Seabrek alasan dapat dikemukakan ketika dua sejoli memastikan dirinya untuk pacaran.
Ada yang beralasan bahwa mereka pacaran untuk mengisi waktu kosong. Logikanya,
daripada waktu terbuang sia-sia khan lebih baik kalau dimanfaatkan untuk hal-hal yang
‘positif’. Tanpa aktivitas pacaran, remaja ABG akan cenderung bengong saja atau paling
banter ngelamun, akibatnya sang waktu akan meninggalkannya di landasan pacu. Jadi
pacaran itu solusi bukan problem.
Caranya, kurangi jatah waktu belajar, jatah waktu bersih-bersih bantuin ortu di rumah,
jatah waktu berorganisasi, jatah waktu beribadah, jatah waktu tidur, jatah waktu mandi
dan tambah jatah waktu pacaran. Akhirnya, pacaran bukan lagi sekadar ngisi waktu
luang tapi justru membakar sekian banyak jatah waktu. Syaithan memang
pakar banget bikin jurang tampak seperti singgasana.
Ada juga yang beralasan bahwa pacaran itu dapat memberikan spirit untuk berprestasi.
Karena dengan pacaran sang pasangan akan selalu memberikan dorongan ataupun
nasihat maupun petuah. Petuah sang pacar biasanya langsung ditaati sehingga lebih
efektif daripada petuah ortu atau para ustadz. Kalau sang pacar memberikan kritikan
kontan saja kepalanya jadi membengkak dengan bibir tersenyum, bangga karena itu
berarti sebuah perhatian. Karenanya pacaran dapat dipandang sebagai sarana untuk
menjadikan remaja berjiwa dewasa, penuh perhatian dan bisa menimbulkan perasaan
saling mengasihi dan saling membantu.
Alasan begini kelihatannya cukup dewasa. Tapi sebentar dulu. Rasa perhatian dan saling
membantu itu umumnya hanya antar mereka berdua sebagai sejoli yang sedang
kasmaran. Mereka hanya memperhatikan sang pacar, cuek pada yang lain. Punya duit
ingat dia, punya makanan ingat dia, punya waktu sepi ingat dia, waduh syair ndangdut.
Jadi, pacaran itu akhirnya dapat ngedongkrak rasa egoisme, karena yang ada di otak
hanya si dia. Lebih ngeri lagi kalau di otaknya itu ternyata ada sel bermerk ngeres.
Pacaran juga bisa bikin orang otoriter, yang didengar cuma nasihat dan petuah dari
mulut sang pacar, karena di mulutnya ada madu dan di matanya ada pelangi, mirip
sinetronlah. Lihat saja, kalau ortu atau ustadz yang menasihati pasti bibirnya
langsung monyong dengan 1001 sinis. Dunia seakan hanya milik mereka berdua, lautan
dan kapalnya juga milik mereka berdua, dan akhirnya tenggelam, wah yang ini ingat
film Titanic.
Bahkan ada remaja yang mohon kepada Tuan Sufi agar membolehkan pacaran,
istilahnya pacaran syari’ah. Misalnya yang ikhwan pakai koko putih bersih dan akhwatnya
pakai jilbab, dan sekali-kali melafadzkan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari. Tapi
aktivitas sayang-sayangan dan berdua-duaan jangan dicabut. Kata Tuan Sufi,
itu mahmengakali dan menunggangi kata “syari’ah” yang mulia. Meski pakai koko dan
sorban serta minyak za’faran, pacaran itu tetap haram karena Rasullah saw. melarang
dua sejoli yang bukan mahramnya derdua-duaan di tempat tertentu (khlawah). Yang
ketiga dari mereka adalah syaithan dan syaithan selalu mendorongnya agar
bermaksiat. Naudzubillahi min dzalik. [Sadik]
Modus Dosa Bilangnya Pacaran Syariah
Modus Dosa Bilangnya Pacaran Syariah
🌾🌾🌾
Banyak sekali anak muda jaman sekarang ingin pacaran, namun setelah tahu
bahwa Islam melarang pacaran, maka mereka membungkusnya dengan
kedok: Pacaran Syariah.
Hihi.
Lelaki sejati nggak akan deh memulai satu hal yang dia ragu apakah bisa ia
selesaikan, apalagi memulai sesuatu yang nggak diselesaikan, lelaki sejati
pantang bertindak seperti itu.
Sebab melangkah tanpa kesiapan itu akan mempermalukan diri sendiri, dan
menimbulkan malapetaka pada orang lain, serta menutup pintu kebaikan bagi
orang lain.
Seorang lelaki sejati takkan melamar seorang gadis tanpa kejelasan terlebih
dahulu.
Untuk apa?
Menurut definisi katanya, arti khitbah itu sendiri, atau dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai lamaran, adalah sebuah pernyataan
atau request dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan untuk menikahinya,
baik dilakukan oleh lelaki secara langsung ataupun melalui perantara pihak
lain yang telah dipercaya sesuai ketentuan agama Islam.
Bila telah dijawab “ya”, maka wanita tersebut menjadi ‘makhthubah’, atau
wanita yang secara agama telah resmi dilamar.
Lelaki yang luar biasa tentunya tidak seperti ini, masak maunya menikmati
tanpa bertanggung jawab?
Ini tuh seolah-olah membooking pasangan yang belum sah supaya nggak
dilamar lelaki lain, sebab dianya belum siap.
Hello?
Lha gimana coba, masak anak SMP khitbah, lha seriusnya di mana?
Coba renungin.
Lha ini khitbah tapi nikahnya pas lulus, dianya aja baru semester satu?!
Wanita yang berminat dengan lelaki yang seperti ini, ya cuma wanita yang
memang sama juga nggak seriusnya, yang maunya cuma dibuai romantisme
kampungan, minus tanggung jawab serta keseriusan.
Andaikan orangtuanya mau nikah hari itu juga, dia bisa, dia siap.
Jangan mau ketipu modus pacaran syariah ya sobat kaum muslimah, kalau
ada lelaki model gitu datang ngelamar, tapi tanggal nikah belum siap, suruh
nguras laut aja, biar dia serius.
Hihi
Kepada Akhwat, Jangan Tertipu
Pada Akhwat, Jangan Tertipu "Playboy Berkedok Ikhwan"
🌾🌾🌾
"Subhanallah ukhti, Akhi Fulan bin Fulan ini benar-benar shalih, cara
bicaranya, cara merespon lawan bicara, cara memberi komentar di pesbuk,
semua kata-katanya indah dan menyentuh, bahkan sangat gentlemen banget."
Mungkin banyak dari kita mendapat curhat seperti itu dari rekan dekat dan
sekitar.
Curhat kekaguman seorang akhwat terhadap ikhwan yang dikenal via fesbuk
atau jejaring sosial lain.
Tetapi ada hal lain yang mesti diperhatikan oleh seorang muslimah, bahwa
lembut dan tegas harus diletakkan pada tempat yang proporsional.
Jika kita memperhatikan pergaulan dunia maya, banyak yang tertipu dan
mudah percaya dengan identitas yang tersaji.
Padahal dunia maya itu tidak sepenuhnya dapat dijadikan rujukan informasi
tentang identitas seseorang.
Contoh yang paling menonjol, banyak peristiwa akhwat terlukai oleh manis
tipuan ikhwan dunia maya.
Di sini rentan terjadi penipuan, baik dari orang biasa maupun orang luar biasa
atau orang yang keluar dari kebiasaan.
Ada akhwat yang memang senang dan merasa tersanjung dengan
didekati ikhwan yang rada-rada punya jiwa gombalis suka bergaya puitis.
Inbox dan komentar dinilainya sebagai bentuk perhatian khusus bagi akhwat,
padahal tidak jarang bukan cuma dua atau tiga akhwat yang dijadikan target
melancarkan aksi gombalisasi.
Tetapi ada juga akhwat yang justru merasa risih dan gerah dengan banyak
diperhatikan ikhwan, karena akhwat akan dapat menyimpulkan
bahwa ikhwan model gini tidak layak disebut sebagai ikhwan, tapi lebih
pantas dijuluki "Playboy Berkedok Ikhwan."
2. Giat kirim inbox pada akhwat. Penting engga penting, ada aja alasan buat
membuka celah agar tercipta dialog, terkadang dipaksa-paksakan, sampai-
sampai kucing tetangga yang lagi sakit pun jadi bahan pembicaraan.
4. Tebar perhatian berisi nasihat, misalnya: "Ukhti sholatnya yang khusyu' ya',
ato 'ukhti semangat, mujahidah gitu lho, hehhee'. Norak banget khan?"
5. Yang paling parah ini nih, tebar janji ta'aruf dan nikah, padahal yang
dijanjikan bukan cuma dua atau tiga akhwat. Giliran ketauan bohongnya, jadi
berabe.
De el el, masih banyak lagi, yang pasti playboy berbaju ikhwan ini sistematis
cara melancarkan serangan.
Jika yang diincer akhwat yang suka ngebahas jihad, maka bentuk tebar
pesonanya juga berkecimpung tentang jihad, meskipun dengan
modal mbah Google.
Jika yang diincar akhwat aktivis, maka bentuk perhatiannya juga ga jauh-jauh
tentang problema keumatan, meski kalimat perhatiannya hasil copas beranda
tetangga sebelah.
Terakhir, penulis hanya ingin mengingatkan saja, hati-hati dengan JIL alias
Jaringan Ikhwan Lebay yang suka tebar perhatian.
Para FBI alias Female Bidikan Ikhwan juga harus pintar-pintar menggunakan
jejaring sosial agar mendapatkan manfaat, bukan mudharat.
Kalau mau serius sama ikhwan, lebih baik ajak kopdar dan nanya orang-orang
dekat.
Dan kepada para playboy, stop it deh aksinya, kasian para akhwat yang udah
terpedaya oleh aksi kalian.
🍃🍃🍃
Hijrah Itu Berat? Memang
Hijrah Itu Berat? Memang
🌾🌾🌾
Hanya untuk sekedar mengucapkan kata “HIJRAH” itu mudah, bahkan anak
TK pun bisa melakukannya.
HIJRAH itu tentang NIAT, niat seorang pendosa yang menginginkan ampunan
dan Rahmat-Nya, dan berharap Allah menerima taubatnya.
Karena kita sadar, bahwa kita tak akan selamanya hidup di dunia fana ini,
akan ada suatu tempat indah di sana yang menunggu seorang bidadari masuk
ke dalamnya.
HIJRAH itu tentang KONSISTEN, konsisten dengan apa yang telah diikrarkan
kepada sang pencipta.
HIJRAH itu tentang BERTAHAN, bertahan untuk selalu sabar dan ikhlas di saat
dunia mulai menjauhi, saat teman mulai mengkhianati, saat keluarga tak
sepenuhnya mendukung, saat menjadi terasingkan di masyarakat, dan di saat
rasa lelah mulai menghampiri.
Allah pasti akan mengganti dengan memberikan kita seorang teman bahkan
sahabat yang tak hanya ingin bersama kita di dunia melainkan akan terus
bersama kita hingga ke Surga-Nya.
Itulah diri kita, kita bagaikan cahaya yang Allah kirimkan di tengah-tengah
keluarga, yang akan menuntun keluarga kita ke jalan yang benar, dan hanya
akan berhenti ketika Allah berkata saatnya kita untuk kembali.
Jangan pernah marah saat seseorang berkata bahwa kita seperti ibu-ibu,
berkata bahwa kita aliran sesat, berkata bahwa kita sudah tak cantik lagi,
berkata bahwa kita terlihat lebih gemuk, bahkan tak jarang yang sampai
berkata kasar terhadap perubahan kita.
🍃🍃🍃
Kisah Hijrah Seorang Muslimah
Kisah Hijrah Seorang Muslimah
🌾🌾🌾
Eittssssss ...
Jangan bilang Anda muslim, tapi nggak tau kewajiban dan sunnah-sunnah
yang lainnya.
Gini-gini, ane kadang masih bingung aja sama setiap muslimah yang di tempat
umum, yang masih sangaaat pede untuk membuka aurat-auratnya.
Naaaah ...
Ini niih ane sediain kisah nyata (kisah nyata looh yaaa) dari seorang
muslimah yang sangat niat untuk berhijrah, eeeeh hijrahnya bukan hijrah
biasa yaaa ... tapi beralih ke jalan Allah, heheeee.
Dulunyaa, beliau adalah seorang gadis yang dibesarkan oleh seorang ibu
kandung dan ayah tiri.
Punya dua adik, yang satu di mana, yang satunya di mana hahaa lupaa
lagii anee 😂
Sedihnya, karena dulu beliau nggak pernah sholat.
Jadi yaa hanya tau sholat aja tapi nggak pernah dilaksanain.
Melanglangbuana ke mana-mana.
Kadang ke mall, kadang juga ke pantai, itu pun menggunakan pakaian yang
sangat terbuka.
Masih dalam pergaulan yang sama, beliau pun akhirnya memiliki seorang
pacar.
Entah masalah apa, beliau pun diputuskan oleh kekasih yang selalu
membawanya kepada kemaksiatan.
Tidak terima, beliau selalu menghubungi mantan pacarnya itu untuk meminta
kepastian.
Sedih, depresi, stress, karena begitu banyak waktu dan pengorbanan terbuang
sia-sia.
Dia yang mengharapkan pria itu yang akan menjadi suaminya, tapi malah
sebaliknya meninggalkannya tanpa jejak.
Setiap harinya dilalui dengan rasa tidak nyaman, rasa gelisah yang tak
menentu.
Tak sengaja, dia melihat sebuah jilbab segi empat di dalam rumahnya.
Kisah Hijrah Seorang Muslimah
Awalnya malas untuk menyentuhnya.
"Waaaaah ... Baguusss ternyata aku pakai jilbab, keliatan lebih cantik,"
tuturnya.
Setelah memulai untuk membiasakan diri dengan hijabnya, tak lama, mantan
pacar yang dulu sempat meninggalkannya pun akhirnya kembali lagi.
Dia pun tak sungkan-sungkan untuk menerima panawaran dari sang mantan
yang mengajaknya kembali merajut cinta.
Akhirnya pun mereka melanjutkan kisah hubungan mereka yang dulu belum
kelar eheheee kalau jaman sekarangnya itu Celebek (cinta lama belum kelar).
Namun, setelah menjalani hubungan yang pernah kandas itu, dia merasakan
kejanggalan.
"Aku udah berjilbab, setidaknya aku sedang belajar menutup aurat, tapi
kenapa ini ya Allah? Kenapa langkahku selalu tertuju pada dosa, aku mohon
tunjukkan jalan yang lurus ya Rabb," pintanya dalam hati dengan penuh
penyesalan.
Satu per satu artikel pun dibukanya, semakin banyak artikel dibuka, semakin
besar pula hatinya untuk bertaubat.
Tak lama, ia pun belajar membiasakan diri untuk mengamalkan ilmu yang dia
dapat.
Dari menutup aurat walaupun belum sempurna, sholat, bahkan dia pun
meminta untuk dinikahkan oleh pacarnya, namun pacarnya tak mampu
memenuhi tuntutannya.
Satu per satu ilmu tersaring dalam memori dan hati, niat ingin mengikuti
kajian-kajian dan kegiatan Islami pun mulai menggebu-gebu ingin diikutinya.
Dia mencari ke mana saja informasi pengajian layaknya orang yang sangat
haus akan ilmu.
MasyaAllah ...
Dia melihat, ada beberapa kegiatan-kegiatan Islam yang diikuti oleh saya.
"Salam kenal yaa ukh .. Oiyaaa, saya liat beberapa postingan kegiatan-
kegiatan ukhty, boleh tau kegiatan apa aja?" tanya Indah dengan rasa
penasaran.
"Waaah .. iyaa salam kenal juga ukh ... ooooh ituu, itu pengajian muslimah
yang diadain setiap dua pekan sekali di hari sabtu di mesjid raya, ukhty kalau
mau gabung bisa kok, hubungi saya aja, nanti saya kirim pin saya yaaa" jawab
saya yang baru saja dikenalnya itu.
"Oh enggak mewajibkan kok ukh .. tapi alangkah baiknya kalau tertutup
sempurna," jawab saya
"Baik .. terimakasih ukh, bantuannya"
Sempat beliau merasa aneh, karena tidak memakai kaus kaki, sementara yang
lain memakainya.
Saya sempat tertawa karena rasa kegelisahan yang lain daripada yang lain.
Sudah sempurna menutup aurat, ibadah yang wajib dia laksanakan, sunnah
pun sering ia laksanakan.
Naaaaaahh ... itu diaaa cerita singkat dari seorang muslimah yang dapat kita
saring manfaatnya!
Allah itu maha kaya, maha pemurah, maha pengampun, maha penyayang,
maha segalanya deeeh.
Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk meminta ampun pada-Nya :)
Hijrahku
Tak pernah tepikirkan sebelumnya jika aku harus mengenakan khimar,
menutup kepala dan rambutku.
Alhamdulillah karena dulu aku sempat bekerja sebagai penyiar radio, dan
dengan gaji yang tidak seberapa, tetapi tetap aku syukuri karena dengan
nikmat-Nya aku bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhanku, termasuk
pakaian tertutup yang aku mau, semua karena niatku untuk berhijab.
Meski pakaian yang aku kenakan dulu jauh dari kata sempurna, masih
mengenakan jeans dan pakaian ketat, serta khimar yang tidak menutup dada
sesuai dengan perintah Allah.
Tapi hal ini tidak terlalu aku hiraukan, aku pikir justru mereka akan senang
melihatku terlihat sama seperti mereka, dan yang aku takutkan justru
keluargaku, terutama Ibu.
Aku terus berfikir, hingga akhirnya aku menemukan alasan yang tepat untuk
aku berhijab.
Karena setiap hari aku berangkat ke kampus memakai kendaraan umum, yang
tidak semua penumpangnya mengerti, selalu saja ada yang merokok, itu
membuatku sesak dan bau karena asapnya.
Dari rumah bersolek habis-habisan dan memakai minyak wangi tapi tetap saja
ketika tiba di kampus wangi parfumku berubah menjadi bau asap rokok.
Itulah alasanku, agar rambutku tidak bau asap rokok dan bau matahari, jadi
aku memutuskan menutup rambutku dengan khimar yang diam-diam aku
kumpulkan selama ini.
Di kampus, apa yang aku duga ternyata tidak salah, teman-temanku justru
terlihat senang dengan penampilan baruku, tak sedikit dari mereka yang
memujiku, dan karena pujian dari merekalah aku semakin yakin dan
bersemangat untuk terus berhijab.
Dulu, sedikit pun tak ada rasa suka, cinta apalagi sayang untuknya.
Entahlah, aku tak tahu apa tujuan ibu mengenalkan pria itu untukku,
bukankah Ibu menginginkan aku menikah dengan pria yang memeluk agama
sama seperti kita.
Kata Ibu pria itu baik, dia bijaksana, pekerja keras dan bertanggung jawab, itu
yang Ibu suka darinya meskipun kita berbeda agama.
Aku bingung, kesal dan merasa lelah, tak tahu apa yang harus aku lakukan
sementara Ibu semakin gencar mendekatkan aku dengan pria itu.
Hijrahku
Hingga akhirnya aku meminta pendapat kepada seorang sahabat, dan dia
menyarankan untuk aku menuruti perintah Ibu dan membuka hati untuk pria
itu.
Dan aku berusaha mencoba membuka hati ini untuk pria pilihan Ibu.
Benci jadi cinta, mungkin ini kalimat yang pas untuk mewakiliku saat itu.
Dulu aku yang sangat membenci pria itu justru sekarang aku sangat
mengaguminya.
Dan di saat rasa cinta itu sedikit demi sedikit mulai tumbuh, masalah baru
muncul, Ibu berbalik menyuruhku untuk tidak dekat-dekat dengan pria itu
kecuali aku bisa mengajaknya memeluk agama yang kita anut.
Aku bingung justru ketika aku memutuskan berhijab dan membuka hatiku
untuk pria itu, ada getaran di hatiku untuk mengenal Islam.
Dan akhirnya aku memutuskan belajar Islam secara diam diam, aku memilih
internet dan orang-orang terdekat untuk aku ajak sharingtentang islam,
hingga akhirnya aktivitasku tercium oleh Ibu.
Semua itu berat untuk aku jalani, semenjak memutuskan berhijrah cobaan
bertubi-tubi menghampiriku, aku merasa bahwa keberadaanku di rumah
dianggap tidak ada, aku merasa asing dalam lingkungan keluargaku sendiri,
diacuhkan dan didiamkan tanpa pernah ada satu kalimat sekadar
menanyakan keadaanku.
Satu tahun berlalu, sunyi itu mendekapku, sepi tanpa ada tegur sapa dan
canda tawa dari Ibu.
Sebagai manusia biasa yang merasa tersakiti, aku selalu mencoba untuk terus
bersabar, meyakini bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah
sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing.
Oleh karena itu aku ikhlas, meski semua mengasingkanku, tapi aku
memaklumi Ibu yang ketika itu menjadi sangat membenciku.
Ibu mana yang mau anaknya keluar dari agama yang dianggapnya benar.
Puncaknya ketika aku merasa kesabaranku sudah habis, aku sudah tidak
tahan berada dalam lingkunganku sendiri, aku memutuskan untuk pergi dari
rumah dan hanya meninggalkan sepucuk surat, agar kedua orang tuaku tidak
khawatir kalau aku akan baik-baik saja.
Hidup tanpa handphone dan sosial media rasanya jendela dunia seperti
tertutup untukku.
Tanpa alat komunikasi aku tak pernah tau bagaimana kabar di luar sana,
bagaimana kabar orangtuaku, bagaimana kabar adik-adikku, bagaimana kabar
sahabat-sahabatku, dan bagaimana kabar pria itu.
Tapi lambat laun aku bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku, aku sudah
terbiasa untuk belajar mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri,
aku belajar hidup mandiri dan belajar hidup sederhana.
Semua dimulai dari nol aku belajar Islam, dari menghafalkan huruf hijaiyah,
menulis dan membaca tulisan Arab.
Layaknya anak TK yang sedang belajar membaca dan menulis, ada rasa malu
ketika melihat santri yang lain sudah sangat pandai, tapi aku buang jauh-jauh
semua rasa malu itu, aku harus berusaha jangan sampai pengorbananku
meninggalkan rumah menjadi sia-sia jika sama sekali tak ada ilmu yang aku
dapat.
Hijrahku
Di pondok, busanaku tampak berbeda dengan mereka yang mengenakan
jilbab dan menjulurkan kerudungnya sampai menutupi dada.
Aku bertanya kepada salah satu santri wanita kenapa di sini harus
mengenakan jilbab atau rok dan kerudung yang besar??
Kami boleh memakai baju lengan pendek dan tanpa kerudung hanya di dalam
kamar tidur, itu pun ada beberapa yang menutup rapat auratnya.
Walaupun masih banyak muslimah yang beranggapan untuk apa berhijab tapi
hatinya busuk.
Sejatinya mereka tidak paham, karena antara akhlak dan hijab adalah dua
perkara yang berbeda.
Hijab adalah mutlak perintah Allah, sedangkan akhlak urusannya dengan hati,
dan setiap orang memiliki wataknya masing-masing.
Wanita yang berhijab memang belum tentu shalihah tetapi wanita shalihah
sudah tentu berhijab.
Setelah aku paham, aku pun mulai meninggalkan khimar tipis dan pakaian
ketatku, mulai belajar mengenakan jilbab dan kerudung besar yang menutupi
dada.
Dan ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan, aku merasa nyaman
memakainya, walaupun sedikit resah, aku takut jika berbusana seperti ini apa
anggapan orang-orang terhadapku, apa mereka akan menganggap aku
golongan teroris dan golongan orang-orang fanatik.
Dan ternyata benar ketika ada salah seorang kerabat menjengukku di pondok,
dia terkejut melihat perubahanku dan memandangku penuh curiga.
Ditemani kedua guruku dan teman terdekatku di pondok, aku menemui orang
itu, dan ternyata dia adalah pria yang selalu hadir dalam anganku setiap hari.
Bukan cokelat, durian atau ice cream kesukaanku yang pria itu bawa, tapi pria
itu membawa cinta yang tulus.
Aku pun menerima lamarannya karena aku tahu tidak baik menolak lamaran
pria shalih.
"Apabila datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan
akhlaknya (untuk meminang wanita kalian) maka hendaknya kalian
menikahkannya dengan wanita kalian. Bila tidak akan terjadi fitnah di muka
bumi dan kerusakan." (HR. At-Tirmidzi no 1085)
Dan seiring berjalannya waktu ketika kami dikaruniai putri kecil buah cinta
kami, Ibu pun mau menerimaku kembali dan hubungan kami kembali seperti
dulu.
