Anda di halaman 1dari 6

FILTRASI

1. Pengertian Filtrasi
Filtrasi merupakan metode pemisahan fisik, yang dipakai untuk memisahkan antara cairan
(larutan) dan padatan. Cairan yang sudah melalui proses filtrasi/penyaringan disebut dengan filtrat,
sedangkan padatan yang tertumpuk di penyaring disebut dengan residu. Meskipun ada kalanya residu
merupakan produk yang diinginkan.
2. Prinsip Filtrasi
Prinsip dasar filtrasi sangat sederhana yaitu menyaring molekul-molekul padatan yang tercampur
pada larutan, maka tingkat kemurnian filtrat yang didapat dari filtrasi ini bergantung pada kualitas juga
ukuran pori dari filter (penyaring) yang dipakai
Untuk metode filtrasi, dimana yang di inginkan yaitu residu-nya (ampas) umumnya dibutuhkan
langkah pengertingan agar seluruh cairan yang tersisa dalam padatan menguap.
3. Metode Filtrasi
Metode filtrasi panas
Metode panas dipakai untuk memisahkan antara cairan dan padatan, dalam prosesnya diharapkan tidak
menghasilkan kristal pada bagian funnel penyaring dan peralatan lainnya. Pada metode ini, peralatan
gelas yang terkena larutan secara langsung dipanaskan terlebih dahulu.
Metode filtrasi dingin
Kebalikan dari metode filtrasi panas, metode filtrasi dingin dipakai untuk memisahkan cairan dan
padatan, setelah penyaringan yaitu diharapkan terjadi pembentukan kristal. Metode ini memakai es
untuk mendinginkan aparatus yang dipakai sehingga temperatur dalam sistem akan turun secara drastis
dan memicu tumbuhnya kristal. Metode ini umumnya digunakan dalam proses rekristalisasi.
Metode filtrasi vakum
filtrasi menggunakan vakum, yaitu suatu metode filtrasi yang menggunakan pompa vakuum sebagai gaya
pendorong agar proses filtrasi menjadi lebih cepat. Pompa vakum sebagai pendamping proses tersebut,
dimana merupakan alat untuk mengeluarkan molekul-molekul gas dari dalam ruang tertutup untuk
mencapai tekanan vakum. Adanya pompa vakuum akan menarik cairan melewati suatu media filter
(kertas saring) sehingga lebih cepat dibanding tanpa bantuan pompa..
Untuk aplikasi penentuan nilai TSS suatu sampel limbah biasanya menggunakan kertas saring dengan
ukuran 0.45 µm sedangkan untuk pemurnian sampel dari cemaran mikroba, sel atau partikel kecil
menggunakan membran dengan ukuran 0.05 – 0.5 µm.
Jenis – Jenis Filtrasi

1. Proses filtrasi sederhana (tanpa tekanan) adalah proses penyaringan dengan media filter kertas
saring. Hal ini dilakukan dengan cara kertas saring dipotong melingkar, kemudian lipat dua, sebanyak
tiga atau empat kali. Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga melekat pada corong
pisah. Tuangkan campuran heterogen yang akan dipisahakan, sedikit demio sedikit. Hasil filtrasi adalah
zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan filtrate

