Oleh
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
:
:
:
:
:
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jantung merupakan organ dalam paling vital yang terdapat pada tubuh
manusia. Jantung berfungsi sebagai pemompa darah untuk pernafasan manusia.
Karena fungsinya yang berkaitan erat dengan kehidupan, aktivitas jantung dapat
dikaitkan juga dengan kondisi fisik seseorang. Aktivitas jantung manusia dapat
diamati dan direkam dengan menggunakan alat yang disebut sebagai
elektrokardiogram (Chitrahadi et al., 2011).
Electrocardiogram (ECG) merupakan sinyal fisiologis yang dihasilkan
oleh aktifitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam menggunakan perangkat
electrocardiograph. Perangkat ECG terdiri dari elektroda, penguat biopotensial,
filter, perangkat pengolah sinyal dan perangkat peraga. ECG (elektrocardiogram)
adalah alat medis yang mendeteksi kelainan jantung dengan mengukur aktivitas
elektrik yang dilakukan oleh jantung seperti memompa darah melalui arteri
(Patrick, 2008). Macam teknik pemrosesan sinyal telah digunakan untuk
menyaring sinyal EKG baku sebelum untuk ekstraksi fitur dan diagnosis
gangguan medis. Tipikal EKG selalu rusak oleh gangguan listrik dari peralatan
sekitarnya (misalnya efek dari pasokan listrik), pengukuran (atau kontak
elektroda) kebisingan, elektromiografi (kontraksi otot), pergerakan, hanyutan
tingkat normal dan pernapasan dan kebisingan instrumentasi (seperti perubahan
dari analog ke proses konversi digital) (Mc Sharry, 2008).
ECG menggunakan suatu elektroda aktif atau eksplorasi yang
dihubungkan dengan elektroda indiferen (rekaman unipolar) pada potensial nol
atau diantara dua elektroda aktif. Elektrokardiogram (ECG disebut juga EKG)
mengungkapkan fitur yang unik bagi seorang individu. EKG pengolahan logis
mengikuti serangkaian percobaan dengan metrik diukur. Penyaring data dirancang
berdasarkan mengamati sumber-sumber gangguan. Fiducial poin diidentifikasi
pada data yang disaring dan diambil secara digital untuk setiap detak jantung. Dari
yang fiducial poin, fitur yang stabil dihitung yang menjadi ciri keunikan seorang
individu. Tes menunjukkan bahwa diekstrak fitur yang independen terhadap lokasi
sensor, invarian terhadap keadaan kecemasan individu, dan keadaan yang unik
pada kondisi tertentu (Gervais, 2009).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung jumlah detak jantung
per menit pada individu dengan kondisi fisiologis berbeda.
II.
2.1
Materi
Alat
yang
digunakan
dalam
praktikum
ini
adalah
ECG
2.2
Cara Kerja
A. Persiapan alat
Alat ditempatkan pada posisi yang tepat untuk demonstrasi. Osiloscope
dan recorder dihubungkan dalam groudeed outlet yang tepat, yaitu power pada
posisi off. Kabel recorder dihubungkan ke jek pada belakang osiloscope. ECG
lead selector dihubungkan ke dalam input jack dari bagian bioamplifier pada
bagian depan oscilloscope. Kabel ECG lead selector switch dihubungkan.
Oscilloscope diputar pada posisi on selanjutnya recorder pada posisi standby.
B. Setting oscilloscope
Bio-amp gain : 500
Low Frequency Filter : 1 Hz
High Frequency Filter : 100 Hz
Sweep Speed : 4 x 100 MS/DiV
Vertical Input Mode : PreAmp
Stimulator Mode Switch : Off
C. Persiapan Subjek
1. Sebjek melepas jam tangan, kaos kaki dan sepatu.
2. Permukaan sebelah dalam tangan dan bawah betis kaki kanan dan kiri
dibersihkan dengan menggunakan alkohol.
3. Gel elektroda dioleskan pada permukaan tiap pelat elektroda.
4. Elektroda ditempakan pada permukaan dalam pergelangan tangan kanan
dan kiri, sebelah dalam bawah betis tepat diatas tulang engkel. Elektroda
ditempatkan dengan menggunakan strap elektroda. Strap harus cukup kuat
menahan elektroda pada kulit, tetapi tidak begitu keras menghambat
sirkulasi.
5. Osiloskop diatur pada kondisi standar yang akan terlihat pada monitor dan
kertas grafik atau elektrokardiogram yang memperlihatkan garis horizontal
yang konstan.
