Anda di halaman 1dari 21

Coiled Tubing Unit

Eksploitasi merupakan suatu kegiatan pengerjaan atau pengusahaan suatu


sumber hidrokarbon untuk diproduksikan secara maksimal. Usaha untuk
pengerjaan ini memerlukan keteknikan yang, makin lama makin berkembang,
salah satu diantaranya adalah teknologi coiled tubing. Coiled Tubing (CT) adalah
suatu tubing yang dapat digulung dan bersifat plastik, terbuat dari bahan baja yang
tak tersambung, dengan diameter berkisar antara 1-5 in, tebal 0,067 - 0,25 in.
Komponen-komponen Coiled Tubing Unit (CTU) telah dikembangkan untuk dapat
menggantikan atau menutupi kelemahan teknologi konvensional yang sudah ada.

Dalam operasinya, CT juga mempunyai batasan-batasan operasi


penggunaannya serta mengalami pembebanan akibat gaya-gaya yang bekerja
padanya, yang dapat meminimalkan kerusakan atau bahkan patah. Adapun batasan-
batasan operasinya meliputi batasan tekanan dan tegangan (pressure and tension),
diameter dan keovalan, kelelahan dan korosi serta batasan pemompaan dan
pengaliran. Yang terpenting adalah batasan tekanan dan tegangan, berhubung
dengan kemungkinan adanya kerusakan permanen. Batasan tekanan dan tegangan
pada CT ditentukan berdasar material pembentuk, yield strength, dan tensile
strength, diameter dan ketebalan, serta berat nominal CT. Apabila
tekanan/tegangan yang dikenakan pada CT melebihi minimum yield strength-nya,
maka CT akan mengalami kerusakan permanen akibat deformasi plastik.

Dengan mengacu pada batasan-batasan operasi CT, penerapan teknologi


coiled tubing untuk mengeksploitasi suatu reservoir akan dapat dilakukan dengan
baik. Penerapan-penerapan ini meliputi kegiatan pemboran, produksi atau
komplesi sumur dan operasi kerja ulang. Pertimbangan-pertimbangan penggunaan
CT meliputi pertimbangan teknis, pertimbangan mekanis, dan pertimbangan waktu
dan biaya. Secara teknis, CT lebih mudah pengoperasiannya karena didukung
dengan alat-alat penunjang yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
aman dalam operasinya, serta adanya peralatan pengontrol/monitor operasi yang
baik. Pertimbangan mekanik didasari pada kemampuan, CT dan keunggulan
masing-masing komponen. Dan pertimbangan waktu yang lebih cepat sehingga
memungkinkan untuk memperkecil biaya operasional.
1. Penerapan CT Pada Operasi Pemboran
Penggunaan CT untuk operasi pemboran menggantikan drill pipe konvensional
didasari/didorong oleh tersedianya ukuran CT yang lebih besar (>1 in.), sehingga
memungkinkan untuk meneruskan hydraulic horsepower ke downhole motor
melalui fluida pernboran untuk memutar pahat dan sekaligus membersihkan lubang
bor. Peralatan yang digunakan adalah CTU ditambah dengan peralatan penunjang
seperti peralatan sirkulasi, BOP sebagai peralatan utama kontrol sumur, dan
peralatan pcngangkatan. BOP untuk operasi pemboran dengan CT didesain secara
khusus untuk melindungi peralatan-peralatan di atas permukaan dan peralatan di
bawah permukaan, disamping fungsi utamanya menjalankan kontrol sumur. Oleh
karena itu, umumnya BOP dipasang dua /setingkat.
Bottom Hole Assembly (BHA) merupakan satu kesatuan rangkaian peralatan
bawah permukaan yang disusun untuk mencapai laju penetrasi yang optimum,
pencapaian target yang tepat dan lubang bor yang halus. Perencanaan BHA ini
akan sangat menentukan keberhasilan dari proyek pemboran, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan faktor-faktor penting seperti:
1. Perencanaan Pemboran

Berhubungan dengan target pemboran yang akan dicapai, kedalaman


pemboran dan jenis pemboran,vertikal, berarah atau horizontal.

2. Formasi

Berhubungan dengan pemilihan kombinasi motor-bit yang akan digunakan


dan parameter-parameter pemboran seperti WOB dan RPM, serta pemilihan fluida
pemboran.

