Teknik-Elektronika 1 PDF
Teknik-Elektronika 1 PDF
TEKNIK ELEKTRONIKA
Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang
digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.
Teknik Elektronika
1
MODUL PLPG
Teknik Elektronika
Penulis:
TIM
2
TIM PENULIS
3
KATA PENGANTAR
Secara keseluruhan modul ini merupakan satu perangkat yang terdiri dari
beberapa kegiatan belajar. Modul Teknik Elekronika ini disusun dengan mengacu
kurikulum PLPG. Pembelajaran dirancang berbasis kompetensi, berpusat pada
peserta diklat dan memfokuskan pada kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta diklat. Strategi pembelajaran yang diterapkan adalah self-paced learning
dimana peserta diklat bekerja mandiri dengan menggunakan modul ini.
Pendekatan ini memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk menyelesaikan
suatu unit kompetensi dan beralih ke unit kompetensi berikutnya sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing. Diharapkan dengan modul ini instruktur
benar-benar mendapat kemudahan mengajar dan peserta diklat benar-benar
mendapat kemudahan belajar dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara
tuntas.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berparisipasi dalam penyusunan modul ini. Mudah-mudahan kehadiran modl ini
dapat mengoptimasi peserta PLPG untuk menungkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran disekolahnya.
TIM Penulis
4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 8
BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU ................................. 11
BAB III MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN ..................................... 12
BAB IV PENELITIAN TINDAKAN KELAS ............................................................ 85
BAB V MATERI TEKNIK ELEKTRONIKA ........................................................... 187
LEMBAR ASESMEN ................................................................................................... 313
LEMBAR KUNCI JAWABAN .................................................................................... 317
5
PERISTILAHAN/GLOSSARY
ISTILAH KETERANGAN
Aljabar Boolean Aljabar yang digunakan untuk menganalisis suatu
rangkaian logika secara matematik.
Diagram Waktu Sebuah diagram bentuk gelombang masukan dan
keluaran yang menunjukkan hubungan waktu
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul Teknik Elektronika ini disusun sebagai sumber belajar dan penguat peserta
PLPG untuk memenuhi standar kompetensi lulusan yang telah disepakati oleh
pengembang sesuai dengan regulasi yang ada, yaitu kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional.
Hasil belajar yang akan dicapai setelah menguasai modul ini adalah memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar bidang elektronika, konsep dasar PAIKEM,
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), termasuk didalamnya materi kebijakan
pengembangan profesi guru yang dikembangkan oleh Tim Pusat Pengembangan
Profesi pendidik. Isi modul ini terdiri atas teori singkat, kegiatan, dan soal-soal
beserta penyelesaiannya yang terbagi dalam lima bab. Deskripsi umum disajikan
berikut ini.
Bab 1. Pendahuluan. Berisi pendahuluan isi modul yang terdiri dari deskripsi,
prasyarat, petunjuk penggunaan modul, dan tujuan khir.
Bab 4. Penelitian Tindakan Kelas. Materi sajian terutama tentang konsep dasar
PTK, penulisan Karya Ilmiah, dan suplemen tentang PTK yang berisi contoh
laporan PTK.
B. Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini, peserta PLPG disarankan menguasai sejumlah
pengetahuan dasar antara lain, teori belajar dan pembelajaran, matematika teknik,
serta fisika dasar.
7
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajari daftar isi dengan cermat karena akan tampak rincian isi modul.
2. Pelajari tiap kegiatan belajar ini dengan membaca secara berulang-ulang
sehingga Saudara benar-benar paham dan mengerti.
3. Jawablah tes formatif dengan jawaban yang singkat dan jelas, kemudian
cocokkanlah hasil latihan Saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
4. Apabila jawaban Saudara sudah benar lanjutkanlah ke kegiatan belajar
selanjutnya.
5. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan jika perlu
konsultasikan hasil tersebut pada instruktur.
6. Catatlah kesulitan yang Saudara dapatkan dalam modul ini untuk ditanyakan
pada instruktur saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lain yang
berhubungan dengan materi modul agar Saudara mendapatkan pengetahuan
tambahan.
7. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan modul ini terdiri dari dua
bagian, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
D. Tujuan Akhir
B. Kompetensi Profesional
1. Menerapkan dasar-dasar kelistrikan
2. Menerapkan dasar-dasar elektronika
3. Menerapkan dasar-dasar teknik digital
4. Memahami Dasar-dasar Sistem Telekomunikasi
8
5. Mendeskripsikan media transmisi telekomunikasi
6. Memahami jaringan akses radio
7. Menerapkan instalasi dan pemeliharaan transceiver di BTS dan CPE
8. Mengevaluasi instalasi sistem pertanahan (grounding) dan pengaman
perangkat telekomunikasi
9. Memahami sifat dasar sinyal audio
10. Menjelaskan dasar-dasar sinyal video
11. Memprogram peralatan sistem pengendali elektronik yang berkaitan
dengan I/O berbantuan PLC dan komputer
9
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Catatan: Bab II dikembangkan oleh Pusat Sertifikasi Guru,
Jakarta
File dalam folder KEBIJAKAN PROFESI GURU-2012
C. Lembar Kerja
(Sejumlah aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam mencapai
kompetensi/subkompetensi yang diinginkan)
F. K3 (Jika diperlukan)
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di sini dituliskan apa yang perlu dilakukan agar
dalam melaksanakan aktivitas belajar peserta didik termasuk perlengkapan yang
digunakan dapat selamat dan terhindar dari kecelakaan kerja)
G. Langkah Kerja
(Langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik dalam melaksanakan aktivitas
belajar guna mencapai kompetensi
H. Lembar Latihan
(Berisi prosedur dan alat asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan aktivitas belajar dalam satu kegiatan belajar tertentu. Prosedur dan
alat asesmen relevan dengan satu tujuan antara tertentu).
10
BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran
1. Lembar Informasi
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan
Herbert Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan
masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat
untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli
sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam
kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Menurut Shlomo Sharan dalam
model pembelajaran kooperatif haruslah diciptakan setting kelas dan proses
pengajaran yang mensyaratkan adanya kontak langsung, berperan serta dalam
kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khususnya. Tabel 3.1 berikut ini adalah sintaks model
pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap sintaks.
11
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD
(Student Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan
pendekatan struktural.
1) Student Teams-Achievement Division (STAD)
Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri atas laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota kelompok menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan
materi pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakuan
diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya dua minggu siswa diberi kuis.
Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.
2) Jigsaw
1 2 1 2 1 2 1 2 Kelompok asal
3 3 3 3
1 1 2 2 3 3
Kelompok ahli
1 1 2 2 3 3
Gambar 3.1
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal
12
3) Investigasi Kelompok
13
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
menggunakan
tes essay
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan pengetahuan
dan publikasi dan publikasi
lain lain
Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para
ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui
penemuan ini antara lain adalah Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran
penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci
dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran,
dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui
penemuan pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan
suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri.
Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-
langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan
sesuatu yang dapat dicermati dalam Tabel 3.3 berikut ini.
14
Tahap Tingkah Laku Guru
yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan
Melakukan pengamatan dan pengamatan tentang hal-hal yang penting
pengumpulan data dan membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data
Analisis data supaya menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil
Penarikan kesimpulan atau kesimpulan berdasarkan data dan
penemuan menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.
15
Tabel 3.4. Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga
sering disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya
sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang menyumbang dasar
pengembangan model pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller serta
Albert Bandura yang mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa
belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku
gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam
menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan
pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 3.5 berikut ini
akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan
oleh guru pada tiap-tiap sintaks.
16
Tabel 3.5. Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
mempersiapkan siswa. informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk
belajar.
2. Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan
keterampilan (pengetahuan dengan benar, atau menyajikan informasi
prosedural) atau tahap demi tahap.
mempresentasikan
pengetahuan (deklaratif)
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan balik.
5. Memberikan kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
untuk pelatihan lanjutan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
dan penerapan pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
e. Metode Integratif
17
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara
kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan
lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka
menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga
siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas
dan terdiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi
diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa
berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam
mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru
bahasa Indonesia diharapkan sebagai berikut.
Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir.
Keterampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir
siswa.
Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas
berbahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu
minat, keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru
tidak perlu monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa
Indonesia.
Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum
memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.
g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di
Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang
ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional
yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan
pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner),
Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn),
Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective
Instruction (Hunter).
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan
konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman
sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari
berarti layak untuk dirayakan. QL menutamakan konteks dan isi. Konteks berisi
tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3)
18
lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi
terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan
belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode
kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan,
(3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak
dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam
pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman
pembelajaran. Konteks dianggap sebagai suasana yang mampu memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang
dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang
luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan
istilah TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar.
Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa
adalah:
perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri
sendiri;
ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-
benar mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
bersenang-senanglah bersama mereka.
h. Metode Partisipatori
19
akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan
dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;
(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu
sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;
(3) dunia anak adalah dunia bermain;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai
subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan
utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki
watak sebagai berikut.
Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan
persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok
secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan
selama proses berlangsung.
Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha
memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya.
Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
20
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah
siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian
tahapannya sebagai berikut.
Persepsi
Identifikasi diri
Aplikasi diri
Penguatan diri
Pengukuhan diri
Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan
dicapai, bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan
disajikan, media atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran
fasilitator/pemandu.
i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di
bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana
alam dan masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk
mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya, metode
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey
sudah mengemukakan pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh
katz (1918) dan Howey & Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa
program pembelajaran bukanlah sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan
Astini, 2001).
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu
guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran kontekstual muncul sebagai reaksi
terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan
tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses
kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh melampaui drill oriented dan
metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual
memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah
dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai
strategi yang dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington
(2001) mengembangkan metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran
autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah,
dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode
kontekstual dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,
21
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam
berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning,
constructivism, metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection.
Diha-rapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari
mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber
dari penemuan. Tentunya, pembelajaran dirancang dengan menarik dan
menantang. Siswa dapat menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan
2) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal
dari sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul
pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang membuka buku, bertanya,
dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna
untuk menggali informasi, mengecek informasi yang didapatnya, mengarahkan
perhatian, dan memastikan penemuan yang dilakukannya.
3) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa
dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri.
Konstruktivistik merupakan landasan berpikir (filosofis) metode kontekstual,
yaitu bahwa pengetahauan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus
mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman tidak
melalui ingtana dan hafalan saja.
22
4) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa
agar siswa tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara
dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah melakukan pemodelan. Pemodelan
adalah pemberian model agar siswa dapat belajar dari model tersebut. Bisa jadi,
guru memberikan model karya tulis, model paragraf, model kalimat, dan
seterusnya. Dari model itu, siswa mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti
model yang ditunjukkan. Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya.
Model dapat diambil dari mana saja.
5) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi
siswa. Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi
dengan temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar
pendapat dengan temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang
belum tahu, di ruang kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun.
Dalam kelas yang kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan
pemebelajaran dalam kelompok belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-
anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah. Yang
tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap berada satu
kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan dapat selalu
bervariasi dari segi apapun.
6) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam
kontekstual, perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan
data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di kelas. Penilaian tidak
dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif
belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada komentar dari siswa bahwa siswa
X meskipun tidak banyak omong di kelas ternyata nilainya bagus. Sedangkan
siswa Y yang banyak mendebat, berbicara, dan bercerita mendapatkan nilai
rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.
7) Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan,
aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan
merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi tersebut dapat dilakukan per
bagian, di akhir jam pelajaran, di akhir bab/tema, atau dalam kesempatan
apapun. Realisasi refleksi dapat berupa pernyataan spontan siswa tentang apa
yang diperolehnya hari itu, lagu, puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru,
catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang lain-lainnya.
23
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran
menulis. Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol
besar. Tulisan yang muncul adalah aha saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan
kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa menulis puisi yang isinya tenatang
pembelajaran yang baru saja dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/
seperti makan pisang/ kita tidak perlu bimbang/ karena hati senang.
2. Lembar Pelatihan
1) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan tipe Jigsaw!
2) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan
model pembelajaran melalui penemuan!
3) Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
4) Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda),
kemudian deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model Jigsaw!
5) Siswa ingin memcahkan masalah “Bagaimanakah hubungan jumlah baterai
terhadap nyala lampu?” Untuk memecahkan masalah tersebut model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau model pembelajaran
problem based instruction yang tepat untuk dipilih, berikan argumentasi
Anda!
6) Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh
menjawab dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together,
padahal sebelum menjawab semua anggota kelompok telah berdiskusi dulu!
7) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif
tipe think-pair-share!
8) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan melalui
model pembelajaran problem based instruction?
9) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran
langsung.
10) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui model
pembelajaran langsung.
Daftar Pustaka
Ardiana & Leo Idra.(2001). Pembelajaran Kontekstual. Makalah.
Arends & Richard I.(1997). Classroom Instruction and Management, The Mc.Graw-
Hill Companies.
______________. (1998). Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall
B. Johnson & Elaine.(2006). Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu Setiawan,
Bandung:MLC.
24
Brown, H. Douglas. (1987). Principles of Language Learning and Teaching. New
Jersey: Prentice-Hall.
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University
Press
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (1993). Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, Bobbi dkk.(1999). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
---------. (1999). Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom,
Washington DC: National Research Council.
Dryden, Gordon & Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung:
Kaifa.
Fakih, Mansur, dkk. (2001). Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis.
Jogyakarta: Insist dan Read Book.
Fairclough, Norman. (1995). Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang:
IKIP Semarang Press.
Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin
Press, Inc.
Nur, M. & Wikandari, P.R. (2000). Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Nurhadi (2002.) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin,& Agus. (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM
PRESS.
Rooijakkers. (1982). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Saekhan & Muchith.(2008). Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
Silberman, Melvin L. (2004). Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.).( 2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari Kurikulum
Pendidikan Abad XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. (2002). Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul
Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi.
25
B. Media Pembelajaran
1. Lembar Informasi
a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang berarti
“di antara”, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa
informasi antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993). Martin dan Briggs
(1986) menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat
keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan
dalam perangkat-perangkat keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin
dan Briggs, guru atau pengajar juga termasuk media pembelajaran (Degeng,
Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari
pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of Education
dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a
complete body of information and are largely self-supporting rather than supplementary in
the teaching-learning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang
menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar
mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah
perangkat lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi
sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977)
membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup
sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational
media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar
mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium
elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar
mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping,
program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun,
boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup
gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat
bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa pengertian
materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi rambu-rambu
pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan
konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban terhadap
pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori materi pembelajaran.
Kedua, dari mana materi pembelajaran itu Anda dapatkan? Jawaban terhadap
pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori sumber bahan atau sumber
materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda mengajarkan materi itu? Jawaban
26
terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori media
pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti contoh
uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca
cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang
Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan. Dengan demikian, teks bacaan
dalam pembelajaran Anda ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari mana teks
bacaan tersebut Anda peroleh? Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari
surat kabar Kompas, dari buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan
demikian, surat kabar Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain
merupakan sumber bahan atau sumber materi. Dengan alat apa Anda
mengajarkan materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin
jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi
nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji,
stopwatch, handphone, dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai
media pembelajaran.
27
banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran
lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam
proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar
menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit
mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi
yang dipelajari, dan sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik
tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan,
ketidakajegan, dan sebagainya; dan c) Ditinjau dari pesan atau materi yang
disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil,
abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.
c. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan,
antara lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat
digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama dan pada
saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b)
Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.
Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah
ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c)
Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau
28
kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan
media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi
yang jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi
penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media menurut
(Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni (1) menghindari
terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian
siswa, (4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan
siswa dalam kegiatan belajar, serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan
untuk belajar.
d. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4
klasifikasi, yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual, dan (d)
multi media.
1). Media visual
Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis, media
cetak, dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan
melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis
biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan
mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan mudah diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data
berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) diagram, yaitu
gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan
timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol, (3) bagan, yaitu
perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu
proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu
gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok
dari suatu bentuk gambar, (5) poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas,
menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang
lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan
gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7) bulletin
board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-
tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat
penempel lainnya.
29
Lambang
verbal
Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati
Gambar bergerak
Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Pengalaman langsung
b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses
pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesan melalui
huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan
atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku tentang
suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para
guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku
30
teks ini disesuaikan dengan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap
bidang studi tertentu; b) Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam
bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar
siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran
kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan
kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket program
pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan
modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk
setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang
merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan
bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan
melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari
bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on
film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau
digambari secara langsung dengan menggunakan spidol; b) PPC transparancy film
(PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau
gambar dengan menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared transparancy film,
yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk
memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya
alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang
dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau
ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP
jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa
ke mana-mana, ukurannya lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.
31
3). Media Audio Visual
Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian pesannya
dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi
gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur
gerak. Salah satu jenis media itu adalah televisi. Televisi adalah media yang dapat
menempilkan pesan secara audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis
media televisi di antaranya: televisi terbuka (open boardcast television), televisi
siaran terbatas/TVST (Cole Circuit Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder
(VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan kaset
video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum, kelebihan
media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi. Selain itu,
media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-
ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.
4). Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier yaitu
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan).
Contoh multimedia linier: film dan TV; dan b) Multimedia interaktif yaitu suatu
multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasionalkan
oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk
proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak
hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk
berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam
interaksi. Interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi
dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi blangko pada bahan
belajar terprogram. Bentuk interaksi yang kedua ialah siswa berinteraksi dengan
mesin, misalnya mesin pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer,
atau kombinasi di antaranya yang berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi
ketiga ialah mengatur interaksi antarsiswa secara teratur tapi tidak terprogram;
sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi
yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan
mereka untuk membalas serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu
dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai
jawaban yang benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang
berorientasikan pada masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman
belajar yang merangsang minat dan realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki
lebih dari satu media yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan
32
unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki kemampuan untuk
mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member
kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa
menggunakan media tanpa bimbingan orang lain.
d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan
guru dalam rangka mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran.
2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran
adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam
pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya, ketika Anda akan
melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi tertentu dan Anda
memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran yang berupa kaset
rekaman berita dan tape recorder, kaset rekaman berita dan tape recorder itu
benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia, kaset rekaman berita dan tape
recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda perlukan media itu
tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta
perangkat pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian,
kaset rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda
gunakan saat itu.
33
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus
yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di
lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan untuk media
pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat kabar. Dalam
surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang
Anda beli itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda
terdapat taman atau pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai
pohon besar di sekolah Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media
pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata pelajaran yang
lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media pembelajaran bahasa.
Hal ini dapat dipahami karena membicarakan tentang apa pun melibatkan
kemahiran berbahasa dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak
perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat
Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan,
slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media
pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan
penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media
pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media yang
menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses
pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan menentukan
media pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu mempertimbangkan
(1) kesesuaian media itu dengan kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media
pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4) menantang, dan (5) variatif.
34
ware) sangat menentukan dalam menganalisis hubungan fungsional antara
karakteristik materi pelajaran dengan karakteristik metode transmisi, perangkat
media, dan karakteristik penerima pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi “barier” atau “noices”
yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan dapat berbentuk
hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia,
pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera), serta
hambatan kultural seperti perbedaan adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan.
Juga dapat terjadi hambatan pada lingkungan. Pada hakikatnya media
pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran antara
lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan media dan
perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah out of date akibat
kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak memungkinkannya memilih media yang
sesuai dengan tuntutan karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d)
Terbatasnya kemampuan, pengetahuan, keterampilan dalam memilih,
mengembangkan, mengopersionalkan media dalam pembelajaran; dan e)
Orientasi berfikir terhadap konsep media pembelajaran yang selalu berorientasi
pada media perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media pembelajaran
yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan
karakteristik media tertentu khususnya media perangkat lunak; c) Dalam proses
pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai dengan
kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada; d) Dalam membicarakan
media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep pengertian media pada
media perangkat keras dan media perangkat lunak; e) Pengembangan media
perangkat lunak akan memiliki peranan yang lenih fungsional dibandingkan
pengembangan media perangkat keras; dan f) Pengembangan media perangkat
keras harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas,
sarana dan dana yang ada.
35
membuat prototipe suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat ukur , maka
prinsip kerja harus sesuai dengan benda aslinya; b) Jika prototipe suatu alat
untuk menjelaskan komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting
dari alat tersebut harus terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe
berupa maket, maka perbandingan ukuran benda asli dan prototipe harus
mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan
garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1) Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada
hal hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas,
sederhana dan mudah dibaca.
2) Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam
kesatuan fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat
dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat
ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, misalnya dengan garis, anak panah,
bentuk, warna, dan sebagainya.
3) Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang
dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan
penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk memusatkan perhatian.
Penekanan dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna
tertentu, dan sebagainya.
4) Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan
dengan pembagian secara simetris, sedang keseimbangan informal , yang
ditunjukkan dengan pembagian yang asimetris.
36
yang dibawakan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu :
warna (merah, biru, dan lain-lain.), nilai warna (gelap, terang), kekuatan
warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau
susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun
beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan. Prinsip umum dan
pembuatan lay-out digunakan sebagai pedoman berbagai media grafis yang tidak
diproyeksikan, misalnya: gambar, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram,
transparansi, dan lain-lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat
dilakukan dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat digunakan
adalah powerpoint, adobe photoshop, frehand, dan lain-lain. Sumber gambar dapat
diperoleh dengan cara scaner gambar, kamera, download dari internet, dan lain-
lain.
37
(announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN yaitu penyiar
yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau program akan
disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan
naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama dengan penyiar , bedanya apa
yang dibaca narator sudah memasuki program. Yang akan disampaikan mungkin
tentang pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya. Untuk membedakan pembaca
narasi laki-laki atau perempuan , pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR
2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau situasi
yang dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain, sehingga
mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan yang sedang
dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah bunyi
benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, yang
dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis efek suara, yaitu:
pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua adalah bunyi barang,
gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang sudah tersedia
dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek suara yang dibuat di luar studio dan
dibuat di dalam studio secara hidup dengan alat-alat yang tersedia, misalnya
membuka dan menutup pintu, orang berjalan mendekat dan menjauh, orang
berteriak dan sebagainya.
38
disebut percakapan, dan apabila disampaikan dengan naskah yang tidak
lengkap atau garis besarnya, biasa disebut obrolan. Agar dialog menjadi
hidup, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus dibawakan oleh pelaku
yang baik, lincah, hidup, sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar
terjadi. Selain itu hendaknya pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda,
dan naskah menunjukkan kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang
berbeda kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang
bertugas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu
sebagai yang diwawancarai. Jika wawancara dlakukan di luar studio, maka
diperlukan peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana
masing-masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang suatu
masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat
dibedakan antara format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah tape
recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan
komputer. Dengan bantuan komputer proses editing dapat dilakukan lebih
mudah.
39
pengarahan kepada juru potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6) Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide suara
agak berbeda dengan progam audio. Di sini musik biasanya dipakai pada
awal dan akhir progam, sedang di tengah digunakan sebagai selingan atau
untuk mengiringi gambar/grafis yang disajikan tanpa narasi. Efek suara (FX)
yang digunakan pada progam audio tidak begitu banyak digunakan.
7) Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah kasar yang
telah selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil pemotretan
ditandai dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal dari objek sesungguhnya),
caption (berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas karton), grafis (berasal
dari gambar yang dibuat dengan tangan atau komputer).
h. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan
tes, simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dengan menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini
mula-mula menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya komputer
memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila siswa
menjawab degan benar maka komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila
siswa menjawab salah atau tidak menjawab dalam waktu tertentu, maka
komputer akan menuntun siswa agar mendapat jawaban yang benar. Jawaban
siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat memperoleh umpan balik
lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari
dan merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal
dari yang seerhana sampai kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui
papan ketik, komputer segera memberi umpan balik yang berupa penguatan jika
siswa menjawab benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing
siswa untuk menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga
mendapatkan informasi yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima
pelajaran, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan
atau langsung melanjutkan ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan
adalah pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli
jawaban siswa benar atau salah, pertanyaan berikutnya segera muncul setelah
pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian tes yang biasanya digunakan
adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban soal-
soal esai dengan komputer masih belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau
sistem dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk
memperagakan untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan secara langsung
seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan, mengukur ledakan laut,
mengukur tinggi menara atau menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.
40
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat
belajar sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga
mengandung unsur-unsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan dan fantasi
tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket program ini dapat mengembangkan
daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat
belajar berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara
aktif. Paket program ini bervariasi dari yang sederhana sampai dengan yang
rumit. Tergantung pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan respon
komputer terhadap respon siswa. Misalnya; persoalan pemacahan terhadap
pencemaran lingkungan. Bentuk penyajian materi, digunakan bentuk tutorial,
yaitu menyampaikan materi pelajaran setahap demi setahap meliputi materi,
contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya menuangkan
teks atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu dilakukan maka akan
mengkasilkan “buku elektronik” yang manfaatnya tidak jauh berbeda dengan
membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan
kerjasama yang baik antara guru, desainer, analis, image supplier, programer, dan
maintenance, dengan tugas masing-masing: a) Guru: sebagai orang yang
menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b) Desainer: sebagai penerjemah ide
guru ke dalam skenario atau skrip media; c) Analis: melakukan analisis
skenario/skrip media dalam hal: kelengkapan komponen skenario, struktur
skenario, dan dapat tidaknya skenario dipahami oleh programer; d) Image
supplier: sebagai pemasok gambar ( foto, ilustrasi, grafik) dan audio; e) Programer:
merupakan pekerjaan inti dalam membuat media berbasis komputer, yang
bertugas menuangkan skenario/skrip media ke dalam komputer dengan bahasa
pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga keberlangsungan
program yang dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan
media yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi agar pemrograman dapat
dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali orang yang mempunyai salah
satu keahlian dengan keahlian yang lain. Membekali seorang programer dengan
materi-materi bidang studi dan teori belajar tentu sangat tidak mungkin.
Alternatif yang lebih mungkin adalah membekali seorang guru bidang studi
tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan bahasa pemrograman
sederhana atau guru didampingi seorang programer yang sekaligus dapat
memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru (khususnya
untuk pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer
adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk menghasilkan media yang lebih baik,
diperlukan software lain sesuai keperluan, antara lain yakni (1) Macromedia Flash,
Gif Animator untuk membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand, Photoshop,
UnleadPhotoImpac, untuk mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk
41
mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe premier, VCD Cutter, sebagai program
mengolah movie, dan (5) Program Sound Forge, untuk mengolah suara. Untuk
keperluan praktis, gambar, animasi, efek suara dapat diperoleh di toko-toko
penjual software komputer.
Media Siswa
Keterangan :
:
Guru
komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga
dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi
belajarnya tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau cra belajar
individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah belajar jarak jauh.
42
Guru Siswa
Media Lain
Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
43
j. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran
Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran,
masing-masing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu
pada pembelajaran dengan karakteristik tertentu.
a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1) pembukaan
pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik perhatian
siswa ke arah materi baru yang akan disajikan dengan cara memberikan bahan
pengait. Media yang dapat digunakan pada tahapan ini, misalnya media cetak,
medis grafis, media audio, media audio-visual, atau pengamatan di lingkungan
dan berbagai media tiga dimensi.
b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut dibagi
dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi, diadakan tanya
jawab (review) untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas materi yang baru
disajikan. Dengan demikian kesalahpahaman atau kekurangjelasan materi dapat
segera diatasi. Pada tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan berbagai
media seperti halnya pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan
karakteristik tujuan pembelajaran, materi dan siswa.
c) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang
hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh materi
yang telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan balik atas
tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa, dan (4) pemberian pekerjaan rumah
jika diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media, media cetak (bagan),
OHP atau papan tulis dan beberapa media yang lain.
44
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan beberapa
peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian disusul dengan
penyajian materi baru terutama ditinjau dari aspek teoretiknya. Atau dengan kata
lain, landasan teoretik yang merupakan rasional serta akan menjadi acuan dalam
pengerjaan tugas/latihan, disajikan pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga
prosedur kerja serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan
tugas/pelatihan.
d) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa
atas materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah memilih
keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan dapat
memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.
45
2). Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman belajar
dengan media. Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu sekitar beberapa
menit untuk memperkenalkan siswa dengan media yang akan digunakan.
Dengan demikian kemungkinan bahwa siswa akan lebih tertarik pada
medianya daripada materinya dapat dihindarkan.
3). Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran bermedia.
Persiapan meliputi, misalnya, belajar mengoperasikan media yang akan
digunakan, mempelajari bahan (materi) yang akan ditayangkan,
mengantisipasi kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah penayangan, dan
lain-lain yang terkait.
b) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan
pelaksanaan pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian
isi/pengembangan, umpan balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada
pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak memberitahukan garis besar isi
tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang perlu diberitahukan
kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang benar, kegiatan yang akan
dilakukan siswa setelah menonton, dan apa yang perlu disiapkan siswa untuk
menonton.
46
Kegiatan Persiapan
1. Guru mempersiapakan diri dalam penguasaan materi
pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa
Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan
menggunakan media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas
Gambar 3.5:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
2. Lembar Pelatihan
1) Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya,
jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2) Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media
pembelajaran?
47
Daftar Pustaka
C. Asesmen
1. Lembar Informasi
a. Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua
istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal
ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling
berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang
hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu
hierarki. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan
suatu kriteria atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan
informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan
menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah
proses mengambil keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen.
Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi
tanpa melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik
formal maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang
terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002;
Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran
48
berlangsung disebut sebagai asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan
setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen
hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi asesmen proses informal dan
asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta
didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang
peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik
lain, guru telah melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-
peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan
informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal, asesmen
proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Metode Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes
dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah
(Djemari, 2008). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar
atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper and
pencil) atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan dengan cara
memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya soal bentuk pilihan
ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta
menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai,
baik esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang
meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang
terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik
yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan extended
performance, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih
komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu
hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen
untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki
cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response dan
performance assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada selected response: (a)
alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada umumnya hanya berkaitan
dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal pengetahuan dan
pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons secara tidak langsung. Hal yang
sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan
penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan aktual dari peserta, juga
membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara
49
mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu, penilaian
kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected response baik dari segi cakupan
tugasnya maupun cara atau struktur mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki
keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika
dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena respons peserta pada selected
response hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah disediakan, maka skor yang
diberikan menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif
bebas dari bias atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan
penilaian kinerja meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat
melakukan penskoran, tetapi masalah krusial yang selalu muncul adalah
rendahnya kekonsistenan antar penilai (interater reliability) ketika kemampuan
yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai. Metode selected response juga
memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu
kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi
relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka waktu
penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam
hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-
penilaian dalam skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian
sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional (Dittendik,
2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau
motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif
dan lazimnya menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang
dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke dalam
kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan
keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua
keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak
diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat
sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan
tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan
kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
50
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya,
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar
dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam mastery learning adalah
peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang
berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk
materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.
b) Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen otentik
harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Asesmen otentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
c) Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan
Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, atau Ulangan Kenaikan Kelas.
d) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya,
tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM
(kriteria ketuntasan minimal)
e) Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
2) Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat
dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil
belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara
penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi.
Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar,
baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang
dapat digunakan, yaitu :
51
bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
52
rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja
dengan rating scale beserta rubriknya.
Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan
Rubriknya
Aspek yang Penilaian
dinilai 1 2 3
Rangkaian alat
benar, tetapi Rangkaian alat
Rangkaian tidak rapi atau benar, rapi, dan
Merangkai alat alat tidak tidak memperhatikan
benar memperhatikan keselamatan
keselamatan kerja
kerja
Pengamatan Pengamatan
Pengamatan cermat, tetapi cermat dan
Pengamatan
tidak cermat mengandung bebas
interpretasi interpretasi
Data lengkap,
Data lengkap,
tetapi tidak
Data yang Data tidak terorganisir,
terorganisir, atau
diperoleh lengkap dan ditulis
ada yang salah
dengan benar
tulis
Sebagian
Tidak benar
kesimpulan ada Semua benar
atau tidak
Kesimpulan yang salah atau atau sesuai
sesuai
tidak sesuai tujuan
tujuan
tujuan
d. Penilaian Sikap
1) Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
53
seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan
konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran adalah:
a) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik
akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan.
b) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap
guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut.
c) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan
teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik,
nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau
Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi
oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan
pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik
memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.
a) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi.
Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik
yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan.
54
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta
didik selama di sekolah.
b) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta
didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai
“Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban
dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam
penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan
teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan
atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi
objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya
tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.
Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami
kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik Hormat pada orang
Ketekunan belajar
Tanggung jawab
Ramah dengan
Tenggang rasa
Menepati janji
SIKAP
Keterbukaan
Kedisiplinan
Kepedulian
Kerjasama
Kejujuran
Kerajinan
teman
tua
No
NAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 =
amat baik.
55
3) Tes Tertulis
a) Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta
didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan
lain sebagainya.
4) Penilaian Proyek
a) Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
56
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
57
5) Penilaian Produk
a) Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan
peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-
barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian
yaitu:
Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
58
6) Penilaian Portofolio
a) Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik
secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu
priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta
didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik
sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan
bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya
yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.
Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik
perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang
tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses
pendidikan
Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan
dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar
yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan
karya peserta didik.
59
Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat
berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
60
KRITERIA
N SK / KD /
Waktu Speak Gramm Voca Pronouncia Ket
o. PI
ing ar b tion
16/07/07
Introduct 24/07/07
1
ion 17/08/07
Dst....
12/09/07
2 Writing 22/09/07
15/10/07
Memoriz 15/11/07
3
e Vocab 12/12/07
Catatan : PI = Pencapaian Indikator
Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti
pekerjaan sesuai dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor yang
digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10
– 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan karakteristik
yang menonjol dari hasil kerja tersebut.
61
dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
62
Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan
tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan
nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika
jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang
nilai antara 0 – 5 dikategorikan tidak positif; 6 – 10 kurang positif; 11 – 15 positif
dan 16 – 20 sangat positif.
63
d. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja
guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.
64
Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembang-
kan prestasi anak lebih lanjut?
65
mulia 2) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK
lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai
pada batas akhir tahun ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang kuat, misal
karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin
berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas
diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan
indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan
indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan
keperluannya mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak yang
tidak naik kelas (automatic promotion). Automatic promotion apabila semua
indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) suatu mata
pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak
naik ke kelas berikutnya.
2. Lembar Pelatihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!
Daftar Pustaka
66
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf
Publishing Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional. (2006). Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-
Nijhoff Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, & L.E. Desai. (1991). Portfolio Assessment in the Reading-
Writing Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. (1975). Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of
Testing. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
________. (2007). Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian
67
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain
kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan
dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini
dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari
lingkungannya.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
c. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dibawah
koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.
68
atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan
dipergunakan oleh sekolah tersebut
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat
bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena
sekolah dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga
terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
4) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus
dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru
berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan
silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama
terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.
Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat
disajikan dalam contoh format silabus secara horisontal atau vertikal
sebagai berikut.
69
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
70
5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup
yang perlu dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
b) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi
dasar secara utuh.
c) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
d) Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus
selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki
kompetensi yang telah ditetapkan.
e) Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap (termasuk
karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan KD.
f) Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus
dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep mata pelajaran.
h) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i) Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung
dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran
siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.
71
6) Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Ranah
kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan intelektual,
dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi,
dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah menjadi indikator produk dan
proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan gerakan sengaja yang
dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan yang
memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspek-
aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan
terhadap fenomena, tanggapan terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan
internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter
merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu
diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator
diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a) Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)
b) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
c) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata
kerja dalam KD maupun SK
d) Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan
(Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan
Kontekstual
e) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku,
dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan
bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.
f) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g) Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
j) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k) Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l) Menggunakan kata kerja operasional.
7) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
72
bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian pencapaian
kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif, psikomotor dan afektif).
Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat melakukan
penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen
penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh
instrumen.
a) Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik
tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
(1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan
dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
(2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
(3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
(4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
(5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada bagian
indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
(6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model
penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
(7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip
berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
(8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar
siswa.
(9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran
mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
73
(10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan
terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung
(main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses
pembelajaran.
(11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan
yang berupa informasi yang dibutuhkan.
b) Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.
Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat
digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik Bentuk Instrumen
Tes tulis Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan
Dll.
Tes lisan Daftar pertanyaan
Tes unjuk kerja Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produ
Penugasan Tugas proyek
Tugas rumah
Observasi Lembar observasi
Wawancara Pedoman wawancara
Portofolio Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi siswa
Penilaian diri Lembar penilaian diri
c) Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya.
Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak
mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian diletakkan di dalam
lampiran.
74
a) minggu efektif per semester,
b) alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c) jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang beragam.
Format 1: Horizontal
SILABUS
Nama Sekolah : ........
Mata Pelajaran : .........
Kelas / Semester : .........
Standar Kompetensi : 1. ........
Format 2: Vertikal
SILABUS
Nama Sekolah : ...............
Mata Pelajaran : ...............
Kelas / semester : ...............
1. Standar Kompetensi : ..............
2. Kompetensi Dasar : ..............
3. Materi Pokok/Pembelajaran : ..............
4. Kegiatan Pembelajaran : ..............
75
5. Indikator : ..............
6. Penilaian : ..............
7. Alokasi Waktu : ..............
8. Sumber Belajar : ..............
Catatan:
Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan
siswa untuk mencapai SK dan KD
Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran
Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau
lainnya.
d. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk
setiap mata pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus
mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran yang dianggap relevan.
76
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran
tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
e. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah
sejumlah guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika
terdapat empat guru matematika dalam satu sekolah maka yang bertanggung
jawab menyusun silabus adalah keempat guru tersebut. Selanjutnya, yang
bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru mata pelajaran tertentu
secara individu, di bawah koordinasi Kepala Sekolah atau MGMP. Oleh karena
itu, setiap guru secara individu dituntut untuk memiliki kemampuan atau
kompetensi dalam menyusun atau mengembangkan RPP.
77
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan /
mengeksplisitkan bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam setiap
langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-
rambu jawaban
3. Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan
lembar observasi/lembar pengamatan)
78
dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam
indikator, dalam bentuk pernyataan yang operasional. Dengan demikian,
jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari
pada indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal
ini terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan
pemilihan materi, metode, media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka
memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga
tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam menjamin evaluasi yang
benar. Guru tidak akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah
tujuan kecuali guru itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B),
condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi
subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja
yang mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Kata
kerja ini merupakan jantung dari rumusan tujuan pembelajaran dan
HARUS terukur. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut
diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh
audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat
mengidentifikasikan paling sedikit lima unsur cerita dengan benar.
Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B: mengidentifikasikan unsur
cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita rakyat, D: lima unsur cerita (dari
enam unsur) dengan benar.
c) Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam
RPP merupakan pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam
silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus
dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru dapat
mengembangkannya menjadi Buku Siswa.
d) Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini
diambil bergantung pada karakteristik pendekatan dan atau strategi yang
dipilih. Selain itu, pemilihan metode/pendekatan bergantung pada jenis
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu
metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.
79
e) Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah
kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan.
Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai
dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan sintaks yang
sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih
dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan
pertemuan ke-2 atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
g) Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan
tujuan pembelajaran. dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matriks horisontal maupun vertikal. Dalam penilaian hendaknya
dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci
jawaban/rambu-rambu jawaban dan pedoman penskorannya (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).
80
I. Tujuan Pembelajaran : ...............
II. Materi Ajar : ...............
III. Metode Pembelajaran : ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal : ..........
B. Kegiatan Inti : ..........
C. Kegiatan Akhir : ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
VI. Penilaian : .............
2. Lembar Pelatihan
1) Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara
fungsional dalam rangka mencapai kompetensi tertentu. Pernyataan tersebut
merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual
81
B. Ditampilkan peta siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
C. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa
Timur.
D. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa
Timur dalam waktu 5 menit.
8) Kegiatan pembelajaran dalam Silabus memuat kegiatan yang berfokus pada ....
A. kegiatan siswa
B. kegiatan guru
C. kegiatan siswa dan guru
D. pengalaman guru
82
Daftar Pustaka
83
BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Materi PTK
1. Lembar Informasi
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru
yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari
kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi,
guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta
memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar
mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah letak
arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru. Kemajuan dan perkembangan
IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru
yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses
pembelajarannya.
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas
sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung
dalam proses tindakan perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam
pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui
PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan
dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan.
a. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur
(2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model
penelitian ini, si peneliti (guru) bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus
sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan
juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang
dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi
terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa
yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode
ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih
memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada
situasi di mana mereka bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena
membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya,
84
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan
tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan
misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan
pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus
(3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran
sebagai bagian tanggungjawabnya.
b. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin.
Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi
rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil
yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti
(guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari
adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan
perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru
perlu menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan
pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai
dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan
selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya
dari segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam Standar
Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK
mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada tahap
perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh
ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada
seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki
kinerja yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
4) PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan
dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan
(W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu
peluang atau kesempatan yang dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun
ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut bisa dipandang dari sudut guru
yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
5) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan
data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi
sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun
dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
85
6) Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan
guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup
meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi
kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji
hipotesis yang dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada
dasarnya memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas
dasar tetap harus dipertahankan.
7) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah
yang cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah
komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada
siswa.
8) Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten,
memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan
anak-anak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional,
sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan
berorganisasi.
9) Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,
namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan
classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat
terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan
dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
c. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
1) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena
dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi,
guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan berikut.
a) Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
b) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
c) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
d) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
e) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
f) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
86
d. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas (classroom
research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian tersebut
dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas adalah penelitian yang dilakukan di
dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian
yang dilakukan di dalam kelas, misalnya penelitian tentang bentuk interaksi
siswa atau penelitian yang meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan
sebagai obyek penelitian. Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang
mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi tugasnya. Perbedaan
Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada
Tabel 4.2 ditunjukkan pula perbedaan PTK dengan penelitian formal atau
penelitian pada umumnya yang biasa dilakukan oleh peneliti.
87
menyelesaikan masalah teori, menghasilkan
lokal pengetahuan
4 Peneliti yang Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang berminat,
terlibat memerlukan sedikit memerlukan pelatihan
pelatihan untuk dapat yang intensif untuk dapat
melakukan melakukan
5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representatif
6 Metode Longgar tetapi berusaha Baku dengan obyektivitas
obyektif-jujur-tidak dan ketidakberpihakan
memihak (impartiality) yang terintegrasi (build in
objectivity and impartiality))
7 Penafsiran hasil Untuk memahami praktek pendeskripsian,
Penelitian melalui refleksi oleh mengabstraksi,
praktisi penyimpulan dan
pembentukan teori oleh
ilmuwan.
8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik Pengetahuan, prosedur
(proses dan produk) atau materi yang teruji
9. Generalisasi Terbatas atau tidak Dilakukan secara luas
dilakukan pada populasi
Sumber : Fraenkel, 2011,p.595
88
f. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri atas 4
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi
(Gambar 4.1). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan
kembali untuk merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum
berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang
menjadi kerisauan guru.
Perencanaan
Pengamatan
g. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau
disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kelasnya,
yang jika tidak segera diatasi akan berdampak bagi proses dan hasil belajar
siswa. Masalah yang dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur,
sehingga guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut
menjadi semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh melalui
proses identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis terhadap masalah-
masalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam hubungan
89
ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, atau
yang dapat ditunda penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian yang besar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK adalah
sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul dirasakan penting oleh guru
sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan kemampuan dan/atau
kekuatan guru untuk mengatasinya, (3) permasalahan memiliki skala yang cukup
kecil dan terbatas, (4) permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan prioritas-
prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah seorang
guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya
sebagai bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran
guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
3) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
4) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
5) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
6) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau
memperbaiki situasi yang ada?
90
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah mulai
dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.
i. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana
tindakan atau yang sering disebut dengan rencana perbaikan. Langkah-langkah
dalam menyusun rencana perbaikan adalah sebagai berikut.
j. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah
layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan.
1) Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan
rencana tindakan kelas.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk skenario
tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-
91
langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
atau perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu perlu
menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat sesuai
dengan hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat peraga, dan
buku-buku yang relevan.
b) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan,
misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau
sarana lain yang terkait.
c) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan
dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus
menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya
dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat
melakukan hal ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan. Jika
indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam
dan menganalisis data.
d) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu
mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat
bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen
LPTK.
2) Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan
dalam kelas yang sebenarnya.
a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar.
Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak
boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru
tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi
sebagai tugas profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi
guru dan pembelajaran yang dikelolanya.
b) Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu
menyita waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK
memang harus disertai dengan observasi, pengumpulan data, dan
interpretasi yang dilakukan oleh guru.
c) Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan situasi kelasnya.
d) Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru.
e) Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan dan
etika yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti menyampaikan
kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan,
atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama
92
pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar
kebiasaan rutin.
f) PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat sekolah.
93
yang terstruktur dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya
tinggal membubuhkan tanda cek (V) pada tempat yang disediakan.
Observasi sistematik dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang
diamati.
5) Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis dapat
dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat. Syarat balikan yang
baik: (i) diberikan segera setelah pengamatan, dalam berbagai bentuk
misalnya diskusi; (ii) menunjukkan secara spesifik bagian mana yang
perlu diperbaiki, bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan; (iii)
balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang yang diberi
balikan tersebut.
l. Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis
data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap
observasi. Analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai
diimplementasikan secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk
enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah pembelajaran
tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan diadakan
interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir
paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan
informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, data
diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering
disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan
hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua,
data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam
bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau
deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau
formula singkat.
m. Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan
mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui
refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang
belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran
berikutnya.
94
digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan
perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka
hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan
perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK berakhir, jika
perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam PTK sebenarnya
tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.
Perencanaan
Gagal
Refleksi Pelaksanaan
Berhasil
Pengamatan
Simpulan
1) Format Proposal
Pada umumnya format proposal penelitian, baik penelitian formal
maupun PTK sudah baku. Salah satu format proposal yang ada saat ini
adalah yang dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM sebagai
berikut.
95
Halaman Judul (kulit luar)
Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal itu
dibuat.
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga yang
mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal
penelitian adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
4. Data Peneliti:
Nama lengkap dan gelar
Golongan/pangkat/NIP
Jabatan fungsional
Jurusan
Institusi
5. Susunan Tim Peneliti
Jumlah
Anggota
6. Lokasi Penelitian
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana
2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya
adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut
adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian
masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa
Anda tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut
merupakan masalah riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada
manfaatnya apabila diteliti dengan PTK? Untuk ini perlu didukung
oleh kajian literatur atau hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan baik oleh Anda sendiri maupun orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari.
Anda perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika
perlu menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut.
Setelah Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam
96
bentuk kalimat yang jelas. Biasanya rumusan masalah dibuat dalam
bentuk kalimat Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan
pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan
cara pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap
suatu masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada
pengalaman Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari
dalam buku literatur dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi
dan berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Cara
penyelesaian masalah yang Anda tentukan atau pilih harus benar-
benar “applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin Anda
laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan
terarah, sesuai dengan latar belakang masalah dan mengacu pada
masalah dan cara penyelesaian masalah. Sebutkan pula manfaat dari
PTK ini, yaitu nilai tambah atau dampak langsung atau pengiring
terhadap kemampuan siswa Anda.
f) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau
memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat berguna untuk
memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan dengan masalah
tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh masukan yang dapat
membantu Anda dalam melaksanakan PTK, terutama dalam
merumuskan hipotesis.
g) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki, rencana
kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan interpretasi, analisis,
dan refleksi), data dan cara pengumpulan data, dan teknik analisis
data penelitian.
h) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian dan
rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka berapa lama.
Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus menginventarisasi
jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari awal
perencanaan, penyusunan proposal sampai dengan selesainya
penulisan laporan. Jadwal PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar
chart.
97
i) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda,
terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana
biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan. Pada tiap-tiap tahapan diuraikan jenis-jenis
pengeluaran yang dilakukan serta berapa banyak alokasi dana yang
disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.
98
Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan
oleh Ditjendikti atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan
memperoleh pendanaan dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga
perlu disesuaikan dengan format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana
penelitian. Namun bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format
menyepakati beberapa komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan
dijelaskan. Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:
Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-rambu
seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran,
tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan
pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15
kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan,
prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan, serta
simpulan dan saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah,
analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi
istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah,
analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
99
dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian yang
bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
q. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil penelitian
maupun makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat kaitannya
dengan aktivitas ilmiah.
100
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah
dengan baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan
dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah. Di
samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulis dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal
atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dengan
mengikuti pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau ditetapkan. Artikel
ilmiah bisa diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil pemikiran dan kajian
pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi sistematika penulisan dan isi
suatu artikel dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu artikel hasil
penelitian dan artikel nonpenelitian. Secara umum, isi artikel hasil penelitian
meliputi: judul artikel, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan,
metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan.
Sedangkan artikel nonpenelitian berisi judul, nama penulis, abstrak dan kata
kunci, pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar rujukan.
Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:
1) Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi yang
terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata sebaiknya dilakukan
dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya tarik judul bagi pembaca juga
dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
2) Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun gelar
lainnya. Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di bawah nama
penulis, namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki di halaman pertama.
Apabila penulis lebih dari dua orang, maka nama penulis utama saja yang
dicantumkan di bawah judul, sedangkan nama penulis lainnya dituliskan
dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang mencerminkan ide-
ide atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk artikel hasil penelitian,
prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang
subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian, tekanan diberikan pada
hasil penelitian. Sedangkan untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi
ringkasan isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan komentar atau
pengantar dari penyunting. Panjang abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu
paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran
101
gagasan dalam karangan asli berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah
kata kunci antara 3-5 kata. Perlu diingat bahwa kata kunci tidak diambil dari
kata-kata yang sudah ada di dalam judul artikel. Kata kunci sangat bermanfaat
bagi pihak lain yang menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui
jaringan internet untuk menemukan karya seseorang yang sudah
dipublikasikan secara online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata
kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga
gagasan: (1) latar belakang masalah atau rasional penelitian, (2) masalah dan
wawasan rencana pemecahan masalah, (3) rumusan tujuan penelitian (dan
harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat dijamin
otoritas keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara ringkas, padat
dan mengarah tepat pada masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat
mencakup landasan teoretis, segi historis, atau segi lainnya yang dianggap
penting. Latar belakang atau rasional hendaknya dirumuskan sedemikian
rupa, sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan penelitian yang dilengkapi
dengan rencana pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan berisi
uraian yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan dibahas.
Bagian ini menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga
mereka tertarik untuk mengikuti bagian selanjutnya. Selain itu, bagian ini juga
diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal-hal yang akan dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan pembahasan. Pada
bagian metode disajikan bagaimana penelitian dilaksanakan. Uraian disajikan
dalam beberapa paragraf tanpa atau dengan subbagian. Yang disajikan pada
bagian ini hanyalah hal yang pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa
sumber datanya (subjek atau populasi dan sampel), bagaimana data
dikumpulkan (instrumen dan rancangan penelitian), dan bagaimana data
dianalisis (teknik analisis data). Apabila di dalam pelaksanaan penelitian ada
alat dan bahan yang digunakan, maka spesifikasinya perlu disebutkan.
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek
penelitian dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian, lokasi dan
lama penelitian, serta uraian tentang pengecekan keabsahan hasil penelitian
(triangulasi) juga perlu dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan hasil
analisis data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil analisis saja,
sedangkan proses analisis data misalnya perhitungan statistik, tidak perlu
disajikan. Proses pengujian hipotesis, ternasuk pembandingan antara koefisien
hasil perhitungan statistik dengan koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang
dilaporkan hanyalah hasil analisis dan hasil pengujian data. Hasil analisis
dapat disajikan dalam bentuk grafik atau tabel untuk memperjelas penyajian
hasil secara verbal, yang kemudian dibahas.
102
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Dalam
pembahasan disajikan: (1) jawaban masalah penelitian atau bagaimana tujuan
penelitian dicapai, (2) penafsiran temuan penelitian, (3) pengintegrasian
temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang telah mapan, dan (4)
menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang telah ada sebelumnya.
Jawaban atas masalah penelitian hendaknya disajikan secara eksplisit.
Penafsiran terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan logika
dan teori-teori yang ada. Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam
kumpulan yang ada dilakukan dengan membandingkan temuan itu dengan
temuan penelitian yang telah ada atau dengan teori yang ada, atau dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan. Jika
penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama dapat
dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari
teori harus disertai dengan modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh
teori harus disertai rumusan teori yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan
atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi bergantung
pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah
pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau prinsip.
Isi yang berbeda memerlukan penataan dengan urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Namun
apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan sebelumnya, maka
istilah yang dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga
ditambahkan saran atau rekomendasi.
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran
yang memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan
pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal, bukan
numerikal. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat. Saran
dapat mengacu pada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, atau
penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan artikel.
Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang tubuh
artikel harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis. Gaya
selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi, bergantung pada
disiplin ilmu yang menjadi payung artikel ilmiah anda atau jurnal yang akan
memuat artikel anda. Bidang Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan
format APA (American Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu
Sejarah menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa
dan Sastra menggunakan MLA (Modern Language Association). Apapun gaya
yang anda gunakan, pastikan bahwa gaya penulisan anda konsisten dan sesuai
103
dengan format yang ditetapkan oleh jurnal/media yang akan menampung
tulisan anda. Untuk itu, anda perlu mencermati lebih dahulu format seperti
apa yang harus anda ikuti sebelum mulai menulis/menyunting artikel ilmiah
anda. Secara umum, yang dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah:
nama pengarang, tahun penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan nama
penerbitnya.
2. Lembar Pelatihan
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda kerjakan
latihan berikut bersama teman-teman Anda!
1) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata Anda
sendiri!
2) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola
pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukan analisis
apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut sebagai penelitian
tindakan kelas? Berikan argumentasi, mengapa kelompok Anda
berpendapat seperti itu?
3) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman yang sudah
Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa yang sudah terjadi.
Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan refleksi?
4) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan belajar
ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benar-benar
membedakannya dengan penelitian formal? Berikan alasan atas Jawaban
Anda.
5) Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai
tujuan perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan siklus
tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut
dapat berakhir.
6) Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan
dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan
bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan interpretasi.
7) Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan aturan
harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting dan
jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti.
8) Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah ilmiah,
apa sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
9) Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi?
Jelaskan jawaban Anda dengan contoh.
10) Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari dimensi
isi artikel.
104
Daftar Pustaka
Arends, Richard I.( 2002). Classroom Management. New York: McGraw -hill
Book Co.
Fraenkel, Jack R & Norman E Wallen. (2011). How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: McGraw-Hill High Education.
Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham:
Open University.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.
Mettetal, Gwyn.(2001).The What, Why, and How of Classroom Action Research,
JoSoTL Volume 2 Number 1. pp
Nur, Mochamad. (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatih Proyek PGSM,.(1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti.
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher
Development Project) IBRD Loan No. 3979-Ind.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wardani, I.G.A.K, Wilhardit, K. & Nasution, N. (2004). Penelitian Tindkaan
Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
B. Contoh PTK
1. Contoh Proposal PTK
b. JUDUL PENELITIAN:
Pengembangan Media Pembelajaran Mata Kuliah Fisika II dengan Model
Computer Assisted Instruction (CAI) sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas
Hasil Pembelajaran di Jurusan Teknik Elektro FT Unesa
d. PENDAHULUAN
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) umumnya dan Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya khususnya,
merupakan lembaga pendidikan teknologi dan ilmu teknik yang memiliki tujuan
untuk menyiapkan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja di industri atau usaha,
mampu membuka usaha baru dan bekerja sebagai pendidik di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan atau di lembaga pelatihan teknik umumnya.
Mata Kuliah Fisika II merupakan mata kuliah lanjutan dari Fisika I, wajib
tempuh dan lulus serta merupakan mata kuliah yang dapat menunjang mata
kuliah–mata kuliah lainnya di Jurusan Teknik Elektro FT Unesa Surabaya, sehingga
kualitas hasil pembelajaran harus dalam kategori minimal baik.
105
Kualitas hasil pembelajaran mata kuliah Fisika II masih perlu ditingkatkan,
baik ditinjau dari kualitas hasil pembelajaran mahasiswa maupun dosen. Indikator
perlunya ditingkatkan kualitas pembelajaran tersebut antara lain nilai akhir Fisika
II rata-rata dari 33 mahasiswa program studi S1 (2008) Pendidikan Tenaga Listrik
masih dalam kategori cukup (2,27), demikian juga nilai akhir rata-rata dari 40
mahasiswa program studi S1 (2008) Pendidikan Elektronika Komunikasi kategori
cukup (2,67) dan yang mendapat nilai A dari total mahasiswa tersebut hanya 3.
Sulitnya mahasiswa memahami pokok bahasan yang bersifat analisis dan
cenderung pasif, rendahnya keterampilan mahasiswa dalam memecahkan masalah
dan laporan hasil praktikum ada yang beda dengan hasil hitungan atau analisis.
Hal ini menunjukan masih perlunya inovasi pembelajaran dalam upaya
meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik bagi mahasiswa maupun dosen,
dan peningkatan hasil nilai akhir mahasiswa.
Dalam perkembangan zaman media pembelajaran terus ditingkatkan,
sehingga pemerintah mulai mengembangkan pendidikan berbasis ICT
(Information and Communication Technology) dengan Pembelajaran e-learning
(electronic learning). Dalam pendidikan berbasis ICT penggunaan media komputer
berperan penting dalam menyalurkan, menyimpan dan memproses informasi.
Pembelajaran dengan bantuan komputer dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif media pembelajaran pada pendidikan berbasis ICT karena
komputer mempunyai berbagai manfaat antara lain: (1) mampu menyimpan data,
(2) mampu menghitung dengan cepat dan tepat, (3) dapat melakukan pekerjaan
berulang-ulang kali sesuai dengan keinginan pemakai, (4) dan mampu
menampilkan bentuk grafik, bagan, gambar serta suara.
Berdasarkan hasil penelitian Rochim (2010) dikemukakan bahwa terdapat
kekurangan pada pembelajaran Fisika II dalam proses belajar mengajar, yaitu
pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang berpusat pada dosen
sedangkan mahasiswa lebih banyak melihat dan mendengarkan serta masih
kurang dalam proses learning by doing atau pembelajaran secara langsung
sehingga mahasiswa mudah bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam proses praktikum materi Fisika II
masih sangat kurang. Berikut ini adalah kondisi alat-alat praktikum materi Fisika
II antara lain: (1) Materi persamaan Maxwell kondisi alat rusak. (2) Materi
gelombang, sensor dan optik memiliki satu trainer. (3) Materi Fisika Modern
masih belum tersedia peralatan praktikum pada laboratorium.
Deskripsi mata kuliah Fisika II yaitu meliputi pemahaman dan pengkajian
persamaan-persamaan Maxwell, gelombang elektromagnetik, optik, efek foto
listrik, fisika modern, sensor dan tranduser (Buku Pedoman UNESA, 2004:485).
Adapun materi di dalam Optik tersebut adalah sifat dan penjalaran cahaya,
pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dispersi, interferensi dan difraksi
cahaya.
Berdasarkan uraian tersebut perlu ada pengembangan media
pembelajaran dengan model Computer Assited Instruction (CAI) untuk
mengurangi keterbatasan alat yang terdapat pada laboratorium khususnya pada
materi Fisika Optik yang hanya memiliki satu trainer sehingga kurang efektif
106
digunakan dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran yang dihasilkan
digunakan untuk membantu mahasiswa dalam memahami teori maupun
praktikum dengan menggunakan bantuan media komputer Selain itu media
pembelajaran yang dihasilkan digunakan untuk membantu dosen dalam
penyampaian proses belajar mengajar Fisika II khususnya materi Optik.
Media yang dibuat berupa CD media pembelajaran yang didalamnya
berupa materi pembelajaran dan simulasi serta terdapat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur pemahaman mahasiswa tentang materi yang disampaikan.
Dengan adanya media pembelajaran ini diharapkan materi Fisika Optik dapat
dipelajari dengan lebih mudah, sehingga proses pembelajaran diharapkan dapat
berlangsung lebih baik karena adanya keseimbangan antara materi yang
didapatkan dengan praktik.
2. Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini, peningkatan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa
dalam bentuk: (1) tingkat keaktifan mahasiswa didefinisikan sebagai tingkat
partisipasi mahasiswa dengan benar dan terampil dalam pembelajaran. Indikator
kebenaran partisipasi meliputi tingkat kebenaran mahasiswa menyelesaikan
permasalahan. Indikator terampil, meliputi tingkat kecepatan dan kebenaran
mahasiswa dalam melakukan pemecahan masalah melalui analisis hitungan dan
tingkat kecepatan dan ketepatan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan
melalui analisis hasil praktikum yang diukur dengan observasi dan kinerja hasil
praktik, dan (2) hasil nilai akhir yang diukur dengan tes tertulis.
107
Agar tingkat kualitas hasil pembelajaran mahasiswa tinggi, maka
menuntut peran dosen dalam menerapkan metode pembelajaran dengan Model
Computer Assited Instruction (CAI) secara benar dengan ditunjang CD tutorial
interaktif dengan benar. CD tutorial yang meliputi, (1) panduan media yang
berisi petunjuk bagi mahasiswa untuk memudahkan mahasiswa dalam
menggunakan media pembelajaran, (2) materi pembelajaran meliputi: sifat dan
penjalaran cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dispersi, interferensi,
dan difraksi cahaya. Pada setiap materi terdapat simulasi pembelajaran untuk
membantu mahasiswa memahami materi yang disampaikan serta, (3) evaluasi
untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa mengenai materi yang
disampaikan, pada evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi setiap akhir materi
untuk mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai media pembelajaran yang
telah dipelajari dan evaluasi akhir utuk mengukur hasil belajar mahasiswa
mengenai materi Fisika Optik secara keseluruhan.
3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian
pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah (1) Untuk
mengembangkan produk sebuah media pembelajaran dengan bantuan komputer
pada materi Fisika Optik dalam bentuk CD untuk mahasiswa S-1 Pendidikan
Teknik Elektro angkatan 2009. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar mahasiswa yang menggunakan media pembelajaran dengan hasil belajar
mahasiswa yang tidak menggunakan media pembelajaran. (3) Untuk mengetahui
respon mahasiswa terhadap media pembelajaran dengan bantuan komputer pada
materi Fisika Optik.
f. KAJIAN PUSTAKA
1. Rancangan Pengembangan Media Pendidikan
Berdasarkan pernyataan Sadiman dkk (2009:99-111) langkah-langkah
dalam merancang media harus mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Pengertian
Bila anda akan membuat program media pembelajaran anda diharapkan
dapat melakukannya dengan persiapan dan perencanaan yang teliti dengan
menjawab beberapa pertanyaan pengembangan dengan urutan yang sistematis
sehingga terbentuk model pengembangan.
b. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar-mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita
108
inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki
sekarang.
c. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Tujuan
dapat menentukan arah yang ingin dilakukan. Tujuan ini dapat dijadikan acuan
untuk mengukur apakah tindakan yang dilakukan sudah benar atau salah, atau
tindakan yang dilakukan berhasil atau gagal.
d. Pengembangan Materi
Dalam proses belajar mengajar, setelah tujuan instruksional jelas, setelah
kita mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang harus dimiliki siswa.
Maka kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki
keterampilan tersebut. maka kita perlu menguraikan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukuran diperlukan untuk mengkaji apakah tujuan instruksional
dapat tercapai atau tidak pada akhir kegiatan itu. Untuk keperluan itu kita perlu
mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.
109
c. Model Penemuan
Penemuan adalah istilah umum untuk menjelaskan kegiatan yang
mempergunakan pendekatan induktif dalam pengajaran misalnya penyajian
masalah yang dipecahkan oleh mahasiswa dengan cara coba-coba. Model ini
mendekati kegiatan belajar di laboratorium dan kegiatan belajar nyata yang biasa
dilakukan di luar kelas.
d. Model Simulasi
Dengan model ini mahasiswa dihadapkan kepada situasi kehidupan nyata.
Contoh yang dapat diambil adalah berbagai persoalan eksperimen laboratorium
di mata pelajaran Fisika dapat disimulasikan dalam bentuk program komputer.
e. Model Permainan
Kegiatan permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur pengajaran.
Permainan yang dibuat adalah untuk melengkapi kegiatan belajar mahasiswa.
Komputer bila digunakan sebagai permainan dalam pembelajaran dapat
mendukung kerangka dalam belajar mahasiswa, terutama dalam hal melatih
ulang.
Faktor pendukung keberhasilan CAI menurut Arsyad (1996) bergantung
kepada beberapa faktor seperti proses kognitif dan motivasi dalam belajar. Oleh
karena itu, para ahli telah mencoba mengajukan prinsip-prinsip perancangan CAI
yang diharapkan bisa melahirkan program CAI yang efektif.
a. Belajar harus menyenangkan
Untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan, ada tiga unsur yang
perlu diperhatikan, antara lain: (1) menantang yaitu program permainan harus
menyajikan tujuan yang hasilnya tidak menentu dengan cara merekam skor,
mempercepat respons atau memberi bonus ekstra. (2) fantasi yaitu kegiatan
intruksional dapat menarik dan menyentuh secara emosional. (3) ingin tahu yaitu
kegiatan intruksional harus dapat membangkitkan indra ingin tahu siswa dengan
menggabungkan efek audio dan visual serta musik dan grafik.
b. Interaktivitas.
Untuk memenuhi keperluan interaktivitas dalam pembelajaran sebaiknya
mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut: (1) Dukungan komputer yang
dinamis yaitu program pembelajaran harus mengambil inisiatif awal untuk tugas-
tugas yang harus dikuasai siswa, disamping memberikan tanggung jawab sejalan
dengan kemajuan yang diperolehnya dalam tingkat penguasaan tugas-tugas itu.
(2) Dukungan sosial yang dinamis yaitu program pembelajaran harus mampu
mendorong dan memungkinkan terjadinya interaksi dan saling membantu antara
rekan atau siswa. (3) Aktif dan interaktif yaitu siswa harus berperan aktif dalam
setiap kegiatan selama pembelajaran. (4) Keluasan yaitu siswa harus memperoleh
berbagai ketrampilan yang siswa ingin dikuasai. (5) Power yaitu kegiatan
pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada pemula untuk melahirkan
hasil yang menarik dengan upaya yang relatif ringan.
c. Kesempatan berlatih harus memotivasi, cocok, dan tersedia umpan balik
Latihan yang banyak dengan bantuan komputer amat diperlukan untuk
menguasai ketrampilan dasar. Latihan tersebut sebaiknya memperhatikan faktor
seperti berikut ini:(1) latihan harus sesuai dengan perkembangan siswa. (2)
110
latihan harus mempersiapkan umpan balik yang dapat dipahami segera. (3)
lingkungan latihan dan praktik harus memotivasi.
d. Menuntun dan melatih siswa dengan lingkungan informal
Program pembelajaran harus mampu menganalisis tingkat ketrampilan
dan kelemahan siswa dengan merekam langkah-langkah yang benar dan salah
selama pembelajaran.
Dalam Arsyad(1996) dikemukakan beberapa kekuatan dan keterbatasan
komputer yang digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Keuntungan:
a. Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran,
karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara
yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar
dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang
digunakan.
b. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan
kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik,
warna, dan musik yang dapat menambah realisme.
c. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa
dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain,
komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara perorangan misalnya
dengan bertanya dan menilai jawaban.
d. Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu program
pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara
perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.
e. Dapat dihubungkan dan mengendalikan peralatan lain seperti compact disk,
video tape, dan lain-lain.
Keterbatasan:
a. Meskipun harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun
(murah), pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal.
b. Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan ketrampilan
khusus tentang komputer.
c. Keragaman model komputer (perangkat keras) sering menyebabkan program
(software) yang tersedia untuk satu model tidak cocok (kompatibel) dengan
model lainnya.
d. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,
sehingga hal tersebut tentu tidak akan dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
e. Komputer hanya efektif bila digunakan oleh satu orang atau beberapa orang
dalam kelompok kecil. Untuk kelompok besar yang diperlukan tambahan
peralatan lain yang mampu memproyeksikan pesan-pesan di monitor ke
layar lebih besar.
111
3. Strategi Pemanfaatan Media
Menurut Sadiman dkk (2009:197) strategi pemanfaatan media agar media
dapat digunakan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah utama yang harus
diikuti dalam menggunakan media, antara lain:
a. Persiapan Sebelum Menggunakan
Supaya penggunaan media dapat berjalan baik kita perlu membuat
persiapan yang baik pula. Pertama-tama pelajari petunjuk yang ada. Apabila
pada petunjuk disarankan untuk membaca buku yang sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai seyogyanya hal tersebut dilaksanakan. Hal tersebut akan
memudahkan kita dalam belajar dengan media itu.
b. Kegiatan Selama Menggunakan Media
Yang perlu dijaga selama kita menggunakan media ialah suasana
ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi harus dihindarkan.
c. Kegiatan Tindak Lanjut.
Maksud kegiatan tindak lanjut ini ialah untuk menjajagi apakah tujuan
telah tercapai. Selain itu, untuk memantapkan pemahaman terhadap materi yang
disampaikan melalui media. Untuk itu soal tes yang disediakan perlu kita
kerjakan dengan segera sebelum kita lupa isi program media itu.
b. Pemantulan Cahaya
Pada materi ini dijelaskan mengenai jenis-jenis pemantulan cahaya, hukum
pemantulan cahaya, melukis pembentukan bayangan pada cermin datar dan
cermin lengkung, menentukan sifat bayangan dan menentukan hubungan jarak
benda, jarak fokus dan jarak bayangan.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis pemantulan cahaya.
112
2) Mahasiswa mampu membuktikan hukum pemantulan cahaya.
3) Mahasiswa mampu melukiskan pembentukan bayangan pada cermin
datar dan cermin lengkung.
4) Mahasiswa mampu menentukan sifat bayangan dengan dalil Esbach.
5) Mahasiswa mampu menghitung dan menunjukkan hubungan jarak benda,
jarak fokus dan jarak bayangan.
c. Pembiasan Cahaya.
Pada materi ini dijelaskan mengenai pengertian pembiasan, hukum
pembiasan cahaya, indeks bias medium, pembiasan pada medium optik kurang
rapat dan lebih rapat, pemendekan semu dan pemanjangan semua akibat
pembiasan serta pemantulan total.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu memahami hukum pembiasan cahaya.
2) Mahasiswa mampu menentukan indeks bias relatif antara dua medium
yang berbeda.
3) Mahasiswa mampu membedakan pembiasan pada medium optik kurang
rapat dan lebih rapat
4) Mahasiswa mampu menentukan pemendekan semu dan pemanjangan
semua akibat pembiasan.
5) Mahasiswa mampu memahami pemantulan total.
d. Dispersi, Interferensi, dan Difraksi cahaya.
Pada materi ini dijelaskan mengenai dispersi cahaya, perbedaan fase dan
koherensi fase, interferensi pada lapisan tipis, interferensi dua celah dan difraksi
celah tunggal.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu memahami gejala dispersi cahaya.
2) Mahasiswa mampu menunjukkan gejala interferensi pada lapisan tipis.
3) Mahasiswa mampu menghitung dan menunjukkan gejala interferensi pada
dua celah (percobaan Young).
4) Mahasiswa mampu menghitung dan menunjukkan gejala difraksi pada
celah tunggal.
5) Mahasiswa mampu memahami tentang kisi-kisi difraksi.
113
dengan persentase 68,75%. (9) Kualitaas latihan soal (kuis) dinyatakan
menarik dengan persentase 75%. (10) Kejelasan contoh soal gambar, serta
tabel dinyatakan menarik dengan persentase penilaian 81,25%. (11)
Kemudahan bahasa untuk dipahami dinyatakan menarik/mudah dipahami
dengan persentase 81,25%
b. Andi Suryowinoto (2008), tentang pengembangan media pembelajaran
interaktif Elektronika Digital. Validitas dari media tersebut adalah format
media, (1) Kejelasan gambar, dinyatakan sangat menarik dengan persentase
penilaian 90%, (2) Format penyajian media, dinyatakan sangat menarik
dengan persentase penilaian 90%, (3) Keserasian musik background,
dinyatakan menarik dengan hasil dengan persentase penilaian 70%, (4)
Kemudahan penggunaan, dinyatakan sangat menarik dengan persentase
penilaian 85%, (5) Variasi musik background, dinyatakan menarik dengan
dengan persentase penilaian 85%, (6) Kemudahan navigasi, dinyatakan
menarik dengan dengan persentase penilaian 75%; Untuk format Media,
Interaktivitas pembelajaran, dinyatakan menarik dengan persentase penilaian
80%; Untuk format Materi, (1) Kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran, dinyatakan sangat menarik dengan persentase penilaian 90%,
(2) Kebenaran uraian materi pembelajaran, dinyatakan sangat menarik
dengan persentase penilaian 85%, (3) Kebenaran simulasi materi, dinyatakan
sangat menarik dengan persentase penilaian 85%, (4) Disusun berorientasi
tujuan, dinyatakan sangat menarik dengan persentase penilaian 85%, dan (5)
Pengelompokan materi dalam bagian-bagian logis, dinyatakan menarik
dengan persentase penilaian 80%.
6. Kerangka Berfikir
Dengan teknologi yang semakin maju maka sistem pembelajaran juga
mengalami kemajuan khususnya dalam penggunaan media pembelajaran. Media
pembelajaran yang berkembang saat ini adalah media pembelajaran dengan
bantuan komputer atau lebih di kenal dengan nama Computer-Assisted Instruction
(CAI).
Menurut Arsyad (1996) sistem-sistem komputer dapat menyampaikan
pengajaran secara langsung kepada para siswa melalui cara berinteraksi dengan
mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem. Inilah yang disebut
pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer-Assited Instruction (CAI).
Ada berbagai macam kemungkinan penggunaan CAI, misalnya sebagai tutorial,
latihan dan praktik, penemuan, simulasi, dan permainan.
Berdasarkan beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan bantuan komputer dapat membuat siswa lebih aktif dalam
mengikuti pelajaran, dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar lebih baik
dan pemahaman siswa tentang pelajaran juga meningkat.
Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis yang dikutip dari pendapat
para ahli dan secara empiris dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan
bahwa penggunaan media pembelajaran dengan bantuan komputer dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
114
Dengan demikian diharapkan pengembangan media pembelajaran dengan
bantuan komputer dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada materi
Fisika Optik di Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya.
1. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah penelitian diawali dengan studi pendahuluan yang merupakan
awal persiapan untuk penelitian dan pengembangan yang terdiri dari :
1) Survei lapangan: Survei lapangan dilaksanakan untuk mengumpulkan data
berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan yang
meliputi: (1) metode pembelajaran yang digunakan khususnya pada materi
Fisika Optik, (2) pengamatan peralatan pada laboratorium Fisika didapatkan
bahwa peralatan yang dimiliki masih terbatas khususnya peralatan Optik
hanya memiliki satu trainer sehingga tidak cocok bila dibuat praktikum.
Maka diharapkan dengan adanya simulasi pada media pembelajaran dapat
menggantikan peran praktikum.
2) Studi kepustakaan: Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari
konsep-konsep atau teori-teori yang berkitan dengan media pembelajaran
yang akan dikembangkan meliputi: (1) Landasan teori tentang media
pembelajaran, (2) Media pembelajaran dengan berbantuan computer. (3)
Hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang menggunakan media
pembelajaran dengan model CAI.
3) Design produk: Produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran dengan
bantuan komputer. Format media pembelajaran yang akan dibuat ini
diarahkan ke format sajian Tutorial (lihat flowchart rancangan media
pembelajaran pada Gambar 2).
Berdasarkan flowchart Gambar 2, isi dari media pembelajaran yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1) Panduan: Pada bagian ini berisi tentang petunjuk penggunaan media,
meliputi keterangan tombol navigasi dan menu yang tersedia dalam media
untuk memudahkan mahasiswa menggunakan media pembelajaran.
2) Materi: Pada bagian ini materi Fisika Optik meliputi: sifat dan penjalaran
cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dispersi, interferensi, dan
difraksi cahaya. Mahasiswa dalam mempelajari materi dilakukan secara
berurutan sesuai GBRP pada saat menggunakan media dalam proses belajar
mengajar agar terdapat keseragaman materi.
3) Soal evaluasi: Tes yang digunakan pada media pembelajaran ini berbentuk
objektif yaitu berupa pilihan ganda (multiple choice). Soal evaluasi pada media
pembelajaran ini terdiri dari:
115
Start
Menu
Utama
Panduan
Sifat dan
Ya
Penjalaran Soal akhir Jika Nilai > 66
cahaya materi maka Lulus
Tidak
Ya
Pemantulan Soal akhir Jika Nilai > 66
cahaya materi maka Lulus
Tidak
materi
Ya
Pembiasan Soal akhir Jika Nilai > 66
cahaya materi maka Lulus
Tidak
interferensi
Dispersi dan Soal akhir Ya
Jika Nilai > 66
Difraksi cahaya materi maka Lulus
Tidak
Evaluasi
Akhir
Profil
Selesai
116
a) Soal pada akhir materi: Pada bagian ini berisi soal yang diberikan setelah
mempelajari masing-masing mteri pada tiap bahasan. Jumlah soal yang
diajukan sebanyak 10 butir soal pada tiap akhir materi dan bersifat acak
(random). Hasil dari evaluasi akan ditampilkan setelah mahasiswa
menjawab semua soal yang diberikan Hasil evaluasi ini untuk
mengetahui pemahaman mahasiswa setelah mempelajari materi, jika
mahasiswa dapat mencapai standar nilai kelulusan (nilai 66) sesuai
dengan buku pedoman UNESA maka pembelajaran akan dilanjutkan ke
materi berikutnya, sebaliknya jika mahasiswa belum lulus maka
mahasiswa dapat mengulangi materi tersebut dan soal akhir materi
sampai lulus.
b) Evaluasi akhir: Pada bagian ini berisi evaluasi akhir (Posttest) dari
pembelajaran yang telah dilakukan, untuk mengetahui hasil belajar
materi Fisika Optik. Soal tes yang disajikan pada media pembelajaran ini
bersifat acak (random). Jumlah soal keseluruhan ada 60 soal sedangkan
yang diujikan pada mahasiswa sebanyak 40 butir soal. Hasil dari evaluasi
akan ditampilkan setelah mahasiswa menjawab semua soal yang
diberikan.
2. Tahap Pengembangan
a. Prosedur Pengembangan Produk
Pengembangan perangkat pembelajaran model CAI akan mengacu pada
model rancangan pembelajaran Conductive dan akan diikuti dengan eksperimen
pada ujicoba lapangan (dalam penelitian selanjutnya yaitu penelitian tindakan
kelas), sehingga metode yang digunakan adalah metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development atau R & D). Model pengembangan
pembelajarannya seperti pada gambar berikut ini:
Prosedur untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model
conductive, meliputi 5 langkah:
1) Menetapkan Materi Pelajaran yang Dikembangkan
Penetapan materi pelajaran yang akan dikembangkan didasarkan pada
permasalahan dan kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran Fisika Teknik
II. Masalah utama dalam pembelajaran adalah tidak tersedianya alat-alat
peraga atau alat praktek fisika yang dapat digunakan untuk pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Maka ditetapkan materi pelajaran
yang akan dikembangkan yaitu materi Fisika Teknik II dengan pokok bahasan
Optik.
117
Gambar 4.4. Model Pengembangan Pengajaran Conductive
118
keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah di tempat kerja. (c)
Analisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa, berkaitan dengan
latar belakang pengetahuan siswa. (d) Analisis Sumber Belajar: Sumber
belajar yang diperlukan dalam pembelajaran Fisika Teknik II adalah media
interaktif dengan berbantuan computer. (e) Mengembangkan Indikator
Pencapaian Kompetensi: Perumusan indikator didasarkan pada
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Indikator dirumuskan berupa
tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang ditulis lebih
spesifik .
3) Tahap Design (Perancangan), rancangan awal pembelajaran yang meliputi
empat langkah kegiatan, yaitu: (a) Menyusun Tes Hasil Belajar. (b)
Mengembangkan Strategi Pembelajaran dengan menggunakan model
CAI, mengacu pada langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
Berdasarkan silabus Jurusan Teknik Listrik, alokasi waktu mata kuliah
Fisika Teknik II adalah 3 SKS tiap pertemuan/minggu, pada semester
gasal. (c) Mengembangkan Sumber, Alat, dan Media Pembelajaran, yang
dapat mendukung kompetensi peserta didik, yaitu: Buku Ajar Fisika
Teknik II dan media interaktif Fisika Teknik II. (d) Perancangan Awal
Perangkat Fisika Teknik II yang dikembangkan adalah berupa perangkat
pembelajaran dengan model CAI yang dikemas dalam bentuk media
interaktif.
4) Tahap Develop (Pengembangan), terdapat tiga langkah kegiatan, yaitu:
a) Validasi Ahli: Rancangan awal perangkat pembelajaran merupakan
Draf I, divalidasi oleh para ahli atau pakar yang memiliki keahlian dan
pengalaman di bidangnya masing-masing. Para ahli terdiri dari 3 orang
dosen dengan pendidikan minimal master, yaitu seorang Ahli Isi Fisika,
seorang Ahli Isi Kelistrikan, dan seorang Ahli Media Pendidikan.
Validasi tahap pertama ini disebut sebagai Draft II, dan telah direvisi
yang disebut Revisi I.
b) Ujicoba Kelompok Kecil (Kelompok Terbatas): Ujicoba kelompok kecil
dilakukan kepada 6 orang mahasiswa jurusan Teknik Listrik semester
3. Hasil revisi pada ujicoba kelompok kecil ini disebut sebagai Revisi II,
dan hasil ujicoba kelompok kecil ini disebut sebagai Draft III.
c) Ujicoba Lapangan: Pada tahap ujicoba lapangan persiapan yang
dilakukan adalah: a) menentukan lokasi pelaksanaan ujicoba, b)
menentukan waktu dan jadual pelaksanaan, c) pemilihan kelas untuk
ujicoba. Perangkat pembelajaran yang diujicobakan kepada peserta
didik yaitu CD room yang berisi media interaktif dengan bahan materi
Fisika Teknik II. Hasil ujicoba diolah dan dianaisis, untuk selanjutnya
direvisi untuk menyempurnakan kualitas perangkat pembelajaran.
Revisi hasil ujicoba lapangan ini disebut sebagai Revisi III,. Pada
pengembangan perangkat pembelajaran ini hanya dilakukan sampai
pada tahap develop.
119
4) Tahap Tahap Disseminate (Penyebaran), pada pengembangan ini peneliti
tidak melakukan tahapan disseminate, tetapi hanya sampai pada tahapan
develop.
b. Ujicoba Produk
1) Rancangan Ujicoba
a) Validasi Ahli: Validasi merupakan masukan-masukan untuk perbaikan
produk yang dikembangkan, berupa penilaian, komentar, saran, dan
kritik yang bersifat perbaikan dan penyempurnaan produk.
b) Ujicoba Kelompok Kecil (Ujicoba Terbatas): Ujicoba kelompok terbatas
dilaksanakan pada 6 orang mahasiswa jurusan Teknik Listrik semester
2. Ujicoba ini sangat perlu dilakukan dengan pertimbangan mahasiswa
akan memiliki pertimbangan yang berbeda dalam menilai produk
yang dikembangkan, karena merekalah yang akan memakai dan
menggunakan produk pembelajaran.
c) Ujicoba Lapangan: Ujicoba lapangan dilaksanakan pada 2 kelas, 60
mahasiswa jurusan Teknik Listrik, terdiri dari kelas kontrol dan 1 kelas
eksperimen.
2) Subyek ujicoba
a) Tahap Validasi Ahli : prototipe perangkat pembelajaran divalidasi oleh
3 orang ahli, yaitu: 1) Seorang ahli dalam bidang Fisika dari UNESA, 2)
Seorang ahli dalam bidang Teknik Listrik dari UNESA, dan 3) Seorang
ahli dalam bidang Media Pembelajaran dari UNESA.
b) Tahap Ujicoba Kelompok Kecil (Kelompok Terbatas): Pada tahap
ujicoba kelompok kecil, prototipe perangkat pembelajaran diujicobakan
kepada 6 orang mahasiswaS1 semester 2 jurusan Teknik Listrik.
Pemilihan mahasiswa diambil berdasarkan hasil observasi yang telah
dikelompokkan ke dalam kelompok siswa berkemampuan rendah,
sedang , dan tinggi.
c) Tahap Ujicoba Lapangan: Ujicoba lapangan dilaksanakan pada 2 kelas,
60 mahasiswa S1 jurusan Teknik Listrik, terdiri dari 1 kelas kontrol dan
1 kelas eksperimen. Pada uji coba lapangan diperoleh tes hasil belajar
(melalui pretes dan postes), dan aktivitas lainnya yang berkaitan
dengan proses pelaksanaan pembelajaran.
3) Jenis Data
a) Data hasil observasi: berupa hasil pengamatan dan wawancara dengan
mahasiswa dan dosen Fisika Teknik di jurusan Teknik Elektro FT
UNESA.
b) Data hasil pengisian angket sebagai bahan review validasi para ahli.
c) Data kemampuan awal peserta didik melalui pretes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
d) Data hasil belajar peserta didk melalui postes pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
e) Data dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran.
120
4) Instrumen Pengumpul Data
a) Catatan lapangan (field notes) untuk mencatat hasil observasi,
wawancara, dan kegiatan aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran,
yang tidak terekam dalam lembar pengamatan check list.
b) Angket, sebagai instrumen ujicoba untuk para ahli berupa check list
disertai kolom isian untuk komentar dan saran.
c) Lembar respons peserta didik, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban plihan. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data
tentang pendapatnya selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
d) Peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian untuk menjaring data
yang lebih mendalam. Peneliti sendiri sebagai parsipan aktif (sebagai
pengajar) dalam pembelajaran Fisika Teknik.
5) Teknik Analisis Data
a) Data lapangan diolah, diseskripsikan, dan dianalisis secara deskriptif.
b) Data hasil review dari validator, diolah menggunakan analisis isi.
c) Data hasil ujicoba kelompok kecil, diolah menggunakan analisis
deskriptif.
d) Data hasil ujicoba lapangan terdiri dari:
Data hasil ujicoba produk pembelajaran diolah secara deskriptif.
Data nilai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diolah
secara statistik dengan menggunakan uji-t.
121
2) Siklus kedua
Peneliti mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran dengan tim dosen fisika
berdasarkan pengalaman dosen dalam menyampaikan pelajaran dengan
menggunakan Model CAI. Berdasarkan pengalamannya, diharapkan tim dosen
telah menemukan pola mengajar yang baik dalam menyusun materi pelajaran,
menyesuaikan materi dengan waktu yang tersedia, menyesuaikan model
mengajar dengan waktu yang tersedia, mengenal karakteristik mahasiswa dalam
menghadapi pembelajarannya. Dilakukan pengamatan terhadap aktivitas
mahasiswa dan responnya terhadap pembelajaran melalui wawancara.
Peneliti mewawancarai beberapa mahasiswa yang dianggap dapat
memberikan masukan yang berarti sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
3) Siklus ketiga
Dengan berbekal pada pengalaman pertama dan kedua, peneliti
mengadakan diskusi dengan tim dosen fisika untuk menentukan langkah-
langkah yang sesuai dengan masalah-masalah yang timbul baik dari pihak dosen
maupun dari pihakmahasiswa. Pada tahap ketiga ini diharapkan dosen pengajar
telah menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa, kebutuhan materi pelajaran, dan sasaran pembelajaran sesuai dengan
tujuan penelitian. Dengan demikian dosen pengajar diharapkan telah mampu
melakukan pembelajaran dengan model CAI.
4) Siklus keempat
Hasil diskusi pada tahap ketiga, akan menentukan langkah yang akan
dilakukan pada tahap keempat. Dilakukan diskusi kembali dengan tim dosen
fisika tentang perlunya perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan model
pembelajaran. Diharapkan tim dosen dapat mengaplikasikan model pengajaran
CAI pada mata kuliah lainnya.
Selain itu hasil belajar mahasiswa sangat berpengaruh dalam menentukan
langkah-langkah selanjutnya. Diharapkan model pembelajaran CAI dapat
meningkatkan motivasi,dan hasil belajar mahasiswa. Temuan-temuan yang
diperoleh merupakan hasil temuan penelitian tindakan kelas yang sangat berarti
dalam penelitian ini.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat uji lapangan di dalam kelas terhadap
kelas eksperimen. Hasil pengamatan sangat berguna sebagai masukan-masukan
terhadap perbaikan kualitas media pembelajaran Fisika Teknik II. Pengamatan
dilakukan terhadap segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa.
c. Refleksi (Perenungan)
Perenungan merupakan kajian yang harus dilakukan setelah selesai
melakukan pengamatan di lapangan. Kegiatan ini meliputi hal-hal yang perlu
diperbaiki untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran, proses belajar
mengajar, dan sarana dan prasarana yang mendukung terhadap kelangsungan
pelaksanaan pembelajaran.
122
G. JADWAL PENELITIAN
Jadwal pelaksanaan penelitian seperti terlihat dalam tabel di bawah ini .
Tabel Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Mei Jun Jul Ags SepOkt Nop
1. Penyusunan Proposal
Pembuatan modul dan
2.
kelengkapannya
Penyusunan Instrumen
3.
penelitian
Validitas modul dan
4.
instrumen penelitian
Penyempurnaan modul
6.
dan instrumen penelitian
Penerapan modul dalam
9.
proses pembelajaran
Evaluasi keaktifan dan
10.
hasil pembelajaran
Evaluasi perlakuan berupa
11.
tes dan angket
Penyusunan dan
14. penyerahan laporan
kemajuan
15. Penulisan draft laporan
16. Seminar hasil penelitian
Revisi hasil penelitian dan
17.
penggandaan
18. Penyerahan Laporan
H. BIAYA PENELITIAN
123
2. Rincian biaya penelitian adalah sebagai berikut:
a. Rapat
- Konsumsi rapat penyusunan rencana kegiatan dan
jadwal kerja, pembagian kerja, pembuatan modul,
penyusunan instrument, 2 kali x 6 orang x Rp.
15.000,- Rp. 180.000,-
- Konsumsi rapat hasil validasi ahli dan respon
mahasiswa, 2 kali x 5 orang x Rp. 15.000,- Rp. 150.000,-
- Konsumsi rapat menyusun laporan 2 kali x 3 orang x
Rp. 15.000,- Rp. 90.000,-
Jumlah Rp. 420.000,-
b. Pemeliharaan
- Pemeliharaan alat laboratorium 2 bulan @ 300.000,- Rp. 600.000,-
Jumlah Rp. 600.000,-
124
I. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap dan Gelar :Dr. Euis Ismayati, M.Pd.
b. Golongan, Pangkat dan NIP :IVb/Pembina Tk 1/195712241984032001
c. Jabatan Fungsional :Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :-
e. Fakultas/Program Studi :FT/ Pendidikan T. Elektro
f. Perguruan Tinggi :Unesa Surabaya
g. Bidang keahlian : Pendidikan Teknik Elektro, IPA dan
Teknologi Pembelajaran.
h. Waktu untuk penelitian :340 jam
2. Anggota Peneliti:
a. Nama Lengkap dan Gelar :Puput Wanarti Rusimamto, S.T., M.T.
b. Golongan, Pangkat dan NIP :IIIc/Penata/197006221997032002
c. Jabatan Fungsional :Lektor
d. Jabatan Struktural :Ka. Sub. Laboratorium Fisika
e. Fakultas/Program Studi :FT/ Pendidikan T. Elektro
f. Perguruan Tinggi :Unesa Surabaya
g. Bidang keahlian :Teknik Fisika dan Sistem Kontrol
h. Waktu untuk penelitian :300 jam
3. Tenaga Laboran/Teknisi:
a. Nama : Gitut Sudarto, S.T.
b. Keahlian : Fisika dan Pengukuran
4. Pekerja Lapangan 1:
a. Nama : Mochamad Rochim
b. Status : Mahasiswa Program Studi S-1 Pendidikan
Teknik Elektro Angkatan tahun 2005.
J. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta.
125
Januar Darmawan, Ahmad.( 2007).Pengembangan Media Belajar Dengan Progam
macromadia Flash MX Pada Mata Diklat Membaca Dan Mengidentifikasi
Komponen Elektronika di SMK. Skripsi yang tidak dipublikasikan: Universitas
Negeri Surabaya.
Munadi, Yudhi.( 2008). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Pustekkom. (2005). Fisika (Online)( http://www.e-dukasi.net/mol
/mo_subject.php? kls_id =1&subject_id =1 diakses tanggal 23 Oktober 2009)
Sadiman, Arief S dkk. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sears, Zemansky. (1991). FISIKA untuk Universitas 3. Jakarta: Binacipta
Siti. 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Program Macro Flash
Pada Materi Listrik di SMPN 2 Taman Sidoarjo. Skripsi yang tidak
dipublikasikan: Universitas Negeri Surabaya.
Sudjana, Nana. (1999). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sudijono, Anas.(1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono.( 2008). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sukmadinata & Nana Syaodih. (2008). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suryowinoto, Andi. (2008). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif
Elektronika Digital. Skripsi yang tidak dipublikasikan: Universitas Negeri
Surabaya.
Tipler, P.A. (20010. FISIKA Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus Mata Kuliah Fisika II (Buku Pedoman UNESA)
Pemahaman dan pengkajian tentang arus bolak balik, gelombang, optika, fisika
modern, persamaan-persamaan Maxwell, sensor dan transducer.
Buku wajib :
1. Halliday & Resnick, 1994, FISIKA Jilid 2. Terjemahan Pantur Silaban,
Jakarta; Erlangga.
2. Beiser,Arthur, 1990, Konsep Fisika Modern Alih bahasa The Houw Liong,
Jakarta : Erlangga.
3. Van Putten, Anton F.P, 1988, Electronic Measurement System, Prentice
Hall.
126
Lampiran 2: Curriculum Vitae Semua Peneliti
CURRICULUM VITAE
KETUA PENELITI
No
Fakultas / Universitas Tahun Nama Matakuliah
.
a. Listrik/STM Oto 1979 - 1987 -Teori Listrik
Iskandardinata Bandung. -Mesin-mesin Listrik
127
c Fak. Teknik/UNESA Surabaya 1992 - 1999 -Mesin DC
-Fisika Dasar
-Fisika Teknik
-Praktek Mesin Listrik
-Praktek Dasar Listrik
Bidang
No Instansi Tahun Jabatan
Pekerjaan
a. IKA AKLI DPD Jatim 1997-1999 Anggota
(Ikatan Keluarga 1999-2002 Sekretaris Sosial
Asosiasi Kontraktor 2002- 2008 Ketua
Listrik dan Mekanikal 2008 - 2012 Dewan
Indonesia Dewan Kehormatan
Pengurus Daerah Jawa
Timur)
128
d Komite Sekolah SMKN 1 2002- 2010 Badan Pendidikan
Surabaya Pemeriksa
Penyelenggara/
No Jenis kegiatan Lama Tahun Keterangan
Tempat
1. Training Kelistrikan 3 bulan 1984 PEDC - ITB Peserta
Bandung
2. Training TTUC 3 bulan 1985 TTUC Bandung Peserta
3. Training mesin-mesin 2 bulan 1985 BLPT Bandung Peserta
listrik
4. Seminar Peranan Pend. 1 hari 1993 IKIP Surabaya Peserta
Untuk meningkatkan
SDM.
5 Seminar Nasional 4 hari 1994 ITB Bandung Peserta
Ketenagalistrikan
6 Penataran Media 2 ming. 1994 IKIP Surabaya Peserta
Transparansi
7. Lokakarya Pelatihan 2 hari 1995 FPTK IKIP Sura- Peserta
Kur. Baru PTKSM. baya.
8. Seminar Kompetensi 3 hari 1996 Dikmenjur Jatim Peserta
SDM Surabaya
9. Seminar Lokakarya TTL 2 hari 1996 Dikmenjur Jatim Peserta
10. Lokakarya PI 1 hari 1998 Unesa Surabaya Peserta
11. Seminar Jaringan 1 hari 1999 AKLI DPD Jatim Panitia
Distribusi Surabaya
12. Pelatihan 2 hari 2000 Dispora-KADIN Panitia
Intrepreneurship Surabaya
Pemuda
13. Penataran Sofware 1 bulan 2000 TE - FT Unesa Peserta
Surabaya
14. Pelatihan Wirausaha 3 hari 2001 Inwub UNESA Panitia
Baru. Surabaya
129
15. Pelatihan Pengembangan 3 kali 2002 IKA-AKLI DPD Penyaji dan
Kelistrikan Rumah selama Jawa Timur. Panitia
Tangga Bagi Ibu-Ibu IKA 3 bulan
AKLI DPD Jawa Timur.
16 Pelatihan, Penyegaran, 5 kali 2003 AKLI DPD Jatim Penyaji dan
dan Pengembangan selama dan APEI PD Panitia
dalam Rangka 5 bulan Jatim
Penyetaraan Sertifikasi
Penanggung Jawab
Teknik Anggota AKLI
DPD Jawa Timur
17 Pelatihan Alat Kontrol 3 hari 2004 Teknik Elektro Peserta
Electro Pneumatic. UNESA
18 Semiloka Management 3 hari 2006 Fakultas Teknik Peserta
Quality Assurance UNESA
19 Pelatihan Assesor Jasa 5 hari 2006 LPJKN Peserta
Konstruksi (Lembaga
Pengembangan
Jasa Konstruksi
Nasional)
130
16. Pengalaman dalam Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat
131
8 Berpikir Positip Tumbuhkan Energi Kebahagiaan. DPD AKLI 2007
Jawa Timur dan APEI PD Jatim, Media Informasi dan
Komunikasi APEI-AKLI Jatim ”SINERGI” Edisi 003.
9 Kompetensi Tenaga Ahli/Terampil Bidang Ketenagalistrikan. 2008
DPD AKLI Jawa Timur dan APEI PD Jatim, Media Informasi
dan Komunikasi APEI-AKLI Jatim ”SINERGI” Edisi VIII.
Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguhnya dan dengan penuh
tanggung jawab.
Surabaya, 12 April 2010
132
CURRICULUM VITAE
Anggota
9. Pengalaman penelitian:
a. Analisis dan Perancangan Sistem Pengendalian Antisurge Kompresor 024
K 102 Pertamina UP IV Cilacap, ITS Surabaya (1994).
b. Denoising Sinyal Fetal Heart Rate (FHR) Menggunakan Transformasi
Wavelet, ITS Surabaya (2002).
c. Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Sistem Sirkulasi Koleksi
Perpustakaan di Pusdik Gasum, (2006).
d. Perancangan Sistem Pengaturan Pintu Air Menggunakan Programmable
Logic Controller. (2006).
e. Pengiriman Data dari Port Paralel Komputer ke Printer Melalui Infra
Merah Menggunakan Mikrokontroller AT889C51 (2006).
f. Analisis Sistem Pengendalian Antisurge Kompresor Menggunakan Metode
Ruang Keadaan (State Space) (2006)
g. Kompetensi Siswa SMK Negeri Kota Surabaya pada Pelatihan
Programmable Logic Controller (PLC) untuk Meningkatkan Daya Saing di
Pasar Kerja Industri. (2007).
h. Pengaruh Gaya Belajar, Format Penilaian dan Gender Terhadap Prestasi
Belajar Fisika (2007)
i. Pengembangan Modul Operasional Trainer Ed-6800b Sebagai Bahan Ajar
Fisika III pada Percobaan Aplikasi Sensor Suhu di Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Surabaya (2008)
133
j. Pengembangan Modul Ajar Fisika Teknik Menggunakan Media Interaktif
Berbasis Pembelajaran Kontekstual yang Berorientasi Teknik mesin (2008)
134
d. Seminar “Strategi Perguruan Tinggi Menghadapi AFTA 2003”, di Fakultas
Teknik Universitas Bhayangkara Surabaya, (2003).
e. Seminar dan Lokakarya Nasional “Pengembangan Pendidikan Kejuruan di
Propinsi Jawa Timur” di VEDC Malang (2004).
f. Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro (STE) 2005 di
Jurusan Teknik Elektro UNESA, (2005).
g. Seminar Information and Communication Technology (ICT) 2006 di
UNESA, (2006).
h. Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro (STE) 2006 di
Fakultas Teknik UNESA, (2006)
i. Seminar Indonesian Virtuil University and Initiative di ITS Surabaya,
(2006).
j. Seminar and Workshop E-learning, di ITS Surabaya, (2006).
k. Pelatihan PEKERTI dan AA di UP4 UNESA (2007).
l. Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro (STE) 2008 di
Fakultas Teknik UNESA, (2008).
m. Pelatihan E-Learning di UP 4 UNESA (2009)
n. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Jurnal Ilmiah Universitas Negeri
Surabaya di Humas UNESA, (2009).
o. Workshop Lab View Basic dari National Instruments (NI) di Fisika MIPA
UNESA, (2009).
Informasi ini kami buat dengan sebenarnya, sebagai biodata pribadi dan
digunakan sebagaimana perlunya.
Surabaya, 12 April 2010
135
BAB V
MATERI TEKNIK ELEKTRONIKA
a. Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran muatan listrik atau muatan listrik yang mengalir tiap
satuan waktu. Arah arus listrik dari arah dari potensial yang tinggi ke potensial
rendah, jadi berlawanan dengan arah aliran electron. Seandainya muatan-muatan
positif di dalam suatu penghantar dapat mengalir, maka arah alirannya sama
dengan arah arus listrik, yaitu dari potensial tinggi ke potensial rendah.
Perhatikan Gambar 5.1 di bawah ini!
Penghantar
A B
Kuat arus listrik ialah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap detik melalui
suatu penghantar. Simbol kuat arus adalah I. Satuan kuat arus listrik ialah
Ampere yang diambil dari nama seorang ilmuwan Perancis yaitu: Andrey Marie
Ampere (1775- 1836). Misalkan bahwa dalam waktu t detik mengalir muatan
136
listrik sebesar q coulomb dalam suatu penghantar berpenampang A (lihat
Gambar 5.2), maka dirumuskan:
I = q/t atau q = I. t
Satuan I = C/s = Ampere (A). Satuan lain untuk kuat arus misalnya miliampere
(mA) dan mikroampere (μA), dengan konversi 1 mA = 10-3 A dan 1μA = 10-6 A.
Sedangkan kuat arus untuk setiap satuan luas penampang dinamakan kerapatan
arus. Rapat arus dinyatakan dengan: J = I/A dengan satuan A/m2. Jumlah
muatan adalah n x elektron-elektron yang berpindah atau q = n. e sehingga
berlaku pula n .e = I .t.
Saat membahas listrik, tidak akan terlepas dari alat untuk listrik baik alat ukur
kuat arus listrik atau ampermeter, maupun untuk mengukur tegangan atau beda
potensial antara dua titik disebut volt meter (lihat Gambar 5.3).
137
Gambar 5.3. Rangkaian listrik dengan menghubungkan ampermeter,
voltmeter, baterai, dan lampu
Untuk mengukur kuat arus digunakan suatu alat yang disebut ampermeter.
Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikkan batas
ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada
pada ampermeter (lihat Gambar 5.4).
138
Dengan memutus salah satu penghantar dan menghubungkannya dengan
ampermeter dapat diukur kuat arus yang mengalir. Pemasangan alat semacam itu
disebut secara seri seperti terlihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6.
Simbol ampermeter:
A
Perhatikan pada saat membaca skala yang digunakan, karena tergantung pada
batas ukur yang digunakan. Misalnya menggunakan batas ukur 1A, pada skala
tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Pada saat jarum ampermeter menunjuk
angka 10 berarti kuat arus yang mengalir hanya 1A. Jika menunjukkan angka 5
berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Cara pembacaan skala ampermeter pada
saat digunakan untuk pengukuran besar kuat arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5.7).
b. Potensial Listrik
Untuk mengalirkan muatan listrik dari katoda ke anoda membentuk siklus yang
tiada henti sumber tegangan harus mengeluarkan energi. Energi ini diperlukan
untuk gerakan muatan-muatan listrik, terindikasi dengan nyala lampu yang
dipasangkan. Nyala lampu terjadi karena muatan-muatan listrik menimbulkan
energi kalor ketika melalui kawat filament lampu (lihat Gambar 5.8).
139
Banyaknya energi yang dikeluarkan oleh sumber tegangan tersebut bergantung
pada banyaknya muatan listrik yang dipindahkan. Makin besar muatan yang
dipindahkan, makin besar energi yang harus dikeluarkan. Beda potensial antara
kutub-kutub sumber tegangan pada saat sumber tegangan itu belum mengalirkan
arus dinamakan gaya gerak listrik (ggl) yang diberi simbol ε. Satuan ggl adalah
volt (V).
Beda potensial antara titik A dan B di luar sumber tegangan disebut tegangan
jepit atau tegangan terpakai, dinyatakan dengan simbol VAB. Satuan beda
potensial ialah volt. Konversi lain yang sering dipakai adalah satuan milivolt
(mV). Di mana 1 mV = 10-3 volt.
Dua titik mempunyai beda potensial 1 volt, bila sumber arus mengeluarkan
energi sebesar 1 joule untuk setiap coulomb muatan yang dipindahkannya A ke
B. Jika energi yang dikeluarkan sumber tegangan = W joule, muatan yang
dipindahkan dari A ke B = q coulomb, maka beda potensial antara A dan B =
VAB = W/q dalam volt. Jadi 1 volt = 1 joule/coulomb
Untuk mengukur ggl suatu sumber tegangan atau beda potensial dua titik
menggunakan alat voltmeter atau multimeter/AVO meter, dengan cara
menghubungkan kedua pencolok alat ukur listrik itu ke katoda dan anoda. Ingat
jangan terbalik kutub-kutubnya. Pencolok merah (+) ke anoda dan pencolok
hitam (-) ke katoda.
140
Misalkan terdapat suatu rangkaian sederhana terdiri sumber tegangan searah,
lampu pijar dan kabel-kabel penghubung seperti pada Gambar 5.10. Dengan
menggunakan voltmeter akan diukurbeda potensial di ujung-ujung lampu.
Menggunakan voltmeter berbeda dengan menggunakan ampermeter, dalam
menggunakan voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan
dicari beda tegangannya.
Perlu diingat bahwa dalam mengukur tegangan jepit, volt meter harus dipasang
paralel dengan sumber tegangan dan alat tersebut tidak mengukur potensial A
maupun potensial B, tetapi voltmeter hanya mengukur beda atau selisih potensial
antara titik A dan titik B (lihat Gambar 5.11).
Cara pembacaan skala votmeter pada saat digunakan untuk pengukuran ggl atau
beda
potensial dalam suatu rangkaian adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5.12):
1 2 3
0 4
5 Gambar 5.12. Pembacaan voltmeter yang menunjukkan
skala = 4, dan skala maksimum = 5, serta batas ukur 1 volt.
Besar kuat arus = 4/5 x 1 volt = 0,8 volt.
1V 10V
A
141
skala
Besar kuat arus = xbatasukur
skalamax
Suatu rangkaian tertutup ialah rangkaian yang tiada berujung dan tiada
berpangkal. Arus listrik akan mengalir terus menerus dalam siklus tertutup. Di
luar baterai arah arus listrik ini dari kutub positif ke kutub negatif. Sedangkan di
dalam baterai arah arus listrik dari kutub negatif ke kutub positif baterai.
Perhatikan Gambar 5.14 di bawah ini.
Arah aliran elektron berlawanan dengan arah arus listrik. Sebuah lampu (L)
dihubungkan pada kutub-kutub sebuah sumber tegangan/baterai (ε) seperti pada
Gambar 5.15. Di luar baterei elektron mengalir dari kutub negatif ke kutub positif,
sedangkan di dalam baterai elektron mengalir dari kutub positif ke kutub negatif
baterai.
142
Gambar 5.15. Rangkaian listrik
Rangkaian seperti pada Gambar 5.14 dan 5.15 tersebut sering juga disebut
rangkaian tetutup tak bercabang. Kuat arus di dalam suatu rangkaian tak
bercabang di mana-mana sama besarnya. Sedangkan untuk suatu rangkaian yang
bercabang, berlaku hukum-hukum Kirchhoff.
a. Hukum I Kirchhoff
Hukum-hukum Kirchhoff ada dua, namun yang akan dibahas terlebih dahulu
adalah Hukum I Kirchhoff, sedangkan Hukum II Kirchhoff akan dibahas di
bagian tersendiri. Hukum I kirchhoff berbunyi sebagai berikut. “Jumlah kuat arus
yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar
dari titik itu”. Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya
dengan hukum kekekalan muatan listrik. Hukum I Kirchhoff secara matematis
dapat dituliskan sebagai:
∑ I masuk = ∑ I keluar
143
Perhatikan pula contoh berikut ini.
V
v I (V sebanding dengan I), R
I
volt
Satuan hambatan listrik = ohm . Simbolnya dalam huruf yunani Ω
ampere
(omega)
Satuan lainnya kilo ohm (KΩ) = 1000 Ω, mega ohm (MΩ) = 106 Ω . Sebuah
penghantar disebut mempunyai hambatan sebesar satu ohm bila beda potensial
sebesar satu ampere melalui penghantar itu. Penghambat/resistor adalah
komponen yang diproduksi pabrik dan memiliki nilai hambatan tetap dengan
toleransi tertentu.
Suatu rangkaian arus yang sederhana, terdiri sebuah sumber tegangan, misalnya
baterai dan sebuah penghantar yang hambatannya R yang menghubungkan
kutub-kutub baterai tersebut.
144
1) Rangkaian Tertutup dengan Satu Sumber Tegangan
Q P
Gambar 5.17. Sebuah rangkaian sederhana tertutup
terdiri dari sumber tegangan dengan GGL ε,
hambatan dalam r, dan hambatan luar R.
Tegangan jepit ialah beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan pada
waktu sumber tegangan tersebut mengalirkan arus. Tegangan jepit pada gambar
di atas ialah VPQ , di mana VPQ = I R.
145
n
I
R nr
Apabila n buah sumber tegangan tersebut dihubungkan secara paralel, maka ggl
susunannya juga ε volt. Perhatikan Gambar 5.19, apabila hambatan dalam tiap
1
sumber = r ohm, maka hambatan dalam n sumber sama dengan: xr ohm.
n
Sekarang bila kutub-kutub tersebut dihubungkan oleh sebuah hambatan yang
besarnya R, maka kuat arus yang mengalir adalah: I
1
R r
n
146
n.
Kuat arus yang mengalir sebesar: i
n
R r
m
d. Hukum II Kirchhoff
U Tegangan sumber
U1 Drop tegangan R1
U2 Drop tegangan R2
Contoh:
Hukum Kirchhoff tegangan dapat diaplikasikan sebagai pembagi tegangan
(voltage devider), dua buah Resistor 1kΩ, 8,2kΩ di berikan tegangan baterai 12V.
Hitung besarnya tegangan pembagi ditiap-tiap ujung R2 (lihat Gambar 5.22).
147
Jawaban :
Menghitung tahanan pengganti Rp
Rp = R1+ R2 = 1kΩ + 8,2kΩ = 9,2kΩ
Menghitung tegangan pembagi
UBC = (R2/Rp). Us = (8,2kΩ/9,2kΩ).12V = 10.69V
Magnet yang kita lihat sehari-hari jika didekatkan dengan besi, maka besi akan
menempel. Magnet memiliki dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Magnet
memiliki sifat pada kutub berbeda saat didekatkan akan saling tarik menarik
(utara- selatan). Tapi jika kutub berbeda didekatkan akan saling tolak-menolak
(utara-utara atau selatan-selatan) Gambar 5.23.
Batang magnet dibagian tengah antara kutub utara-kutub selatan, disebut bagian
netral Gambar 5.24. Bagian netral magnet artinya tidak memiliki kekuatan
magnet. Magnet bisa dalam ujud yang besar, sampai dalam ukuran terkecil
sekalipun. Batang magnet panjang, jika dipotong menjadi dua atau dipotong
menjadi empat bagian akan membentuk kutub utara-selatan yang baru.
148
masing magnet tidak beraturan satu dengan lainnya sehingga saling
menghilangkan sifat kemagnetannya Gambar 5.26a.
Logam besi bisa menjadi magnet secara permanen atau sementara dengan cara
induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa logam yang tidak bisa menjadi
magnet, misalnya tembaga, aluminium logam tersebut dinamakan diamagnetik.
149
Gambar 5.27. Pola garis medan magnet permanen
Batang magnet memancarkan garis gaya magnet yang melingkupi dengan arah
dari utara ke selatan. Pembuktian sederhana dilakukan dengan menempatkan
batang magnet diatas selembar kertas. Di atas kertas taburkan serbuk halus besi
secara merata, yang terjadi adalah bentuk garis-garis dengan polapola
melengkung oval diujung-ujung kutub Gambar 5.27. Ujung kutub utaraselatan
muncul pola garis gaya yang kuat. Daerah netral pola garis gaya magnetnya
lemah.
Arah garis gaya magnet dengan pola garis melengkung mengalir dari arah kutub
utara menuju kutub selatan Gambar 5.28. Didalam batang magnet sendiri garis
gaya mengalir sebaliknya, yaitu dari kutub selatan ke kutub utara. Didaerah
netral tidak ada garis gaya
diluar batang magnet.
Pembuktian secara visual garis gaya magnet untuk sifat tarik-menarik pada kutub
berbeda dan sifat tolak-menolak pada kutub sejenis dengan menggunakan
magnet dan serbuk halus besi Gambar 5.29. Tampak jelas kutub sejenis utara-
utara garis gaya saling menolak satu dan lainnya. Pada kutub yang berbeda
150
utara-selatan, garis gaya magnet memiliki pola tarik menarik. Sifat saling tarik
menarik dan tolak menolak magnet menjadi dasar bekerjanya motor listrik.
Untuk mendapatkan garis gaya magnet yang merata disetiap titik permukaan
maka ada dua bentuk yang mendasari rancangan mesin listrik. Bentuk datar (flat)
akan menghasilkan garis gaya merata setiap titik permukaannya. Bentuk
melingkar (radial), juga menghasilkan garis gaya yang merata setiap titik
permukaannya Gambar 5.30.
c. Elektromagnet
Elektromagnet adalah prinsip pembangkitan magnet dengan menggunakan arus
listrik. Aplikasi praktisnya kita temukan pada pita tape recorder, motor listrik,
speaker, relay dsb. Sebatang kawat yang diberikan listrik DC arahnya
meninggalkan kita (tanda silang), maka disekeliling kawat timbul garis gaya
magnet melingkar Gambar 5.31.
Gambar visual garis gaya magnet didapatkan dari serbuk besi yang ditaburkan
disekeliling kawat beraliran listrik.
Sebatang kawat posisi vertikal diberikan arus listrik DC searah panah, arus
menuju keatas arah pandang (tanda titik). Garis gaya mahnet yang membentuk
selubung berlapis lapis terbentuk sepanjang kawat Gambar 5.32. Garis gaya
magnet ini tidak tampak oleh mata kita, cara melihatnya dengan serbuk halus
besi atau kompas yang didekatkan dengan kawat penghantar tsb. Kompas
menunjukkan bahwa arah garis gaya sekitar kawat melingkar.
151
Gambar 5.32. Garis magnet membentuk selubung
seputar kawat berarus
Arah medan magnet disekitar penghantar sesuai arah putaran sekrup (James Clerk
Maxwell, 1831-1879) Gambar 5.33. arah arus kedepan (meninggalkan kita) maka
arah medan magnet searah putaran sekrup kekanan. Sedangkan bila arah arus
kebelakang (menuju kita) maka arah medan magnet adalah kekiri.
Aturan sekrup mirip dengan hukum tangan kanan yang menggenggam, arah ibu
jari menyatakan arah arus listrik mengalir pada kawat. Maka keempat arah jari
menyatakan arah dari garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan.
Arah aliran arus listrik DC pada kawat penghantar menentukan arah garis gaya
elektromagnet. Arah arus listrik DC menuju kita (tanda titik pada penampang
kawat), arah garis gaya elektromagnet melingkar berlawanan arah jarum jam
Gambar 34.
Ketika arah arus listrik DC meninggal kan kita (tanda silang penampang kawat),
garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan melingkar searah dengan jarum jam
(sesuai dengan model mengencangkan sekrup). Makin besar intensitas arus yang
mengalir semakin kuat medan elektro- magnet yang mengelilingi sepanjang
kawat tersebut.
152
d. Elektromagnet pada Belitan Kawat
Kawat penghantar bentuk bulat dialiri arus listrik I sesuai arah panah Gambar 35.
Hukum tangan kanan dalam kasus ini, disekeliling kawat timbul garis gaya
magnet yang arahnya secara gabungan membentuk kutub utara dan kutub
selatan. Makin besar arus listrik yang melewati kawat makin kuat medan
elektromagnetik yang ditimbulkannya.
Jika beberapa belitan kawat digulungkan membentuk sebuah coil, jika dipotong
secara melintang maka arah arus ada dua jenis. Kawat bagian atas bertanda silang
(meninggalkan kita) dan kawat bagian bawah bertanda titik (menuju kita)
Gambar 5.36. Hukum tangan kanan empat jari menyatakan arah arus I, arah ibu
jari menunjukkan kutub utara magnet.
153
e. Fluksi Medan Magnet
Medan magnet tidak bisa kasat mata namun buktinya bisa diamati dengan
kompas atau serbuk halus besi. Daerah sekitar yang ditembus oleh garis gaya
magnet disebut gaya medan magnetik atau medan magnetik. Jumlah garis gaya
dalam medan magnet disebut fluksi magnetik Gambar 5.38.
Menurut satuan internasional besaran fluksi magnetik (Φ) diukur dalam Weber,
disingkat Wb yang didifinisikan : ”Suatu medan magnet serba sama mempunyai fluksi
magnetik sebesar 1 weber bila sebatang penghantar dipotongkan pada garis-garis gaya
magnet tsb selama satu detik akan menimbulkan gaya gerak listrik (ggl) sebesar satu
volt”.
[Φ] = 1 Vdetik = 1 Wb
Belitan kawat yang dialiri arus listrik DC maka didalam inti belitan akan timbul
medan magnet yang mengalir dari kutub utara menuju kutub selatan.
Pengaruh gaya gerak magnetik akan melingkupi daerah sekitar belitan yang
diberikan warna arsir Gambar 5.39. Gaya gerak magnetik (Θ) sebanding lurus
dengan jumlah belitan (N) dan besarnya arus yang mengalir (I), secara singkat
kuat medan magnet sebanding dengan amper-lilit.
154
Θ = I . N [Θ] = Amper-turn
I.N 0,1A.5000
H 2.500A / m
Im 0,2m
155
Gambar 5.41. Kerapatan fluk magnet
Kerapatan fluk magnet (B) atau induksi magnetik didefinisikan sebagai fluk
persatuan luas penampang. Satuan fluk magnet adalah Tesla.
B B V .s2 Wb2 T
A m m
B = Kerapatan medan magnet
Φ = Fluk magnet
A = Penampang inti
Contoh:
Belitan kawat bentuk inti persegi 50mm x 30 mm, menghasilkan kuat medan
magnet sebesar 0,8 Tesla. Hitung besar fluk magnetnya.
Jawaban :
B B.A 0,08Tx 0,03m 1,2mWb
A
156
kawat dan rotor dengan dua kutub. Saat rotor diputar satu putaran dan ujung
belitan diukur dengan voltmeter dihasilkan tegangan AC satu periode. Bentuk
tegangan sinusoida dan fluk magnet berbeda phasa 900.
Kutub permanen utara dan kutub selatan menghasilkan garis fluk magnet
Gambar 5.45. Belitan kawat dengan poros yang ujung-ujungnya disambungkan
dengan dua cincin putar. Ketika poros diputar, belitan kawat akan memotong
garis fluk magnet, sesuai dengan hukum tangan kiri Flemming maka pada ujung-
ujung cincin akan timbul tegangan yang terukur oleh Voltmeter. Bentuk tegangan
berupa gelombang sinus.
157
Prinsip generator AC sesui kaidah tangan kiri Flemming, belitan kawat dalam
loop tertutup yang dipotong oleh garis gaya magnet, pada ujung belitan kawat
akan timbul ggl induksi.
Bentuk gelombang AC bisa berupa gelombang sinusioda, gelombang kotak,
gelombang pulsa dsb.
Arus listrik bolak balik (Alternating Current, AC) dihasilkan oleh pembangkit
listrik AC, yaitu generator AC. Sumber tegangan AC Gambar 5.46 a dihubungkan
dengan Voltmeter
dan Osiloskop untuk melihat bentuk gelombang AC.
Listrik AC satu phasa memiliki bentuk gelombang sinusoida Gambar 46b dalam
satu siklus periode memiliki nilai positif dan nilai negatif. Nilai maksimum di
hitung dari puncak ke puncak.
1 1
f T f 1 1Hz
T f s
f : frekuensi (Hz)
T : periode (detik)
1 Hertz = 1 Periode per detik
1 Kilohertz = 1 kHz = 1.000 Hz = 103 Hz
1 Megahertz = 1 MHz = 1.000.000 Hz = 106 Hz
Contoh:
Frekuensi PLN diketahui f = 50 Hz, hitung besarnya periode?
Jawaban :
158
1 1 1 1
f ; T 0,02s 2mili det ik
T f 50Hz 1
50.
s
Dari kuadran garis tegak dan garis lurus, dibagi juga menjadi delapan bagian
sama dengan membagi lingkaran, yaitu: 00 (0/T); 450(T/8); 900(T/4); 1350(3T/8);
1800(T/2); 2250(5T/8); 2700(3T/4); 3150(7T/8) dan 3600(8T/8).
159
B B
G 0 B G 0 .2rad G .3600
2rad 360 360 2rad
B 2
2 .f
t T
αB = (rad).
αG = (gradien)
ω = kecepatan sudut (rad)
t = waktu (detik)
T = periode
f = frekuensi
160
Contoh:
Frekuensi adalah jumlah periode dalam satu detik. PLN memiliki frekuensi 50 Hz,
gelombang radio frekuensi orde Mega Hertz.
Panjang gelombang, dihitung berdasarkan kecepatan cahaya, 300.000 km/detik.
saat
e. Harga Sesaat
Gelombang sinusoida Gambar 5.50 dibuat dalam bentuk diagram lingkaran dan
gelombang sinusoida. Diagram lingkaran terbagi menjadi delapan bagian yang
setiap segmen besarnya 450 (3600/8), yaitu dititk 00, 45, 900, 1350, 1800, 2250, 2700,
3150, 3600.
Dengan memutar lingkaran berlawanan jarum jam maka dapat dibuat gelombang
sinusoida yang memiliki dua sumbu, sumbu tegak dan sumbu mendatar. Sumbu
mendatar terbagi menjadi delapan titik, yaitu: 00 (0/T); 450(T/8); 900(T/4);
1350(3T/8); 1800(T/2); 2250(5T/8); 2700(3T/4); 3150(7T/8) dan 3600(8T/8).
161
270 -1,00 -1,00
315 -0,707 -0,707
360 0 0
Harga sesaat dari gelombang sinusoida untuk suatu sudut putaran dinyatakan :
Contoh:
Gelombang sinusoida bervariasi dari 0 hingga 100 Volt (maksimum). Hitung
besarnya tegangan sesaat pada sudut 300, 450,900, 2700 dari satu periode?
Jawaban:
u = Um. sin(ω.t) = Um sin α = 100 sin α
Pada sudut: → 300 = 100 sin 300 = 100. 0,5 = 50 Volt
450 = 100 sin 450 = 100. 0,707 = 70,7 Volt
900 = 100 sin 900 = 100. 1,0 = 100 Volt
2700 = 100 sin 2700= 100. -1.0 = -100 Volt
f. Harga Rerata
Harga rata-rata dari tegangan atau arus bolak balik diperoleh dengan
menghitung rata-rata harga sesaat, didapat dengan menghitung dari setengah
periode saja.
162
7 1050 0,97
8 1200 0,87
9 1350 0,71
10 1500 0,50
11 1650 0,26
12 1800 0,00
Jumlah 7,62
Harga rerata = 7,62/12=0,636
Contoh:
Tegangan bolak balik memiliki tegangan maksimum 100 Volt. Hitung besarnya
tegangan rata-rata dalam satu periode?
Jawaban :
urata-rata = Um. 0,636 = 100 V x 0,636 = 63,6 Volt
3.2
Harga rata-rata gelombang sinusoida, yaitu 0,636 harga maksimum.
g. Harga Efektif
Harga efektif Gambar 5.51 dari suatu tegangan/ arus bolak balik (AC) adalah
sama dengan besarnya tegangan/arus searah (DC) pada suatu tahanan, di mana
keduanya menghasilkan panas yang sama. Tegangan PLN 220 V merupakan
tegangan efektif, bukan harga tegangan sesaat dan bukan pula harga tegangan
maksimum.
163
Gambar 5.52. Nilai puncak, nilai efektif gelombang sinusoida.
Untuk menghitung tegangan dan arus efektif pada gelombang sinusoida gambar-
3.12 diperoleh.
Um
U = U eff = 0,707Um
2
Im
I = I eff = 0,707.Im
2
164
U = Ueff Tegangan efektif (V)
I = Ieff Arus efektif (A)
Im = Arus maksimum (A)
Um = Tegangan maksimum (V)
Contoh:
Jawaban :
a) Um = 2.U = 2.24V = 34 Volt
b) Um - m = 2.Um = 2.34V = 68 Volt
Harga efektif suatu tegangan/arus bolak balik adalah sama besarnya dengan
tegangan/arus DC pada suatu tahanan, akan menghasilkan panas yang sama.
Harga efektif gelombang sinusoida besarnya 0,707 dari harga maksimum
tegangan/arus
4. Komponen Pasif dalam Listrik AC
a. Resistor Dalam Tegangan Ac
Untuk menjelaskan pergeseran phasa Gambar 5.53a sebuah sumber tegangan
bolak-balik G dirangkai dengan sebuah Kapasitor C = 1 µF dan Resistor R = 100
Ω. Dengan osiloskop dua kanal probe Y1 dan probe Y2 disambungkan untuk
melihat bentuk gelombang pergeseran phasa. Sumber tegangan bolak-balik diset
sebesar U, diujung tahanan R akan terukur drop tegangan sebesar Uw.
Osiloskop dua kanal dengan probe Y1 untuk mengukur drop tegangan tahanan R
sebesar Uw dan probe Y2 untuk tegangan U Gambar 5.53b. Ternyata tegangan di
rangkaian sebesar U dan drop tegangan ditahanan R sebesar Uw bergeser sudut
165
phasanya sebesar = 450. Kapasitor C menyebabkan pergeseran phasa sebesar
dengan tegangan Uw mendahului (leading) terhadap tegangan U. Jika Kapasitor C
diganti dengan induktor L, yang terjadi adalah pergeseran phasa dimana drop
tegangan di induktor terbelakang (lagging) sebesar .
Pergeseran phasa terjadi ketika tahanan R dirangkai seri dengan kapasitor dan
dipasang pada sumber tegangan bolak balik
Kapasitor menyebabkan pergeseran phasa dimana tegangan drop di kapasitor
mendahului (leading) terhadap tegangan sumbernya.
Induktor menyebabkan pergeseran phasa arus tertinggal (lagging) terhadap
tegangan sumbernya.
UBC 1
Xc
I .C
166
Gambar 5.55. Gelombang tegangan dan arus beban Kapasitor
1 1
Xc
.C 2 . f .C
Contoh:
Kapasitor 1 F, dihubungkan dengan frekuensi 50 Hz. Hitung nilai reaktansi
kapasitifnya.
Jawaban:
1 1 1
Xc 3,186
.C 2 .f .C 1
2 .50 .1.10 6 s
s
167
c. Induktor dalam Rangkaian Listrik AC
Bila sebuah kumparan yang induktansinya L Henry dihubungkan dengan
sumber tegangan AC, maka kumparan tersebut menghasilkan ggl lawan. Inti
induktor dapat dari bahan ferromagnet, ferrit. Besaran reaktansi induktor XL
Gambar 5.57, meningkat berbanding lurus dengan kenaikan frekuensi dan satuan
reaktansi induktor Ohm.
Persamaan induktor :
UbL
XL .L 2 .f .L
I
168
Contoh:
Jawaban:
U bL
XL . .f .L U U msint 340 sin314t
I
314rad / det
UbL
XL .L 314.10,8H 3400
I
Um 340V
Im 0,1A
X L 3.400
d. Beban Impedansi
Beban listrik dikenal tahanan R, Kapasitor C atau induktor L. Beban Kapasitor
dan induktor jarang digunakan sendiri, yang umum adalah tahanan R
digabungkan dengan Kapasitor C atau induktor L Gambar 5.59. Impedansi (Z)
adalah gabungan tahanan R dengan induktor L atau gabungan R dengan
Kapasitor C.
169
Persamaan impedansi:
U
Z Z V
I A
Z = Impedansi (Ω)
U = Tegangan efektif (V)
I = Arus efektif (A)
Contoh:
Sumber tegangan bolak-balik 100 V, dirangkaikan dengan beban impedansi Z dan
menarik arus 80 mA. Hitung besarnya impedansi?
Jawaban:
U 100V
Besarnya impedansi: Z 1,25k
I 80mA
1) RESISTOR
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang fungsinya untuk
menghambat arus listrik.
Resistor dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Resistor Tetap
Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Resistor
memiliki batas kemampuan daya misalnya : 1/16 watt, 1/8 watt, 1/4 watt, 1/2
watt dsb.
Artinya resitor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan
kemampuan dayanya.
170
Gambar 5.60. Contoh Resistor
Untuk mengetahui nilai hambatan suatu resistor dapat dilihat atau dibaca
dari warna yang tertera pada bagian luar badan resistor tersebut yang berupa
gelang warna.
Keterangan.
Cara menggunakan Tabel 1 adalah sebagai berikut:
1. Kolom warna (colour) menunjukkan warna pita pada resistor. Supaya mudah
dihafal maka dapat diringkas menjadi hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u-a-pu, ditambah
dengan emas, perak, yaitu kepanjangan dari hitam – coklat – merah – jingga
(orange) – kuning – hijau – biru – ungu – abu-abu – putih – emas – perak.
2. Kolom ke 1, 2 dan 3 adalah pita resistansi yang menunjukkan angka
resistansi.
171
3. Kolom ke 4 (MULTIPLIER) adalah pita resistor yang menunjukkan nilai
resistansi namun dikalikan dengan nilai pada pita ke 1, 2 dan 3.
4. Kolom pita ke 5 adalah pita resistor yang menunjukkan nilai toleransi.
5. Untuk membedakan resistor dengan 5 pita dengan pita terakhir adalah
toleransi dan 5 pita dengan pita terakhir adalah reliabilitas adalah dengan
melihat jarak pita terakhir. Jika jaraknya sama dengan pita kelima adalah
reliabilitas dan jika jaraknya sama dengan pita yang lain maka kelima adalah
toleransi.
6. pita pertama suatu resistor adalah yang paling dekat dengan ujung resistor.
Contoh pembacaan kode warna resistor yang digunakan pada buku ini:
1. Resistor 1 kΩ ± 1%
Coklat Hitam Hitam Coklat Coklat
1 0 0 X10 1%
Resistor 1 kΩ ± 5%
Coklat Hitam Merah Emas
1 0 x 102 5%
2. Resistor 33 kΩ ± 1%
Orange Orange Hitam Merah Coklat
3 3 0 x 102 1%
Resistor 33 kΩ ± 5%
Orange Orange Orange Coklat
3 3 x 103 5%
3. Resistor 47 kΩ ± 1%
Kuning Ungu Hitam Merah Coklat
4 7 0 x 102 1%
Resistor 47 kΩ ± 5%
Kuning Ungu Orange Emas
4 7 x 103 5%
b.1) Potensiometer
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan memutar poros
yang telah tersedia. Potensiometer pada dasarnya sama dengan trimpot secara
fungsional.
172
Gambar 5.61. simbol dan bentuk fisik Potensiometer
b.2) Trimpot
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar
porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai hambatan dari
suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada badan trimpot
tersebut.
2) KAPASITOR
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik atau energi listrik. Kemampuan untuk menyimpan
muatan listrik pada kapasitor disebut dengan kapasitansi atau kapasitas. Seperti
halnya hambatan, kapasitor dapat dibagi menjadi :
a) Kapasitor Tetap
Kapasitor tetap merupakan kapasitor yang mempunyai nilai kapasitas yang tetap.
Simbol kapasitor seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
173
Kapasitor dapat dibedakan dari bahan yang digunakan sebagai lapisan diantara
lempeng-lempeng logam yang disebut dielektrikum.
Dielektrikum tersebut dapat berupa keramik, mika, mylar, kertas, polyester
ataupun film. Pada umumnya kapasitor yanng terbuat dari bahan diatas
nilainya kurang dari 1 mikrofarad (1µF).
Satuan kapasitor adalah Farad, dimana 1 farad = 103 mF = 106 μF = 109 nF =1012
pF.
Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas atau kapasitansi pada kapasitor
dapat dibaca melalui kode angka pada badan kapasitor tersebut yang terdiri dari 3
angka. Angka pertama dan kedua menunjukkan angkaatau nilai, angka ketiga
menunjukkan faktor pengali atau jumlah nol, dan satuan yang digunakan ialah
pikofarad (pF).
Contoh :
Pada badan kapasitor tertulis angka 103 artinya nilai kapasitas dari kapasitor
tersebut adalah 10x103 pF = 10 x 1000 pF = 10nF = 0,01 ìF.
Kapasitor tetap yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 1ìF adalah
kapasitor elektrolit (elco). Kapasitor ini memiliki polaritas (memiliki kutub
positif dan kutub negatif) dan biasa disebutkan tegangan kerjanya.
Misalnya: 100µF 16 V artinya elco memiliki kapasitas 100µF dan tegangan
kerjanya tidak boleh melebihi 16 volt.
174
Gambar 5.65. Simbol dan Bentuk Fisik Trimer
175
Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya
Dioda tipe 1N4001 ada 2 jenis yaitu yang berkapasitas 1A/50V dan
1A/1 00V.
Simbol dioda hubungan sama dengan simbol dioda kontak titik.
c) Dioda Zener
Dioda Zener adalah dioda yang bekerja pada daerah breakdown atau
pada daerah kerja reverse bias. Dioda ini banyak digunakan untuk
pembatas tegangan.
Tipe dari dioda zener dibedakan oleh tegangan pembatasnya.
Misalnya 12 V, ini berarti dioda zener dapat membatasi tegangan
yang lebih besar dari 12 V atau menjadi 12 V.
b. Komponen Aktif
176
1) TRANSISTOR
Transistor memiliki dua jenis yaitu: Transistor Bipolar dan Transistor
Unipolar. Transistor Bipolar adalah transistor yang memiliki dua
persambungan kutub, transistor Unipolar adalah transistor yang hanya
memiliki satu buah persambungan kutub.
Transistor biasa terdiri dari 3 buah kaki yang masing-masing diberi
nama: emitor, basis dan kolektor. Transistor bipolar dapat diibaratkan
dengan dua buah dioda yang tergambar pada gambar.
2) THYRISTOR
Thyristor disebut juga dengan SCR (Silicon Controlled Rectifier)
dan banyak digunakan sebagai saklar elektronik. Gambar diskrit dan simbol
SCR ditunjukkan dengan gambar dibawah ini :
177
Gambar 5.72. Simbol dan Bentuk Fisik THYRISTOR
Thyristor ini akan bekerja atau menghantar arus listrik dari anoda
ke katoda jika pada kaki gate diberi arus kearah katoda, karenanya kaki gate
harus diberi tegangan positif terhadap katoda.
Pemberian tegangan ini akan menyulut thyristor, dan ketika tersulut
thyristor akan tetap menghantar. SCR akan terputus jika arus yang melalui
anoda ke katoda menjadi kecil atau gate pada SCR terhubung dengan
ground.
a) Karakteristik Thyristor
Karakteristik thyristor ditunjukkan pada gambar dibawah ini
178
Pada gambar di atas memperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3
keadaan. Pada daerah pertama (I), terlihat bahwa thyristor berperilaku
seperti dioda biasa, dimana keadaan ini, tidak ada arus yang mengalir
sampai dicapainya tegangan reverse (Vr). Sedangkan pada daerah kedua
(II), terlihat bahwa arus yang tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya
batas tegangan penyalaan (Vbo). Apabila tegangan mencapai tegangan
penyalaan, maka tiba-tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil dan ada arus
yang mengalir. Pada saat ini thyristor akan mulai konduksi (menghantar)
dan ini adalah merupakan daerah tiga (III). Arus yang terjadi pada thyristor
yang dalam keadaan konduksi dapat disebut sebagai arus genggam (Ih =
Holding Current), arus genggam (Ih) ini mempunyai orde mA. Untuk
membuat thyristor kemballi OFF (tidak menghantar), dapat dilakukan
dengan menurunkan arus thyristor tersebut sedikit dibawah arus genggam
(Ih) nya dan thyristor tidak akan ON (menghantar) kembali sebelum diberi
tegangan penyalaan (Vbo).
