalui atrium dan ventrikel, norepinefrin akan
memacu pemasukan ion kalsium melalui gerbang kalsium lambat, yang meningkatkan
kontraktilitas dari jantung.
Sehingga terjadi pada pemendekan waktu interval PR. Pada interval QRS diperoleh hasil 0,04
detik, hasil ini masih tergolong normal. Interval QT 0,32 detik, hasil ini masih tergolong
normal dan mengalami penurunan dari saat beristirahat, hal ini juga disebabkan oleh efek
saraf simpatis. Segment PR dan QT masing-masing 0,04 detik dan 0,08 detik, hasil ini masih
tergolong normal.
Dari hasil-hasil di atas, praktikan mendapatkan bahwa irama jantung probandus masih
tergolong irama sinus.
BAB V
KESIMPULAN
1. Adanya aktifitas listrik yang terjadi pada jantung dapat direkam dan diinterpretasikan
menggunakan EKG.
2. Adannya respons fisiologis dari Jantung terhadap berbagai aktifitas fisik yang
berbeda.
3. Terdapat sel autoritmik pada jantung yang mempunyai kemampuan sebagai pace
maker.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA