Studi Kelayakan Ekonomi Pengembangan Bandara Udara PDF
Studi Kelayakan Ekonomi Pengembangan Bandara Udara PDF
Minangkabau (BIM)
ABSTRAK: Kota Padang, ibukota provinsi Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu dari tiga kota terbesar dan
ramai di Sumatera. Secara geografis kota Padang merupakan gerbang nasional bagi "Daerah Segitiga Pertumbuhan" yang
meliputi kota-kota utama Asean, Cina Selatan dan India Selatan. Dengan meningkatnya permintaan penumpang dan kargo,
dan setelah diadakan beberapa studi perbandingan Bandar Udara Tabing dan kemungkinan dibangunnya bandar udara
baru, Departemen Perhubungan Republik Indonesia memutuskan untuk memindahkan fasilitas transportasi udara yang
semula berlokasi di Tabing, Padang ke Ketaping, Padang Pariaman. Namun, sejak dioperasikan Bandar Udara
Internasional Minangkabau (BIM) mulai tanggal 22 Juli 2005 lalu, menyusul penutupan Bandara Tabing di Padang sejak 21
Juli 2005 malam, hingga kini diketahui bahwa proyeksi volume penumpang sudah jauh dilampaui oleh pertumbuhan pesat
industri penerbangan akhir-akhir ini. Makalah ini membahas tentang rencana pengembangan Tahap II BIM, dengan
melakulan beberapa skenario keuangan dan tahapan konstruksinya, agar dapat memenuhi kapasitas kebutuhan proyeksi
hingga tahun 2020. Rencana pengembangan ini diharapkan layak secara ekonomi dan finansial untuk dibangun di kemudian
hari.
KATA KUNCI. : Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM), pengembangan, layak, ekonomi, finansial.
ABSTRACT: Padang City, the capital of West Sumatera is one of the three largest cities and busiest cities in Sumatera.
Geographycally, Padang City is national gate of “Growth Triangle District” which is including Asean main cities, South
China, and South India. Increasing of passengers and cargoes, and after few of comparizon studies taken between Tabing
Airport and possibly build of new airport, Transportation Department of Republic Indonesia decided to move air
transportation facility which firstly located at Tabing, Padang to Ketaping, Padang Pariaman. However, since Minangkabau
International Airport (MIA) operated on 22 July 2005 ago, followed by the closing of Tabing Airport at Padang on 21 July
2005 midnight, we found that until now passenger volume projection is exceed by rapid growth of flight industry recently.
This paper studies about The 2nd Stage of BIM Development Plan which fulfilled projection needs capacity until year 2020.
This Development Plan is hoped feasible economically and financially to be developed in future day.
KEYWORDS. : Minangkabau International Airport (MIA), development, feasible, economic, financial.
Keterangan :
I1 = Investasi awal pembangunan BIM
I2a,b,c = Investasi I, II, III pengembangan BIM
i1 = Pembayaran pinjaman investasi awal pembangunan BIM dalam jangka waktu 30 tahun, bunga pinjaman 1.8%
i2a,b,c = Pembayaran pinjaman investasi I, II, III pengembangan BIM dalam jangka waktu 30 tahun, bunga pinjaman s/d 2%
c1 = Biaya pengeluaran BIM sejak beroperasi tahun 2005
c2 = Biaya pengeluaran BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
r1 = Biaya pendapatan BIM sejak beroperasi tahun 2005
r2 = Biaya pendapatan BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
Keterangan :
I1 = Investasi awal pembangunan BIM
I2a,b,c = Investasi I, II, III pengembangan BIM
i1 = Pembayaran pinjaman investasi awal pembangunan BIM dalam jangka waktu 30 tahun, bunga pinjaman 1.8%
i2a,b,c = Pembayaran pinjaman investasi I, II, III pengembangan BIM dalam jangka waktu 7 tahun, bunga pinjaman 3% s/d 12%
c1 = Biaya pengeluaran BIM sejak beroperasi tahun 2005
c2 = Biaya pengeluaran BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
r1 = Biaya pendapatan BIM sejak beroperasi tahun 2005
r2 = Biaya pendapatan BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
Keterangan :
I1 = Investasi awal pembangunan BIM
I2a,b,c = Investasi I, II, III pengembangan BIM tahun 2008 - 2010
I2d,e,f = Investasi IV, V, VI pengembangan BIM tahun 2014 - 2016
i1 = Pembayaran pinjaman investasi awal pembangunan BIM dalam jangka waktu 30 tahun, bunga pinjaman 1.8%
i2a-f = Pembayaran pinjaman investasi I - VI pengembangan BIM dalam jangka waktu 30 tahun, bunga pinjaman s/d 2%
c1 = Biaya pengeluaran BIM sejak beroperasi tahun 2005
c2 = Biaya pengeluaran BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
c3 = Biaya pengeluaran BIM setelah pengembangan tahun 2014 s/d 2016
r1 = Biaya pendapatan BIM sejak beroperasi tahun 2005
r2 = Biaya pendapatan BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
r3 = Biaya pendapatan BIM setelah pengembangan tahun 2014 s/d 2016
Keterangan :
I1 = Investasi awal pembangunan BIM
I2a,b,c = Investasi I, II, III pengembangan BIM tahun 2008 - 2010
I2d,e,f = Investasi IV, V, VI pengembangan BIM tahun 2014 - 2016
i1 = Pembayaran pinjaman investasi awal pembangunan BIM dalam jangka waktu 30 tahun, bunga pinjaman 1.8%
i2a-f = Pembayaran pinjaman investasi I - VI pengembangan BIM dalam jangka waktu 7 tahun, bunga pinjaman 3% s/d 12%
c1 = Biaya pengeluaran BIM sejak beroperasi tahun 2005
c2 = Biaya pengeluaran BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
c3 = Biaya pengeluaran BIM setelah pengembangan tahun 2014 s/d 2016
r1 = Biaya pendapatan BIM sejak beroperasi tahun 2005
r2 = Biaya pendapatan BIM setelah pengembangan tahun 2008 s/d 2010
r3 = Biaya pendapatan BIM setelah pengembangan tahun 2014 s/d 2016
Pada Tabel 5 berikut ini, diketahui Skema I memiliki ini, maka Skenario 1 Skema I dianggap lebih
NPV dan ∆ROR lebih besar daripada Skema II. menguntungkan dan feasible untuk dibangun daripada
Berdasarkan hasil perhitungan incremental analysis Skenario I Skema II.
1.0
8
1.0
1.0
4
B/C
1.0
3
1.0
0.9
proyek masih feasible karena nilai NPV > nol atau BUNGA PINJAMAN (%)
3,00
0 Skema I masih menguntungkan dan feasible untuk
2,00
0
dibangun.
1,00
0
13.2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
0 1 2 13.0
BUNGA PINJAMAN (%) 0
12.8
0
12.4
Skenario 1 Skema I 0
(TAHUN)
12.2
0
12.0
0
11.8
29.00%
0
11.6
0
28.80%
11.4
0
28.60%
11.2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
28.40%
0 1 2
BUNGA PINJAMAN
(%)
28.20%
27.60%
27.40%
27.20%
2. Analisa indikator kelayakan ekonomi dan
27.00% finansial terhadap suku bunga pinjaman dan
growth rate penumpang domestik di Sumbar.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BUNGA PINJAMAN
Berdasarkan nilai indikator kelayakan ekonomi pada untuk pengembangan pada tahun 2008 sampai dengan
Tabel 6 dan nilai indikator kelayakan finansial pada tahun 2010.
Tabel 7 diatas, disimpulkan bahwa dilihat dari sudut
Berdasarkan nilai indikator kelayakan ekonomi dan
pandang pemerintah RI, pada saat pertumbuhan
finansial Skenario 1 Skema II pada Tabel 8 dan Tabel
penumpang domestik rendah (3%) rencana
9 berikut ini, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari
pengembangan BIM Skenario 1 Skema I masih
sudut pandang pemerintah RI dan Pengelola Bandara,
feasible untuk dibangun pada tahun 2008 sampai
rencana pengembangan BIM feasible untuk dibangun
dengan tahun 2010 meskipun bunga pinjaman tinggi
secara bertahap pada tahun 2008 sampai dengan tahun
(12%), sedangkan dilihat dari sudut pandang
2010 dan pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016
Pengelola Bandara, rencana pengembangan BIM
meskipun pertumbuhan penumpang domestik rendah
Skenario 1 Skema I membutuhkan dana tambahan
(3%) dan bunga pinjaman tinggi (12%).
SKEMA II
pesawat internasional, 75.100 pesawat domestik,
372.919 penumpang internasional, 9.647.088 penum-
pang domestik, 6.454 jemaah haji, 136 ton kargo
150,000
NPV (USD 1.000)
100,000
internasional, dan 6.775 ton kargo domestik.
Skema model investasi pada rencana pengembangan
50,000
BIM yaitu Skema I merupakan model investasi
pengembangan yang dilakukan pada tahun 2008
0
400,0
00 Skenario 1 Skema II adalah sebesar USD 266.029.524
300,0 atau sekitar Rp. 2.4 trilyun. Sedangkan biaya investasi
00
untuk Skenario 2 Skema II adalah sebesar
USD 65.010.621 atau sekitar Rp. 585 milyar. Modal
200,0
00
100,0
00
investasi merupakan dana yang berasal dari 75%
0
pinjaman luar negeri dan 25% dana APBN.
1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5
(100,00
0 2 5 7 0 2 5 7 0 2 5 0 5 0
Kesimpulan :
0)
DISCOUNT
RATE (%)
1. Berdasarkan data dari BPS Sumbar dan PT.
Grafik 6. Evaluasi Financial NPV Skenario 1 (Persero) Angkasa Pura II, faktor dominan yang
Terhadap Discount Rate mempengaruhi pertumbuhan angkutan udara di
Sumbar adalah penumpang domestik.