Dan setelah menikah, aku baru tahu mengapa suamiku dulu tak menjauhiku
padahal aku selalu berusaha untuk menjauh darinya.
Semua karena perbedaan agama kita yang membuat suamiku merasa tidak
rela jika aku harus merasakan panasnya api neraka karena kekafiranku.
Semua itu tak aku hiraukan, karena Allah berfirman dalam surat Al-A’raaf ayat
176:
"Selama kita berbicara sesuai Al-Qur’an dan Hadits, kita tidak perlu takut,
sesungguhnya meraka yang mencibir kita tidak tahu apa yang mereka
perbuat, mereka tidak sadar, bukan kitalah yang sedang mereka cibir, tapi
mereka sedang memberi protes penolakan terhadap perintah Allah. Bahkan
Rasulullah pun pernah mengalami penolakan dalam dakwahnya."
Dan aku sangat menyadari, diri ini belumlah memiliki banyak ilmu agama,
akan tetapi aku selalu berusaha walaupun dengan ilmu yang sedikit ini, aku
ingin selalu hidup sesuai aturan Allah.
Karena yang aku tahu, ilmu yang sesungguhnya itu ialah yang diamalkan.
Dan insyaAllah, Allah lebih menyukai terhadap orang yang meskipun ilmunya
sedikit tapi ia konsisten dan sedikit demi sedikit mengamalkannya daripada
orang yang banyak menuntut ilmu tetapi ia sampai tak kuasa untuk
mengamalkannya.
Di setiap sujudku, aku selalu memohon semoga Allah tidak hanya menyapaku,
semoga orang-orang yang aku sayangi juga bisa menjemput hidayah Allah
yang begitu indah.
Dan semoga aku bisa istiqamah dengan busana syar’i yang aku kenakan
sekarang supaya bisa menjadi contoh yang baik untuk putri kecilku dan
menjadi istri shalihah untuk suamiku.
Kami ingin menanamkan rasa malu sejak dini untuk buah hati kami, salah
satunya tidak memamerkan aurat kepada sembarang mata, yaitu dengan
berbusana syar’i.
"Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan."
Pacaran? No Way!
Pacaran? No Way!
Sumber: duniajilbab
🌾🌾🌾
Lho???
Hiiiiiiiii...
Teman-teman ana bahkan ada yang sampai nyinyirin ana dan bilang gue itu
payah banget karena di jaman sekarang ini tidak punya pacar.
Helloooo...
Apanya yang perlu dibanggakan dengan punya pacar, justru itu adalah
perbuatan berdosa karena kita telah melanggar aturan yang telah Allah
berikan kepada kita.
Tapi berhubung dia itu adalah teman baik ana yang telah ana kenal sejak lama,
jadi semua perkataannya itu ana abaikan saja karena bagi ana mengikuti
perintah Allah untuk tidak pacaran dalam Islam itu lebih bermanfaat bagi
hidup ana.
Mungkin, bagi kebanyakan teman ana pacaran itu merupakan hal yang sangat
biasa, bahkan kadang jika tidak punya pacar akan diejek atau
dinyinyirin seperti ana.
Dan bahkan ada juga orang yang menganggap bahwa pacaran itu adalah hal
yang harus dilakukan.
Padahal mereka sudah tau bahwa Islam melarang keras dan Allah sendiri
melarang keras hamba-Nya untuk pacaran.
Karena pacaran itu sendiri hanya menimbulkan dosa, fitnah, dan juga zina.
Pacaran dalam Islam yang dihalalkan hanyalah pacaran ketika sudah menjadi
sepasang suami dan istri.
Jika belum menjadi sepasang suami dan istri jelas hal ini sangat diharamkan.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q.S. Al-Isra' [17] : 32)
Itu adalah salah satu ayat yang ada di dalam surat cinta Allah untuk kita.
Pacaran sendiri itu dilakukan oleh dua orang berbeda, yaitu oleh seorang laki-
laki dan perempuan, dan mereka pasti akan berdua-duaan, deket-deketan,
pegangan tangan, dan lain-lain.
Apalagi jika ada setan yang membawa nafsu, maka akan semakin didekatkan
pulalah kita kepada zina itu.