3. Mekanis

Pemilihan komponen-komponen BHA menimbang pada mekanika masing-


masing komponen.

BHA untuk operasi pemboran dengan CT umumnya juga dilengkapi dengan


Measurement While Drilling (MWD) sehingga alat pengukur dan monitoring
selama operasi pemboran berlangsung yang dihubungkan melalui wireline ke
komputer di permukaan. Dengan pemilihan rangkaian BHA yang baik juga akan
mengurangi efek buckling selama operasi pemboran, khususnya pada pemboran
berarah dan horizontal, yang pada akhirnya akan dapat mencapai laju penetrasi
yang optimum, tepat target dan lubang bor yang halus.
Penggunaan CT untuk operasi pemboran vertikal maupun berarah dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu pemboran re-entry dan pemboran
sumur baru. Pemboran sumur re-entry adalah pemboran kembali untuk
memperdalam sumur, biasanya dilanjutkan dengan pemboran berarah atau
horizontal, dengan window cutting. Dan pemboran sumur-sumur baru umumnya
untuk sumur injeksi atau sumur observasi. Operasi pemboran ini tetap memerlukan
adanya lubang permukaan (shallow surface hole) untuk casing permukaan. Untuk
sumur baru, Dowell menggunakan metode yang disehut “Crane Drilling” untuk
membuat lubang permukaan, metode ini tetap menggunakan downhole motor
untuk memutar bit, dan setelah lubang permukaan terbentuk dipasang casing
permukaan sebagai landasan peralatan kontrol sumur.

Pemboran vertikal trayek berikutnya dilakukan dengan CT dan BHA yang


meliputi PDC, PDM, DC, release joint, check valve, dan connector. WOB yang
diberikan cenderung lebih kecil daripada pemboran konvensional, dengan RPM
yang tinggi sesuai daya downhole motor untuk memutar bit. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan maupun operasinya adalah:
Pemilihan fluida pemboran yang khusus > fluida pemboran ditekankan pada fungsi
pembersihan lubang bor, baik pada kondisi overbalance maupun underbalance.
Hidrolika lubang bor > berhubungan dengan laju pemompaan dan kecepatan di
annulus agar fluida mampu mengangkat serbuk bor, serta adanya pressure loss.
Kombinasi motor-bit > berhubungan dengan daya pada motor untuk memutar bit.
Optimasi hal-hal tersebut diatas akan dapat memperbesar laju penetrasi pemboran.
Pada pemboran berarah maupun horizontal, yang umumnya adalah pemboran re-
entry, dilakukan dengan window cutting, pemasangan whipstock assembly dan
dilanjutkan dengan memotong casing pada BHA meliputi diamond speed mill, low
speed motor, DC, disconnecting sub, flapper valve dan connector. Selanjutnya,
pemboran bagian bawah berarah dilakukan dengan perencanaan BHA khusus,
penambahan peralatan orienting tool dan MWD sebagai kontrol arah dan
mechanical release untuk penanggulangan jepitan pipa. Problem jepitan pipa (lock-
up), baik akibat formasi maupun mekanik peralatan merupakan salah satu problem
yang cukup serius. Oleh karena itu diperlukan perencanaan BHA yang sesuai dan
pemilihan fluida pemboran untuk pencegahan pengembangan clay, umumnya
dipakai Thermally Activated Mud Emulsion (TAME Mud).

Pada bagian horizontal, panjang bagian horizontal yang dapat dibor juga
tergantung pada peralatan yang digunakan, dalam hal ini adalah susunan BHA
yang digunakan dan fleksibilitas rangkaian. Semakin baik perencanaan BHA-nya,
memungkinkan untuk mencapai bagian horizontal yang panjang. Dalam
perencanaan maupun operasi pemborannya, umumnya semakin kecil laju build-up
(BUR) maka akan semakin panjang bagian horizontal yang dapat dibor, dan CT
telah mampu melakukan pemboran tipe Ultrashot Radius Radial System, (URRS),
dimana pemboran konvensional belum mampu melakukannya. Strategi
pembebanan pada bagian horizontal juga sangat diperlukan dengan beban buckling
yang dapat menyebabkan kondisi lock up pada bagian belokannya. Problem
buckling maupun lock up ini dapat dikurangi dengan menggunakan CT yang
berukuran lebih besar atau dengan mengurangi clearance/ruang CT dengan dinding
lubang bor.

Pemboran sidetrack pada formasi shale sangat mepengaruhi terhadap


pemboran menggunakan coiled tubing. Ketika ROP menurun pada kedalaman
5982 ft arah tool face berlawanan dengan arah pemboran yang diinginkan, kejadian
tersebut dikarenakan CT orienter mengalami reaction torque oleh formasi shale
saat dibor. Pada formasi shale ini rangkaian CT 2 3/8” harus menahan torsi yang
besar dan hal tersebut mengakibatkan rangkaian ikut berputar karena besarnya torsi
sedangkan karakteristik CT 2 3/8” dan motor 4 ¾” hanya mampu bekerja pada
batasnya dan tidak mampu menahan torsi yang berlebihan. Tool face mengalami
perubahan arah yaitu berlawanan arah dengan yang diharapkan.
Permasalahan ini diatasi dengan menarik CT kepermukaan sehingga terjadi torque
release dan kemudian arah toll face dikoreksi sesuai dengan arah yang diinginkan.
Usaha tersebut berhasil sehingga CTD dapat mengebor sampai target 5665 ft TVD
atau 6535 ft MD dengan arah azimuth – 2446, 77 N+/S- dan – 1771,73 E+/W-.,
dimana target perencanaan adalah kedalaman 5555,2 s/d 5689,8 ft untuk TVD,
6413,0 s/d 6571,8 ft untuk MD. Sedang arah azimuth yang diharapkan adalah –
2440,96 s/d 2475,6 N=/S- dan –1758,29 s/d – 1833,01 W+/E-.
Operasi squeeze cemeting merupakan proses pendesakan bubur semen melalui
lubang perforasi atau lubang pada casing/liner yang bertujuan untuk memperbaiki
penyemenan tahap pertama. Operasi squeeze cementing dengan CT telah banyak
dikembangkan dan dibuktikan dengan prosedur operasi yang sesuai dan desain
bubur semen yang baik. Diperlukan desain dan pertimbangan kontrol yang lebih
tepat dibanding konvensional squeeze cement. Pengujian di laboratorium
dilakukan pada thickening time, fluid loss dan rheologi bubur semen, dan harus
dapat disampaikan dengan jelas untuk mewakili kondisi lapangan yang
sebenarnya. Urutan test bubur semen untuk operasi dengan CT ditunjukkan pada
Tabel IV-19 dan tipikal komposisi dan karakteristik bubur semen pada Tabel IV-20.
Yang perlu diperhatikan dalam CT Squeeze cementing adalah tidak adanya air dan
padatan yang mengendap dalam bubur semen, yield point berkisar antara 5 lbf/100
ft2 sampai 10 lbf/100 ft2 dan minimum plastic viscosity lebih kecil dari 50 cp.
Keberhasilan CT squeeze ditentukan oleh penempatan dari cement coloumn off-
bottom bubur semen yang stabil, sehingga kelebihan semen kecil dan dapat
dipindahkan dengan cepat.
2. Operasi CT pada Operasi Produksi.
2.1. Penerapan CT Pada Penyelesaian Sumur

Penggunaan CT untuk komplesi sumur masih terbatas untuk perforasi dan


komplesi tubing yang sederhana, dimana untuk komplesi yang rumit seperti dual
completion atau ESP completion, CT masih belum dapat digunakan secara optimal.

Untuk perforasi sumur, CT dapat digunakan untuk menggantikan wireline


atau tubing, terutama untuk sumur-sumur deviasi tinggi atau sumur horizontal.
Coiled Tubing Throught-Tubing Type atau Coiled Tubing Conveyed Perforation
dapat digunakan. TCP ini dapat digunakan untuk melubangi melalui casing
produksi, tubing maupun liner. Peralatan penembakan dipasang pada CT,
diaktifkan menggunakan tenaga elektr-ik melalui wireline atau hidrolik. Umumnya
dipakai nitrogen untuk menggantikan fluida komplesi, dengan maksud
penembakan pada kondisi underbalance agar runtuhan hasil perforasi dapat
dibersihkan dengan sendirinya oleh fluida formasi. Untuk sumur horiril, umumnya
densitas perforasi 8 - 12 SPF dan mekanisme penembakan dengan mengutamakan
Shapper Actualed Firing Equipment atau dapat juga dengan mekanisme hidrolik
(BAKER)

