Anda di halaman 1dari 326

MODUL PLPG

TEKNIK ELEKTRONIKA

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


dan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115
2013
KATA PENGANTAR

Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang
digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.

Malang, Juli 2013


Ketua Pelaksana PSG Rayon 115

Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd


NIP 19541006 198003 1 001
MODUL PLPG

Teknik Elektronika

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2013

1
MODUL PLPG

Teknik Elektronika

Penulis:

TIM

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2013

2
TIM PENULIS

No. Materi Penulis


1 Kebijakan Pengembangan Profesi Guru Tim Pusat Pengembangan
Profesi Guru
2 Pembelajaran PAIKEM Tim Unesa
3 Media Pembelajaran Tim Unesa
4 Asesmen/Evaluasi Tim Unesa
5 Perangkat Pembelajaran Tim Unesa
6 Penelitian Tindakan Kelas Tim Unesa
7 Suplemen Perangkat Pembelajaran Tim Prodi
8 Suplemen Proposal PTK dan Karya Ilmiah Dr. Euis Ismayati, M.Pd
Puput Wanarti R, S.T., M.T.
9 Dasar Kelistrikan dan Elektronika Dr. Tri Rijanto, M.Pd.
Nur Kholis, ST., MT.
10 Elektronika Digital Lusia Rakhmawati, S.T., M.T.
11 Sistem Telekomunika Lusia Rakhmawati, S.T., M.T.
12 Audio Video Drs. Edy Sulistyo, M.Pd.
13 Programable Logic Controller Puput Wanarti R, S.T., M.T.
14 Asessmen Tim Prodi

3
KATA PENGANTAR

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam proses pembelajaran, diperlukan


bahan ajar pembelajaran, salah satunya adalah modul. Selain merupakan sumber
belajar, modul juga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan suatu kegiatan
tertentu. Bagi peserta diklat, modul merupakan media pembelajaran yang efektif,
karena isinya yang singkat, padat informasi, dan mudah dipahami oleh peserta,
sehingga tujuan pembelajaran akan dapat dicapai.

Secara keseluruhan modul ini merupakan satu perangkat yang terdiri dari
beberapa kegiatan belajar. Modul Teknik Elekronika ini disusun dengan mengacu
kurikulum PLPG. Pembelajaran dirancang berbasis kompetensi, berpusat pada
peserta diklat dan memfokuskan pada kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta diklat. Strategi pembelajaran yang diterapkan adalah self-paced learning
dimana peserta diklat bekerja mandiri dengan menggunakan modul ini.
Pendekatan ini memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk menyelesaikan
suatu unit kompetensi dan beralih ke unit kompetensi berikutnya sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing. Diharapkan dengan modul ini instruktur
benar-benar mendapat kemudahan mengajar dan peserta diklat benar-benar
mendapat kemudahan belajar dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara
tuntas.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berparisipasi dalam penyusunan modul ini. Mudah-mudahan kehadiran modl ini
dapat mengoptimasi peserta PLPG untuk menungkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran disekolahnya.

Surabaya, Januari 2013

TIM Penulis

4
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 8
BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU ................................. 11
BAB III MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN ..................................... 12
BAB IV PENELITIAN TINDAKAN KELAS ............................................................ 85
BAB V MATERI TEKNIK ELEKTRONIKA ........................................................... 187
LEMBAR ASESMEN ................................................................................................... 313
LEMBAR KUNCI JAWABAN .................................................................................... 317

5
PERISTILAHAN/GLOSSARY

ISTILAH KETERANGAN
Aljabar Boolean Aljabar yang digunakan untuk menganalisis suatu
rangkaian logika secara matematik.
Diagram Waktu Sebuah diagram bentuk gelombang masukan dan
keluaran yang menunjukkan hubungan waktu

Gerbang Suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan


rangkaian yang melaksanakan suatu operasi logika
dasar
Gerbang AND Gerbang logika yang memproduksi keluaran yang
bernilai TINGGI, hanya jika semua masukannya
bernilai TINGGI.
Gerbang EX-OR Gerbang logika yang memproduksi keluaran yanag
bernilai RENDAH, jika masukannya tidak memiliki
nilai yang sama.
Gerbang EX-NOR Gerbang logika yang memproduksi keluaran yang
bernilai TINGGI, jika masukannya tidak memiliki nilai
yang sama.
Gerbang NOR Gerbang logika yang memproduksi keluaran bernilai
RENDAH, hanya jika semua masukannya bernilai
TINGGI.
Gerbang NAND Gerbang logika yang memproduksi keluaran bernilai
RENDAH, hanya jika semua masukannya bernilai
TINGGI.

Gerbang OR Gerbang logika yang memproduksi keluaran yang


bernilai TINGGI, jika salah satu masukannya bernilai
TINGGI.
PLC Programmable Logic Controller adalah komputer
elektronik yang mudah digunakan (user friendly)
yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan
tingkat kesulitan yang beraneka ragam

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Modul Teknik Elektronika ini disusun sebagai sumber belajar dan penguat peserta
PLPG untuk memenuhi standar kompetensi lulusan yang telah disepakati oleh
pengembang sesuai dengan regulasi yang ada, yaitu kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional.

Hasil belajar yang akan dicapai setelah menguasai modul ini adalah memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar bidang elektronika, konsep dasar PAIKEM,
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), termasuk didalamnya materi kebijakan
pengembangan profesi guru yang dikembangkan oleh Tim Pusat Pengembangan
Profesi pendidik. Isi modul ini terdiri atas teori singkat, kegiatan, dan soal-soal
beserta penyelesaiannya yang terbagi dalam lima bab. Deskripsi umum disajikan
berikut ini.

Bab 1. Pendahuluan. Berisi pendahuluan isi modul yang terdiri dari deskripsi,
prasyarat, petunjuk penggunaan modul, dan tujuan khir.

Bab 2. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Materi sajian terutama tentang


pengantar ringkas, peningkatan kompetensi guru, penilaian kinerja guru,
pengembangan karir guru, perlindungan dan penghargaan guru, serta etika
profesi guru.

Bab 3. Model dan Perangkat Pembelajaran. Materi sajian terutama berkaitan


dengan menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu

Bab 4. Penelitian Tindakan Kelas. Materi sajian terutama tentang konsep dasar
PTK, penulisan Karya Ilmiah, dan suplemen tentang PTK yang berisi contoh
laporan PTK.

Bab 5. Materi Teknik Elektronika. Materi sajian terutama tentang dasar-dasar


kelistrikan dan elektronika, elektronika digital, sistem telekomunikasi, Audio dan
Video, serta Programable Logic Controller (PLC).

B. Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini, peserta PLPG disarankan menguasai sejumlah
pengetahuan dasar antara lain, teori belajar dan pembelajaran, matematika teknik,
serta fisika dasar.

7
C. Petunjuk Penggunaan Modul

1. Pelajari daftar isi dengan cermat karena akan tampak rincian isi modul.
2. Pelajari tiap kegiatan belajar ini dengan membaca secara berulang-ulang
sehingga Saudara benar-benar paham dan mengerti.
3. Jawablah tes formatif dengan jawaban yang singkat dan jelas, kemudian
cocokkanlah hasil latihan Saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
4. Apabila jawaban Saudara sudah benar lanjutkanlah ke kegiatan belajar
selanjutnya.
5. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan jika perlu
konsultasikan hasil tersebut pada instruktur.
6. Catatlah kesulitan yang Saudara dapatkan dalam modul ini untuk ditanyakan
pada instruktur saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lain yang
berhubungan dengan materi modul agar Saudara mendapatkan pengetahuan
tambahan.
7. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan modul ini terdiri dari dua
bagian, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.

D. Tujuan Akhir

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara memiliki kompetensi sebagai


berikut.
A. Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

B. Kompetensi Profesional
1. Menerapkan dasar-dasar kelistrikan
2. Menerapkan dasar-dasar elektronika
3. Menerapkan dasar-dasar teknik digital
4. Memahami Dasar-dasar Sistem Telekomunikasi

8
5. Mendeskripsikan media transmisi telekomunikasi
6. Memahami jaringan akses radio
7. Menerapkan instalasi dan pemeliharaan transceiver di BTS dan CPE
8. Mengevaluasi instalasi sistem pertanahan (grounding) dan pengaman
perangkat telekomunikasi
9. Memahami sifat dasar sinyal audio
10. Menjelaskan dasar-dasar sinyal video
11. Memprogram peralatan sistem pengendali elektronik yang berkaitan
dengan I/O berbantuan PLC dan komputer

9
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Catatan: Bab II dikembangkan oleh Pusat Sertifikasi Guru,
Jakarta
File dalam folder KEBIJAKAN PROFESI GURU-2012

(Dituliskan Judul materi Kegiatan Belajar 1)


A. Tujuan Antara
(Kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah menyelesaikan satu
kegiatan belajar tertentu dalam modul)

B. Uraian Materi 1, 2, 3, dst


(Berisi sejumlah informasi pengetahuan yang terkait dengan Judul Kegiatan Belajar)

C. Lembar Kerja
(Sejumlah aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam mencapai
kompetensi/subkompetensi yang diinginkan)

D. Alat (Jika diperlukan)


(Dituliskan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas belajar termasuk
spesifikasikasinya)

E. Bahan (Jika diperlukan)


(Dituliskan bahan-bahan yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas belajar
termasuk spesifikasikasiny)

F. K3 (Jika diperlukan)
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di sini dituliskan apa yang perlu dilakukan agar
dalam melaksanakan aktivitas belajar peserta didik termasuk perlengkapan yang
digunakan dapat selamat dan terhindar dari kecelakaan kerja)

G. Langkah Kerja
(Langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik dalam melaksanakan aktivitas
belajar guna mencapai kompetensi

H. Lembar Latihan
(Berisi prosedur dan alat asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan aktivitas belajar dalam satu kegiatan belajar tertentu. Prosedur dan
alat asesmen relevan dengan satu tujuan antara tertentu).

10
BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

A. Model Pembelajaran
1. Lembar Informasi
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan
Herbert Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan
masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat
untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli
sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam
kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Menurut Shlomo Sharan dalam
model pembelajaran kooperatif haruslah diciptakan setting kelas dan proses
pengajaran yang mensyaratkan adanya kontak langsung, berperan serta dalam
kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khususnya. Tabel 3.1 berikut ini adalah sintaks model
pembelajaran kooperatif dan perilaku laku guru pada setiap sintaks.

Tabel 3.1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Fase Perilaku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada
memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasi siswa ke dalam bagaimana cara membentuk kelompok
kelompok-kelompok belajar belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok bekerja belajar pada saat mereka mengerjakan
dan belajar tugas mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.

11
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD
(Student Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan
pendekatan struktural.
1) Student Teams-Achievement Division (STAD)

Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri atas laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota kelompok menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan
materi pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakuan
diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya dua minggu siswa diberi kuis.
Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.

2) Jigsaw

Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok dengan 5


atau 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan tersebut. Sebagai contoh,
jika materi yang diajarkan itu adalah hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang
siswa mempelajari tentang populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas,
siswa lain lagi belajar tentang ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang
biosfer. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topic yang sama
berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut
kelompok ahli. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu
tertentu, setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan
menyampaikan apa yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada
teman-temannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal
(lihat Gambar 3.1)

1 2 1 2 1 2 1 2 Kelompok asal
3 3 3 3

1 1 2 2 3 3
Kelompok ahli
1 1 2 2 3 3

Gambar 3.1
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal

12
3) Investigasi Kelompok

Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi


kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk
beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk diselidiki, dan diteruskan melakukan penyelidikan
yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok
tersebut akan menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh
kelas.
Tabel 3.2. Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
kognitif akademik akademik akademik akademik
sederhana sederhana tingkat tinggi & sederhana
ketr. inkuiri
Tujuan Kerja Kerja kelompok Kerjasama Keterampilan
sosial kelompok dan dan kerja sama dalam kelompok an
kerja sama kelompok keterampilan
kompleks sosial
Struktur Kelompok Kelompok belajar Kelompok Bervariasi,
tim heterogen heterogen belajar dengan berdua,
dengan 4-5 dengan 5-6 orang 5-6 anggota bertiga,
orang anggota anggota heterogen kelompok
menggunakan dengan 4-6
pola kelompok anngota.
”asal” dan
kelompok ”ahli”
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya
topik guru
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
Utama menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar materi dalam inkuiri tugas-tugas
kegiatan dan kelompok” ahli” kompleks yang
saling kemudian diberikan
membantu membantu sosial dan
untuk anggota kognitif
menuntaskan kelompok asal
materi mempelajari
belajarnya materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes proyek dan
mingguan menulis
laporan, dapat

13
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
menggunakan
tes essay
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan pengetahuan
dan publikasi dan publikasi
lain lain

b. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan

Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para
ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui
penemuan ini antara lain adalah Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran
penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci
dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran,
dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui
penemuan pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan
suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri.
Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-
langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan
sesuatu yang dapat dicermati dalam Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3. Sintaks Model Belajar melalui Penemuan


Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-kejadian atau


Observasi menemukan masalah fenomena yang memungkinkan siswa
menemukan masalah.
Tahap 2 Guru membimbing siswa merumuskan
Merumuskan masalah masalah penelitian berdasarkan kejadian
dan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk
Mengajukan hipotesis mengajukan hipotesis terhadap masalah
yang telah dirumuskannya.
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk
Merencanakan pemecahan merencanakan pemecahan masalah,
masalah (melalui eksperimen membantu menyiapkan alat dan bahan
atau cara lain) yang diperlukan dan menyusun prosedur
kerja yang tepat.
Tahap 5 Selama siswa bekerja guru membimbing
Melaksanakan eksperimen dan memfasilitasi.
(atau cara pemecahan masalah

14
Tahap Tingkah Laku Guru

yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan
Melakukan pengamatan dan pengamatan tentang hal-hal yang penting
pengumpulan data dan membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data
Analisis data supaya menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil
Penarikan kesimpulan atau kesimpulan berdasarkan data dan
penemuan menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.

c. Pembelajaran berdasarkan Masalah

Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua


model yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah
mempunyai ciri umum, yaitu menyajikan kepada siswa tentang masalah yang
autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri
khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada
keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan
produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya kerja sama.
Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat
memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya dapat
memenuhi permintaan pasar” Apabila pemecahan terhadap masalah ini
ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara ekonomis. Masalah
seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan yang
tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas cahanyanya berbeda” merupakan
masalah akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi
manfaat praktis secara langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah
adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya,
Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan
memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dala otak mereka
tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam
pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut
dalam model pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu
yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 3.4 berikut ini adalah sintaks
model pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada setiap tahap
sintaks.

15
Tabel 3.4. Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,


Orientasi siswa kepada logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
masalah untuk terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa mengorganisasi tugas belajar yang
untuk belajar berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk
Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai,
individual maupun melaksanakan eksperimen, untuk
kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan
Mengembangkan dan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
menyajikan hasil karya laporan, video, dan model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mengevaluasi proses mereka dan proses-proses yang mereka
pemecahan masalah gunakan.

d. Pembelajaran Langsung

Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga
sering disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya
sebagai teori pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang menyumbang dasar
pengembangan model pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller serta
Albert Bandura yang mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa
belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku
gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam
menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan
pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 3.5 berikut ini
akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan
oleh guru pada tiap-tiap sintaks.

16
Tabel 3.5. Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
mempersiapkan siswa. informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk
belajar.
2. Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan
keterampilan (pengetahuan dengan benar, atau menyajikan informasi
prosedural) atau tahap demi tahap.
mempresentasikan
pengetahuan (deklaratif)
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan balik.
5. Memberikan kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
untuk pelatihan lanjutan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
dan penerapan pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.

e. Metode Integratif

Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.


Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang
studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya,
menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan
dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan
keterampilan bahasa. Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian
bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan
matematika atau dengan bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih
banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung
menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang
lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai
mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak
merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu
dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan
kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

17
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara
kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan
lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka
menjadi perhatian. Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga
siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas
dan terdiskusikan di kelas. Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi
diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa
berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam
mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru
bahasa Indonesia diharapkan sebagai berikut.
 Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir.
Keterampilan berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir
siswa.
 Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas
berbahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
 Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu
minat, keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
 Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru
tidak perlu monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa
Indonesia.
 Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum
memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.

g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di
Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang
ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional
yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan
pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner),
Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn),
Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective
Instruction (Hunter).
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan
konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman
sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari
berarti layak untuk dirayakan. QL menutamakan konteks dan isi. Konteks berisi
tentang (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3)

18
lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi
terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan
belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode
kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan,
(3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak
dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam
pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman
pembelajaran. Konteks dianggap sebagai suasana yang mampu memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang
dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang
luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan
istilah TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar.
Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa
adalah:
 perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
 ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
 bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri
sendiri;
 ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-
benar mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
 berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
 bersenang-senanglah bersama mereka.

h. Metode Partisipatori

Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa


secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa
didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat
menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan
bahwa
(1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan

19
akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan
dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang;
(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu
sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak;
(3) dunia anak adalah dunia bermain;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai
subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan
utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki
watak sebagai berikut.
 Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan
persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
 Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok
secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
 Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan
selama proses berlangsung.
 Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
 Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha
memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya.
 Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
 Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
 Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.

Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:


 belajar dari realitas atau pengalaman,
 tidak menggurui, dan
 dialogis.

Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari


pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle).
Proses tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi tuntutan
pendidikan partisipatori.
Berikut rincian proses tersebut.
 Rangkai-Ulang
 Ungkapan
 Kaji-Urai
 Kesimpulan
 Tindakan

20
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah
siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian
tahapannya sebagai berikut.
 Persepsi
 Identifikasi diri
 Aplikasi diri
 Penguatan diri
 Pengukuhan diri
 Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan
dicapai, bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan
disajikan, media atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran
fasilitator/pemandu.

i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di
bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana
alam dan masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk
mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya, metode
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey
sudah mengemukakan pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh
katz (1918) dan Howey & Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa
program pembelajaran bukanlah sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan
Astini, 2001).
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu
guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran kontekstual muncul sebagai reaksi
terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan
tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran merupakan proses
kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh melampaui drill oriented dan
metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual
memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah
dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai
strategi yang dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington
(2001) mengembangkan metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran
autentik, (2) pembelajaran berbasis inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah,
dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode
kontekstual dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,

21
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam
berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning,
constructivism, metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection.
Diha-rapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.

1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari
mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber
dari penemuan. Tentunya, pembelajaran dirancang dengan menarik dan
menantang. Siswa dapat menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan

2) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal
dari sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul
pertanyaan Siapa Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang membuka buku, bertanya,
dan mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna
untuk menggali informasi, mengecek informasi yang didapatnya, mengarahkan
perhatian, dan memastikan penemuan yang dilakukannya.

3) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa
dapat mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri.
Konstruktivistik merupakan landasan berpikir (filosofis) metode kontekstual,
yaitu bahwa pengetahauan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus
mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman tidak
melalui ingtana dan hafalan saja.

22
4) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa
agar siswa tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara
dari rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah melakukan pemodelan. Pemodelan
adalah pemberian model agar siswa dapat belajar dari model tersebut. Bisa jadi,
guru memberikan model karya tulis, model paragraf, model kalimat, dan
seterusnya. Dari model itu, siswa mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti
model yang ditunjukkan. Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya.
Model dapat diambil dari mana saja.

5) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi
siswa. Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi
dengan temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar
pendapat dengan temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang
belum tahu, di ruang kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun.
Dalam kelas yang kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan
pemebelajaran dalam kelompok belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-
anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah. Yang
tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap berada satu
kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan dapat selalu
bervariasi dari segi apapun.

6) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam
kontekstual, perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan
data dari aktivitas belajar siswa secara langsung di kelas. Penilaian tidak
dilakukan di belakang meja atau di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif
belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada komentar dari siswa bahwa siswa
X meskipun tidak banyak omong di kelas ternyata nilainya bagus. Sedangkan
siswa Y yang banyak mendebat, berbicara, dan bercerita mendapatkan nilai
rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.

7) Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan,
aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan
merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi tersebut dapat dilakukan per
bagian, di akhir jam pelajaran, di akhir bab/tema, atau dalam kesempatan
apapun. Realisasi refleksi dapat berupa pernyataan spontan siswa tentang apa
yang diperolehnya hari itu, lagu, puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru,
catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang lain-lainnya.

23
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran
menulis. Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol
besar. Tulisan yang muncul adalah aha saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan
kalimat, dan seterusnya. Bisa juga siswa menulis puisi yang isinya tenatang
pembelajaran yang baru saja dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/
seperti makan pisang/ kita tidak perlu bimbang/ karena hati senang.

2. Lembar Pelatihan
1) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan tipe Jigsaw!
2) Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan
model pembelajaran melalui penemuan!
3) Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
4) Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda),
kemudian deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model Jigsaw!
5) Siswa ingin memcahkan masalah “Bagaimanakah hubungan jumlah baterai
terhadap nyala lampu?” Untuk memecahkan masalah tersebut model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok atau model pembelajaran
problem based instruction yang tepat untuk dipilih, berikan argumentasi
Anda!
6) Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh
menjawab dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together,
padahal sebelum menjawab semua anggota kelompok telah berdiskusi dulu!
7) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif
tipe think-pair-share!
8) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan melalui
model pembelajaran problem based instruction?
9) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran
langsung.
10) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan melalui model
pembelajaran langsung.

Daftar Pustaka
Ardiana & Leo Idra.(2001). Pembelajaran Kontekstual. Makalah.
Arends & Richard I.(1997). Classroom Instruction and Management, The Mc.Graw-
Hill Companies.
______________. (1998). Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.

Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action.
Englewood Cliffs, NJ: prientice Hall
B. Johnson & Elaine.(2006). Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu Setiawan,
Bandung:MLC.

24
Brown, H. Douglas. (1987). Principles of Language Learning and Teaching. New
Jersey: Prentice-Hall.
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University
Press
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (1993). Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, Bobbi dkk.(1999). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
---------. (1999). Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom,
Washington DC: National Research Council.
Dryden, Gordon & Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung:
Kaifa.
Fakih, Mansur, dkk. (2001). Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis.
Jogyakarta: Insist dan Read Book.
Fairclough, Norman. (1995). Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang:
IKIP Semarang Press.
Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin
Press, Inc.
Nur, M. & Wikandari, P.R. (2000). Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Nurhadi (2002.) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin,& Agus. (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM
PRESS.
Rooijakkers. (1982). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Saekhan & Muchith.(2008). Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
Silberman, Melvin L. (2004). Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.).( 2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari Kurikulum
Pendidikan Abad XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. (2002). Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul
Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi.

25
B. Media Pembelajaran
1. Lembar Informasi
a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang berarti
“di antara”, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa
informasi antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993). Martin dan Briggs
(1986) menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat
keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan
dalam perangkat-perangkat keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin
dan Briggs, guru atau pengajar juga termasuk media pembelajaran (Degeng,
Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari
pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of Education
dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a
complete body of information and are largely self-supporting rather than supplementary in
the teaching-learning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang
menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar
mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah
perangkat lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi
sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977)
membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup
sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational
media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar
mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium
elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar
mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping,
program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun,
boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup
gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat
bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa pengertian
materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi rambu-rambu
pertanyaan berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan
konsep ketiganya. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban terhadap
pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori materi pembelajaran.
Kedua, dari mana materi pembelajaran itu Anda dapatkan? Jawaban terhadap
pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori sumber bahan atau sumber
materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda mengajarkan materi itu? Jawaban

26
terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam kategori media
pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti contoh
uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca
cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang
Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan. Dengan demikian, teks bacaan
dalam pembelajaran Anda ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari mana teks
bacaan tersebut Anda peroleh? Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari
surat kabar Kompas, dari buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan
demikian, surat kabar Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain
merupakan sumber bahan atau sumber materi. Dengan alat apa Anda
mengajarkan materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin
jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi
nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji,
stopwatch, handphone, dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai
media pembelajaran.

b. Rasional Penggunaan Media


1) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses pembelajaran pada
dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses beralihnya pesan dari
suatu sumber, menggunakan saluran, kepada penerima, dengan tujuan untuk
menimbulkan akibat atau hasil (Gafur, 1986, p.16). Model komunikasi terebut
dikenal dengan nama model: Source – Message – Channel – Reciever – Effect. Dalam
proses pembelajaran, pesan itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh
pendidik, saluran berupa media, penerima adalah siswa, sedangkan hasil berupa
bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi


Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali
informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada
saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat
siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses
mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau
pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran
manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman,
perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak
melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut , maka
media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media
audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media dalam proses
komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas
pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh

27
banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran
lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam
proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar
menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit
mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi
yang dipelajari, dan sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik
tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan,
ketidakajegan, dan sebagainya; dan c) Ditinjau dari pesan atau materi yang
disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil,
abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.

3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman (Cone of


Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan secara
langsung, maka diperlukan media. Dengan menggunakan media, diharapkan
masalah-masalah komunikasi dan masalah pembelajaran dapat diatasi. Kerucut
Pengalaman Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1 menggambarkan semakin ke
atas semakin abstrak, semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses
pembelajaran, manakala pendidik dapat memberikan pengalaman langsung, nyata,
dan konkret kepada peserta didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan
berturut-turut pengalaman tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman
lapangan, pameran, gambar bergerak, gambar mati, rekaman radio/audio,
lambang visual, dan lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale. Berdasar
kerucut pengalaman tersebut, dalam pembelajaran mula pertama kita mengajak
siswa terlibat dalam pengalaman nyata atau pengalaman langsung. Jika tidak
memungkinkan, kita mengajak siswa untuk mengamati peristiwa yang
dimediakan (peristiwa yang disajikan dengan menggunakan media), dan
akhirnya kita mengajak siswa mengamati lambang atau simbul yang merupakan
representasi kejadian.

c. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan,
antara lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat
digambar, dipotret, difilmkan, atau direkam kemudian disimpan lama dan pada
saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b)
Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.
Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-ubah
ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c)
Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau

28
kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan
media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi
yang jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi
penyampaian pesan pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media menurut
(Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni (1) menghindari
terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian
siswa, (4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan
siswa dalam kegiatan belajar, serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan
untuk belajar.
d. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4
klasifikasi, yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual, dan (d)
multi media.
1). Media visual
Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis, media
cetak, dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan
melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis
biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan
mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan mudah diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data
berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) diagram, yaitu
gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan
timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol, (3) bagan, yaitu
perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu
proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu
gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok
dari suatu bentuk gambar, (5) poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas,
menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang
lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan
gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7) bulletin
board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-
tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat
penempel lainnya.

29
Lambang
verbal

Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati

Gambar bergerak

Pameran

Pengalaman lapangan

Demonstrasi

Dramatisasi

Tiruan pengalaman (simulasi)

Pengalaman langsung

Gambar 3.2: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses
pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesan melalui
huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan
atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku tentang
suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para
guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku

30
teks ini disesuaikan dengan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap
bidang studi tertentu; b) Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam
bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar
siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran
kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan
kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket program
pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan
modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk
setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang
merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan
bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan
melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari
bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on
film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau
digambari secara langsung dengan menggunakan spidol; b) PPC transparancy film
(PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau
gambar dengan menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared transparancy film,
yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk
memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya
alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang
dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau
ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP
jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa
ke mana-mana, ukurannya lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.

2). Media Audio


Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan
dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik,
dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media
audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung
dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon)
yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang
elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau
informasi tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa
mendengarkannya di ruang-ruang kelas.

31
3). Media Audio Visual
Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian pesannya
dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi
gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur
gerak. Salah satu jenis media itu adalah televisi. Televisi adalah media yang dapat
menempilkan pesan secara audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis
media televisi di antaranya: televisi terbuka (open boardcast television), televisi
siaran terbatas/TVST (Cole Circuit Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder
(VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan kaset
video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum, kelebihan
media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi. Selain itu,
media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-
ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.

4). Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier yaitu
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan).
Contoh multimedia linier: film dan TV; dan b) Multimedia interaktif yaitu suatu
multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasionalkan
oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk
proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak
hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk
berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam
interaksi. Interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi
dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi blangko pada bahan
belajar terprogram. Bentuk interaksi yang kedua ialah siswa berinteraksi dengan
mesin, misalnya mesin pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer,
atau kombinasi di antaranya yang berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi
ketiga ialah mengatur interaksi antarsiswa secara teratur tapi tidak terprogram;
sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi
yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan
mereka untuk membalas serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu
dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai
jawaban yang benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang
berorientasikan pada masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman
belajar yang merangsang minat dan realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki
lebih dari satu media yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan

32
unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki kemampuan untuk
mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member
kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa
menggunakan media tanpa bimbingan orang lain.

d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan
guru dalam rangka mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran.

1) Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional


Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang
secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk
tugas yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal,
melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-
prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman
konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-
tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda pertimbangkan
dalam memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran adalah
kefungsionalan media tersebut. Media pembelajaran yang baik adalah media
pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam arti cocok dengan tujuan
pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai
pelengkap proses pembelajaran, tetapi benar-benar merangsang siswa untuk
berlatih, berlatih, dan berlatih.

2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran
adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam
pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya, ketika Anda akan
melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi tertentu dan Anda
memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran yang berupa kaset
rekaman berita dan tape recorder, kaset rekaman berita dan tape recorder itu
benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia, kaset rekaman berita dan tape
recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda perlukan media itu
tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta
perangkat pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian,
kaset rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda
gunakan saat itu.

33
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus
yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di
lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan untuk media
pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat kabar. Dalam
surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang
Anda beli itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda
terdapat taman atau pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai
pohon besar di sekolah Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media
pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata pelajaran yang
lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media pembelajaran bahasa.
Hal ini dapat dipahami karena membicarakan tentang apa pun melibatkan
kemahiran berbahasa dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak
perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat
Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan,
slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media
pembelajaran.

4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan
penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media
pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media yang
menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses
pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan menentukan
media pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu mempertimbangkan
(1) kesesuaian media itu dengan kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media
pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4) menantang, dan (5) variatif.

5) Guru Terampil Menggunakannya


Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus
mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di laboratorium,
peralatan multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru belum mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
antara lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling praktis
untuk dipilih; c) Ketersediaan perlengkapan yang diperlukan; dan d) Harus
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik ditinjau dari budaya, usia,
kebiasaan, pengalaman dasar, minat dan perhatian siswa; e) Seberapa jauh media
tersebut mampu membawa peserta didik mencapai sasaran belajarnya; dan f)
Apakah media yang dipilih guru cukup memadai dengan hasil yang akan
dicapai, termasuk dana yang diperlukan, waktu yang dipergunakan dan kegiatan
yang harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah “sejauh mana proses
encoding dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu mengefektifkan
dan mengefisienkan proses pencapaian tujuan”. Peranan perangkat akal (brain

34
ware) sangat menentukan dalam menganalisis hubungan fungsional antara
karakteristik materi pelajaran dengan karakteristik metode transmisi, perangkat
media, dan karakteristik penerima pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi “barier” atau “noices”
yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan dapat berbentuk
hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia,
pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera), serta
hambatan kultural seperti perbedaan adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan.
Juga dapat terjadi hambatan pada lingkungan. Pada hakikatnya media
pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran antara
lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan media dan
perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah out of date akibat
kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak memungkinkannya memilih media yang
sesuai dengan tuntutan karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d)
Terbatasnya kemampuan, pengetahuan, keterampilan dalam memilih,
mengembangkan, mengopersionalkan media dalam pembelajaran; dan e)
Orientasi berfikir terhadap konsep media pembelajaran yang selalu berorientasi
pada media perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media pembelajaran
yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan
karakteristik media tertentu khususnya media perangkat lunak; c) Dalam proses
pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai dengan
kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada; d) Dalam membicarakan
media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep pengertian media pada
media perangkat keras dan media perangkat lunak; e) Pengembangan media
perangkat lunak akan memiliki peranan yang lenih fungsional dibandingkan
pengembangan media perangkat keras; dan f) Pengembangan media perangkat
keras harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas,
sarana dan dana yang ada.

e. Pembuatan Media Visual


Media visual yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain
benda aslinya, prototipe alat atau alat peraga, dan grafis. Alat-alat di
laboratorium, benda-benda yang ada di sekitar kita merupakan merupakan
media pembelajaran. Benda-benda tersebut dapat dibawa ke kelas untuk
memperjelas konsep yang diajarkan. Jika media tersebut tidak memungkinkan di
bawa ke kelas, guru dapat mengajak siswa ke tempat media tersebut berada,
misalnya ke kebun, ke pasar.
Ketika benda aslinya sulit diperoleh dengan alasan tertentu misalnya harga
terlalu mahal, ketersediaan terbatas, terlalu rumit, benda tersebut dapat
digantikan dengan prototipe. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

35
membuat prototipe suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat ukur , maka
prinsip kerja harus sesuai dengan benda aslinya; b) Jika prototipe suatu alat
untuk menjelaskan komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting
dari alat tersebut harus terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe
berupa maket, maka perbandingan ukuran benda asli dan prototipe harus
mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan
garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1) Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada
hal hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas,
sederhana dan mudah dibaca.
2) Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam
kesatuan fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat
dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat
ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, misalnya dengan garis, anak panah,
bentuk, warna, dan sebagainya.
3) Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang
dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan
penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk memusatkan perhatian.
Penekanan dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna
tertentu, dan sebagainya.
4) Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan
dengan pembagian secara simetris, sedang keseimbangan informal , yang
ditunjukkan dengan pembagian yang asimetris.

Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang dengan


unsur-unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1) Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur bersama dan
akan membimbing pemirsa untuk mempelajari media tersebut dalam suatu
urutan tertentu.
2) Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian khusus
pada suatu yang divisualkan.
3) Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan
mencegah rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan
dengan cermat, maka unsur-unsur yang dirancang menjadi efektif.
4) Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti sentuhan rasa
tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna, memberikan
penekanan, pemisahan atau untuk meningkatkan kesatuan.
5) Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media
visual, tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh pengaruh
terbaik. Digunakan pada unsur-unsur visual untuk memberikan penekanan,
pemisahan atau meningkatkan kesatuan. Dipilih warna yang merupakan
kesatuan harmonis, dan jangan terlalu banyak macam warna akan
mengganggu pandangan dan dapat menimbulkan salah persepsi pada pesan

36
yang dibawakan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu :
warna (merah, biru, dan lain-lain.), nilai warna (gelap, terang), kekuatan
warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau
susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun
beberapa benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan. Prinsip umum dan
pembuatan lay-out digunakan sebagai pedoman berbagai media grafis yang tidak
diproyeksikan, misalnya: gambar, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram,
transparansi, dan lain-lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat
dilakukan dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat digunakan
adalah powerpoint, adobe photoshop, frehand, dan lain-lain. Sumber gambar dapat
diperoleh dengan cara scaner gambar, kamera, download dari internet, dan lain-
lain.

f. Pembuatan Media Audio


1) Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang
studi tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di
dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program
maka dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam
kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan
penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang
tertulis dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari
pakar yang memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah pengamatan
terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio
berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan
, bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun
program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap
jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama,
yaitu sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara.
Naskah berisi urutan gambar dan grafis yang harus diambil oleh kamera serta
bunyi dan suara yang harus direkam.
2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau suara efek
(sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh penyiar

37
(announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN yaitu penyiar
yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau program akan
disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan
naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama dengan penyiar , bedanya apa
yang dibaca narator sudah memasuki program. Yang akan disampaikan mungkin
tentang pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya. Untuk membedakan pembaca
narasi laki-laki atau perempuan , pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR
2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau situasi
yang dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain, sehingga
mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan yang sedang
dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah bunyi
benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, yang
dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis efek suara, yaitu:
pertama adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua adalah bunyi barang,
gerakan atau suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang sudah tersedia
dalam bentuk rekaman, tetapi ada juga efek suara yang dibuat di luar studio dan
dibuat di dalam studio secara hidup dengan alat-alat yang tersedia, misalnya
membuka dan menutup pintu, orang berjalan mendekat dan menjauh, orang
berteriak dan sebagainya.

3) Format Program Audio


Format program berkaitan dengan bentuk pengajaran yang pemilihannya
berdasarkan pada: tujuan, sasaran, kemampuan menyusun naskah, dan fasilitas
yang tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio, antara
lain:
a) Format Uraian: sering disebut “talk” atau “single voicing”. Program audio
tanpa adanya uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena uraian di
perlukan untuk memberi penjelasan agar masalah mudah dimengerti. Agar
format uraian menghasilkan naskah yang baik, perlu diperhatikan beberapa
penjelasan hal, yaitu: uraian yang bentuknya sederhana, singkat, bersikap
akrab, dan hendaknya menggunakan narasi yang bervariasi. Sebagai cara
untuk mengutarakan informasi secara langsung, maka uraian tidak
memerlukan persiapan yang terlalu rumit, dan tidak menuntut hiasan musik
atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan dua
pihak mengenai satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda.
Jika penyajian program disampaikan dengan naskah yang lengkap, biasa

38
disebut percakapan, dan apabila disampaikan dengan naskah yang tidak
lengkap atau garis besarnya, biasa disebut obrolan. Agar dialog menjadi
hidup, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus dibawakan oleh pelaku
yang baik, lincah, hidup, sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar
terjadi. Selain itu hendaknya pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda,
dan naskah menunjukkan kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang
berbeda kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang
bertugas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu
sebagai yang diwawancarai. Jika wawancara dlakukan di luar studio, maka
diperlukan peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana
masing-masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang suatu
masalah rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat
dibedakan antara format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah tape
recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan
komputer. Dengan bantuan komputer proses editing dapat dilakukan lebih
mudah.

g. Pembuatan Media Audio-Visual


Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam
perencanaannya, yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan selama
produksi. Misalnya saja untuk pembuatan slide – suara, seperti pada pembuatan
media audio sebelum memproduksi diperlukan penyusunan naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai berikut :
1) Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah
sehingga mudah dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan
urutan kronologis, flash back, membandingkan, menguraikan dari keseluruhan
menjadi bagian-bagiannya atau sebaliknya.
2) Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar. Dalam hal
ini dapat disajikan bentuk aslinya (non dramatis), atau dramatis di mana objek
tersebut mampu menyajikan ilusi arti tersendiri.
3) Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara berutan
mulai dari awal akhir program). Atau babak demi babak dimana setiap babak
(sequence) terdiri dari beberapa adegan (scene), dan setiap adegan memerlukan
satu atau lebih satu pemotretan (shoot). Dengan demikian dapat diketahui
jumlah pemotretan dalam satu progam.
4) Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat untuk
mendukung penampilan slide. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun narasi adalah: jangan terlalu panjang/pendek, gunakan kat-kata
yang mudah dimengerti, kata-kata/kalimatnya jangan diulang-ulang, kalimat
ditujukan kepada pendengar. Perlu pula diingat bahwa narasi bukan sekedar
kometar slide, tetapi merupakan penjelasan slide.
5) Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi

39
pengarahan kepada juru potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6) Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide suara
agak berbeda dengan progam audio. Di sini musik biasanya dipakai pada
awal dan akhir progam, sedang di tengah digunakan sebagai selingan atau
untuk mengiringi gambar/grafis yang disajikan tanpa narasi. Efek suara (FX)
yang digunakan pada progam audio tidak begitu banyak digunakan.
7) Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah kasar yang
telah selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil pemotretan
ditandai dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal dari objek sesungguhnya),
caption (berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas karton), grafis (berasal
dari gambar yang dibuat dengan tangan atau komputer).

h. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan
tes, simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dengan menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini
mula-mula menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya komputer
memberikan suruhan-suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila siswa
menjawab degan benar maka komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila
siswa menjawab salah atau tidak menjawab dalam waktu tertentu, maka
komputer akan menuntun siswa agar mendapat jawaban yang benar. Jawaban
siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat memperoleh umpan balik
lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari
dan merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal
dari yang seerhana sampai kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui
papan ketik, komputer segera memberi umpan balik yang berupa penguatan jika
siswa menjawab benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing
siswa untuk menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga
mendapatkan informasi yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima
pelajaran, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan
atau langsung melanjutkan ke materi selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan
adalah pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli
jawaban siswa benar atau salah, pertanyaan berikutnya segera muncul setelah
pertanyaan berikutnya selesai dijawab. Rangkaian tes yang biasanya digunakan
adalah tes objektif atau isian singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban soal-
soal esai dengan komputer masih belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau
sistem dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk
memperagakan untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan secara langsung
seperti reaksi kimia yang menimbulkan ledakan, mengukur ledakan laut,
mengukur tinggi menara atau menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.

40
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat
belajar sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga
mengandung unsur-unsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan dan fantasi
tanpa mengabaikan unsur mendidik. Paket program ini dapat mengembangkan
daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat
belajar berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara
aktif. Paket program ini bervariasi dari yang sederhana sampai dengan yang
rumit. Tergantung pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan respon
komputer terhadap respon siswa. Misalnya; persoalan pemacahan terhadap
pencemaran lingkungan. Bentuk penyajian materi, digunakan bentuk tutorial,
yaitu menyampaikan materi pelajaran setahap demi setahap meliputi materi,
contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya menuangkan
teks atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu dilakukan maka akan
mengkasilkan “buku elektronik” yang manfaatnya tidak jauh berbeda dengan
membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan
kerjasama yang baik antara guru, desainer, analis, image supplier, programer, dan
maintenance, dengan tugas masing-masing: a) Guru: sebagai orang yang
menguasai materi pelajaran dan teori belajar; b) Desainer: sebagai penerjemah ide
guru ke dalam skenario atau skrip media; c) Analis: melakukan analisis
skenario/skrip media dalam hal: kelengkapan komponen skenario, struktur
skenario, dan dapat tidaknya skenario dipahami oleh programer; d) Image
supplier: sebagai pemasok gambar ( foto, ilustrasi, grafik) dan audio; e) Programer:
merupakan pekerjaan inti dalam membuat media berbasis komputer, yang
bertugas menuangkan skenario/skrip media ke dalam komputer dengan bahasa
pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga keberlangsungan
program yang dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan
media yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
diusahakan syarat minimal yang harus dipenuhi agar pemrograman dapat
dilakukan. Salah satu alternatif adalah membekali orang yang mempunyai salah
satu keahlian dengan keahlian yang lain. Membekali seorang programer dengan
materi-materi bidang studi dan teori belajar tentu sangat tidak mungkin.
Alternatif yang lebih mungkin adalah membekali seorang guru bidang studi
tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan bahasa pemrograman
sederhana atau guru didampingi seorang programer yang sekaligus dapat
memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru (khususnya
untuk pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer
adalah Microsoft PowerPoint. Namun untuk menghasilkan media yang lebih baik,
diperlukan software lain sesuai keperluan, antara lain yakni (1) Macromedia Flash,
Gif Animator untuk membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand, Photoshop,
UnleadPhotoImpac, untuk mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk

41
mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe premier, VCD Cutter, sebagai program
mengolah movie, dan (5) Program Sound Forge, untuk mengolah suara. Untuk
keperluan praktis, gambar, animasi, efek suara dapat diperoleh di toko-toko
penjual software komputer.

i. Penggunaan Media Pembelajaran


Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2) belajar
secara klasikal, dan (3) belajar secara kelompok. Ketiga format pembelajaran itu
berpenggaruh terhadap penggunaan media pembelajaran. Berikut diuraikan
penggunaan media berdasarkan format pembelajarannya.

1) Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.


Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh
peranan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan proses
pembelajaran adalah pada siswa, sedang guru berperan sebagai fasilitator.
Dengan demikian maka peranan media sangat penting karena dapat membantu
menentukan keberhasilan belajar siswa. Penggunaan media dalam belajar secara
individual disajikan pada Gambar 3.3 sebagai berikut :

Media Siswa
Keterangan :
:
Guru
komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran

Gambar 3.3: Penggunaan Media dalam Belajar Individual

Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga
dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi
belajarnya tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau cra belajar
individual yang banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah belajar jarak jauh.

2) Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal


Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru
dan siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru
merupakan media utama. Media lain seolah-olah tidak ada perannya karena
frekuensi belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang tersedia. Bentuk
komunikasinya dapat disajikan pada Gambar 3.4 sebagai berikut:

42
Guru Siswa

Media Lain

Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)

Gambar 3.4: Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal

3) Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok


Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar
kelompok dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota
kelompok. Untuk menjamin mutu dalam belajar kelompok maka perlu
ditentukan besar kecilnya kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok seperti
pada Gambar 3.5 sebagai berikut.
G  Pada pola a) guru mengontrol kegiatan
diskusi siswa. Pola dasarnya adalah
serangkaian dialog antara guru dan
setiap individu, dengan cara seperti ini
maka interaksi antara siswa yang satu
S S dan siswa yang lain relatif lebih kecil
S S
S dibandingkan dengan pola b).
 Pada pola b) dapat disebut sebagai
G pola multi komunikasi, karena
S S komunikasi dapat dilakukan dari dan
ke berbagai arah.
 Pengendalian diri dan kontrol
dilakukan oleh anggota masing-masing
dengan cara menahan diri dan
memberi kesempatan kepada anggota
S S lain.

S
Keterangan:
G : Guru
S : Siswa
Gambar 3.5: : Arus interaksi
Penggunaan Media dalam Belajar
Kelompok

43
j. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran
Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran,
masing-masing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu
pada pembelajaran dengan karakteristik tertentu.

1) Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media dipergunakan


oleh guru untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang
digunakan (kebanyakan bersifat by design) terutama untuk membantu guru dalam
proses mengajarnya, strategi yang dikembangkan oleh Ivor K. Davies ini dapat
dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:

a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1) pembukaan
pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik perhatian
siswa ke arah materi baru yang akan disajikan dengan cara memberikan bahan
pengait. Media yang dapat digunakan pada tahapan ini, misalnya media cetak,
medis grafis, media audio, media audio-visual, atau pengamatan di lingkungan
dan berbagai media tiga dimensi.

b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut dibagi
dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi, diadakan tanya
jawab (review) untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas materi yang baru
disajikan. Dengan demikian kesalahpahaman atau kekurangjelasan materi dapat
segera diatasi. Pada tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan berbagai
media seperti halnya pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan
karakteristik tujuan pembelajaran, materi dan siswa.

c) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang
hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh materi
yang telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan balik atas
tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa, dan (4) pemberian pekerjaan rumah
jika diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media, media cetak (bagan),
OHP atau papan tulis dan beberapa media yang lain.

2) Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau yang


memerlukan banyak berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi kepada
kegiatan belajar mandiri oleh siswa, strategi yang disarankan ialah strategi yang
dikembangkan berdasarkan teori Galperin yaitu Pendekatan Terapan, meliputi:

44
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan beberapa
peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian disusul dengan
penyajian materi baru terutama ditinjau dari aspek teoretiknya. Atau dengan kata
lain, landasan teoretik yang merupakan rasional serta akan menjadi acuan dalam
pengerjaan tugas/latihan, disajikan pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga
prosedur kerja serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan
tugas/pelatihan.

b) Tahap berlatih/pengerjaan tugas


Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas/pelatihan yang diberikan guru.
Pengerjaan bisa di laboratorium, bengkel, lingkungan sekolah. Di dalam kelas,
perpustakaan, ruang audio visual atau di mana saja. Semua media dan peralatan
yang diperlukan oleh siswa untuk memfasilitasi belajar mereka hendaknya sudah
disiapkan sebelumnya. Selama siswa mengerjakan tugas/pelatihan, guru
hendaknya berkeliling melihat apakah siswa telah melakukan prosedur kerja
yang benar.

c) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa


Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu mendapat
informasi tentang hasil belajarnya atau sekurang-kurangnya, kesalahan-kesalahan
yang telah mereka lakukan. Dengan demikian siswa mendapat umpan balik yang
sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar mereka.

d) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa
atas materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah memilih
keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan dapat
memberikan gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.

3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada media tertentu


Jika penyaji materi dalam suatu pembelajaran bukan guru tetapi media
tertentu seperti TV, Film atau Slide, maka strategi yang disarankan untuk
digunakan adalah strategi pembelajaran bermedia, yang meliputi empat tahap,
yaitu:
a) Tahap persiapan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah:
Media yang akan digunakan yang meliputi baik bahan (software) dan peralatan
(hardware) yang akan digunakan. Perlu diteliti apakah media dalam kondisi baik
dan siap untuk dioperasikan.
1). Kelas, apakah memenuhi syarat untuk pembelajaran bermedia. Misalnya,
sarana dan prasarananya memungkinkan. Juga perlu sebelumnya dipikirkan,
di mana tempat duduk siswa akan diatur sehingga siswa akan dapat melihat
tayangan media dengan jelas.

45
2). Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman belajar
dengan media. Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu sekitar beberapa
menit untuk memperkenalkan siswa dengan media yang akan digunakan.
Dengan demikian kemungkinan bahwa siswa akan lebih tertarik pada
medianya daripada materinya dapat dihindarkan.
3). Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran bermedia.
Persiapan meliputi, misalnya, belajar mengoperasikan media yang akan
digunakan, mempelajari bahan (materi) yang akan ditayangkan,
mengantisipasi kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah penayangan, dan
lain-lain yang terkait.

b) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan
pelaksanaan pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian
isi/pengembangan, umpan balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada
pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak memberitahukan garis besar isi
tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang perlu diberitahukan
kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang benar, kegiatan yang akan
dilakukan siswa setelah menonton, dan apa yang perlu disiapkan siswa untuk
menonton.

1). Tahap tindak lanjut


Pembelajaran bermedia akan lebih bermakna jika setelah menonton, siswa
melakukan kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan materi tontonan.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, berupa membuat laporan, melakukan
pengamatan di lapangan, dan sebagainya.

2). Tahap evaluasi


Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa yang
berpusat pada pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan, dievaluasi. Jadi
tidak hanya meliputi penguasaan siswa akan materi tontonan saja, tetapi juga
hasil kegiatan tindak lanjut. Dengan demikian apa yang diperoleh siswa akan
benar-benar bermakna.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio visual,
maupun media grafis) secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni (1) persiapan,
(2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) tindak lanjut. Keempat kegiatan itu disajikan
dalam Gambar 3.5 sebagai berikut.

46
Kegiatan Persiapan
1. Guru mempersiapakan diri dalam penguasaan materi
pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran


Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan
media

Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan
menggunakan media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas

Kegiatan Tindak Lanjut


Guru mengadakan evaluasi kegiatan yang mengarahkan
kepada pemhaman lebih luas dan mendalam terhadap materi
pembelajaran

Gambar 3.5:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran

2. Lembar Pelatihan
1) Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya,
jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2) Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media
pembelajaran?

47
Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Davies, Ivor K. (1986). Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Degeng, I Nyoman Sudana. (1998). Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program
Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.
Heinich, R., et al. (1996). Instructional Media and Technology for Learning. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Pribadi, Benny Agus & Dewi Padmo Putri. (2001). Ragam Media dalam
Pembelajaran. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief S., dkk. (2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekamto, Toeti. (1993). Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional.
Jakarta: Intermedia.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

C. Asesmen
1. Lembar Informasi
a. Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua
istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal
ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling
berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang
hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu
hierarki. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan
suatu kriteria atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan
informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan
menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah
proses mengambil keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil asesmen.
Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak seharusnya melakukan evaluasi
tanpa melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik
formal maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang
terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002;
Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran

48
berlangsung disebut sebagai asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan
setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen
hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi asesmen proses informal dan
asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta
didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang
peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik
lain, guru telah melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-
peserta didik tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan
informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal, asesmen
proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Metode Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes
dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah
(Djemari, 2008). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar
atau salah digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper and
pencil) atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan dengan cara
memilih jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya soal bentuk pilihan
ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta
menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai,
baik esai isian singkat maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang
meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang
terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik
yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan extended
performance, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih
komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu
hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen
untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki
cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response dan
performance assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada selected response: (a)
alternatif pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada umumnya hanya berkaitan
dengan tugas-tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal pengetahuan dan
pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons secara tidak langsung. Hal yang
sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan
penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan aktual dari peserta, juga
membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara

49
mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu, penilaian
kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected response baik dari segi cakupan
tugasnya maupun cara atau struktur mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki
keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika
dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena respons peserta pada selected
response hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah disediakan, maka skor yang
diberikan menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif
bebas dari bias atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan
penilaian kinerja meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat
melakukan penskoran, tetapi masalah krusial yang selalu muncul adalah
rendahnya kekonsistenan antar penilai (interater reliability) ketika kemampuan
yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai. Metode selected response juga
memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang dinilai tidak begitu
kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes menjadi
relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka waktu
penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam
hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response
utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-
penilaian dalam skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian
sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional (Dittendik,
2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau
motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif
dan lazimnya menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang
dikumpulkan melalui angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke dalam
kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan
keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua
keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak
diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat
sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan
tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan
kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan
kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?

b. Karakteristik dan Teknik Asesmen


1) Karakeristik Asesmen dalam KBK/KTSP
a) Belajar Tuntas (mastery learning)

50
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya,
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar
dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam mastery learning adalah
peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang
berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk
materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.
b) Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen otentik
harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Asesmen otentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
c) Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan
Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, atau Ulangan Kenaikan Kelas.
d) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya,
tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM
(kriteria ketuntasan minimal)
e) Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
2) Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat
dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil
belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara
penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi.
Asesmen dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar,
baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang
dapat digunakan, yaitu :

c. Penilaian Unjuk Kerja


1) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium,
praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik,

51
bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.

2) Teknik Penilaian Unjuk Kerja


Untuk menilai unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan daftar cek
(check-list) dan skala penilaian (rating scale).
a) Daftar Cek (Check-list)
Dafatar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga
kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua
kategorikan saja, ya atau tidak. Berikut contoh penilaian unjuk kerja
dengan check-list.
Penilaian Kedisiplinan

Nama peserta didik: ________ Kelas: _____


No. Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Datang tepat waktu
2. Pakaian sesuai aturan
3. Bertanggungjawab pada
tugas
4. Pulang tepat waktu
Nilai

b) Skala Penilaian (Rating Scale)


Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau
merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya
atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Karena itu dapat dipilih skala
penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi setiap
kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai mengetahui
kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori
beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering
dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik.
Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi seorang
penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu deskriptor dalam

52
rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja
dengan rating scale beserta rubriknya.

Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum

Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan

Rubriknya
Aspek yang Penilaian
dinilai 1 2 3
Rangkaian alat
benar, tetapi Rangkaian alat
Rangkaian tidak rapi atau benar, rapi, dan
Merangkai alat alat tidak tidak memperhatikan
benar memperhatikan keselamatan
keselamatan kerja
kerja
Pengamatan Pengamatan
Pengamatan cermat, tetapi cermat dan
Pengamatan
tidak cermat mengandung bebas
interpretasi interpretasi
Data lengkap,
Data lengkap,
tetapi tidak
Data yang Data tidak terorganisir,
terorganisir, atau
diperoleh lengkap dan ditulis
ada yang salah
dengan benar
tulis
Sebagian
Tidak benar
kesimpulan ada Semua benar
atau tidak
Kesimpulan yang salah atau atau sesuai
sesuai
tidak sesuai tujuan
tujuan
tujuan

d. Penilaian Sikap

1) Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh

53
seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan
konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran adalah:
a) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik
akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan.
b) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap
guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut.
c) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan
teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik,
nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau
Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi
oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan
pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik
memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.

2) Teknik Penilaian Sikap


Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut.

a) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi.
Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik
yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan.

54
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta
didik selama di sekolah.
b) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta
didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai
“Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban
dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam
penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan
teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan
atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi
objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya
tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.
Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami
kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik Hormat pada orang
Ketekunan belajar

Tanggung jawab
Ramah dengan
Tenggang rasa

Menepati janji
SIKAP
Keterbukaan

Kedisiplinan

Kepedulian
Kerjasama

Kejujuran
Kerajinan

teman

tua

No

NAMA

1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 =
amat baik.

55
3) Tes Tertulis
a) Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta
didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan
lain sebagainya.

b) Teknik Tes Tertulis


Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
 Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan
ganda, benar-salah, dan menjodohkan.
 Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
 materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
 konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
 bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
 kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang
baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

4) Penilaian Proyek
a) Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
 Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
 Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
 Keaslian

56
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.

b) Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek

Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :

Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses


pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan
hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga
menggunakan rating scale dan cheklist

57
5) Penilaian Produk
a) Pengertian
 Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan
peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-
barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian
yaitu:
 Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
 Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
 Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b) Teknik Penilaian Produk


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
 Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
 Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.

Contoh Penilaian Produk


Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
No. Tahapan Skor ( 1 – 5 )*
1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan
ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

58
6) Penilaian Portofolio
a) Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik
secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu
priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta
didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik
sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
 Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan
bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya
yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
 Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.
 Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik
perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang
tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses
pendidikan
 Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan
dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
 Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
 Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
 Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar
yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan
karya peserta didik.

59
 Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat
berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

b) Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-
langkah sebagai berikut:
 Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru
untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan
melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan,
keterampilan, dan minatnya.
 Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang
akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa
sama bisa berbeda.
 Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau
folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
 Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke
waktu.
 Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para
peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
 Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru
dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut,
serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat
membahas portofolio.
 Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta
didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik
dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu
perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus
diserahkan kepada guru.
 Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,
undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud
serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan
memotivasi anaknya.