(a) Struktur
179
besaran pembatas (arus, tegangan thermis, dll) maupun besaran arus
tegangan (Ih) kecuali batas tegangan reverse yang tidak terdapat pada
TRIAC.
KWADRAN
TERMINAL
I II III IV
T1 + - - +
G + + - -
T2 Titik referensi
6. TRANDUCER
Tranducer adalah pengoperasian kerja suatu rangkaian yang lebih
mudah diukur atau dikendalikan oleh besaran listrik, yaitu tegangan dan
arus dimana terjadi perubahan dari suatu besaran ke besaran lainnya.
Adapun komponen elektronika yang termasuk ke dalam tranducer ialah :
180
a. LDR (Light Dependent Resistance)
Yaitu resistor yang dapat berubah-ubah nilai resistansinya jika
permukaannya terkena cahaya. Kondisinya ialah jika terkena
cahaya nilai resistansinya kecil,sedangkan jika tidak terkena
cahaya (kondisi gelap) maka nilai resistansinya besar.
181
a. Menyimpan muatan
b. Menahan arus DC
c. Menruskan arus AC
1) Kapasitor berjajar
Beberapa kapasitor dapat dihubungkan paralel (gambar ... ),
kapasitor total lebih besar.
Cp = C1 + C2 + C3 + ...
Ctotal
+ .....
a. Aplikasi kapasitor
i. pembagi tegangan
C1 V1
V
C2 V2
C2
V1 = ------------------ xE
C1 + C2
182
C1
V2 = ------------------ xE
C1 + C2
V Xc
183
Gambar 5.81. Daerah Dioda Konduksi (0 – T/2)
184
4) Penguat Operasional
a) Dasar-dasar Penguat Operasional
Penguat operasional (op-amp) adalah suatu blok penguat yang
mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Opamp biasa terdapat di
pasaran berupa rangkaian terpadu (integrated circuit-IC).
185
Keterangan.
Tegangan ofset masukan (input offset voltage) Viomenyatakan seberapa
jauh v+dan v- terpisah untuk mendapatkan keluaran 0 volt. Arus offset
masukan (input offset current) menyatakan kemungkinan seberapa
berbeda kedua arus masukan. Arus panjar masukan (input bias current)
memberi ukuran besarnya arus basis (masukan). Harga CMRR menjamin
bahwa output hanya tergantung pada (v+) - (v-), walaupun v+ dan v-
masing-masing berharga cukup tinggi.
Untuk menghindari keluaran yang berosilasi, maka frekuensi harus
dibatasi, unity gain frequency, memberi gambaran dari data tanggapan
frekuensi. Ini hanya berlaku untuk isyarat-kecil saja karena untuk isyarat
yang besar penguat mempunyai keterbatasan nilai.
(a) (b)
Gambar 5.85. Rangkaian penguat operasional tak membalik
Op-amp tersebut berfungsi sebagai
dan selanjutnya kita dapat menuliskan untuk penjumlah (S) dan penguat
ujung tunggal (A) seperti pada gambar 5.82-b.
Jadi terlihat bahwa Gambar 85-a adalah salah satu contoh dari penguat
balikan yang kita pelajari pada bab sebelumnya, dengan
186
Karena A sangat besar maka
Jadi
187
Tabel 5.7. Kinerja rangkaian pengikut dan rangkaian pengikut emitor
Efek dari Vio (tegangan offset masukan) pada kondisi panjar penguat,
tidak terlalu sulit untuk diperkirakan. Perhatikan penguat tak-membalik
dengan masukan nol seperti diperlihatkan pada gambar 3.4.
Agar diperoleh keluaran sebesar kira-kira 0 volt, kedua masukan harus
berbeda sebesar Vio, yaitu
dan juga
188
Perlu juga dicoba untuk menghubungkan + V ke tanah tidak dengan
hubung singkat melainkan dengan hambatan R1 paralel dengan R2 . Arus
sebesar IB juga mengalir lewat hambatan tersebut, efek dari suku kedua
pada persamaan 3.9 dapat dihilangkan. Dengan demikian akan diperoleh
………..
189
selanjutnya diperoleh
Dan juga
Daftar Pustaka
190
Siswoyo. (2008). Teknik Listrik Industri Jilid 1, 2, 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Sutanto.(1987). Mikroelektronika Sistem Digital dan rangkaian Analog, Penerbit
Erlangga.
Utomo, Pristiadi. (2008). Konsep Dasar Listrik Dinamis. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
A. Lembar Kerja
Kapasitor dan Induktor
B. Alat dan Bahan
1. Modul percobaan kapasitor dan inductor
2. Generator fungsi
3. Osiloskop
4. Catu daya
5. 2 buah Multi meter
6. Kabel penghubung 12 buah
7. Stopwatch
D. Langkah Kerja
1. Kapasitansi
a. Buat rangkaian seperti Gambar 5.89, atur suplai tegangan variabel arus
sebesar 10 Volt.
b. Naikkan posisi saklar, catat tegangan saat proses pengisian (charging)
dalam selang waktu t = 0 detik sampai t = 60 detik (ditentukan asisten).
Gambar 89
191
c. Ubah posisi sakelar ke bawah, amati proses pembuangan (discharging)
pada voltmeter catat besar tegangan yang terjadi dalam selang waktu t = 0
detik sampai t = 60 detik.
Gambar 90
3. Induktansi
a. Buat rangkaian seperti Gambar 5.91.
Gambar 91
192
4. Kapasitansi Dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik.
Gambar 92
E. Lembar Latihan
a. (I = 4/10 x 5 A=2 A)
193
4. Arus sebesar 5 amper mengalir dalam penghantar metal, berapa coulomb
besar muatan q yang berpindah selama 1 menit?
B. Elektronika Digital
B.1. Sistem Bilangan
1. Lembar Informasi
Sistem bilangan (number sistem) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari
suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia
adalah sistem biilangan desimal, yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10
macam simbol untuk mewakili suatu besaran. Sistem ini banyak digunakan
karena manusia mempunyai sepuluh jari untuk dapat membantu perhitungan.
Lain halnya dengan komputer, logika di komputer diwakili oleh bentuk elemen
dua keadaan yaitu off (tidak ada arus) dan on (ada arus). Konsep inilah yang
dipakai dalam sistem bilangan binary yang mempunyai dua macam nilai untuk
mewakili suatu besaran nilai.
Selain sistem bilangan biner, komputer juga menggunakan sistem bilangan oktal
dan hexadesimal. Berikut akan dijelaskan teori bilangan.
Bilangan Desimal
194
masing-masing digit tergantung dari letak posisinya, yaitu nernilai basis
dipangkatkan dengan urutan posisinya.
Pecahan desimal :
Adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan dibelakang koma,
misalnya nilai 183,75 adalah pecahan desimal yang dapat diartikan :
1 x 10 2 = 100
8 x 10 1 = 80
3 x 10 0 = 3
7 x 10 –1 = 0,7
5 x 10 –2 = 0,05
183,75
Bilangan Biner
Sistem bilangan biner menggunakan 2 macam simbol bilangan berbasis 2 digit
angka, yaitu 0 dan 1. Berikut pembobotan bilangan biner
a. Penjumlahan
Dasar penjmlahan biner adalah :
0+0=0
0+1=1
1+0=1
1+1=0 dengan carry of 1, yaitu 1 + 1 = 2, karena digit terbesar biner
1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis), jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1
contoh :
1111
10100 +
100011
195
b. Pengurangan
Contoh :
11101
1011 -
10010
c. Perkalian
Dilakukan sama dengan cara perkalian pada bilangan desimal. Dasar perkalian
bilangan biner adalah :
0x0=0
1x0=0
0x1=0
1x1=1
Contoh:
Desimal Biner
14 1110
12 x 1100 x
28 0000
14 0000
1110
+ 1110 +
168 10101000
d. Pembagian
Pembagian biner dilakukan juga dengan cara yang sama dengan bilangan
desimal. Pembagian biner 0 tidak mempunyai arti, sehingga dasar pemagian
biner adalah :
0:1=0
1:1=1
196
Contoh:
Desimal Biner
5 / 125 \ 25 101 / 1111101\ 11001
10 - 101 -
25 101
25 - 101 -
0 0101
101 -
0
Bilangan Oktal
Desimal Oktal
21 25
87 + 127 +
108 154
5 10 + 7 10 = 12 10 = 14 8
2 10 + 2 10 + 1 10 = 5 10 = 5 8
1 10 = 1 10 = 1 8
197
b. Pengurangan
Pengurangan Oktal dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan
pengurangan bilangan desimal.
Contoh :
Desimal Oktal
108 154
87 - 127 -
21 25
48 -78 + 8 8 (borrow of) = 5 8
5 8 - 2 8- 1 8 =28
1 8 -18 = 08
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- kalikan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke octal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom
selanjutnya.
Contoh :
Desimal Oktal
14 16
12 x 14 x
28 70
14 + 4 10 x 6 10 = 24 10 = 30 8
168 4 10 x 1 10 + 3 10 = 7 10 = 7 8
16
14 x
70
16
1 10 x 6 10 = 6 10 = 6 8
1 10 x 1 10 = 1 10 = 1 8
16
14 x
70
16 +
250
7 10 + 6 10 = 13 10 = 15 8
1 10 + 1 10 = 2 10 = 2 8
198
d. Pembagian
Desimal Oktal
12 / 168 \ 14 14 / 250 \ 16
12 - 14 - 14 8 x 1 8 = 14 8
48 110
48 – 110 - 14 8 x 6 8 = 4 8 x 6 8 = 30 8
0 0 1 8 x 6 8= 6 8 +
110 8
Bilangan Hexadesimal
Sistem bilangan Oktal menggunakan 16 macam simbol bilangan berbasis 8 digit
angka, yaitu 0 ,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E dan F.
Dimana A = 10, B = 11, C= 12, D = 13 , E = 14 dan F = 15
Position value sistem bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 16.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199
Jadi 199 (10)
a. Penjumlahan
Penjumlahan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan
penjumlahan bilangan octal, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah-langkah penjumlahan hexadesimal :
- tambahkan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke hexadesimal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil hexadecimal
- kalau hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua digit, maka digit
paling kiri merupakan carry of untuk penjumlahan kolom selanjutnya.
Contoh :
Desimal Hexadesimal
2989 BAD
1073 + 431 +
4062 FDE
D 16 + 1 16 = 13 10 + 110 = 14 10 = E 16
A 16 + 3 16 = 10 10 + 3 10 = 13 10 =D 16
B16 + 4 16 = 1110 + 4 10 = 15 10 = F 16
199
b. Pengurangan
Pengurangan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan
pengurangan bilangan desimal.
Contoh :
Desimal Hexadesimal
4833 12E1
1575 - 627 -
3258 CBA
16 10 (pinjam) + 1 10 - 710 = 10 10 = A 16
14 10 - 7 10 - - 1 10 (dipinjam) = 11 10 =B 16
1610 (pinjam) + 2 10 - 610 = 12 10 = C 16
1 10 – 1 10 (dipinjam) 0 10 = 0 16
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- kalikan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke octal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom selanjutnya.
Contoh:
Desimal Hexadesimal
172 AC
27 x 1B x
1204 764
344 + C 16 x B 16 =12 10 x 1110= 84 16
4644 A16 x B16 +816 = 1010 x 1110+810=7616
AC
1B x
764
AC
C16 x 116 = 1210 x 110 =1210=C16
A16 x 116 = 1010 x110 =1010=A 16
AC
1B x
764
AC +
1224
616 + C16 = 610 + 1210 = 1810 =12 16
716+A16 +116 = 710 x 1010 + 110=1810 = 1216
200
d. Pembagian
Contoh :
Desimal Hexadesimal
27 / 4646 \ 172 1B / 1214 \ AC
27- 10E - 1B16xA16 = 2710x1010=27010= 10E16
194 144
189 – 144- 1B 16 x C16 = 2710 x 10 10 = 3240 10
54 0 = 14416
54 –
0
Konversi Bilangan
Konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu sistem bilangan dengan
basis tertentu akan dijadikan bilangan dengan basis yang lain.
45 (10) = …..(2)
45 : 2 = 22 + sisa 1
22 : 2 = 11 + sisa 0
11 : 2 = 5 + sisa 1
5 : 2 = 2 + sisa 1
2 : 2 = 1 + sisa 0 101101(2) ditulis dari bawah ke atas
201
Contoh :
1583 ( 10 ) = ….(16)
1583 : 16 = 98 + sisa 15
96 : 16 = 6 + sisa 2
62F (16)
Contoh :
3 2 4
Begitu seterusnya untuk yang lain.
3. Konversi ke Hexademial
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap empat buah digit biner
yang dimulai dari bagian belakang.
Contoh :
11010100
1101 0100
D 4
202
Contoh :
12(8) = …… (10)
2x80=2
1 x 8 1= 8
10
Jadi 10 (10)
2. Konversi ke Biner
Dilakukan dengan mengkonversikan masing-masing digit octal ke tiga digit
biner.
Contoh :
6502 (8) ….. = (2)
2 = 010
0 = 000
5 = 101
6 = 110
jadi 110101000010
3. Konversi ke Hexadesimal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan octal menjadi bilangan biner
kemudian dikonversikan ke hexadesimal.
Contoh :
2537 (8) = …..(16)
2537 (8) = 010101011111
010101010000(2) = 55F (16)
Konversi dari bilangan Hexadesimal
1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan
position valuenya.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199
Jadi 199 (10)
2. Konversi ke Oktal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan hexadesimal menjadi biner
terlebih dahulu kemudian dikonversikan ke octal.
Contoh :
55F (16) = …..(8)
55F(16) = 010101011111(2)
010101011111 (2) = 2537 (8)
203
2. Lembar Pelatihan
Kerjakan soal berikut dengan benar !
1. Sebutkan dan jelaskan empat macam sistem bilangan !
2. Konversikan bilangan berikut :
a. 10101111(2) = ………….(10)
b. 11111110(2) = ………….(8)
c. 10101110101 = …………(16)
3. Konversi dari :
a. ACD (16) = ………(8)
b. 174 (8) = ……..(2)
4. BC1
2A x
1. Lembar Informasi
Alat-alat digital dan rangkaian-rangkaian digital bekerja dalam sistem biner, yaitu
semua variabel bernilai salah satu, 0 atau 1 (rendah atau tinggi). Karakteristik
alat-alat digital yang seperti ini memungkinkan penggunaan aljabar Boolean
sebagai suatu alat untuk menganalisis dan merancang sistem digital. Dalam
Kegiatan Belajar 1 ini , kita akan belajar gerbang logika, yang merupakan
rangkaian logika paling dasar, dan kita akan belajar bahwa operasi gerbang
logika ini dapat digambarkan melalui aljabar Boolean.
Gerbang AND
Gerbang AND adalah salah satu gerbang dasar yang digunakan untuk
membangun semua fungsi logika. Gerbang AND dapat memiliki dua atau lebih
masukan dan menghasilkan sebuah perkalian logika.
204
A A &
X X
B
B
Gambar 5.92
Simbol logika standar gerbang AND dengan dua masukan (ANSI/IEEE Std. 91-1984).
Gerbang OR
Gerbang OR juga merupakan salah satu gerbang dasar yang digunakan untuk
membangun semua fungsi logika. Gerbang OR dapat memiliki dua atau lebih
masukan dan menghasilkan sebuah pejumlahan logika.
205
Seperti halnya gerbang AND, gerbang OR terdiri dari dua atau lebih masukan
dan satu keluaran, seperti ditunjukkan melalui simbol logika standar dengan dua
masukan pada Gambar 5.93. Masukan (A dan B) berada di sebelah kiri dan
keluaran (X) ada di sebelah kanan. Bentuk yang sama juga berlaku untuk operasi
gerbang OR dengan lebih dari 2 masukan. Meskipun terdapat dua contoh simbol,
tetapi simbol khusus yang ditunjukkan pada Gambar 2-5.a lebih banyak
digunakan pada modul ini.
A
X A 1
B X
B
Ikhtisar Operasi OR
1. Operasi OR menghasilkan hasil 1 apabila salah satu variabel masukannya ada
yang berharga 1.
2. Operasi OR menghasilkan hasil 0 hanya apabila semua variabel masukannya
berharga 0.
3. Pada operasi OR, 1 + 1 =1, 1 + 1 + 1 =1, dan seterusnya.
206
INVERTER
Inverter menunjukkan operasi yang dinamakan inversi atau komplementasi.
Inverter mengubah satu level logika ke level logika lawannya. Dalam istilah bit,
mengubah bit „0‟ ke „1‟ atau „1‟ ke „0‟. Simbol logika standar untuk inverter
seperti terlihat pada Gambar 2-8.
Indikator untuk negasi adalah „bubble‟ (o), yang menggambarkan suatu inversi
atau komplementasi ketika dipasang di depan atau di belakang suatu gerbang
logika, seperti terlihat pada Gambar 2-8a. Secara umum, masukan berada di
sebelah kiri simbol logika, dan keluaran berada di sebelah kanan. Ketika berada
di sisi masukan, bubble menunjukkan 0 yang aktif dimasukan. Ketika berada di
sisi keluaran, bubble menunjukkan bahwa 0 yang aktif di keluaran.
207
Gerbang NAND dan Gerbang NOR
Gerbang NAND
A A A &
B
X
B
X
B
X
Gambar 5.95
Simbol logika standar gerbang NAND dengan dua masukan (ANSI/IEEE Std. 91-1984).
Tabel kebenaran pada Tabel 2-7 menunjukkan bahwa keluaran gerbang NAND
dalam tiap kasus merupakan inversi atas keluaran AND. Sedangkan keluaran
AND TINGGI hanya apabila semua masukannya TINGGI. Operasi yang sama
berlaku juga untuk gerbang NAND dengan lebih dari dua masukan.
GERBANG NOR
Gambar 5.96 menunjukkan simbol standar untuk gerbang NOR dua-masukan.
Operasi gerbang NOR ekivalen dengan gerbang OR yang diikuti oleh sebuah
inverter, sehingga pernyataan keluaran untuk tiap-tiap operasi adalah X A B .
Dengan kata lain, gerbang NOR pertama-tama melakukan operasi OR pada
masukannya dan kemudian melakukan operasi NOT pada hasil operasi OR. Hal
ini mudah untuk mengingat karena simbol gerbang NOR persis sama dengan
simbol OR dengan tambahan bubble pada keluarannya. Bubble ini seperti
penjelasan di atas menyatakan operasi inversi.
208
A A A 1
X
B
X X
B B
Tabel kebenaran pada Tabel 5.12 menunjukkan bahwa keluaran gerbang NOR
dalam tiap kasus merupakan kebalikan keluaran OR. Sedangkan keluaran
NOR TINGGI hanya apabila semua masukannya RENDAH. Operasi yang
sama berlaku juga untuk gerbang NOR dengan lebih dari dua masukan.
Dua rangkaian logika khusus yang sering dijumpai dalam sitem digital adalah
rangkaian gerbang eksklusif OR dan eksklusif NOR.
Gerbang Eksklusif OR
209
A A =1
X X
B B
Gambar 5.98
Simbol logika standar gerbang EX-OR (ANSI/IEEE Std. 91-1984).
Kombinasi khusus gerbang logika seperti ini sangat sering dijumpai dan sangat
berguna dalam pemakaian tertentu. Rangkaian EX-OR diberi simbol logika
standar seperti ditunjukkan pada Gambar 5.98b. Rangkaian EX-OR ini umumnya
dikenal sebagai gerbang EX-OR, dan dapat dipandang sebagai sebuah jenis
gerbang logika lain, di samping gerbang yang telah dibahas terdahulu.
Gerbang EX-OR hanya mempunyai dua masukan; tidak ada gerbang EX-OR tiga
masukan atau empat masukan. Dua masukan tersebut digabung sedemikian rupa
sehingga X AB AB . Cara singkat yang kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan bentuk persamaan keluaran EX-OR adalah: X A B . Di sini
simbol menyatakan operasi gerbang EX-OR. Karakteristik gerbang EX-OR
diikhtisarkan seperti berikut ini.
1. Hanya mempunyai dua masukan dan keluarannya adalah
X AB AB A B
2. Keluarannya tinggi hanya apabila dua masukannya berada pada tingkat yang
berlawanan.
Gerbang Eksklusif-NOR
Rangkaian eksklusif-NOR (disingkat EX-NOR) bekerjanya sepenuhnya
berlawanan dengan rangkaian EX-OR. Gambar 5.99 menunjukkan rangkaian EX-
NOR dan tabel kebenaran yang menyertainya. Bentuk persamaan keluarannya
adalah:
X AB AB
yang bersama-sama dengan tabel kebenarannya menunjukkan bahwa X akan 1
untuk dua kasus : A = B = 1 (suku AB) dan A = B = 0 (suku AB ). Dengan kata
lain, rangkaian ini menghasilkan keluaran tinggi hanya apabila kedua
masukannya berada pada tingkat yang sama.
A
Masukan Keluaran
B
A B X
X AB AB
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
(a) Rangkaian EX-NOR dan tabel kebenaran.
210
A A =1
X X
B B
Gambar 5.99
Simbol logika standar gerbang EX-NOR (ANSI/IEEE Std. 91-1984).
2. Lembar Pelatihan
211
3. Keluaran gerbang AND dengan masukan A, B, dan C adalah TINGGI (1)
ketika ____________.
a. A = 1, B = 1, C = 1
b. A = 1, B = 0, C = 1
c. A = 0, B = 1, C = 1
d. A = 1, B = 1, C = 0
6. Sebuah pulsa diaplikasikan pada gerbang NOR 2-masukan. Satu pulsa bernilai
TINGGI pada saat t = 0 dan beralih ke kondisi RENDAH pada t = 1 ms. Pulsa
yang lain bernilai TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan beralih ke kondisi
RENDAH pada saat t = 3 ms. Maka kondisi pulsa keluaran dapat
digambarkan sebagai berikut.
a. Kondisi RENDAH pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi TINGGI pada
saat t = 3 ms.
b. Kondisi RENDAH pada saat t = 0. 8 ms dan kembali ke kondisi TINGGI
pada saat t = 3 ms.
c. Kondisi RENDAH pada saat t = 0.8 ms dan kembali ke kondisi TINGGI
pada saat t = 1 ms.
d. Kondisi TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan kembali ke kondisi RENDAH
pada saat t = 1 ms.
7. Sebuah pulsa diaplikasikan pada gerbang EX-OR. Satu pulsa bernilai TINGGI
pada saat t = 0 dan beralih ke kondisi RENDAH pada t = 1 ms. Pulsa yang lain
bernilai TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan beralih ke kondisi RENDAH pada
212
saat t = 3 ms. Maka kondisi pulsa keluaran dapat digambarkan sebagai
berikut.
a. Kondisi TINGGI pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi RENDAH pada
saat t = 3 ms.
b. Kondisi TINGGI pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi RENDAH pada
saat t = 0.8 ms.
c. Kondisi TINGGI pada saat t = 1 ms dan kembali ke kondisi RENDAH pada
saat t = 3 ms.
d. Jawaban b dan c benar.
Elektronika digital tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan kita saat ini,
hampir semua sector kehidupan kita sering ditemui elektronik digital mulai dari
jam digital, CD digital, VCD, kontrol digital pada elavator, mesin penjual
otomatis dsb.
Permasalahan yang ada untuk rangkaian pengendali sederhana
menggunakan logika dasar seperti gerbang AND, OR, NAND, NOR, EXOR atau
kombinasi darinya adalah tidak adanya memori. Sehingga rangkaian
memberikan aksi pada output setiap kali ada signal input, jadi tidak dapat
memegang satu kondisi tertentu untuk melakukan aktivitas yang lebih komplek
sehubungan dengan banyak perubahan input. Dalam sebuah sistem sangat
diperlukan untuk memegang kondisi logika, oleh karena itu diperlukan pencatat
logika. Berikut sebuah contoh rangkaian sistem penghitung:
213
Adapun cara kerja sistem penghitung adalah sebagai berikut:
• Ketika PB1 ditekan pulsa akan mengaktifkan penghitung dekade 74HCT190,
penghitung menghasilkan bilangan dalam BCD melalui kombinasi output QA,
QB, QC dan QD.
• Output 74HCT190 disambungkan ke Lacth 74HCT75 yang fungsi untuk
menyimpan data (D-FF).
• Output Latch disambungkan ke 74HCT4511 yang berfungsi sebagai pengalih
kode dari BCD ke 7 segmen, sehingga tampilan pada 7 segmen adalah berupa
bilangan desimal.
• Untuk menkondisikan tampilan nol dapat dilakukan dengan menkan tombol
reset.
Dari uraian tersebut kita dapat melihat contoh sederhana sebuah sistem
digital yang dilengkapi dengan penyimpanan data yaitu melalui Flip-flop
74HCT75.
2. RS-Flip-Flop
Mikrokontroler, mikroprosesor dan komputer memerlukan tempat
penyimpanan data dalam biner 1 atau 0, untuk itu diperlukan rangkaian digital
yang dapat melakukan tugas tersebut. Sebagai contoh sebuah komputer generasi
486 memerlukan 32 bit dan sebuah komputer generasi Pentium memerlukan 64
bit, yang berarti diperlukan tempat penyimpanan 64 tempat untuk nilai biner 0
atau 1.
Tempat penyimpanan digital dalam melaksanakan proses digunakan
rangkaian digital yang dikenal dengan nama Flip-flop, saat menerima input akan
terjadi Flip yaitu output diset pada satu kondisi dan saat menerima input
berikutnya terjadi Flop yaitu output diset kembali pada kondisi sebelumnya.
Bergulingnya kondisi output diakibatkan oleh adanya perubahan kondisi kedua
input, oleh karena itu kedua input disebut dengan Set dan Reset.
Berikut merupakan rangkaian Flip-flop dengan menggunakan gerbang
NAND dan menggunakan gerbang NOR, perbedaan dari kedua Flip-flop adalah
pada NAND tidak diijinkan adanya Set = 0 dan Reset = 0, pada NOR tidak
diijinkan adanya Set = 1 dan Reset = 1. Pada Flip-flop kondisi yang diinginkan
adalah antara kedua output selalu memiliki nilai biner yang berlawanan, yaitu Q
= 1 maka Q = 0 atau sebaliknya Q = 0 maka Q = 1 dengan demikian nilai biner
dapat dipegang.
Bergulingnya nilai 0 ke 1 atau 1 ke 0 pada output Flip-flop adalah berdasar
Set dan Reset yang diberikan pada input (lihat pada tabel kebenaran).
214
Gambar 5.101. Flip-flop dengan gerbang NOR
Dari Gambar 5.103 kita lihat saat t0-t1 R dan S pada kondisi High untuk output
kita belum tahu kondisinya, saat t1 R diberi logika 0 untuk beberapa waktu dan Q
akan tereset sedangkan Q menjadi High. Pada saat t2 input Set = 0 sehingga
membuat Q = High yang berarti Flip-flop di Set.
215
2. Clocked RS-Flip-flop
Rangkaian logika berikut menggambarkan RS-FF, hanya pada saluran R
dan S kita gunakan sebuah saklar dimana salah satu R atau S selalu terhubung
dengan ground dan padanya dipasang resistor 100K sebagai pull up. Dengan
demikian kondisi output akan selalu pada kondisi diset atau direset, rangkaian
ini dikenal dengan standar bistabil multivibrator karena begitu ada perubahan
pada input akan langsung merubah kondisi output.
Pada Gambar 5.105 terlihat dua input terminal R dan S, tetapi ada
tambahan yaitu terminal E sebagai input Clock, proses Set terjadi bila S = High
dan R = Low serta diberi pulsa Clock, bila R = High dan S = Low diberi pulsa
Clock maka Flip-flop di reset.
216
Gambar 5.106. Clocked D flip-flop triger pada transisi ke positip
217
Untuk aplikasi D-FF dapat dilihat pada Gambar 5.108 berikut:
218
• Bila E(enable) = Low, maka Q akan tetap seperti sebelumnya walaupun D
berubah.
• Bila S = Low dan R = High, maka output Q akan High sedangkan E dan D
tidak memberikan dampak pada output.
• Bila S = High dan R = Low, maka output Q akan Low sedangkan E dan D
tidak memberikan dampak pada output.
• E dan D berdampak pada output manakala S = High dan R = High
Perbedaan antara clocked D-FF dan Latch D-FF adalah, untuk clocked D-
FF kondisi output berubah saat clock pada posisi pojok transisi dan output tidak
berubah pada posisi clock yang lain. Sedangkan Latch D-FF output berubah
sesuai dengan input D manakala input clock pada kondisi High. Apabila
diinginkan input data langsung ditransfer ke output maka pada saluran E(enable)
dihubungkan langsung ke +5 Volt atau selalu High, rangkaian ini disebut
Transparan Latch.
219
a. Positif Edge Triggering
Pada Gambar 5.112 dapat dilihat bahwa setiap kali clock berada pada tepi
positif yaitu perubahan dari negatif ke posistif, maka input D masuk ke Flip-flop
dan memberikan perubahan pada output Q.
Aplikasi D-FF pada sistem digital banyak ditemui untuk itu diperlukan
Clock yang disebut juga dengan clock sinkronisasi karena setiap perubahan
output harus menunggu adanya tepi clock. Namun demikian ada kalanya
rangkaian digital langsung memberikan dampak ke output begitu terdapat
perubahan pada input, sistem demikian ini disebut dengan clock asinkron.
5. J-K Flip-flop
JK Flip-flop juga merupakan rangkaian edge triggering seperti halnya D-
FF, akan tetapi output JK-FF akan berubah jika ada clock pada rangkaian. Berikut
merupakan rangkaian JK-FF yang dibangun dari sebuah RS-FF dengan
menambahkan 2 gerbang AND didepannya. Adapun fungsi rangkaian adalah
untuk memperbaiki kondisi RS-FF, yaitu saat S=1 dan R=1 pada SR-FF yang
dibuat dari NOR tidak diperkenankan maka pada JK-FF dibuat NOT Q.
220
Sehingga fungsi rangkaian saat J=0 dan K=0 maka Q akan memegang
kondisi sebelumnya, saat J=1 dan K=0 maka Q=1, saat J=0 dan K=1 maka Q=0
dan saat J=1 dan K=1 maka Q sama dengan NOT Q. Berikut merupakan table
kebenaran JK-FF dari NOR SR-FF:
a. Tabel kebenaran
Dari Gambar 5.114b terlihat adanya feedback ke input, hal jelek terjadi
adalah saat clock = 1 dimana output kondisinya berubah sudah merubah kondisi
input AND. Sebagai contoh J=1 dan K=1 dimana Q=0, ketika Clock diberikan Q
berubah dari 0 ke 1 untuk ini memerlukan waktu sama dengan propagasi delay.
Melalui 2 gerbang AND kondisi Filp-Flop adalah J=1, K=1 dan Q=1, karena Clock
masih 1 maka akan terjadi Q kembali 0 dengan demikian akan terjadi osilasi Q
berubah-ubah 0 – 1. Kondisi ini disebut dengan race around condition.
Untuk menghidari adanya kondisi tersebut harus diperhitungkan
propagasi delay gerbang yang digunakan dan panjang clock saat =1.
Berdasarkan table kebenaran JK-FF memiliki 4 (empat) kondisi, yaitu:
221
Gambar 5.112. T-FF dari JK-Flip-flop sebagai pembagi frekuensi
IC TTL yang berisi JK-FF adalah 7473 atau 74HCT73, dimana satu IC berisi 2 JK-
FF yang dilengkapi dengan saluran Reset atau sering juga disebut dengan Clear.
Bila IC ini digunakan sebagai pembagi frekuensi, maka pin J-K diberi High dan
CP1 disambung ke Clock sedangkan pin 12 disambung ke pin 5. Dengan demikian
pada pin 12 Clock terbagi 2 dan pada kaki 9 Clock terbagi 4.
222
Gambar 5.115. Master-Slave JK-FF
b. Lembar Pelatihan
1
J0 C
1
K K Q
0
1
Q
0
QA
fout
J J
fin
C C
K K
FF A FF B
223
CLK
QA
fout
B.4. Register
Dari Gambar 5.116 diatas dapat kita lihat bahwa input D0 ….D3 berisi data 0101,
setelah clock maka pada Q0….Q3 berisi data yang sama dengan input yaitu 0101.
Sebagai contoh IC dengan tipe 74HCT373 merupakan register latch yang
dilengkapi dengan buffer input, rangkaian D latch dan tristate buffer output.
224
Pada IC ini juga dilengkapi dengan LE (Latch Enable) yang fungsinya untuk
melakukan proses transfer dari input D0 ….D3 ke Q0….Q3 dan QE untuk
mengeluarkan data dari Q0….Q3 ke output IC melalui tristate buffer.
2. Shift Register
Jika kita perhatikan register pada IC 74HCT373 dimana sistem input
parallel dan output juga parallel (PIPO), sedangkan konstruksi dalam Shift
register merupakan register dimana D-FF sebagai penyimpan data dihubungkan
secara seri yaitu output D-FF1 dihubung ke input D-FF2 dan output D-FF2
dihubungkan ke D-FF3 dst. Bila dibandingkan dengan Gambar 5.117 juga
memberikan ilustrasi shiftregister dan merupakan gambar rangkaian internal IC
74HCT164 yang dilengkapi dengan buffer output Q parallel, saluran clock, reset,
dan data input Da serta Db secara serial (SIPO).
Dari gambar diatas pada saat ada clock input, maka data akan digeser
secara seri pada register yaitu dari Q0 ke Q1, dari Q1 ke Q2 dst. Jadi register ini
merupakan 8 bit register, bila dimasukan data melalui Da atau Db secara
berturutan 8 kali clock secara serial digeser sampai bit data pertama menempati
posisi Q7 (MSB) dan bit data terakhir menempati Q0 (LSB). Berdasar tabel dibawah
225
fungsi MR adalah untuk inisialisasi agar semua output berlogika 0 (Reset). Tabel
berikut menampilkan fungsi dari shift register (SIPO 8 bit), dimana data secara
serial diberikan dan merupakan hasil logika kombinasi AND 11, 11, 11, 11, 01, 10,
11 dan 11 ternyata data baru bisa dibaca secara parallel pada output register saat
clock yang ke 8 yaitu data terbaca Q7……….Q0 = (1111 0011)
Bila output diambil pada Q7 maka data dapat dibaca secara serial, disini
data mulai dikeluarkan saat data secara serial sudah direkam oleh register jadi
jatuh pada clock ke 9. Operasi ini sering disebut dengan (SISO) yaitu serial In dan
Serial Out. Tipe IC 74HCT194 merupakan register dengan kemampuan geser kiri,
geser kanan, transfer data serial dan parallel sinkron, master reset asinkron, mode
hold. Dengan demikian IC ini dapat berfungsi sebagai (SISO), (PIPO), (SIPO) atau
(PISO).
