Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

PENDAHULUAN Salah satu metode untuk pemodelan 3D


Latar Belakang objek adalah fotogrametri rentang dekat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor Dengan metode ini akan menghasilkan model
11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar Budaya 3D sesuai kenyataan (radiometrik dan
menjelaskan bahwa cagar budaya adalah geometrik) sehingga dapat digunakan sebagai
warisan budaya bersifat kebendaan berupa dokumentasi (Cowley, 2011).
benda cagar budaya di darat dan/atau di air Fotogrametri rentang dekat (close range
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena photogrammetry) merupakan cabang dari ilmu
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu fotogrametri, yang membedakannya adalah
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau posisi kamera dengan objek tersebut.
kebudayaan melalui proses penetapan. Dalam Fotogrametri jarak dekat muncul pada saat
undang-undang tersebut disebutkan bahwa teknik ini digunakan untuk objek yang dipotret
pelestarian adalah upaya dinamis untuk dengan jarak kurang dari 100 meter dan posisi
mempertahankan keberadaan cagar budaya dan kamera dekat dengan objek tersebut
nilainya dengan cara melindungi, (Hugemann, 2010). Cara pengambilan data
mengembangkan, dan memanfaatkannya. pada fotogrametri jarak dekat dibagi menjadi
Undang-Undang No. 11 pasal 53 ayat 4 juga tiga cara, yaitu pengambilan foto secara
mengatur bahwa pelestarian cagar budaya harus terestris, pengambilan foto secara aerial dan
didukung oleh kegiatan pendokumentasian dengan metode kombinasi keduannya.
sebelum dilakukan kegiatan yang dapat Metode fotogrametri jarak dekat digunakan
menyebabkan terjadinya perubahan untuk mengambil data dengan teknik
keasliannya. Pendokumentasian tersebut tidak pengambilan data terestris dan aerial. Objek
hanya terbatas untuk mengetahui dimensi yang diambil adalah Monumen Jenderal
geometri cagar budaya, namun juga terkait Soedirman yang berada di Jl.Yos Sudarso,
dengan seberapa besar perubahan dimensi Surabaya, Jawa Timur.
geometri yang terjadi dalam rentang waktu Monumen Jenderal Sudirman ini terletak di
tertentu. Salah satu metode pendokumentasian tengah-tengah sebuah taman memanjang yang
cagar budaya yang saat ini sedang mengalami membelah Jl. Yos Sudarso, Surabaya, sekitar
perkembangan adalah metode pemodelan tiga 50 m setelah melewati jembatan yang melintas
dimensi Kali Mas, menuju ke Gedung Balai Kota dari
Pemanfaatan metode pendokumentasian arah Balai Pemuda. Monumen ini diresmikan
dengan pembuatan model tiga dimensi dari oleh Presiden Soeharto pada 10 November
benda atau kawasan cagar budaya memberikan 1970.
banyak keuntungan di antaranya dapat Pada praktikum ini akan dibuat model tiga
diperoleh data dokumentasi yang memiliki dimensi monumen tersebut dengan
bentuk dan dimensi obyek yang teliti dan menggunakan metode Structure from Motion.
mudah untuk disimpan. Oleh karena itu dewasa Diharapkan dapat membantu rekonstruksi
ini pembuatan model tiga dimensi untuk Monumen Jenderal Soedirman apabila terjadi
kepentingan dokumentasi benda maupun sesuatu yang dapat merubah bentuk dan ukuran
kawasan cagar budaya sangat diperlukan dalam di masa yang datang sehingga warisan budaya
kegiatan pelestarian sehingga mampu ini dapat dinikmati oleh generasi yang akan
mempertahankan unsur-unsur karya budaya datang.
yang ada dalam keadaan cukup lengkap
sedemikian rupa sehingga masih mampu Maksud dan Tujuan
memberikan gambaran yang utuh tentang cagar Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah :
budaya yang ada dan mencerminkan nilai-nilai
penting yang dikandungnya.
1. Dapat membuat model 3D suatu cagar Pada awalnya teknologi SfM dikembangkan
budaya dengan metode Structure from untuk membangun model tiga dimensional dari
