5261 10480 3 PB PDF
5261 10480 3 PB PDF
ANTHROPOS:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos
Abstract
This study aims to determine the customary determination of marriage, the marriage process, custom settled after marriage as well
as the symbolic meaning contained in the implementation Thirumanam on ethnic Tamil in Madras Hulu administrative district of
Medan Polonia. The method used is descriptive qualitative, the population in this study amounted to 4270 people and a sample using
purposive sample amounted to 7 people were considered very important role in the process Thirumanam. Collection technique is
participatory observation, interview and documentation. Data analysis technique used is classifying the resulting data, interpret the
data, analyze the data and make inferences. The results showed that, customary determination mate on ethnic Tamil in Madras Hulu
Village no longer consider caste, economic status and social status, but encompass aspects such as age, level of education and family
background. The times cause this system has not become a benchmark in determining the choice of his life. On consensual from both
sides then perkawinanpun can be implemented even though they are different caste / class. Indigenous settled after the ethnic Tamil
Thirumanam is patrilocal / virilokal. Pattern dwelling couples who are married live in places including the family / relatives of the
husband's father.
How to Cite: Andayani T. dan Tanjung Y.P., (2016). Proses Thirumanam pada Etnis Tamil Di Medan, Anthropos:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 2 (1) (2016): 1-13.
1
Trisni Andayani dan Yossy Pratiwi Tanjung, Proses Thirumanam pada Etnis Tamil Di Medan
2
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 1-13
kesimpulan, yaitu setelah melakukan analisis Kata perkawinan dalam bahasa Tamil
data dan interpretasi data maka peneliti disebut Thirumanam. “Thirumanam” terdiri dari
membuat sebuah kesimpulan dari bab dua kata “Thiru” dan “Manam”. Kata “Thiru”
pembahasan. berarti tentang, berasal dari, atau berhubungan
dengan Tuhan sedangkan kata “Manam” berarti
HASIL DAN PEMBAHASAN Menyatukan. Jadi kata Thirumanam dalam
Musik dan lagu-lagu yang dibawakan agama Hindu adalah penyatuan kedua jenis
pada upacara perkawinan umat Hindu disebut manusia atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
dengan “Nathaswara”. Nathaswara dimainkan Perkawinan bukan sekedar untuk mengadakan
dengan menggunakan alat-alat musik yang hubungan sex saja, melainkan lebih dari itu agar
berasal dari India seperti, tabla, serunai, sitar, bisa menghasilkan keturunan dan bisa diajak
tamborin, dan alat musik yang lainnya. Sama bekerja sama untuk melaksanakan dharma
halnya pada acara perkawinan yang sering kita agama dan dharma negara.
hadiri, musik sangat berperan penting dalam Manusia yang telah diberkati dengan
upacara perkawinan. enam pancaindera sudah menetapkan cara yang
Pada upacara perkawinan umat Hindu di patut dan berdisiplin dalam memperoleh
Kuil Shri Mariamman Medan, fungsi dari musik keturunan/anak. Anak inilah yang nantinya
adalah untuk menyambut kedatangan yang bertugas untuk menyelamatkan dan
pengantin saat tiba di kuil, mengiringi mendoakan agar leluhurnya mendapatkan jalan
pembacaan mantra oleh Pandita dalam acara yang terang. Keturunan/anak merupakan
pemberkatan pengantin, dan saat mengelilingi kelanjutan dari siklus kehidupan keluarga,
api suci. Musik juga berfungsi sebagai pengiring selain itu anak adalah pelita kehidupan.
lagu yang dibawakan oleh pihak keluarga Pelaksanaan upacara perkawinan secara
pengantin atau undangan, dimana lagu-lagu agama Hindu di sesuaikan dengan tata cara adat
yang dinyanyikan ditujukan kepada kedua setempat yaitu 1) Upacara Melamar
mempelai. (Nicchayam), 2) Upacara Tunangan (Parusam),
Dalam beberapa acara perkawinan, 3) Upacara Perkawinan (Thirumanam)
mempelai wanita diharuskan mengenakan Upacara Melamar (Nicchayam), wakil
busana Saree sepanjang delapan belas cubit (1 dari laki-laki akan mendatangi pihak
cubit = 1 lengan yakni jarak antara ujung jari perempuan untuk menanyakan apakah
tengah s/d siku). Saree ini dipakai untuk bersedia memberikan anak gadisnya untuk
mempersonifikasikan Dewa Arhdanareswarar. dijadikan menantu. Apabila pihak perempuan
Ini memiliki arti manunggalnya suatu keluarga setuju maka pihak laki-laki akan datang
Hindu. Busana saree ini dikenal dengan ciri ketempat pihak perempuan untuk
warna-warna terang dan kaya dengan tenunan membicarakan masalah-masalah selanjutnya
dan sulaman benang emas, perak, batu-batu seperti, kapan pelaksanaan upacara akan
permata. diadakan, dan lain-lain. Upacara melamar dapat
Saree adalah bahan pakaian tradisional diadakan di tempat perempuan atau bisa juga di
bagi wanita India. Saree dilingkarkan pada kuil.
tubuh wanita seperti layaknya rok yang besar Upacara Tunangan (Parusam), dalam
dengan ujung yang disilangkan ke atas bahu. masyarakat India, parusam berarti sebuah
Bahannya sendiri dapat memiliki banyak detil. pertunangan. Adat pemberian parusam akan
Bahkan ada yang menggunakan benang emas diadakan pada hari yang telah disetujui oleh
atau benang perak asli. Dari segi pemilihan kedua belah pihak. Inti dari upacara Parusam
warna, kebanyakan saree yang dipakai pada etnis Tamil adalah penyerahan mas-kawin
berwarna gelap seperti merah, biru, hijau dan dan pengumuman kepada kerabat, dan teman
ungu. Warna-warna ini lebih menarik untuk mengenai pelaksanaan upacara puncak.
saree yang dipakai pada musim perayaan. Upacara parusam biasanya dilangsungkan di
4
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 1-13
Kuil, namun dapat juga dilaksanakan di rumah. pesan untuk hidup sederhana, alami agar
Bila upacara tersebut dilakukan dengan cara rumah tangga selalu dalam keadaan sehat dan
sederhana maka pelaksanaannya cukup di ceria terhindat dari semua penyakit-penyakit.
rumah saja. Talam kedelapan berisikan pisang 5, 7,
Pada upacara ini pihak mempelai laki- atau 9 sisir. Makna dari talam ini adalah pisang
laki akan menyediakan beberapa jenis hantaran yang melambangkan keturunan, subur dan
dengan jumlah ganjil. Hantaran yang dibawa terus menerus, pohon pisang bila ditanam akan
oleh pihak laki-laki yang terdiri dari 5, 7, 9 menjadi rumpun yang banyak dan berubah
talam, dalam talam-talam tersebut antara lain. tanpa memandang musim, ini melambangkan
Talam Pertama, berdasarkan pendapat Pandita kesuburan dalam rumah tangga.
Welayutham yang merujuk kepada buku Talam kesembilan berisikan, kelapa yang
Kobalen, talam pertama berisikan bubuk berjumlah 5, 7, atau 9 dan kelapa ini biasanya
cendana, kungguman, kembang. Makna dari dihias agar terlihat cantik. Menurut bapak
talam pertama ini adalah melambangkan Welayutham: “Kelapa bermakna bahwa seperti
keserasian/kesenangan pihak pelamar, apa kelapa ini menutup rapat isi dalamnya
sehingga makna benda-benda yang dibawa dengan tempurung yang keras, demikian pula
adalah sakral yang merupakan barang diharapkan agar mempelai perempuan untuk
persembahan kepada Sang Hyang Widhi menyimpan rahasia rumah tangga untuk tidak
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa semoga ikatan diketahui oleh orang lain dalam konsep
perkawinan mendapat restu dan izin dari penyelamatan harkat dan martabat rumah
Tuhan Yang Maha Esa. tangga”.
Talam kedua berisikan, pakaian (saree Jadi dalam talam kesembilan ini adalah
dan baju), perhiasan, sisir, cermin dan alat kunci dari kedelapan talam lainnya. Rumah
hiasan lainnya. Makna dari talam kedua ini tangga pasti mengalami pasang surut, pahit
adalah syarat mutlak bahwa mereka datang manis dan kadang kala sangat getir untuk
untuk menghiasi calon mempelai perempuan dipikul tapi disinilah dituntut peranan istri
untuk dijadikan ratu bagi mempelai laki-laki. dengan penuh kebijakan dan ketabahan untuk
Sehingga dipakaikanlah pakaian yang sedikit menyelesaikan suatu liku-liku rumah tangga
gemerlap dan ditambah perhiasan emas seperti demi mengejar keharmonisan yang hakiki.
kalung, anting, dan gelang sehingga akhir dari Upacara Parusam ini dilaksanakan di Kuil
penghiasan mempelai perempuan akan terlihat Shri Mariamman yang dituntun oleh pandita
seperti ratu. Chandra Bose. Mempelai pria yang bernama N.