Berikut Ini Contoh Penilaian Portofolio

Sekolah :
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :

60
KRITERIA
N SK / KD /
Waktu Speak Gramm Voca Pronouncia Ket
o. PI
ing ar b tion
16/07/07
Introduct 24/07/07
1
ion 17/08/07
Dst....
12/09/07
2 Writing 22/09/07
15/10/07
Memoriz 15/11/07
3
e Vocab 12/12/07
Catatan : PI = Pencapaian Indikator

Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti
pekerjaan sesuai dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor yang
digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10
– 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan karakteristik
yang menonjol dari hasil kerja tersebut.

7) Penilaian Diri (self assessment)


a) Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik
diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian
dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian
kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat
tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian
diri di kelas antara lain:
 dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
 peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena
ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;

61
 dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.

b) Teknik Penilaian Diri


Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut.
 Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
 Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
 Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
 Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
 Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong
peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat
dan objektif.
 Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik


Nama sekolah :
Mata Ajar :
Nama :
Kelas :
Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat
2 ridho-Nya dalam belajar
3 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
4 Saya optimis bisa meraih prestasi
5 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di
6 sekolah dan masyarakat
Saya suka membahas masalah politik, hukum
7 dan pemerintahan
8 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang
9 berlaku
Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
10 Saya rela berkorban demi kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara
Saya berusaha menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab
JUMLAH SKOR

62
Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan
tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan
nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika
jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang
nilai antara 0 – 5 dikategorikan tidak positif; 6 – 10 kurang positif; 11 – 15 positif
dan 16 – 20 sangat positif.

8) Pemanfaatan Dan Pelaporan Hasil Asesmen

Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik


yang dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik
yang belum mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang
mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3)
perbaikan program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan
kenaikan kelas.

a) Pemanfaatan Hasil Penilaian


a. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh
guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan
mengetahui kekurangan peserta didik. Remedial diberikan kepada peserta
didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat
berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk belajar
sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan,
membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan
data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara peserta didik
dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam efektif. Remedial
hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
b. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan
lebih cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang
mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain
belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan,
agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
c. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program
dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan
terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam
mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru
harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan
memperbaiki program pembelajarannya.

63
d. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja
guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.

b) Pelaporan Hasil Penilain Kelas


(1) Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta
didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan
tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara sekolah,
orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar
peserta didik maupun pengembangan sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
 Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi
pengembangan peserta didik
 Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
 Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana
anaknya bermasalah dalam belajar

(2) Bentuk Laporan


Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka
(skor), misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata
pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu kurang
dipahami peserta didik maupun orangtua karena terlalu umum. Hal ini
membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu
dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri, statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan
komprehensif agar “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik
mudah terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih
mudah mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta didik,
sehingga dapat menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi anaknya.
Dipihak anak, ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta
aspek mana yang perlu ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan
sebagai berikut;
 Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik,
fisik, sosial dan emosional?
 Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
 Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan
baik?

64
 Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembang-
kan prestasi anak lebih lanjut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan


kepada orang tua hendaknya;
 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
 Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
 Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
 Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam
kurikulum.
 Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.

(3) Rekap Nilai


Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang
berisi informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap
KD, dalam kurun waktu 1 semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat
kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik,
sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek
penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif,
hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai tugas
perseorangan maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek
akan menjadi nilai pencapaian kompetensi untuk aspek yang
bersangkutan.
(4) Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun
waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi
tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Untuk model rapor, masing-masing sekolah
boleh menetapkan sendiri model rapor yang dikehendaki asalkan
menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada setiap
matapelajaran yang diperoleh dari ketuntasan kompetensi dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta didik,
karena itu kedudukan atau bobot nilai harian tidak lebih kecil dari bobot
nilai sumatif. Kompetensi yang diuji pada penilaian sumatif berasal dari
SK, KD dan indikator semester bersangkutan. Menurut Permendiknas No
20 Tahun 2007, hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidika
disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata
pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.

e. Penentuan Kenaikan Kelas

Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh nilai


kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

65
mulia 2) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK
lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai
pada batas akhir tahun ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang kuat, misal
karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin
berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas
diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan
indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan
indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan
keperluannya mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak yang
tidak naik kelas (automatic promotion). Automatic promotion apabila semua
indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) suatu mata
pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak
naik ke kelas berikutnya.

2. Lembar Pelatihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!

Daftar Pustaka

Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of teacher


decision making. Marwah: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and
assessing. New York:
Bailey, D. Kenneth. (1982). Methods of Social Research (second edition). New York.
The Free Press.
Brown, D.H. (2004). Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White
Plains, NY: Pearson Education, Inc.
Cohen, Louis & Lawrence Manion. (1990). Research Methods in Education (third
edition). London: Routledge.
Djemari, Mardapi. (2008). Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia
Johnson D.W. & Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and
Bacon.
Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York:
NewViewpoints.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, & M.R. Ross. (1991). Designing Effective Instruction.
New York: Macmillan College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science of
assessment. Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil pada tanggal
27 September 2002 dari http://www.nap.edu

66
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf
Publishing Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional. (2006). Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-
Nijhoff Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, & L.E. Desai. (1991). Portfolio Assessment in the Reading-
Writing Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. (1975). Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of
Testing. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
________. (2007). Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian

D. Pengembangan Silabus dan RPP


1. Lembar Informasi
a. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan
Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),
Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian,
Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya
menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
1) Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
2) Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari
peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
3) Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru
sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar.
4) Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian
KD dan SK.
5) Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan
Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
6) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
7) Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
b. Prinsip Pengembangan Silabus
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.

67
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain
kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan
dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini
dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari
lingkungannya.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).

c. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dibawah
koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.

1) Sekolah dan Komite Sekolah


Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk
menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah
dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan
lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.
2) Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum
dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak
sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas

68
atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan
dipergunakan oleh sekolah tersebut
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat
bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena
sekolah dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga
terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
4) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus
dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru
berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan
silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama
terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.

Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat
disajikan dalam contoh format silabus secara horisontal atau vertikal
sebagai berikut.

Langkah-langkah Pengembangan Silabus


1) Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester.
Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.

2) Menuliskan Standar Kompetensi


Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil
dari Standar Isi Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar Kompetensi,
penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;

69
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.

3) Menuliskan Kompetensi Dasar


Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus
dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.
Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum
menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu
mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata
pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata
pelajaran.

4) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran


Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a) potensi peserta didik
b) relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
d) peserta didik;
e) kebermanfaatan bagi peserta didik;
f) struktur keilmuan;
g) kedalaman dan keluasan materi;
h) relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
i) alokasi waktu.

Selain itu harus diperhatikan:


a) kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
b) kesahihannya;
c) tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-
benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d) kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
e) layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat;
f) menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.

70
5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup
yang perlu dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
b) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi
dasar secara utuh.
c) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
d) Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus
selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki
kompetensi yang telah ditetapkan.
e) Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap (termasuk
karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan KD.
f) Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus
dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep mata pelajaran.
h) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i) Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung
dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran
siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai


berikut:
a) memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
b) mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran;
c) disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang
tersedia;
d) bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e) memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti:
bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan
budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

71
6) Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Ranah
kognitif meliputi pemahaman dan pengembangan keterampilan intelektual,
dengan tingkatan: ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi,
dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah menjadi indikator produk dan
proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan gerakan sengaja yang
dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan yang
memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspek-
aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan
terhadap fenomena, tanggapan terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan
internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter
merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu
diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator
diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a) Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)
b) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
c) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata
kerja dalam KD maupun SK
d) Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan
(Urgensi), kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan
Kontekstual
e) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku,
dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan
bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.
f) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g) Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
j) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k) Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l) Menggunakan kata kerja operasional.

7) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang

72
bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian pencapaian
kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif, psikomotor dan afektif).
Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat melakukan
penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen
penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh
instrumen.

a) Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik
tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
(1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan
dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
(2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
(3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
(4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
(5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada bagian
indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
(6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model
penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
(7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip
berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
(8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar
siswa.
(9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran
mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.

73
(10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan
terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung
(main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses
pembelajaran.
(11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan
yang berupa informasi yang dibutuhkan.

b) Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.
Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat
digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik Bentuk Instrumen
 Tes tulis  Tes isian
 Tes uraian
 Tes pilihan ganda
 Tes menjodohkan
 Dll.
 Tes lisan  Daftar pertanyaan
 Tes unjuk kerja  Tes identifikasi
 Tes simulasi
 Uji petik kerja produk
 Uji petik kerja prosedur
 Uji petik kerja prosedur dan produ
 Penugasan  Tugas proyek
 Tugas rumah
 Observasi  Lembar observasi
 Wawancara  Pedoman wawancara
 Portofolio  Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi siswa
 Penilaian diri  Lembar penilaian diri
c) Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya.
Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak
mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian diletakkan di dalam
lampiran.

8) Menentukan Alokasi Waktu


Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian
suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:

74
a) minggu efektif per semester,
b) alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c) jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang beragam.

9) Menentukan Sumber Belajar


Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika,
nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

Contoh Format Silabus.


Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus dan
komponen-komponen yang terdapat dalam silabus, berikut ini diberikan
beberapa contoh format silabus.

Format 1: Horizontal
SILABUS
Nama Sekolah : ........
Mata Pelajaran : .........
Kelas / Semester : .........
Standar Kompetensi : 1. ........

Kompe Materi Kegiata Indikato Penilaian Alokas Sumbe


-tensi pokok/ n r Tekni Bentuk Contoh i r
Dasar Pembela Pembela k Instrume Instrume Waktu Belajar
-jaran - n n
Jaran

Format 2: Vertikal
SILABUS
Nama Sekolah : ...............
Mata Pelajaran : ...............
Kelas / semester : ...............
1. Standar Kompetensi : ..............
2. Kompetensi Dasar : ..............
3. Materi Pokok/Pembelajaran : ..............
4. Kegiatan Pembelajaran : ..............

75
5. Indikator : ..............
6. Penilaian : ..............
7. Alokasi Waktu : ..............
8. Sumber Belajar : ..............

Catatan:
 Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan
siswa untuk mencapai SK dan KD
 Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran
 Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau
lainnya.

d. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk
setiap mata pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus
mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran yang dianggap relevan.

1) Prinsip-prinsip Pengembangan RPP


Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.

b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik


Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
dan semangat belajar.
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis

76
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran
tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.

e. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah
sejumlah guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika
terdapat empat guru matematika dalam satu sekolah maka yang bertanggung
jawab menyusun silabus adalah keempat guru tersebut. Selanjutnya, yang
bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru mata pelajaran tertentu
secara individu, di bawah koordinasi Kepala Sekolah atau MGMP. Oleh karena
itu, setiap guru secara individu dituntut untuk memiliki kemampuan atau
kompetensi dalam menyusun atau mengembangkan RPP.

f. Komponen/Sistematika dan Langkah-langkah Pengembangan RPP


1) Komponen/Sistematika RPP
RPP memuat komponen yang terdiri atas:

Identitas, terdiri atas:


Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
Indikator :

77
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan /
mengeksplisitkan bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam setiap
langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-
rambu jawaban
3. Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan
lembar observasi/lembar pengamatan)

2) Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP


a) Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator, Alokasi Waktu.

b) Mencantumkan Tujuan Pembelajaran


Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran

78
dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam
indikator, dalam bentuk pernyataan yang operasional. Dengan demikian,
jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari
pada indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal
ini terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan
pemilihan materi, metode, media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka
memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga
tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam menjamin evaluasi yang
benar. Guru tidak akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah
tujuan kecuali guru itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B),
condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi
subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja
yang mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Kata
kerja ini merupakan jantung dari rumusan tujuan pembelajaran dan
HARUS terukur. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut
diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh
audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat
mengidentifikasikan paling sedikit lima unsur cerita dengan benar.
Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B: mengidentifikasikan unsur
cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita rakyat, D: lima unsur cerita (dari
enam unsur) dengan benar.
c) Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam
RPP merupakan pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam
silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus
dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru dapat
mengembangkannya menjadi Buku Siswa.
d) Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini
diambil bergantung pada karakteristik pendekatan dan atau strategi yang
dipilih. Selain itu, pemilihan metode/pendekatan bergantung pada jenis
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu
metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua materi.

79
e) Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah
kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan.
Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai
dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan sintaks yang
sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih
dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan
pertemuan ke-2 atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).

f) Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar


Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam
silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media,
alat/bahan, dan sumber belajar. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka
penyusun harus mengeksplisitkan secara jelas: a) media, b) alat/bahan,
dan c) sumber belajar yang digunakan. Oleh karena itu, guru harus
memahami secara benar pengertian media, alat, bahan, dan sumber belajar
(lihat contoh komponen/sistematika RPP).

g) Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan
tujuan pembelajaran. dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matriks horisontal maupun vertikal. Dalam penilaian hendaknya
dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci
jawaban/rambu-rambu jawaban dan pedoman penskorannya (lihat contoh
komponen/sistematika RPP).

g. Contoh Format RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Pelajaran : …………
Kelas / Semester : …………
Pertemuan ke- : ...............
Alokasi Waktu : ...............
Standar Kompetensi : ...............
Kompetensi Dasar : ...............
Indikator : ...............

80
I. Tujuan Pembelajaran : ...............
II. Materi Ajar : ...............
III. Metode Pembelajaran : ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal : ..........
B. Kegiatan Inti : ..........
C. Kegiatan Akhir : ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
VI. Penilaian : .............

2. Lembar Pelatihan
1) Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara
fungsional dalam rangka mencapai kompetensi tertentu. Pernyataan tersebut
merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual

2) Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem


penilaian perlu memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata. Pernyataan tersebut merupakan prinsip
pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. aktual dan kontekstual

3) Koordinator dan supervisor pengembangan silabus dilakukan oleh ...


A. kepala sekolah
B. Ketua KKG
C. KKKS
D. Dinas Pendidikan

4) Untuk mengimplementasikan program pembelajaran yang tertuang dalam


silabus, guru mengembangkan ....
A. RPP
B. Media pembelajaran
C. Bahan pembelajaran
D. Penilaian pembelajaran

5) Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah ....


A. Siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.

81
B. Ditampilkan peta siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
C. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa
Timur.
D. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa
Timur dalam waktu 5 menit.

6) Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,


pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Pernyataan tersebut menyatakan prinsip pengembangan silabus
....
A. Ilmiah
B. fleksibel
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual

7) Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah ....


A. Melalui diskusi siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan
atau dorongan dengan tepat.
B. Diberikan gambar, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa
tarikan atau dorongan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
C. Siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau dorongan
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
D. Setelah pembelajaran selesai siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang
berupa tarikan atau dorongan dengan tepat.

8) Kegiatan pembelajaran dalam Silabus memuat kegiatan yang berfokus pada ....
A. kegiatan siswa
B. kegiatan guru
C. kegiatan siswa dan guru
D. pengalaman guru

9) Berikut ini merupakan prinsip pengembangan indikator, KECUALI....


A. sesuai dengan SK dan KD
B. menggunakan kata kerja operasional yang terukur
C. memperhatikan tingkat perkembangan berpikir siswa
D. kata kerja operasionalnya lebih tinggi dari kata kerja dalam SK/KD

10) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang


menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai ....
A. satu SK
B. satu KD
C. satu tujuan
D. satu indikator

82
Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kerangka dasar dan struktur kurikulum.


Depdikbud. (2006). Permen no. 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:BNSP.
Dworetzky. Johan, Piaget. (1990). Introduction to Child Development. St. Paul :West
Publishing Company
Pusat Kurikulum. (2006). Pembelajaran Tematik. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
................................... Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No, 22 Tahun
2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Isi
................................... Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23
Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
................................... Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23
Tahun 2006 Tanggal 24 Mei 2006dan No. 6 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
................................... Pengembangan Silabus, Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
................................... Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
................................... Model Penilaian Berbasis Kelas Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SMP/MTs, Pusat Kurikulum Balitbang.

83
BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Materi PTK
1. Lembar Informasi
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru
yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari
kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi,
guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta
memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar
mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah letak
arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru. Kemajuan dan perkembangan
IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru
yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses
pembelajarannya.
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas
sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung
dalam proses tindakan perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam
pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui
PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan jawab atas masalahnya, dan
dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan.

a. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur
(2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model
penelitian ini, si peneliti (guru) bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus
sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan
juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang
dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi
terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa
yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode
ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih
memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada
situasi di mana mereka bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena
membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya,

84
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan
tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan
misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan
pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus
(3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran
sebagai bagian tanggungjawabnya.

b. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin.
Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi
rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil
yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti
(guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari
adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan
perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru
perlu menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan
pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai
dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan
selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya
dari segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam Standar
Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK
mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada tahap
perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh
ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada
seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki
kinerja yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
4) PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan
dengan menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan
(W=Weaknesses) yang dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu
peluang atau kesempatan yang dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun
ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut bisa dipandang dari sudut guru
yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.
5) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan
data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi
sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun
dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.

85
6) Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan
guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup
meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi
kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji
hipotesis yang dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada
dasarnya memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas
dasar tetap harus dipertahankan.
7) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah
yang cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah
komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada
siswa.
8) Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten,
memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan
anak-anak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional,
sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan
berorganisasi.
9) Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru,
namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan
classroom-exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat
terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan
dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

c. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
1) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena
dimulai dari refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi,
guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan berikut.
a) Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
b) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
c) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
d) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
e) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
f) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan


penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar
untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola siklusnya adalah:
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya
secara berulang.

86
d. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas (classroom
research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian tersebut
dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas adalah penelitian yang dilakukan di
dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian
yang dilakukan di dalam kelas, misalnya penelitian tentang bentuk interaksi
siswa atau penelitian yang meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan
sebagai obyek penelitian. Penelitian dilakukan oleh orang luar, yang
mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi tugasnya. Perbedaan
Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada
Tabel 4.2 ditunjukkan pula perbedaan PTK dengan penelitian formal atau
penelitian pada umumnya yang biasa dilakukan oleh peneliti.

Tabel 4.1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas

No. Aspek Penelitian Tindakan Penelitian Kelas


Kelas
1 Peneliti Guru Orang luar
2 Rencana Oleh guru (mungkin Oleh peneliti
penelitian dibantu orang luar)
3 Munculnya Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang
masalah luar/peneliti
4 Ciri utama Ada tindakan untuk Belum tentu ada tindakan
perbaikan yang berulang perbaikan
5 Peran guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (subyek
penelitian)
6 Tempat Kelas Kelas
penelitian
7 Proses Oleh guru sendiri atau Oleh peneliti
pengumpulan bantuan orang lain
data
8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik peneliti,
oleh guru, dan belum tentu dimanfaatkan
dampaknya dapat oleh guru
dirasakan oleh siswa

Tabel 4.2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal

No. Dimensi Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Formal


1 Motivasi Perbaikan Tindakan Kebenaran
2 Sumber Diagnosis status Induktif-deduktif
masalah
3 Tujuan Memperbaiki atau Mengembangkan, menguji

87
menyelesaikan masalah teori, menghasilkan
lokal pengetahuan
4 Peneliti yang Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang berminat,
terlibat memerlukan sedikit memerlukan pelatihan
pelatihan untuk dapat yang intensif untuk dapat
melakukan melakukan
5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representatif
6 Metode Longgar tetapi berusaha Baku dengan obyektivitas
obyektif-jujur-tidak dan ketidakberpihakan
memihak (impartiality) yang terintegrasi (build in
objectivity and impartiality))
7 Penafsiran hasil Untuk memahami praktek pendeskripsian,
Penelitian melalui refleksi oleh mengabstraksi,
praktisi penyimpulan dan
pembentukan teori oleh
ilmuwan.
8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik Pengetahuan, prosedur
(proses dan produk) atau materi yang teruji
9. Generalisasi Terbatas atau tidak Dilakukan secara luas
dilakukan pada populasi
Sumber : Fraenkel, 2011,p.595

e. Manfaat dan Keterbatasan PTK


Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi
guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain
sebagai berikut. a) PTK dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional,
karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya melalui PTK; c) PTK meningkatkan rasa percaya
diri guru; d) PTK memungkinkan guru secara aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan.
Manfaat bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat
menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan/kemajuan pada diri guru dan proses pendidikan di sekolah
tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin
melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari guru yang berperan
sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat
berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan
semua personalia sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan
kepada para guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling
mempercayai di antara personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru
dengan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.

88
f. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri atas 4
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi
(Gambar 4.1). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan
kembali untuk merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum
berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang
menjadi kerisauan guru.

Perencanaan

Refleksi dan Pelaksanaan


revisi Tindakan

Pengamatan

Gambar 4.1. Tahap-tahap dalam Pelaksanaan PTK

Setelah menetapkan focus penelitian, selanjutnya dilakukan perencanaan


mengenai tindakan apa yang akan dilakukan untuk perbaikan. Rencana akan
menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Pelaksanaan tindakan adalah
merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat. Tanpa tindakan, rencana
hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan.
Selanjutnya, agar tindakan yang dilakukan dapat diketahui kualitas dan
keberhasilannya perlu dilakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini akan
dapat ditentukan hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tujuan yang telah
dirumuskan dapat tercapai. Pengamatan dilakukan selama proses tindakan
berlangsung. Langkah berikutnya adalah refleksi, yang dilakukan setelah
tindakan berakhir. Pada tahap refleksi, peneliti: (1) merenungkan kembali apa
yang telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa, (2)
merenungkan alasan melakukan suatu tindakan dikaitkan dengan
dampaknya,dan (3) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tindakan
yang dilakukan.

g. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau
disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kelasnya,
yang jika tidak segera diatasi akan berdampak bagi proses dan hasil belajar
siswa. Masalah yang dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur,
sehingga guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut
menjadi semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh melalui
proses identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis terhadap masalah-
masalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam hubungan

89
ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, atau
yang dapat ditunda penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian yang besar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK adalah
sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul dirasakan penting oleh guru
sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan kemampuan dan/atau
kekuatan guru untuk mengatasinya, (3) permasalahan memiliki skala yang cukup
kecil dan terbatas, (4) permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan prioritas-
prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah seorang
guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya
sebagai bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran
guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
3) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
4) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
5) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
6) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau
memperbaiki situasi yang ada?

Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan


bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah
berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah berikutnya adalah menganalisis dan
merumuskan masalah.

h. Menganalisis dan Merumuskan Masalah


Setelah masalah teridentifikasi, guru perlu melakukan analisis sehingga
dapat merumuskan masalah dengan jelas. Analisis dapat dilakukan dengan
refleksi yaitu mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri, mengkaji ulang
berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau
bahkan mungkin bahan pelajaran yang telah disiapkan. Semua ini tergantung
pada jenis masalah yang teridentifikasi.
Sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya,
yang menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan atau dicari jawabannya
melalui penelitian tindakan kelas. Contoh rumusan masalah: Apakah pendekatan
konseptual dapat meminimalisasi miskonsepsi siswa pada mata pelajaran IPA
SD Klampis?
Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar
rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Sebagai misal untuk masalah: Tugas
dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa?
dapat dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi
siswa?;
2) Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?;
3) Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?;
4) Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan?;

90
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah mulai
dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.

i. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana
tindakan atau yang sering disebut dengan rencana perbaikan. Langkah-langkah
dalam menyusun rencana perbaikan adalah sebagai berikut.

1) Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis


tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik
untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan
kajian dari berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam
masalah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta
refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Contoh hipotesis tindakan:
Penggunaan concept mapping dan penekanan operasi dasar dapat meningkatkan
pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas VI SDN Ketintang.
2) Analisis kelayakan hipotesis tindakan. Setelah menetapkan alternatif hipotesis
yang terbaik, hipotesis ini masih perlu dikaji kelayakannya dikaitkan dengan
kemungkinan pelaksanaannya. Kelayakan hipotesis tindakan didasarkan pada
hal-hal berikut.
a) Kemampuan dan komitmen guru sebagai pelaksana. Guru harus bertanya
pada diri sendiri apakah ia cukup mampu melaksanakan rencana
perbaikan tersebut dan apakah ia cukup tangguh untuk
menyelesaikannya?
b) Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut;
Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu, apakah
siswa cukup mampu menyelesaikannya.
c) Ketersediaan prasarana atau fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana atau
fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dapat diadakan oleh siswa,
sekolah, ataukah oleh guru sendiri.
d) Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Dalam hal ini, guru perlu
mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat
dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah.

j. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah
layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan.

1) Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan
rencana tindakan kelas.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk skenario
tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-

91
langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
atau perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu perlu
menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat sesuai
dengan hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat peraga, dan
buku-buku yang relevan.
b) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan,
misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau
sarana lain yang terkait.
c) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan
dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus
menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya
dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat
melakukan hal ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan. Jika
indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam
dan menganalisis data.
d) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu
mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat
bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen
LPTK.

2) Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan
dalam kelas yang sebenarnya.
a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar.
Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak
boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru
tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi
sebagai tugas profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi
guru dan pembelajaran yang dikelolanya.
b) Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu
menyita waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK
memang harus disertai dengan observasi, pengumpulan data, dan
interpretasi yang dilakukan oleh guru.
c) Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan situasi kelasnya.
d) Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru.
e) Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan dan
etika yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti menyampaikan
kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan,
atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama

92
pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar
kebiasaan rutin.
f) PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat sekolah.

k. Observasi dan Interpretasi


Pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung simultan.
Artinya, data yang diamati saat pelaksaanaan tindakan tersebut langsung
diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Jika guru memberi pujian kepada siswa,
yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan, tetapi juga dampaknya
bagi siswa yang mendapat pujian. Apa yang harus direkam dan bagaimana cara
merekamnya harus ditentukan secara cermat terlebih dahulu.
Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan
observasi atau pengamatan. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar
atau karakteristik kunci observasi, yaitu:
1) Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara
pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini teman sejawat yang akan
membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar. Perencanaan
bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan
menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan diamati, aturan yang
akan diterapkan, berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana
sikap pengamat kepada siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
2) Fokus
Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang sempit atau
spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat begi
perkembangan profesional guru.
3) Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau
sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
4) Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan, yaitu: (1)
dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam
menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang
memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang
menakutkan guru dan siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk
menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta
alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di dalam
suatu observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan
pendapat atau opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi yang
dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan
lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk
merekam proses pembelajaran yang diamati. Observasi terfokus secara
khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi

93
yang terstruktur dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya
tinggal membubuhkan tanda cek (V) pada tempat yang disediakan.
Observasi sistematik dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang
diamati.

5) Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis dapat
dijadikan dasar untuk memberi balikan yang tepat. Syarat balikan yang
baik: (i) diberikan segera setelah pengamatan, dalam berbagai bentuk
misalnya diskusi; (ii) menunjukkan secara spesifik bagian mana yang
perlu diperbaiki, bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan; (iii)
balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang yang diberi
balikan tersebut.

l. Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk
mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis
data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap
observasi. Analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai
diimplementasikan secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk
enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah pembelajaran
tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan diadakan
interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir
paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan
informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, data
diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering
disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan
hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua,
data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam
bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau
deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau
formula singkat.

m. Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan
mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui
refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang
belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran
berikutnya.

n. Perencanaan Tindak Lanjut


Sebagaimana yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil
atau kesimpulan yang didapat pada analisis data, setelah melakukan refleksi

94
digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan
perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka
hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan
perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK berakhir, jika
perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam PTK sebenarnya
tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.

Perencanaan

Gagal

Refleksi Pelaksanaan

Berhasil

Pengamatan

Simpulan

(Kemmis dan Mc. Taggart dikutip Wardani dkk, 2004, p.4.9)

Gambar 4.2. Aspek Penelitian Tindakan Kelas (diadaptasi


dari Kemmis & Taggard, 1992 dan Fraenkel, 2011)

o. Cara Membuat Proposal


Proposal adalah suatu perencanaan yang sistematis untuk melaksanakan
penelitian termasuk PTK. Di dalam proposal terdapat komponen dan langkah
yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK. Selain itu, proposal juga
memiliki kegunaan sebagai usulan untuk pengajuan dana kepada instansi atau
sumber yang dapat mendanai penelitian. Proposal terdiri dari dua bagian, bagian
pertama merupakan identitas proposal, sedangkan bagian kedua merupakan
perencanaan penelitian yang berisi tentang desain penelitian, dan langkah-
langkah pelaksanaan. Pembahasan proposal akan dibagi menjadi 3 langkah, yaitu
mengenai format proposal, cara membuat proposal, dan cara menilai proposal
(Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999).

