1.1. Pendahuluan
Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan yang terus
menerus terpengaruh oleh lingkungan luar dan selalu beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Kulit merupakan struktur kompleks yang membentuk jaringan yang kuat
dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur, demikian
juga oleh penyakit. Demikian halnya dengan kulit bayi (neonatus) yang ditutupi oleh
bahan berminyak, yaitu Verniks kaseosa yang memperbesar mantel pelindung normal
yang ditemukan pada orang dewasa. Sentuhan tangan saat menggendong, mengangkat,
mengusap atau membiarkannya tidur diatas dada, merupakan stimulasi bagi
perkembangan indra perabanya. Apapun bentuk sentuhan dan belaian yang kita
lakukan, semua itu sangat berarti serta membuat bayi merasa nyaman.
.Struktur kulit dewasa dan anak sama, tetapi karena kulit anak lebih peka dan
fungsinya belum berkembang dengan sempurna, sehingga memudahkan terjadinya
infeksi kulit baik oleh bakteri, jamur maupun virus. Infeksi tersebut sering
memberikan gejala klinis yang berbeda dengan orang dewasa sehingga menyulitkan
dalam membuat diagnosis. Insidens penyakit kulit pada anak serta distribusinya
dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya keadaan kulit, iklim dan geografis, pengaruh
orang tua serta pola kehidupan anak.
Selain penyakit kulit, ada juga kelainan kulit yang dialami anak-anak yang
berupa kelainan genetik maupun sindrom. Adanya kelainan kulit tersebut membuat
ketidaknyamaan bagi anak mau pun orangtua dan diperlukan penanganan yang baik
untuk mengatasi masalah tersebut.
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk memahami macam-macam kelainan kulit dan penyakit kulit pada bayi
dan balita
1.2.2. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang baik dan benar tentang kelainan kulit
dan penyakit kulit pada bayi dan balita
1.2.3. Untuk memahami pencegahan kelainan kulit dan penyakit kulit pada bayi dan
balita
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1. TANDA LAHIR
Tanda lahir merupakan istilah yang menguraikan anomali kongenital kulit. Tanda
lahir hendaknya tidak dianggap sebagai diagnosis definitif karena lesi kulit kongenital
sangat bervariasi pada penampakan dan prognosisnya.
2.1.1. Hemangioma
Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan
dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma adalah suatu tumor
jinak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1
tahun. Hemangioma dipakai sebagai istilah untuk menjelaskan berbagai kelainan
perkembangan vaskular, termasuk di dalamnya penyakit akibat malformasi vaskular.
Banyaknya klasifikasi-klasifikasi serta kemiripannya secara klinis membuat klinisi
sulit membedakan lesi/tumor akibat malformasi vaskular dengan lesi/tumor
hemangioma. Adanya kesalahpahaman konsep bahwa kebanyakan dari lesi/tumor ini
akan menghilang secara spontan dalam tahun-tahun awal kehidupan mengakibatkan
terjadinya kesalahan diagnosa. Akibatnya, lesi/tumor yang seharusnya dirawat, malah
dibiarkan tanpa perawatan. Hal itu tentu sangat merugikan pasien.
Untuk mengurangi kesalahan akibat banyaknya klasifikasi kelainan vaskular,
maka pada tahun 1982 John Mulliken dan Julie Glowacki membuat klasifikasi tumor
vasoformatif yang didasarkan pada gambaran histologi dan perilaku biologi lesi ke
dalam 2 kelompok besar, yaitu hemangioma dan malformasi vaskular. Klasifikasi ini
paling banyak diterima dan dipakai di dunia. Hemangioma merupakan tumor vaskular
jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat
terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis
yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada kulit orang tua. Umumnya
hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat
hilang dengan sendirinya beberapa bulan kemudian setelah kelahiran. Harus
diwaspadai bila hemangioma terletak di bagian tubuh yang vital, seperti pada mata
atau mulut. Hal ini dikarenakan, bila menutupi sebagian besar tempat tersebut akan
mengganggu proses makan dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ
dalam tubuh (usus, organ pernafasan, otak) dapat mengganggu proses kerja organ
tersebut. Hemangioma lebih mengganggu bagi para orang tua ketika hemangioma
tumbuh pada muka atau kepala bayi.
Hemangioma merupakan tumor jaringan lunak yang tersering pada masa bayi,
yang terjadi pada sekitar 5-10% bayi usia 1 tahun. Hemangioma yang sebenarnya
ditandai dengan fase pertumbuhan, diperjelas dengan fase proliferasi endotel dan
3
hiperselularitas, serta fase involusi. Hemangioma bersifat heterogen, yaitu
penampakannya ditentukan oleh kekebalan dan lokasi pada kulit serta oleh stadium
evolusi.pada bayi baru lahir, hemangioma mula-mula mempunyai bentuk seperti
makula putih pucat dengan telangiektasi seperti benang. Bila berproliferasi, tumor ini
akan berubah menjadi bentuk yang mudah dikenali, yaitu plak merah terang yang
sedikit meninggi dan tidak dapat dikompresi. Hemangioma yang berada lebih dalam di
kulit merupakan massa yang hangat dan lunak dengan sedikit perubahan warna
kebiruan. Seringkali, hemangioma mempunyai komponen superfisial maupun
profunda. Diameternya berkisar antara beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter dan biasanya soliter; sampai dengan 20% melibatkan lesi
multipel.hemangioma terjadi terutama pada perempuan (3:1) dan terdapat peningkatan
insidens pada bayi prematur. Sekitar 55% terjadi sejak saat lahir, sisanya berkembang
pada usia minggu pertama. Hemangioma superfisial mencapai ukuran maksimumnya
dala 6-8 bulan, tetapi hemangioma profunda dapat tumbuh selama 12-14 bulan.
Hemangioma tersebut kemudian mengalami resolusi spontan, lambat, yang
memerlukan waktu 3-10 tahun.
Walaupun kebanyakan hemangioma kulit bersifat jinak, sejumlah kecil
hemangioma dapat menyebabkan gangguan fungsional atau kelainan muka permanen.
Ulserasi merupakan komplikasi yang paling sering, dapat terasa nyeri dan mempunyai
risiko terjadinya infeksi, perdarahan, dan pembentukan parut.
Fenomena Kasabash-Merritt, suatu komplikasi lesi vaskular yang dengan cepat
membesar, ditandai dengan anemia hemolitik, trombositopenia, dan koagulopati.
Tumor masif ini biasanya berwarna merah kebiruan tua, keras, tumbuh dengan cepat,
tidak mempunyai kecenderungan jenis kelamin, dan cenderung berproliferasi dala
waktu yang lama (2-5 tahun). Kebanyakkan pasien dengan fenomena Kasabash-
Merritt tidak menderita hemangioma yang khas, tetapi mengalami tumor vaskular
proliferasi lain, biasanya hemangioendotelioma kaposiformis atau angioma berumbai.
Fenomena Kasabash-Merritt memerlukan penanganan agresif (sering multimodalitas)
dan mempunyai angka mortalitas yang bermakna.
Hemangioma periorbital menimbulkan risiko bermakna pada penglihatan
(yaitu, ambliopia) dan harus dimonitor secara hati-hati. Hemangioma yang mengenai
telinga dapat mengurangi konduksi pendengaran, yang akhirnya dapat menyebabkan
keterlambatan bicara. Hemangioma kulit yang multipel (hemangioma difus) dan
hemangioma wajah yang besar dapat dikaitkan dengan hemangioma viseral.
4
Hemangioma subglotis bermanifestasi sebagai suara serak,stridor, perburukan menjadi
gagal napas yang cepat terjadi. Sekitar 50% bayi yang terkena telah menyertai
hemangioma kulit, karenanya, “pernapasan berisik” pada bayi dengan hemangioma
kulit yang mengenai daerah dagu, bibir, mandibula, serta leher memerlukan visualisasi
langsung jalan napas. Hemangioma jalan napas yang bergejala berkembang pada lebih
50% bayi dengan hemangioma wajah yang luas dengan distribusi “janggut”.
Hemangioma servikofasial yang luas dapat dikaitkan dengan anomali multipel,
termasuk malformasi fossa posterior, hemangioma, anomali arteri, coarktasio (eye)
(sindrom PHACES). Sindrom ini lebih sering mengenai perempuan (9:1) dan dapat
diduga menggambarkan defek perkembangan yang terjadi selama kehamilan minggu
kedelapan sampai kesepuluh. Stroke biasa dijumpai. Hemangioma lumosakral
menunjukkan disrafisme spinal tersembunyi dengan atau tanpa anomali anorektal dan
urogenital. Pencitraan tulang belakang diindikasikan pada semua pasien dengan
hemangioma kulit di garis tengah pada daerah lumbosakral. Kebanyakan hemangioma
tidak memerlukan intervensi medis dana akan mengalami involusi secara spontan,
namun jika komplikasi timbul dan penanganan diperlukan, kortikosteroid sistemis oral
merupakan terapi utama.
Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada
kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih
dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis.
a. Hemangioma kapiler
1. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari
sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang
dalam beberapa hari atau beberapa minggu . Tampak sebagai bercak merah yang
makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan
berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan
ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang
dan lebih mendatar .
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah
trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai
5
infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma.
Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat.
Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah
berdarah .
b. Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus
yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat
mengembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang.
Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan. Hemangioma
kavernosum kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot
atau organ dalam .
c. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum.
Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar
ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak
lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan
yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan
verukosa . Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan dalam,
atau organ dalam.
6
Osseus hemangioma sering ditemukan dalam bentuk kecil-kecil, tetapi dapat
menyebabkan nyeri dan bengkak. Pada tulang tengkorak dapat berhubungan dengan
bengkak, eritema, lunak, atau kelainan bentuk. Pada kasus-kasus yang jarang,
vertebrae hemangioma bisa menyebabkan penekanan pada korda dan fraktur, tapi
kebanyakan vertebrae hemangioma biasanya asimptomatik.
Osseus hemangioma biasanya solid (melibatkan satu tulang) atau fokal
(melibatkan satu tulang atau tulang di dekatnya pada satu area). hemangiomatosis
merupakan multipel hemangioma yang berlokasi di antara tulang yang saling
berdekatan atau bersebelahan. Multipel hemangioma juga dihubungkan dengan
cystic angiomatosis tulang dimana tidak didapatkan komponen jaringan lunak.
Skeletal-ektraskeletal angiomatosis diartikan sebagai hemangioma yang
mempengaruhi kanalis vertebralis, selama tidak berada satu tempat.
d. Choroidal hemangioma
Choroidal hemangioma dapat tumbuh di dalam pembuluh darah retina yang disebut
koroid. Jika terdapat pada makula (pusat penglihatan) atau terdapat kebocoran
cairan dapat menyebabkan pelepasan jaringan retina (retinal detachment).
Perubahan ini dapat mempengaruhi penglihatan. Kebanyakan choroidal
hemangioma tidak pernah tumbuh atau terjadi kebocoran cairan dan mungkin dapat
diobservasi tanpa pengobatan.
e. Spindle cell hemangioma
Spindle cell hemangioma (hemangioendothelioma) merupakan lesi vaskular yang
tidak jelas dimana biasanya berlokasi di dermis atau subkutis dari ekstremitas distal
(terutama sekali pada tangan).
f. Gorham disease
Gorham disease dapat menimbulkan nyeri tumpul atau lemah dan jarang dicurigai
lebih awal pada evaluasi dengan radiografi. Penderita biasanya berumur kurang dari
40 tahun. Secara histologi Gorham disease khas menampakkan hipervaskularisasi
dari tulang. Proliferasi vaskular sering mengisi kanalis medularis.
g. Kassabach-Merritt syndrome
Kassabach-Merritt syndrome komplikasi dari pembesaran pembuluh darah yang
cepat yang ditandai dengan hemolitik anemia, trombositopeni, dan koagulopati.
Kassabach-Merritt syndrome terlihat berhubungan dengan stagnasi aliran pada
hemangioma yang besar, dengan banyaknya trombosit yang tertahan dan terjadi
7
penggunaan faktor koagulan yang tidak diketahui sebabnya (consumptive
coagulopathy).
Etiologi
Hingga saat ini apa yang menjadi penyebab hemangioma masih belum diketahui,
namun diperkirakan berhubungan dengan mekanisme dari kontrol pertumbuhan
pembuluh darah. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh
darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.
Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar
angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan
transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma.
Patofisiologis
Tanda-Tanda Hemangioma
a. Hemangioma kapiler
Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa:
o Terdapat pada waktu lahir dan timbul beberapa hari sesudah lahir.
o Tampak sebagian bercak berwarna merah menyala, tegang
berbentuk lobular, berbatas tegas dan keras pada perabaan dan makin lama makin
besar.
o Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada yang subkutan berwarna kebiruan.
o Involiusi spontan ditandai oleh memucatnya warna didaerah sentral,lesi menjadi
kurang tegang dan lebih mendatar.
b. Hemangioma kavernosum
o Lesi tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang
berwarna merah sampai ungu
o Bila ditekan mengempis dan akan cepat menggembung lagi bila dilepas
o Lesi terdiri atas elemen vaskular yang matang.
o Bentuk kevernosum jarang terjadi involusi
8
C. Hemangioma Campuran.
Campuarn antara jenis kapiler dan kavernosum.
Tanda dan gejala terdiri atas gambaran ke 2 jenis hemangioma.
Sebagian besar ditemukan pada ekstrimitas inferior, biasanya unilateral, solitar.
Dapat terjadi sejak lahir/masa anak-anak
Lasi berupa tumor yang lunak , berwarna merah kebiruan yang kmdian pada
perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verakosa
Gejala klinis
Tergantung macamnya :
a. Hemangioma kapiler, “Port wine stain” tidak ada benjolan kulit.
b. “Strawberry mark”, menonjol seperti buah murbai.
c. Hemangioma kavernosum, teraba hangat dan “compressible”.
Diagnosa
Penentuan diagnosis hemangioma dilihat dari riwayat pasien dan pemeriksaan
klinis yang tepat. Mudah nampak secara klinis, sebagai tumor yang menonjol atau tidak
menonjol dengan warna kemerah-merahan,Tumor bersifat “compressible”. Bisa ditunjang
dengan pemeriksaan angiografi.
Diagnosis banding dari hemangioma adalah terhadap tumor kulit lainnya yaitu
limfangioma, higroma, lipoma, neurofibroma, malformasi vaskular kongenital, venous
stars, dan herediter hemorragik telangiektasis (Rendu-Osler-Weber Syndrome).
Penentuan Diagnosa banding :
Perbedaan Hemangioma Malformasi vaskuler
Saat timbul Saat lahir lesi samara atauSejak lahir sudah nampak
belum tampak sama sekali lahir
Perjalanan penyakit Fase proliferasi, fase involusi Tumbuh selaras dengan
pertumbuhan anak dan menetap
9
Insidensi (wanita:pria) 3 : 1 1:1
Radiologis • Tak terdapat jaringan parenkim
• Kaya akan jaringan parenkim
• Gambaran dominan pembuluhlobuler dengan batas tegas
darah
Histologis • Sel endotel matur dengan• Sel epitel immatur dengan
turnover lambat turnover cepat
• Sedikit mast cell • Banyak mast cell
• Membran basalis tipis • Membran basalis multilaminer
Pemeriksaan penunjang
Kebanyakan hemangioma mudah didiagnosis tanpa memerlukan pemeriksaan
penunjang. Namun demikian hemangioma profunda atau lesi superfisialis yang
meragukan memerlukan pemeriksaan penunjang untuk komfirmasi diagnosis dan
evaluasi ekstensinya.
1. Radiografi
Radiografi mempunyai manfaat yang terbatas dalam penegakan diagnosis
hemangioma. Gambaran yang ditunjukan bisa berupa bayangan masa yang isodens
dengan otot, bila di dekat tulang dapat memberikan gambaran periosteal reaction.
2. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan pemeriksaan nonivasif yang umumnya digunakan sebagai penunjang
diagnosis untuk hemangioma profunda dan viseralis. Gambaran USG hemangioma
bervariasi dan tidak spesifik misalnya pada hemangioma hepar, yang memberikan
gambaran ekogenic.
3. CT-Scan
Pada CT-Scan tanpa kontras, hemangioma akan tampak sebagai lesi hipodens (low-
density mass) dan adanya pendesakan terhadap jaringan normal sekitarnya
Penatalaksanaan
Medis / Pengobatan
a) Cara Konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam
bulan-bulan pertama, kemudian mencapai pembesaran maksimum dan sesudah itu
terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai
umur 5 tahun. Hemangioma superfisial atau hemangioma kapiler atau hemangioma
10
strawberry sering tidak diterapi karena hemangioma jenis ini bila dibiarkan akan
hilang dengan sendirinya dan kulit terlihat normal.
b) Cara Aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma
yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan;
hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi;
hemangioma yang mengalami infeksi;hemangioma yang mengalami pertumbuhan
cepat dan menimbulkan deformitas (kelainan) jaringan.
Pengobatan medikamentosa
Terapi pilihan utama
Kortikosteroid
Umumnya para klinisi memilih steroid sebagai terapi medikamentosa pilihan utama
untuk mengobati hemangioma. Mekanisme yang jelas tentang peran steroid belum
diketahui secara pasti, walaupun ada dugaan bahwa steroid berpengaruh terhadap
hemangioma dengan cara:
1. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
2. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada pembuluh
darah otot polos.
3. Memblok reseptor estradiol pada hema-ngioma.
4. Menghambat angiogenesis.
11
dengan komplikasi misalnya terjadi ifeksi berulang pada daerah lesi). Dosis yang
diberikan 2 – 3 mg/kg setiap kali suntikan diulang setiap minggu selama 1 -2 bulan.