Talam Ketiga berisikan, sirih, pinang, Sivaraj, Bsc (India) dan mempelai wanita
kunyit kering. Makna dari talam ketiga ini bernama K. Parmila Dewi (Beautician).
adalah sirih melambangkan sebagai mempelai Keluarga dari pihak pria yang baru datang
perempuan yang masih muda (hijau), dan diberi panir (air mawar) dan cendana gunanya
pinang melambangkan mempelai laki-laki yang untuk menghormati tamu yang datang ke acara
dalam hal ini dianggap lebih dewasa untuk bisa Parusam. Kesemua talam tersebut dibawa dan
membimbing mempelai perempuan dalam satupersatu diserahkan kepada pihak mempelai
mahligai rumah tangga dan kunyit kering wanita. Selanjutnya orang tua dari kedua
melambangkan keagungan rumah tangga. mempelai memberi hormat kepada Dewa
Talam keempat berisikan, gula pasir, gula Ghanesa.
batu, permen. Makna dari talam keempat ini Kedua orang tua mempelai saling
adalah agar rumah tangga yang akan dibina memberikan panir dan cendana yang
nanti harus senantiasa manis dan romantis diletakkan didahi masing-masing. Selanjutnya
Talam Kelima, keenam, dan ketujuh upacara tersebut akan dipimpin oleh pandita
berisikan, jeruk manis (Orange), apel, anggur. Chandra Bose dengan membacakan ikrar dari
Makna dari talam ini adalah menghantarkan kedua belah pihak mempelai dengan memegang
5
Trisni Andayani dan Yossy Pratiwi Tanjung, Proses Thirumanam pada Etnis Tamil Di Medan
talam no 2 yang berisikan pakaian (sari dan Setelah penyerahan mas kawin kedua mempelai
baju), perhiasan, sisir, cermin dan alat hiasan dituntun oleh pandita untuk memberi hormat
lainnya. kepada Dewa Ghanesa agar perkawinan mereka
Talam 4 sampai dengan talam ke 8 diberkati.
disediakan bagi tamu yang hadir untuk Kedua mempelai bersujud meminta restu
disantap. Setelah acara selesai, maka pihak laki- kepada kedua orang tua. Hal ini
laki dalam hal ini orang tua/wali dari pempelai memperlihatkan sikap hormat dan ucapan
laki-laki akan menyerahkan satu buah kelapa, terima kasih kepada keduanya karena telah
dua lembar sirih, dua potong pinang, dan satu membesarkan mereka, membimbing, mendidik
potong kunyit kepada mempelai perempuan, sampai mereka melepas masa lajangnya.
pemberian ini bermakna bahwa, kelapa Bersujud dengan cara melakukan pooja (puja-
melambangkan seperti apa kelapa ini menutup puji) bagi patham (kaki) mereka agar kedua
rapat isi dalamnya dengan tempurung yang mempelai dapat diberkati. Lalu pihak keluarga
keras, demikian pula diharapkan agar mempelai serta para hadirin dipersilahkan untuk
perempuan untuk menyimpan rahasia rumah memberikan doa restu dengan memberikan
tangga untuk tidak diketahui oleh orang lain bubuk cendana di dahi kedua mempelai.
dalam konsep penyelamatan harkat dan Puncak sebuah ritual dalam perkawinan
martabat rumah tangga. adalah bersantap bersama (makan bersama),
Banyak simbol-simbol yang terdapat wujud syukur dan kegembiraan atas sebuah
pada Thirumanam etnis Tamil yang memiliki perkawinan. Pada acara makan, perkawinan
maksud dan tujuan tersendiri yang bersifat Hindu (khususnya India Selatan-Tamil) akan
sakral, seperti Herusatoto (2008:46) menggunakan potongan daun pisang sebagai
menjelaskan, bahwa : “Manusia adalah makhluk piringnya. Dalam hal ini daun pisang
budaya, dan budaya manusia penuh dengan mempunyai beberapa makna philosofi,
simbol-simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa diantaranya adalah ketika para tamu selesai
budaya manusia penuh diwarnai dengan makan, maka para tamu yang melipatnya
simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau kedalam, dan ada yang melipatnya keluar.
paham yang menekankan atau mengikuti pola- Lipatan daun kedalam dilakukan pada acara
pola yang mendasarkan diri kepada simbol- yang baik atau dianggap suci dan lipatan daun
simbol”. keluar dilakukan pada acara tidak baik seperti
Dari penjelasan Herusatoto terlihat acara duka, dan lain sebagainya. (Kobalen :
simbol yang terkandung dalam proses 2004 : 81 )
Thirumanam pada etnis Tamil sebagai salah Pada upacara ini, santapan atau hidangan
satu penanda dari tindakan mereka, yang yang disediakan merupakan dari pihak
memberikan informasi kepada orang lain perempuan. Makanan yang disajikan berupa
melalui lambang yang mengandung maksud karee masakan khas etnis Tamil, dan bagi para
tertentu. Seperti Sirih sebagai sebuah simbol tamu yang vegetarian, ada hidangan yang
yang berarti bahwa mempelai perempuan yang khusus makanan vegetarian. Di samping itu
masih muda (hijau), dan pinang melambangkan pohon pisang selalu digunakan dalam setiap
mempelai laki-laki yang dalam hal ini dianggap acara etnis Tamil. Ada dua alasan pokok
lebih dewasa untuk bisa membimbing mengapa etnis Tamil menggunakan pohon
mempelai perempuan dalam mahligai rumah pisang dalam berbagai acara.