2. Proses Filtrasi dengan tekanan, umumnya dengan cara divakumkan (disedot dengan pompa vakum).
Proses pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan, jika jumlah partikel padatnya lebih besar
dibandingkan dengan cairannya.
3. Proses Filtrasi dengan Membran merupakan proses saparasi dengan menggunakan membran dengan
ukuran pori £ 0,1 mikron. Prinsip teknik filtrasi membran ini adalah dengan menyaring cairan sampel
melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari bahan sejenis selulosa
Kelebihan filtrasi membran :a. Dapat menganalisa sampel dengan volume yang besar dalam waktu yang
singkat yang dibatasi oleh kekentalan dan kekeruhan cairan sampel.
b. Dapat menganalisa sampel dengan jumlah mikroba yang sedikit (peningkatan keakuratan
pendeteksian mikroba).
c. Inhibitor pada sampel yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba seperti antibiotik, klorin atau
zat pengawet dapat terbilas.
d. Pada umumnya cawan yang digunakan berukuran kecil (50mm) sehingga dapat menghemat
penggunaan media dan tempat pada inkubator.
e. Praktis dalam preparasinya, dapat dilakukan berulang kali penyaringan (melipatgandakan cabang
corong) dan reprodusibel.
f. Melalui proses pengeringan tertentu, kertas membran yang telah ditumbuhi koloni dapat dijadikan
dokumen atau data permanen demi kepentingan perekaman data.
Contoh Penggunaan Metode Filtrasi
Berikut adalah beberapa contoh sederhana yang mudah dijumpai untuk contoh penggunaan metode
filtrasi
 Penyaringan kopi merupakan metode filtrasi yang sederhana.
 Pembuatan santan kelapa
 Metode filtrasi dipakai juga pada banyak industri sebagai metode awal penanganan limbah.
 Pembuatan wine, anggur dan wishky juga memakai metode filtrasi sebelum pemurnian
 Penyaringan debu pada AC menggunakan metode filtrasi.
Metode pemisahan campuran daengan filtrasi ini adalah proses fisika, sehingga tidak bsa dipakai untuk
memisahkan campuran yang homogen.
Kristalisasi merupakan suatu cara untuk memisahkan zat padat dari sebuah komponen lain penyusun
campuran. Pada Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan membentuk kristal. Namun zat
padat tidak bisa dipisahkan dengan larutan menggunakan cara penyaringan . Pada jenis zat padat,
misalnya seperti gula dan garam yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dari larutannya dengan
proses penguapan dan terjadi kristalisasi.
Berikut adalah gambar dari skema kristalisasi:

proses kristalisasi
Proses Kristalisasi dikerjakan guna memisahkan suatu campuran yang sudah disusun oleh materi yang
berbentuk cair dengan materi yang berbentuk padat dan memiliki sifat larut dalam air.
Contoh campuran yang dipisahkan oleh kristalisasi ialah gula dan garam setelah menjadi cairan. Maka
apabila gula dipanaskan dalam suatu wadah, pada proses tersebut lah airnya akan menguap dan akan
tersisa kristal gula pada wadah tersebut. Cara seperti itu dinamakan kristalisasi.
Macam-Macam Kristalisasi
Jenis Kristalisasi sendiri terbagi menjadi dua macam:
Kristalisasi Penguapan
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan titik bekunya
lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Selain dengan cara distilasi, garam juga bisa dipisahkan dari air
dengan cara menguapkan airnya sampai habis sehingga yang tertinggal sebagai residu hanyalah
garamnya.
Contoh kristalisasi penguapan
Dilakukan oleh para petani garam. Ketika terjadi air pasang, semua tambak garam akan mulai terisi oleh
air laut. Namu ketika air mulai surut kembali maka tambak yang sudah terisi garam akan tetap berada di
tempat itu. Hal tersebut disebabkan oleh suatu pengaruh dari cahaya sinar matahari yang setiap
komponen dari dalam tambak akan menguap . Jika penguapan ini terus berlangsung, lama-kelamaan
garam tersebut akan membentuk kristal-kristal garam tanpa harus menunggu sampai airnya habis.
Kristalisasi Pendinginan
Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu larutan turun,
komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku terlebih dahulu, sementara zat lain
masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Proses Kristalisasi
Proses
Proses Kristalisasi terdiri atas dua tahapan utama, pertama ialah nukleasi dan yang kedua ialah
pertumbuhan kristal. Nukleasi adalah langkah awal dimana molekul padatan yang terdispersi di dalam
larutan akan berkumpul dan membentuk ikatan, berkumpulnya padatan ini membentuk bibit kristal
berukuran nanometer (sangat kecil)
Dengan mengontrol kondisi tertentu (Temperatur, tingkat kejenuhan (supersaturated), tekanan, dll)
dalam sistem, maka pembentukan bibit kristal dengan ukuran yang cukup besar dapat terjadi. Peristiwa
nulkleasi ini merupakan proses perombakan struktur atomnya, jadi bukan hanya pada tingkatan sifat
makroskopisnya, melainkan terjadi penata ulangan atom-atom dalam senyawa tersebut membentuk
struktur kristal.
Teknik dalam Proses Kristalisasi Buatan
Pada saat berlangsungnya proses kristalisasi hal yang paling penting dan perlu diperhatikan ialah sistem
berada dalam keadaan sangat-sangat jenuh, dimana zat terlarut yang terdapat dalam larutan lebih
banyak dari batas kelarutan dalam pelarut tersebut. Kondisi ini dapat diperoleh dengan beberapa cara:
1. Pendinginan larutan
2. Adanya suatu Penambahan pelarut ,yang membuat kelarutan zat berkurang drastis (Drown-
out/Antisolvent)
3. Reaksi Kimia
4. Evaporasi
5. Terjadi Perubahan pada pH yang membuat zat lebih cenderung membentuk kristal
Proses Pemurnian Senyawa
Pada suatu metode pemurnian senyawa, melalui proses kristalisasi ,disebut, rekristalisasi. Tujuan dari
Pemurnian senyawa tersebut untuk menghilangkan kotoran dalam senyawa hingga meningkatkan
kemurnian atau konsentrasinya.
Kristalisasi merupakan salah satu metode untuk mendapatkan suatu senyawa dalam keadan sangat
murni, karena struktur yang terbentuk dalam proses kristalisasi merupakanan penata ulangan atom-
atom membentuk struktur yang sangat spesifik.