Adanya respon terapi yang baik terhadap steroid ditandai oleh pengecilan ukuran
hemangioma. Pemberian kortikosteroid intralesi dengan interval waktu 4 – 8 minggu
merupakan terapi yang efektif sebagai upaya untuk menghindari efek samping terapi
kortikosteropid sistemik. Penyuntikan dapat pula dilakukan dengan interval bulanan,
sehingga dapat mengurang efek samping yang tidak diinginkan, tetapi dari laporan
diketahui laju respon pengobatan dengan cara ini hanya sekitar 85%. Efek samping
potensial kortikosteroid intralesi antara lain, berupa, atropi kulit, anafilaksis,
perdarahan, nekrosis kulit dan supresi adrenal, tetapi umumnya suntikan dapat
ditoleransi dengan baik. Perhatian khusus harus diberikan pada periokuler. Pada
hemangioma jenis ini dosis kortikosteroid intralesi tidak boleh melebihi 3-5 mg/kg
triamcinolone setiap sesi suntikan.Beberapa ahli mengemukakan bahwa pemberian
kortikosteroid intralesi pada daerah periocular dikontra-indikasikan, sejak diketahui
menyebabkan banyak komplikasi seperti atropi kulit, nekrosis, dan oklusi arteri
retina sentral, dengan konsekuensi kebutaan.
3. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma) biasanya efektif pada
hemangioma tipe cutaneous.
2. Vinkristin
Vinkristin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus yang gagal
dengan terapi steroid sebanyak dua siklus pengobatan, yang mengalami kekambuhan
dan yang tidak dapat mentoleransi pengobatan medikamentosa lain. Vinkristin
12
mempengaruhi mitotic spindle microtubules dan merangsang proses apoptosis pada
sel tumor in vitro. Ada laporan yang menyatakan bahwa vinkristin efektif digunakan
pada kasus hemangioma yang mengancam jiwa yang resisten terhadap pengobatan
steroid. Taki dkk, menyatakan bahwa pada kasus intractable Kasabach-Merritt
syndrome pemberian vinkristin sangat efektif, sehingga mereka menyarankan
pemakaian vinkristin pada kasus demikian. Dosis yang dianjurkan 1.5 mg/m2 per
kali suntikan, jika diperlukan dapat diulang satu kali lagi dengan interval 2-3 bulan
setelah suntikan pertama.
3. Bleomisin
Omidvari dkk, melaporkan pemberian bleomisin intralesi pada kasus
hemangioma yang mengalami komplikasi, yaitu hemangioma yang mengalami
infeksi sekunder, permukaannya bergaung dan hemangioma yang tumbuh sangat
cepat. Mereka mengambil suatu kesimpulan bahwa pemberian bleomisin mudah,
aman dan merupakan terapi yang efektif untuk mengobati hemangioma dengan
komplikasi. Ada peneliti lain yang memberikan suntikan local bleomisin pada 210
anak dengan hemangioma kavernosus dengan tingkat keberhasilan 91.2%. Terapi
dengan bleomisin tidak efektif pada hemangioma pampiniform yaitu hemangioma
yang terjadi akibat malformasi vena di pleksus pampiniform pada skrotum. Dosis
bleomisin intralesi 2 mg (diberikan dalam larutan 0.4mg/ml). Suntikan dapat diulang
sebanyak 6-10 kali dengan interval 4-6 minggu.
Bedah eksisi
Indikasi bedah eksisi ialah sebagai berikut:
1. Hemangioma yang tumbuh secara progresif.
2. Hemangioma yang mengalami infeksi berulang.
13
3. Hemangioma yang permukaannya bergaung, sehingga ditakutkan disertai
keganasan.
4. Mengganggu secara kosmetika.
5. Hemangioma yang gagal dengan pengobatan medikamentosa.
6. Hemangioma yang bertangkai.
Kewenangan Bidan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan
memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang
dimaksud dengan Hemangioma, menjelaskan macam-macam hemangioma, dan
penangannya.
Untuk hemangioma kapiler atau superfisial tidak perlu penanganan khusus, oleh
karena akan menghilang dan kulit terlihat normal. Namun, untuk hemangioma yang
tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang
mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang
mengalami infeksi;hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan menimbulkan
deformitas (kelainan) jaringan, harus segera dilakukan penanganan. Bantu ibu untuk
dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lanjutan.
Prognosa
Pada umumnya prognosis bergantung pada letak tumor, komplikasi serta penanganan
yang baik.
Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah
karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di
bawahnya terus tumbuh.
2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan
sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur.
Hemangioma kavernosa yang besar dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder.
14
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa
dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami
sekuesterisasi.
4. Gangguan Penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus
lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu
penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma
yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang
retrobulbar. Hemangioma pada kelopak mata bisa mengganggu perkembangan
penglihatan normal dan harus diterapi pada beberapa bulan pertama kehidupan.
5. Masalah Psikososial
Dengan persentase yang sangat kecil hemangioma bisa menyebabkan obstruksi jalan
nafas, gagal jantung.
15
sendirinya dalam hitungan bulan atau tahun (Dasar-dasar Keperawatan Maternitas
Edisi 6, Persis Mary Hilton, EGC).
Mongolian spot merupakan pigmentasi yang bewarna biru keabu-abuan yang
biasanya terletak pada daerah sacrum dari bayi sehat. Mongolian spot biasanya
muncul pada saat lahir atau muncul pada minggu pertama kehidupan. Mongolian spot
biasanya menghilang secara spontan dalam 4 tahun tetapi dapat bertahan seumur
hidup. Biasanya, mongolian spot berdiameter beberapa cm, walaupun lesi yang lebih
besar juga bisa terjadi. Lesi mungkin tunggal atau banyak. Biasanya mongolian spot
terdapat di lumbosakral area, tetapi bokong, panggul dan bahu mungkin akan
mengalami lesi yang lebih besar.
Beberapa jenis mongolian spot :
a. Peristent mongolian spot yang lebih besar, mempunyai garis tepi yang tajam, dan
bertahan selama beberapa tahun
b. Abberant mongolian spot yang terletak di lokasi yang tidak biasa, misalnya wajah
atau extermitas
c. Persistent aberrant mongolian spot merupakan tipe makular blue novi
d. Superimposed mongoian spot, yang mempunyai warna lebih gelap di antara di
daerah dengan mongolian spot yang lebih cerah.
Etiologi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol
ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang
terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lebih dari 80%
bayi berkulit hitam, orang timur dan India timur memiliki lesi ini. Sementara angka
kejadian pada bayi yang kulit putih kurang dari 10%. Lesi-lesi yang tersebar luas,
terutama pada tempat-tempat yang tidak biasa cenderung tidak menghilang.
Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia (timur) lahir dengan
bercak ini, namun pada bayi kaum Asia hanya 5%. Lesi ini biasanya berisi sel
melanosit yang terletak di lapisan dermis sebelah dalam atau di sekitar folikel rambut
yang terkadang tersebar simetris, tetapi dapat juga unilateral. Bercak ini hanya
merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan dengan kelainan-kelainan sistemik.
Bercak ini akan hilang dengan sendirinya pada tahun pertama dan kedua
kehidupannya. Bidan harus dapat memberikan konseling pada orang tua bahwa bercak
mongol tersebut wajar dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan, sehingga orang tua
tidak perlu khawatir terhadap keadaan bayinya.
16
Bercak Mongolian sering ditemukan pada daerah punggung dan pantat/pangkal
paha bagian atas bayi-bayi kulit hitam (80-90%),bayi asia /oriental (75%) dan bayi
kulit putih (10%).meskipun namanya bercak Mongolian ,namun tidak ada korealsi
secara antropologis. Bercak ini sebagian besar cenderung menghilang dan tertutup
oleh pigmentasi normal dalam usia 1 tahun pertama,sebagian dalam usia 3-5 tahun.
Pigmen melanin yang terdapat pada bercak ini terletak didalam melanosit yang
berbentuk fusifrm,dopa positif dan dijumpai pada dermis bagian tengah middermi).
Bercak mongol ini kebannyakan timbul beragam pada daerah presakral,tetapi dapat
ditemukan pada paha bagian posterior,tungkai,punggung,dan bahu.
Epidemiologi
Prevalensi mongolian spot bervariasi tergantung kelompok etnik. Kondisi ini paling
banyak dialami oleh ras Asia. Mongolian spot juga dilaporkan pada 80% anak-anak
Afrika Timur,46% pada anak-anak Hispanic, dan 1-9% terjadi pada anak-anak berkulit
putih.
Insiden dari mongolian spot tidak secara signifikan berhubungan dengan jenis
kelamin, usia kehamilan, usia ibu, dan tipe persalinan pada 2 rumah sakit di Iran. Namun,
pada salah satu rumah sakit yang digunakan untuk melakukan penelitian observasional,
mongolian spot ditemukan signifikan berhubungan dengan berat badan bayi baru lahir
yang lebih dari 2500 gr.
Pada penelitian cross sectional baru-baru ini yang dilakukan pada 203 neonatus
sehat di rumah sakit umum Brazil, insiden lebih banyak ditemukan pada kulit non-white,
kulit hitam dan babi Asia. Mongolian spot tidak berhubungan dengan mortalitas dan
morrbiditas. Mongolian spot diobservasi pada lebih dari 90% bayi pada ras mongoloid
(misalnya Asia Timur, Indonesia, Polynesian, Micronesian, Amerindians, Eskimos).
Tidak ada prediksi jenis kelamin yang dilaporkan pada Mongolian spot. Monglian spot
17
biasanya muncul saat lahir, tetapi juga bisa muncul selama minggu pertama periode
neonatal.
Patogenesis
Mongolian spot bersifat kongenital, perkembangan ekslusif yang melibatkan kulit.