Nah, coba pikirin deh dan resapi isi hadits yang ada di atas, pasti sekarang
sudah mengetahui kan kalau pacaran itu emang sudah sangat dekat dengan
zina.
Kalau kalian masih merasa dan masih ingin bilang kalau pacaran itu tidak
menimbulkan zina dan juga jauh dari zina, coba deh kalian pacaran tanpa
tatap-tatapan, tanpa berdua-duaan, tanpa saling menyentuh satu sama lain,
tanpa saling menyapa dan mengobrol, emangnya bisa???
GAAAK KAAAN!!!
Maka dari itu Allah melarang pacaran dalam Islam kecuali sudah halal, karena
hal yang disebutkan semua di atas sudah melanggar perintah Allah.
Nah terus ada beberapa orang juga yang bertanya, misalkan nggakpacaran
terus gimana dapet pacarnya kan pacaran dalam Islam itu sendiri kan
dilarang?
Masya Allah...
Masa nggak percaya sama Allah dimana jika kita mengikuti semua
perintahnya dan menjauhi semua larangannya kita itu pasti akan diberikan
hadiah oleh Allah, bahkan termasuk dari jodoh itu sendiri, dimana Allah telah
berfirman kepada hamba-Nya bahwa segala sesuatu yang telah Allah ciptakan
itu sesungguhnya sudah berpasang-pasangan supaya kamu selalu mengingat
kebesaran yang telah Allah berikan kepada kita hamba-Nya.
Maha suci Allah karena telah menciptakan kita lengkap dengan pasangan yang
telah Allah siapkan bagi kita.
Baik yang telah Allah tumbuhkan di bumi dan dari dalam diri mereka maupun
semua yang tidak mereka ketahui.
Nah makanya kita sebagai muslin kita itu harus percaya akan kebesaran Allah
bahwa jodoh itu sudah Allah siapkan dan tentukan.
Jadi kita semua nggak perlu takut dan khawatir tidak akan kebagian jodoh,
karena Allah telah menyiapkan jodoh bagi kita yang menjauhi pacaran dalam
Islam kecuali sudah halal dan sudah menjadi pasangan suami istri.
Nah kalau misalkan sampai nggak dapat jodoh di dunia, gimana ceritanya nih?
Padahal kan sudah tidak melakukan pacaran dalam Islam yang dilarang itu?
Tenaaaang..
Jika tidak mendapatkan jodoh di dunia, Allah telah menciptakan juga jodoh di
akhirat dengan catatan perbuatan baik yang telah kita lakukan di dunia itu
akan menghantarkan kita ke dalam surga-Nya, ya surga dari Allah.
Nah terus misalnya ada pertanyaan lagi jika tidak melakukan pacaran dalam
Islam karena belum halal, gimana gue bisa mengenal sifat atau kelakuan dari
jodoh gue yang akan menikah dengan gue nanti?
Ntar kan malah nggak sesuai dengan harapan dan bisa saja malah berujung
kepada kehancuran?
Kita tidak perlu merisaukan hal itu, percayalah jodoh yang baik akan
dipertemukan dengan yang baik pula.
Karena sesungguhnya jodoh itu juga merupakan cerminan dari diri kita
sendiri.
Maka semakin kita baik dan rajin mengamalkan semua yang Allah
perintahkan dan Allah larang, maka semakin didekatkan pula kita dengan
jodoh yang dapat membuat kita menjadi lebih baik lagi, maupun jodoh yang
bisa kita bimbing untuk menjadi lebih baik lagi.
Pasti sudah banyak yang tau kalau pacaran dalam Islam itu dilarang.
Nah sekarang bagi yang sedang menunggu jodoh, yuk, kita sama-sama
menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan juga menjadi pribadi yang lebih bisa
memantaskan diri di hadapan Allah.
Semoga yang istiqomah untuk tidak pacaran, dan juga yang tidak melakukan
pacaran dalam Islam akan diberikan jodoh yang terbaik oleh Allah.
Semoga jodoh terbaik itu bisa membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik
lagi dan tentunya selalu berada di jalan Allah.
Maka dari itu mulai dari sekarang kita jauhi pacaran dan juga jauhi hal-hal
yang akan mendekatkan kita kepada dosa terutama zina.