Penggunaan Kristalisasi
Terdapat begitu banyak dalam penggunaan kristalisasi pada perindustrian, yakni:
1. Pada Industri garam dapur juga memakai proses kristalisasi dalam membentuk kristal garam.
2. Begitu pada perindustrian pembuatan kaca memakai teori kristalisasi silika untuk membuat
kaca.
3. Industri gula pasir merupakan kristal glukosa dimana proses produksinya melibatkan proses
kristalisasi.
4. Industri makanan, seperti produksi bubuk kopi instant yang tanpa ampas, menggunakan metode
kristalisasi, sehingga kristal kafein dan gula dapat larut dengan cepat di air panas.
5. Dan lain lain
Kristalisasi, Rekristalisasi
Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur (kisi kristal). Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal antara
lain adalah:
1. Derajat lewat jenuh
2. Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
3. Viskositas larutan
4. Jenis dan banyaknya pengotor
5. Pergerakan antara larutan dan kristal

Kristalisasi adalah

pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau suatu lelehan. Disamping untuk
pemisahan bahan padat dari larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat
yang sudah bebbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang atau rekristalisasi
(Willbraham, 1992)

Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Seringkali senyawa yang diperoleh dari
hasil suatu sintesis kimia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa
tersebut perlu dilakukan rekristalisasi.

Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut.
Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan (direfluks)
sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah
larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya
dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah
satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.

Pelarut yang digunakan dalam proses kristalisasi dan rekristalisasi sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Memiliki gradient temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya.
2. Titik didih pelarut harus dibawah titik lebur senyawa yang akan dikristalkan.
3. Titik didih pelarut yang rendah sangat menguntungkan saat pengeringan.
4. Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan atau direkristalisasi.

Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti, maka
kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah
senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan
kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi
Dalam kimia, rekristalisasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memurnikan zat kimia.[1]
Dengan melarutkan baik pengotor dan senyawa dalam pelarut yang sesuai, baik senyawa yang
diinginkan atau pengotor bisa dikeluarkan dari larutan, meninggalkan yang lain di belakang. Hal ini
dinamai bagi kristal yang kerap terbentuk ketika senyawa endapan keluar. Atau, rekristalisasi dapat
merujuk pada pertumbuhan alami dari kristal es yang lebih besar dengan mengorbankan yang lebih
kecil.
Kristalisasi Penguapan% i k a k e l a r u t a n s o l u t d a l a m s o l ' e n t i d a k t u r u n s e c a r a
s i g n i $ i k a n d e n g a n penurunan temperatur, supersaturasi dapat dicapai dengan pengurangan
pelarut.Pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan cara penguapan pelarut.
Kristalisasi penguapan dapat dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dantitik
bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut. erikut ini beberapa teknik kristalisasi
dengan penguapan.
Kristalisasi vacuum d i l a k u k a n p a d a t e k a n a n d i b a w a h a t m o s $ e r . 1 u j u a n penggunaan
tekanan di bawah atmos$er ialah untuk menguapkan pelarut tanpa pemanasan. Prinsip kristalisasi
'akum hampir sama dengan kristalisasi penguapan,y a i t u p e n g u r a n g a n p e l a r u t . P a d a
k r i s t a l i s a s i ' a k u m , p e n g u a p a n t e r j a d i s e c a r a adiabatis
Kristalisasi PendinginanP a d a k r i s t a l i s a s i p e n d i n g i n a n , s u p e r s a t u r a s i
d i c a p a i d e n g a n c a r a mendinginkan larutan. Pada sistem lelehan,