Penggunaan CT untuk tubing completion, saat ini telah dikembangkan tiga


teknik penyelesaian sumur, masing-masing adalah Velocity String Completion,
Externally Upset Completion, dan Spoolable Non Upset Completion. Prinsip dasar
teknik komplesi velocity string adalah memasukkan pipa dengan diameter lebih
kecil ke dalam pipa komplesi yang sudah ada, yang diharapkan mampu untuk
mempercepat aliran fluida dari sumur ke permukaan. Velocity string completion
dapat diterapkan pada sumur-sumur yang mengalami penurunan produksi karena
penurunan tekanan formasi, sumur ber-GOR tinggi, atau sumur-sumur gas dengan
tingkat produksi minimal dan tekanan alir bawah permukaan masih mampu
menanggulangi kehilangan tekanan di tubing. Yang harus diperhatikan adalah
bahwa tekanan alir bawah permukaan harus melebihi atau lebih besar dari friction
loss fluida produksi di tubing, tekanan hidrostatik dan semua tekanan permukaan.

Externally Upset Completion merupakan metode penyelesaian sumur


dengan penggabungan CT dengan peralatan-peralatan komplesi yang biasa
digunakan pada penyelesaian konvensional seperti gas lift mandrell, sub surface
safety valve, SSD, dan lainnya. CT hanya digunakan untuk menggantikan
keberadaan tubing produksi. Komplesi ini dapat dilakukan pada sumur-sumur baru
yang diproduksikan maupun operasi kerja ulang.

Spoolable Non Upset Completion adalah penyelesaian sumur dengan CT


yang telah didesain bersama dengan alat-alat komplesi yang akan dipasang. Alat-
alat komplesi dipasang sekaligus pada CT di pabrik dengan cara pengelasan,
kemudian digulung dengan CT reel. CT reel dan peralatan CT lainnya kemudian
dimobilisasikan ke lokasi sumur dan siap untuk dipasang. Metode penyelesaian ini
menawarkan banyak keuntungan waktu dan biaya, serta operasi pemasangan yang
mudah.

2.2. Penerapan CT Pada Operasi Kerja Ulang

Pekerjaan-pekerjaan kerja ulang yang dapat dilakukan dengan CT yang akan


dibahas disini meliputi pekerjaan fill removal matrik stimulation squeeze
cementing, logging, dan operasi fishing. Kenyataannya masih banyak lagi
pekerjaan-pekerjaan workover yang dapat dilakukan dengan CT, secara skematik
dapat dilihat pada lampiran.

a. Operasi Fill Removal

Operasi fill removal merupakan operasi pemindahan atau pengangkatan


material fill yang berupa pasir maupun padatan-padatan lain ke permukaan. CT
digunakan untuk peralatan sirkulasi fluida pembersih dengan keunggulan tanpa
adanya sambungan, disamping dapat ditambahkannya drill motor dan bit untuk
pengendapan material fill yang kompak. Material fill ini perlu diketahui
karakteristiknya, seperti ukuran dan densitas, kelarutan maupun compressive
strength-nya, selain itu juga tempat pengendapan material tersebut. Untuk
selanjutnya ditentukan fluida pembersih yang akan digunakan pendesainan operasi.
Fluida yang digunakan dapat berupa air, biopolymer, nitrogen kering, atau mist.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pendesainan operasi fill removal meliputi
profil sumur dan komplesi, parameter reservoir, produksi dan peralatannya serta
karakteristik dari material fill itu sendiri. Untuk sumur horisontal, material fill
cenderung terendapkan pada bagian bawah lubang dan di bagian buildup, sehingga
diperlukan penanganan yang baik terhadap fluida pembersih tertentu, yang
berhubungan dengan potensial kerusakan formasi. Keberhasilan operasi ditentukan
berdasar kemampuan fluida pembawa/pembersih mengangkat material fill ke
permukaan tanpa menimbulkan terjadinya problem kerusakan pada formasi
maupun tempat-tempat lain.

b. Operasi Matrix Stimulation

Merupakan suatu operasi injeksi asam atau fluida treatment lain ke dalam
formasi produktif untuk memperbaiki permeabilitas alami formasi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam matrix stimulation dengan
CT adalah identifikasi kerusakan, komposisi dan sumber dari kerusakan, sistem
komplesi, parameter reservoir dan pertimbangan peralatan serta fluida treatment.
Pemilihan fluida treatment yang sesuai ditentukan dengan jenis kerusakan, lokasi
dan kemungkinan-kemungkinan adanya substrate lain seperti karat, scale dan
lainnya. Pertimbangan yang diperlukan berupa karakteristik kerusakan, reaksi
fluida treatment dengan formasi dan pencegahan karat terhadap peralatan maupun
personel. Volume treatment umumnya ditentukan berdasar pengalaman di
lapangan.