tangga dan kunyit kering melambangkan Didasarkan pada nama pohon itu sendiri .
keagungan rumah tangga. Pohon pisang dalam bahasa Tamil “Val(h) ai
Selanjutnya penyerahan mas-kawin dari Maram”. Kata “Val(h) ai dalam bahasa Tamil
pihak laki-laki kepada pihak mempelai wanita. berarti “Memelihara” dan hidup. “Maram”
Mas-kawin berupa cincin, kalung emas, gelang, berarti besar dan kokoh. Jadi Val(h) ai Maram
serta muketi (hiasan yang berada di hidung). berarti jaga dan peliharalah hidup dengan
6
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 1-13
kokoh. Bahwa setelah pohon pisang berakar, Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
jumlah pohon ini akan terus berlipat ganda dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian surat
dengan segera akan ada sebuah “keluarga”. Kita peryataan ini kami tanda tangani dengan
berharap semoga kehidupan pasangan yang pikiran yang waras tanpa ada unsur paksaan
baru menikah juga akan sesegera mungkin dari manapun. Lalu ditanda tangani oleh saksi
mempunyai keturunan yang baik dan sehat. serta ketua Perhimpunan Shri Mariamman Kuil
Karena beberapa alasan inilah maka pohon Medan yaitu M. Chandra Bose. S.Sos dan
pisang yang sedang berbuah selalu merupakan Sekretaris Umum S. Panir Selwa.
bagian daripada sebuah upacara ritual yang Jarak antara hari pertunangan dengan
bernafaskan Hindu. perkawinan biasanya satu atau dua minggu
Setelah selesai acara Parusam, tiga hari lamanya. Karena sebelum acara perkawinan
kemudian pihak keluarga baik mempelai wanita dilaksanakan, ada ritual yang harus
maupun laki-laki, datang ke Kuil Shri dilaksanakan oleh kedua mempelai, yaitu ritual
Mariamman untuk menandatangani surat Nalanggu, dan malam Mahendi (malam berinai).
pernyataan perkawinan. Isi dari surat Ritual ini diadakan tiga hari sebelum hari
pernyataan tersebut yaitu: Kami calon perkawinan guna memusnahkan Dhristi
mempelai pria dan calon mempelai wanita, (pengaruh negatif) atau Dhosam (nasib buruk
datang kehadapan Bapak Pengurus menurut ilmu astrologi). Sarana upacara ritual
Perhimpunan Shri Mariamman Medan untuk yang digunakan adalah : 1) Fungsi dari pannir,
menandatangani surat pernyataan perkawinan cendana, kungguman, serta bunga adalah tanda
yang disetujui oleh kedua belah pihak calon untuk memberkati kedua mempelai. 2) Kamachi
mempelai pria dan calon mempelai wanita ini adalah, dalam suatu ritual api ini
sebagai berikut : 1) Kami telah sepakat untuk diwujudkan dengan dupa. Dupa adalah sejenis
menjalin hubungan suami-istri dan telah harum-haruman yang dibakar sehingga berasap
mendapat restu dari masing-masing orang dan berbau harum. Dupa dengan nyala apinya
tua/wali. 2) Kami telah sepakat untuk merupakan lambang dari Dewa Agni yang
menerima hidup sebagaimana layaknya suami- berfungsi : 1) Sebagai pandita pemimpin
istri dan tidak akan mempersoalkan upacara. 2) Sebagai perantara yang
dikemudian hari setelah kami menikah. 3) menghubungkan antara pemuja dengan yang
Pernikahan ini dengan tujuan hidup sejahtera dipuja. 3) Sebagai pembasmi segala kotoran dan
dan bahagia untuk itu kami sepakat tidak akan pengusir roh jahat. 4) Sebagai saksi upacara.
menghianati perkawinan tersebut serta akan Air suci merupakan sarana
menjaga kerukunan dan keharmonisan rumah persembahyangan yang sangat penting untuk
tangga. 4) Dalam menjalankan bahtera rumah membersihkan diri dari kotoran maupun
tangga kami sepakat tidak akan mempersoalkan pencemaran fikiran. Dikatakan air suci karena
masa lampau ataupun masalah lainnya yang air tersebut telah diberi doa atau mantra, baik
dapat meretakkan hubungan suami-istri. 5) itu dibacakan oleh Pandita ataupun dibacakan
Kami sepakat apabila terjadi selisih paham oleh siapa saja, yang terpenting masyarakat
(keributan) dalam kehidupan rumah tangga dan etnis Tamil yakin dan percaya bahwa ada
tidak dapat diselesaikan secara musyawarah kekuatan yang besar diberikan Tuhan, agar
diantara kami, maka kami akan menyelesaikan umat etnis Tamil terhindar dari sifat-sifat yang
melalui pengadilan setempat. “Semoga Para buruk.