1) Format Proposal
Pada umumnya format proposal penelitian, baik penelitian formal
maupun PTK sudah baku. Salah satu format proposal yang ada saat ini
adalah yang dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM sebagai
berikut.

95
Halaman Judul (kulit luar)
Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal itu
dibuat.
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga yang
mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal
penelitian adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
4. Data Peneliti:
 Nama lengkap dan gelar
 Golongan/pangkat/NIP
 Jabatan fungsional
 Jurusan
 Institusi
5. Susunan Tim Peneliti
 Jumlah
 Anggota
6. Lokasi Penelitian
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana

2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya
adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut
adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian
masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa
Anda tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut
merupakan masalah riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada
manfaatnya apabila diteliti dengan PTK? Untuk ini perlu didukung
oleh kajian literatur atau hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan baik oleh Anda sendiri maupun orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari.
Anda perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika
perlu menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut.
Setelah Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam

96
bentuk kalimat yang jelas. Biasanya rumusan masalah dibuat dalam
bentuk kalimat Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan
pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan
cara pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap
suatu masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada
pengalaman Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari
dalam buku literatur dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi
dan berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Cara
penyelesaian masalah yang Anda tentukan atau pilih harus benar-
benar “applicable”, yaitu benar-benar dapat dan mungkin Anda
laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan
terarah, sesuai dengan latar belakang masalah dan mengacu pada
masalah dan cara penyelesaian masalah. Sebutkan pula manfaat dari
PTK ini, yaitu nilai tambah atau dampak langsung atau pengiring
terhadap kemampuan siswa Anda.
f) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau
memperluas pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat berguna untuk
memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan dengan masalah
tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh masukan yang dapat
membantu Anda dalam melaksanakan PTK, terutama dalam
merumuskan hipotesis.
g) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki, rencana
kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan interpretasi, analisis,
dan refleksi), data dan cara pengumpulan data, dan teknik analisis
data penelitian.
h) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian dan
rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka berapa lama.
Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus menginventarisasi
jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari awal
perencanaan, penyusunan proposal sampai dengan selesainya
penulisan laporan. Jadwal PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar
chart.

97
i) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda,
terutama jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana
biaya meliputi kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan. Pada tiap-tiap tahapan diuraikan jenis-jenis
pengeluaran yang dilakukan serta berapa banyak alokasi dana yang
disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.

p. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.


Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau
hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang
atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada
beberapa jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan
hasil tes laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih
tinggi penyajiannya. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk
mencatat, memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Dalam
penelitian, laporan merupakan laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru
dalam bentuk teori, konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang perlu
dicarikan cara pemecahannya. Namun untuk mengimplementasikannya
memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil penelitian formal dipublikasikan
melalui seminar, pengkajian ulang, analisis kebijakan, pendiseminasian dan
sebagainya, yang memerlukan waktu cukup lama, sehingga pada saat dilakukan
implementasi, temuan tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan
antara lain sebagai berikut.
1) Sebagai dokumen penelitian, dan dapat dimanfaatkan oleh guru atau
dosen untuk diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat/pengembangan
karir.
2) Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam
memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
3) Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik dan
saran terhadap penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan
dalam menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam
sebuah laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat
memberikan arah penulisan, sehingga memudahkan anda dalam menulis
laporan. Sistematika atau struktur ini harus sudah anda persiapkan sebelum
penelitian dilakukan, yaitu pada saat anda menulis proposal. Setelah PTK selesai
dilakukan, anda mulai melihat kembali struktur tersebut untuk dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan pengalaman anda dalam
melakukan PTK, serta data informasi yang sudah dikumpulkan dan dianalisis.
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis penelitian
lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan format tersendiri
yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format yang ditetapkan oleh

98
Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan
oleh Ditjendikti atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan
memperoleh pendanaan dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga
perlu disesuaikan dengan format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana
penelitian. Namun bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format
menyepakati beberapa komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan
dijelaskan. Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:

Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-rambu
seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran,
tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan
pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15
kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan,
prosedur pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan, serta
simpulan dan saran.

Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah,
analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi
istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah,
analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)

Bab II Kajian Pustaka


Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang
relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu
dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri

99
dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian yang
bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan

Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran,
karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Selain itu, bab ini
juga menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara
pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara
refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta
collaborative. Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa)
B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan,
pengamatan/pengumpulan data/instrument, refleksi)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu
ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada
diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi
kelas, hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil
analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai
pembahasan secara sistematik dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),
keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus

Bab V Simpulan dan Saran


A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

q. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil penelitian
maupun makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat kaitannya
dengan aktivitas ilmiah.

100
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah
dengan baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan
dengan teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah. Di
samping itu, keterampilan menggunakan bahasa tulis dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal
atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dengan
mengikuti pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau ditetapkan. Artikel
ilmiah bisa diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil pemikiran dan kajian
pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi sistematika penulisan dan isi
suatu artikel dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu artikel hasil
penelitian dan artikel nonpenelitian. Secara umum, isi artikel hasil penelitian
meliputi: judul artikel, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan,
metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan.
Sedangkan artikel nonpenelitian berisi judul, nama penulis, abstrak dan kata
kunci, pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar rujukan.
Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:
1) Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi yang
terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata sebaiknya dilakukan
dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya tarik judul bagi pembaca juga
dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.

2) Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun gelar
lainnya. Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di bawah nama
penulis, namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki di halaman pertama.
Apabila penulis lebih dari dua orang, maka nama penulis utama saja yang
dicantumkan di bawah judul, sedangkan nama penulis lainnya dituliskan
dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang mencerminkan ide-
ide atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk artikel hasil penelitian,
prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang
subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian, tekanan diberikan pada
hasil penelitian. Sedangkan untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi
ringkasan isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan komentar atau
pengantar dari penyunting. Panjang abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu
paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran

101
gagasan dalam karangan asli berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah
kata kunci antara 3-5 kata. Perlu diingat bahwa kata kunci tidak diambil dari
kata-kata yang sudah ada di dalam judul artikel. Kata kunci sangat bermanfaat
bagi pihak lain yang menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui
jaringan internet untuk menemukan karya seseorang yang sudah
dipublikasikan secara online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata
kunci. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga
gagasan: (1) latar belakang masalah atau rasional penelitian, (2) masalah dan
wawasan rencana pemecahan masalah, (3) rumusan tujuan penelitian (dan
harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat dijamin
otoritas keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara ringkas, padat
dan mengarah tepat pada masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat
mencakup landasan teoretis, segi historis, atau segi lainnya yang dianggap
penting. Latar belakang atau rasional hendaknya dirumuskan sedemikian
rupa, sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan penelitian yang dilengkapi
dengan rencana pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan berisi
uraian yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan dibahas.
Bagian ini menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga
mereka tertarik untuk mengikuti bagian selanjutnya. Selain itu, bagian ini juga
diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal-hal yang akan dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan pembahasan. Pada
bagian metode disajikan bagaimana penelitian dilaksanakan. Uraian disajikan
dalam beberapa paragraf tanpa atau dengan subbagian. Yang disajikan pada
bagian ini hanyalah hal yang pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa
sumber datanya (subjek atau populasi dan sampel), bagaimana data
dikumpulkan (instrumen dan rancangan penelitian), dan bagaimana data
dianalisis (teknik analisis data). Apabila di dalam pelaksanaan penelitian ada
alat dan bahan yang digunakan, maka spesifikasinya perlu disebutkan.
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek
penelitian dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian, lokasi dan
lama penelitian, serta uraian tentang pengecekan keabsahan hasil penelitian
(triangulasi) juga perlu dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan hasil
analisis data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil analisis saja,
sedangkan proses analisis data misalnya perhitungan statistik, tidak perlu
disajikan. Proses pengujian hipotesis, ternasuk pembandingan antara koefisien
hasil perhitungan statistik dengan koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang
dilaporkan hanyalah hasil analisis dan hasil pengujian data. Hasil analisis
dapat disajikan dalam bentuk grafik atau tabel untuk memperjelas penyajian
hasil secara verbal, yang kemudian dibahas.

102
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Dalam
pembahasan disajikan: (1) jawaban masalah penelitian atau bagaimana tujuan
penelitian dicapai, (2) penafsiran temuan penelitian, (3) pengintegrasian
temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang telah mapan, dan (4)
menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang telah ada sebelumnya.
Jawaban atas masalah penelitian hendaknya disajikan secara eksplisit.
Penafsiran terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan logika
dan teori-teori yang ada. Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam
kumpulan yang ada dilakukan dengan membandingkan temuan itu dengan
temuan penelitian yang telah ada atau dengan teori yang ada, atau dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan. Jika
penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama dapat
dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari
teori harus disertai dengan modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh
teori harus disertai rumusan teori yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan
atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi bergantung
pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah
pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau prinsip.
Isi yang berbeda memerlukan penataan dengan urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Namun
apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan sebelumnya, maka
istilah yang dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga
ditambahkan saran atau rekomendasi.
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran
yang memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan
pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal, bukan
numerikal. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat. Saran
dapat mengacu pada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, atau
penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan artikel.
Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang tubuh
artikel harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis. Gaya
selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi, bergantung pada
disiplin ilmu yang menjadi payung artikel ilmiah anda atau jurnal yang akan
memuat artikel anda. Bidang Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan
format APA (American Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu
Sejarah menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa
dan Sastra menggunakan MLA (Modern Language Association). Apapun gaya
yang anda gunakan, pastikan bahwa gaya penulisan anda konsisten dan sesuai

103
dengan format yang ditetapkan oleh jurnal/media yang akan menampung
tulisan anda. Untuk itu, anda perlu mencermati lebih dahulu format seperti
apa yang harus anda ikuti sebelum mulai menulis/menyunting artikel ilmiah
anda. Secara umum, yang dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah:
nama pengarang, tahun penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan nama
penerbitnya.

2. Lembar Pelatihan
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda kerjakan
latihan berikut bersama teman-teman Anda!
1) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata Anda
sendiri!
2) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola
pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukan analisis
apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut sebagai penelitian
tindakan kelas? Berikan argumentasi, mengapa kelompok Anda
berpendapat seperti itu?
3) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman yang sudah
Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa yang sudah terjadi.
Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan refleksi?
4) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan belajar
ini, yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benar-benar
membedakannya dengan penelitian formal? Berikan alasan atas Jawaban
Anda.
5) Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai
tujuan perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan siklus
tersebut dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut
dapat berakhir.
6) Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan
dengan teman Anda mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan
bersamaan dan mengapa observasi harus disertai dengan interpretasi.
7) Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan aturan
harus diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting dan
jelaskan mengapa aturan tersebut harus diikuti.
8) Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah ilmiah,
apa sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
9) Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi?
Jelaskan jawaban Anda dengan contoh.
10) Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari dimensi
isi artikel.

104
Daftar Pustaka

Arends, Richard I.( 2002). Classroom Management. New York: McGraw -hill
Book Co.
Fraenkel, Jack R & Norman E Wallen. (2011). How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: McGraw-Hill High Education.
Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham:
Open University.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.
Mettetal, Gwyn.(2001).The What, Why, and How of Classroom Action Research,
JoSoTL Volume 2 Number 1. pp
Nur, Mochamad. (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatih Proyek PGSM,.(1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti.
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher
Development Project) IBRD Loan No. 3979-Ind.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wardani, I.G.A.K, Wilhardit, K. & Nasution, N. (2004). Penelitian Tindkaan
Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

B. Contoh PTK
1. Contoh Proposal PTK
b. JUDUL PENELITIAN:
Pengembangan Media Pembelajaran Mata Kuliah Fisika II dengan Model
Computer Assisted Instruction (CAI) sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas
Hasil Pembelajaran di Jurusan Teknik Elektro FT Unesa

c. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN:


FISIKA II dan pengembangan media pembelajaran dengan metode tindakan
kelas.

d. PENDAHULUAN
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) umumnya dan Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya khususnya,
merupakan lembaga pendidikan teknologi dan ilmu teknik yang memiliki tujuan
untuk menyiapkan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja di industri atau usaha,
mampu membuka usaha baru dan bekerja sebagai pendidik di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan atau di lembaga pelatihan teknik umumnya.
Mata Kuliah Fisika II merupakan mata kuliah lanjutan dari Fisika I, wajib
tempuh dan lulus serta merupakan mata kuliah yang dapat menunjang mata
kuliah–mata kuliah lainnya di Jurusan Teknik Elektro FT Unesa Surabaya, sehingga
kualitas hasil pembelajaran harus dalam kategori minimal baik.

105
Kualitas hasil pembelajaran mata kuliah Fisika II masih perlu ditingkatkan,
baik ditinjau dari kualitas hasil pembelajaran mahasiswa maupun dosen. Indikator
perlunya ditingkatkan kualitas pembelajaran tersebut antara lain nilai akhir Fisika
II rata-rata dari 33 mahasiswa program studi S1 (2008) Pendidikan Tenaga Listrik
masih dalam kategori cukup (2,27), demikian juga nilai akhir rata-rata dari 40
mahasiswa program studi S1 (2008) Pendidikan Elektronika Komunikasi kategori
cukup (2,67) dan yang mendapat nilai A dari total mahasiswa tersebut hanya 3.
Sulitnya mahasiswa memahami pokok bahasan yang bersifat analisis dan
cenderung pasif, rendahnya keterampilan mahasiswa dalam memecahkan masalah
dan laporan hasil praktikum ada yang beda dengan hasil hitungan atau analisis.
Hal ini menunjukan masih perlunya inovasi pembelajaran dalam upaya
meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik bagi mahasiswa maupun dosen,
dan peningkatan hasil nilai akhir mahasiswa.
Dalam perkembangan zaman media pembelajaran terus ditingkatkan,
sehingga pemerintah mulai mengembangkan pendidikan berbasis ICT
(Information and Communication Technology) dengan Pembelajaran e-learning
(electronic learning). Dalam pendidikan berbasis ICT penggunaan media komputer
berperan penting dalam menyalurkan, menyimpan dan memproses informasi.
Pembelajaran dengan bantuan komputer dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif media pembelajaran pada pendidikan berbasis ICT karena
komputer mempunyai berbagai manfaat antara lain: (1) mampu menyimpan data,
(2) mampu menghitung dengan cepat dan tepat, (3) dapat melakukan pekerjaan
berulang-ulang kali sesuai dengan keinginan pemakai, (4) dan mampu
menampilkan bentuk grafik, bagan, gambar serta suara.
Berdasarkan hasil penelitian Rochim (2010) dikemukakan bahwa terdapat
kekurangan pada pembelajaran Fisika II dalam proses belajar mengajar, yaitu
pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang berpusat pada dosen
sedangkan mahasiswa lebih banyak melihat dan mendengarkan serta masih
kurang dalam proses learning by doing atau pembelajaran secara langsung
sehingga mahasiswa mudah bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam proses praktikum materi Fisika II
masih sangat kurang. Berikut ini adalah kondisi alat-alat praktikum materi Fisika
II antara lain: (1) Materi persamaan Maxwell kondisi alat rusak. (2) Materi
gelombang, sensor dan optik memiliki satu trainer. (3) Materi Fisika Modern
masih belum tersedia peralatan praktikum pada laboratorium.
Deskripsi mata kuliah Fisika II yaitu meliputi pemahaman dan pengkajian
persamaan-persamaan Maxwell, gelombang elektromagnetik, optik, efek foto
listrik, fisika modern, sensor dan tranduser (Buku Pedoman UNESA, 2004:485).
Adapun materi di dalam Optik tersebut adalah sifat dan penjalaran cahaya,
pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dispersi, interferensi dan difraksi
cahaya.
Berdasarkan uraian tersebut perlu ada pengembangan media
pembelajaran dengan model Computer Assited Instruction (CAI) untuk
mengurangi keterbatasan alat yang terdapat pada laboratorium khususnya pada
materi Fisika Optik yang hanya memiliki satu trainer sehingga kurang efektif

106
digunakan dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran yang dihasilkan
digunakan untuk membantu mahasiswa dalam memahami teori maupun
praktikum dengan menggunakan bantuan media komputer Selain itu media
pembelajaran yang dihasilkan digunakan untuk membantu dosen dalam
penyampaian proses belajar mengajar Fisika II khususnya materi Optik.
Media yang dibuat berupa CD media pembelajaran yang didalamnya
berupa materi pembelajaran dan simulasi serta terdapat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur pemahaman mahasiswa tentang materi yang disampaikan.
Dengan adanya media pembelajaran ini diharapkan materi Fisika Optik dapat
dipelajari dengan lebih mudah, sehingga proses pembelajaran diharapkan dapat
berlangsung lebih baik karena adanya keseimbangan antara materi yang
didapatkan dengan praktik.

e. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sangat berkaitan dengan
kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan perubahan system pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan pengembangan kualitas materi kuliah Fisika II dan
kebutuhan mahasiswa terhadap peningkatan hasil belajarnya. Untuk itu perlu
dikembangkan suatu media pembelajaran dengan berbantuan computer yang
dapat meningkatkan kualitas materi kuliah dan meningkatkan hasil belajar
mahasiswa. Sehingga timbul masalah: Bagaimana mengembangkan media
pembelajaran mata kuliah Fisika II dengan model Computer Assisted Instruction
(CAI) untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajarannya di Jurusan Teknik
Elektro FT Unesa ?
Dari permasalahan tersebut muncul pertanyaan penelitian:
a. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran dengan bantuan komputer
pada materi Fisika Optik?
b. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar mahasiswa yang menggunakan
media pembelajaran dengan hasil belajar mahasiswa yang tidak menggunakan
media pembelajaran?
c. Bagaimana respon mahasiswa terhadap media pembelajaran dengan bantuan
komputer pada materi Fisika Optik?

2. Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini, peningkatan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa
dalam bentuk: (1) tingkat keaktifan mahasiswa didefinisikan sebagai tingkat
partisipasi mahasiswa dengan benar dan terampil dalam pembelajaran. Indikator
kebenaran partisipasi meliputi tingkat kebenaran mahasiswa menyelesaikan
permasalahan. Indikator terampil, meliputi tingkat kecepatan dan kebenaran
mahasiswa dalam melakukan pemecahan masalah melalui analisis hitungan dan
tingkat kecepatan dan ketepatan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan
melalui analisis hasil praktikum yang diukur dengan observasi dan kinerja hasil
praktik, dan (2) hasil nilai akhir yang diukur dengan tes tertulis.

107
Agar tingkat kualitas hasil pembelajaran mahasiswa tinggi, maka
menuntut peran dosen dalam menerapkan metode pembelajaran dengan Model
Computer Assited Instruction (CAI) secara benar dengan ditunjang CD tutorial
interaktif dengan benar. CD tutorial yang meliputi, (1) panduan media yang
berisi petunjuk bagi mahasiswa untuk memudahkan mahasiswa dalam
menggunakan media pembelajaran, (2) materi pembelajaran meliputi: sifat dan
penjalaran cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dispersi, interferensi,
dan difraksi cahaya. Pada setiap materi terdapat simulasi pembelajaran untuk
membantu mahasiswa memahami materi yang disampaikan serta, (3) evaluasi
untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa mengenai materi yang
disampaikan, pada evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi setiap akhir materi
untuk mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai media pembelajaran yang
telah dipelajari dan evaluasi akhir utuk mengukur hasil belajar mahasiswa
mengenai materi Fisika Optik secara keseluruhan.

3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian
pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah (1) Untuk
mengembangkan produk sebuah media pembelajaran dengan bantuan komputer
pada materi Fisika Optik dalam bentuk CD untuk mahasiswa S-1 Pendidikan
Teknik Elektro angkatan 2009. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar mahasiswa yang menggunakan media pembelajaran dengan hasil belajar
mahasiswa yang tidak menggunakan media pembelajaran. (3) Untuk mengetahui
respon mahasiswa terhadap media pembelajaran dengan bantuan komputer pada
materi Fisika Optik.

4. Kontribusi Hasil Penelitian


Penelitian pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran ini
diharapkan dapat bermanfaat: (1) Untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya materi Fisika Optik. (2) Bagi para pendidik, sebagai media
pendamping bagi pendidik dalam menyampaikan materi Fisika Optik di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya. (3) Bagi peserta didik, diharapkan
materi yang dipelajari akan lebih mudah dipahami dan diingat.

f. KAJIAN PUSTAKA
1. Rancangan Pengembangan Media Pendidikan
Berdasarkan pernyataan Sadiman dkk (2009:99-111) langkah-langkah
dalam merancang media harus mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Pengertian
Bila anda akan membuat program media pembelajaran anda diharapkan
dapat melakukannya dengan persiapan dan perencanaan yang teliti dengan
menjawab beberapa pertanyaan pengembangan dengan urutan yang sistematis
sehingga terbentuk model pengembangan.
b. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar-mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita

108
inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki
sekarang.
c. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Tujuan
dapat menentukan arah yang ingin dilakukan. Tujuan ini dapat dijadikan acuan
untuk mengukur apakah tindakan yang dilakukan sudah benar atau salah, atau
tindakan yang dilakukan berhasil atau gagal.
d. Pengembangan Materi
Dalam proses belajar mengajar, setelah tujuan instruksional jelas, setelah
kita mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang harus dimiliki siswa.
Maka kita harus memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki
keterampilan tersebut. maka kita perlu menguraikan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukuran diperlukan untuk mengkaji apakah tujuan instruksional
dapat tercapai atau tidak pada akhir kegiatan itu. Untuk keperluan itu kita perlu
mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.

2. Pembelajaran dengan Bantuan Komputer atau Computer Assisted


Instruction (CAI)

Menurut Arsyad (1996) sistem-sistem komputer dapat menyampaikan


pengajaran secara langsung kepada para siswa melalui cara berinteraksi dengan
mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem. Inilah yang disebut
pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer-Assited Instruction (CAI).
Ada berbagai macam kemungkinan penggunaan CAI, meliputi model-model
mengajar sehingga komputer dapat memberikan kemudahan paling efektif,
misalnya sebagai tutorial, latihan dan praktik, penemuan, simulasi, dan
permainan. Ada 90% kategori dari program pembelajaran. Tutorial 32%, latihan
dan praktik 22%, Penemuan 20%, Simulasi 13%, permainan 3%, lain-lain sebesar
10%. Sehingga bila dijumlahkan seluruhnya menjadi 100%. Arsyad selanjutnya
menjelaskan secara lengkap sebagai berikut:
a. Model Tutorial
Dalam model tutorial, pola dasarnya mengikuti pengajaran berprogram
tipe bercabang di mana informasi disajikan dalam unit-unit kecil, lalu disusul
dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (melihat jawaban
siswa dengan lembar jawaban), dan umpan baliknya nilai dapat langsung
diberikan.
b. Model Praktik Dan Latihan
Dalam menggunakan model ini hendaknya semua konsep, peraturan, atau
prosedur terlebih dahulu sudah dipelajari siswa. Program akan membimbing
siswa melalui serangkaian contoh yang kemudian meningkat pada ketangkasan
dan kelancaran dalam menggunakan keterampilan. Prinsipnya adalah penguatan
yang tetap terhadap seluruh jawaban siswa.

109
c. Model Penemuan
Penemuan adalah istilah umum untuk menjelaskan kegiatan yang
mempergunakan pendekatan induktif dalam pengajaran misalnya penyajian
masalah yang dipecahkan oleh mahasiswa dengan cara coba-coba. Model ini
mendekati kegiatan belajar di laboratorium dan kegiatan belajar nyata yang biasa
dilakukan di luar kelas.
d. Model Simulasi
Dengan model ini mahasiswa dihadapkan kepada situasi kehidupan nyata.
Contoh yang dapat diambil adalah berbagai persoalan eksperimen laboratorium
di mata pelajaran Fisika dapat disimulasikan dalam bentuk program komputer.
e. Model Permainan
Kegiatan permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur pengajaran.
Permainan yang dibuat adalah untuk melengkapi kegiatan belajar mahasiswa.
Komputer bila digunakan sebagai permainan dalam pembelajaran dapat
mendukung kerangka dalam belajar mahasiswa, terutama dalam hal melatih
ulang.
Faktor pendukung keberhasilan CAI menurut Arsyad (1996) bergantung
kepada beberapa faktor seperti proses kognitif dan motivasi dalam belajar. Oleh
karena itu, para ahli telah mencoba mengajukan prinsip-prinsip perancangan CAI
yang diharapkan bisa melahirkan program CAI yang efektif.
a. Belajar harus menyenangkan
Untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan, ada tiga unsur yang
perlu diperhatikan, antara lain: (1) menantang yaitu program permainan harus
menyajikan tujuan yang hasilnya tidak menentu dengan cara merekam skor,
mempercepat respons atau memberi bonus ekstra. (2) fantasi yaitu kegiatan
intruksional dapat menarik dan menyentuh secara emosional. (3) ingin tahu yaitu
kegiatan intruksional harus dapat membangkitkan indra ingin tahu siswa dengan
menggabungkan efek audio dan visual serta musik dan grafik.
b. Interaktivitas.
Untuk memenuhi keperluan interaktivitas dalam pembelajaran sebaiknya
mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut: (1) Dukungan komputer yang
dinamis yaitu program pembelajaran harus mengambil inisiatif awal untuk tugas-
tugas yang harus dikuasai siswa, disamping memberikan tanggung jawab sejalan
dengan kemajuan yang diperolehnya dalam tingkat penguasaan tugas-tugas itu.
(2) Dukungan sosial yang dinamis yaitu program pembelajaran harus mampu
mendorong dan memungkinkan terjadinya interaksi dan saling membantu antara
rekan atau siswa. (3) Aktif dan interaktif yaitu siswa harus berperan aktif dalam
setiap kegiatan selama pembelajaran. (4) Keluasan yaitu siswa harus memperoleh
berbagai ketrampilan yang siswa ingin dikuasai. (5) Power yaitu kegiatan
pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada pemula untuk melahirkan
hasil yang menarik dengan upaya yang relatif ringan.
c. Kesempatan berlatih harus memotivasi, cocok, dan tersedia umpan balik
Latihan yang banyak dengan bantuan komputer amat diperlukan untuk
menguasai ketrampilan dasar. Latihan tersebut sebaiknya memperhatikan faktor
seperti berikut ini:(1) latihan harus sesuai dengan perkembangan siswa. (2)

110
latihan harus mempersiapkan umpan balik yang dapat dipahami segera. (3)
lingkungan latihan dan praktik harus memotivasi.
d. Menuntun dan melatih siswa dengan lingkungan informal
Program pembelajaran harus mampu menganalisis tingkat ketrampilan
dan kelemahan siswa dengan merekam langkah-langkah yang benar dan salah
selama pembelajaran.
Dalam Arsyad(1996) dikemukakan beberapa kekuatan dan keterbatasan
komputer yang digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Keuntungan:
a. Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran,
karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara
yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar
dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang
digunakan.
b. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan
kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik,
warna, dan musik yang dapat menambah realisme.
c. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa
dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain,
komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara perorangan misalnya
dengan bertanya dan menilai jawaban.
d. Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu program
pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara
perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.
e. Dapat dihubungkan dan mengendalikan peralatan lain seperti compact disk,
video tape, dan lain-lain.
Keterbatasan:
a. Meskipun harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun
(murah), pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal.
b. Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan ketrampilan
khusus tentang komputer.
c. Keragaman model komputer (perangkat keras) sering menyebabkan program
(software) yang tersedia untuk satu model tidak cocok (kompatibel) dengan
model lainnya.
d. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,
sehingga hal tersebut tentu tidak akan dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
e. Komputer hanya efektif bila digunakan oleh satu orang atau beberapa orang
dalam kelompok kecil. Untuk kelompok besar yang diperlukan tambahan
peralatan lain yang mampu memproyeksikan pesan-pesan di monitor ke
layar lebih besar.

111
3. Strategi Pemanfaatan Media
Menurut Sadiman dkk (2009:197) strategi pemanfaatan media agar media
dapat digunakan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah utama yang harus
diikuti dalam menggunakan media, antara lain:
a. Persiapan Sebelum Menggunakan
Supaya penggunaan media dapat berjalan baik kita perlu membuat
persiapan yang baik pula. Pertama-tama pelajari petunjuk yang ada. Apabila
pada petunjuk disarankan untuk membaca buku yang sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai seyogyanya hal tersebut dilaksanakan. Hal tersebut akan
memudahkan kita dalam belajar dengan media itu.
b. Kegiatan Selama Menggunakan Media
Yang perlu dijaga selama kita menggunakan media ialah suasana
ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi harus dihindarkan.
c. Kegiatan Tindak Lanjut.
Maksud kegiatan tindak lanjut ini ialah untuk menjajagi apakah tujuan
telah tercapai. Selain itu, untuk memantapkan pemahaman terhadap materi yang
disampaikan melalui media. Untuk itu soal tes yang disediakan perlu kita
kerjakan dengan segera sebelum kita lupa isi program media itu.