Mongolian spot diakibatkan dari Melanocytes yang terperangkap dalam dermis selama
migrasi dari neural crest menuju epidermis. Migrasi ini diregulasi oleh faktor
pertumbuhan peptida exogenous yang bekerja dengan aktivasi reseptor tyrosine kinase.
Seorang anak bisa memiliki satu atau beberapa bercak mongol. Biasanya bercak mongol
ini terlihat sebagai
a. Luka seperti pewarnaan
b. Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
c. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
d. Bercak yang biasanya akan hilang dalam hitungan bulan atau tahun
e. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang di tahun pertama, atau pada 1-4 tahun
pertama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, bercak mongol
multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa, cenderung tidak akan
hilang dan menetap sampai dewasa.
18
Sumber lain mengatakan bahwa bercak mongol ini mulai pudar pada usia 2 tahun
pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun. Terkadang juga menhilang setelah
dewasa. Sebagian kecil seiktar 5% anak yang lahir dengan bercak mongol masih
memiliki bercak mongol hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini biasanya tidak
berbahaya dan tidak memerlukan perawatan ataupun pencegahan khusus.
Perbedaan umum antara Bercak mongol dan tanda kulit yang lain
Bercak Mongol Tanda Kulit yang lain
Dilihat dari warnanya Dilihat dari warnanya
Bercak mongol memiliki warna kebiru-Tanda kulit lain (Nevus pigmentosus) adalah
biruan berwarna coklat kehitaman
Dilihat dari daerah pigmentasi Dilihat dari daerah pigmentasi
Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulitDaerah pigmentasi memiliki tekstur yang
yang normal. mengalami perubahan permukaan. Tidak
Dilihat dari areanya normal karena dapat mengalami penebalan
Dari areanya tersering di daerah belakang namun tidak terlalu berarti (Nevus
(lumbal sacral) karena banyak nya selpigmentosus)
melanosit yang tertangkap pada bagianDilihat dari areanya
belakang yang menyebabkan bercak padaDari areanya sering pada telapak tangan,
19
bayi yang sering dikenal dengan bercaktelapak kaki dan genitalia (junction nevi)
mongol. Terdapat pada wajah (compound nevi)
Dilihat dari nyeri Terdapat di leher dan kepala (Intradermal
Tidak menyebabkan nyeri demi)
Biasanya akan menghilang dalamDilihat dari nyeri
hitungan bulan atau tahun. Bisa menyebabkan nyeri dan tanda-tanda
Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan. inflamasi (nevus pigmentosus yang bisa
Dihasilkan dari sel melanosit menjadi berbahaya )
Biasanya menetap (nevus ota dan nevus ito)
Dapat menyebabkan degenerasi maligna,
nevus pigmentosus pada usia 35 tahun.
Tranformasi maligna ditandai dengan adanya:
- Pembesaran
- Perubahan warna
- Terjadinya penebalan yang berlebihan
- Adanya nyeri
- Adanya tanda-tanda inflamasi
Nevi yang sering ditemukan adalah yang berasal dari melanosit yang gagal
mengalami maturasi atau tidak bermigrasi sebagaimana mestinya selama
perkembangan embrio. Hampir semua orang mempunyai beberapa nevi jenis ini.
Kategori nevi melanositik berdasarkan gambaran klinis dan histopatologis.
Kategorisasi yang pertama adalah apakah nevi tersebut sudah ada waktu lahir
(kongenital) atau timbul belakangan (didapatkan/acquired)
a. Nevi Melanositik Kongenital
Sekitar 1-2 % bayi baru lahir mempunyai nevi melanosit. Lesi kecil (sebagian
lawan nevi berpigmen raksasa) merupakan plak rata atau sedikit menonjol, sering
dengan konfigurasi aval atau lanset. Kebanyakan lesi berwarna coklat tua, lesi
kulit kepala dapat berwarna coklat merah pada saat lahir. Pigmentasi dalam
individu sering beraneka ragam atau berbintik dengan aksentuasi pola rigi
permukaan epidermis. Perubahan susuanan (tekstural), pigmentasi yang lebih
dalam, dan penonjolan membantu membedakan lesi ini dari makula cafe-au-lait.
Rambut yang tebal, gelap dan kasar sering kali dikaitkan dengan nevi melanositik
kongenital. Lesi ini bervariasi dalam lokasi, ukuran, jumlah, tetapi paling sering
soliter. Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter samapi beberapa sentimeter.
Ada satu varian nevi jenis ini yang jarang ditemukan, tetapi berukuran sangat besar
dan sangat mengganggu penampilan, yaitu nevus melanositik kongenital raksasa
atau nevus bathing trunk.Secara histologi lesi tersebut ditandai dengan adanya sel
nevus pada dermis, kebanyakan sel nevus meluas ke dalam dermis yang lebih
dalam. Lesi ini memberikan sedikit penambahan risiko untuk perkembangan
melanoma maligna bila dibandingkan dengan lesi-lesi yang didapatkan
(acquired),terutama yang tipe raksasa dan kebanyakan selama kehidupan masa
21
dewasa. Melanoma maligna prapubertas sangat jarang didapatkan, tetapi hampir
melanosit-malanosit yang mnyebar luas pada dermis (kedalaman posisinya
berkaitan dengan warnanya). Bercak ini akan menghilang sewaktu anak tumbuh,
tetapi mungkin juga tetap persisten untuk waktu yang tak dapat ditentukan. Oleh
karena itu, banyak ahli kulit menyarankan pembuangan lesi ini sebelum atau
mendekati waktu pubertas. Seandainya keluarga memilih untuk mengamati
ketimbang membuang nervus tersebut, evaluasi periodik untuk perubahan
permukaan lesi dan gejala terkait harus dilakukan. Biopsi eksisi diindikasikan bila
perubahan ke arah keganasan meningkat.
22
b. Acquired (Nevi Melanositik didapat)
Nevus melanositik merupakan yang didapatkan (acquired) bila tumbuh pada masa
kehidupan pascakelahiran, suatu fenomena yang sangat umum sehingga bisa
disebut normal. Kebanyakan hanya mendatangkan sedikit gangguan.
Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa setiap nevus mempunyai riwayat
hidup masing-masing. Hal ini memperjelas istilah-istilah yang dipakai untuk
stadium-stadium yang berbeda berbeda dalam evolusi nevi.
Lesi-lesi pertama kali menarik perhatian ketika melanosit yang imatur mulai
mengadakan proliferasi pada pertemuan dermis-dermis atau dermoepidermal
junction (oleh karena itu, disebut junctional). Sesudah terjadi pertumbuhan radial
selama beberapa waktu yang bervariasi, sejumlah sel melakukan migrasi secara
vertikal ke dalam dermis (gabungan, compound). Pada akhirnya semua sel
melonositik berada di dalam dermis (intradermal). Nevi melanositik yang berbeda-
beda pada satu orang, akan berada pada stadium perkembangan yang berbeda-
beda.
Sebagian besar nevi melanositik tampak pertama kali pada dua puluh tahun
pertama kehidupan seseorang, tetapi dapat tumbuh terus dengan baik sampai usia
empat puluhan. Pada awalnya berpigmen, bahkan sangat gelap, tetapi kemudian
menjadi pucat, terutama bila intradermal. Sebagian besar akan hilang sama sekali,
23
walaupun masih didapatkan dalam jumlah banyak pada sejumlah kecil orang
berusai sangat lanjut.
Ada tiga keutamaan nevus melanositik: beberapa melanoma maligna tumbuh dari
nevus yang sudah ada sebelumnya (kemungkinan perubahan ini untuk setiap lesi
sangat kecil sekali); mempunyai nevi melanositik didapat dalam jumlah banyak
merupakan faktor risiko untuk timbulnya melanoma, dan nevi melanositik dapat
dikelirukan dengan melanoma.
Setiap lesi melanositik yang tampak tidak seperti biasanya harus dieksisi untuk
pemeriksaan histologi, tetapi menurut definisinya, semua nevi melanositik
berkembang pada stadium tertentu. Perkembangan nevi sendiri tidak selalu
merupakan ancaman, terutama pada anak-anak muda. Sebagian besar nevi yang
mengalami perubahan maligna.
A.PENGERTIAN
24
B.PATOFISIOLOGI
infeksi(virus,jamur,bakteri,parasit)
makanan (coklat)
obat antikejang (misalnya fetonin) dan obat anti nyeri, termasuk yang dijual tanpa
resep(misalnya ibuprofen).
Erythema multiforme sendiri adalah suatu kondisi kulit yang tidak diketahui
etiologi,mungkin dimediasi oleh pengendapan kompleks imun (kebanyakan IgM) di
microvasculture superfisial kulit dan selaput lendir mulut yang biasanya mengikuti
suatu infeksi atau obat yang diatas eksposur.Untungnya secara epidemologi Sindrom
Stevens-Johnson merupakan kondisi langka, dengan insiden sekitar 2,6 perjuta orang
per tahun.
C.PENYEBAB
25
necrolysis. Erythema multiforme dapat disebabkan oleh herpes simpleks (Lembaran
Informasi (LI) 519), tetapi penyakit ini jarang menjadi gawat.
D.GEJALA
Sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis biasanya mulai
dengan demam, sakit kepala, batuk, dan pegal, yang dapat berlanjut dari 1-14 hari.