Dewata Mempersatukan Kami Suami-Istri”. Sedangkan batu giling ini, adalah batu
Menurut undang-undang No.1 Tahun yang sudah secara turun temurun digunakan
1974 Pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan untuk upacara perkawinan. Makna dari batu
adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria giling ini menurut bapak pandita Welayutham
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan bahwa diibaratkan sebagai “bagaimanapun sifat
tujuan untuk membentuk keluarga (Rumah
7
Trisni Andayani dan Yossy Pratiwi Tanjung, Proses Thirumanam pada Etnis Tamil Di Medan
seorang laki-laki yang keras ataupun lemah, kanan, ke bahu sebelah kanan, kemudian ke
tapi dia tetap suami dari si istri tersebut”. bahu sebelah kiri, lalu ke lutut sebelah kiri.
Sirih melambangkan sebagai mempelai Batu giling diletakkan melingkari
perempuan yang masih muda (hijau), dan mempelai mulai dari lutut sebelah kanan, ke
pinang melambangkan mempelai laki-laki yang bahu sebelah kanan, kemudian ke bahu sebelah
dalam hal ini dianggap lebih dewasa untuk bisa kiri, lalu ke lutut sebelah kiri. Batu giling ini
membimbing mempelai perempuan dalam adalah batu turun temurun yang digunakan
mahligai rumah tangga. Bunga sebagai lambing pada keluarga mempelai apabila melakukan
ketulusan dan keikhlasan pikiran yang suci. perkawinan. Batu ini dianggap suci.
Menurut ibu K. Bawani : “Biskuit dan Meletakkan/mengitari mempelai dengan
permen ini melambangkan dalam bahtera biskuit mulai dari lutut sebelah kanan, ke bahu
rumah tangga, haruslah seperti ke dua benda sebelah kanan, kemudian ke bahu sebelah kiri,
ini, yang manis, renyah, dan beraroma wangi. lalu ke lutut sebelah kiri. Mempelai wanita
Maka harapannya didalam sebuah keluarga memberikan sirih yang telah digenggamnya
harus besifat harmonis agar bahagia selalu. tadi kepada wanita yang telah memberkatinya.
Pada proses ritual nalanggu, Mempelai Setelah sembilan wanita melaksanakan
wanita dituntun oleh pihak keluarga untuk ritual ini, maka mempelai wanita dituntun
mengitari tempat dimana mempelai nantinya kembali untuk mengitari tempat pelaksanaan
akan diberkati yang sekelilingnya terdapat ritual. Lalu dimulai kembali ritual seperti acara
sepasang bunga dan sepasang kuteeu dengan yang pertama tadi sembilan orang wanita
satu putaran searah jarum jam. Selanjutnya melaksanakan ritual Nalanggu. Setelah itu tiga
Sembilan wanita yang telah berkeluarga orang wanita yang dianggap berperan penting
memulai ritual tersebut dengan satupersatu. dalam acara ini seperti ibu, kakak ibu, serta adik
Ritual ini dapat dilakukan oleh 5, 7, 9 wanita. ibu mempelai melakukan Manggala Aarathi
Karena angka ganjillah dinilai yang paling baik yang berarti melenyapkan Dhristi (pengaruh
menurut etnis Tamil. Maka dari itu ritual ini buruk) dan inilah akhir dari ritual Nalanggu.
dilaksanakan oleh 9 orang wanita yang sudah Menurut bapak pandita Welayutham :
berumah tangga, karena mereka dulunya telah “Ritual ini juga dilaksanakan oleh pihak
di Nalanggukan juga. mempelai laki-laki di kediamannya. Setelah
Memberikan satu buah sirih kepada acara ini dilaksanakan kedua mempelai
mempelai wanita yang didalamnya diberi dilarang untuk saling bertemu. Apabila kedua
pinang, serta bunga dan menggenggamnya, mempelai bertemu maka akan terjadi
selanjutnya memercikkan panir (air mawar) malapetaka oleh keduanya. Karena hal seperti
kekepala mempelai agar mempelai bersih ini pernah terjadi, kedua mempelai saling
terhindar dari pengaruh buruk. bertemu dan beberapa saat kemudian
Selanjutnya memberikan bubuk cendana mempelai laki-laki terkena musibah”. Oleh
di dagu. Menempelkan Kungguman pada dahi di karena itu, kedua mempelai tidak
tengah kedua alis. Meletakkan bunga di rambut diperkenankan berjumpa sebelum pengikatan
yang melambangkan agar rumah tangga kedua Thaali dilaksanakan.