4. Materi Fisika Optik


Sesuai GBRP yang dimiliki dosen, materi Optik pada Fisika Teknik II
meliputi sifat dan perambatan cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya,
interferensi, dispersi dan difraksi cahaya. Mahasiswa dalam mempelajari materi
dilakukan secara berurutan sesuai GBRP pada saat menggunakan media dalam
proses belajar mengajar agar terdapat keseragaman materi. Pembagian materi
berdasarkan GBRP Fisika Teknik II adalah sebagai berikut:
a. Sifat dan Penjalaran Cahaya
Pada materi ini dijelaskan mengenai pengertian cahaya, sifat cahaya,
sumber cahaya, berkas cahaya dan prinsip Huygens.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu memahami pengertian cahaya.
2) Mahasiswa mampu membedakan berbagai sifat cahaya.
3) Mahasiswa mampu memahami sumber-sumber cahaya.
4) Mahasiswa mampu memahami berkas-berkas cahaya.
5) Mahasiswa mampu memahami prinsip Huygens.

b. Pemantulan Cahaya
Pada materi ini dijelaskan mengenai jenis-jenis pemantulan cahaya, hukum
pemantulan cahaya, melukis pembentukan bayangan pada cermin datar dan
cermin lengkung, menentukan sifat bayangan dan menentukan hubungan jarak
benda, jarak fokus dan jarak bayangan.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis pemantulan cahaya.

112
2) Mahasiswa mampu membuktikan hukum pemantulan cahaya.
3) Mahasiswa mampu melukiskan pembentukan bayangan pada cermin
datar dan cermin lengkung.
4) Mahasiswa mampu menentukan sifat bayangan dengan dalil Esbach.
5) Mahasiswa mampu menghitung dan menunjukkan hubungan jarak benda,
jarak fokus dan jarak bayangan.
c. Pembiasan Cahaya.
Pada materi ini dijelaskan mengenai pengertian pembiasan, hukum
pembiasan cahaya, indeks bias medium, pembiasan pada medium optik kurang
rapat dan lebih rapat, pemendekan semu dan pemanjangan semua akibat
pembiasan serta pemantulan total.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu memahami hukum pembiasan cahaya.
2) Mahasiswa mampu menentukan indeks bias relatif antara dua medium
yang berbeda.
3) Mahasiswa mampu membedakan pembiasan pada medium optik kurang
rapat dan lebih rapat
4) Mahasiswa mampu menentukan pemendekan semu dan pemanjangan
semua akibat pembiasan.
5) Mahasiswa mampu memahami pemantulan total.
d. Dispersi, Interferensi, dan Difraksi cahaya.
Pada materi ini dijelaskan mengenai dispersi cahaya, perbedaan fase dan
koherensi fase, interferensi pada lapisan tipis, interferensi dua celah dan difraksi
celah tunggal.
Setelah mengikuti materi pembelajaran diharapkan:
1) Mahasiswa mampu memahami gejala dispersi cahaya.
2) Mahasiswa mampu menunjukkan gejala interferensi pada lapisan tipis.
3) Mahasiswa mampu menghitung dan menunjukkan gejala interferensi pada
dua celah (percobaan Young).
4) Mahasiswa mampu menghitung dan menunjukkan gejala difraksi pada
celah tunggal.
5) Mahasiswa mampu memahami tentang kisi-kisi difraksi.

5. Penelitian yang Relevan


a. Ahmad Januar Darmawan (2007) tentang pengembangan media dengan
macromedia, hasil penilaian ahli media dan ahli materi, berdasarkan format
media (1) Pemilihan jenis (model) huruf dari teks dinyatakan menarik dengan
presentase 81,25%. (2) Kejelasan teks huruf dinyatakan menarik/jelas dengan
persentase 81,25. (3) Keserasian tampilan warna media dinyatakan menarik
dengan persentase 81,25%. (4) Kemudahan dalam penggunaan media
dinyatakan menarik/mudah dalam penggunaanya dengan persentase 75%.
(5) Kemudahan penggunaan interaktif dinyatakan menarik/mudah dalam
penggunaanya dengan presentase 62,5%. (6) Kesesuaian media dengan materi
pembelajaran dinyatakan menarik/sesuai dengan persentase 68,75%.
Berdasarkan format materi, (8) Kebenaran isi atau materi dinyatakan menarik

113
dengan persentase 68,75%. (9) Kualitaas latihan soal (kuis) dinyatakan
menarik dengan persentase 75%. (10) Kejelasan contoh soal gambar, serta
tabel dinyatakan menarik dengan persentase penilaian 81,25%. (11)
Kemudahan bahasa untuk dipahami dinyatakan menarik/mudah dipahami
dengan persentase 81,25%
b. Andi Suryowinoto (2008), tentang pengembangan media pembelajaran
interaktif Elektronika Digital. Validitas dari media tersebut adalah format
media, (1) Kejelasan gambar, dinyatakan sangat menarik dengan persentase
penilaian 90%, (2) Format penyajian media, dinyatakan sangat menarik
dengan persentase penilaian 90%, (3) Keserasian musik background,
dinyatakan menarik dengan hasil dengan persentase penilaian 70%, (4)
Kemudahan penggunaan, dinyatakan sangat menarik dengan persentase
penilaian 85%, (5) Variasi musik background, dinyatakan menarik dengan
dengan persentase penilaian 85%, (6) Kemudahan navigasi, dinyatakan
menarik dengan dengan persentase penilaian 75%; Untuk format Media,
Interaktivitas pembelajaran, dinyatakan menarik dengan persentase penilaian
80%; Untuk format Materi, (1) Kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran, dinyatakan sangat menarik dengan persentase penilaian 90%,
(2) Kebenaran uraian materi pembelajaran, dinyatakan sangat menarik
dengan persentase penilaian 85%, (3) Kebenaran simulasi materi, dinyatakan
sangat menarik dengan persentase penilaian 85%, (4) Disusun berorientasi
tujuan, dinyatakan sangat menarik dengan persentase penilaian 85%, dan (5)
Pengelompokan materi dalam bagian-bagian logis, dinyatakan menarik
dengan persentase penilaian 80%.

6. Kerangka Berfikir
Dengan teknologi yang semakin maju maka sistem pembelajaran juga
mengalami kemajuan khususnya dalam penggunaan media pembelajaran. Media
pembelajaran yang berkembang saat ini adalah media pembelajaran dengan
bantuan komputer atau lebih di kenal dengan nama Computer-Assisted Instruction
(CAI).
Menurut Arsyad (1996) sistem-sistem komputer dapat menyampaikan
pengajaran secara langsung kepada para siswa melalui cara berinteraksi dengan
mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem. Inilah yang disebut
pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer-Assited Instruction (CAI).
Ada berbagai macam kemungkinan penggunaan CAI, misalnya sebagai tutorial,
latihan dan praktik, penemuan, simulasi, dan permainan.
Berdasarkan beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan bantuan komputer dapat membuat siswa lebih aktif dalam
mengikuti pelajaran, dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar lebih baik
dan pemahaman siswa tentang pelajaran juga meningkat.
Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis yang dikutip dari pendapat
para ahli dan secara empiris dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan
bahwa penggunaan media pembelajaran dengan bantuan komputer dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

114
Dengan demikian diharapkan pengembangan media pembelajaran dengan
bantuan komputer dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada materi
Fisika Optik di Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya.

g. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (acton research) yang
diawali dengan pengembangan produk berupa media pembelajaran Fisika Teknik
II. Hasil penelitian akan diuji keefektifannya dengan menggunakan uji t.

1. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah penelitian diawali dengan studi pendahuluan yang merupakan
awal persiapan untuk penelitian dan pengembangan yang terdiri dari :
1) Survei lapangan: Survei lapangan dilaksanakan untuk mengumpulkan data
berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan yang
meliputi: (1) metode pembelajaran yang digunakan khususnya pada materi
Fisika Optik, (2) pengamatan peralatan pada laboratorium Fisika didapatkan
bahwa peralatan yang dimiliki masih terbatas khususnya peralatan Optik
hanya memiliki satu trainer sehingga tidak cocok bila dibuat praktikum.
Maka diharapkan dengan adanya simulasi pada media pembelajaran dapat
menggantikan peran praktikum.
2) Studi kepustakaan: Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari
konsep-konsep atau teori-teori yang berkitan dengan media pembelajaran
yang akan dikembangkan meliputi: (1) Landasan teori tentang media
pembelajaran, (2) Media pembelajaran dengan berbantuan computer. (3)
Hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang menggunakan media
pembelajaran dengan model CAI.
3) Design produk: Produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran dengan
bantuan komputer. Format media pembelajaran yang akan dibuat ini
diarahkan ke format sajian Tutorial (lihat flowchart rancangan media
pembelajaran pada Gambar 2).
Berdasarkan flowchart Gambar 2, isi dari media pembelajaran yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1) Panduan: Pada bagian ini berisi tentang petunjuk penggunaan media,
meliputi keterangan tombol navigasi dan menu yang tersedia dalam media
untuk memudahkan mahasiswa menggunakan media pembelajaran.
2) Materi: Pada bagian ini materi Fisika Optik meliputi: sifat dan penjalaran
cahaya, pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dispersi, interferensi, dan
difraksi cahaya. Mahasiswa dalam mempelajari materi dilakukan secara
berurutan sesuai GBRP pada saat menggunakan media dalam proses belajar
mengajar agar terdapat keseragaman materi.
3) Soal evaluasi: Tes yang digunakan pada media pembelajaran ini berbentuk
objektif yaitu berupa pilihan ganda (multiple choice). Soal evaluasi pada media
pembelajaran ini terdiri dari:

115
Start

Menu
Utama

Panduan

Sifat dan
Ya
Penjalaran Soal akhir Jika Nilai > 66
cahaya materi maka Lulus

Tidak

Ya
Pemantulan Soal akhir Jika Nilai > 66
cahaya materi maka Lulus

Tidak
materi

Ya
Pembiasan Soal akhir Jika Nilai > 66
cahaya materi maka Lulus

Tidak

interferensi
Dispersi dan Soal akhir Ya
Jika Nilai > 66
Difraksi cahaya materi maka Lulus

Tidak

Evaluasi
Akhir

Profil

Selesai

Gambar 4.3. Flowchart Rancangan Media Pembelajaran

116
a) Soal pada akhir materi: Pada bagian ini berisi soal yang diberikan setelah
mempelajari masing-masing mteri pada tiap bahasan. Jumlah soal yang
diajukan sebanyak 10 butir soal pada tiap akhir materi dan bersifat acak
(random). Hasil dari evaluasi akan ditampilkan setelah mahasiswa
menjawab semua soal yang diberikan Hasil evaluasi ini untuk
mengetahui pemahaman mahasiswa setelah mempelajari materi, jika
mahasiswa dapat mencapai standar nilai kelulusan (nilai 66) sesuai
dengan buku pedoman UNESA maka pembelajaran akan dilanjutkan ke
materi berikutnya, sebaliknya jika mahasiswa belum lulus maka
mahasiswa dapat mengulangi materi tersebut dan soal akhir materi
sampai lulus.

b) Evaluasi akhir: Pada bagian ini berisi evaluasi akhir (Posttest) dari
pembelajaran yang telah dilakukan, untuk mengetahui hasil belajar
materi Fisika Optik. Soal tes yang disajikan pada media pembelajaran ini
bersifat acak (random). Jumlah soal keseluruhan ada 60 soal sedangkan
yang diujikan pada mahasiswa sebanyak 40 butir soal. Hasil dari evaluasi
akan ditampilkan setelah mahasiswa menjawab semua soal yang
diberikan.

2. Tahap Pengembangan
a. Prosedur Pengembangan Produk
Pengembangan perangkat pembelajaran model CAI akan mengacu pada
model rancangan pembelajaran Conductive dan akan diikuti dengan eksperimen
pada ujicoba lapangan (dalam penelitian selanjutnya yaitu penelitian tindakan
kelas), sehingga metode yang digunakan adalah metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development atau R & D). Model pengembangan
pembelajarannya seperti pada gambar berikut ini:
Prosedur untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model
conductive, meliputi 5 langkah:
1) Menetapkan Materi Pelajaran yang Dikembangkan
Penetapan materi pelajaran yang akan dikembangkan didasarkan pada
permasalahan dan kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran Fisika Teknik
II. Masalah utama dalam pembelajaran adalah tidak tersedianya alat-alat
peraga atau alat praktek fisika yang dapat digunakan untuk pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Maka ditetapkan materi pelajaran
yang akan dikembangkan yaitu materi Fisika Teknik II dengan pokok bahasan
Optik.

117
Gambar 4.4. Model Pengembangan Pengajaran Conductive

2) Menentukan Langkah-langkah Pengembangan, yaitu: (a) Tahap Define


(Pendefinisian), meliputi lima kegiatan: (1)Analisis Pasar Kerja Siswa, yaitu
industri manufacture yang menggunakan peralatan dan instalasi mesin
listrik, instalasi rumah dan gedung, dan bidang elektronika. (b)
Menetapkan Kompetensi relevan dengan Dunia Usaha/Industri:
Kemampuan mahasiswa yang berkaitan dengan keterampilan-

118
keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah di tempat kerja. (c)
Analisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa, berkaitan dengan
latar belakang pengetahuan siswa. (d) Analisis Sumber Belajar: Sumber
belajar yang diperlukan dalam pembelajaran Fisika Teknik II adalah media
interaktif dengan berbantuan computer. (e) Mengembangkan Indikator
Pencapaian Kompetensi: Perumusan indikator didasarkan pada
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Indikator dirumuskan berupa
tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang ditulis lebih
spesifik .
3) Tahap Design (Perancangan), rancangan awal pembelajaran yang meliputi
empat langkah kegiatan, yaitu: (a) Menyusun Tes Hasil Belajar. (b)
Mengembangkan Strategi Pembelajaran dengan menggunakan model
CAI, mengacu pada langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
Berdasarkan silabus Jurusan Teknik Listrik, alokasi waktu mata kuliah
Fisika Teknik II adalah 3 SKS tiap pertemuan/minggu, pada semester
gasal. (c) Mengembangkan Sumber, Alat, dan Media Pembelajaran, yang
dapat mendukung kompetensi peserta didik, yaitu: Buku Ajar Fisika
Teknik II dan media interaktif Fisika Teknik II. (d) Perancangan Awal
Perangkat Fisika Teknik II yang dikembangkan adalah berupa perangkat
pembelajaran dengan model CAI yang dikemas dalam bentuk media
interaktif.
4) Tahap Develop (Pengembangan), terdapat tiga langkah kegiatan, yaitu:
a) Validasi Ahli: Rancangan awal perangkat pembelajaran merupakan
Draf I, divalidasi oleh para ahli atau pakar yang memiliki keahlian dan
pengalaman di bidangnya masing-masing. Para ahli terdiri dari 3 orang
dosen dengan pendidikan minimal master, yaitu seorang Ahli Isi Fisika,
seorang Ahli Isi Kelistrikan, dan seorang Ahli Media Pendidikan.
Validasi tahap pertama ini disebut sebagai Draft II, dan telah direvisi
yang disebut Revisi I.
b) Ujicoba Kelompok Kecil (Kelompok Terbatas): Ujicoba kelompok kecil
dilakukan kepada 6 orang mahasiswa jurusan Teknik Listrik semester
3. Hasil revisi pada ujicoba kelompok kecil ini disebut sebagai Revisi II,
dan hasil ujicoba kelompok kecil ini disebut sebagai Draft III.
c) Ujicoba Lapangan: Pada tahap ujicoba lapangan persiapan yang
dilakukan adalah: a) menentukan lokasi pelaksanaan ujicoba, b)
menentukan waktu dan jadual pelaksanaan, c) pemilihan kelas untuk
ujicoba. Perangkat pembelajaran yang diujicobakan kepada peserta
didik yaitu CD room yang berisi media interaktif dengan bahan materi
Fisika Teknik II. Hasil ujicoba diolah dan dianaisis, untuk selanjutnya
direvisi untuk menyempurnakan kualitas perangkat pembelajaran.
Revisi hasil ujicoba lapangan ini disebut sebagai Revisi III,. Pada
pengembangan perangkat pembelajaran ini hanya dilakukan sampai
pada tahap develop.

119
4) Tahap Tahap Disseminate (Penyebaran), pada pengembangan ini peneliti
tidak melakukan tahapan disseminate, tetapi hanya sampai pada tahapan
develop.
b. Ujicoba Produk
1) Rancangan Ujicoba
a) Validasi Ahli: Validasi merupakan masukan-masukan untuk perbaikan
produk yang dikembangkan, berupa penilaian, komentar, saran, dan
kritik yang bersifat perbaikan dan penyempurnaan produk.
b) Ujicoba Kelompok Kecil (Ujicoba Terbatas): Ujicoba kelompok terbatas
dilaksanakan pada 6 orang mahasiswa jurusan Teknik Listrik semester
2. Ujicoba ini sangat perlu dilakukan dengan pertimbangan mahasiswa
akan memiliki pertimbangan yang berbeda dalam menilai produk
yang dikembangkan, karena merekalah yang akan memakai dan
menggunakan produk pembelajaran.
c) Ujicoba Lapangan: Ujicoba lapangan dilaksanakan pada 2 kelas, 60
mahasiswa jurusan Teknik Listrik, terdiri dari kelas kontrol dan 1 kelas
eksperimen.
2) Subyek ujicoba
a) Tahap Validasi Ahli : prototipe perangkat pembelajaran divalidasi oleh
3 orang ahli, yaitu: 1) Seorang ahli dalam bidang Fisika dari UNESA, 2)
Seorang ahli dalam bidang Teknik Listrik dari UNESA, dan 3) Seorang
ahli dalam bidang Media Pembelajaran dari UNESA.
b) Tahap Ujicoba Kelompok Kecil (Kelompok Terbatas): Pada tahap
ujicoba kelompok kecil, prototipe perangkat pembelajaran diujicobakan
kepada 6 orang mahasiswaS1 semester 2 jurusan Teknik Listrik.
Pemilihan mahasiswa diambil berdasarkan hasil observasi yang telah
dikelompokkan ke dalam kelompok siswa berkemampuan rendah,
sedang , dan tinggi.
c) Tahap Ujicoba Lapangan: Ujicoba lapangan dilaksanakan pada 2 kelas,
60 mahasiswa S1 jurusan Teknik Listrik, terdiri dari 1 kelas kontrol dan
1 kelas eksperimen. Pada uji coba lapangan diperoleh tes hasil belajar
(melalui pretes dan postes), dan aktivitas lainnya yang berkaitan
dengan proses pelaksanaan pembelajaran.
3) Jenis Data
a) Data hasil observasi: berupa hasil pengamatan dan wawancara dengan
mahasiswa dan dosen Fisika Teknik di jurusan Teknik Elektro FT
UNESA.
b) Data hasil pengisian angket sebagai bahan review validasi para ahli.
c) Data kemampuan awal peserta didik melalui pretes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
d) Data hasil belajar peserta didk melalui postes pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
e) Data dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran.

120
4) Instrumen Pengumpul Data
a) Catatan lapangan (field notes) untuk mencatat hasil observasi,
wawancara, dan kegiatan aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran,
yang tidak terekam dalam lembar pengamatan check list.
b) Angket, sebagai instrumen ujicoba untuk para ahli berupa check list
disertai kolom isian untuk komentar dan saran.
c) Lembar respons peserta didik, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban plihan. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data
tentang pendapatnya selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
d) Peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian untuk menjaring data
yang lebih mendalam. Peneliti sendiri sebagai parsipan aktif (sebagai
pengajar) dalam pembelajaran Fisika Teknik.
5) Teknik Analisis Data
a) Data lapangan diolah, diseskripsikan, dan dianalisis secara deskriptif.
b) Data hasil review dari validator, diolah menggunakan analisis isi.
c) Data hasil ujicoba kelompok kecil, diolah menggunakan analisis
deskriptif.
d) Data hasil ujicoba lapangan terdiri dari:
 Data hasil ujicoba produk pembelajaran diolah secara deskriptif.
 Data nilai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diolah
secara statistik dengan menggunakan uji-t.

3. Tahap Penelitian Tindakan Kelas


Terdapat empat langkah penting dalam penelitian tindakan, yaitu plan
(perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (refleksi atau
perenungan). (Sukardi, 2004). Keempat langkah penelitian tindakan tercermin
dalam proses pelaksanaan penelitian.
a. Rencana Penelitian
Pelaksanaan penelitian diawali dari identifikasi masalah pada subyek
untuk mengetahui kondisi sebelum dilakukan tindakan, diakhiri dengan refleksi,
kemudian revisi pada siklus pertama, dilanjutkan dengan penyusunan rencana
baru untuk siklus kedua dan seterusnya. Perencanaan penelitian sesuai dengan
ujicoba lapangan pada penelitian pengembangan, yaitu dilakukan pada
mahasiswa S1 jurusan jurusan Teknik Listrik Fakultas Teknik Universitas Negeri
Surabaya. Pada pembelajaran Fisika Teknik II ini peneliti sebagai guru (dosen),
sehingga peneliti secara langsung dapat mengamati perkembangan kemajuan
mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Tindakan Pelaksanaan Classroom Action Research
1) Siklus Pertama
Pada tahap pertama peneliti mendiskusikan dengan tim dosen fisika
tentang beberapa masalah pembelajaran fisika yang dihadapi oleh dosesn dan
mahasiswa. Mengacu pada permasalahan tersebut, dengan bimbingan peneliti
diharapkan tim dosen memahami model pembelajaran dengan model CAI.
Dilakukan pengamatan aktivitas dosen dan mahasiswa, serta respons siswa
terhadap pembelajaran fisika yang sedang dan telah berlangsung.

121
2) Siklus kedua
Peneliti mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran dengan tim dosen fisika
berdasarkan pengalaman dosen dalam menyampaikan pelajaran dengan
menggunakan Model CAI. Berdasarkan pengalamannya, diharapkan tim dosen
telah menemukan pola mengajar yang baik dalam menyusun materi pelajaran,
menyesuaikan materi dengan waktu yang tersedia, menyesuaikan model
mengajar dengan waktu yang tersedia, mengenal karakteristik mahasiswa dalam
menghadapi pembelajarannya. Dilakukan pengamatan terhadap aktivitas
mahasiswa dan responnya terhadap pembelajaran melalui wawancara.
Peneliti mewawancarai beberapa mahasiswa yang dianggap dapat
memberikan masukan yang berarti sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
3) Siklus ketiga
Dengan berbekal pada pengalaman pertama dan kedua, peneliti
mengadakan diskusi dengan tim dosen fisika untuk menentukan langkah-
langkah yang sesuai dengan masalah-masalah yang timbul baik dari pihak dosen
maupun dari pihakmahasiswa. Pada tahap ketiga ini diharapkan dosen pengajar
telah menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa, kebutuhan materi pelajaran, dan sasaran pembelajaran sesuai dengan
tujuan penelitian. Dengan demikian dosen pengajar diharapkan telah mampu
melakukan pembelajaran dengan model CAI.
4) Siklus keempat
Hasil diskusi pada tahap ketiga, akan menentukan langkah yang akan
dilakukan pada tahap keempat. Dilakukan diskusi kembali dengan tim dosen
fisika tentang perlunya perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan model
pembelajaran. Diharapkan tim dosen dapat mengaplikasikan model pengajaran
CAI pada mata kuliah lainnya.
Selain itu hasil belajar mahasiswa sangat berpengaruh dalam menentukan
langkah-langkah selanjutnya. Diharapkan model pembelajaran CAI dapat
meningkatkan motivasi,dan hasil belajar mahasiswa. Temuan-temuan yang
diperoleh merupakan hasil temuan penelitian tindakan kelas yang sangat berarti
dalam penelitian ini.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat uji lapangan di dalam kelas terhadap
kelas eksperimen. Hasil pengamatan sangat berguna sebagai masukan-masukan
terhadap perbaikan kualitas media pembelajaran Fisika Teknik II. Pengamatan
dilakukan terhadap segala aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa.
c. Refleksi (Perenungan)
Perenungan merupakan kajian yang harus dilakukan setelah selesai
melakukan pengamatan di lapangan. Kegiatan ini meliputi hal-hal yang perlu
diperbaiki untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran, proses belajar
mengajar, dan sarana dan prasarana yang mendukung terhadap kelangsungan
pelaksanaan pembelajaran.

122
G. JADWAL PENELITIAN
Jadwal pelaksanaan penelitian seperti terlihat dalam tabel di bawah ini .
Tabel Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Mei Jun Jul Ags SepOkt Nop
1. Penyusunan Proposal
Pembuatan modul dan
2.
kelengkapannya
Penyusunan Instrumen
3.
penelitian
Validitas modul dan
4.
instrumen penelitian
Penyempurnaan modul
6.
dan instrumen penelitian
Penerapan modul dalam
9.
proses pembelajaran
Evaluasi keaktifan dan
10.
hasil pembelajaran
Evaluasi perlakuan berupa
11.
tes dan angket
Penyusunan dan
14. penyerahan laporan
kemajuan
15. Penulisan draft laporan
16. Seminar hasil penelitian
Revisi hasil penelitian dan
17.
penggandaan
18. Penyerahan Laporan

H. BIAYA PENELITIAN

1. Perkiraan biaya penelitian


No. URAIAN BESAR DANA (Rp.)
1. Rapat 420.000,-
2. Pemeliharaan 600.000,-
3. ATK 540.000,-
4. Pembuatan modul, pengembangan 900.000,-
instrument dan validasi, analisis data
5. Laporan dan Seminar 600.000,-
6. Fotocopy dan Penggandaan 940.000,-
Jumlah (Empat juta rupiah) 4.000.000,-

123
2. Rincian biaya penelitian adalah sebagai berikut:

a. Rapat
- Konsumsi rapat penyusunan rencana kegiatan dan
jadwal kerja, pembagian kerja, pembuatan modul,
penyusunan instrument, 2 kali x 6 orang x Rp.
15.000,- Rp. 180.000,-
- Konsumsi rapat hasil validasi ahli dan respon
mahasiswa, 2 kali x 5 orang x Rp. 15.000,- Rp. 150.000,-
- Konsumsi rapat menyusun laporan 2 kali x 3 orang x
Rp. 15.000,- Rp. 90.000,-
Jumlah Rp. 420.000,-

b. Pemeliharaan
- Pemeliharaan alat laboratorium 2 bulan @ 300.000,- Rp. 600.000,-
Jumlah Rp. 600.000,-

c. Alat Tulis Kantor (ATK)


- 2 rim kertas HVS 70 gr @ Rp. 30.000,- Rp. 60.000,-
- 1 bh cartridge colour BJC 2100SP # Rp. 300.000,- Rp. 300.000,-
- 50 CD untuk mahasiswa Rp. 80.000,-
- Dokumentasi + cetak Rp. 100.000,-
Jumlah Rp. 540.000,-

d. Pembuatan modul, pengembangan instrumen dan


validasi
- Pembuatan Modul Rp. 400.000,-
- Pengembangan instrument Rp. 200.000,-
- Analisis data Rp. 300.000,-
Jumlah Rp. 900.000,-

e. Laporan dan seminar


- Analisis data dengan komputer Rp. 400.000,-
- Seminar hasil penelitian Rp. 200.000,-
Jumlah Rp. 600.000,-

f. Fotocopy dan pengandaan


- Fotocopy modul 50 mahasiswa @ Rp.10.000,- Rp. 500.000,-
- Fotocopy instrument 50 mahasiswa @ Rp. 3.300,- Rp. 165.000,-
- Fotocopy laporan penelitian 11 eks dan jilid @ Rp.
25.000,- Rp. 275.000,-
Jumlah Rp. 940.000,-

124
I. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap dan Gelar :Dr. Euis Ismayati, M.Pd.
b. Golongan, Pangkat dan NIP :IVb/Pembina Tk 1/195712241984032001
c. Jabatan Fungsional :Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :-
e. Fakultas/Program Studi :FT/ Pendidikan T. Elektro
f. Perguruan Tinggi :Unesa Surabaya
g. Bidang keahlian : Pendidikan Teknik Elektro, IPA dan
Teknologi Pembelajaran.
h. Waktu untuk penelitian :340 jam

2. Anggota Peneliti:
a. Nama Lengkap dan Gelar :Puput Wanarti Rusimamto, S.T., M.T.
b. Golongan, Pangkat dan NIP :IIIc/Penata/197006221997032002
c. Jabatan Fungsional :Lektor
d. Jabatan Struktural :Ka. Sub. Laboratorium Fisika
e. Fakultas/Program Studi :FT/ Pendidikan T. Elektro
f. Perguruan Tinggi :Unesa Surabaya
g. Bidang keahlian :Teknik Fisika dan Sistem Kontrol
h. Waktu untuk penelitian :300 jam
3. Tenaga Laboran/Teknisi:
a. Nama : Gitut Sudarto, S.T.
b. Keahlian : Fisika dan Pengukuran
4. Pekerja Lapangan 1:
a. Nama : Mochamad Rochim
b. Status : Mahasiswa Program Studi S-1 Pendidikan
Teknik Elektro Angkatan tahun 2005.

J. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Arikunto,Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.. Jakarta: Bumi


Aksara.
Arsyad, Azhar. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daryanto, H. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dosen-dosen Fisika ITS. Tanpa Tahun. Fisika II. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Ismayati, Euis. (2009). Pengembangan Model Pengajaran Conductive untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Berpikir Kritis dan Bekerja Berkolaborasi Pada
Pembelajaran Fisika. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Malang.
Foster, Bob. (2004). Terpadu Fisika SMA Jilid 1B. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D & Resnick, R.(1978). Fisika Jilid 2. Terjemahan oleh Pantur Silaban &
Erwin Sucipto. (1984). Jakarta: Erlangga.

125
Januar Darmawan, Ahmad.( 2007).Pengembangan Media Belajar Dengan Progam
macromadia Flash MX Pada Mata Diklat Membaca Dan Mengidentifikasi
Komponen Elektronika di SMK. Skripsi yang tidak dipublikasikan: Universitas
Negeri Surabaya.
Munadi, Yudhi.( 2008). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Pustekkom. (2005). Fisika (Online)( http://www.e-dukasi.net/mol
/mo_subject.php? kls_id =1&subject_id =1 diakses tanggal 23 Oktober 2009)
Sadiman, Arief S dkk. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sears, Zemansky. (1991). FISIKA untuk Universitas 3. Jakarta: Binacipta
Siti. 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Program Macro Flash
Pada Materi Listrik di SMPN 2 Taman Sidoarjo. Skripsi yang tidak
dipublikasikan: Universitas Negeri Surabaya.
Sudjana, Nana. (1999). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sudijono, Anas.(1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono.( 2008). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sukmadinata & Nana Syaodih. (2008). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suryowinoto, Andi. (2008). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif
Elektronika Digital. Skripsi yang tidak dipublikasikan: Universitas Negeri
Surabaya.
Tipler, P.A. (20010. FISIKA Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus Mata Kuliah Fisika II (Buku Pedoman UNESA)
Pemahaman dan pengkajian tentang arus bolak balik, gelombang, optika, fisika
modern, persamaan-persamaan Maxwell, sensor dan transducer.
Buku wajib :
1. Halliday & Resnick, 1994, FISIKA Jilid 2. Terjemahan Pantur Silaban,
Jakarta; Erlangga.
2. Beiser,Arthur, 1990, Konsep Fisika Modern Alih bahasa The Houw Liong,
Jakarta : Erlangga.
3. Van Putten, Anton F.P, 1988, Electronic Measurement System, Prentice
Hall.

126
Lampiran 2: Curriculum Vitae Semua Peneliti
CURRICULUM VITAE
KETUA PENELITI

1. Nama lengkap : Dr. EUIS ISMAYATI, M.Pd.


2. Tempat/tanggal lahir : Garut, 24-12-1957
3. Pekerjaan : Dosen
4. Fakultas/Jurusan/Universitas : Fakultas Teknik/ Teknik Elektro/
Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
7. Pangkat/Golongan : Pembina Tk I / IVb.
8. Alamat : Jl. Rejo Aman I/81 (Bendul Merisi Tengah)
Surabaya.
9. Bidang keahlian : Pendidikan Teknik Elektro, Ilmu
Pengetahuan Alam, dan Teknologi Pembelajaran.
10. Agama : Islam

11. Riwayat Pendidikan :


No Tahu Bidang Studi Gelar
Jenjang Tempat
. n
a. S.M.A.N. I Garut 1975 IPA -
b. Sarmud IKIP Bandung 1979 Teknik Elektro Bachelor of
Science
c. Sarjana IKIP Bandung 1982 Teknik Elektro Doktoranda
d. S2 Pasca Sarjana 1991 Pendidikan IPA Magister
IKIP Bandung
e S3 Universitas 2009 Teknologi Doktor
Negeri Malang Pembelajaran

12. Pengalaman Mengajar (Lembaga setempat & lembaga lain) :

No
Fakultas / Universitas Tahun Nama Matakuliah
.
a. Listrik/STM Oto 1979 - 1987 -Teori Listrik
Iskandardinata Bandung. -Mesin-mesin Listrik

b. Fak. Teknik/IKIP Bandung 1984 - 1992 -Mesin DC


-Transformator

127
c Fak. Teknik/UNESA Surabaya 1992 - 1999 -Mesin DC
-Fisika Dasar
-Fisika Teknik
-Praktek Mesin Listrik
-Praktek Dasar Listrik

1999 – 2010 -Fisika Teknik

13. Pengalaman Pekerjaan/Organisasi :

Bidang
No Instansi Tahun Jabatan
Pekerjaan
a. IKA AKLI DPD Jatim 1997-1999 Anggota
(Ikatan Keluarga 1999-2002 Sekretaris Sosial
Asosiasi Kontraktor 2002- 2008 Ketua
Listrik dan Mekanikal 2008 - 2012 Dewan
Indonesia Dewan Kehormatan
Pengurus Daerah Jawa
Timur)

b IKA-AKLI DPP (Ikatan 2004 – 2007 Ketua Umum Sosial


Keluarga Asosiasi 2007 - 2011 Ketua Umum
Kontraktor Listrik dan
Mekanikal Indonesia
Dewan Pengurus Pusat)

c APEI PD Jatim (Asosiasi 2001 – 2005. Bidang Jasa Konstruksi


Pofesionalis Elektrikal 2005 - 2008 Pelatihan. Mekanikal dan
Indonesia Pengurus 2008 - 2012 Bidang Ketenagalistrikan
Daerah Jawa Timur) Pelatihan
Bidang
Sertifikasi
d BSA AKLI DPD Jatim 2003 – 2008 Tim Pemutus Jasa Konstruksi
(Badan Sertifikasi 2008 - 2012 Assesor Mekanikal dan
Asosiasi Kontraktor Ketenagalistrikan
Listrik dan Mekanikal
Indonesia Dewan
Pengurus Daerah Jawa
Timur)

128
d Komite Sekolah SMKN 1 2002- 2010 Badan Pendidikan
Surabaya Pemeriksa

e Komite Sekolah SMKN 2 2002- 2010 Bidang Pendidikan


Surabaya Pengembanga
n Kurikulum
f PT. Tulus Karya Wiesesa 1995 - Bidang Jasa Konstruksi
Surabaya sekarang Perencanaan Elektrikal
dan
Pengendalian
Proyek

14. Pengalaman Penataran/Kursus/Seminar :

Penyelenggara/
No Jenis kegiatan Lama Tahun Keterangan
Tempat
1. Training Kelistrikan 3 bulan 1984 PEDC - ITB Peserta
Bandung
2. Training TTUC 3 bulan 1985 TTUC Bandung Peserta
3. Training mesin-mesin 2 bulan 1985 BLPT Bandung Peserta
listrik
4. Seminar Peranan Pend. 1 hari 1993 IKIP Surabaya Peserta
Untuk meningkatkan
SDM.
5 Seminar Nasional 4 hari 1994 ITB Bandung Peserta
Ketenagalistrikan
6 Penataran Media 2 ming. 1994 IKIP Surabaya Peserta
Transparansi
7. Lokakarya Pelatihan 2 hari 1995 FPTK IKIP Sura- Peserta
Kur. Baru PTKSM. baya.
8. Seminar Kompetensi 3 hari 1996 Dikmenjur Jatim Peserta
SDM Surabaya
9. Seminar Lokakarya TTL 2 hari 1996 Dikmenjur Jatim Peserta
10. Lokakarya PI 1 hari 1998 Unesa Surabaya Peserta
11. Seminar Jaringan 1 hari 1999 AKLI DPD Jatim Panitia
Distribusi Surabaya
12. Pelatihan 2 hari 2000 Dispora-KADIN Panitia
Intrepreneurship Surabaya
Pemuda
13. Penataran Sofware 1 bulan 2000 TE - FT Unesa Peserta
Surabaya
14. Pelatihan Wirausaha 3 hari 2001 Inwub UNESA Panitia
Baru. Surabaya

129
15. Pelatihan Pengembangan 3 kali 2002 IKA-AKLI DPD Penyaji dan
Kelistrikan Rumah selama Jawa Timur. Panitia
Tangga Bagi Ibu-Ibu IKA 3 bulan
AKLI DPD Jawa Timur.
16 Pelatihan, Penyegaran, 5 kali 2003 AKLI DPD Jatim Penyaji dan
dan Pengembangan selama dan APEI PD Panitia
dalam Rangka 5 bulan Jatim
Penyetaraan Sertifikasi
Penanggung Jawab
Teknik Anggota AKLI
DPD Jawa Timur
17 Pelatihan Alat Kontrol 3 hari 2004 Teknik Elektro Peserta
Electro Pneumatic. UNESA
18 Semiloka Management 3 hari 2006 Fakultas Teknik Peserta
Quality Assurance UNESA
19 Pelatihan Assesor Jasa 5 hari 2006 LPJKN Peserta
Konstruksi (Lembaga
Pengembangan
Jasa Konstruksi
Nasional)

15. Pengalaman dalam Bidang Penelitian.

No Judul Penelitian Tahun Jabatan Jenis


Penelitian
1. Analisis Buku “Electricity and 1995 Ketua Mandiri
Magnetism” dan Fisika Jilid 2 untuk
dimanfaatkan dalam perkuliahan Fisika
Teknik.
2. Efektivitas Penggunaan Media 1996 Ketua Mandiri
Transparansi pada mata kuliah Mesin
DC.
3. Pengembangan Bahan-bahan dan 1996 Anggot Team
Media Pengajaran Praktikum di a
Laboratorium Mesin Listrik Jurusan
PTE FPTK IKIP Surabaya.
4. Sinkronisasi Materi Pelajaran dalam 1998 Ketua Team
kurikum STM 1994 dengan jenis
pekerjaan di dunia usaha/industri
dalam pengembangan pelaksanaan
PSG.
5. Kepedulian dunia usaha/industri 1999 Ketua Team
dalam pembinaan dan pengembangan
SDM melalui pelaksanaan PSG.

130
16. Pengalaman dalam Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Kegiatan Tahun Jabatan Jenis


Kegiatan
1. Penyuluhan membiasakan mencipta dan 1994 Anggota Team
menggunakan media dalam PBM pada
SMP tingkat Kecamatan Dati II di Jawa
Timur.
2. Penyuluhan Materi Pelajaran IPA bagi 1995 Anggota Team
Guru-guru SD Se Kecamatan Fukuh Pakis
Kodya Surabaya.
3. Program kuliah kewirausahaan: Pengantar 2000 Anggota Team
Bisnis dan Kewirausahaan.
4. Kegiatan inkubator wirausaha baru di 2001- Wakil Team
Universitas Negeri Surabaya (Kegiatan 2007 Ketua
multi years)

17. Publikasi Ilmiah.

No Judul Artikel Tahun


1 Pembangunan Jaringan Listrik dan cara menentukan Ruang 1997
Bebas pada SUTT dan SUTET. Media FPTK. UNESA.
2 Gas Insulated Switchgear SF- 6 ( GIS SF – 6). Media FPTK. 1997
UNESA.
3 Ruang bebas pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 1997
dan Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET). DPD
AKLI Jawa Timur, Media Informasi dan Komunikasi “BETA”.
4 Pemeliharaan Jaring Distribusi melalui Pemberdayaan Peran 1998
serta Masyarakat dan Unsur Terkait. DPD AKLI Jawa Timur,
Media Informasi dan Komunikasi Ketenagalistrikan “BETA”
5 Pengembangan Penyediaan Energi Listrik di Surabaya. DPD 1998
AKLI Jawa Timur, Media Informasi dan Komunikasi “BETA”.
6 Kepedulian Dunia Usaha/Industri dalam Pembinaan dan 2000
Pengembangan SDM melalui Pelaksanaan Pendidikan
Sistem Ganda. (ISSN: 0216-9975, Oktober No 4/Vol. 23/2000)
Jurnal Pendidikan. UNESA.
7 Dukungan Motivasi pada Self-regulated Learning (Belajar 2006
dengan Pengaturan Diri). Dimuat dalam “PTK” Jurnal
Pendidikan Teknologi & Kejuruan, Vol.2, No 4

131
8 Berpikir Positip Tumbuhkan Energi Kebahagiaan. DPD AKLI 2007
Jawa Timur dan APEI PD Jatim, Media Informasi dan
Komunikasi APEI-AKLI Jatim ”SINERGI” Edisi 003.
9 Kompetensi Tenaga Ahli/Terampil Bidang Ketenagalistrikan. 2008
DPD AKLI Jawa Timur dan APEI PD Jatim, Media Informasi
dan Komunikasi APEI-AKLI Jatim ”SINERGI” Edisi VIII.

Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguhnya dan dengan penuh
tanggung jawab.
Surabaya, 12 April 2010

Dr. Euis Ismayati, M.Pd


NIP: 195712241984032001

132
CURRICULUM VITAE
Anggota

1. Nama Lengkap dan Gelar : Puput Wanarti Rusimamto, S.T., M.T.


2. NIP/NIK : 197006221997032002
3. Tempat dan Tanggal Lahir : Nganjuk, 22 Juni 1970
4. Jenis Kelamin : Wanita
5. Pangkat/Golongan/Jabatan : Penata/IIIc/Lektor
6. Alamat kantor : Jurusan Teknik Elektro FT UNESA Kampus
Ketintang Surabaya
Nomor telepon/Faks : 031-8297197
Alamat Email : puput_wr@yahoo.com
7. Alamat rumah : Perum. Bukit Bambe BT-6 Driyorejo Gresik
Nomor telepon/Hp : 08123085705
8. Riwayat pendidikan :
- SD Ploso 1 Nganjuk, 1983
- SMP Negeri 1 Nganjuk, 1986
- SMA Negeri 2 Nganjuk 1989
- Sarjana Teknik (Teknik Fisika) ITS
Surabaya, 1994
- Magister Teknik (Teknik Pengaturan) ITS
Surabaya, 2002

9. Pengalaman penelitian:
a. Analisis dan Perancangan Sistem Pengendalian Antisurge Kompresor 024
K 102 Pertamina UP IV Cilacap, ITS Surabaya (1994).
b. Denoising Sinyal Fetal Heart Rate (FHR) Menggunakan Transformasi
Wavelet, ITS Surabaya (2002).
c. Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Sistem Sirkulasi Koleksi
Perpustakaan di Pusdik Gasum, (2006).
d. Perancangan Sistem Pengaturan Pintu Air Menggunakan Programmable
Logic Controller. (2006).
e. Pengiriman Data dari Port Paralel Komputer ke Printer Melalui Infra
Merah Menggunakan Mikrokontroller AT889C51 (2006).
f. Analisis Sistem Pengendalian Antisurge Kompresor Menggunakan Metode
Ruang Keadaan (State Space) (2006)
g. Kompetensi Siswa SMK Negeri Kota Surabaya pada Pelatihan
Programmable Logic Controller (PLC) untuk Meningkatkan Daya Saing di
Pasar Kerja Industri. (2007).
h. Pengaruh Gaya Belajar, Format Penilaian dan Gender Terhadap Prestasi
Belajar Fisika (2007)
i. Pengembangan Modul Operasional Trainer Ed-6800b Sebagai Bahan Ajar
Fisika III pada Percobaan Aplikasi Sensor Suhu di Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Surabaya (2008)

133
j. Pengembangan Modul Ajar Fisika Teknik Menggunakan Media Interaktif
Berbasis Pembelajaran Kontekstual yang Berorientasi Teknik mesin (2008)

10. Pengalaman dalam Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat:


a. Pelatihan PLC bagi alumni Mahasiswa FT- TE Unesa Surabaya, 2001.
b. Pelatihan PLC bagi SMK Negeri Surabaya di Jurusan Elektro Unesa
Surabaya, 2004.
c. Pelaksanaan Magang Kewirausahaan di PT Crostech Transfoil dalam
Rangka Menumbuhkembangkan Kemampuan Teknis dan Berwirausaha
Mahasiswa, 2005.
d. Pelaksanaan Magang Kewirausahaan di PT. Kharisma Pandulima
Elektronik dalam Rangka Menumbuhkembangkan Kemampuan Teknis
dan Berwirausaha/Jasa Mahasiswa di Bidang Kontrol Otomatis Industri
Menggunakan Programable Logic Controller (PLC), 2007.
e. Pelatihan Akupresur Menggunakan Elektrostimulator untuk
Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat, 2007.
f. Pelatihan Programable Logic Controller (PLC) Menggunakan Model
Pembelajaran Langsung dalam Memperpendek Masa Tunggu untuk
Alumni SMK PGRI 1 Sidoarjo, 2008.
g. Pelatihan Programable Logic Controller (PLC) Menggunakan Model
Pembelajaran Langsung Sebagai Bekal Anggota Karang Taruna Desa
Kureksari Kecamatan Waru Sidoarjo Menghadapi Persaingan Kerja, 2009.
h. Pelatihan Komputer dan Trouble Shooting untuk Meningkatkan Kualitas
Diri dan Kesejahteraan Bagi Karang Taruna di Desa Kureksari Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo, 2009.

11. Publikasi Penulisan Buku/Buku Pedoman Praktikum:


a. Buku Ajar Programmable Logic Controller,PLC, 2003.
b. Buku Pedoman Praktikum PLC Tingkat Basic, 2003.
c. Modul Penggunaan PLC untuk Motor Drive, Fakultas Teknik, 2007.
d. Teknik Pembangkit Tenaga Listrik untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid
1, 2 dan 3, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, Tahun 2008.

12. Pelatihan,Training, Seminar:


a. Seminar Inteligent Technology and Its Application (SITIA), Teknik Elektro
FTI ITS Surabaya, (2002).
b. Pelatihan PLC berbasis Komputer di Omron Surabaya, (2003).
c. Pelatihan Electropneumatic, PLC, Easyport dan Fluidsim, FESTO (2004).

134
d. Seminar “Strategi Perguruan Tinggi Menghadapi AFTA 2003”, di Fakultas
Teknik Universitas Bhayangkara Surabaya, (2003).
e. Seminar dan Lokakarya Nasional “Pengembangan Pendidikan Kejuruan di
Propinsi Jawa Timur” di VEDC Malang (2004).
f. Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro (STE) 2005 di
Jurusan Teknik Elektro UNESA, (2005).
g. Seminar Information and Communication Technology (ICT) 2006 di
UNESA, (2006).
h. Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro (STE) 2006 di
Fakultas Teknik UNESA, (2006)
i. Seminar Indonesian Virtuil University and Initiative di ITS Surabaya,
(2006).
j. Seminar and Workshop E-learning, di ITS Surabaya, (2006).
k. Pelatihan PEKERTI dan AA di UP4 UNESA (2007).
l. Seminar Teknik Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro (STE) 2008 di
Fakultas Teknik UNESA, (2008).
m. Pelatihan E-Learning di UP 4 UNESA (2009)
n. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Jurnal Ilmiah Universitas Negeri
Surabaya di Humas UNESA, (2009).
o. Workshop Lab View Basic dari National Instruments (NI) di Fisika MIPA
UNESA, (2009).

13. Mata kuliah yang diampu dalam dua tahun terakhir


- Fisika I
- Fisika II
- Fisika III
- Teori Medan
- Teknik Pengaturan

Informasi ini kami buat dengan sebenarnya, sebagai biodata pribadi dan
digunakan sebagaimana perlunya.
Surabaya, 12 April 2010

Puput Wanarti Rusimamto, S.T.,M.T


NIP. 197006221997032002

2. Contoh Artikel Ilmiah


Terlampir dalam bentuk PDF

135
BAB V
MATERI TEKNIK ELEKTRONIKA

A. Dasar Kelistrikan dan Elektronika


1. Lembar Informasi

1.1. Konsep Dasar Arus dan Tegangan

a. Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran muatan listrik atau muatan listrik yang mengalir tiap
satuan waktu. Arah arus listrik dari arah dari potensial yang tinggi ke potensial
rendah, jadi berlawanan dengan arah aliran electron. Seandainya muatan-muatan
positif di dalam suatu penghantar dapat mengalir, maka arah alirannya sama
dengan arah arus listrik, yaitu dari potensial tinggi ke potensial rendah.
Perhatikan Gambar 5.1 di bawah ini!

Penghantar

A B

Gambar 5.1. Penghantar yang menghubungkan dua benda


berbeda potensial

Dua buah benda bermuatan masing-masing


Penghantar A dan B dihubungkan dengan
sebuah penghantar. Bila potensial A lebih tinggi dari pada potensial B, maka arus
akan mengalir dari A ke B. Arus ini mengalir dalam waktu yang sangat singkat.
Setelah potensial A sama dengan potensial B maka arus berhenti mengalir.
Supaya arus listrik tetap mengalir dari A ke B, maka muatan positif yang telah
sampai di B harus dipindahkan kembali ke A. Dengan demikian maka potensial
A selalu lebih tinggi daripada B. Jadi dapat disimpulkan bahwa supaya arus
listrik dapat mengalir dalam kawat penghantar, maka antara kedua ujung kawat
tersebut harus ada beda potensial.

b. Kuat Arus Listrik

Kuat arus listrik ialah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap detik melalui
suatu penghantar. Simbol kuat arus adalah I. Satuan kuat arus listrik ialah
Ampere yang diambil dari nama seorang ilmuwan Perancis yaitu: Andrey Marie
Ampere (1775- 1836). Misalkan bahwa dalam waktu t detik mengalir muatan

136
listrik sebesar q coulomb dalam suatu penghantar berpenampang A (lihat
Gambar 5.2), maka dirumuskan:

Gambar 5.2. Muatan


v listrik q melalui
penampang
penghantar A tiap
satuan waktu
v

I = q/t atau q = I. t

Satuan I = C/s = Ampere (A). Satuan lain untuk kuat arus misalnya miliampere
(mA) dan mikroampere (μA), dengan konversi 1 mA = 10-3 A dan 1μA = 10-6 A.
Sedangkan kuat arus untuk setiap satuan luas penampang dinamakan kerapatan
arus. Rapat arus dinyatakan dengan: J = I/A dengan satuan A/m2. Jumlah
muatan adalah n x elektron-elektron yang berpindah atau q = n. e sehingga
berlaku pula n .e = I .t.

Perhatikan lagi Gambar 5.2, memperlihatkan muatan yang bergerak pada


penghantar dengan penampang A (m2), dan muatan-muatan itu bergerak dengan
kecepatan v (m/s). Misalkan dalam setiap satuan volume ada n electron yang
bergerak, dan setiap elektron itu memiliki muatan e = 1,6 x 10-19 C, maka dalam
setiap selang waktu t elektron-elektron itu menempuh jarak:
s = v . t dengan satuan meter.
Sehingga jumlah elektron-elektron itu dalam volume silinder (V = s.A)
penghantar berjumlah
q = n .e .s .A
q = n.e.v.t. A dalam coulomb.
Kuat arus listriknya sebesar
I = (n.e.v.t.A)/t
I = n.e.v. A dalam ampere.
Sedangkan rapat arusnya adalah
J = I/A = (n.e.v.A)/A
J = n.e.v dalam A/m2

Saat membahas listrik, tidak akan terlepas dari alat untuk listrik baik alat ukur
kuat arus listrik atau ampermeter, maupun untuk mengukur tegangan atau beda
potensial antara dua titik disebut volt meter (lihat Gambar 5.3).

137
Gambar 5.3. Rangkaian listrik dengan menghubungkan ampermeter,
voltmeter, baterai, dan lampu

Untuk mengukur kuat arus digunakan suatu alat yang disebut ampermeter.
Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikkan batas
ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada
pada ampermeter (lihat Gambar 5.4).

Gambar 5.4. Sebuah multimeter atau AVO meter


adalah alat yang sekaligus dapat digunakan untuk
mengukur kuat arus listrik (sebagai ampermeter),
beda potensial listrik (sebagai volt meter), maupun
hambatan listrik (sebagai ohmmeter).

Gambar 5.5. Rangkaian listrik sederhana beserta skemanya

138
Dengan memutus salah satu penghantar dan menghubungkannya dengan
ampermeter dapat diukur kuat arus yang mengalir. Pemasangan alat semacam itu
disebut secara seri seperti terlihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Memasang


ampermeter secara seri
pada sebuah rangkaian
sederhana

Simbol ampermeter:
A
Perhatikan pada saat membaca skala yang digunakan, karena tergantung pada
batas ukur yang digunakan. Misalnya menggunakan batas ukur 1A, pada skala
tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Pada saat jarum ampermeter menunjuk
angka 10 berarti kuat arus yang mengalir hanya 1A. Jika menunjukkan angka 5
berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Cara pembacaan skala ampermeter pada
saat digunakan untuk pengukuran besar kuat arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5.7).

Gambar 5.7. Pembacaan ampermeter yang menunjukkan


1 2 3
4
0 5 skala = 4, dan skala maksimum = 5, serta batas ukur 1 A.
Besar kuat arus = 4/5 x 1 A = 0,8 A.
Hasil pengukuran kuat arus dibaca dengan cara sebagai
1A 10A berikut.
A
Besar kuat arus = (skala)/(skalamax) x batas ukur

b. Potensial Listrik

Untuk mengalirkan muatan listrik dari katoda ke anoda membentuk siklus yang
tiada henti sumber tegangan harus mengeluarkan energi. Energi ini diperlukan
untuk gerakan muatan-muatan listrik, terindikasi dengan nyala lampu yang
dipasangkan. Nyala lampu terjadi karena muatan-muatan listrik menimbulkan
energi kalor ketika melalui kawat filament lampu (lihat Gambar 5.8).

Gambar 5.8. Lampu pijar pertama kali


buatan Thomas Alva Edison

139
Banyaknya energi yang dikeluarkan oleh sumber tegangan tersebut bergantung
pada banyaknya muatan listrik yang dipindahkan. Makin besar muatan yang
dipindahkan, makin besar energi yang harus dikeluarkan. Beda potensial antara
kutub-kutub sumber tegangan pada saat sumber tegangan itu belum mengalirkan
arus dinamakan gaya gerak listrik (ggl) yang diberi simbol ε. Satuan ggl adalah
volt (V).

Beda potensial antara titik A dan B di luar sumber tegangan disebut tegangan
jepit atau tegangan terpakai, dinyatakan dengan simbol VAB. Satuan beda
potensial ialah volt. Konversi lain yang sering dipakai adalah satuan milivolt
(mV). Di mana 1 mV = 10-3 volt.

Dua titik mempunyai beda potensial 1 volt, bila sumber arus mengeluarkan
energi sebesar 1 joule untuk setiap coulomb muatan yang dipindahkannya A ke
B. Jika energi yang dikeluarkan sumber tegangan = W joule, muatan yang
dipindahkan dari A ke B = q coulomb, maka beda potensial antara A dan B =
VAB = W/q dalam volt. Jadi 1 volt = 1 joule/coulomb

Untuk mengukur ggl suatu sumber tegangan atau beda potensial dua titik
menggunakan alat voltmeter atau multimeter/AVO meter, dengan cara
menghubungkan kedua pencolok alat ukur listrik itu ke katoda dan anoda. Ingat
jangan terbalik kutub-kutubnya. Pencolok merah (+) ke anoda dan pencolok
hitam (-) ke katoda.

Simbol dari voltmeter:


V
Untuk mengukur besar ggl atau beda potensial dengan menggunakan voltmeter
atau multimeter yang saklarnya ditunjukkan pada tulisan DC V atau AC V, dan
juga dapat menggunakan basicmeter yang dirangkai dengan multiplayer (lihat
Gambar 5.9).

Gambar 5.9. Merangkai voltmeter pada pengukuran bedapotensial suatu


hambatan

140
Misalkan terdapat suatu rangkaian sederhana terdiri sumber tegangan searah,
lampu pijar dan kabel-kabel penghubung seperti pada Gambar 5.10. Dengan
menggunakan voltmeter akan diukurbeda potensial di ujung-ujung lampu.
Menggunakan voltmeter berbeda dengan menggunakan ampermeter, dalam
menggunakan voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan
dicari beda tegangannya.

Gambar 5.10. Sebuah rangkaian listrik sederhana

Perlu diingat bahwa dalam mengukur tegangan jepit, volt meter harus dipasang
paralel dengan sumber tegangan dan alat tersebut tidak mengukur potensial A
maupun potensial B, tetapi voltmeter hanya mengukur beda atau selisih potensial
antara titik A dan titik B (lihat Gambar 5.11).

Gambar 5.11. Cara merangkai voltmeter


secara paralel dengan menghubungkan dua
kabel dari voltmeter ke ujung-ujung lampu
di titik A dan B

Cara pembacaan skala votmeter pada saat digunakan untuk pengukuran ggl atau
beda
potensial dalam suatu rangkaian adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5.12):

1 2 3
0 4
5 Gambar 5.12. Pembacaan voltmeter yang menunjukkan
skala = 4, dan skala maksimum = 5, serta batas ukur 1 volt.
Besar kuat arus = 4/5 x 1 volt = 0,8 volt.
1V 10V
A

Hasil pengukuran kuat arus dibaca dengan cara sebagai berikut:

141
skala
Besar kuat arus = xbatasukur
skalamax

Untuk memasang amperemeter dan voltmeter sekaligus di dalam sebuah


rangkaian, harus tetap mengingat bahwa amperemeter harus terpasang seri dan
voltmeter harus terpasang paralel. Perhatikan Gambar 5.13 berikut.