Keberhasilan pekerjaan treatment ini bergantung pada keseragaman


distribusi fluida treatment yang masuk ke dalam interval produksi. Fluida treatment
cenderung masuk ke daerah yang permeabilitasnya tinggi atau kerusakannya
sedikit daripada daerah berpermeabilitas rendah. Dengan pengaliran aliran fluida
melalui pemompaan yang kontinyu dan menggerak-gerakkan CT dan nozzle akan
memungkinkan fluida treatment juga masuk ke daerah yang permeabilitasnya
rendah, sehingga keefektifan treatment tercapai.

c. Operasi Logging

Logging dengan CT dapat dilakukan dengan aman, cepat dan target bisa
tercapai. Kecepatan penurunan dapat melebihi 100 fpm pada sumur-sumur vertikal
maupun horizontal. Adanya kabel wireline dalam CT dapat digunakan sebagai alat
bantu dan kontrol di permukaan, dan sebagai penanggulangan terhadap tekanan
dipakai sistem Conductor Deployment.
Penggunaan CT untuk logging dapat dilakukan pada sumur-sumur open hole
maupun cased hole, dapat juga ditambah dengan peralatan perforasi. Dewasa ini
juga dikembangkan peralatan logging yang digunakan kontinyu selama operasi
pemboran, atau lebih dikenal dengan Logging While Drilling (LWD), dengan
penggunaan CT pada operasi pemborannya.

d. Operasi Pemancingan

Pemakaian CT untuk operasi fishing (pemancingan) disarankan untuk


mendesain dan memilih konfigurasi peralatan yang cermat agar operasinya dapat
berjalan dengan efisien dan efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
meliputi biaya versus kemungkinan keberhasilan, kondisi sumur, panjang
lubricator dan penarikan fishnya. Penarikan fish oleh CT harus memperhatikan
tensile strength CT, kedalaman, deviasi sumur dan beban fish itu sendiri. Peralatan
bawah permukaan yang digunakan dapat berupa overshot dan spears, hydraulic jar,
knuckle joint atau dapat menggunakan fishing motor untuk memutar overshot.

Coil Tubing Equipment: Unloading , Clean Out


1. Coil Tubing Unit
2. Nitrogent Unit
3. CTU Accessories

 Coil Tubing Pipe

 Nitrogent Tank

 CT Data Aquisition (Recording)


Gambar 1. Coil Tubing Unit
Gambar 2. Nitrogen Unit
Coiled tubing merupakan salah satu penemuan teknologi baru dan sedang mengalami
perkembangana sekarang ini di industri perminyakan. Sedangkan pengertian coiled tubing adalah
suatu tubing yang dapat digulung dan bersifat plastis, terbuat dari bahan baja yang continue
(tidak bersambung). Peralatan dipermukaan coiled tubing tidak tidak memerlukan lahan yang
luas untuk operasinya. Kelebihan-kelebihan dari coiled tubing tersebut dapat menjadi pilihan
teknologi yang diharapkan dalam aplikasi terhadap operasi dilapangan. Coiled tubing dapat
diapakai dalam operasi produksi, operasi pengeboran dan operasi kerja ulang.

Pada tahun 1988 Dowel schlumberger mengidentifikasikan bahwa coiled tubing


berfungsi sebagai :
1. Penggunaan konvensional :
 Pembersihan sumur dan kickoff
 Drill Stem Test
 Media untuk injeksi fluida untuk stimulasi
 Untuk memisahkan zona produksi pada squeeze cementing

2. Penggunaan Unconvensional :
 Menurunkan packer dan penataan bridge plugs
 Coiled tubing Conveyed perforating(CTCP)
 Survei tekanan dan temperatur
 Pemasangan gravel pack
 Fishing

3.Penggunaan sebagai wireline :


 Keperluan logging (pada kondisi open hole dan cased hole)
 Perforasi
 Penggambaran metoda produksi
 Test In-situ stress