mempelai harum, indah seperti bunga. Setelah Malam Mahendi merupakan hasil karya
itu panir, cendana, kungguman, serta bunga tadi dari wujud kebudayaan yang ke-3 yaitu sebagai
diletakkan/dilingkari mulai dari lutut sebelah benda hasil karya manusia yang berupa seni
kanan, ke bahu sebelah kanan, kemudian ke yang dihasilkan sehingga dapat dipakai dan
bahu sebelah kiri, lalu ke lutut sebelah kiri yang dinikmati. Mehendi merupakan seni ukiran
artinya agar mempelai terlindung dari hal-hal pada bagian tubuh yang merupakan salah satu
yang buruk. Memercikan air suci ke kepala dari rangkaian proses perkawinan Etnis Tamil,
mempelai, lalu air suci tadi yang wajib dilakukan pada saat resepsi/acara
diletakkan/dilingkari mulai dari lutut sebelah perkawinan.
8
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 1-13
pemberi rezeki dan kecantikan) guna berkewajiban untuk memberi kasih sayang dan
memperoleh berkat dari bunda Mahalakshmi. bertindak adil dalam keadaan senang maupun
Pendeta membacakan mantra. susuah. Sebagai bukti yang nyata dari pada
Upacara “Manggalaya” (benang suci) ikrar saya tersebut di atas, dihadapan para
Pooja dimulai. Orang tua kedua mempelai akan hadirin yang dimuliakan bersama ini saya
diminta untuk duduk dihadapan anak-anak mempersembahkan “Manggalyam” (benang
mereka. Pendeta yang memimpin upacara akan suci) sebagai lambang yang suci, semoga Tuhan
memberikan Vibuthi Prasadam kepada orang Yang Maha Esa memberkati kami. Subem
tua kedua mempelai. Thaali yang suci akan (Amin)
dililitkan pada kelapa dan dibawa mengelilingi Setelah itu mempelai pria mengalungkan
para undangan untuk mendapat restu. dan mengikatkan thaali di leher mempelai
Berpuncaknya berbagai ritual dalam wanita sebanyak tiga ikatan, mengikuti bunyi
upacara perkawinan adalah diikatnya Thaali di “ketti melam” (diiringi irama musik).
leher mempelai wanita oleh pempelai pria. Menurut bapak Welayutham: “Ikatan
Thaali menginformasikan kepada seluruh dunia pertama diikat kepada pasangan (suami/istri).
bahwa wanita dimaksud sudah menikah dan Ikatan kedua diikat dan terikat kepada orang
karena itu harus diperlakukan dengan hormat tua kedua belah pihak. Ikatan ketiga diikat dan
karena statusnya. terikat kepada Dharma Agama (Tuhan Yang
Thaali juga berfungsi mengingatkan si Maha Esa) dan Dharma Negara masyarakat dan
wanita bahwa dirinya adalah istri seseorang bangsa”.
dan karena itu tunduk pada dharma. Karena Ketika mempelai pria akan
beberapa alasan ini maka Thaali dianggap mengalungkan dan mengikat Thaali di leher
sebagai penjaga wanita yang sudah bersuami. pempelai wanita, seseorang akan berteriak
Para wanita Hindu sangat menghargai Thaali “Ketti Melam” 2x dan tiba-tiba alat musik pun
bahkan lebih daripada kehidupan mereka akan dipukulkan. Hal tersebut dikarenakan,
sendiri. dalam sebuah perkawinan Hindu merupakan
Sebenarnya Thaali adalah untaiannya, upacara yang sangat sakral. Musik tradisional
bukan perhiasan emas yang dipasang pada merupakan bagian terpadu dari sejumlah
untaian itu, yang berarti Varna seseorang. upacara seperti itu.
Thaali harus terbuat dari sebuah untaian atau Hal ini terutama dimaksudkan untuk
hanya seutas benang dan bukan terbuat dari menenggelamkan suara atau gosip yang tidak
emas atau bahan lain yang mahal karena filosofi perlu selama ritual penting berlangsung, dan
Thaali berlaku terhadap semua umat Hindu memastikan bahwa kegembiraan dan
tanpa memandang status ekonomi. (Kobalen : kesakralan upacara tersebut tidak terganggu.