Motion obyek dua dimensional seperti foto (image).
Meskipun tergolong baru dalam kajian
2. Dapat mengetahui akurasi model 3D
geografi, namun pada dasarnya teknologi SfM
yang dibuat dengan metode Structure ini telah dikembangkan sejak akhir tahun 1970
from Motion. dibidang teknik komputer (Ullman, 1979).
Konsep utama dari SfM adalah ilmu
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA fotogrametri yaitu melakukan pengukuran
secara kuantitatif menggunakan gambar hasil
Fotogrametri Jarak Dekat
fotografi kamera. Perbedaan yang mendasar
Foto udara dianggap merupakan proyeksi diantara keduanya adalah pada teknik SfM
sentral, dengan kamera sebagai pusat proyeksi. tidak diperlukan seting awal kamera seperti
Oleh karena itu setiap titik objek selalu posisi dan arah kamera.
dihubungkan oleh garis sinar ke titik yang Dalam tehnik SfM juga tidak diperlukan
bersesuaian pada foto, melalui kamera. Kadaan kalibrasi gambar stereoskopis yang dihasilkan.
segaris antara titik obyek yang diamati, foto dan SfM menggunakan gambar stereoskopis yang
banyak (tiga atau lebih) dan melakukan
kamera diwujudkan oleh persamaan yang
perhitungan trigonometri seperti pada teknik
sangat dikenal dan sangat penting yang disebut fotogrametri untuk menghasilkan dataset yang
persamaan kolinier (collinearity equation) bersifat tiga dimensional. SfM berbasis multi
(Soeta’at, 1994). gambar atau foto, sehingga sangat
Fotogrametri jarak dekat merupakan salah direkomendasikan untuk menggunakan sensor
satu bidang penerapan fotogrametri. yang bergerak (moving sensor) seperti terlihat
Fotogrametri jarak dekat dapat digunakan pada gambar di bawah ini.
untuk perekaman objek yang berjarak kurang
dari 100 meter. Fotogrametri jarak dekat
biasanya digunakan dalam pemodelan 3D
bangunan, kendaraan atau jembatan.Pada
teknik fotogrametri jarak dekat pengukuran
terhadap suatu objek dilakukan terhadap hasil
perekaman dari beberapa alat sensor. Pada saat
sebuah foto diambil, berkas sinar dari objek Gambar 2. Bagan SfM dengan konsep moving sensor
akan menjalar menyerupai garis lurus menuju (Westoby, 2012)
pusat lensa kamera hingga mencapai bidang
Monumen Jenderal Soedirman
film. Kondisi dimana titik objek pada bidang
Monumen Jenderal Soedirman terletak di
foto terletak satu garis dalam ruang dinamakan
tengah-tengah sebuah taman memanjang yang
kondisi kesegarisan berkas sinar atau kondisi
membelah Jl. Yos Sudarso, Surabaya, sekitar
kolinearitas. Dapat dilihat pada gambar berikut.
50 m setelah melewati jembatan yang melintas
Kali Mas, menuju ke Gedung Balai Kota dari
arah Balai Pemuda. Kendaran yang melintas Jl.
Yos Sudarso cukup ramai, sehingga perlu
sedikit kesabaran untuk menyeberangi jalan
mendekati area di sekitar Monumen Jenderal
Sudirman ini.
Monumen ini dibuat pada posisi tegak,
Gambar 1. Prinsip kondisi kesegarisan
berkas sinar (Atkinson, 1996) tangan disamping, ujung celana masuk ke
dalam sepatu boot, dan sebilah pedang tampak
Structure from Motion menggantung di pinggang sebelah kiri. Pakaian
yang dikenakan Jenderal Sudirman tampak Pada tahap ini dilakukan pengambilan
menyerupai seragam PETA, kesatuan dimana data ground control dan foto dari
Sudirman memperoleh pendidikan militernya. objek.
Monumen Jenderal Soedirman, atau b. Image matching dan alignment
Monumen Panglima Besar Djendral Bertujuan untuk menentukan posisi
Soedirman, dengan patung Jenderal Besar orientasi kamera dari tiap foto.
Soedirman berdiri di atas sebuah tugu dengan
torehan prasasti di empat sisinya. Umbul-
umbul di sisi kanan itu pada jalan yang
mengarah ke Gedung Balai Kota Surabaya.
Monumen ini diresmikan pada 10 November
1970 oleh Presiden Soeharto dalam rangkaian
peringkatan Hari Pahlawan, sebagaimana
tertera pada tulisan pada tugu bagian depan
monumen.
Gambar 4. Image matching and alignment