4. Pengunaan dan keperluan masa depan :


 Untuk keperluan multi zone completion system
 Keperluan survey radioaktif
 Melewatkan tubing
 Down hole treatment dan monitoringnya

Komponen- komponen Coiled tubing


A. Peralatan diatas Permukaan
Peralatan di atas permukaan yang harus tersedia dalam operasi coiled tubing , meliputi :
1. Tubing Injector Heads
Tubing heads didesain untuk tiga fungsi dasar, yaitu :

a) Menyediakan/memberikan daya dorong yang dibutuhkan untuk mendorong tubing masuk ke


dalam sumur.
b) Menanggulangi/mengatasi gesekan dari dinding lubang sumur.
c) digunakan untuk mengontrol kecepatan masuknya tubing ke dalam sumur dan kecepatan
pada waktu menarik tubing keluar dari sumur serta menahan seluruh berat rangkain coiled
tubing.
Tubing dapat diangkat atau dapat digunakan untuk mengetahui peralatan downhole
maupun keadaan dasar tubing. Tubing injector head digerakkan rantai menggunakan tenaga
kontra rotating hydraulic motor.
Tubing Injector Heads

Tubing injector heads terdiri dari beberapa komponen yaitu:


a) Hydroulic motors
Hydraulic motor bertugas memberikan daya tarik yang diperlukan untuk menggerakkan
tubing keluar maupun masuk ke dalam sumur. Dengan cara mengontrol tekanan dan flowrate
dari fluida hidrolik dihubungkan untuk mengontrol motor, kecepatan dan yang lebih penting lagi
energi potensial yang dapat digunakan oleh injektor head.
b) Drive chains (rantai)
Rantai terdiri dari mata rantai, block pegangan (gripper blocks) dan pada rantai
konvensional digunakan roller bearings. Pada waktu terjadi beban pada rangkaian tubing yang
disebabkan oleh adanya gesekan pada material penyusun blok sangata penting untuk menjamin
effisiensi operasi dari tubing injektor head dan menjaga keruskan mekanik pada tubing.
c) Chain tensioners
Pada waktu tubing dimasukkan ke dalam sumur, beban pada Inctor chain bertambah
sehingga diperlukan tenaga pada gripper blok untuk mempertahankan daya tarik efisien. Untuk
mengatasi hal ini digunakan tekanan hidrolik pada bagian samping dari sistem chain tensioner.
d) Gooseneck
Gooseneck berbentuk lengkungan yang mempunyai sudut tertentu berfungsi untuk
menggerakkan tubing masuk injektor head melalui bagian atas dari injektor head chains.
e) Weight indicator
Weight indicator berfungsi untuk menunjukkan besarnya tegangan yang terjadi pada
tubing yang tergantung dalam sumur mulai dari injector head chains, 0termasuk efek yang terjadi
karena tekanan di kepala sumur maupun efeak bouyancy. Weight indicator daspat di jalankan
dengan cara hydrolic, elektronik maupun kombinasi diantara keduanya.

2. Coiled Tubing Reel


Coiled tubing reel berfungsi sebagai tempat (wadah) bagi coiled tubing . Coiled tubing
reel terbuat dari baja yang mempunyai diameter tertentu sesuai dengan ukuran dari coiled tubing.
Reel dikendalikan oleh hydraulic motor yang dilengkapi dengan peralatan untuk menjaga reel
dari sistem hydraulic bilamana terjadi kesalahan mekanik ataupun kesalahan operator. Motor
menggerakkan rangkaian reel dengan cara memutar rantai yang dihubungkan dengan gigi-gigi
yang terdapat pada reel. Pada beberapa desain reel terbaru antara motor dan gearbox dibentuk
pada satu rangkaian reel.
Coiled tubing reel juga dilengkapi dengan breaking system untuk menjaga putaran reel
(menahan dan melambatkan putaran reel) dan selama control valve dari injector heads pada
posisi netral.
Tubing digulung kedalam reel melaui mekanisme yang disebut levelwind assembly agar
tubing dapat teratur terbungkus di reel. Levelwind assembly memebentuk gulungan lebar dan
dapat diangkat untuk ketinggian yang diinginkan pada jalur antara injector tubing guide dan reel.
Levelwind dilengkapi dengan tubing integrity monitor untuk menilai dan memperhatikan luar
coiled tubing.