Berikut merupakan gambar pin IC 74HCT194 dan table kebenarannya:
226
Berikut merupakan gambaran tentang mode operasi shift register pad IC
74HCT194:
Daftar Pustaka
www.ti-rex.net/shared/SISTEM%20BILANGAN%20BINER.doc
Floyd, Thomas L. (2000). Digital Fundamentals. seventh edition. New Jersey :
Prentice-Hall
Leach, Donald. (1997). Digital Principles and Aplications. Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill
C. Sistem Telekomunikasi
C.1. Dasar-dasar Sistem Telekomunikasi
1. Lembar Informasi
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah telekomunikasi banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Kata Telekomunikasi berasal dari bahasa Yunani:
tele berarti "jarak jauh", dan communicara berarti "kemampuan untuk berbagi."
Oleh karena itu, telekomunikasi secara harfiah berarti "berbagi informasi jarak
jauh." Berdasarkan pengertian tersebut bagaimanakah jika ada hubungan
komunikasi namun berjarak dekat, apakah dapat disebut dengan telekomunikasi.
Juga apakah jika ada komunikasi jarak jauh seperti orang yang berteriak disebut
telekomunikasi?
Definisi sesungguhnya dari telekomunikasi adalah penyampaian informasi
atau hubungan antara satu simpul dengan simpul yang lainnya dengan
mempergunakan bantuan peralatan khusus. Contoh: Telepon, TV dan sebagainya.
Disini terlihat bahwa hubungan itu tidak harus jauh (meskipun ada perkataan tele)
dekatpun bisa. Tidak harus berupa peralatan khusus (listrik) lainnyapun bisa.
Contoh: asap, bendera, genderang, dsb. Selain itu, harus pula dapat dibedakan
227
antara telekomunikasi dengan komunikasi walaupun keduanya saling
berhubungan. Perbedaannya dapat dilihat dari ilmu pengetahuan yang
mempelajarinya, yaitu: Ilmu Pengetahuan tentang Telekomunikasi : ilmu yang
mempelajari tentang penyampaian informasi dengan bantuan peralatan listrik,
sedangankan Ilmu Pengetahuan tentang Komunikasi : ilmu yang mempelajari
seluruh aspek penyampaian informasi.
Dalam kaitannya dengan 'telekomunikasi' bentuk komunikasi jarak jauh
dapat dibedakan atas tiga macam:
Komunikasi Satu Arah (Simplex). Dalam komunikasi satu arah (Simplex)
pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh :Pager, televisi, dan
radio.
Komunikasi Dua Arah (Duplex). Dalam komunikasi dua arah (Duplex)
pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon dan VOIP.
Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Dalam komunikasi semi dua
arah (Half Duplex)pengirim dan penerima informsi berkomunikasi secara
bergantian namun tetap berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX,
dan Chat Room
228
komersial diluncurkan (1844); teknik multiplexing dirancang;
William Thomson menghitung respon pulsa dari sebuah jalur
telegraph (1855); kabel transatlantik dipasang.
1845 Hukum rangkaian Kirchoff
1864 Persamaan Maxwell memprediksi radiasi elektromagnetik.
1876-1899 Telepon: Alexander Graham Bell menyempurnakan tranduser
akustik; Sentral telepon pertama dengan delapan saluran; Edison
Mengeluarkan ctranduser carbon-button; jalur kabel diperkenalkan;
Strowger mengeluarkan perangkat switching otomatis step-by-step
(1887); Pupin mengenalkan teori pembebanan.
1887-1907 Telegraph tanpa kabel : Heinrich Hertz memverifikasi teori
Maxwell; demonstrasi oleh Marconi dan Popov; Marconi
mematenkan sistem telegraph tanpa kabel (1897); Layanan
komersial dimulai; termasuk ship-to-share dan sistem transatlantic.
1904-1920 Komunikasi listrik: Lee De Forest menemukan Audion (triode)
berdasakan pada diode Fleming; tipe dasar filter dirancang;
eksperimen dengan broadcast radio AM ; Sistem Bell dilengkapi
dengan jalur telepon transcontinental dengan repeater listrik (1915);
pembawa telepon yang dimultipleks diperkenalkan: H. C
Armstrong menyempurnakan penerima radio superheterodyne
(1918); Stasiun pertama broadcast secara komersial.
1920 -1928 Carson, Nyquist, Johnson, dan Hartley mengenalkan teori transmisi.
1923-1938 Televisi: sistem mekanis formasi citra didemonstrasikan; analisi
teoritis tentang kebutuhan bandwidth; DuMont dan yang lainnya
menyempurnakan vacuum cathode-ray tubes; Eksperimen
broadcast dimulai.
1931 Layanan Teletypewriter dimulai
1934 H.S Black membangun amplifier feedback negative.
1936 makalah Amstrong menggambarkan radio frequency modulation
(FM)
1937 Alec Reeves mengenalkan pulse code modulation (PCM)
1938-1945 Sistem Radar dan microwave dibangun selama Perang Dunia II; FM
digunakan secara luas dalam komunikasi militer; haedware,
elektronik, dan teori di tingkatkan dalam segala area.
1944-1947 Noise direpresentasikan secara matematis; metode statistic untuk
deteksi sinyal dibangun.
1948-1950 C. E Shannon mempublikasikan dalam makalah tentang teori
informasi.
1948-1951 Perangkat transistor ditemukan.
1950 Time-division multiplexing (TDM) diaplikasikan ke telepon.
Hamming mengenalkan untuk pertamakalinya tentang kode deteksi
kesalahan (error detection).
1953 Standar TV berwarna dibangun di Amerika.
1955 J.R. Pierce mengusulkan sistem komunikasi satelit.
1958 sistem transmisi data jarak jauh dibangun untuk tujuan liliter.
229
1960 Maiman mendemonstrasikan Laser untuk pertam kalinya
1961 IC (Integrated circuits) diproduksi secara komersial
1962 Komunikasi Satelit dimulai dengan Telstar I.
1962-1966 Layanan transmisi data ditawarkan secara komersial; PCM
membuktikan layak untuk suara dan transmisi TV; teori untuk
transmisi digital dikembangkan; Viterbi mengenalkan skema baru
untuk koreksi kesalahan; equalizer adaptif dikembangkan.
1964 Sistem switching Telepon listrik digunakan dalam layanan.
1965 Mariner IV mentransmisikan gambar-gambar dari Mars ke Bumi
1966-1975 Relay Satelit komersial tersedia; Jalur optic menggunakan laser dan
fiber optic dikenalkan; ARPANET dibuat (1969) diikuti oleh jaringan
komputer internasional.
1976 Etherner LAN ditemukan oleh Metcalfe dan Broggs (Xerox)
1968-1969 Jaringan telepon digital dimulai
1970-1975 Standar PCM dikembangkan oleh CCITT
1975-1985 Sistem optik dengan kapasitas tinggi dikembangkan; terobosan
teknologi optic dan sistem switching integarsi penuh; pengolahan
sinyal digital oleh mikroprosesor.
1980-1983 Mulainya Internet Global dengan protocol TCP/IP
1980-1985 Jaringan modern komunikasi bergerak, NMT di Eropa Utara, AMPS
di Amerika, model referensi OSI didefinisikan oleh International
Standards Organization (ISO). Satandar untuk generasi kedua
sistem seluler digital diluncurkan.
1985-19910 Terobosan LAN; Standar Integrated Services Digital Network
(ISDN) diselesaikan; layanan komunikasi data public menjadi
tersedia sangat luas; sistem transmisi optic menggantikan sistem
tembaga pada transmisi pita lebar jarak jauh; SONET
dikembangakan. Standar GSM dan SDH diselesaikan.
1989 Awal dokumen Web di World Wide Web (WWW) oleh Tim
burners-Lee (CERN).
1990-1997 Sisten digital seluler pertama, Global System for Mobile
Communications (GSM), digunakan secara komersial dan menjadi
terobosan diseluruh dunia; deregulasi telekomunikasi dieropa
berjalan dan sistem satelit TV menjadi popular; Penggunaan
layanan internet meluas karena adanya WWW.
1997-2001 komunitas telekomunikasi dideregulasi, dan bisnis berkembangn
sangat pesat; jaringan seluler digital, terutama GSM meluas
diseluruh dunia; aplikasi Internet meluas dan komunikasi suara
konvensional beralih dari public switched telephone network
(PSTN) ke Internet; performansi LAN ditingkatkan dengan
teknologi Ethernet sampai dengan gigabit-per-second.
2001-2005 TV Digital dimulai untuk menggantikan broadcast TV analog;
sistem akses broadband membuat layanan multimedia Interner
tersedia untuk semua orang; layanan telepon beralih ke layanan
komunikasi personal sebagai penetrasi dari sistem seluler dan PCS;
230
sistem seluler generasi kedua ditingkatkan untuk menyediakan
layanan paket data yang berkecepatan tinggi.
2005 - TV Digital akan menggantikan layanan analog dan mulai
menyediakan layanan interaktif sebagai tambahan layanan
broadcast; sistem seluler generasi ketiga dan teknologi WLAN akan
meningkatkan layanan data untuk pengguna aktif; perluasan
layanan mobile, aplikasi wireless untuk teknologi short-haul
dirumah dan kantor meningkat; jaringan telekomunikasi global
akan berkembang ke platform jaringan packet-switched untuk
semua tipe layanan.
231
Gambar 5.121. Skenario evolusi sistem seluler
232
GSM juga menggunakan teknologi akses gabungan antara FDMA
(Frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access)
yang awalnya bekerja pada frekuensi 900 Mhz. Ini merupakan standar yang
dipelopori oleh ETSI (The European Telecommunication Standard Institute) dimana
frekuensi yang digunakan dengan lebar pita 25 KHz pada band frekuensi 900
Mhz. Pita frekuensi 25 KHz ini kemudian dibagi menjadi 124 carrier frekuensi
yang terdiri dari 200 KHz setiap carrier. Carrier frekuensi 200 KHz ini kemudian
dibagi menjadi 8 time slot dimana setiap user akan melakukan dan menerima
panggilan dalam satu time slot berdasarkan pengaturan waktu. Kecepatan akses
data pada jaringan GSM sangat kecil yaitu sekitar 9.6 kbps karena pada awalnya
hanya dirancang untuk penggunaan suara
Teknologi GSM sampai saat ini paling banyak digunakan di dunia dan
juga di Indonesia karena salah satu keunggulan dari GSM adalah kemampuan
roaming yang luas sehingga dapat dipakai diberbagai negara. Saat ini pelanggan
GSM di Indonesia adalah sekitar 35 juta pelanggan.
Pada perkembangan selanjutnya para pengguna telepon sellular mulai
diperkenalkan dengan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yaitu
sebuah pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode
akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada
TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara mengkodekan
data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada
dan menggunakan sifat – sifat interfensi kontruktif dari kode – kode khusus itu
untuk melakukan pemultipleksan.
CDMAOne (Code Division Multiple Access) merupakan standard yang
dikeluarkan oleh Telecommunication Industry Association (TIA) yang menggunakan
teknologi Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dimana frekuensi radio 25 MHz
pada band frekuensi 1800MHz dan dibagi dalam 42 kanal yang masing-masing
kanal terdiri dari 30KHz. Kecepatan akses data yang bisa didapat dengan
teknologi ini adalah sekitar 153.6 kbps. Dalam CDMA, seluruh pengguna
menggunakan frekuensi yang sama dalam waktu yang sama. Oleh karena itu,
CDMA lebih efisien dibandingkan dengan metoda akses FDMA maupun TDMA.
CDMA menggunakan kode tertentu untuk membedakan pengguna yang
satu dengan yang lain. Pada tahun 2002 teknologi CDMA mulai banyak
digunakan di Indonesia. Teknologi CDMA 2000 1x adalah teknologi yang
pertama kali berkembang baik di Indonesia.
GSM dan CDMA merupakan teknologi digital. Meskipun secara teknologi
CDMA 2000 1x lebih baik dibandingkan dengan GSM akan tetapi kehadiran
CDMA ternyata tidak membuat pelanggang GSM berpaling ke CDMA. Salah satu
penyebabnya adalah wilayah yang dapat dijangkau oleh CDMA tidak seluas
GSM. Ada beberapa keunggulan teknologi CDMA dibandingkan dengan GSM
seperti suara yang lebih jernih, kapasitas yang lebih besar, dan kemampaun akses
data yang lebih tinggi.
Berbeda dengan metode akses TDMA dan FDMA, maka CDMA
menggunakan kode-kode tertentu untuk membedakan setiap penggun pada
frekuensi yang sama. Karena menggunakan frekuensi yang sama maka daya yang
233
dipancarkan ke BTS dan juga daya yang diterima harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu pengguna yang lain baik dalam sel yang sama atau
sel yang lain dan ini dapat diwujudkan dengan menggunakan mekanisme power
control.
Ada beberapa operator di Indonesia yang telah mengimplementasikan
teknologi CDMA 2000 1x ini seperti Telkom yang dikenal dengan Flexi, Indosat
dengan nama StarOne, Mobile 8 dengan nama Fren, Bakrie telecom dengan nama
Esia. Operator CDMA di Indonesia dikategorikan kedalam kategori FWA (Fixed
Wireless Access) sehingga mobilitasnya sangat terbatas padahal CDMA juga bisa
seperti GSM dengan kemampuan mobilitas penuh.
234
teknologi GSM/GPRS/EDGE dan yang kedua kelanjutan dari teknologi CDMA
(IS-95 atau CDMAOne).
UMTS(Universal Mobile Telecommunication Service) adalah salah satu
teknologi 3G yang merupakan lanjutan teknologi dari GSM/GPRS/EDGE yang
merupakan standar telekomunikasi generasi ketiga dimana salah satu tujuan
utamanya adalah untuk memberikan kecepatan akses data yang lebih tinggi
dibandingkan dengan GRPS dan EDGE. Kecepatan akses data yang bisa didapat
dari UMTS adalah sebesar 384 kbps pada frekuensi 5KHz sedangkan kecepatan
akses yang didapat dengan CDMA1x ED-DO Rel0 sebesar 2.4 Mbps pada
frekuensi 1.25MHz dan CDMAx ED-DO relA sebesar 3.1Mbps pada frekuensi
1.25MHz yang merupakan kelanjutan dari teknologi CDMAOne. Berbeda dengan
GPRS dan EDGE yang merupakan overlay terhadap GSM, maka 3G sedikit
berbeda dengan GSM dan cenderung sama dengan CDMA. 3G yang oleh ETSI
disebut dengan UMTS (Universal Mobile Telecommunication Services) memilih
teknik modulasi WCDMA(wideband CDMA). Pada WCDMA digunakan frekuensi
radio sebesar 5 Mhz pada band 1.900 Mhz (CdmaOne dan CDMA 2000
menggunakan spectrum frekuensi sebesar 1.25 MHz) dan menggunakan chip rate
tiga kali lebih tinggi dari CDMA 2000 yaitu 3.84 Mcps (Mega Chip Per Second).
Secara teknik dalam jaringan UMTS terjadi pemisahan antara circuit switch
(cs) dan packet switch (ps) pada link yang menghubungkan mobile equipment
(handphone) dengan BTS (RNC) sedangkan pada GPRS dan CDMA 2000 1x tidak
terjadi pemisahan melainkan masih menggunakan resource yang sama di air
interface (link antara Mobile Equipment dengan Base Station). HSPDA (High Speed
Packet Downlink Access) merupakan kelanjutan dari UMTS dimana ini
menggunakan frekuensi radio sebesar 5MHz dengan kecepatan mencapai 2Mbps.
Ada 5 operator telekomunikasi di Indonesia yang telah memiliki lisensi 3G (IMT
2000). Tiga diantara operator tersebut adalah operator yang telah memberikan
layanan telekomunikasi generasi kedua (GSM) dan kedua setengah (GPRS). Jika
operator tersebut akan mengimplementasikan teknologi UMTS maka ada
penambahan perangkat seperti base station (Node B) dan RNC(Radio Network
Controller) dan upgrade software. Adapun yang harus di upgrade adalah pada
radio akses karena GSM menggunakan metode akses TDMA dan FDMA dan
menggunakan frekuensi radio 900KHz dan 1800 MHz sedangkan UMTS
menggunakan metode akses WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)
dengan frekuensi radio 5 MHz. Oleh karena itu perlu penambahan Radio Access
Network Control (RNC) dan juga perlu penambahan base station WCDMA (Node
B) dan tentunya juga terminal harus diganti dan jugaupgrade software pada
MSC,SGSN dan GGSN.
Untuk mengimplementasikan UMTS sebagai teknologi generasi ketiga
membutuhkan biaya yang besar. Biaya tersebut diperuntukkan untuk membayar
lisensi 3G kepada pemerintah, membayar lisensi 3G kepada vendor 3G, biaya
penambahan Base Station/Node B, RNC(Radio Network Controller) dan biaya
upgrade software pada MSC (Mobile Switching Centre), SGSN (Serving GPRS
Support Node), GGSN(Gateway GPRS Support Node) dan jaringan lain.
235
Salah satu contoh layanan yang paling terkenal dalam 3G adalah video call
dimana gambar dari teman kita bicara dapat dilihat dari handphone 3G kita.
Layanan lain adalah , video conference, video streaming, baik untuk Live TV maupun
video portal, Video Mail, PC to Mobile, serta Internet Browsing.
UMTS merupakan kelanjutan dari teknologi GSM/GPRS dimana
perbedaan utamanya adalah kemampuan akses data yang lebih cepat. Kecepatan
akses data dalam UMTS bisa mencapai 2Mbps (indoor dan low range outdoor).
Akan tetapi jika kita bandingkan dengan GPRS maka kecepatan datanya juga bisa
mencapai 115 kpbs dimana untuk penggunaan akes internet sudah memadai.
Sebuah sistem telekomunikasi dasar terdiri dari tiga perangkat utama seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.122, yaitu pemancar, saluran transmisi dan
penerima.
a. Pemancar
memproses sinyal input untuk menghasilkan sinyal listrik yang akan
ditransmisikan agar sesuai dengan karakteristik saluran transmisi.
Pemrosesan sinyal untuk transmisi termasuk modulasi dan mungkin juga
coding.
b. Saluran Transmisi
merupakan media listrik yang menjembatani jarak dari sumber informasi
ke tujuan. Dapat berupa sepasang kabel, kabel koaksial, atau gelombang
radio atau sinar laser. Setiap saluran transmisi menyebabkan sebagian
jumlah kerugian transmisi atau redaman, sehingga daya sinyal semakin
menurun dengan semakin jauhnya jarak transmisi.
c. Penerima
beroperasi ketika menerima sinyal output dari saluran transmisi sebagai
persiapan untuk pengiriman ke transduser di tempat tujuan. Operasi di
penerima termasuk amplifikasi untuk mengkompensasi hilangnya sinyal
selama transmisi, demodulasi dan decoding untuk membalikkan sinyal
informasi seperti semula. Filter adalah fungsi penting lain dari penerima.
236
Gambar 5.122. Elemen Dasar Sistem Telekomunikasi
237
Gambar 5.123. Sinyal analog dengan puncak gelombang yang terus menerus
berubah-ubah setiap siklus waktu
238
tidak merubah amplitudo pembawa. PM jarang digunakan karena memerlukan
perangkat keras penerima yang lebih kompleks. Keuntungan PM adalah potensi
gangguan dan daya yang dibutuhkan lebih kecil.
239
frekuensinya lebih rendah, sehingga informasi tadi dapat disampaikan. Proses
modulasi membutuhkan dua buah sinyal yaitu sinyal pemodulasi yang berupa
sinyal informasi yang dikirim, dan sinyal carrier dimana sinyal informasi tersebut
ditumpangkan. Tujuan dilakukannya proses modulasi antara lain:
1. Memudahkan proses radiasi
a. Pada kanal komunikasi berupa udara, diperlukan antena untuk proses
pemancaran/radiasi dan penerimaan sinyal.
b. Dimensi antena adalah berbanding terbalik dengan frekuensi sinyal yang
dipancarkan/diterimanya.
2. Memungkinkan multiplexing jika sebuah media transmisi dapat digunakan
oleh beberapa kanal, maka modulasi dapat digunakan untuk menempatkan
masing-masing kanal pada wilayah spektrum frekuensi yang berbeda.
Contohnya : teknik FDM pada sistem telepon.
Informasi yang akan disampaikan berbentuk sinyal digital, yaitu pulsa
yang menyatakan nilai 1 & 0. Sinyal digital ini tidak dapat ditransmisikan begitu
saja menggunakan gelombang radio, karena bandwidth (lebar pita) yang dipakai
oleh sinyal digital terlalu lebar. Sinyal ini harus dimodifikasi agar ia dapat
ditrasmisikan. Modifikasi terhadap sinyal ini dinamakan modulasi. Dalam
mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan
dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan data,
dan pemprosesan atau pengaturang apa yang perlu dilakukan sepanjang saluran
untuk memastikan bahwa data yang diterima dapat dimengerti dengan baik.
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit
stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebenarnya adalah proses
mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian
rupa sehingga bentuk hasilnya memiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1). Berarti
dengan mengamati sinyal carriernya, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai
clock (timing dan sinkronisasi). Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal
digital setiap tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk
pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam atau optik) atau
non fisik (gelombang radio)[1].
240
5.2 Teknik Modulasi Digital
Pada dasarnya dikenal 3 prinsip dasar modulasi digital yaitu: ASK, FSK, dan PSK.
1. Amplitude Shift-Keying
Amplitude Shift Keying (ASK) atau pengiriman sinyal digital berdasarkan
pergeseran amplitudo merupakan modulasi dengan mengubah-ubah amplitudo.
Dalam proses modulasi ini kemunculan frekuensi gelombang pembawa
tergantung pada ada atau tidak adanya sinyal informasi digital. Keuntungan
yang diperoleh dari metode ini adalah bit per-baud (kecepatan digital) lebih besar.
Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level acuan yang dimilikinya,
yakni setiap sinyal yang diteruskan melalui saluran transmisi jarak jauh selalu
dipengaruhi oleh redaman dan distorsi lainnya. Oleh sebab itu metode ASK
hanya menguntungkan bila dipakai untuk hubungan jarak dekat saja. Dalam hal
ini faktor noice atau gangguan juga harus diperhitungkan dengan teliti, seperti
juga pada sistem modulasi AM. Blok diagram Modulator FSK dapat dilihat pada
Gambar 5.126.
241
pembawa. FSK termudah adalah FSK biner (BFSK). BFSK berarti menggunakan
sepasang frekuensi diskrit untuk mengirimkan biner (0s dan 1s) informasi.
Dengan skema ini, "1" disebut frekuensi tanda dan "0" disebut frekuensi ruang.
Domain waktu dari sebuah carrier termodulasi FSK diilustrasikan pada Gambar 8
[2].
Data
Carrier
242
Pemancar FSK
Dengan FSK biner, frekuensi center dan carriernya digeser (dideviasikan)
oleh data masukan biner. Konsekuensinya, output dari sebuah modulator FSK
adalah fungsi bertingkat dalam domain frekuensi. Sinyal input biner berubah dari
logika “0” ke logika “1”, dan sebaliknya, output FSK di geser di antara 2
frekuensi: frekuensi “mark” atau berlogika 1 dan frekuensi “space” atau berlogika
0. Dengan FSK, ada perubahan kondisi frekuensi output mengikuti kondisi logik
dari perubahan sinyal input biner. Konsekuensinya, perubahan kecepatan output
sama dengan perubahan kecepatan inputnya. Pada modulasi digital, perubahan
kecepatan pada input modulator disebut “bit rate” dan mempunyai satuan bit per
second (bps). Perubahan kecepatan pada output modulator disebut “baud” atau
“baud rate” dan sama dengan waktu dari satu elemen sinyal output. Pada FSK
perubahan kecepatan input dan outputnya adalah sama, sehingga bit rate dan baud
rate adalah sama [2].
MI = F / Fa
Dimana
MI = index modulasi
F = frekuensi deviasi (Hz)
Fa = frekuensi modulasi (Hz)
243
Dimana :
Vfsk (t) : Frequency Shift Keying Wave
Vm (t) : Digital Information (Modulating) Singnal (-1 or +1V)
Vc : Carrier Amplitude (V)
Fc : Analog Carrier Frekuensi (Hz)
Δf : Change (Shif ) in the carrier frequnecy (Hz)
Penerima FSK
Sirkuit yang paling umum yang digunakan untuk sinyal demodulasi FSK
adalah Phase-Locked Loop (PLL). Sebuah PLL FSK demodulator bekerja sangat
banyak seperti PLL-FM demodulator. Sebagai input untuk daya PLL antara Mark
244
dan Space frekuensi [2]. Tegangan error dc pada output phasa comparator sesuai
dengan daya frekuensi. Karena hanya ada 2 input frekuensi (Mark dan Space),
maka output tegangan error hanya 2. Salah satunya berupa logic 1 dan lainnya
logic 0. Oleh karena itu, outputnya adalah 2 level (binary) merepresentasikan input
FSK.
Pada umumnya, frekuensi natural dari PLL dibuat sama dengan frekuensi
inti dari FSK demodulator. Sebagai hasilnya, perubahan pada tegangan error dc
sesuai dengan perubahan pada analog input frekuensi dan symmetric disekitar 0V
dc.
FSK mempunyai performance error yang sedikit dibanding PSK atau QAM.
Dan sebagai akibatnya,jarang digunakan untuk performance tinggi system radio
digital. Penggunaanya dibatasi untuk performance rendah, harga-rendah, modem
data disynkronous yang digunakan pada komunikasi data over analog, band
saluran telepon.
Pembangkitan sinyal BFSK dilakukan dengan melalukan data biner dalam
format polar ke modulator frekuensi (Voltage Controlled Oscillator), seperti tampak
pada Gambar 5.130. Ketika input modulator berubah dari +V ke –V, maka
frekuensi yang ditransmisikan akan berubah juga[4].
Konstelasi ini mengalokasikan satu dimensi untuk setiap vektor yang kita ingin
mengirimkan. Konstelasi ini milik keluarga konstelasi ortogonal. Hal sederhana
untuk mengamati bahwa jumlah dimensi di konstelasi ini adalah sama dengan
jumlah pesan.
245
Karena semua vektor sama-sama terletak di tepat satu sumbu, daya
transmisi untuk setiap vektor konstan. Maka konstelasi ini sangat cocok untuk
sistem komunikasi yang memerlukan daya konstan untuk transmisi. Unsur yang
optimal dalam hal ini hanyalah vektor yang duduk di kuadran yang membawa
spektral daya maksimum sinyal yang diterima. Ini hanyalah vektor cocok untuk
kuadran yang memberikan nilai maksimal di outlet detektor. Hasil ini sangat
intuitif karena kita tahu bahwa kanal AWGN memiliki kemungkinan tipis untuk
mengalihkan sinyal dari satu kuadran yang lain. Pelaksanaan elemen keputusan
sangat sederhana dalam hal ini.
Karena semua vektor sama-sama terletak di tepat satu sumbu, jarak antara
setiap beberapa vektor konstan. Dengan kata lain, jarak antar vektor yang
independen dengan jumlah vektor. Kenyataan ini hanya berarti bahwa kita tidak
harus merusak BER dalam rangka untuk menambah pesan lebih memungkinkan
untuk transmisi.
Perhatikan bahwa dalam konstelasi lain selalu ada ketegangan antara BER
dan jumlah pesan, atau data rate (ingat bahwa lebih banyak kemungkinan untuk
pesan berarti tariff yang lebih tinggi data).
Kekurangan:
Disimpulkan bahwa bandwidth yang diperlukan untuk konstelasi ini terus
semakin tinggi dan lebih tinggi. Fakta ini hanya membuat konstelasi ini tidak
praktis untuk situasi saat kita ingin mengirimkan banyak pesan. Dengan kata
lain, data rate hanya terbatas karena tempat persyaratan akut untuk bandwidth
sistem komunikasi yang digunakan.
Meskipun metode ini memiliki sifat tertinggi banyak, terutama yang
menyiratkan BER konstan untuk pesan sebanyak yang kami inginkan, fakta
bahwa metode ini mengkonsumsi meningkatkan jumlah bandwidth hanya
membuat metode ini tidak praktis. konstelasi FSK dapat ditemukan ketika
sejumlah kecil pesan sedang dikirim, atau ketika ada persyaratan yang
memberatkan dari keandalan (yang BER) dari sistem komunikasi.
Multiplexing
Di dalam sistem komunikasi, teknik digital pertama kali diaplikasikan
untuk sistem telepon yang menggunakan teknik Time Division Multipleksing
(TDM). Pada prinsipnya, sinyal suara dari berbagai sumber akan dibagi ke dalam
slot-slot waktu dengan ukuran sama, yang kemudian akan diurutkan dan
selanjutnya akan dilewatkan ke dalam medium transmisi yang sama.
Dibandingkan dengan pengaplikasian TDM terhadap sinyal analog, teknik digital
memiliki keunggulan dalam hal reliabilitas terhadap gangguan (noise), distorsi,
246
dan interferensi lain. Degradasi sinyal akibat beberapa faktor gangguan tersebut
di atas dapat diatasi dengan kemampuan teknik digital melakukan regenerasi
sinyal, suatu teknik yang tidak dapat diaplikasikan terhadap sinyal analog.
247
demultiplexer akan terdapat filter yang bertujuan untuk mendapatkan sinyal
keluaran yang akan sama dengan sinyal informasi inputnya.
Gelombang suara dari percakapan telepon di sample sekali 125msec, dan
setiap sample diconvert menjadi 8 bit data digital. Dengan menggunakan teknik ini,
kecepatan transmisi 64000bit/sec dibutuhkan untuk mentransmisikan suara
tersebut. T1 line sebenarnya merupakan sebuah channel yang mampu
mentransmisikan pada kecepatan 1,544 Mbit/sec. Kecepatan transmisi ini lebih
lebar di bandingkan kabel telepon pada umumnya, sehingga TDM digunakan
untuk mengijinkan sebuah T1 line untuk membawa 24 sinyal suara yang berbeda.
Dengan satu frame terdiri dari 193bit, sehingga kecepata tiap framenya 125μs.
Tipa frame tersebut kemudian dibagi menjadi 24 slot sinyal suara dan 8 bit
digital code. TDM digunakan karena alasan biaya, semakin sedikit kabel yang
digunakan dan semakin simple receiver yang dapat dipakai utnuk
mentransmisikan data dari banyak sumber untuk banyak tujuan membuat TDM
lebih murah dibandingkan yang lain. TDM ini juga menggunakan bandwidth yang
lebih sedikit daripada Frequency Division Multipxing (FDM). Dengan lebar
bandwidth yang kecil, membuat bitrate semakin cepat, namun daya yang
digunakan semakin besar [4].
248
memungkinkan komunikasi directional lebih dari satu saluran, ini biasanya
disebut Wavelngth Division Multiplexing (WDM).
Wavelength Division Multiplexing adalah istilah umum yang diterapkan
pada sebuah carrier optik yaitu panjang gelombang, sedangkan frequency division
multiplexing biasanya diterapkan ke operator radio. Dalam hal ini panjang
gelombang dan frekuensi berbanding terbalik, serta radio cahaya adalah kedua
bentuk radiasi elektromagnetik.
249
Dimana Re(.) adalah bagian real dari persamaan, f(t) adalah respons implus dari
filter transmisi, T adalah periode simbol, v o adalah frekuensi pembawa (carrier
frequency) dalam bentuk radian, j adalah fase pembawa (carrier phase), dan bn
adalah data informasi yang telah termodulasi yang menjadi input dari IDFT.
Pada stasiun penerima, dilakukan operasi yang berkebalikan dengan apa
yang dilakukan di stasiun pengirim. Mulai dari konversi dari serial ke parallel,
kemudian konversi sinyal parallel dengan Fast Fourier Transform (FFT), setelah itu
demodulasi, konversi parallel ke serial, dan akhirnya kembali menjadi bentuk
data informasi.
Pada OFDM, frekuensi-frekuensi multicarrier tersebut saling tegak lurus,
yang berarti bahwa crosstalk di antara sub-channels dihilangkan dan inter-carrier
guard bands tidak diperlukan. Istilah orthogonal dalam Orthogonal Frequency
Division Multiplexing (OFDM) mengandung makna hubungan matematis antara
frekuensi-frekuensi yang digunakan.
Pemakaian frekuensi yang saling orthogonal pada OFDM memungkinkan
overlap antar frekuensi tanpa menimbulkan interferensi satu sama lain. Ada
beberapa kumpulan sinyal yang orthogonal, salah satunya yang cukup sering kita
gunakan adalah sinyal sinus, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.134.
250
kenyataannya tidak semudah itu. Karena pembatasan spektrum dari sinyal
OFDM tidak strict, sehingga terjadi distorsi linear yang mengakibatkan energi
pada tiap-tiap subchannel menyebar ke subchannel di sekitarnya, dan pada
akhirnya ini akan menyebabkan interferensi antar simbol (ISI). Solusi yang
termudah adalah dengan menambah jumlah subchannel sehingga periode simbol
menjadi lebih panjang, dan distorsi bisa diabaikan bila dipandingkan dengan
periode simbol. Tetapi cara diatas tidak aplikatif, karena sulit mempertahankan
stabilitas carrier dan juga menghadapi Doppler Shift.
Pendekatan yang relatif sering digunakan untuk memecahkan masalah ini
adalah dengan menyisipkan guard interval (interval penghalang) secara periodik
pada tiap simbol OFDM. Cyclic prefix yang ditransmisikan selama guard interval,
terdiri dari akhir dari symbol OFDM yang dikopi ke guard interval, dan guard
interval ditransmisikan diikuti dengan symbol OFDM. Alasan guard interval
terdiri dari kopi dari akhir simbol OFDM adalah agar receiver nantinya
mengintegrasi masing-masing multipath melalui angka integer dari siklus
sinusoid ketika proses demodulasi OFDM dengan FFT.
A. Keunggulan
OFDM adalah salah satu jenis dari multicarrier (FDM), tetapi memiliki
efisensi pemakaian frekuensi yang jauh lebih baik. Pada OFDM overlap antar
frekuensi yang bersebelahan diperbolehkan, karena masing-masing sudah saling
orthogonal, sedangkan pada sistem multicarrier konvensional untuk mencegah
interferensi antar frekuensi yang bersebelahan perlu diselipkan frekuensi
penghalang (guard band), dimana hal ini memiliki efek samping berupa
menurunnya kecepatan transmisi bila dibandingkan dengan sistem single carrier
dengan lebar spektrum yang sama. Sehingga salah satu karakteristik dari OFDM
adalah tingginya tingkat efisiensi dalam pemakaian frekuensi. Selain itu pada
multicarrier konvensional juga diperlukan band pass filter sebanyak frekuensi
yang digunakan, sedangkan pada OFDM cukup menggunakan FFT saja.
Karakter utama yang lain dari OFDM adalah kuat menghadapi frequency
selective fading. Dengan menggunakan teknologi OFDM, meskipun jalur
komunikasi yang digunakan memiliki karakteristik frequencyselective fading
(dimana bandwidth dari channel lebih sempit daripada bandwidth dari transmisi
sehingga mengakibatkan pelemahan daya terima secara tidak seragam pada
beberapa frekuensi tertentu), tetapi tiap sub carrier dari sistem OFDM hanya
mengalami flat fading (pelemahan daya terima secara seragam). Pelemahan yang
disebabkan oleh flat fading ini lebih mudah dikendalikan, sehingga performansi
dari sistem mudah untuk ditingkatkan. Teknologi OFDM bisa mengubah
frequency selective fading menjadi flat fading, karena meskipun sistem secara
keseluruhan memiliki kecepatan transmisi yang sangat tinggi sehingga
mempunyai bandwidth yang lebar, karena transmisi menggunakan subcarrier
(frekuensi pembawa) dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga kecepatan
transmisi di tiap subcarrier sangat rendah dan bandwidth dari tiap subcarrier
sangat sempit, lebih sempit daripada coherence bandwidth (lebar daripada
bandwidth yang memiliki karakteristik yang relatif sama).
251
Keuntungan yang lainnya adalah, dengan rendahnya kecepatan transmisi
di tiap subcarrier berarti periode simbolnya menjadi lebih panjang sehinnga
kesensitifan sistem terhadap delay spread (penyebaran sinyal-sinyal yang datang
terlambat) menjadi relatif berkurang.
B. Kelemahan
Sebagai sebuah sistem buatan menusia, tentunya teknologi OFDM pun tak
luput dari kekurangan-kekurangan. Diantaranya, yang sangat menonjol dan
sudah lama menjadi topik penelitian adalah frequency offset dan nonlinear distortion
(distorsi nonlinear).
Frequency Offset
Sistem ini sangat sensitif terhadap carrier frequency offset yang disebabkan oleh
jitter pada gelombang pembawa (carrier wave) dan juga terhadap Efek Doppler
yang disebabkan oleh pergerakan baik oleh stasiun pengirim maupun stasiun
penerima.
Distorsi Non-linier
Teknologi OFDM adalah sebuah sistem modulasi yang menggunakan multi-
frekuensi dan multi-amplitudo, sehingga sistem ini mudah terkontaminasi
oleh distorsi nonlinear yang terjadi pada amplifier dari daya transmisi.
Sinkronisasi sinyal
Pada stasiun penerima, menentukan start point untuk memulai operasi Fast
Fourier Transform (FFT) ketika sinyal OFDM tiba di stasiun penerima adalah
hal yang relatif sulit. Atau dengan kata lain, sinkronisasi daripada sinyal
OFDM adalah hal yang sulit.
2. Lembar Pelatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini dengan baik dan benar
1. Apa Fungsi dari gelombang carrier ?
2. Apa yang dimaksud dengan modulasi analog ?
3. Jelaskan perbedaan antara Modulasi Amplitudo (AM), Modulasi Frekuensi
(FM), dan Modulasi Fasa (PM) !
4. Sebutkan karakteristik komunikasi digital !
5. Apa yang anda ketahui tentang OFDM
252
C2. Media Transmisi Telekomunikasi
1. Lembar Informasi
253
Ada dua macam Twisted Pair Cable, yaitu : Kabel STP dan UTP
b. Coaxial Cable
Kabel koaksial pada Gambar 5.138 adalah
suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah
konduktor. Kabel ini banyak digunakan untuk
mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai
300 kHz keatas. Karena kemampuannya dalam
menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka
sistem transmisi dengan menggunakan kabel
koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup
besar. Ada beberapa jenis kabel koaksial, yaitu
thick coaxial cab le (mempunyai diameter besar)
dan thin coaxial cable (mempunyai diameter
lebih kecil).
Gambar 5.138. Kabel Koaksial
254
Keunggulan kabel koaksial adalah dapat digunakan untuk menyalurkan
informasi sampai dengan 900 kanal telepon, dapat ditanam di dalam tanah
sehingga biaya perawatan lebih rendah, karena menggunakan penutup isolasi
maka kecil kemungkinan terjadi interferensi dengan sistem lain.
Kelemahan kabel koaksial adalah mempunyai redaman yang relatif besar
sehingga untuk hubungan jarak jauh harus dipasang repeater-repeater, jika kabel
dipasang diatas tanah, rawan terhadap gangguan-gangguan fisik yang dapat
berakibat putusnya hubungan.
c. Fiber Optic
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik
yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain.
Serat yang digunakan berbentuk silinder seperti kawat pada umumnya,
terdiri dari dua bagian penting yaitu bagian inti (core), kulit (cladding),
pembungkus dan lapisan penguat. Penampangnya secara lengkap dapat kita lihat
pada Gambar 5.139. Dimana struktur serat optic terdiri dari:
2. Cladding (lapisan)
Terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias lebih kecil dari core.
Merupakan selubung dari core.
Memiliki diameter 2 – 250 m
255
Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi
perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).
Berfungsi untuk menjaga sinyal optik supaya merambat sepanjang core dan
untuk memperkuat kedudukan atau posisi core.
Berfungsi sebagai cermin, yakni memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya.
3. Coating (jaket)
Terbuat dari bahan plastik.
Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan, perubahan
temperatur, kelembaban, keausan dan lain-lain (pelindung mekanis) dan
merupakan tempat kode warna.
Sumber Optik
Fiber optik merupakan elemen transmisi dalam sistem Komunikasi Serat
Optik, yaitu pemanduan cahaya silindris. Sumber optik pada sistem transmisi
serat optik berfungsi sebagai pengubah besaran sinyal listrik atau elektris menjadi
sinal cahaya.
Ada dua jenis sumber optik yaitu :
a. LED (Light Emitting Diode) yang digunakan pada sistem komunikasi jarak
pendek dan kecepatan bit rendah (kurang dari 100 Mbps).
b. Dioda LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
semikonduktor atau Injection Laser Diode (ILD) umumnya digunakan untuk
sistem komunikasi jarak jauh dengan kecepatan bit tinggi (lebih besar dari 1
Gbps).
256
Gambar 5.140. Struktur core dan cladding pada fiber optik
Menurut hukum Snellius jika seberkas sinar masuk pada suatu ujung
fiber optik (media yang transparan) dengan sudut kritis dan sinar itu datang
dari medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari udara menuju inti
fiber optik (kuartz murni) yang mempunyai indeks bias yang lebih besar
maka seluruh sinar akan merambat sepanjang inti (core) fiber optik menuju
ujung yang satu.
Cahaya merambat dalam fiber optik dengan menggunakan pantulan
sempurna supaya energi tidak keluar dari core. Pada peristiwa pantulan
sempurna oleh kulit, sebetulnya masih disertai juga oleh rembesan sinar ke
dalam kulit. Hal ini dapat menyebabkan kerugian transmisi dan
menyebabkan sinar yang tak sejajar sumbu serat mencapai ujung seberang
lebih dulu, sinar memiliki laju rambat yang lebih besar di dalam kulit
daripada di dalam inti.
Diperlukan sudut masuk tertentu supaya dapat merambat dengan cara
ini. Sudut masuk ini disebut cone angle. Refleksi-pantulan dalam fiber bisa
dilihat pada Gambar 5.141.
kritis
Karena ukuran core sangat kecil, maka sumber cahaya harus dapat
difokuskan.
257
1. Multimode Fiber
Multimode fiber adalah tipe pertama fiber yang dikomersilkan. Multimode fiber
ini memiliki core yang lebih besar dari pada single mode fiber yang menyediakan
beratus-ratus mode cahaya untuk penyebaran sinyal secara serentak. Sedangkan
multi-mode fiber digunakan terutama pada sistem dengan jarak transmisi yang
pendek (dibawah 2 km) seperti jaringan data private dan aplikasi optik paralel.
258
Gambar 5.142. Profil Indeks Bias Singlemode dan Multimode
259
tembaga (copper). Terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang
gelombang sekitar 1310 nm yaitu kurang dari 0,5 dB/km.
Kebal terhadap induksi, artinya tidak terpengaruh oleh kilat dan transmisi
radio.
Keamanan rahasia informasi lebih baik, artinya penyadapan informasi dengan
induksi atau hubungan sederhana tidak dapat dilakukan.
Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnetis.
Serat optik terbuat dari kaca atau plastik yang merupakan isolator berarti
bebas dari interferensi medan magnet misalnya gangguan petir, transmisi RF,
sentakan elektromagnetik yang disebabkan karena ledakan nuklir / petir.
Karena di dalam serat tidak terdapat tenaga listrik, maka tidak akan terjadi
bahaya sengatan listrik, kebocoran ke tanah/ground atau hubung singkat. Di
samping itu serat tahan terhadap gas beracun, bahan kimia dan air, sehingga
cocok ditanam dalam tanah.
Tidak mengalihkan arus karena terbuat dari kaca atau plastik.
Sistem dapat dihandalkan dan mudah dipelihara.
Penambahan kanal / kapasitas terpasang lebih mudah.
Tidak ada cakap silang (crosstalk).
Tidak berkarat
Tahan terhadap temperatur tinggi.
Konsumsi daya rendah.
Substan sangat rendah, sehingga memperkecil jumlah sambungan dan jumlah
pengulang.
Di samping kelebihan yang telah disebutkan di atas, serat optik juga
mempunyai beberapa kelemahan di antaranya, yaitu :
Serat optik tidak dapat menyalurkan energi listrik atau elektris, oleh karena
itu repeater harus dicatu secara lokal atau dicatu secara remote, menggunakan
kabel tembaga yang terpisah dan pada sistem repeater, transmitter dan
receiver perlu pengubahan energi listrik ke optik dan sebaliknya.
Intensitas energi cahaya yang dipancarkan pada sinar inframerah jika terkena
retina mata dapat merusakkan retina mata.
Konstruksi serat optik cukup lemah atau rapuh.
Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang
berlebihan.
Perangkat terminasi lebih mahal.
Perangkat sambung relatif lebih sulit, karena terbuat dari bahan gelas silica,
memerlukan penanganan yang lebih hati-hati dan harus menggunakan teknik
dan ketelitian yang tinggi.
Perbaikan lebih sulit
260
a. Gelombang mikro
Gelombang mikro (microwave) merupakan bentuk gelombang radio yang
beroperasi pada frekuensi tinggi (dalam satuan gigahertz) seperti terlihat pada
Gambar 15, yang meliputi kawasan UHF, SHF dan EHF. Gelombang mikro
banyak digunakan pada sistem jaringan MAN, warnet dan penyedia layanan
internet (ISP).
Keuntungan menggunakan gelombang mikro adalah akuisisi antar menara
tidak begitu dibutuhkan, dapat membawa jumlah data yang besar, biaya murah
karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan yang luas, frekuensi tinggi
atau gelombang pendek karena hanya membutuhkan antena yang kecil.
Kelemahan gelombang mikro adalah rentan terhadap cuaca seperti hujan dan
mudah terpengaruh pesawat terbang yang melintas di atasnya.
b. Satelit
Satelit adalah media transmisi yang fungsi utamanya menerima sinyal dari
stasiun bumi dan meneruskannya ke stasiun bumi lain. Satelit yang mengorbit
pada ketinggian 36.000 km di atas bumi memiliki angular orbital velocity yang
sama dengan orbital velocity bumi. Hal ini menyebabkan posisi satelit akan relatif
stasioner terhadap bumi (geostationary), apabila satelit tersebut mengorbit di atas
khatulistiwa. Pada prinsipnya, dengan menempatkan tiga buah satelit
geostationary pada posisi yang tepat dapat menjangkau seluruh permukaan bumi.
Adapun berdasarkan klasifikasi ketinggian orbit satelit, maka dapat dibagi seperti
terlihat pada Gambar 24.
Low Earth orbit (LEO): orbit geosentrik dengan jarak pada ketinggian dari
500-900 km.
Orbit Rendah Sirkuler
Ketinggian satelit konstan dengan jarak ratusan km.
Perioda orbit sekitar 90 menit
Orbitnya mendekati inklinasi 90o yang menjamin satelit melintasi semua
wilayah bumi.
Medium Earth orbit (MEO): orbit geosentrik dengan jarak pada ketinggian
5,000 - 12,000 km
Orbit Menengah Sirkuler dinamakan juga sebagai Intermediate Circular
Orbits (ICO)
Ketinggian satelit dari bumi sekitar 10,000 km dan dengan inklinasi 50 o dan
period 6 jam
Dengan konstelasi 10 sampai 15 satelit, suatu peliputan bumi kontinu
dijamin
GEO: Geostationary Earth Orbit
Orbit Sirkuler dengan inklinasi zero ( equatorial)
Orbit satelit mempunyai ketinggian 35,786 km dengan kecepatan sama
dengan perputaran bumi.
Satu satelit mampu mengcover 43% permukaan bumi
261
Gambar 5.144. Jenis Orbit Satelit
262
Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan
ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik
dipermukaan bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah
GPS milik Amerika Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila
pandangan antara satelit dan penerima di tanah tidak ada gangguan, maka
dengan sebuah alat penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh
data posisi di suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu
nyata.
Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi
yang menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan
tenaga surya kepada antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan
untuk menggantikan sumber tenaga konvensional.
Stasiun angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai
tempat tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan
dengan pesawat angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa
utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan lain digunakan sebagai
transportasi dari dan ke stasiun. Stasiun angkasa dirancang untuk hidup
jangka-menengah di orbit, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan
tahunan.
Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan
iklim Bumi.
Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat
untuk mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit
mikro (di bawah 200 kg), satelit nano (di bawah 10 kg).
c. Inframerah
Inframerah biasa digunakan untuk komunikasi jarak dekat, dengan
kecepatan 4 Mbps. Dalam penggunaannya untuk pengendalian jarak jauh,
misalnya remote control pada televisi serta alat elektronik lainnya. Keuntungan
inframerah adalah kebal terhadap interferensi radio dan elekromagnetik,
inframerah mudah dibuat dan murah, instalasi mudah, mudah dipindah-pindah,
263
keamanan lebih tinggi daripada gelombang radio. Kelemahan inframerah adalah
jarak terbatas, tidak dapat menembus dinding, harus ada lintasan lurus dari
pengirim dan penerima, tidak dapat digunakan di luar ruangan karena akan
terganggu oleh cahaya matahari. Adapun kegunaan infra merah dalam
telekomunikasi adalah sbb.
Adanya sistem sensor infra merah. Sistem sensor ini pada dasarnya
menggunakan inframerah sebagai media komunikasi yang menghubungkan
antara dua perangkat. Penerapan sistem sensor infra ini sangat bermanfaat
sebagai pengendali jarak jauh, alarm keamanan, dan otomatisasi pada sistem.
Adapun pemancar pada sistem ini terdiri atas sebuah LED (Lightemitting
Diode)infra merah yang telah dilengkapi dengan rangkaian yang mampu
membangkitkan data untuk dikirimkan melalui sinar inframerah, sedangkan
pada bagian penerima biasanya terdapat foto transistor, fotodioda, atau
modulasi infra merah yang berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang
dikirimkan oleh pemancar.
Adanya kamera tembus pandang yang memanfaatkan sinar inframerah. Sinar
inframerah memang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang manusia,
namun sinar inframerah tersebut dapat ditangkap oleh kamera digital atau
video handycam. Dengan adanya suatu teknologi yang berupa filter iR PF
yang berfungi sebagai penerus cahaya infra merah, maka kemampuan
kamera atau video tersebut menjadi meningkat. Teknologi ini juga telah
diaplikasikan ke kamera handphone
Untuk pencitraan pandangan seperti nightscoop
Inframerah digunakan untuk komunikasi jarak dekat, seperti pada remote
TV. Gelombang inframerah itu mudah untuk dibuat, harganya relatif murah,
tidak dapat menembus tembok atau benda gelap, serta memiliki fluktuasi
daya tinggi dan dapat diinterfensi oleh cahaya matahari.
Sebagai alat komunikasi pengontrol jarak jauh. Inframerah dapat bekerja
dengan jarak yang tidak terlalu jauh (kurang lebih 10 meter dan tidak ada
penghalang)
Sebagai salah satu standardisasi komunikasi tanpa kabel. Jadi, inframerah
dapat dikatakan sebagai salah satu konektivitas yang berupa perangkat
nirkabel yang digunakan untuk mengubungkan atau transfer data dari suatu
perangkat ke parangkat lain. Penggunaan inframerah yang seperti ini dapat
kita lihat pada handphone dan laptop yang memiliki aplikasi inframerah.
Ketika kita ingin mengirim file ke handphone, maka bagian infra harus
dihadapkan dengan modul infra merah pada PC. Selama proses pengiriman
berlangsung, tidak boleh ada benda lain yang menghalangi. Fungsi
inframerah pada handphone dan laptop dijalankan melalui teknologi IrDA
(Infra red Data Acquition). IrDA dibentuk dengan tujuan untuk
mengembangkan sistem komunikasi via inframerah.
264
2. Lembar Pelatihan
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar.
1. Apa yang dimaksud dengan media transmisi.
2. Media transmisi ada dua, sebutkan masing-masing media transmisi tersebut
beserta karakteristiknya.
3. Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
transmisi.
4. Pada media transmisi serat optik sekarang sangat banyak digunakan sebutkan
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut.
5. Pada media transmisi tanpa kabel sekarang telah berkembang pesat, apa yang
menyebabkan hal tersebut terjadi
1. Lembar Informasi
GSM
Global system for Mobbile atau GSM adalah generasi kedua dari standar
sistem sistem seluller yang tengah dikembangkan untuk mengatasi problem
fragmentasi yang terjadi pada standar pertama di negara Eropa . GSM adalah
sistem standar sellular pertama didunia yang menspesifikasikan digital
modulation dan network level architectures and service. Sebelum muncul standar
GSM ini negara-negara di Eropa menggunakan standar yang berbeda-beda ,
sehingga pada saat itu tidak memungkinkan seorang pelanggan menggunakan
singele subscriber unit untuk menjangkau seluruh benua Eropa.
Pada awalnya sistem GSM ini dikembangkan untuk melayani sistem
seluler pan- Eropa dan menjanjikan jangkauan network yang lebih luas seperti
halnya penggunaan ISDN. Pada perkembangaannya sistem GSM ini mengalami
kemjuan pesat dan menjadi standar yang paling populer di seluruh dunia untuk
sistem seluler.Bahkan pertumbuhannya diprediksikan akan mencapai 20 samapai
50 juta pelanggan pada tahun 2000.
Penggunaan alokasi frekuensi 900 MHz oleh GSM ini diambil berdasarkan
rekomendasi GSM (Gropue special Mobile) cimitte yang merupakan salah satu
grup kerja pada confe'rence Europe'ene Postes des Telecommunication (CEPT).
Namun pada akhirnya untuk alasan marketing GSM berubah namanya menjadi
yhe Global System for Mobile Communication, sedangkan standar teknisnya
diambil dari European Technical Standards Institute (ETSI).
GSM pertama kali diperkenalakan di Eropa pada tahun 1991 kemudian
pada akhir 1993 , beberapa negara non Amerika seperti Amerika Selatan , Asia
dan Australia mulai mengadopsi GSM yang akhirnya menghasilkan standar baru
yang mirip yaitu DCS 1800, yang mendukung Personal Communiction Service
(PCS) pada freuensi 1,8 Ghz sampai 2 GHz.
265
Arsitektur GSM
secara garis besar terdiri dari 4 subsistem yang terkoneksi dan berinteraksi antar
sistem dan dengan user melalui network interface, seperti dapat dilihat pada
Gamabr subsistem tersebut adalah:
2. Base Station
Terdiri atas Base Station Controller dan Base Transceiver Station. Dimana fungsi dari
BSS adalah mengontrol tiap – tiap BTS yang terhubung kepada nya. Sedangkan
fungsi dari BTS adalah untuk berhubungan langsung dengan MS dan juga
berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal.
266
2. CDMA
CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu
teknik akses jamak (Multiple Access) yang memisahkan percakapan dalam
domain kode. CDMA merupakan teknologi digital tanpa kabel (Digital Wirless
Teknologi) yang pertama kali dibuat oleh perusahaan Amerika – Qualcomm
CDMA merupakan beberapa penggunaan dari berbagai spektrum frekuensi yang
sama tanpa ada pembicaraan ganda.
Hal ini menyebabkan CDMA lebih tahan terhadap interferensi dan noise.
Untuk menandai user yang memakai spektrum frekuensi yang sama, CDMA
menggunakan kode yang unik yaitu PRCS (Pseudo – Random Code Sequence)
Berbeda dengan FDMA (frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time
Division Multiple Access), maka CDMA menggunakan waktu dan Frequency
yang sama dalam akses untuk masing-masing user. Penggunaan frekuensi dan
waktu yang sama menyebabkan CDMA rentan terhadap interferensi. Semakin
besar interferensi yang terjadi maka kapasitas CDMA semakin kecil.
CDMA membawa manfaat yang besar dan berada diatas teknologi serupa
yang lain untuk saat ini. CDMA menawarkan kapasitas jaringan yang terbesar
untuk melayani lebih banyak pelanggan dengan biaya infrastrukstur yang sama.
CDMA menawarkan kecepatan transmisi data paling tinggi diantara yang lain.
Setiap user/pemakai di assign dengan bilangan biner yang dinamakan Direct
Sequence code
(DCS) ketika terjadi panggilan.
DCS adalah signal yang dibangkitkan oleh linier Modulation dengan
wideband Pseudorandom Noise (PN) sequence, sehingga Direct Sequence CDMA
menggunakan wider signal dari pada FDMA maupun TDMA. Wideband signal
berfungsi untuk mengurangi interference dan dapat melakukan frekuensi reuse
antar cell berlangsung bardampingan. Seluruh pengguna ada bersama-sama
dalam range spektrum radio frekuensi.
Kode-kode dibagi pada MS dan BS yang disebut Psendorandom Noise (PN)
sequence. Masing- masing kode/pemakai adalah layer dan secara simultan
ditransmisikan ke seluruh carrier. Keunikan dari CDMA adalah jumlah phone
call yang dapat dihandle oleh carrier terbatas dan jumlahnya tidak pasti. Kanal
trafik dibuat dengan penentuan masing-masing pengguna kode dengan carrier.
Teknik CDMA pada awalnya disebut dengan CDMA One yang
merupakan teknologi generasi kedua (2G). Versi revisinya IS-95 yang menjadi
basis sistem komersial CDMA 2G seluruh dunia. Dengan kecepatan koneksi 14,4
kbps. Kemudian CDMA merevisi stándar menjadi IS-95B. sistem CDMA 2,5 G ini
menawarkan kecepatan 64 kbps.
Pada CDMA2000 1X bisa memiliki kapasitas suara dua kali lipat pada
jaringan CDMAOne dan mengalirkan kecepatan data maksimal 307 kbps untuk
keadaan bergerak. Sedangkan CDMA2000 1X EV sendiri meliputi CDMA2000 1X
EV-DO (data only) yang bisa mengirimkan data sampai 2,4 Mbps dan
mendukung aplikasi seperti konferensi video.
Varian lainnya adalah CDMA2000 1X EV-DV yang mengintegrasikan voice
dan layanan multimedia data paket berkecepatan tinggi secara simultan pada
267
kecepatan 3,09 Mbps. Kemajuan yang dicapai CDMA tampaknya juga berkaitan
dengan harapan dari International Telecommunication Union (ITU). Lembaga
yang bekerja dengan badan-badan industri seluruh dunia menentukan standar
dan kebutuhan teknis yang diperuntukkan bagi sistem 3G melalui program IMT-
2000 (International Mobile Telecommunication-2000) yang merupakan standar
telekomunikasi 3G.
Kebutuhan bagi jaringan IMT-2000 adalah sejumlah perbaikan kapasitas
dan efisiensi spektrum melalui sistem 2G dan mendukung layanan data pada
kecepatan transmisi minimum 144 kbps untuk kondisi bergerak (outdoor) dan 2
Mbps dalam keadaan diam (indoor). Setelah teknologi GSM dan GPRS, keluarlah
teknologi WCDMA. WCDMA dengan CDMA 2000 memiliki parameter sistem
dan implementasi yang cukup berbeda, sehingga dalam beberapa hal WCDMA
dan CDMA 2000 berbeda. Meskipun demikian, banyak usaha-usaha yang sedang
dilakukan untuk mengurangi perbedaan diantara keduanya untuk menekan
biaya dan kompleksitas bagi masa depan jaringan nirkabel yang didukung oleh
kedua teknologi ini. WCDMA merupakan sebuah teknologi banyak akses yang
menggunakan modulasi DS-SS dan dapat menyediakan fasilitas pengaksesan
pengguna ke jaringan Public Switched Telephone Network (PSTN) serta dapat
mengirimkan layananlayanan suara, data, faksimili, ataupun multimedia.
Teknologi ini berbeda dengan teknik akses radio konvensional yang
menggunakan teknik pembagian lebar bidang frekuensi yang tersedia ke kanal
narrow atau kedalam slot waktu. Teknologi WCDMA dalam mengakses data
dilakukan secara terus menerus cellebar bidang frekuensi tertentu (5-15 MHz).
Beberapa keunggulan WCDMA adalah tahan terhadap interferensi, memiliki
efisiensi tinggi dan kapasitas tinggi bila diterapkan dalam konfigurasi multicell,
kemampuan transfer data yang tinggi sampai 384 Kbps untuk area luas dan 2
Mbps untuk area dalam, dapat digunakan untuk komunikasi multimedia, tidak
memerlukan sinkronisasi antar BTS, memiliki biaya infrastruktur yang rendah,
dan mendukung Antena Array Adaptive serta deteksi multiuser.
268
Gambar 5.147. Spektrum CDMA
269
membawa informasi yang sifatnya point to point antara BS dan MS. Sedangkan
common physical channel (CPHCH) merupakan kumpulan semua kanal fisik
yang membawa informasi akses, sifatnya point to point, multi point antara BS dan
MS. Kanal CDMA terdiri dari ”LOGICAL CHANNEL” sebagai berikut:
270
Berfungsi untuk meneruskan dan menyebarkan informasi yang
ditransmisikan oleh F-PCH pada sistem IS-95 oleh Base Station. F-BCCH dapat
bekerja secara discontinues. Dapat ditransmisikan secara berulang-ulang saat
F-BCCH transfer datanya lambat. Untuk mengurangi daya pancarnya.
Bersama-sama dengan F CCH mentransmisikan sinyal secara berulang-ulang,
sehingga MS menerima time diversity gain dengan cara mengkombinasikan
kedua kanal tersebut dengan sinyal informasi. Base Station dapat
menyesuaikan kapasitas yang berlebih dengan cara mengurangi kekuatan
daya pancarnya.
5. Q-PCH (Forward Quick Paging Channel)
Quick Paging Channel adalah sinyal modulasi-OOK yang dapat
dimodulasikan oleh MS secara cepat dan mudah. Tiap channel mengambil 80 ms
sebagai QPCH time slotnya. Tiap-tiap time slotnya dibagi lagi menjadi paging
indicator, configurasion change indicator dan broadcast indicator, ketiganya
digunakan untuk menginformasikan MS untuk menerima paging message,
broadcast message atau sistem parameter F-CCCH atau F-PCH
271
C. Kanal Pilot
Kanal Pilot sering disebut dengan Up dan Down link. Digunakan oleh
pesawat pelanggan untuk mendapatkan inisial sistem sinkronisasi dan
membedakan cell site yaitu mengenal dan mensinkronkan kode generator yang
dikirim dari BTS. Setiap sektor dari masing-masing call site memiliki kanal pilot
yang unik. Kanal pilot pada MS juga menyediakan time, frekuensi dan phase
tracking signal dari cell site.
D. Kanal Sync
Menyediakan MS dengan network information yang berhubungan dengan
identifikasi cell site, pilot transmit power dan cell set PN Offset dengan informasi
tersebut, MS dapat menetapkan sistem time sesuai dengan level transmit power
yang digunakan untuk memulai suatu call.
E. Kanal Paging
Menyediakan komunikasi BS ke MS.dari kanal ini BS dapat mempaging
MS dan dapat mengirim call set-up dan penempatan kanal trafik informasi.
F. Kanal Access
Menyediakan komunikasi dari MS ke BS ketika MS tidak menggunakan
areal trafik. Kanal access hanya terdapat direverse link. Areal access digunakan
pada permukaan call dan juga untuk merespon paging, order dan permintaan
registrasi.
272
5. CDMA-2000(1X) dapat mengirim data dengan kecepatan hingga 144 Kbps,
sementara GSM 9,6 Kbps. Sehingga dapat mendukung layanan SMS, MMS,
main game dan down load data melalui internet.
273
menjaga kanal radio tersebut dan melakukan buffer paket jika kanal radio sedang
tidak tersedia. MS biasanya mendukung enkripsi dan protokol seperti Mobile IP
dan Simple IP.
274
7. Authentication, Authorization and Accounting (AAA)
AAA mempunyai peran yang berbeda-beda tergantung pada tipe jaringan
dimana dia terhubung. Jika AAA server terhubung ke service provider network,
fungsi utamanya adalah melewatkan permintaan otentikasi dari PDSN ke Home
IP network, dan mengotorisasi respon dari home IP network ke PDSN. AAA juga
menyimpan informasi akunting dari MS dan menyediakan profil pelanggan dan
informasi QoS bagi PDSN. Jika AAA server terhubung ke home IP network, dia
melakukan otentikasi dan otorisasi bagi MS berdasarkan permintaan dari AAA
lokal. Jika AAA terhubung ke broker network, dia meneruskan permintaan dan
respon antara service provider network dan home IP network yang tidak
mempunyai hubungan bilateral.
10. Router
Berfungsi untuk merutekan paket data ke dan dari berbagai macam elemen
jaringan CDMA2000. Router bertanggung jawab untuk mengirim dan menerima
paket jaringan internal atau sebaliknya. Untuk menjamin keamanan ketika
berhubungan dengan aplikasi data kejaringan luar, maka diperlukan fire wall.
2. Lembar Pelatihan
275
C4. Instalasi Perangkat Telekomunikasi
1. Lembar Informasi
BTS
Base transceiver station (BTS) atau cell site adalah sebuah peralatan yang
memfasilitasi komunikasi nirkabel antara pengguna peralatan (UE) dan jaringan.
UE adalah perangkat seperti telepon seluler (ponsel), WLL telepon, komputer
dengan internet nirkabel konektivitas, WiFi dan WiMAX gadget dll Jaringan
dapat bahwa dari salah satu teknologi komunikasi nirkabel seperti GSM , CDMA
, WLL , WAN , WiFi , WiMAX dll .
BTS juga disebut sebagai radio base station
(RBS), node B (di Jaringan 3G) atau, cukup, base
station (BS). Untuk diskusi dari standar LTE yang
ENB singkatan untuk Evolved node B banyak
digunakan.
Meskipun istilah BTS dapat diterapkan ke
salah satu standar komunikasi nirkabel, biasanya
dan umumnya terkait dengan teknologi
komunikasi mobile seperti GSM dan CDMA.
Dalam hal ini, BTS merupakan bagian dari base
station subsystem (BSS) perkembangan untuk
sistem manajemen. Ini juga mungkin memiliki
peralatan untuk mengenkripsi dan mendekripsi
komunikasi, spektrum penyaringan alat (band
pass filter), dll antena juga dapat
Gambar 33. Perangkat BTS
(Siemens BS11μBTS)
dipertimbangkan sebagai komponen dari BTS dalam arti umum sebagai fungsi
BTS. Biasanya BTS akan memiliki transceiver beberapa (TRXs) yang
memungkinkan untuk melayani beberapa frekuensi yang berbeda dan berbagai
sektor sel (dalam kasus BTS sectorised). Sebuah BTS dikendalikan oleh base
station controller melalui fungsi base station kontrol (BCF). BCF ini dilaksanakan
sebagai unit diskrit atau bahkan tergabung dalam TRx di BTS . Para BCF
menyediakan operasi dan pemeliharaan (O & M)
koneksi dengan sistem manajemen jaringan (NMS), dan
mengelola kondisi operasi dari TRx masing-masing,
serta penanganan perangkat lunak dan koleksi alarm.
Struktur dasar dan fungsi dari BTS tetap sama tanpa
teknologi nirkabel.
Transceiver (TRx)
Dapat disebut sebagai driver penerima (DRx). DRx baik
dalam bentuk tunggal (sTRU), ganda (dTRU) atau Unit
276
Radio komposit ganda (DRU). Dasarnya transmisi dan penerimaan sinyal. Juga
tidak mengirim dan penerimaan sinyal ke / dari entitas jaringan yang lebih tinggi
(seperti controller base station di telepon selular).
Combiner
Menggabungkan feed dari beberapa DRxs sehingga mereka dapat dikirim melalui
antena tunggal. Memungkinkan pengurangan jumlah antena yang digunakan.
Duplexer
Untuk memisahkan sinyal yang dikirim dan diterima ke /dari antena. Dlam hal
ini juga mengatur apakah mengirim dan menerima sinyal melalui port antena
yang sama (kabel ke antena).
Antena
Ini adalah struktur yang letaknya di bawah BTS, bisa diinstal lagsung atau
disamarka bedasarka kebutuha dalam beberapa cara (situs sel dirahasiakan).
Selain antena atau keragaman ruang, ada teknik keragaman lain seperti frekuensi
/ waktu keragaman, keragaman pola antena, dan keragaman polarisasi.
277
Memisahkan aliran listrik dalam area tertentu
dari sel, yang dikenal sebagai sektor. Bidang atau
area hasil sektorisasi yag dihasilkan dapat
dianggap seperti satu sel baru.
278
yaitu 12/km2/tahun yang berarti pada setiap luas area 1 km2 berpotensi
menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Energy yang
dihasilkan oleh satu sambaran petir mencapai 55 kwhours.