III.
3.1
Hasil
Tabel 3.1.1. Data Elektrisitas Jantung
No
Perlakuan
Denyut Jantung/menit
Wanita diam
94
Pria diam
89
Wanita jalan
93
Pria jalan
80
Wanita lari
160
Pria lari
140
Wanita kurus
64
Pria kurus
71
Wanita gemuk
94
10
Pria gemuk
98
3.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan denyut jantung yang berbeda
untuk beragam aktivitas. Wanita yang melakukan aktivitas diam memiliki denyut
jantung sebanyak 76/menit. Pria dengan posisi diam memiliki denyut jantung
sebanyak 80/menit, wanita dengan posisi jalan memiliki denyut jantung 83/menit,
pria dengan posisi jalan memilki denyut jantung 110/menit, wanita dan pria denga
posisi lari memilki denyut jantung yang sama yaitu 138/menit, wanita dan pria
kurus masing-masing memiliki denyut jantung 90/menit dan 83/menit sedangkan
pada wanita gemuk dan pria gemuk memiliki denyut jantung yaitu sebanyak
86/menit dan 100/menit. Hal ini membuktikan bahwa denyut jantung dipengaruhi
oleh sejumlah aktivitas dan kondisi fisiologis yang berbeda pada tiap individu.
Menurut Knight (1995) perangsang syaraf dapat meningkatkan kerja jantung, pria
yang memiliki badan berlebih (obesitas) memiliki denyut jantung sebanyak
79/menit, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan berat badan yang lebih
besar cenderung memiliki denyut jantung yang semakin lambat. Wanita yang
berbadan kurus mempunyai denyut jantung 88/menit. Wanita normal yang
berjalan santai mempunyai denyut jantung 94/menit.
ECG (elektrocardiogram) adalah rekaman fluktuasi potensial aksi serabut
myocardium selama siklus jantung. ECG menggunakan suatu elektroda aktif atau
eksplorasi yang dihubungkan dengan elektroda indiferen pada potensial nol atau
diantara dua elektroda aktif (Ganong, 1995). Penghantaran gelombang
depolarisasi, yang umumnya disebut sebagai impuls jantung yang melewati
jantung akan mengakibatkan adanya aliran listrik yang menyebar ke dalam
jaringan di sekeliling jantung, dan sebagian kecil akan menyebar ke segala arah di
permukaan tubuh. Bila pada kulit yang berlawanan (bagian kulit) dengan sisi
jantung ditempatkan sebuah elektroda, maka dapatlah direkam potensial listrik
yang dicetuskan oleh jantung itu, rekaman ini dikenal dengan elektrokardiogram
(Guyton, 1995).
Elektrokardiogram memperlihatkan gelombang-galombang P, Q, R, S, T.
Gelombang-gelombang ini merupakan tegangan listrik yang ditimbulkan oleh
jantung dan direkam oleh elektrokardiogram dari permukaan tubuh. Gelombang P
disebabkan oleh penyebaran depolarisasi melewati atrium, yang diikuti oleh
kontraksi atrium yang menyebabkan sedikit kenaikan kurva tekanan atrium segera
setelah gelombang P. Sekitar 0,16 detik setelah timbul gelombang P, muncul
gelombang Q, R, S sebagai akibat dari depolarisasi pada ventrikel mulai
berelaksasi. Gelombang tanaman terjadi sesaat sebelum akhir kontraksi ventrikel
dan gelombang sering disebut repolarisasi (Hill, 1989).
Electrocardiogram terdiri dari osiloscope, recorder, LED serta sebuah seri
gelombang lambat (slow wave), defleksi naik (negatif) yang disebut P, R, S, dan T,
defleksi turun Q dan S. Gelombang P menghubungkan serambi jantung, interval
PR menunjukkan kelambatan cabang auriculoventricular dan QRS berhubungan
dengan ventrikel. Gelombang T mengindikasikan repolarisasi awal bagian kiri dan
T sebaliknya, mengindikasikan repolarisasi awal pada bagain kanan jantung
(Proscer and Brown, 1965).
Keteran
gan :
-
P : Depolarisasi atria
T : Repolarisasi atria
2.
3.
4.
5.
(Gordon, 1986). Kontraksi pada jantung mamalia dimulai dari nodus sinus.