Kemudian pasien mengalami ruam datar berwarna merah pada muka dan batang
tubuh,sering kali kemudian meluas ke sekujur tubuh dengan pola yang tidak rata.
Daerah ruam membesar dan meluas,sering membentuk lepuh di tengahnya. Kulit
lepuh sangat longgar, dan mudah lepas bila digosok. Pada toxic epidermal necrolysis,
bagian kulit yang luas mengelupas, sering hanya dengan sentuhan halus. Pada banyak
orang, 30% atau lebih permukaan tubuh hilang. Daerah kulit yang terpengaruh
sangatnyeri dan pasien merasa sangat sakit dengan panas-dingin dan demam. Pada
beberapa orang, kuku dan rambut rontok. Pada Sindrom Stevens-Johnson dan toxic
epidermal necrolysis, pasien mempunyai lepuh pada selaput mukosa yang melapisi
mulut, tenggorokan, dubur, kelamin, dan mata. Kehilangan kulit dalam dan toxic
epidermal necrolysis serupa dengan luka bakar yang gawat dan sama-sama berbahaya.
Cairan dan elektrolit dalam jumlah yang sangat besar dapat merembes dari daerah
kulit yang rusak. Daerah tersebut sangat rentan terhadap infeksi, yang menjadi
penyebab kematian utama akibat toxic epidermal necrolysis. Mengenal gejala awal
Sindrom Stevens-Johnson segera periksa ke dokter adalah cara terbaik untuk
mengurangi efek jangka panjang yang dapat sangat memengaruhi orang yang
mengalaminya. Gejala awal termasuk:
ruam
lepuh dalam mulut, mata, kuping,hidung atau alat kelamin
bengkak pada kelopak mata, atau mata merah
konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan
bola mata)
demam terus-menerus atau gejala seperti flu
Walaupun Sindrom Stevens-Johnson dapat memengaruhi orang dari semua
umur. Sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis adalah reaksi yang
gawat. Bila tidak diobati dengan baik, reaksi ini dapat menyebabkan kematian,
umumnya sampai 35% orang yang mengalami oxic epidermal necrolysis dan 5-15%
orang dengan Sindrom Stevens-Johnson, walaupun angka ini dapat dikurangi dengan
pengobatan yang baik sebelum gejala menjadi terlalu gawat. Reaksi ini juga dapat
menyebabkan kebutaan total, kerusakan paru, dan beberapa masalah lain yang tidak
dapat disembuhkan.
26
E.PENGOBATAN
Pertama dan paling penting, kita harus segera berhenti penggunaan obat yang
dicurigai sebagai penyebab reaksi. Dengan tindakan ini, kita dapat mencegah
pemburukan. Orang dengan Sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis
biasanya dirawat inap. Bila mungkin, pasien toxic epidermal necrolysis dirawat dalam
unit rawat luka bakar, dan kewaspadaan dilakukan secara ketat untuk menghindari
infeksi. Pasien Sindrom Stevens-Johnson biasanya dirawat di ICU. Perawatan
membutuhkan pendekatan tim, yang melibatkan spesialis luka bakar, penyakit dalam,
mata, dan kulit. Cairan elektrolit dan makanan cairan dengan kalori tinggi harus
diberikan melalui infus untuk mendorong pemulihan.Antibiotik diberikan bila
dibutuhkan untuk mencegah infeksi sekunder seperti sepsis. Obat anti nyeri, misalnya
morfin, juga diberikan agar pasien merasa lebih nyaman.Ada keraguan mengenai
penggunaan kortikosteroid untuk mengobati Sindrom Stevens-Johnson dan toxic
epidermal necrolysis. Beberapa dokter berpendapat bahwa kortikosteroid takaran
tinggi dalam beberapa hari pertama memberi manfaat; yang lain beranggapan bahwa
obat ini sebaiknya tidak dipakai. Obat ini menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga
meningkatkan risiko infeksi gawat, apa lagi pada Orang dengan Hiv Aids dengan
sistem kekebalan yang sudah lemah.
F. PERAWATAN
Antihistamin bila perlu,terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen maleat
(avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis,untuk usia 3-
12 tahun 15mg/dosis,diberikan 3kali/hari.sedangkan untuk setirizin dapat diberikan
dosis untuk usia anak 2-5 tahun:2,5mg/dosis,1 kali/hari;lebih dari sama dengan
27
6th:5-10mg/dosis,1kali/hari.perawatan kulit dan mata serta pemberian antibiotik
topikal.
A. DEFINISI
Eritema nodosum merupakan penyakit akut, noduler, erursi eritematoua yang
biasanya terbatas pada bagian extensor kaki. Eritema nodosum jarang kronik dan
rekuren tapi bisa saja terjadi. Eritema nodosum dianggap sebagai reaksi
hipersensitivitas dan bisa terjadi oleh karena beberapa penyakit sistemik atau karena
terapi obat, atau mungkin saja idiopatik. Wanita lebih sering terkena dibandingkan
dengan pria dengan rasio 4:1. Eritema nodosum bisa terjadi pada anak-anak dan pada
pasien dengan usia lebih dari 70 tahun, tapi lebih sering terjadi pada dewasa muda
yaitu pada usia 18-34 tahun.
B. PATOFISIOLOGI
C. GEJALA KLINIK
Fase erupsi Eritema nodosum dimulai dengan flulike symptoms dengan
demam dan nyeri seluruh badan. Artralgia bisa terjadi dan mendahului erupsi atau
muncul selama fase erupsi. Lasi yang timbul oleh karena infeksi akibat Eritema
nodosum banyak yang sembuh dalam 7 minggu, tapi bentuk aktif mungkin bisa
sampai 18 minggu. Namun, pada 30 % Eritema nodosum yang idiopatik bisa
bertahan sampai lebih dari 6 bulan. Demam dengan penemuan kelainan kulit seperti
tiba-tiba sakit dengan demam yang diikuti dengan nyeri rash selama 1-2 hari.
Pada penemuan fisik, kelainan kulit didapatkan terbatas pada kulit dan sendi.
Lesi mulai dengan bentuk nodul merah yang nyeri tekan. Batas lesi sulit ditentukan,
dan berukuran 2-6 cm. Selama minggu pertama lesi menjadi keras, tegang, dan nyeri,
pada minggu kedua, lesi menjadi fluktuan sepeti pada abses, tapi tidak bersifat
supuratif atau ulseratif. Lesi ada selama hamper 2 minggu, tapi kadang, lesi baru
selanjutnya muncul selama 3-6 minggu. Sakit pada kaki dan bengkak pada
pergelangan kaki bisa berlangsung selama berminggu-minggu. Distribusi lesi kulit:
lesi muncul pada kaki bagian anterior, walapun demikian, lesi tersebut juga bisa
muncul pada tempat lain. Lesi berubah warna pada minggu kedua dari merah terang
menjadi biru pucat. Lesi akan menghilang pada 1 atau 2 minggu karena deskuamasi
kulit. Adenopati hiler bisa berkembang karena reaksi hipersensitifitas EN.
Limfadenopati hiler bilateral berhubungan dengan sarkoidosis, dengan perubahan
umilateral bisa terjadi dengan infeksi dan keganasan. Artralgia terjadi pada lebih dari
50 % pasien dan mulai selama fase erupsi atau mendahului erupsi selama 2-4
minggu. Eritema, bengkak dan nyeri terjadi pada sendi, kadang dengan efusi. Nyeri
sendi dankaku pada pagi hari dapat terjadi. Beberapa sendi dapat terlibat, namun
pergelangan kaki, lutut, dan pergelangan tangan adalah sendi yang paling sering
terlibat.
29
Pembengkakan kaki atau daerah lain yang terkena dampak
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiology
E. PENATALAKSANAAN
Pada banyak pasien, EN merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri dan
hanya membutuhkan terapi simptomatik dengan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS), kompres dingin, elevasi dan tirah baring. Konsultasi dan kerjasama
mungkin diperlukan antara:
Definisi
Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit yang disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada penderita atau keluarganya.
30
Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang
kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.
Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan
gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya
episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode
selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu.
Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun.
Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa.
Epidemiologi
Belakangan ini prevalensi DA makin meningkat dan hal ini
merupakan masalah besar karena terkait bukan saja dengan kehidupan
penderita tetapi juga melibatkan keluarganya. Di Amerika Serikat, Eropa,
Jepang, Australia dan Negara-negara industri lainnya, prevalensi DA pada
anak mencapai 10 – 20 persen, sedangkan pada dewasa 1 – 3 persen. Di
Negara agraris, prevalensi ini lebih rendah. Perbandingan wanita dan pria
adalah 1,3:1.
DA cenderung diturunkan. Bila seorang ibu menderita atopi maka
lebih dari seperempat anaknya akan menderita DA pada 3 bulan pertama.
Bila salah satu orang tua menderita atopi maka lebih separuh anaknya
menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila kedua orang tua menderita
atopi, angka ini meningkat sampai 75 persen.
Patogenesis
31
Penyakit ini dipengaruhi multifaktorial, seperti faktor genetik,
imunologik, lingkungan, sawar kulit dan farmakologik. Konsep dasar
terjadinya DA adalah melalui reaksi imunologik.