pada saat suhu larutan turun, komponenzat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan
membeku terlebih dahulu, sementarazat lain masih larut sehingga kedua nya dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan. Pada sistem larutan, penurunan suhu akan menurunkan
kelarutan zat terlarut (solut),sehingga zat terlarut akan keluar dari larutan dan mengkristal.
lat untuk operasi
Kristalisasi merupakan suatu proses pemurnian dan pembentukan partikel dalam bentuk padatan yang
dihasilkan melalui fasa homogen (Fachry dkk., 2008). Salah satu penentu keberhasilan dari proses
kristalisasi ini yaitu tercapainya kondisi supersaturasi. Ketika kondisi supersaturasi telah tercapai, banyak
inti kristal baru (nukleus) yang akan terbentuk dan kemudian nukleus tersebut akan tumbuh menjadi
kristal baru (crystal growth). Kondisi supersaturasi dapat diciptakan melalui metode pendinginan
(cooling crystallization) (Gotama dan Mahfud, 2015). Variabel yang mempengaruhi laju pembentukan
kristal adalah suhu, viskositas, kecepatan pengadukan/agitasi, kecepatan pendinginan, adanya bahan
tambahan dan pengotor, serta tekanan antar permukaan antara pelarut dan zat terlarut (Dewi, 2012;
Nurjanah dkk., 2017). Agitasi sering digunakan dalam proses kristalisasi untuk menghasilkan kristal
(Mullin, 2001). Menurut Fitrony
dkk. (2013), dengan dilakukannya pengadukan, bentuk dan ukuran kristal yang dihasilkan cenderung
homogen, sedangkan kristal yang dihasilkan tanpa pengadukan cenderung memiliki bentuk dan ukuran
kristal yang heterogen. Kondisi suhu dan kecepatan pengadukan yang digunakan sangat mempengaruhi
proses pembentukan kristal. Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat
sehingga dapat menghasilkan kemurnian dan yield kristal yang semakin tinggi, sedangkan kecepatan
pengadukan dapat meningkatkan laju pertumbuhan kristal dan hasil kristal yang didapat memiliki
ukuran yang relatif seragam (Dewi, 2012; Mullin 2001). Penelitian yang telah dilakukan oleh Widyanto
dan Nugroho (2010), semakin tinggi kecepatan pengadukan yang digunakan maka semakin tinggi pula
kemurnian dan yield kristal yang dihasilkan. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Mujaddid dan
Channifah (2015), semakin tinggi suhu yang digunakan maka laju penurunan yield kristal dan laju
penurunan kemurnian patchouli alcohol semakin cepat menurun. Berdasarkan hal tersebut, metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode cooling crystallization.

Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Laju Pembentukan Kristal Laju pembentukan kristal
merupakan sejumlah kristal yang dihasilkan dalam satuan waktu. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada keenam perlakuan, endapan kristal mulai terbentuk pada saat bahan telah disimpan di
dalam lemari pendingin selama 30 menit, walaupun endapan yang dihasilkan belum seluruhnya
sempurna. Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada proses pendinginan selama 24 jam. Hasil yang
ditunjukkan berupa endapan yang sempurna. Selain terbentuknya endapan yang sempurna, dapat
terlihat adanya cairan berwarna orange di bagian permukaan endapan. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan tersebut telah mencapai kondisi lewat jenuh, dimana larutan yang mengandung kristal akan
mengendap sementara larutan yang tidak mengandung kristal akan tetap cair. Pengamatan selanjutnya
pada pendinginan 48 jam, pemisahan antara endapan dengan cairan orange semakin terlihat jelas
perbedaannya serta tekstur cairan orange lebih cair. Demikian pula pada pengamatan 72 jam, dimana
endapan kristal semakin stabil dan tekstur cairan orange sangat cair. Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan, pada proses pendinginan 30 menit, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam dengan variasi
kecepatan pengadukan 20, 40, 60, 80, dan 100 RPM serta satu perlakuan kontrol diperoleh laju
pembentukan kristal yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan pengadukan tidak berpengaruh terhadap laju
pembentukan kristal. Laju pembentukan kristal pada saat dilakukan pendinginan disajikan pada Gambar
5.

Anda mungkin juga menyukai