Coiled Tubing Reel

3. Power Pack
Power pack berfungsi untuk memberikan tenaga hidrolik untuk mengoperasikan dan
mengontrol unit coiled tubing dengan peralatan pengontrol tekanan. Umumnya power pack
terdiri dari diesel engine sebagai penggerak untuk mengatur system dan sirkulasi suplai pompa
hydraulic dengan tekanan dan laju aliran yang dikehendaki. Diesel engine dilengkapi dengan
sitem protection untuk menjaga kebisingan dalam pengoperasian. Pressure control valve
berfungsi untuk membatasi pengaturan dan sistem tekanan maksimum pada bagian sirkulasi.
Fluida dalam sistem hidroluk dijaga agar tetap bersih dengan menggunakan filter disetiap bagian.
Combination Cabin and Power Pack

4. Control Cabin
Adalah suatau ruangan yang merupakan tempat dari control console yang berfungsi
untuk mengontrol pengoperasian dan memonitor component coiled tubing unit.

5. Stripper
Berfungsi untuk memberikan tekanan kecil untuk menutup dan mengerakkan coiled
tubing masuk atau keluar dari sumur sehingga tidak terjadi hubungan antara tekanan sumur
dengan tekanan permukaan. Tekanan pada stripper dapat diatur oleh operator didalam kontrol
kabin.

6. BOP (Blow Out Preventer) Stack


Suatu alat yang melindungi coiled tubing dan mengisolasi tekanan dalam lubang sumur,
melindungi pada saat terjadi situasi darurat (blow out). Terdapat beberapa tipe BOP Stack :
1. Shear/seal BOP
2. Combi BOP
3. Quad BOP
B. Peralatan di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan yang harus tersedia dalam operasi coiled tubing adalah :

1. Connector
Berfungsi untuk menghubungkan bermacam-macam peralatan bawah permukaan dengan
ujung dari coiled tubing.

2. Check Valve
Dihubungkan dengan connector yang berada pada ujung dari coiled tubing yang
berfungsi untuk mencegah masuknya aliran balik fluida sumur ke dalam coiled tubing.

3. Swivel Joint
Digunakan untuk menyusun agar peralatan peralatan bawah permukaan dapat
dirangkaikan secara berurutan dan dapat digerakkan atau diputar. Dapat dilihat pada.

4. Release Joint
Berfungsi untuk melepas string kerja coiled tubing string, metoda yang digunakan adalah:
a) Tension-Active Release Joint
Dengan menganggap sebagian sebuah titik lemah di dalam tool string sebelum mengakibatkan
beberapa kerusakan dalam tool string retrieve atau coiled tubing, menggunakan shear pin atau
screw.
b) Pressure-Active Release Joint
Digerakkan dengan menggunakan tekanan yang melewati coiled tubing, kemudian berbalik
dengan menggunakan perbedaan tekanan didalam dan diluar coiled tubing, ini menggunakan
semacam bola didalamnya.

5. Debris filter
Digunakan bersama dengan peralatan – peralatan Coiled Tubing di bawah permukaan
yang lain dan sangat peka sebagai penyaring material-material tertentu yang berukuran kecil.
6 . Nozzle dan Jetting Subs
Salah satu bagian sirkulasi yang pada ujungnya memiliki ukuran yang relatif kecil
dibanding pada bagian lain. Dengan demikian pada bagian yang lebih kecil pancaran fluidanya
akan lebih keras. Biasanya digunakan untuk membersihkan scale yang lunak.

7 .Centralizer
Adalah suatu peralatan bawah permukaan yang berfungsi untuk :
a) Menjaga agar peralatan coiled tubing tetap ditengah-tengah lubang bor.
b) Mencegah rintangan dalam lubang bor.
c) Meminimalkan distorsi
d) Memeberikan stabilitas ketika operasi pemboran
e) Memeberikan tempat untuk aliran fluida.

8 . Jars
Suatu alat yang menghasilkan sebuah efek kejut (sentakan) ke atas terhadap pipa di
bawah jars bila terjadi stuck (jepitan), dapat dilihat pada.
Tipe Jars :
a) Tenaga mekanik
b) Tenaga hidrolik
c) Fluida (imopact drill)

9. Accelerator
Alat ini digunakan bersama-sama dengan jars dalam operasi pemancingan.

Anda mungkin juga menyukai