2004 : 50 ) Selama upacara ini , saudara perempuan
Pandita yang memimpin upacara akan mempelai pria harus berdiri di belakang
membacakan undangan perkawinan, dan mempelai wanita sambil memegang lampu
menyerahkan Thaali kepada mempelai pria. minyak yang sudah dinyalakan (Kamachi
Sebelum mengikatkan thaali, mempelai pria Villaku).
mengucapkan ikrar, yaitu: Aum Namasiwaye Mempelai pria akan mengoleskan tepung
Nama, Demi Ida Sang Hyang Widi Wasa dan cendana dan kungguman pada ketiga ikatan. Hal
dihadapan para hadirin yang saya muliakan ini bermakna bahwa ikatan tersebut tidak dapat
saya berjanji dan menerima dengan tulus ikhlas dibuka kembali, sudah terkunci erat dengan
putri dari Bapak… dan Ibu… yang bernama… diberikannya tepung cendana dan kungguman.
sebagai istri dan teman hidup saya yang sah. Mempelai pria dengan tangan kanannya
Saya berjanji untuk memperlakukan… sebagai memalingkan wajah mempelai wanita
istri dan teman hidup saya lahir dan bathin. kearahnya dan mengoleskan kungguman di
Sebagai seorang suami yang bijaksana, saya dahi mempelai wanita.
10
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 1-13
Selanjutnya pembacaan ikrar dari kesatuan maka tentu saja keduanya boleh
mempelai wanita, serta memakaikan cincin sama-sama memiliki kalung bunga, persis
kepada mempelai pria, yaitu : Aum seperti bagaimana keduanya berbagi (sama-
Namasiwaye Nama, Demi Ida Sang Hyang Widi sama memiliki). Ritual ini juga merupakan
Wasa dan dihadapan para hadirin yang saya lambang bahwa sebuah keluarga Hindu itu
muliakan bersama ini saya menyatakan dengan didasarkan pada prinsip kesetaraan dan sikap
sebenar-benarnya bahwa saya, secara tulus saling menghormati.
ikhlas, menerima putra dari Bapak… dan Ibu… Setelah itu kedua mempelai bertukar
yang bernama… sebagai suami saya yang syah, posisi tempat duduk. Awalnya mempelai wanita
yang baru saja dihadapkan para hadirin yang duduk di sebalah kanan mempelai pria. Sisi
dimuliakan telah mempersembahkan kanan melambangkan kemenangan. Karena
“Manggalyam” dan ucapan ikrarnya, wanita yang akan membantunya dalam
diterimanya saya sebagai istri yang syah. menyukseskan hidupnya, maka wanita ini
Sebagai istrinya yang syah, saya berjanji, duduk di sebelah kanannya. Sesudah menikah,
menjadi seorang istri yang setia, dan seorang keduanya akan menjadi mitra setara dalam
pendamping yang arief, dan bijaksana dalam keluarga Hindu. Diharapkan agar suami istri
kaedaan senang maupun susah. Sebagai bukti hidup bahagia sebagai satu kesatuan tanpa
terhadap ikrar saya yang tersebut di atas, terpisahkan oleh masalah-masalah kecil dan
bersama ini saya persembahkan sebuah cincin, hasutan pihak ketiga yang selalu menjadi
kepada suami saya. Dihadapan hadirin yang penyebab kehancuran sebuah rumah tangga.
dimuliakan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa Setelah perkawinan, si istri duduk di
memberkati kami. Subem (Amin). sebelah kiri suaminya. Hal ini karena Dewa
Mempelai wanita akan mengoleskan Shiwa telah merancang bagian setengahnya
tepung cendana dan kungguman pada cincin sebelah kiri dari dirinya tempat untuk Sang
yang telah dipakaikan ke jari manis mempelai Dewi pendampingnya (Bunda Shakti) yang lebih
pria. Kedua mempelai kini akan bertukar dikenal dengan sebutan Siwa Mayam dan Shakti
kalung bunga. Menurut tradisi Hindu, kalung Mayam. Setelah itu pandita yang memimpin
bunga boleh digunakan hanya sekali. Kalung ritual akan memberkati pasangan dengan
bunga yang telah diberikan kepada salah satu menaburkan atchathai (beras kuning) kepada
Dewata tidak boleh lagi diberikan kepada keduanya sambil membacakan mantra.
Dewata yang lain. Demikian juga, kalung bunga Menurut ibu N. Saraswathi: “Makna dari
dipakaikan pada seseorang tidak boleh lagi Atchathai (Beras Kuning) adalah, beras
digunakan atau diterima oleh orang lain. Hanya merupakan tanaman pangan utama bagi kita.
satu orang yang boleh mengenakan satu kalung Persis seperti benih yang ditaburkan di atas
bunga. Sebenarnya, memakai kalung bunga tanah akan berakar dan subur. Kita berdoa
yang pernah dipakai oleh orang lain dianggap semoga kehidupan pasangan yang baru
tidak membawa keberuntungan. menikah juga akan berakar dan melahirkan
Ritual thirumanam mengharuskan anak-anak yang berguna”.
mempelai wanita dan pria bertukar kalung Lalu Pasangan tersebut kemudian
bunga. Perbuatan bertukar kalung bunga bersujud dihadapannya untuk menerima
memiliki makna bahwa seorang suami Hindu Vibuthi Prasadam. Kedua mempelai akan
dan istrinya tidak dianggap sebagai individu didoakan dan diberkati dengan cara bertukar
yang terpisah. Keduanya telah disatukan kalung bunga oleh para sesepuh keluarga dan
menjadi satu keluarga oleh upacara oleh pemimpin masyarakat. Pemberkatan dan
perkawinan. doa, mendoakan semoga kedua mempelai
Kedua individu yang tadinya terpisah kini menikmati kehidupan suami-istri yang
merupakan mitra setara dalam satu keluarga langgeng dan bahagia.