Kontraksi menyebar cepat keseluruh otot pada kedua atrium, beberapa saat
kemudian ke otot ventrikel. Lembar jaringan yang disebut atrioventicular bundle
mengkonduksi impuls ke ventrikel yang kemudian, setelah penudaan sesaat yang
dihasilkan dari konduksi, berkontraksi secara simulatan terjadi manakala
gelombang kontraksi mencapai sekat antara atria dan ventrikel (Proscer dan
Brown, 1965). Kontraksi jantung diregulasi oleh karbondioksida dalam darah
akan meningkatkan kecepatan kontraksi jantung (Ganong, 1995). Kelainankelainan yang terjadi pada denyut jantung yaitu tachycardia dan bradycardia.
Tachycardia yaitu kerja denyut jantung yang melebihi normal atau diatas normal.
Sedangkan bradycardia kerja denyut jantung di bawah normal (Gordon, 1986).
Umur, jenis kelamin, fitnes fisik dan temperatur biasanya mempengaruhi
tempo jantung dalam keadaan istirahat. Semakin kecil umur semakin besar tempo
jantungnya. Bayi yang baru lahir dalam keadaan istirahat frekuensi denyut
jantungnya 120 permenit, pada orang dewasa normal frekuensi denyut jantung
dalam keadaan istirahat 75 denyut permenit. Penurunan temperatur tubuh
menurunkan ritme jantung dan kekuatan kontraksi. Temperatur tersebut biasa
karena demam atau latihan fisik (Tortora, 2001). Denyut jantung juga dipengaruhi
oleh adanya CO2. Apabila konsentrasi CO2 meningkat, maka denyut jantung juga
akan meningkat (Gordon, 1986).
Menurut Gordon (1986), denyut jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1.
2.
tubuhnya masih kecil dan pengaruh hambatan dari N. Vagus belum berkembang.
Faktor fisiologik lainnya yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung yaitu
execise otot, temperatur lingkungan yang tinggi, digesti, keadaan tidur, jenis
kelamin ( Guyton, 1995).
Ritme jantung yang tidak reguler (arrythmia) dapat dideteksi dengan
elektrokardiogram. Arrythmia tidak selalu merupakan indikasi jantung dalam
kondisi abnormal, sebab atlet yang sangat terlatih dengan latihan keras dapat
memiliki jantung rehat dibawah rata-rata normal, yaitu dengan denyut jantung
kurang lebih 46 denyut/menit, yang disebut bradycardia. Orang yang mengalami
stress dan latihan-latihan berat sering kali menyebabkan denyut jantungnya lebih
dari 100 denyut/menit, yang disebut trachycardia (Silverthorn, 2001).
Aritmia terjadi karena dua alasan yaitu akibat reperfusi zat-zat yang
dibutuhkan dalam metabolisme jaringan jantung (aritmia reperfusi) atau akibat
dari pengaliran kembali arus listrik pada sistem konduksi jantung (aritmia reentri).
Peristiwa aritmia reperfusi atau aritmia reentri ini terjadi akibat perubahan
kimiawi maupun anatomi otot jantung. Perubahan tersebut dapat merubah pintu
ion homeostatis (Lelana et al., 1997).
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
Barness, R. D. 1965. Invetebrata Zoology. W. B. Sounders Company, London.
Chitrahadi, Edward, Tieta Antaresti, dan Aniati Murni Arymurthy. 2011. Ekstraksi
Fitur Fraktal dan Morfologi Sinyal Electrokardiogram Pemanfaatannya
dalam Klasifikasi Deep. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Gordon, Malcolm. 1986. Animal Physiologi. Mac Millan Publisher. LTD, London
Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran ECG. Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
Guyton, A. C. 1995. fisiolgi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
Gervais, Renaud., Christophe Leclercq, Aparna Shankar. 2009. Surface
electrocardiogram to predict outcome in candidates for cardiac
resynchronization therapy: a sub-analysis of the CARE-HF trial. European
Journal of Heart Failure, 11, 699705.
Hill, R. Wyse, G. 1989. Animal Physiology. Harper Collins Publisher Inc. New
York.
Knight, J. F. 1995. Jantung Kuat Bernafas Lega. Indonesia Publishing House,
Bandung.
Lelana, A., E. S. Hayes, L.R. Hasibuan, M. J. Walker, I. N. Budiarsa, T. Ungerer
dan B. Sajuthi. 1997. Studi Pendahuluan : Monyet Ekor Panjang; sebagai
Hewan Model Aritmia Jantung. Jurnal Primatologi ISSN, 1410-53-73.
Patrick
Generating