Statistik menunjukan bahwa besaran arus Petir umumnya berkisar antara
30-80KA (pernah pula terdeteksi sampai 300KA) dan untuk lengkapnya dapat
dilihat pada tabel disamping ini. Semakin besar arus petir pada gilirannya akan
menyebakan kenaikan tegangan yang semakin besar.
279
tersebut, maka perlindungan yang sesuai harus diterapkan pada peralatan atau
instalasi terhadap bahaya sambaran petir secara langsung maupun tidak
langsung.
1. Menangkap Petir
Dengan jalan menyediakan system penerimaan (air terminal) yang
dapat dengan cepat menyambut luncuran arus petir, dalam hal ini
mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara
tepat dengan memperhitungkan besaran petir
2. Menyalurkan Petir
Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara
aman tanpa mengakibatkan terjadinya loncatan listrik
(imbasan) ke bangunan atau manusia.
3. Menampung Petir
Dengan cara membuat system pertanahan
sebaik mungkin (maximum tahanan tanah 5
ohm). Hal ini lebih di karenakan agar arus petir
yang turun dapat sepenuhnya diserap oleh
tanah dan menghindari terjadinya step potensial.
4. Proteksi Grounding
Mencegah terjadinya lonc atan yang
ditimbulkan adanya perbedaan potensial
tegangan antara satu system pentanahan
dengan yang lainnya.
280
5. Proteksi Jalur Power
Proteksi terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk
mencegah induksi ke peralatan melalui jalur power (yang
umumnya bersumber dari jaringan listrik yang cukup jauh).
2. Lembar Pelatihan
1. Apa fungsi duplexer pada BTS?
2. Apa yang mengontrol beberapa BTS?
3. Apa fungsi Power Amplifier?
4. Jelaskan mengapa diperlukan sektorisasi dalam sel BTS?
5. Jelasan prinsip proteksi petir untuk alat elektronik?
D. Audio Video
1. Lembar Informasi
Suara (SOUND)
Suara adalah
• fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda
• getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang
berubah secara kontinyu terhadap waktu
Konsep dasar
Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan
terjadi di udara sekitarnya. Pola osilasi yang terjadi dinamakan sebagai
“GELOMBANG”.
Gelombang mempunyai pola sama yang berulang pada interval tertentu, yang
disebut sebagai “PERIODE”.
Contoh suara periodik : instrument musik, nyanyian burung, dll Contoh suara
281
nonperiodik : batuk, percikan ombak, dll
Fourier Analysis suatu sinyal analog terdiri dari sebuah frekuensi sinusoidal
dimana amplitudonya serta fasanya berubah secara “relatif” antara satu dengan
lainnya
282
2. Amplitudo
Keras lemahnya bunyi atau tinggi rendahnya gelombang. - Satuan
amplitudo adalah decibel (db)
Bunyi mulai dapat merusak telinga jika tingkat volumenya lebih besar dari
85 dB dan pada ukuran 130 Db akan mampu membuat hancur gendang
telinga
3. Velocity
Kecepatan perambatan gelombang bunyi sampai ke telinga
pendengar.
Satuan yang digunakan : m/s
Pada udara kering dengan suhu 20 °C (68 °F)m
kecepatanrambat suara sekitar 343 m/s
Representasi Suara
Gelombang suara analog tidak dapat langsung direpresentasikan pada
komputer. Komputer mengukur amplitudo pada satuan waktu tertentu
untuk menghasilkan sejumlah angka. Tiap satuan pengukuran ini
dinamakan “SAMPLE”.
Nyquist Sampling Rate : untuk memperoleh representasi akurat dari suatu sinyal
analog secara lossless, amplitudonya harus diambil sample-nya setidaknya
pada kecepatan (rate) sama atau lebih besar dari 2 kali lipat komponen
frekuensi maksimum yang akan didengar.
283
Mis: Untuk sinyal analog dengan bandwith 15Hz - 10kHz
→sampling rate = 2 x 10KHz = 20 kHz
Adalah proses mengubah digital audio menjadi sinyal analog. DAC biasanya
hanya menerima sinyal digital Pulse Code Modulation (PCM). PCM adalah
representasi digital dari sinyal analog, dimana gelombang disample secara
beraturan berdasarkan interval waktu tertentu, yang kemudian akan
diubah ke biner. Proses pengubahan ke biner disebut Quantisasi. PCM
ditemukan oleh insinyur dari Inggris, bernama Alec Revees pada tahun 1937.
284
Kelebihan AAC dari MP3:
1. Sample ratenya antara 8 Hz - 96 kHz, sedangkan MP3 16 Hz - 48 kHz.
2. Memiliki 48 channel.
3. Suara lebih bagus untuk kualitas bit yang rendah (dibawah 16 Hz).
Audio CD [.cda]
Format untuk mendengarkan CD Audio
CD Audio stereo berkualitas sama dengan PCM/WAV yang memiliki
sampling rate 44100 Hz, 2 Channel (stereo) pada 16 bit.
Durasi = 75 menit dan dynamic range = 95 dB.
285
MIDI (Music Instrument Digital Interface)
Standard yang dibuat oleh perusahaan alat-alat musik elektronik berupa
serangkaian spesifikasi agar berbagai instrumen dapat berkomunikasi.
MIDI = format data digital
MIDI Message
Format MIDI message terdiri dari status byte (keterangan mengenai jenis
pesan) dan data bytes.
Terdapat 2 jenis MIDI message:
1. Channel Message (dikirim pada piranti tertentu)
Channel voice message : performance data antar MIDI device,
286
keyboard action, perubahan control panel
Channel mode message : bagaimana MIDI device penerima
merespon channel voice message
2. System Message (dikirim pada semua piranti dalam sistem)
System real-time message (1 byte) sinkronisasi waktu
System common message : mempersiapkan sequencer/synthesizer untuk
memainkan lagu
System exclusive message : personalisasi message
SOFTWARE - SOFTWARE
Winamp, RealPlayer, Windows Media Player, KMPlayer, QuickTime, XMMS,
ZoomPlayer, JetAuido, SoundForge, dbPowerAmp, MusicMatchJukeBox,
ITunes.
B. Televisi
Pendahuluan
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata
televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-
masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau
dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan
penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban
dunia. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan
dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph
Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era
komunikasi elektronik. Kemudian berturut-turut ditemukan tabung sinar
katoda (CRT), sistem televisi hitam putih, dan sistem televisi warna.
Tentunya perkembangan ilmu ini akan terus maju apalagi dengan
ditemukannya LCD, yang membuat TV di zaman ini semakin tipis
dengan hasil gambar yang tak kalah bagusnya dengan TV tabung. Jadi
di zaman ini kita harus tahu betul tentang sistem TV karena hampir
semua rumah tangga mempunyai TV baik yang hitam putih maupun
yang warna.
287
menjadi tiga warna dasar, yaitu merah (R= red), hijau (G=green), dan biru
(B=blue).
Hasil pemisahan ini akan dipancarkan oleh pemancar televisi.
Pada pesawat penerima televisi warna, semua warna alamiah yang telah
dipisah ke dalam warna dasar R (red), G (green), dan B (blue) akan dicampur
kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi Y
dan dua sinyal krominansi, yaitu V dan U menurut persamaan berikut :
Y = +0.30R +0.59G+0.11B
V = 0,877 ( R - Y )
U = 0,493 ( B- Y )
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang
ditransmisikan bersama sinyal gambar dalam modulasi frekuensi (FM)
untuk menghindari derau (noise) dan interferensi. Untuk memancarkan sinyal
ini, pada pemancar dan penerima harus memiliki sistem warna dan suara yang
sama. Sistem tersebut tentunya harus mengikuti standar dan berlaku secara
global. Dalam pengiriman gambar terdapat beberapa sistem, diantaranya:
NTSC, PAL dan SECAM. Untuk lebih jelasnya akan di bahas dalam bakuan
sistem.
Bakuan Sistem
PAL (Phase Alternating Line)
Adalah sebuah encoding warna yang digunakan dalam sistem televisi
broadcast, digunakan di seluruh dunia kecuali di kebanyakan
Amerika, beberapa di Asia Timur menggunakan NTSC, sebagian
Timur Tengah dan Eropa Timur, dan Prancis (menggunakan SECAM,
walaupun kebanyakan dari mereka telah memulai proses menggunakan PAL).
288
raster dan sisanya (vertical blanking interval) digunakan untuk sinkronisasi
dan penyapuan vertikal serta informasi lain seperti teks penutup dan
vertical interval timecode.
Pada raster yang lengkap, scanning genap (lower scanlines) yaitu garis 21-263
membentuk bidang gambar yang pertama dan scanning ganjil (upper
scanlines) yaitu garis 283-525 membentuk bidang gambar yang kedua.
Sebagai perbandingan, system PAL menggunakan 625 garis (576 visible
raster), atau dengan kata lain memiliki resolusi vertikal yang cukup tinggi,
tetapi memiliki resolusi frame yang rendah yaitu 25 frame atau 50 bidang
gambar per detik.
SECAM (Sequential Color with Memory)
Pada tahun 1957, Henri de France memperkenalkan sistem warna SECAM.
Dalam sistem SECAM, resolusi warna gambar dan ukuran secara vertikal
dikurangi. Sinyal Q dan I dari sistem NTSC tidak digunakan, sebagai gantinya
sinyal R-Y Dan B-Y digunakan sebagai sinyal modulasi, dan dipancarkan dengan
bandwidth yang sama. Keduanya tidak dipancarkan secara serempak seperti
halnya di dalam sistem NTSC dan PAL. Tetapi secara bergantian, satu garis
berisi sinyal R-Y dan garis yang berikutnya berisi sinyal B-Y. Suatu penundaan
garis (delay line) di dalam penerima TV membuat kedua sinyal ini
bergabung kembali ketika gambar akan ditampilkan.
Gambar 5.152. Spektrum sistem televisi (kanal IV dan V) dengan PAL dan
SECAM
289
Tabel 13. pembagian sistem warna beserta pembagian frame dan bandwidth
sinyal untuk masing-masing sistem warna.
Sedangkan pembagian bandwidth tiap kanal lebar 6 MHz, untuk kanal 2 dengan
frekuensi 54-60 MHz.
290
sebelumnya. Dalam kedua kasus ini, amplitudo sebuah gelombang pembawa
frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi. Modulasi
adalah sinyal bidang frekuensi dasar (base band).
ScaNning Gambar
Layar televisi hitam putih dilapisi dengan pospor putih dan berkas elektron
mewarnai gambar pada layar pada saat berkas elektron menumbuk pospor.
Rangkaian elektronik di dalam televisi menggunakan kumparan magnetik untuk
menggerakkan berkas elektron dalam suatu pola scan raster dan menuruni layar.
Berkas elektron melintasi layar dari kiri ke kanan, dengan cepat melayang kembali
ke sisi kiri, menuruni layar secara perlahan seperti ditunjukkan pada gambar.
Dalam gambar garis biru menunjukkan garis yang diwarnai berkas electron
pada layar dari kiri ke kanan, sedangkan garis merah menunjukkan berkas
sedang melayang kembali (fly back) ke kiri. Pada saat berkas
mencapai di dasar sisi sebelah kanan, akan bergerak kembali ke sudut kiri
atas layar. Ketika lukisan berkas cahaya melenting kembali, tidak
meninggalkan bekas pada layar. Istilah horizontal retrace digunakan sebagai
acuan berkas yang bergerak kembali ke kiri pada setiap ujung garis, sedangkan
vertical retrace sebagai acuan gerakan dari dasar ke puncak. Berkas setiap garis
yang diwarnai dari kiri ke kanan, intensitas berkas diubah dibuat dengan
ketajaman yang berbeda dari hitam, abu-abu dan putih mellintasi layar. Karena
jarak garis satu sama lain sangat
dekat, otak mengintegrasikannya ke dalam gambar. Pada umumnya layar TV
mempunyai sekitar 480 garis yang tampak dari atas ke dasar.
291
292
Bagian-bagian dan Fungsi Sistem Penerima Televisi Warna
TV Warna harus kompatibel dengan TV monochrome, maksudnya siaran TV
warna harus bisa ditangkap pada penerima hitam putih, dan sebaliknya siaran
TV warna harus dapat ditangkap penerima TV hitam-putih. Sinyal video dari
kamera monochrome dinyatakan dengan gelap dan terang, aras kegelapan yang
berbeda beda (grey-level). Sinyal video yang menyatakan gelap-terang ini disebut
sebagai sinyal luminansi (Y). Sinyal video dilengkapi dengan sinyal
pemadaman (blanking) dan sinkronisasi yang menghasilkan Sinyal video
komposit (Ycomp).
Sinyal video komposit berupa memodulasi AM terhadap sinyal
pembawa gambar (fp) dan sinyal audio memodulasi FM terhadap sinyal
pembawa suara (fa). Spektrum bidang dasar (baseband) TV hitam putih
mempunyai BW 6 MHz seperti yang digunakan di Indonesia dan
Sebagian besar Eropa, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
A. Lembar Informasi
293
Pemeliharaan Sulit Mudah
Realibilitas Tergantung dari Sangat tinggi
disain dan produksi
Efisiensi ekonomi Menguntungkan pada Menguntungkan pada
skala operasi yang skala operasi kecil,
kecil menengah dan besar
2. Konstruksi PLC
PLC adalah tipe sistem kontrol yang memiliki input device, kontroller serta
output device. Peralatan yang dihubungkan dengan PLC yang befungsi mengirim
sebuah sinyal ke PLC disebut input divice. Sedangkan bagian kontroller adalah
melaksanakan perhitungan, pengambilan keputusan, pengendalian dari masukan
untuk dikeluarkan di bagian output. Cara kerja PLC dapat dijelaskan melalui
diagram blok pada Gambar 1 berikut ini.
Catu Peralatan
Daya Penunjang
Input Device
CPU
Output
Interface
Interface
Device
Output
Input
Memori
Dari Gambar 5.153 terlihat bahwa konstruksi PLC terdiri atas CPU, input
device, output device, peralatan penunjang, dan catu daya. Penjelasan masing-
masing komponen sebagai berikut:
a. CPU
PLC terdiri atas CPU (Central Processing Unit), memori, interface input,
dan interface output. CPU adalah mikroprosesor yang mengkordinasikan kerja
sistem PLC. Ia mengeksekusi program, memproses sinyal input/output, dan
mengkomunikasikan dengan peralatan luar.
Memori adalah daerah yang menyimpan sistem operasi dan data pemakai.
Sistem operasi sesungguhnya software sistem yang mengkordinasikan PLC. Ada
dua jenis memori yaitu: ROM (Read Only Memory) dan RAM (Random Access
Memory). ROM adalah memori yang hanya dapat diprogram sekali. Penyimpanan
program dalam ROM bersifat permanen, maka ia digunakan untuk menyimpan
sistem operasi. Ada sejenis ROM, yaitu EPROM (Erasable Programmable Read Only
294
Memory) yang isinya dapat dihapus dengan cara menyinari menggunakan sinar
ultraviolet dan kemudian diisi program ulang menggunakan PROM Writer. RAM
adalah memori yang dapat dibaca atau ditulisi, hanya digunakan untuk
menyimpan data sementara. Data dalam RAM akan terhapus jika catu daya
hilang.
Interface adalah rangkaian yang digunakan untuk menyesuaikan sinyal
pada peralatan luar. Interface input menyesuaikan sinyal dari peralatan input
dengan sinyal yang dibutuhkan untuk operasi sistem. Interface output
menyesuaikan sinyal dari PLC dengan sinyal untuk mengendalikan peralatan
output. Jumlah terminal input/output (I/O) yang tersedia bergantung kepada
merk PLC. Misalnya PLC merk OMRON pada satu unit tersedia terminal I/O
sebanyak 10, 20, 30, 40 atau 60. Jumlah terminal I/O ini dapat dikembangkan
dengan memasang Unit I/O Ekspansi sehingga dimungkinkan memiliki 100 I/O.
b. Input Device
Input device adalah yang memberikan sinyal kepada PLC dan selanjutnya
PLC memproses sinyal tersebut untuk mengendalikan output device. Jenis-jenis
input device antara lain:
Berbagai jenis saklar, misalnya tombol, saklar togel, saklar batas, saklar level,
saklar tekan, saklar proximity.
Berbagai jenis sensor, misalnya sensor cahaya, sensor suhu, sensor level.
Rotary encoder
Jenis-jenis input device dapat juga dilihaat pada Tabel 14.
c. Output Device
Sistem otomasi tidak lengkap tanpa ada output device yang dikendalikan.
Jenis output device dapat dilihat pada Tabel 14.
Adapun peralatan unit input atau sensor, controller, dan output dapat
dilihat pada Tabel 14.
d. Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang adalah peralatan yang digunakan dalam sistem
kendali PLC, tetapi bukan merupakan bagian dari sistem secara nyata.
Maksudnya, peralatan ini digunakan untuk keperluan tertentu yang tidak berkait
dengan aktifitas pegendalian. Peralatan penunjang itu, antara lain :
295
berbagai jenis alat pemrogram, yaitu komputer, software ladder,
programming console (PC), programmable terminal, dan sebagainya.
Berbagai software ladder, yaitu: SSS, LSS, Syswin, dan CX Programmer.
Berbagai jenis memori luar, yaitu: disket, CD , flash disk.
Berbagai alat pencetak dalam sistem komputer, misalnya printer, plotter.
e. Catu Daya
PLC adalah sebuah peralatan digital dan setiap peralatan digital
membutuhkan catu daya DC. Catu daya ini dapat dicatu dari luar, atau dari
dalam PLC itu sendiri.
3. Programming Console
Programming Console (PC) mempunyai mode selector yang terdiri dari
PROGRAM, MONITOR dan RUN. Fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:
PROGRAM yang digunakan untuk membuat program atau membuat
modifikasi atau perbaikan ke program yang sudah ada.
MONITOR yang digunakan ketika mengubah nilai setting dari counter dan
timer ketika PLC sedang beroperasi. Pada mode ini dapat dilakukan on line
editing.
RUN yang digunakan untuk mengoperasikan program tanpa dapat
mengubah nilai setting yang dapat diubah pada posisi monitor.
Bagian-bagian perangkat keras PLC dan PC dapat dilihat pada Gambar
5.154 dan Gambar 5.155 di bawah ini.
Power Supply
Power Input
Terminal Output Indicator DC
I/O Expansion
Terminal Input Port Kom. Port Kom. RS232
PC
Pheripheral Interface
296
Bagian-bagian PLC Omron Tipe Sysmac C28H dan fungsinya adalah sebagai
berikut:
Power Input: Sebagai input tenaga untuk menyalakan PLC yang
diambilkan dari Power Supply DC.
Terminal Input: Tipe C28H, menunjukkan bahwa jumlah I/O adalah 28,
yaitu jumlah input 16 dan jumlah output 12. Alamat input ditunjukkan dengan
kode 000.00 sampai 000.15, yang artinya tiga digit pertama yaitu 000
menunjukkan alamat channel dan dua digit terakhir yaitu 00 sampai 15
menujukkan nomor bit.
Terminal Output: Jumlah output PLC tipe Sysmac C28H adalah 12, yang
berqada pada alamat 002.00 sampai 002.11. Artinya output berada pada channel
002 dan nomor bit pada 00 sampai 11.
I/O Expansion: Jika kebutuhan I/O lebih dari 28, maka bisa diseri atau
parallel dengan PLC lain melalui I/O Expansion.
Pheripheral Interface: Fungsinya sama dengan Port komunikasi RS232,
kalau RS232 untuk menghubungkan PLC ke komputer (IBM PC), sedangkan
Pheripheral Interface untuk menghubungkan PLC ke GPC (Graphic Programming
Console) atau ke FIT (Factory Intelligent Terminal)
Port Kom. PC: Port Komunikasi Programming Console adalah tempat
untuk menghubungkan PLC dengan PC.
Port Kom RS 232: Port Komunikasi RS232 adalah tempat untuk
menghubungkan PLC dengan computer.
Indicator: sebagai tanda bahwa input, output, dan alarm sedang ON/OFF.
Power Supply DC: sebagai sumber tenaga PLC.
Display
Mode selector
Keyboard
297
program. Instruksi ini tidak ditampilkan pada tombol operasional PC, akan tetapi
berupa sebuah fungsi, yaitu FUN (01). Jadi jika kita mengetikkan FUN (01) pada
PC, maka pada layar PC akan tampil END (01).
a. LD (Load)
Instruksi LD dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut untuk
mengeluarkan output. Logikanya seperti kontak NO relay.
LD 000.00
000.00
b. AND
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang harus terpenuhi
semuanya untuk mengeluarkan suatu output. Logikanya seperti kontak NO relay.
Instruksi AND pada ladder diagram dipasang pada rangkaian secara seri (logika
AND ) pada rangkaian sebelumnya dengan bit bersangkutan.
298
Ladder Diagram Mnemonic code
LD 000.00
000.00 000.01 AND 000.01
c. OR
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol
hanya membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logika untuk
mengeluarkan suatu output. Logikanya seperti contack NO relay. Instruksi OR
pada ladder diagram dipasang pada rangkaian secara paralel (logika OR).
000.02
d. OUT
Instruksi ini berfungsi mengeluarkan output jika semua kondisi logika
ladder diagram sudah terpenuhi. Logikanya seperti contact NC relay. Jadi
instruksi OUT digunakan untuk meng-output-kan hasil dari suatu rangkaian.
e. AND NOT
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logika untuk mengeluarkan suatu
output. Logikanya seperti contak NC relay. Instruksi AND NOT pada ladder
diagram dipasang pada rangkaian secara seri ( logika AND NOT ). Jadi instruksi
ini digunakan untuk menulis kontak NC pada ladder diagram.
299
Ladder Diagram Mnemonic code
000.00 000.01 LD 000.00
AND NOT 000.01
f. OR NOT
Sama dengan instruksi AND NOT, untuk OR NOT pada ladder diagram
dipasang pada rangkaian secara paralel ( logika OR NOT ). Jadi instruksi ini
digunakan untuk menulis kontak NC pada ladder diagram.
g. TIMER (TIM)
Timer mempunyai batas antara 0000 sampai dengan 9999 dalam orde
100ms. Sedangkan untuk counter mempunyai orde angka dan mempunyai batas
antara 0000 sampai dengan 9999.
SV : Set Value
IR, AR, DM, HR, LR, #
h. COUNTER (CNT)
300
CP N : Nomor CNT
CNT N #0000 sampai 511
R SV
Keterangan: SV : Set Value
CP = pulsa IR, AR, DM, HR, LR, #
R = reset
Gambar 5.163. Ladder diagram CNT
Untuk kondisi logika ladder diagram yang khusus dan mnemonic code
seperti Gambar 12 di bawah ini.
INSTRUKSI ALAMAT
000.00 000.02
LD 000.00
OR 000.01
LD 000.02
000.01 000.03 OR NOT 000.03
AND LD
END
Untuk kondisi logika ladder diagram yang khusus dan mnemonic code
seperti Gambar 13 di bawah ini.
301
Prompt Writer.
Sysmac Support Software + Personal Computer.
Factory Intelegent Terminal (FIT).
Graphic Programming Console.
PS DC PLN
Port Kom.
PLC RS232
Port Kom.
Power PC
Input PC
a b
Gambar 5.166. a. Skema Rangkaian PLC dengan PC
b. Rangkaian PLC dengan PC
302
<PROGRAM>
PASSWORD!
Monitor
Run Program
CLR 00000
303
a.
PLAY
CLR SET NOT
304
OUT Output dari rangkaian.
305
2) Membuat dan memasukkan program.
Langkah-langkah membuat dan memasukkan program adalah sebagai
berikut:
a) Memahami soal yang diberikan. Sebagai contoh: “Buat program
menyalakan satu lampu dengan PLC”.
b) Membuat ladder diagram dari soal tersebut. Pada contoh tersebut
yaitu:
000.00 002.00
Arti dari ladder diagram tersebut adalah, jika saklar dengan alamat
input 000.00 ditekan, maka lampu pada alamat output 002.00 akan
menyala.
c) Membuat mnemonic code dari ladder diagram yang telah dibuat,
yaitu:
LD 000.00
OUT 002.00
END
Tekan
FUN 0 1 Write
306
Penggunaan TIM
Buat program menyalakan lampu setelah 5 detik saklar di ON kan. Langkah-
langkah penyelesaian program adalah sebagai berikut.
f) Membuat ladder diagram dari soal tersebut, yaitu:
000.00
TIM 000
#50
TIM 001
002.00
Arti dari ladder diagram tersebut adalah jika saklar dengan alamat input
000.00 ditekan, maka Timer dengan alamat 000 mulai bekerja. Timer ini
digunakan untuk menyalakan lampu dengan alamat output 002.00, setelah 5
detik dari timer ON. Jika saklar ditekan kembali, lampu akan mati.
g) Membuat mnemonic code dari ladder diagram yang telah dibuat, yaitu:
LD 000.00
TIM 000
#50
LD TIM 000
OUT 002.00
END
Tekan 50 Write
Tekan OUT
002.00 Write
307
Tekan
FUN 0 1 Write
Tekan saklar input 000.00 pada PLC, led input 000.00 dan output 002.00 pada
indicator PLC akan menyala.
Tekan saklar input 000.00 pada PLC, led input 000.00 dan output 002.00 pada
indicator PLC akan mati.
Penggunaan CNT
Buat program menyalakan lampu setelah dicounter 5 kali dari saklar. Langkah-
langkah penyelesaian program adalah sebagai berikut.
a) Membuat ladder diagram dari soal tersebut, yaitu:
000.00
CNT 000
#5
000.01
CNT 001
002.00
Arti dari ladder diagram tersebut adalah saklar dengan alamat input 000.00
digunakan untuk menjalankan counter dengan alamat 000. Counter tersebut
dilakukan untuk menyalakan lampu dengan alamat output 002.00. Saklar 000.00
ditekan-tekan ulang sebanyak 5 kali putaran, kemudian lampu akan ON. Sedang
saklar dengan alamat input 000.01 digunakan untuk mereset counter.
b) Membuat mnemonic code dari ladder diagram yang telah dibuat, yaitu:
308
LD 000.00
LD 000.01
CNT 000
#5
LD CNT 000
OUT 002.00
END
Tekan 5 Write
Tekan OUT
002.00 Write
FUN 0 1 Write
Tekan
309
Tekan saklar input 000.00 pada PLC sampai 5 kali putaran, led input 000.00
dan output 002.00 pada indicator PLC akan menyala.
Tekan saklar input 000.01 pada PLC, led input 000.00 dan 000.01 akan
menyala sedang output 002.00 pada indicator PLC akan mati. Fungsi dari
saklar 000.01 untuk mereset program.
B. Lembar Kerja
E. Langkah Kerja
a) Jika saklar 000.00 ditekan, lampu 002.00 dan 002.01 akan menyala.
b) Jika saklar 000.00 ditekan kembali, lampu 002.00 dan 002.01 akan
mati.
4. Hapus semua memori di PLC.
5. Masukkan mnemonic code ke dalam programming console.
6. Uji program yang telah dibuat sesuai instruksi.
F. Lembar Latihan
310
00001 00003 00004
00200
00002
00015
INSTRUKSI ALAMAT
LD 00000
OR 00200
AND NOT 00001
AND 00002
OR 00003
OUT 00200
OUT 00201
END
Daftar Pustaka
David W. Pessen. (1990). Industrial Automation. Circuit Design and Componen, John
Wiley & Son.
Anonim, Omron.(1993). Beginner’s C20K, C28K, C40K, C60K, Training Manual,
Omron Singapore (PTE) LTD.
Anonim, Omron. (1991). Mini H-type PCs C20H, C28H, C40H, Training Manual
,Omron Singapore (PTE) LTD, 1991.
Anonim, Omron, Training PLC Basic, Copyright PT. Karisma Pandulima
Elektronika.
311
LEMBAR ASESMEN
312
A. Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran
B. Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang
lebih fungsional dibandingkan pengembangan media perangkat keras
C. Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan
sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada
D. Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien,
makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan karakteristik media
tertentu
E. Pengembangan media perangkat keras tidak harus dilakukan secara
kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang
ada
10 V
- +
+ +
5V
- ix 100 Ω vx
-
3. Jelaskan
313
apa yang dimaksud dengan komponen elektronika pasif dan berikan
contohnya.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dioda dan sebutkan bahan pokok
pembuatan dioda.
5. Bagaimana pengaruh pemasangan kapasitor pada keluaran untuk
rangkaian penyearah setengah gelombang?
Elektronika Digital
1
B
0
3. Tulislah persamaan Boolean untuk keluaran X pada gambar di bawah ini.
Tentukanlah semua harga X untuk semua keadaan masukan yang
mungkin dan tulislah dalam suatu tabel kebenaran!
B
A X
B
Sistem Telekomunikasi
1. Yang bukan merupakan teknologi 3G adalah :
A. GPRS
B. UMTS
C. FPLMTS
D. IMT-2000
E. WCDMA
314
2. Kanal digunakan oleh terminal pelanggan GSM untuk berkomunikasi dengan
BTS adalah
A. Kanal Trafik
B. Kanal Informasi
C. Kanal Kendali
D. Kanal Suara
E. Kanal BTS
PLC
6. Buat program untuk menyalakan lampu secara simulasi, dengan instruksi
sebagai berikut: Jika Pushbutton (Pb) 000.00 ditekan, lampu 002.00
menyala, jika Pb 000.00 dilepas, lampu 002.00 tetap menyala, sampai Pb
000.01 ditekan, baru lampu mati.
315
LEMBAR KUNCI JAWABAN
316
Kunci Jawaban Lembar Asesmen 2 (Bab IV)
15) Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Apa
saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
Penyelesaian.
Dalam pembahasan disajikan: (1) jawaban masalah penelitian atau
bagaimana tujuan penelitian dicapai, (2) penafsiran temuan penelitian, (3)
pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang
telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang
telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah penelitian hendaknya
disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil penelitian dilakukan
dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.
16) Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan yang
mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
Penyelesaian.
Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai,
serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam
pembelajaran berikutnya.
17) Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar Pustaka?
Penyelesaian.
Gaya selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi,
bergantung pada disiplin ilmu yang menjadi payung artikel ilmiah atau
jurnal yang akan memuat artikel. Bidang Pendidikan atau Psikologi sering
menggunakan format APA (American Psychological Association), sedangkan
disiplin ilmu Sejarah menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual,
dan bidang Bahasa dan Sastra menggunakan MLA (Modern Language
Association).
Penyelesaian.
Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
F. Latar Belakang Masalah
317
G. Rumusan Masalah
H. Tujuan Penelitian
I. Manfaat Penelitian
J. Definisi Operasional (bila perlu)
Bab II Kajian Pustaka
F. Kajian Teoritis
G. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
H. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
I. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
J. Perumusan Hipotesis Tindakan
Penyelesaian.
q = Ixt
= 2 A x 5 menit x 60 detik
= 600 C
Jadi jumlah electron yang melalui penampang adalah:
n = q/e
= 600 C/1,6 x 10-19 C
= 3,75 x 1021
318
8. Tentukan persamaan hukum Kirchoff tegangan pada loop pada gambar di
bawah ini dan hitung nilai Vxd an Ix.
10 V
- +
+ +
5V
- ix 100 Ω vx
-
Penyelesaian.
Menuliskan persamaan hukum Kirchoff tegangan pada loop:
-5-10+Vx=0 atau
5+10-Vx=0
Penyelesaian.
Komponen elektronika pasif adalah komponen elektronika yang dalam
pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus
tersendiri. Contohnya: Resistor, kapasitor, dioda.
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dioda dan sebutkan bahan pokok
pembuatan dioda.
Penyelesaian.
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar
arus listrik dan tegangan pada satu arah saja.
Bahan pokok untuk pembuatan dioda adalah Germanium (Ge) dan
Silikon/Silsilum (Si).
319
Penyelesaian.
Pengaruh pemasangan kapasitor yaitu sebagai penapis (fillter) sehingga
terjadi atau terbentuk tegangan riak (ripple).
Semakin besar kapasitor yang dipakai maka semakin kecil tegangan
riaknya dan sebaliknya semakin kecil kapasitor yang dipakai maka
tegangan riaknya akan semakin besar.
Elektronika Digital
X=A+B+C+D
Masukan Keluaran
A B C D X
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 1
0 0 1 1 1
0 1 0 0 1
0 1 0 1 1
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 1
1 0 0 1 1
1 0 1 0 1
1 0 1 1 1
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
1 1 1 0 1
1 1 1 1 1
320
No. Kunci Jawaban
1
A
Masukan 0
1
B
0
1
GERBANG AND
3. 0
1
GERBANG OR
0
1
GERBANG NOR
0
1
GERBANG NAND
0
1
GERBANG EX-OR
0
GERBANG EX-NOR 1
4.
X ( A B) A B
A B A B A B ( A B) X ( A B) A B
0 0 1 1 1 0 0
0 1 1 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0 0
1 1 0 0 0 1 1
a.
A
B X AB(C D)
C
D
b.
A B C D E
Z ( A B CD E ) BC D
c.
M
N
Y (M N PQ)
P
Q
321
Sistem Telekomunikasi
1. C
2. A
3. D
4. A
5. D
PLC
12. Buat program untuk menyalakan lampu secara simulasi, dengan instruksi
sebagai berikut: Jika Pushbutton (Pb) 000.00 ditekan, lampu 002.00
menyala, jika Pb 000.00 dilepas, lampu 002.00 tetap menyala, sampai Pb
000.01 ditekan, baru lampu mati.
Penyelesaian.
002.00
LD 000.00
OR 002.00
AND NOT 000.01
OUT 002.00
END
322
Catatan:
Kalimat, kapitalisasi, tanda baca, dll taat azas EYD
Tata tulis taat azas APA.
3 Lusia Rakhmawati, S.T., Unesa Jl. Ketintang 031- Jl. Kenanga Rt.02, Rw.04 081330088688
M.T. Surabaya 8297197 Keboansikep – Gedangan
- Sidoarjo
4 Nur Kholis, ST., MT. Unesa Jl. Ketintang 031- Jambang Kebon Agung (031) 081359658529
Surabaya 8297197 ID / 4 - Surabaya 81987766
5 Drs. Edy Sulistyo, M.Pd. Unesa Jl. Ketintang 031- Sedati Permai Blok (031) 8668768 08155009034
Surabaya 8297197 DD/20 -Sidoarjo
6 Puput Wanarti R, S.T., Unesa Jl. Ketintang 031- Perum Bukit Bambe BT/6 (031) 7671652 08123085705
M.T. Surabaya 8297197 - Driyorejo
1
2