Faktor Genetik
DA adalah penyakit dalam keluarga dimana pengaruh maternal sangat
besar. Walaupun banyak gen yang nampaknya terkait dengan penyakit alergi,
tetapi yang paling menarik adalah peran Kromosom 5 q31 – 33 karena
mengandung gen penyandi IL3, IL4, IL13 dan GM – CSF (granulocyte
macrophage colony stimulating factor) yang diproduksi oleh sel Th2. Pada
ekspresi DA, ekspresi gen IL-4 juga memainkan peranan penting. Predisposisi
DA dipengaruhi perbedaan genetik aktifitas transkripsi gen IL-4. Dilaporkan
adanya keterkaitan antara polimorfisme spesifik gen kimase sel mas dengan
DA tetapi tidak dengan asma bronchial ataupun rinitif alergik. Serine protease
yang diproduksi sel mas kulit mempunyai efek terhadap organ spesifik dan
berkontribusi pada resiko genetic DA
32
atau TH2. Sel TH1 akan mengeluarkan sitokin IFN-γ, TNF, IL-2 dan IL-17,
sedangkan sel TH2 memproduksi IL-4, IL-5 dan IL-13. Meskipun infiltrasi
fase akut DA didominasi oleh sel TH2 namun kemudian sel TH1 ikut
berpartisipasi. Jejas yang terjadi mirip dengan respons alergi tipe IV tetapi
dengan perantara IgE sehingga respons ini disebut IgE mediated-delayed type
hypersensitivity. Pada pemeriksaan histopatologi nampak sebukan sel netrofil.
Selain dengan SL dan sel mas, IgE juga berafinitas tinggi dengan FcεRI yang
terdapat pada sel basofil dan terjadi pengeluaran histamin secara spontan oleh
sel basofil. Garukan kronis dapat menginduksi terlepasnya TNF α dan sitokin
pro inflamasi epidermis lainnya yang akan mempercepat timbulnya
peradangan kulit DA. Kadang-kadang terjadi aktivasi penyakit tanpa
rangsangan dari luar sehingga timbul dugaan adanya autoimunitas pada DA.
Pada lesi kronik terjadi perubahan pola sitokin. IFN-γ yang merupakan sitokin
Th1 akan diproduksi lebih banyak sedangkan kadar IL-5 dan IL-13 masih tetap
tinggi. Lesi kronik berhubungan dengan hiperplasia epidermis. IFN dan GM-
CSF mampu menginduksi sel basal untuk berproliferasi menghasilkan
pertumbuhan keratinosit epidermis. Perkembangan sel T menjadi sel TH2
dipacu oleh IL-10 dan prostaglandin (P6) E2. IL-4 dan IL-13 akan
menginduksi peningkatan kadar IgE yang diproduksi oleh sel B.
Respons sistemik
Perubahan sistemik pada DA adalah sebagai berikut :
- Sintesis IgE meningkat.
- IgE spesifik terhadap alergen ganda meningkat.
- Ekspresi CD23 pada sel B dan monosit meningkat.
- Respons hipersensitivitas lambat terganggu
- Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat.
- Kadar CAMP-Phosphodiesterase monosit meningkat disertai peningkatan IL-
13 dan PGE2
Faktor lingkungan
Peran lingkungan terhadap tercetusnya DA tidak dapat dianggap remeh.
Alergi makanan lebih sering terjadi pada anak usia <5 tahun. Jenis makanan
yang menyebabkan alergi pada bayi dan anak kecil umumnya susu dan telur,
33
sedangkan pada dewasa sea food dan kacang-kacangan. Tungau debu rumah
(TDR) serta serbuk sari merupakan alergen hirup yang berkaitan erat dengan
asma bronkiale pada atopi dapat menjadi faktor pencetus dermatitis atopik.
95% penderita dermatitis atopik mempunyai IgE spesifik terhadap TDR.
Derajat sensitisasi terhadap aeroalergen berhubungan langsung dengan tingkat
keparahan dermatitis atopik. Suhu dan kelembaban udara juga merupakan
faktor pencetus dermatitis atopik, suhu udara yang terlampau panas/dingin,
keringat dan perubahan udara tiba-tiba dapat menjadi masalah bagi penderita
dermatitis atopik. Hubungan psikis dan penyakit dermatitis atopik dapat timbal
balik. Penyakit yang kronik residif dapat mengakibatkan gangguan emosi.
Sebaliknya stres akan merangsang pengeluaran substansi tertentu melalui jalur
imunoendokrinologi yang menimbulkan rasa gatal. Kerusakan sawar kulit akan
mengakibatkan lebih mudahnya mikroorganisme dan bahan iritan (seperti
sabun, detergen, antiseptik, pemutih, pengawet) memasuki kulit.
Gambaran Klinis
Ada 3 fase klinis dermatitis atopik yaitu dermatitis atopik infantil (2 bulan – 2
tahun), DA anak (2 – 10 tahun) dan DA pada remaja dan dewasa.
a. Dermatitis Atopik Infantil ( 2 bulan-2tahun)
- Dermatitis atopik paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu
pada bulan kedua.
- Lesi mula-mula tampak didaerah muka (dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk
krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila
anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan didaerah ekstensor ekstremitas.
- Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke
fase anak.
b. Dermatitis atopik pada anak (2 – 10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (de
novo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak
mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50%
permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. Dermatitis atopik pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering,
34
pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan
paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul,
papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama.
Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi.
Pruritus adalah gejala subjektif yang paling dominan dan terutama
dirasakan pada malam hari. Bagaimana mekanisme timbulnya pruritus masih belum
jelas. Histamin yang keluar akibat degranulasi sel mas bukanlah satu-satunya
penyebab pruritus. Disangkakan sel peradangan, ambang rasa gatal yang rendah
akibat kekeringan kulit, perubahan kelembaban udara, keringat berlebihan, bahan
iritan konsentrasi rendah serta stres juga terkait dengan timbulnya pruritus.
Umumnya dermatitis atopik remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian
cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan
sebagian kecil sampai tua.Berbagai kelainan kulit dapat menyertai dermatitis atopik
(termasuk dalam kriteria minor).
Diagnosis
Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan bila mempunyai minimal 3 kriteria mayor
dan 3 kriteria minor.
Kriteria Mayor
- Pruritus
- Dermatitis di muka atau ekstensor bayi dan anak
- Dermatitis di fleksura pada dewasa
- Dermatitis kronis atau residif
- Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria Minor
- Xerosis
- Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus dan virus H. simpleks)
- Dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki
- Iktiosis/hiperlinearis palmaris/keratosis pilaris
- Pitiriasis alba
- Dermatitis di papila mamme
- Muka pucat dan eritema
Diagnosis Banding
35
Dermatitis atopik didiagnosis banding dengan dermatitis seboroik, dermatitis
kontak, dermatitis numularis, skabies, iktiosis, psoriasis dematitis herpetiformis,
sindrom Sezary dan penyakit Letterer-Siwe. Pada bayi, DA dapat pula didiagnosis
banding dengan sindrom Wiskott-Aldrich dan sindrom hiper IgE.
Penatalaksanaan Umum
Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen,
pemutih, dll)
Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi.
Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat.
Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA.
Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti
menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu.
Menghindarkan stres emosi.
Mengobati rasa gatal.
Pengobatan
Kortikosteroid
Hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
Antihistamin
Antihistamin diberi untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti histamin
harus diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit sistemik, aktifitas penderita
dll. Anti histamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya tidak diberikan pada
penderita dengan aktifitas disiang hari (seperti supir). Pada kasus sulit dapat diberi
doxepin hidroklorid 10-75 mg/oral/2 x sehari yang mempunyai efek anti depresan
dan blokade reseptor histamine H1 dan H2.
Anti infeksi
Pemberian anti biotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10
hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari. Interferon IFN γ bekerja menekan respons
IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel TH1.
36
Siklosporin
Adalah suatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan terikat
dengan calcineurin menjadi suatu kompleks yang akan menghambat calcineurin
sehingga transkripsi sitokin ditekan. Dosis 5 mg/kg BB/oral, diberi dalam waktu
singkat, bila obat dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya
adalah peningkatan kreatinin dalam serum dan bisa terjadi penurunan fungsi ginjal dan
hipertensi.
Terapi sinar (phototherapy)
Dipakai untuk dermatitis atopik yang berat. Terapi menggunakan ultra violet β
atau kombinasiultra violet A dan ultra violet B. Terpai kombinasi lebih baik daripada
ultra violet B saja. Ultra violet A bekerja pada SL dan eosinofil sedangkan ultra violet
B mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi SL dan mengubah
produksi sitoksin keratinosit.
Probiotik
Pemberian probiotik perinatal akan menurunkan resiko DA pada anak di usia 2
tahun pertama.
Gejala Klinis
Penyakit ini dapat dimulai pada masa anak-anak, berlanjut s/d dewasa.Terdapat 4
pola:
(1) Daerah scalp dan wajah ketombe yang hebat dengan erupsi skuama,
eritematosa mengenai tepi hidung, scalp margin, alis, telinga, blefaritis.
(2)Petaloid daerah prestrenal berupa eksema kering, bersisik.
(3)Pityrosporum folikulitiserupsi folikuler, eritematosa dgn papul, pustul
pada bokong
(4)Flexural pada axilla, inguinal, mammary area.
Diagnosis
Dengan biopsy kulit dapat menetapkan diagnosis.
Manajemen
Lesi di scalp
Medicated shampoo (yang mengandung ketokonazol, selenium sulfida,
coaltar). Untuk sisik yang melekat dengan erat dan timbul, sampo yang
mengandung selnium sulfide atau sampo ketokonazole 2 % dapat
membantu. Sebagai terapi alternatif dapat dioleskan kream
ketokonazole 2 %, hidrokortison 0,5- 1 %,
Lesi di wajah – badan
imidazol + kortikosteroid + antimikroba.
2.3.3.1. Pengertian
38
2.3.3.2. Penyebab :
2.3.3.3. Diagnosa
Patch test
Patch test merupakan suatu test kulit untuk mengidentifikasi apakah suatu
substansi berada dalam keadaan kontak dengan kulit yang dapat menyebabkan
peradangan kulit (dermatitis kontak) dengan menggunakan potongan kecil kain atau
kertas saring yang diimpregnasi dengan alergen yang dicurigai, ditempelkan pada
kullit untuk jangka waktu tertentu, pembengkakan atau kemerahan menunjukkan
reaksi positif.
Prosedur Pemeriksaan
- Patch test terbuka
Patch test terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas
tertentu,lokasi lekatan biarkan terbuka selama 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi
Iritan primer umumnya lebih menyebabkan rasa pedih dari gejala rasa gatal
danreaksi kulit yang ditimbulkan lebih cepat dibandingkan allergen. Reaksi kulit
yangdisebabkan iritan primer terjadi beberapa menit hingga satu jam setelaj
pelekatansedangkan allergen baru menimbulkan reaksi kulit dalam waktu 24-48
jam. Reaksi kulitkarena iritan primer hanya nampak pada daerah pelekatan
sedangkan pada allergen akanmenyebar pada lokasi pelekatan.Patch test terbuka
terutama digunakan untuk pengujian sediaan uji yangmengandung minyak atsiri.
39
Patch test terbuka dapat digunakan sebagai kosmetik, sepertialat pengikat rambut,
shampoo, sabun, detergen, dll
- Pacth tertutup
Prick test
Prosedur Tes Cukit
40
Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast
didapatkan granula-granula yang berisi histamin. Sel mast ini juga
memiliki reseptor yang berikatan dengan IgE. Ketika lengan IgE ini
mengenali alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast terpicu
untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan setempat, maka
timbulah reaksi alergi karena histamin berupa bentol (wheal) dan
kemerahan (flare).
A C
2.3.3.4. Penatalaksanaan
Kompres dingin
Salep kortikosteroid
2.3.3.5. Pembagian
41
Pengertian
Patogenesis
42
dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan
leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah
transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai
kemotraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel
mast melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga
memperkuat perubahan vaskuler (Beltrani et al., 2006; Djuanda, 2003).
43
Reaksi dermatitis kontak iritan bisa beraneka ragam dari
nekrosis (korosi) hingga keadaan yang tidak lebih daripada sedikit
dehidrasi (kering) dan kemerahan. Kekuatan reaksi tergantung dari
kerentanan individunya dan pada konsentrasi serta ciri kimiawi
kontaktan, adanya oklusi dan lamanya serta frekuensi kontak.
Satu kali kontak yang pendek dengan suatu bahan kimiawi
kadang-kadang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam, ataupun
oleh detergen. Uap dan debu alkali dapat menimbulkan rekasi iritan
pada wajah. Jika lemah maka reaksinya akan menghilang secara
spontan dalam waktu singkat. Luka bakar kimia merupakan reaksi
iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang
bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Kontak yang berulang-ulang dengan zat iritan sepanjang hari
akan menimbulkan fissura pada kulit (chapping reaction), yaitu
berupa kekeringan dan kemerahan pada kulit, akan menghilang dalam
beberapa hari setelah pengobatan dengan suatu pelembab. Rasa gatal
dapat pula menyertai keadaan ini, tetapi yang lebih sering dikeluhkan
pasien adalah rasa nyeri pada bagian yang mengalami fissura.
Meskipun efek kumulatif diperlukan untuk menimbulkan reaksi iritan,
namun hilnganya dapat terjadi spontan kalau penyebabnya ditiadakan.
44
yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering
dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.
Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian
(Djuanda, 2003).
Dermatitis Popok
Pengertian
Gejala
Patofisiologi
Diagnosa
Penatalaksanaan
iii. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok
(bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara
perlahan dengan handuk bersih. Usahakan menghindari menggosok-
gosok dengan keras daerah tersebut.
v. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali,
cucilah popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak
terlalu keras. Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam
pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk
membilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam
popok.
46
vi. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara
popok dengan kulit bayi.
vii. Pemakaian popok sekali pakai dianjurkan karena popok sekali pakai
mengandung bahan superabsorben yang dapat menolong untuk
memberikan lingkungan yang relatif kering
Pengertian
47
Lebih terasa nyeri daripada gatal
Penyebab
Penatalaksanaan
Patofisiologi
48
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak
alergik, terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas
pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan
bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan
protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan
diproses oleh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya
dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah diproses
ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk
berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang
tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian
tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh
kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi
sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata
berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi sensitisasi
ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi
alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat
mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah
seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada
umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak
dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan
periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi,
umumnya berlangsung antara 24-48 jam.
Gejala Klinis
Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari
ujung jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
50
Ciri-Ciri :
Eritema
Sangat gatal
Kadang bersisik
Mengalami fisura dan berpigmen
Penyebab :
Perhiasan
Bahan topikal
Sepatu
Baju
Tanaman yang menyebabkan dermatitis pada tempat kontak
Uji Tempel
Pengobatan :
51
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak
adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan
alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk
mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang
ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif
(madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan
kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup
dikompres dengan larutan garam faal.
Dermatitis Nikel
Pengertian
Epidemiologi
52
penata rambut atau pekerja-pekerja industri dimana prevalensi
dapat meningkat hingga 27-38%.Prevalensi pada wanita lebih
tinggi disebabkan karena wanita lebih sering kontak dengan alat-
alat yang mengandung nikel, seperti perhiasan, kancing, retsleting
dan pengait pada baju, peralatan rumah tangga maupun dari
telepon seluler. Sedangkan pada pria,sebagian besar tersensitisasi
karena terpapar pada saat bekerja, seperti dengan koin atau alat-
alat pekerjaan lainnya.
Patogenesis
Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi adalah fase dimana terjadinya kontak
pertama kali antara alergen dengan kulit yang selanjutnya alergen
tersebut akan dikenal dan direspon oleh limfosit T atau fase ketika
sel T naive dirubah menjadi sel T efektor atau sel T memori
spesifik-antigen. Alergen pada umumnya merupakan bahan
dengan berat molekul rendah (<500 dalton), larut dalam lemak
dan memiliki reaktivitas yang tinggi. Pada fase sensitisasi ini,
alergen yang belum diproses atau yang biasa disebut sebagai
hapten akan dipaparkan ke stratum korneum dan selanjutnya akan
berpenetrasi ke lapisan bawah epidermis dan akhirnya ditangkap
oleh sel langerhans kemudian akan terjadi beberapa proses,
seperti proses endositosis atau pinositosis, proses degradasi
nonlisosomal dari alergen atau proses terjadinya ikatan antara
peptida antigen dengan HLA-DR. Paparan dari alergen ini dapat
menurunkan jumlah sel langerhans pada epidermis sebanyak
kurang lebih 50%, yang disebabkan karena sel langerhans
tersebut beremigrasi dari epidermis. Di dalam sel, hapten akan
diberikatan dengan enzim sitosolik dan selanjutnya menjadi
antigen lengkap yang akan diekspresikan pada permukaan sel
langerhans imatur yang juga dapat berfungsi sebagai makrofag
53
walaupun masih memiliki kemampuan terbatas untuk
menstimulasi limfosit T. Tahap berikutnya adalah presentasi
HLA-DR pada limfosit T helper yang akan mengekskresikan
molekul CD4, dimana pada fase ini sel langerhans harus
berinteraksi dengan sel T CD4 dengan reseptor khusus untuk
antigen klas II dan alergen.20 Pengenalan antigen yang telah
diproses dalam sel langerhans oleh Limfosit T terjadi melalui
kompleks reseptor limfosit T CD3 dan dapat juga dipresentasikan
oleh MHC klas I yang akan dikenali oleh CD8. Selanjutnya,
limfosit T yang telah tersensitisasi akan bermigrasi ke daerah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi
dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi
secara spesifik dan membentuk sel memori. Sebagian akan
kembali ke kulit dan ke sistem limfoid, tersebar ke seluruh tubuh
dan menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit
tubuh.
Fase Elisitasi
54
mensekresikan IFN-γ yang akan mengaktifkan keratinosit untuk
mengekspresikan Intercellular adhesion molecule I (ICAM-I) dan
Histocompatability Locus A (HLA)- R.19,20 Sitokin tidak hanya
diproduksi oleh sel langerhans dan limfosit T, tetapi dapatjuga
diproduksi oleh sel keratinosit, sel mast dan makrofag yang
terlibat pada patogenesis dermatitis kontak alergi ini. Sitokin
mempunyai peranan penting pada molekul-molekul adhesi yang
mengatur jalur sel langerhans, sel T dan sel-sel inflamasi lainnya
di kulit. Selain itu, ekspresi dari molekul-molekul adhesi lain
pada sel langerhans dan sel T dapat mempengaruhi respon sel T
terhadap alergen yang masuk.20 HLA-DR pada keratinosit akan
berinteraksi dengan limfosit T CD4 melalui molekul ICAM-1.
55
Penatalaksanaan
Krim kortikosteroid
Dermatitis Sepatu
Pengertian
Penyebab
Penatalaksanaan
Dilakukan Sendiri
Hindari kontak lebih lanjut bahan yang mempercepat reaksi)
pada karet sepatu dan garam krom pada kulit coklat atau
pewarna sepatu
Pada tipe iritan, basuh lah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin.
56
Dilakukan Dokter
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya Bayi merupakan makhluk yang penuh dengan rasa ketergantungan pada
ibunya. Dari kelima indera Bayi, Indera peraba adalah yang paling awal berkembang. Dari
uraian di atas jelas terlihat bahwa kulit bayi sangat peka dan banyak mengalami perubahan.
Karena segala bentuk sentuhan dan belaian yang baik sangat berarti dan dapat merangsang
perkembangan indera perabanya. Hanya dengan ketelitian dan kerajinan maka bayi bisa
terhindar dari gangguan pada kulitnya.Serta diperlukan deteksi dan penanganan yang tepat
agar kelaianan maupun penyakit kulit pada bayi dan balita segera tertangani dengan baik.
Saran
Untuk Ibu :
Sebagai seorang ibu diharapkan agar dapat lebih cermat dalam merawat bayi dan mengamati
perubahan-perubahan yang di alami oleh bayi. Dan diharapkan lebih peka akan keadaan bayi
yang tidak dapat berkata-kata dan hanya dengan menangis bayi dapat mengungkapkannya.
57
Perubahan pada kulit bayi adalah hal yang wajar yang di alami oleh setiap bayi dan hanya
seorang ibu yang bijaksana yang dapat mengatasi semua ini.
ASUHAN KEBIDANAN
BAYI DENGAN HEMANGIOMA
Nama : By Ny.Rani
S : Ibu mengatakan merasa cemas karena pada bayinya ada benjolan pada area
tengkuk kanan, berwarna merah menyala, saat diraba keras dan semakin lama
semakin membesar.
O : Keadaan umum : Baik Kesadaran : composmentis
TTV
Tekanan Darah : 76/48 mmHg RR : 58 x/menit
Nadi : 110 x/menit Suhu : 37º C
Antropometri
Berat Badan : 8,5 kg
Tinggi Badan : 60 cm
Lingkar Kepala : 45 cm
Pemeriksaan fisik
58
Kepala, mata, hidung, telinga : normal, tidak ada kelainan.
Mulut : bersih, tidak terdapat stomatitis. Gigi atas tumbuh empat buah
dan gigi bawah dua buah.
Leher : terdapat benjolan sebesar telur puyuh pada area sebelah kanan
belakang (tengkuk), berwarna merah menyala, tegang, berbatas tegas,
saat dipalpasi teraba keras, tidak ada pembesaran kelenjaran thyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena
jugularis.
Dada : Kanan dan kiri simetris, tidak ada ronchi/wheezing, tidak ada
retraksi dada saat bernafas
Perut, punggung, genetalia, dan ekstermitas atas bawah : normal, tidak
ada kelainan
59
Asuhan Kebidanan Teoritis Hemangioma
O :
Pada hemangioma kapiler keadaan umum bayi baik kesadaran bayi
composmentis, namun pada hemangioma subglotis bermanifestasi sebagai
suara serak,stridor, perburukan menjadi gagal napas yang cepat terjadi.
Sekitar 50% bayi yang terkena telah mnyertai hemangioma kulit, karenanya,
“pernapasan berisik” pada bayi dengan hemangioma kulit yang mengenai
daerah dagu, bibir, mandibula, serta leher memerlukan visualisasi langsung
jalan napas.
TTV : Tekanan darah : 68/44 mmHg – 76/48 mmHg
60
Nadi : 100-180 X/menit
RR : 30-80 X/menit
Suhu : 36,50 C - 37,50 C
Jika mengalami hemangioma yang disebabkan oleh infeksi biasanya bayi
akan mengalami penaikan suhu. Hal ini disebabkan karena peradangan.
Antropometri : Berat Badan : 5 bulan : 2 x BB lahir
1 tahun : 3 x BB lahir
2 tahun : 4 x BB lahir
Tinggi Badan : tinggi badan lahir rata-rata : 50 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
Lingkar kepala : Lingkar Kepala rata-rata : 34 cm
6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
Dilakukan pemeriksaan kulit :
o Hemangioma kapiler : Tampak sebagian bercak
berwarna merah menyala, tegang, berbentuk lobular,
berbatas tegas dan keras pada perabaan dan makin
lama makin besar. Ukuran dan dalamnya sangat
bervariasi, ada yang subkutan berwarna kebiruan.
Involiusi spontan ditandai oleh memucatnya warna
didaerah sentral,lesi menjadi kurang tegang dan lebih
mendatar.
P :
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan
memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa
yang dimaksud dengan Hemangioma, menjelaskan macam-macam hemangioma,
dan penangannya.
Untuk hemangioma kapiler atau superfisial tidak perlu penanganan khusus,
oleh karena akan menghilang dan kulit terlihat normal. Namun, untuk hemangioma
yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan;
hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi;
hemangioma yang mengalami infeksi;hemangioma yang mengalami pertumbuhan
cepat dan menimbulkan deformitas (kelainan) jaringan, harus segera dilakukan
penanganan. Membantu ibu untuk dilakukan rujukan untuk pemeriksaan
lanjutan.
O :
Pada hemangioma kapiler keadaan umum bayi baik dan kesadaran bayi
composmentis
TTV : Tekanan darah : 68/44 mmHg – 76/48 mmHg
Nadi : 100-180 X/menit
RR : 30-80 X/menit
Suhu : 36,50 C - 37,50 C
Antropometri : Berat Badan : 5 bulan : 2 x BB lahir
1 tahun : 3 x BB lahir
2 tahun : 4 x BB lahir
Tinggi Badan : tinggi badan lahir rata-rata : 50 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
Lingkar kepala : Lingkar Kepala rata-rata : 34 cm
6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
Dilakukan pemeriksaan kulit :
Penderita dengan dermatitis oleh karena diaper tampak daerah eritema dan
bersisik disertai lesi vesikulo popular atau bula, terdapat erosi dan fisura.
Erosi dapat tampak seperti bertambal tambal ( berlapis) atau konfluen
( seperti mengalir), mengenai daerah abdomen dari pusat ke bawah, daerah
paha, genetalia, perineum dan pantat.
P :
64
Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk sering mengganti popok. Jangan biarkan
popok yang sudah basah karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai
bayi. Kontak yang lama antara urin atau tinja dengan kulit bayi dapat
menimbulkan ruam popok.
Bersihkan bagian pantat, alat genital dan sekitarnya menggunakan air bersih dan
sabun
Anjurkan saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok
(bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan dengan
handuk bersih. Usahakan menghindari menggosok-gosok dengan keras daerah
tersebut.
Anjurkan pada ibu dan keluarga sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak
memasang popok) selama beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga
daerah popok tetap kering dan bersih.
Beritahukan jika bayi memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah
popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras. Hindari
memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi
kulit bayi. Pastikan untuk membilas popok dengan baik agar deterjen tidak
tertinggal di dalam popok.
Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan
kulit bayi.
Beritahukan pemakaian popok sekali pakai lebih dianjurkan karena popok sekali
pakai mengandung bahan superabsorben yang dapat menolong untuk memberikan
lingkungan yang relatif kering
65
Beritahukan untuk bayi perlu perlindungan tambahan dengan pengolesan pasta
seng oksida setelah steroid atau anti jamur topikal
DAFTAR PUSTAKA
Eisenberg, arlene dkk.1994.Bayi Pada Tahun pertama: apa yang Anda hadapi per
bulan.Jakarta: Arcan)hal:216
Fakulatas kedokteran universitas indonesia.2002.Perawatan akulit Pada bayi Dan
Balita.Jakarta:FKUI hal 20
Fenwick,Elizabeth.1999.Merawat Bayi.jakarta:Dian Rakyat)hal:16
Gilbert,Patricia.1995.Penyakit Yang Lazim Pada Anak-anak.Arcan:Jakarta)hal:42
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/masalah-masalah-yang-lazim-terjadi-
pada-bayi-dan-anak/
Graham- Brown, Robin. Dermatologi : catatan . - Ed.8. —Jakarta : Erlangga, 2005
66
Kosim, M.Sholeh,dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan penerbit IDAI
Schwartz RA, Nervi SJ. Eritema nodosum: tanda penyakit sistemik. Am Fam Physician.
2007; 75 (5) :695-700
Stephan, et, al. 2010. Common Newborn Dermatologic Conditions. Dermatology through the
ages
Yeyeh Ai, SSiT.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info
Medika
Zeina B. Pemvigus Vulgaris. . [online] 2006 [cited 2007 January 24]; [11 screens]. Available
from: http://www.emedicine.com/dermatology\pemv vulgaris\eMedicine - Pemphigus
Vulgaris .htm Spiritia.or.id
67