Hindu karena merupakan bagian dari satu
11
Trisni Andayani dan Yossy Pratiwi Tanjung, Proses Thirumanam pada Etnis Tamil Di Medan
12
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 1-13
Sebelum upacara pengikatan Thaali (kalung Haviland, William. A. 1985. Antropologi. Jakarta :
suci) yang sakral dilaksanakan, ada ritual Erlangga.
sebelum perkawinan yaitu ritual Nalanggu yaitu Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Ombak
: Yogyakarta.
ritual untuk memusnahkan Dhristi (pengaruh
Karmila, Mila. 2010. Bahan perkuliahan busana
negati). Apabila ritual ini sudah dilaksanakan
pengantin (bu 474) Busana pengantin india.
oleh kedua mempelai dari tempat yang Jakarta : UPI.
berbeda, maka keduanya dilarang untuk saling Kobalen, A. S. 2004. Idealnya Sebuah Perkawinan
bertemu guna menjauhkan diri dari Hindu Tamil. Jakarta : Pustaka Mitra Jaya.
malapetaka. Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi
Nilai dan harapan dalam adat istiadat Sosial. Jakarta : P. T. Dian Rakyat.
etnis Tamil tersirat dalam pengikatan Thaali . 1989. Metode-Metode Penelitian
(kalung suci) yang dilakukan dalam tiga simpul. Masyarakat. Jakarta : Gramedia
. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi.
Maksud dari tiga simpul tersebut adalah, simpul
Jakarta : Rineka Cipta
pertama yaitu hak dan tanggungjawab
. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta :
keduanya dalam menjalankan bahtera rumah PT. Rineka Cipta.
tangga yang baru. Simpul kedua mengingatkan . 2003. Kamus Istilah Antropologi.
kedua pihak untuk menjaga keharmonisan Jakarta : Progres
keluarga yang bertambah besar. Simpul yang Kumar, Siwa. 2009. Komunitas Tamil Di Kota Medan
ketiga adalah bahwa keluarga yang baru juga Etnografi Etnik Tamil Hindu di Kelurahan
tidak bisa hidup sendiri, mereka harus peduli Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.
terhadap lingkungan. Ini lah yang menjadi Medan : (Skripsi) USU.
Murtika, I. Ketut (dkk). 1987. Azas-azas Hukum
pegangan dan dilaksanakan dalam kehidupan
Perkawinan di Indonesia. Jakarta : PT. Bina
sehari-hari, keluarga juga masyarakat etnis
Aksara.
Tamil. Setelah upacara Thirumanam pada etnis Pujileksono, Sugeng. 2009. Pengantar Antropologi.
Tamil selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan Malang : UMM Press.
pengurusan akte perkawinan (AP) agar Lubis, Zulkifli. 2005. Kajian Awal Tentang Komunitas
perkawinan tersebut telah tercatat dan sah Tamil dan Punjabi Di Medan. Medan : USU.
menurut hukum positif yang berlaku di Nadeak, M. Erika. 2011. MEHENDI (Tradisi Seni Hias
Indonesia. Tubuh Dalam Pernikahan Orang India dan
Pola tempat tinggal pada pasangan suami Perkembangannya) Studi Etnografi : Tentang
Tradisi Mehendi di Daerah Kampung Kubur,
istri yang telah menikah pada etnis Tamil dapat
Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan
dikatakan patrilokal/virilokal yang merupakan
Petisah, Kota-Medan. Medan. (Skripsi) USU.
mereka akhirnya bertempat tinggal di daerah Nyoman, I. Arthayasa sujaelanto (dkk). 1996.
keluarga/kerabat ayah suami Petunjuk Teknis Perkawinan Hindu. Jakarta :
Departemen Agama R. I. Direktorat Jenderal
DAFTAR PUSTAKA Bimbingan Masyarakat Hindu Dan Buddha.
Agus, Bustanuddin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Sami, Guru. 1992. Citra Wiwaha. Medan. Perhimpuan
Manusia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Shri Mariamman.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Sinar, Lukman. 2008. Orang India Di Sumatera Utara.
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Medan : Forkala Sumut.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. 16.17
Kencana Prenada Media Group diakses pada tanggal 16 Maret 2012.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2000. Seni Dalam Ritual Agama. http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=14450
Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia. .15.30 diakses pada tanggal 07 Agustus 2012.
13