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM c. Build Dense Cloud


Waktu dan Lokasi Praktikum Titik-titik diperbanyak dan akan
Pada praktikum ini dilakukan pada tanggal membentuk model dari objek.
23 dan 24 Mei 2019, dimana pada tanggal 23
pengukuran ground control dan tanggal 24
pengambilan foto. Objek yang digunakan
adalah Monumen Panglima Besar Jendral
Soedirman yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso
No. 7, Kel. Ketabang, Kec. Genteng, Kota
Surabaya, Jawa Timur.

Gambar 5. Build dense cloud

d. Meshing
Hasil dari dense cloud membentuk
permukaan dengan pendekatan TIN.

Gambar 3. Lokasi Monumen Jenderal Soedirman

Alat dan Bahan


 DJI Phantom 4 Pro
Dengan panjang fokus 8.8 mm dan
resolusi 20 MP.
 Meteran ukuran 3 meter
Gambar 6. Meshing
Tahap Pengerjaan
e. Texturing
a. Akuisisi data foto dan ground control.
Ekstraksi pewarnaan model
menggunakan foto yang diproyeksikan
terhadap model.
VIEW 3

Gambar 7. Texturing

f. Georeferencing
Menggunakan GCP dan ICP untuk
membentuk hasil yang lebih teliti. Bisa Gambar 10. Model 1 dengan view 3
dilakukan di awal saat melakukan
image matching dan alignment atau di
akhir.
BAB 4. HASIL DAN ANALISIS
Hasil
Berikut merupakan hasil dari Modelling
menggunakan metode Structure from Motion:
Agisoft PhotoScan : Gambar 11. Model 2

Analisis
VIEW 1 Berikut merupakan hasil perhitungan RMS
Error Jarak antara model dengan hasil ukur di
lapangan (Ground Control)
Tabel 1. Perbandingan segemen garis hasil pada model
dengan ukuran sebenarnya
Panjang Panjang di Error di
Garis Sebenarnya Model 3D Model 3D
(u meter) (v meter) (u,v) meter
AB 11.535 11.5 0.035
BC 6.035 6.01 0.025
CD 11.535 11.5 0.035
Gambar 8. Model 1 dengan view 1 DE 1.805 1.79 0.015
FA 1.81 1.8 0.01
VIEW 2
GH 2.41 2.4 0.01
EG 0.175 0.171 0.004
FH 0.175 0.172 0.003
DI 0.495 0.48 0.015
KM 6.08 6.04 0.04
KL 0.2 0.192 0.008
OP 3.017 2.98 0.037
Rata- rata 0.01975
Minimum 0.003

Gambar 9. Model 1 dengan view 2


Maksimum 0.04 Atkinson, K.B. 1996. Close Range
RMSE (meter) 0.0237749 Photogrammetry and Machine Vision.
Whittles Publishing. Scotland, UK.
Cowley, D. C., 2011. Remote Sensing for
 RMS Error jarak hasil SfM 3D
Modelling adalah sebesar 0.0237749 m Archaeological Heritage Management.
atau sebesar 2.37 cm EAC Occasional Paper , Volume 5, p. 307
 Error jarak maksimal adalah sebesar Cooper, M.A.R., and Robson, S. 1996. Theory
0.04 m , Error jarak minimum adalah of Close Range Photogrammetry. Atkinson,
sebesar 0.003 m, Error jarak rata- rata K.B., Close Range Photgrammetry and
adalah sebesar 0.01975 m Machine Vision, ISBN 1-870325-46-X,
Whittles Publishing, Scotland.
Hasil model gagal memberikan detail pada
Hugemann, W. 2010. Correcting Lens
bagian kepala secara keseluruhan, namun
Distortions in Digital Photographs.
ketika dilakukan masking sampai pada tahap
build texture, detil model bagian kepala Leverkusen: EVU
berhasil didapatkan. Mathew, S. J. 2008. Close Range
Photogrammetry, Computer Vision. Texas :
Hasil pemodelan Monumen Jenderal University of Texas
Soedirman ini dapat dilihat bentuk tiga Saputra, Aditya. Application Of Structure From
dimensinya pada website Sketchfab dengan Motion (SfM) For Physical Geography And
alamat https://skfb.ly/6KKXx untuk model 1
Natural Hazard. Prosiding Seminar
(bagian badan dan alas monument) dan
Nasional Geografi UMS 2016.
https://sketchfab.com/3d-models/tubes-crp-
Yuwono, dkk. 2018. Rekonstruksi Model 3D
kepala-45ad3a52d3f34656aacbbad36aa19be8
untuk model 2 (bagian kepala). Candi Jawi dengan Metode Structure from
Motion (SfM) Foto Udara. Seminar
BAB 5. PENUTUP Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di
Kesimpulan Industri 2018 ISSN 2085-4218
Dari hasil praktikum ini didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Didapatkan RMS Error jarak hasil SfM
3D modelling adalah sebesar
0.0237749 m.
2. Error jarak maksimal adalah sebesar
0.04 m, Error jarak minimum adalah
sebesar 0.003 m, Error jarak rata- rata
adalah sebesar 0.01975 m.
3. Hasil pemodelan tidak dapat
memodelkan monumen secara utuh,
model terbagi menjadi dua bagian yaitu
badan hingga alas monumen dan
kepala.
DAFTAR PUSTAKA
Aroengbinang, Bambang. 2018. Monumen
Jenderal Sudirman Surabaya.
https://www.aroengbinang.com/2018/05/m
onumen-jenderal-sudirman-surabaya.html
diakses tanggal 26 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai