Anda di halaman 1dari 3

7 Tanda Muslimah Penggoda Suami Orang

Written By admin on Minggu, 08 Juni 2014 | 05.19

Oleh : Iwan Januar

Assalamu’alaykum, salam Sabtu seru!

Apa kabar akhwat fillah! Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan sepanjang hari ini.
Semoga Allah juga menjauhkan ukhti fillah dari berbagai perbuatan keji baik yang disadari maupun yang
tak disadari.

Ada alasan mengapa kalimat terakhir saya tuliskan, karena sebagai insan amat mungkin bagi kita —
khususnya Anda kaum Hawa – mengerjakan satu perbuatan yang tak pernah disadari mendorong diri
sendiri dan orang lain ke tepi jurang perbuatan dosa. Salah satunya tanpa sadar banyak perempuan
yang memainkan peran sebagai penggoda suami orang.

Bila itu dilakukan dengan kesadaran maka itu patut dimintai istighfar sebanyak-banyaknya. Itu berarti
Anda, ukhti fillah, sudah menjadi agen syetan yang senang melihat terpisahnya pasangan suami istri di
dunia ini. Sebagaimana tutur kata Nabi saw.:

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut)[1] kemudian ia mengutus bala
tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah
seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata,
“Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku
tidak meninggalkannya (orang yang ia goda -pent) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan
istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat engkau” [HR Muslim IV/2167 no
2813].

Berhati-hatilah dalam pergaulan dengan kaum lelaki. Karena kerusakan sosial banyak terjadi di area
hubungan pria dan wanita. Apalagi di zaman sekarang, era sekulerisme-liberalisme, dimana dalam area
publik mudah terjadi ikhtilat (campur baur) pria dan wanita dengan disertai interaksi di antara mereka. Di
pasar, di kantor, di kampus, bahkan hingga ke majlis talim dan jejaring sosial.

Ada beberapa tanda yang bila Anda, akhwat fillah, melakukan hal ini bisa jadi tergolong sedang
‘menggoda’ dengan tanda disadari, di antaranya:

Bila bertemu dengan ikhwan/pria itu disadari atau tidak Anda kerap melakukan flirting, meliriknya diiringi
dengan senyuman.

Dengan alasan konsultasi pekerjaan — atau mungkin masalah agama – Anda kerap mengirim pesan
kepadanya via jejaring sosial. Padahal urusan pekerjaan itu bisa Anda tanyakan pada orang lain sesama
muslimah. Atau jawaban dari ikhwan tersebut sebenarnya sudah jelas tinggal Anda move on tapi Anda
terus saja mengirim pesan padanya.

Setiap ada momen spesial tentang pria itu, Anda ada di barisan orang pertama yang mengucapkan
selamat, atau malah memberi gift padanya. Wah, wah, wah.

Entah disadari atau tidak setiap Anda tahu ada kesempatan bertemu dengan pria itu, Anda berdandan
lebih catchy, menarik perhatian.

Anda tidak merasa malu mengambil momen bersama seperti makan siang bersama, tugas kantor
bersama atau foto bersama.

Sama sekali tidak ada perasaan risih kalau Anda mengatakan ‘say’ atau ‘beib’ kepadanya apakah dalam
pembicaraan langsung atau ketika ber-sms, dsb.
Ketika ada momen berbicara dengannya Anda merasa emosi bisa lepas, bisa tertawa, dan gembira. Iffah
atau sikap menjaga diri Anda mendadak luntur bila bertemu dengannya.

Sekarang cobalah jujur pada diri sendiri; apakah Anda memang menyimpan perasaan suka pada pria
itu? Bila ‘iya’, maka berhati-hatilah. Sebagai seorang muslimah sudah semestinya menjaga diri dari
perbuatan yang tidak diridloi Allah SWT. Apalagi bila sampai merusak rumah tangga orang lain atau
menimbulkan gunjingan dari orang-orang di sekitar Anda berdua.

Mulailah menghiasi kepribadian Anda dengan takwa. Munculkan rasa takut dan malu kepada Allah SWT.
Bayangkan bila Anda sudah berumah tangga lalu suami Anda menghadapi kondisi seperti itu. Bukankah
sebagai istri Andapun akan merasa sedih dan marah? Begitupula perempuan lain pun akan merasakan
hal yang serupa. Maka, pagarilah diri dan lingkungan dengan hukum-hukum Allah.

Memang, perempuan akan jauh lebih dimuliakan dan dijaga kehormatannya, lebih banyak terlindung dari
dosa jika mereka hidup dalam naungan Syariat Islam. Di luar kehidupan Islam, tabir yang memuliakan
wanita justru terkoyak-koyak [iwanjanuar.com]

Anda mungkin juga menyukai