Gambar 5.13. Cara pemasangan


ampermeter dan voltmeter dalam sebuah
rangkaian secara bersamaan.

2. Kuat Arus dalam Suatu Rangkaian Tertutup

Suatu rangkaian tertutup ialah rangkaian yang tiada berujung dan tiada
berpangkal. Arus listrik akan mengalir terus menerus dalam siklus tertutup. Di
luar baterai arah arus listrik ini dari kutub positif ke kutub negatif. Sedangkan di
dalam baterai arah arus listrik dari kutub negatif ke kutub positif baterai.
Perhatikan Gambar 5.14 di bawah ini.

Gambar 5.14. Rangkaian satu loop

Arah aliran elektron berlawanan dengan arah arus listrik. Sebuah lampu (L)
dihubungkan pada kutub-kutub sebuah sumber tegangan/baterai (ε) seperti pada
Gambar 5.15. Di luar baterei elektron mengalir dari kutub negatif ke kutub positif,
sedangkan di dalam baterai elektron mengalir dari kutub positif ke kutub negatif
baterai.

142
Gambar 5.15. Rangkaian listrik

Rangkaian seperti pada Gambar 5.14 dan 5.15 tersebut sering juga disebut
rangkaian tetutup tak bercabang. Kuat arus di dalam suatu rangkaian tak
bercabang di mana-mana sama besarnya. Sedangkan untuk suatu rangkaian yang
bercabang, berlaku hukum-hukum Kirchhoff.

a. Hukum I Kirchhoff
Hukum-hukum Kirchhoff ada dua, namun yang akan dibahas terlebih dahulu
adalah Hukum I Kirchhoff, sedangkan Hukum II Kirchhoff akan dibahas di
bagian tersendiri. Hukum I kirchhoff berbunyi sebagai berikut. “Jumlah kuat arus
yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar
dari titik itu”. Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya
dengan hukum kekekalan muatan listrik. Hukum I Kirchhoff secara matematis
dapat dituliskan sebagai:

∑ I masuk = ∑ I keluar

Dari Gambar 5.16 di samping,


dengan memasang ampermeter pada
I1
masing-masing cabang dapat
I masuk I2 I keluar dibuktikan bahwa:
∑ I masuk = ∑ I keluar
I3 I masuk = I1 + I2 + I3 = I keluar

Gambar 5.16. Arus masuk masa dengan arus keluar

143
Perhatikan pula contoh berikut ini.

P Bila P adalah titik cabangnya, maka:


∑ I masuk = ∑ I keluar
i1 + i2 + i3 = i4 + i5

b. Hukum Ohm dan Hambatan Listrik

Seorang fisikawan dari Jerman bernama George Simon Ohm (1789-1854)


berhasil mendapatkan hubungan antara besarnya beda potensial dan besarnya
arus yang mengalir. Ia menyimpulkan penemuannya ini ke dalam suatu hukum
yang dikenal dengan nama Hukum Ohm. Bunyi Hukum Ohm sebagai berikut:
“Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda
potensial antara ujung-ujung penghantar itu, asalkan suhu penghantar itu tetap”.
Secara ringkasnya hukum ini dapat ditulis sebagai berikut;

V
v I (V sebanding dengan I), R
I

Dalam persamaan ini, R merupakan suatu faktor perbandingan yang besarnya


tetap untuk suatu penghantar tertentu dan pada suhu tertentu pula. Faktor tetap
R ini disebut hambatan listrik. Definisi hambatan suatu penghantar adalah hasil
bagi beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan kuat arus dalam
penghantar itu.

volt
Satuan hambatan listrik =  ohm . Simbolnya dalam huruf yunani Ω
ampere
(omega)
Satuan lainnya kilo ohm (KΩ) = 1000 Ω, mega ohm (MΩ) = 106 Ω . Sebuah
penghantar disebut mempunyai hambatan sebesar satu ohm bila beda potensial
sebesar satu ampere melalui penghantar itu. Penghambat/resistor adalah
komponen yang diproduksi pabrik dan memiliki nilai hambatan tetap dengan
toleransi tertentu.

c. Hukum Ohm Untuk Rangkaian Tertutup

Suatu rangkaian arus yang sederhana, terdiri sebuah sumber tegangan, misalnya
baterai dan sebuah penghantar yang hambatannya R yang menghubungkan
kutub-kutub baterai tersebut.

144
1) Rangkaian Tertutup dengan Satu Sumber Tegangan

Q P
Gambar 5.17. Sebuah rangkaian sederhana tertutup
terdiri dari sumber tegangan dengan GGL ε,
hambatan dalam r, dan hambatan luar R.

Di luar sumber tegangan, arus mengalir dari P ke Q melalui hambatan yang


besarnya R ohm. Di dalam sumber tegangan, arus mengalir dari Q ke P melalui
hambatan yang besarnya r ohm. Hambatan r ini disebut hambatan dalam. Kutub-
kutub sumber tegangan sebelum mengalirkan arus disebut gaya gerak listrik
(GGL) atau emf = electromotiveforce, sedangkan kutub-kutub sumber tegangan
selama megalirkan arus disebut beda potensial atau tegangan jepit (Gambar 5.17).
Bila arus i mengalir melalui rangkaian di atas, maka hambatan seluruhnya yang
dilewati arus listrik adalah R + r.

Kuat arus I yang mengalir dapat dituliskan sebagai berikut:



I
Rr

Tegangan jepit ialah beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan pada
waktu sumber tegangan tersebut mengalirkan arus. Tegangan jepit pada gambar
di atas ialah VPQ , di mana VPQ = I R.

2) Rangkaian Tertutup dengan Beberapa Sumber Tegangan Disusun Seri


Beberapa sumber tegangan dapat dihubungkan secara seri, yaitu kutub positif
sumber yang pertama dihubungkan dengan kutub negatif sumber yang
berikutnya.

Contoh terlihat pada Gambar 5.18


berikut. Bila ada n buah sumber
tegangan yang tiap-tiap ggl nya
adalah: ε volt dihubungkan secara
seri, maka ggl seluruhnya adalah n
x ε volt.
Gambar 18. Sumber tegangan terhubung seri

Dan bila hambatan dalam masing-masing sumber adalah r, maka hambatan


dalam seluruhnya sama dengan n x r ohm. Kalau n buah sumber tersebut
dihubungkan oleh hambatan luar sebesar R, maka kuat arus yang mengalir sama
dengan:

145
n
I
R  nr

3) Rangkaian Tertutup dengan Beberapa Sumber Tegangan Disusun Paralel

Apabila n buah sumber tegangan tersebut dihubungkan secara paralel, maka ggl
susunannya juga ε volt. Perhatikan Gambar 5.19, apabila hambatan dalam tiap
1
sumber = r ohm, maka hambatan dalam n sumber sama dengan: xr ohm.
n
Sekarang bila kutub-kutub tersebut dihubungkan oleh sebuah hambatan yang

besarnya R, maka kuat arus yang mengalir adalah: I 
1
R r
n

Gambar 5.19. Sumber tegangan dihubungkan


paralel

4) Rangkaian Tertutup dengan Beberapa Sumber Tegangan Disusun


Campuran Seri dan Paralel

Bila beberapa elemen (n buah elemen) yang masing-masing mempunyai GGL ε


dan tahanan dalam r disusun secara seri, sedangkan berapa elemen (m buah
elemen) yang terjadi karena hubungan seri tadi dihubungkan paralel lagi, maka
kuat arus yang timbul:

Gambar 5.20. Sumber tegangan yang terhubung seri dan paralel

146
n.
Kuat arus yang mengalir sebesar: i 
n
R r
m
d. Hukum II Kirchhoff

Hukum II Kirchhoff juga disebut hukum Kirchhof Tegangan. Hukum Kirchoff-


Tegangan menyatakan bahwa dalam rangkaian loop tertutup, jumlah aljabar
tegangan dalam cabang tertutup hasilnya nol Gambar 5.21. Istilah lain jumlah
drop tegangan sama dengan tegangan sumber tegangan. Tanda sumber tegangan
berlawanan dengan tanda drop tegangan di setiap Resistor.

Gambar 5.21 .Aplikasi hukum Kirchhoff


tegangan

Persamaan hukum Kirchoff-tegangan:


U + (-U1) + (-U2) = 0
U - U1- U2 = 0

U Tegangan sumber
U1 Drop tegangan R1
U2 Drop tegangan R2

Contoh:
Hukum Kirchhoff tegangan dapat diaplikasikan sebagai pembagi tegangan
(voltage devider), dua buah Resistor 1kΩ, 8,2kΩ di berikan tegangan baterai 12V.
Hitung besarnya tegangan pembagi ditiap-tiap ujung R2 (lihat Gambar 5.22).

Gambar 5.22. Rangkaian pembagi tegangan

147
Jawaban :
Menghitung tahanan pengganti Rp
Rp = R1+ R2 = 1kΩ + 8,2kΩ = 9,2kΩ
Menghitung tegangan pembagi
UBC = (R2/Rp). Us = (8,2kΩ/9,2kΩ).12V = 10.69V

2. Prinsip-Prinsip Kemagnetan Listrik


a. Prinsip Kemagnetan

Magnet yang kita lihat sehari-hari jika didekatkan dengan besi, maka besi akan
menempel. Magnet memiliki dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Magnet
memiliki sifat pada kutub berbeda saat didekatkan akan saling tarik menarik
(utara- selatan). Tapi jika kutub berbeda didekatkan akan saling tolak-menolak
(utara-utara atau selatan-selatan) Gambar 5.23.

Gambar 5.23: Sifat magnet saling


tarik menarik, tolak-menolak

Batang magnet dibagian tengah antara kutub utara-kutub selatan, disebut bagian
netral Gambar 5.24. Bagian netral magnet artinya tidak memiliki kekuatan
magnet. Magnet bisa dalam ujud yang besar, sampai dalam ukuran terkecil
sekalipun. Batang magnet panjang, jika dipotong menjadi dua atau dipotong
menjadi empat bagian akan membentuk kutub utara-selatan yang baru.

Gambar 5.24. Kutub utara-selatan


magnet permanet

Untuk membuktikan bahwa daerah netral tidak memiliki kekuatan magnet.


Ambil beberapa sekrup besi, amatilah tampak sekrup besi akan menempel baik
diujung kutub utara maupun ujung kutub selatan Gambar 5.25. Daerah netral
dibagian tengah sekrup tidak akan menempel sama sekali, dan sekrup akan
terjatuh.
Mengapa besi biasa berbeda logam magnet? Pada besi biasa sebenar nya terdapat
kumpulan magnet-magnet dalam ukuran mikroskopik, tetapi posisi masing-

148
masing magnet tidak beraturan satu dengan lainnya sehingga saling
menghilangkan sifat kemagnetannya Gambar 5.26a.

Gambar 5.25. Daerah netral pada


magnet permanet

Pada magnet sebenarnya kumpulan jutaan magnet ukuran mikroskopik yang


teratur satu dan lainnya Gambar 5.26b. Kutub utara dan kutub selatan magnet
posisinya teratur.
Secara keseluruhan kekuatan magnetnya menjadi besar.

Gambar 5.26. Perbedaan besi


biasa dan magnet permanen

Logam besi bisa menjadi magnet secara permanen atau sementara dengan cara
induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa logam yang tidak bisa menjadi
magnet, misalnya tembaga, aluminium logam tersebut dinamakan diamagnetik.

b. Garis Gaya Magnet

Bumi merupakan magnet alam raksasa, buktinya mengapa kompas menunjukkan


arah utara dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi
garis gaya magnet yang tidak tampak oleh mata kita tapi bisa diamati dengan
kompas keberadaannya.

149
Gambar 5.27. Pola garis medan magnet permanen

Batang magnet memancarkan garis gaya magnet yang melingkupi dengan arah
dari utara ke selatan. Pembuktian sederhana dilakukan dengan menempatkan
batang magnet diatas selembar kertas. Di atas kertas taburkan serbuk halus besi
secara merata, yang terjadi adalah bentuk garis-garis dengan polapola
melengkung oval diujung-ujung kutub Gambar 5.27. Ujung kutub utaraselatan
muncul pola garis gaya yang kuat. Daerah netral pola garis gaya magnetnya
lemah.

Gambar 5.28. Garis medan magnet utara-


selatan

Arah garis gaya magnet dengan pola garis melengkung mengalir dari arah kutub
utara menuju kutub selatan Gambar 5.28. Didalam batang magnet sendiri garis
gaya mengalir sebaliknya, yaitu dari kutub selatan ke kutub utara. Didaerah
netral tidak ada garis gaya
diluar batang magnet.

Gambar 5.29. Pola garis medan magnet tolak


menolak dan tarik menarik

Pembuktian secara visual garis gaya magnet untuk sifat tarik-menarik pada kutub
berbeda dan sifat tolak-menolak pada kutub sejenis dengan menggunakan
magnet dan serbuk halus besi Gambar 5.29. Tampak jelas kutub sejenis utara-
utara garis gaya saling menolak satu dan lainnya. Pada kutub yang berbeda

150
utara-selatan, garis gaya magnet memiliki pola tarik menarik. Sifat saling tarik
menarik dan tolak menolak magnet menjadi dasar bekerjanya motor listrik.

Gambar 5.30. Garis gaya magnet pada


permukaan rata dan silinder

Untuk mendapatkan garis gaya magnet yang merata disetiap titik permukaan
maka ada dua bentuk yang mendasari rancangan mesin listrik. Bentuk datar (flat)
akan menghasilkan garis gaya merata setiap titik permukaannya. Bentuk
melingkar (radial), juga menghasilkan garis gaya yang merata setiap titik
permukaannya Gambar 5.30.

c. Elektromagnet
Elektromagnet adalah prinsip pembangkitan magnet dengan menggunakan arus
listrik. Aplikasi praktisnya kita temukan pada pita tape recorder, motor listrik,
speaker, relay dsb. Sebatang kawat yang diberikan listrik DC arahnya
meninggalkan kita (tanda silang), maka disekeliling kawat timbul garis gaya
magnet melingkar Gambar 5.31.

Gambar 5.31. Prinsip elektromagnetik

Gambar visual garis gaya magnet didapatkan dari serbuk besi yang ditaburkan
disekeliling kawat beraliran listrik.

Sebatang kawat posisi vertikal diberikan arus listrik DC searah panah, arus
menuju keatas arah pandang (tanda titik). Garis gaya mahnet yang membentuk
selubung berlapis lapis terbentuk sepanjang kawat Gambar 5.32. Garis gaya
magnet ini tidak tampak oleh mata kita, cara melihatnya dengan serbuk halus
besi atau kompas yang didekatkan dengan kawat penghantar tsb. Kompas
menunjukkan bahwa arah garis gaya sekitar kawat melingkar.

151
Gambar 5.32. Garis magnet membentuk selubung
seputar kawat berarus

Arah medan magnet disekitar penghantar sesuai arah putaran sekrup (James Clerk
Maxwell, 1831-1879) Gambar 5.33. arah arus kedepan (meninggalkan kita) maka
arah medan magnet searah putaran sekrup kekanan. Sedangkan bila arah arus
kebelakang (menuju kita) maka arah medan magnet adalah kekiri.

Gambar 5.33. Prinsip putaran sekrup

Aturan sekrup mirip dengan hukum tangan kanan yang menggenggam, arah ibu
jari menyatakan arah arus listrik mengalir pada kawat. Maka keempat arah jari
menyatakan arah dari garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan.

Arah aliran arus listrik DC pada kawat penghantar menentukan arah garis gaya
elektromagnet. Arah arus listrik DC menuju kita (tanda titik pada penampang
kawat), arah garis gaya elektromagnet melingkar berlawanan arah jarum jam
Gambar 34.

Gambar 5.34. Elektromagnetik sekeliling kawat

Ketika arah arus listrik DC meninggal kan kita (tanda silang penampang kawat),
garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan melingkar searah dengan jarum jam
(sesuai dengan model mengencangkan sekrup). Makin besar intensitas arus yang
mengalir semakin kuat medan elektro- magnet yang mengelilingi sepanjang
kawat tersebut.

152
d. Elektromagnet pada Belitan Kawat
Kawat penghantar bentuk bulat dialiri arus listrik I sesuai arah panah Gambar 35.
Hukum tangan kanan dalam kasus ini, disekeliling kawat timbul garis gaya
magnet yang arahnya secara gabungan membentuk kutub utara dan kutub
selatan. Makin besar arus listrik yang melewati kawat makin kuat medan
elektromagnetik yang ditimbulkannya.

Jika beberapa belitan kawat digulungkan membentuk sebuah coil, jika dipotong
secara melintang maka arah arus ada dua jenis. Kawat bagian atas bertanda silang
(meninggalkan kita) dan kawat bagian bawah bertanda titik (menuju kita)
Gambar 5.36. Hukum tangan kanan empat jari menyatakan arah arus I, arah ibu
jari menunjukkan kutub utara magnet.

Gambar 5.35. Kawat melingkar Gambar 5.36. Belitan kawat membentuk


berarus membentuk kutub kutub magnet
magnet

Hukum tangan kanan untuk menjelaskan terbentuknya garis gaya elektromagnet


pada sebuah gulungan coil Gambar 5.37. Sebuah gulungan kawat coil dialiri arus
listrik arahnya sesuai dengan empat jari tangan kanan, kutub magnet yang
dihasilkan dimana kutub utara searah dengan ibu jari dan kutub selatan arah
lainnya. Untuk menguatkan medan magnet yang dihasilkan pada gulungan
dipasangkan inti besi dari bahan ferromagnet, sehingga garis gaya elektromagnet
menyatu. Aplikasinya dipakai pada coil kontaktor atau relay.

Gambar 5.37. Hukum tangan kanan

153
e. Fluksi Medan Magnet
Medan magnet tidak bisa kasat mata namun buktinya bisa diamati dengan
kompas atau serbuk halus besi. Daerah sekitar yang ditembus oleh garis gaya
magnet disebut gaya medan magnetik atau medan magnetik. Jumlah garis gaya
dalam medan magnet disebut fluksi magnetik Gambar 5.38.

Gambar 5.38. Belitan kawat berinti udara

Menurut satuan internasional besaran fluksi magnetik (Φ) diukur dalam Weber,
disingkat Wb yang didifinisikan : ”Suatu medan magnet serba sama mempunyai fluksi
magnetik sebesar 1 weber bila sebatang penghantar dipotongkan pada garis-garis gaya
magnet tsb selama satu detik akan menimbulkan gaya gerak listrik (ggl) sebesar satu
volt”.

Weber = Volt x detik

[Φ] = 1 Vdetik = 1 Wb

Belitan kawat yang dialiri arus listrik DC maka didalam inti belitan akan timbul
medan magnet yang mengalir dari kutub utara menuju kutub selatan.

Gambar 5.39. Daerah pengaruh medan magnet

Pengaruh gaya gerak magnetik akan melingkupi daerah sekitar belitan yang
diberikan warna arsir Gambar 5.39. Gaya gerak magnetik (Θ) sebanding lurus
dengan jumlah belitan (N) dan besarnya arus yang mengalir (I), secara singkat
kuat medan magnet sebanding dengan amper-lilit.

154
Θ = I . N [Θ] = Amper-turn

Θ = Gaya gerak magnetik


I = Arus mengalir ke belitan
N = Jumlah belitan kawat

f. Kuat Medan Magnet


Dua belitan berbentuk toroida dengan ukuran yang berbeda diameternya Gambar
5.40. Belitan toroida yang besar memiliki diameter lebih besar, sehingga keliling
lingkarannya lebih besar. Belitan toroida yang kecil tentunya memiliki keliling
lebih kecil. Jika keduanya memiliki belitan (N) yang sama, dan dialirkan arus (I)
yang sama maka gaya gerak magnet (Θ = N.I) juga sama. Yang akan berbeda
adalah kuat medan magnet (H) dari kedua belitan di atas.

Gambar 5.40. Medan magnet pada toroida

Persamaan kuat medan magnet:


 I.N
H  H   A
Im Im m

H = Kuat medan magnet


lm = Panjang lintasan
Θ = Gaya gerak magnetik
I = Arus mengalir ke belitan
N = Jumlah belitan kawat

I.N 0,1A.5000
H   2.500A / m
Im 0,2m

g. Kerapatan Fluk Magnet

Efektivitas medan magnetik dalam pemakaian sering ditentukan oleh besarnya


“kerapatan fluk magnet”, artinya fluk magnet yang berada pada permukaan yang
lebih luas kerapatannya rendah dan intensitas medannya lebih lemah Gambar
5.41. Pada permukaan yang lebih sempit kerapatan fluk magnet akan kuat dan
intensitas medannya lebih tinggi.

155
Gambar 5.41. Kerapatan fluk magnet

Kerapatan fluk magnet (B) atau induksi magnetik didefinisikan sebagai fluk
persatuan luas penampang. Satuan fluk magnet adalah Tesla.

B B  V .s2  Wb2  T
A m m
B = Kerapatan medan magnet
Φ = Fluk magnet
A = Penampang inti

Contoh:
Belitan kawat bentuk inti persegi 50mm x 30 mm, menghasilkan kuat medan
magnet sebesar 0,8 Tesla. Hitung besar fluk magnetnya.

Jawaban :


B    B.A  0,08Tx 0,03m  1,2mWb
A

3. Dasar Listrik Arus Bolak Balik


a. Prinsip Pembangkitan Listrik AC
Listrik AC dihasilkan dari hasil induksi elektromagnetik Gambar 5.42, sebuah
belitan kawat yang berdekatan dengan kutub magnet permanen. Kutub
permanen diputar pada sumbunya, maka diujung-ujung belitan timbul tegangan
listrik yang ditunjukkan oleh penunjukan jarum Voltmeter. Jarum Voltmeter
bergoyang kearah kanan dan kekiri, ini menunjukkan satu waktu polaritasnya
positif, satu waktu polaritasnya negatif.

Gambar 5.42. Prinsip


pembangkitan listrik AC

Generator AC sederhana Gambar


43, terdiri stator dengan belitan

156
kawat dan rotor dengan dua kutub. Saat rotor diputar satu putaran dan ujung
belitan diukur dengan voltmeter dihasilkan tegangan AC satu periode. Bentuk
tegangan sinusoida dan fluk magnet berbeda phasa 900.

Gambar 5.43. generator AC dua


kutub

Berikut ini konstruksi sederhana generator AC dengan rotor empat kutub


Gambar 5.44. Saat rotor diputar satu putaran, ujung belitan diukur tegangan
dengan Voltmeter. Setiap satu putaran rotor dihasilkan dua siklus tegangan
sinusoida. Jika frekuensi diinginkan 50 Hz, maka rotor dalam satu detik harus
berputar 25 putaran/detik, atau kalau satu menit 60 detik, maka rotor harus
berputar sebanyak 1500 putaran/menit.

Gambar 5.44. Generator AC


empat kutub

Kutub permanen utara dan kutub selatan menghasilkan garis fluk magnet
Gambar 5.45. Belitan kawat dengan poros yang ujung-ujungnya disambungkan
dengan dua cincin putar. Ketika poros diputar, belitan kawat akan memotong
garis fluk magnet, sesuai dengan hukum tangan kiri Flemming maka pada ujung-
ujung cincin akan timbul tegangan yang terukur oleh Voltmeter. Bentuk tegangan
berupa gelombang sinus.

Gambar 5.45. Prinsip generator AC

 Prinsip generator sederhana sebuah koil, bila didekatnya digerakgerakan


magnet permanen, pada ujung koil terukur arus bolak-balik.

157
 Prinsip generator AC sesui kaidah tangan kiri Flemming, belitan kawat dalam
loop tertutup yang dipotong oleh garis gaya magnet, pada ujung belitan kawat
akan timbul ggl induksi.
 Bentuk gelombang AC bisa berupa gelombang sinusioda, gelombang kotak,
gelombang pulsa dsb.

b. Prinsip Dasar Listrik AC

Arus listrik bolak balik (Alternating Current, AC) dihasilkan oleh pembangkit
listrik AC, yaitu generator AC. Sumber tegangan AC Gambar 5.46 a dihubungkan
dengan Voltmeter
dan Osiloskop untuk melihat bentuk gelombang AC.
Listrik AC satu phasa memiliki bentuk gelombang sinusoida Gambar 46b dalam
satu siklus periode memiliki nilai positif dan nilai negatif. Nilai maksimum di
hitung dari puncak ke puncak.

Gambar 5.46. Satu siklus

Persamaan frekuensi listrik AC:

1 1
f  T  f   1  1Hz
T f s

f : frekuensi (Hz)
T : periode (detik)
1 Hertz = 1 Periode per detik
1 Kilohertz = 1 kHz = 1.000 Hz = 103 Hz
1 Megahertz = 1 MHz = 1.000.000 Hz = 106 Hz

Contoh:
Frekuensi PLN diketahui f = 50 Hz, hitung besarnya periode?
Jawaban :

158
1 1 1 1
f  ; T     0,02s  2mili det ik
T f 50Hz 1
50.
s

Listrik AC dihasilkan oleh sumber tegangan AC berupa generator AC atau


generator fungsi (funtion generator).
Pada frekuensi 50 Hz, dalam satu detik terjadi perubahan siklus positif negatif
sebanyak 50 kali, dalam satu menit rotor akan berputar 3000 Rpm

c. Prinsip Gelombang Sinusoida


Menjelaskan terbentuknya gelombang sinusoida Gambar 5.47, dari sebuah
lingkaran dibagi menjadi 8 bagian dengan sudut 450 (3600/8). Satu putaran
lingkaran disebut satu periode T. Mulai dari sudut 00 (0/T); 450(T/8); 900(T/4);
1350(3T/8); 1800(T/2); 2250(5T/8); 2700(3T/4); 3150(7T/8) dan 3600(8T/8).

Gambar 5.47. Pembentukan gelombang sinusoida

Dari kuadran garis tegak dan garis lurus, dibagi juga menjadi delapan bagian
sama dengan membagi lingkaran, yaitu: 00 (0/T); 450(T/8); 900(T/4); 1350(3T/8);
1800(T/2); 2250(5T/8); 2700(3T/4); 3150(7T/8) dan 3600(8T/8).

Berikutnya memproyeksikan antara titik-titik sudut pada lingkaran dengan


titiktitk di garis kuadrant, misalnya titik sudut 450 dengan 450, titik sudut 1800
dengan 1800; titik sudut 1700 dengan titik sudut 1750 dan seterusnya sampai sudut
terakhir. Tarik garis lengkung dari sudut 00; 450; 900; 1350; 1800; 2250; 2700; 3150dan
3600, hasilnya sebuah bentuk grafik sinusoida.

Gambar 5.48. Proyeksi


lingkaran ke garis kuadran

159
B   B
 G 0   B  G 0 .2rad G  .3600
2rad 360 360 2rad

B 2
   2 .f
t T

αB = (rad).
αG = (gradien)
ω = kecepatan sudut (rad)
t = waktu (detik)
T = periode
f = frekuensi

 Satu siklus/periode terjadi dalam 3600 atau 2πradian.


 Polaritas pada setiap setengah periode akan berbalik.
 Harga maksimum terjadi pada 900 dan 2700.
 Harga nol terjadi pada 00 dan 1800.

d. Frekuensi dan Panjang Gelombang


Frekuensi adalah jumlah periode dalam satu detik. PLN memiliki frekuensi 50 Hz,
artinya dalam satu detik memiliki 50 periode. Frekuensi memiliki panjang
gelombang Gambar 5.49 dengan satuan (meter). Panjang gelombang dihitung
berdasarkan konstanta kecepatan cahaya: 300.000 km/detik.

Gambar 5.49. Panjang gelombang

Persamaan panjang gelombang:


m
c
    s1  m
f
s
 : panjang gelombang (m)
c : konstanta kecepatan cahaya, 300.000 km/detik
f : frekuensi (Hz)

160
Contoh:

Frekuensi radio FM 100 Mhz panjang gelombangnya sebesar:


c 300.106
   3meter
f 100.106

Frekuensi adalah jumlah periode dalam satu detik. PLN memiliki frekuensi 50 Hz,
gelombang radio frekuensi orde Mega Hertz.
Panjang gelombang, dihitung berdasarkan kecepatan cahaya, 300.000 km/detik.
saat

e. Harga Sesaat
Gelombang sinusoida Gambar 5.50 dibuat dalam bentuk diagram lingkaran dan
gelombang sinusoida. Diagram lingkaran terbagi menjadi delapan bagian yang
setiap segmen besarnya 450 (3600/8), yaitu dititk 00, 45, 900, 1350, 1800, 2250, 2700,
3150, 3600.

Gambar 5.50. Harga sesaat gelombang sinusoida

Dengan memutar lingkaran berlawanan jarum jam maka dapat dibuat gelombang
sinusoida yang memiliki dua sumbu, sumbu tegak dan sumbu mendatar. Sumbu
mendatar terbagi menjadi delapan titik, yaitu: 00 (0/T); 450(T/8); 900(T/4);
1350(3T/8); 1800(T/2); 2250(5T/8); 2700(3T/4); 3150(7T/8) dan 3600(8T/8).

Tabel 5.1 Harga Sesaat Tegangan Sinusoida

Derajat Sin α Tegangan


0 0 0
45 0,707 0,707
90 1,00 1,00
135 0,707 0,707
180 0 0
225 -0,707 -0,707

161
270 -1,00 -1,00
315 -0,707 -0,707
360 0 0

Harga sesaat dari gelombang sinusoida untuk suatu sudut putaran dinyatakan :

u = û.sin α = û.sin (ω.t)


i = î.sin α = î.sin (ω.t)
u, i = harga sesaat tegangan, arus
û, î = harga maksimum tegangan, arus
ω = kecepatan sudut (radian)
ᵠ = besarnya sudut

Contoh:
Gelombang sinusoida bervariasi dari 0 hingga 100 Volt (maksimum). Hitung
besarnya tegangan sesaat pada sudut 300, 450,900, 2700 dari satu periode?

Jawaban:
u = Um. sin(ω.t) = Um sin α = 100 sin α
Pada sudut: → 300 = 100 sin 300 = 100. 0,5 = 50 Volt
450 = 100 sin 450 = 100. 0,707 = 70,7 Volt
900 = 100 sin 900 = 100. 1,0 = 100 Volt
2700 = 100 sin 2700= 100. -1.0 = -100 Volt

 Satu siklus/periode terjadi dari 00 sampai 3600 atau 2π radian


 Polaritas pada setiap setengah periode akan berbalik, dari positif menuju ke
negatif.
 Harga maksimum terjadi pada 900 dan 2700
 Harga nol terjadi pada 00 dan 1800

f. Harga Rerata
Harga rata-rata dari tegangan atau arus bolak balik diperoleh dengan
menghitung rata-rata harga sesaat, didapat dengan menghitung dari setengah
periode saja.

Tabel 5.2 Harga rata-rata gelombang sinusoida

Derajat Sudut α Sin α


1 150 0,26
2 300 0,5
3 450 0,717
4 600 0,87
5 750 0,97
6 900 1,00

162
7 1050 0,97
8 1200 0,87
9 1350 0,71
10 1500 0,50
11 1650 0,26
12 1800 0,00
Jumlah 7,62
Harga rerata = 7,62/12=0,636

Persamaan harga rata-rata:

Urata-rata = Um. 0,636


I rata-rata = Im. 0,636

Contoh:
Tegangan bolak balik memiliki tegangan maksimum 100 Volt. Hitung besarnya
tegangan rata-rata dalam satu periode?

Jawaban :
urata-rata = Um. 0,636 = 100 V x 0,636 = 63,6 Volt
3.2
Harga rata-rata gelombang sinusoida, yaitu 0,636 harga maksimum.

g. Harga Efektif
Harga efektif Gambar 5.51 dari suatu tegangan/ arus bolak balik (AC) adalah
sama dengan besarnya tegangan/arus searah (DC) pada suatu tahanan, di mana
keduanya menghasilkan panas yang sama. Tegangan PLN 220 V merupakan
tegangan efektif, bukan harga tegangan sesaat dan bukan pula harga tegangan
maksimum.

Gambar 5.51. Prinsip harga efektif gelombang sinusoida

163
Gambar 5.52. Nilai puncak, nilai efektif gelombang sinusoida.

Peff = 0,5. ṕ Ieff2.R = o,5. Im2. R


Peff = Ueff. Ieff I eff2 = 0,5. Im2
Peff = Ieff2. R

1 2 i
ṕ = î2.R Ieff  0,5. i 2  .i 
2 2

Tabel 5.3 Harga efektif gelombang sinusoida


Derajat Sudut α Sin α Sin2 α
1 150 0,26 0,07
2 30 0 0,5 0,25
3 45 0 0,717 0,50
4 60 0 0,87 0,75
5 75 0 0,97 0,93
6 90 0 1,00 1,00
7 1050 0,97 0,93
8 1200 0,87 0,75
9 135 0 0,71 0,50
10 150 0 0,50 0,25
11 165 0 0,26 0,07
12 180 0 0,00 0,00
Jumlah 6,00
6
Harga efektif =  0,707
12

Untuk menghitung tegangan dan arus efektif pada gelombang sinusoida gambar-
3.12 diperoleh.

Um
U = U eff =  0,707Um
2

Im
I = I eff =  0,707.Im
2

164
U = Ueff Tegangan efektif (V)
I = Ieff Arus efektif (A)
Im = Arus maksimum (A)
Um = Tegangan maksimum (V)

Contoh:

Tegangan bolak balik sebesar 24 V berbentuk gelombang sinusoida, hitung


besarnya tegangan maksimum, tegangan maksimum ke maksimum.

Jawaban :
a) Um = 2.U = 2.24V = 34 Volt
b) Um - m = 2.Um = 2.34V = 68 Volt

 Harga efektif suatu tegangan/arus bolak balik adalah sama besarnya dengan
tegangan/arus DC pada suatu tahanan, akan menghasilkan panas yang sama.
 Harga efektif gelombang sinusoida besarnya 0,707 dari harga maksimum
tegangan/arus
4. Komponen Pasif dalam Listrik AC
a. Resistor Dalam Tegangan Ac
Untuk menjelaskan pergeseran phasa Gambar 5.53a sebuah sumber tegangan
bolak-balik G dirangkai dengan sebuah Kapasitor C = 1 µF dan Resistor R = 100
Ω. Dengan osiloskop dua kanal probe Y1 dan probe Y2 disambungkan untuk
melihat bentuk gelombang pergeseran phasa. Sumber tegangan bolak-balik diset
sebesar U, diujung tahanan R akan terukur drop tegangan sebesar Uw.

Gambar 5.53. Rangkaian


resistor listrik AC

Osiloskop dua kanal dengan probe Y1 untuk mengukur drop tegangan tahanan R
sebesar Uw dan probe Y2 untuk tegangan U Gambar 5.53b. Ternyata tegangan di
rangkaian sebesar U dan drop tegangan ditahanan R sebesar Uw bergeser sudut

165
phasanya sebesar  = 450. Kapasitor C menyebabkan pergeseran phasa sebesar 
dengan tegangan Uw mendahului (leading) terhadap tegangan U. Jika Kapasitor C
diganti dengan induktor L, yang terjadi adalah pergeseran phasa dimana drop
tegangan di induktor terbelakang (lagging) sebesar  .

 Pergeseran phasa terjadi ketika tahanan R dirangkai seri dengan kapasitor dan
dipasang pada sumber tegangan bolak balik
 Kapasitor menyebabkan pergeseran phasa dimana tegangan drop di kapasitor
mendahului (leading) terhadap tegangan sumbernya.
 Induktor menyebabkan pergeseran phasa arus tertinggal (lagging) terhadap
tegangan sumbernya.

b. Kapasitor dalam Rangkaian Listrik AC


Kapasitor memiliki sifat melewatkan arus bolak balik. Function generator diset
frekuensi 1 Hz dihubungkan dengan Voltmeter, Ampermeter dan sebuah Kapasitor
10 µF. Tegangan sumber U dan tegangan di ujung Kapasitor UC akan dilalui arus
sebesar IbC Gambar 5.54.

Gambar 5.54. Kapasitor pada sumber


listrik AC

Besarnya reaktansi kapasitif XC:

UBC 1
Xc   
I .C

UbC = Tegangan Kapasitor, (V)


I = Arus, (A)
XC = Reaktansi kapasitif, (�)
 = Kecepatan sudut. (radian)
C = Kapasitor

Rangkaian Kapasitor dengan reaktansi XC diberikan sumber tegangan AC 50 Hz,


maka akan mengalir arus sebesar I dan pada ujung Kapasitor akan terukur drop
tegangan sebesar UbC Gambar 5.55a. Diagram lingkaran dengan jari-jari lingkaran
luar drop tegangan UbC, dan jari-jari lingkaran dalam besarnya arus i Gambar
5.55b. Bentuk gelombang tegangan dan arus beban Kapasitor, tampak bahwa arus
i yang melewati Kapasitor mendahului (leading) terhadap tegangan UbC sebesar
900.

166
Gambar 5.55. Gelombang tegangan dan arus beban Kapasitor

Nilai reaktansi Kapasitor berbanding terbalik dengan frekuensi (XC=1/2.π.f.C).


Artinya pada frekuensi rendah, nilai reaktansi kapasitansi besar. Ketika frekuensi
dinaikkan, reaktansi kapasitansi nilainya akan menurun Gambar 5.56.

Gambar 5.56. Nilai kapsitansi fungsi frekuensi

Nilai reaktansi Kapasitor berbanding terbalik dengan kapasitansinya (XC= 1/


2.π.f.C). Semakin besar nilai farad Kapasitor maka reaktansinya makin kecil,
sebaliknya makin kecil nilai faradnya makin besar nilai reaktansi kapasitifnya.

1 1
Xc  
.C 2 . f .C

Contoh:
Kapasitor 1  F, dihubungkan dengan frekuensi 50 Hz. Hitung nilai reaktansi
kapasitifnya.

Jawaban:

1 1 1
Xc     3,186
.C 2 .f .C 1
2 .50 .1.10 6 s

s 

 Reaktansi kapasitif (XC) perbanding terbalik dengan frekuensi


 Makin besar frekuensi nilai reaktansi kapasitif menurun, pada frekuensi
rendah nilai reaktansi kapasitif meningkat.

167
c. Induktor dalam Rangkaian Listrik AC
Bila sebuah kumparan yang induktansinya L Henry dihubungkan dengan
sumber tegangan AC, maka kumparan tersebut menghasilkan ggl lawan. Inti
induktor dapat dari bahan ferromagnet, ferrit. Besaran reaktansi induktor XL
Gambar 5.57, meningkat berbanding lurus dengan kenaikan frekuensi dan satuan
reaktansi induktor Ohm.

Gambar 5.57. Hubungan XL dan f

Rangkaian induktor XL dihubungkan sumber tegangan AC 50 Hz, pada ujung


induktor drop tegangan UbL Gambar 5.58a. Diagram lingkaran memiliki dua
lingkaran, lingkaran luar dengan jari-jari arus i, lingkaran dalam dengan jari-jari
drop tegangan induktor UbL, antara arus dan tegangan beda phasa  = 900
Gambar 5.58b. Bentuk gelombang arus i dan drop tegangan induktor UbL, arus i
dijadikan referensi dari 00 sampai 3600. drop tegangan UbL mendahului arus i
sebesar  = 900 Gambar 5.58c.

Gambar 5.58. Bentuk gelombang tegangan dan arus beban Induktor

Persamaan induktor :

UbL
XL   .L  2 .f .L
I

UbL = Drop tegangan (V)


I = Arus efektif (A)
XL = Reaktansi indutif (�)
 = Kecepatan sudut (radian)
L = Induktor (henry)
f = Frekuensi (Hz)

168
Contoh:

Induktor murni sebesar 10,8 H, dihubungkan dengan sumber tegangan AC 340


sin 314t. Tentukan besarnya arus sesaat.

Jawaban:

U bL
XL   . .f .L U U msint  340 sin314t
I

  314rad / det

UbL
XL   .L  314.10,8H  3400
I

Um 340V
Im    0,1A
X L 3.400

Arus tertinggal sebesar 900 (  /2 rad), jadi besarnya arus sesaat:

i = 0,1 sin (314t-  /2) A


 Reaktansi Induktif (XL) perbanding lurus dengan frekuensi
 Makin besar frekuensi nilai reaktansi induktif meningkat, pada frekuensi
rendah nilai reaktansi induktif akan menurun.
 Drop tegangan induktor mendahului 900 terhadap arus.

d. Beban Impedansi
Beban listrik dikenal tahanan R, Kapasitor C atau induktor L. Beban Kapasitor
dan induktor jarang digunakan sendiri, yang umum adalah tahanan R
digabungkan dengan Kapasitor C atau induktor L Gambar 5.59. Impedansi (Z)
adalah gabungan tahanan R dengan induktor L atau gabungan R dengan
Kapasitor C.

Gambar 5.59. Beban impedansi

169
Persamaan impedansi:

U
Z Z   V 
I A

Z = Impedansi (Ω)
U = Tegangan efektif (V)
I = Arus efektif (A)

Contoh:
Sumber tegangan bolak-balik 100 V, dirangkaikan dengan beban impedansi Z dan
menarik arus 80 mA. Hitung besarnya impedansi?

Jawaban:

U 100V
Besarnya impedansi: Z   1,25k
I 80mA

Impedansi (Z) merupakan gabungan antara resistor R dengan komponen


induktor (XL) atau kapasitor (XC).

5. Komponen Elektronika Pasif Dan Aktif


a. Komponen Pasif
Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya
tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri.
Adapun yang termasuk komponen pasif antara lain:

1) RESISTOR
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang fungsinya untuk
menghambat arus listrik.
Resistor dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Resistor Tetap
Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Resistor
memiliki batas kemampuan daya misalnya : 1/16 watt, 1/8 watt, 1/4 watt, 1/2
watt dsb.
Artinya resitor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan
kemampuan dayanya.

170
Gambar 5.60. Contoh Resistor

Untuk mengetahui nilai hambatan suatu resistor dapat dilihat atau dibaca
dari warna yang tertera pada bagian luar badan resistor tersebut yang berupa
gelang warna.

Tabel 5.4 Kode Warna Resistor

Keterangan.
Cara menggunakan Tabel 1 adalah sebagai berikut:
1. Kolom warna (colour) menunjukkan warna pita pada resistor. Supaya mudah
dihafal maka dapat diringkas menjadi hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u-a-pu, ditambah
dengan emas, perak, yaitu kepanjangan dari hitam – coklat – merah – jingga
(orange) – kuning – hijau – biru – ungu – abu-abu – putih – emas – perak.
2. Kolom ke 1, 2 dan 3 adalah pita resistansi yang menunjukkan angka
resistansi.

171
3. Kolom ke 4 (MULTIPLIER) adalah pita resistor yang menunjukkan nilai
resistansi namun dikalikan dengan nilai pada pita ke 1, 2 dan 3.
4. Kolom pita ke 5 adalah pita resistor yang menunjukkan nilai toleransi.
5. Untuk membedakan resistor dengan 5 pita dengan pita terakhir adalah
toleransi dan 5 pita dengan pita terakhir adalah reliabilitas adalah dengan
melihat jarak pita terakhir. Jika jaraknya sama dengan pita kelima adalah
reliabilitas dan jika jaraknya sama dengan pita yang lain maka kelima adalah
toleransi.
6. pita pertama suatu resistor adalah yang paling dekat dengan ujung resistor.

Contoh pembacaan kode warna resistor yang digunakan pada buku ini:

1. Resistor 1 kΩ ± 1%
Coklat Hitam Hitam Coklat Coklat
1 0 0 X10 1%

Resistor 1 kΩ ± 5%
Coklat Hitam Merah Emas
1 0 x 102 5%

2. Resistor 33 kΩ ± 1%
Orange Orange Hitam Merah Coklat
3 3 0 x 102 1%
Resistor 33 kΩ ± 5%
Orange Orange Orange Coklat
3 3 x 103 5%

3. Resistor 47 kΩ ± 1%
Kuning Ungu Hitam Merah Coklat
4 7 0 x 102 1%

Resistor 47 kΩ ± 5%
Kuning Ungu Orange Emas
4 7 x 103 5%

b) Resistor yang Tidak Tetap (Variabel)


Ialah resistor yang nilai hambatannya atau resistansinya dapat diubah-ubah.
Jenisnya antara lain : hambatan geser, trimpot dan potensiometer.
Yang banyak digunakan ialah trimpot dan potensimeter.

b.1) Potensiometer
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan memutar poros
yang telah tersedia. Potensiometer pada dasarnya sama dengan trimpot secara
fungsional.

172
Gambar 5.61. simbol dan bentuk fisik Potensiometer

b.2) Trimpot
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar
porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai hambatan dari
suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada badan trimpot
tersebut.

Gambar 5.62. simbol dan bentuk fisik Trimpot

2) KAPASITOR
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik atau energi listrik. Kemampuan untuk menyimpan
muatan listrik pada kapasitor disebut dengan kapasitansi atau kapasitas. Seperti
halnya hambatan, kapasitor dapat dibagi menjadi :

a) Kapasitor Tetap
Kapasitor tetap merupakan kapasitor yang mempunyai nilai kapasitas yang tetap.
Simbol kapasitor seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.63. Simbol Kapasitor

173
Kapasitor dapat dibedakan dari bahan yang digunakan sebagai lapisan diantara
lempeng-lempeng logam yang disebut dielektrikum.
Dielektrikum tersebut dapat berupa keramik, mika, mylar, kertas, polyester
ataupun film. Pada umumnya kapasitor yanng terbuat dari bahan diatas
nilainya kurang dari 1 mikrofarad (1µF).
Satuan kapasitor adalah Farad, dimana 1 farad = 103 mF = 106 μF = 109 nF =1012
pF.
Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas atau kapasitansi pada kapasitor
dapat dibaca melalui kode angka pada badan kapasitor tersebut yang terdiri dari 3
angka. Angka pertama dan kedua menunjukkan angkaatau nilai, angka ketiga
menunjukkan faktor pengali atau jumlah nol, dan satuan yang digunakan ialah
pikofarad (pF).

Contoh :
Pada badan kapasitor tertulis angka 103 artinya nilai kapasitas dari kapasitor
tersebut adalah 10x103 pF = 10 x 1000 pF = 10nF = 0,01 ìF.
Kapasitor tetap yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 1ìF adalah
kapasitor elektrolit (elco). Kapasitor ini memiliki polaritas (memiliki kutub
positif dan kutub negatif) dan biasa disebutkan tegangan kerjanya.
Misalnya: 100µF 16 V artinya elco memiliki kapasitas 100µF dan tegangan
kerjanya tidak boleh melebihi 16 volt.

Gambar 5.64. Simbol dan Fisik kapasitor

b) Kapasitor Tidak Tetap


Kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi atau
kapasitas yang dapat diubah-ubah. Kapasitor ini terdiri dari :

b.1) Kapasitor Trimer


Kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar
porosnya dengan obeng.

174
Gambar 5.65. Simbol dan Bentuk Fisik Trimer

b.2) Variabel Capasitor (Varco)


Kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah dengan memutar poros
yang tersedia. (bentuk menyerupai potensiometer)

Gambar 5.66. Simbol Variabel Capasitor

3) DIODA (PN Junction)


Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus
listrik dan tegangan pada satu arah saja. Bahan pokok untuk pembuatan dioda
adalah Germanium (Ge) dan Silikon/Silsilum (Si).

Dioda terdiri dari :


a) Dioda Kontak Titik
Dioda ini dipergunakan untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi
frekuensi rendah.
Contoh tipe dari dioda ini misalnya; OA 70, OA 90 dan 1N 60.

Gambar 5.67. Simbol Dioda


b) Dioda Hubungan
Dioda ini dapat mengalirkan arus atau tegangan yang besar hanya satu
arah. Dioda ini biasa digunakan untuk menyearahkan arus dan
tegangan.

175
Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya
Dioda tipe 1N4001 ada 2 jenis yaitu yang berkapasitas 1A/50V dan
1A/1 00V.
Simbol dioda hubungan sama dengan simbol dioda kontak titik.

c) Dioda Zener
Dioda Zener adalah dioda yang bekerja pada daerah breakdown atau
pada daerah kerja reverse bias. Dioda ini banyak digunakan untuk
pembatas tegangan.
Tipe dari dioda zener dibedakan oleh tegangan pembatasnya.
Misalnya 12 V, ini berarti dioda zener dapat membatasi tegangan
yang lebih besar dari 12 V atau menjadi 12 V.

Gambar 5.68. Simbol dan Bentuk Fisik Dioda Zener


d) Dioda Pemancar Cahaya (LED)
LED adalah kepanjangan dari Light Emitting Diode (Dioda Pemancar
Cahaya). Dioda ini akan mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan
sebesar 1,8 V dengan arus 1,5 mA. LED banyak digunakan
sebagai lampu indikator dan peraga (display).

Gambar 5.69. Simbol dan Bentuk fisik LED

b. Komponen Aktif

Komponen aktif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya


memerlukan sumber arus atau sumber tegangan tersendiri.
Yang termasuk komponen aktif antara lain :

176
1) TRANSISTOR
Transistor memiliki dua jenis yaitu: Transistor Bipolar dan Transistor
Unipolar. Transistor Bipolar adalah transistor yang memiliki dua
persambungan kutub, transistor Unipolar adalah transistor yang hanya
memiliki satu buah persambungan kutub.
Transistor biasa terdiri dari 3 buah kaki yang masing-masing diberi
nama: emitor, basis dan kolektor. Transistor bipolar dapat diibaratkan
dengan dua buah dioda yang tergambar pada gambar.

Gambar 5.70. Simbol dan Bentuk Fisik Transistor

Untuk mengetahui kaki-kaki transistor lebih mudah dengan melihat


data book transistor yang mencantumkan kaki-kaki transistor. Dan
untuk mengetahui kaki-kaki transistor dengan menggunakan
multitester akan dibahas pada bab II.
Transistor unipolar adalah FET (Field Effect Transistor) yang terdiri
dari JFET kanal N, JFET kanal P, MOSFET kanal N, dan MOSFET kanal P.

Gambar 5.71. Simbol dan Bentuk Fisik


Transistor Unipolar

2) THYRISTOR
Thyristor disebut juga dengan SCR (Silicon Controlled Rectifier)
dan banyak digunakan sebagai saklar elektronik. Gambar diskrit dan simbol
SCR ditunjukkan dengan gambar dibawah ini :

177
Gambar 5.72. Simbol dan Bentuk Fisik THYRISTOR

Thyristor ini akan bekerja atau menghantar arus listrik dari anoda
ke katoda jika pada kaki gate diberi arus kearah katoda, karenanya kaki gate
harus diberi tegangan positif terhadap katoda.
Pemberian tegangan ini akan menyulut thyristor, dan ketika tersulut
thyristor akan tetap menghantar. SCR akan terputus jika arus yang melalui
anoda ke katoda menjadi kecil atau gate pada SCR terhubung dengan
ground.

a) Karakteristik Thyristor
Karakteristik thyristor ditunjukkan pada gambar dibawah ini

Gambar 5.73. karakteristik Thyristor

178
Pada gambar di atas memperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3
keadaan. Pada daerah pertama (I), terlihat bahwa thyristor berperilaku
seperti dioda biasa, dimana keadaan ini, tidak ada arus yang mengalir
sampai dicapainya tegangan reverse (Vr). Sedangkan pada daerah kedua
(II), terlihat bahwa arus yang tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya
batas tegangan penyalaan (Vbo). Apabila tegangan mencapai tegangan
penyalaan, maka tiba-tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil dan ada arus
yang mengalir. Pada saat ini thyristor akan mulai konduksi (menghantar)
dan ini adalah merupakan daerah tiga (III). Arus yang terjadi pada thyristor
yang dalam keadaan konduksi dapat disebut sebagai arus genggam (Ih =
Holding Current), arus genggam (Ih) ini mempunyai orde mA. Untuk
membuat thyristor kemballi OFF (tidak menghantar), dapat dilakukan
dengan menurunkan arus thyristor tersebut sedikit dibawah arus genggam
(Ih) nya dan thyristor tidak akan ON (menghantar) kembali sebelum diberi
tegangan penyalaan (Vbo).

b) TRIAC (Trioda AC Switch)


TRIAC merupakan komponen thyristor dua arah yang sebenarnya
terdiri dari dua buah SCR (Silicon Controlled Rectifier) yang gerbangnya
digabungkan menjadi satu atau terhubung anti paralel, seperti
diperlihatkan pada Gambar 74.

(a) Struktur

(b). Ekivalen SCR (c). Simbol

Gambar 5.74. Gambar TRIAC

Karakteristisk TRIAC pada dasarnya hampir sama dengan


karakteristik SCR seperti yang terlihat pada Gambar 75, baik besaran-

179
besaran pembatas (arus, tegangan thermis, dll) maupun besaran arus
tegangan (Ih) kecuali batas tegangan reverse yang tidak terdapat pada
TRIAC.

Gambar 5.75. Karakteristik TRIAC

TRIAC dapat dipandang sebagai saklar elektronik untuk tegangan


dan arus bolak-balik. TRIAC mampu memblokir tegangan pada kedua
arahnya dan mampu juga mengalirkan arus pada kedua arahnya.

Tabel 5 daerah TRIAC dan Polaritasnya (Vg)

KWADRAN
TERMINAL
I II III IV
T1 + - - +
G + + - -
T2 Titik referensi

Misalkan TRIAC bekerja pada kwadran I, maka arus akan mengalir


dari T1 ke T2. TRIAC akan lebih baik dan sensitif bila dioperasikan pada
kwadran I dan kwadran III, dengan pulsa dioperasikan pada kwadran I
dan kwadran III, dengan pulsa trigger positif atau trigger negatif.
Keadaan yang berbahaya bagi TRIAC adalah pada operasi beban
induktif, sebab arus TRIAC akan nol tetapi VT1-T2 tidak sama dengan nol.
Oleh karena itu rangkaian snubber juga diperlukan untuk membatasi
dV/dt saat arus TRIAC sama dengan nol.

6. TRANDUCER
Tranducer adalah pengoperasian kerja suatu rangkaian yang lebih
mudah diukur atau dikendalikan oleh besaran listrik, yaitu tegangan dan
arus dimana terjadi perubahan dari suatu besaran ke besaran lainnya.
Adapun komponen elektronika yang termasuk ke dalam tranducer ialah :

180
a. LDR (Light Dependent Resistance)
Yaitu resistor yang dapat berubah-ubah nilai resistansinya jika
permukaannya terkena cahaya. Kondisinya ialah jika terkena
cahaya nilai resistansinya kecil,sedangkan jika tidak terkena
cahaya (kondisi gelap) maka nilai resistansinya besar.

Gambar 5.76. Simbol dan Bentuk Fisik LDR

8. Sifat-Sifat Komponen Elektronika Pasif Dan Aktif


a. Kondensator/kapasitor
Pada dasarnya kapasitor terdiri dari dua buah penghantar yang
saling tersekat, penyekat didalam kapasitor disebut dielektrika.

Gambar 5.77. konstruksi kapasitor tabung berisikan cairan dielektrik


amonia

Dielektrika dapat terbuat dari bahan:


a. Kertas
b. Polyster
c. Ceramic
d. Tantalum
e. Mika
Jadi nama kapasitor tergantung jenis bahan dielektrikanya, adapun
kegunaan kapasitor untuk:

181
a. Menyimpan muatan
b. Menahan arus DC
c. Menruskan arus AC

1) Kapasitor berjajar
Beberapa kapasitor dapat dihubungkan paralel (gambar ... ),
kapasitor total lebih besar.
Cp = C1 + C2 + C3 + ...

Ctotal

Gambar 5.78. simbol kapasitor berjajar

2) kapasitor berderet (seri)


kapasitor-kapasitor yang berderet, kapasitasnya menjadi kecil.
Dari pernyataan tersebut dapat diuraikan dalam persamaan dibawah
ini.

+ .....

Gambar 5.79. simbol kapasitor berderet (seri)

a. Aplikasi kapasitor
i. pembagi tegangan

C1 V1

V
C2 V2

C2
V1 = ------------------ xE
C1 + C2

182
C1
V2 = ------------------ xE
C1 + C2

ii. Penahan Arus DC

V Xc

Jadi untuk arus DC kapasitor seolah terbuka sehingga arus DC


tidak bisa lewat.
3) Dioda
a) Penyearah Gelombang Penuh
a.1) Konfigurasi Bridge
Untuk meningkatkan dc level yang diperoleh dari input
sinusoidal sebanyak 100% kita dapat menggunakan rangkaian
penyearah gelombang penuh. Konfigurasi yang sangat terkenal adalah
konfigurasi Bridge atau jembatan, dengan menggunakan 4 buah dioda
dengan penyearah seperti pada Gambar 5.80 berikut.

Gambar 5.80. penyearah setengah gelombang

Rangkaian diatas akan menghasilkan output V0 yang akan digunakan


dalam konversi
dari ac ke dc yang banyak digunakan dalam rangkaian-rangkaian
elektronika.
Selama interval t = 0 →T/2 mengakibatkan dioda ON, dioda
selanjutnya dapat diganti dengan rangkaian ekivalen model idealnya,
sehingga outputnya bias diperoleh proses di atas dapat digambarkan
seperti gambar di bawah ini.

183
Gambar 5.81. Daerah Dioda Konduksi (0 – T/2)

Selanjutnya, selama perioda T/2 → T polaritas dari input Vi berubah


mengakibatkan dioda tidak bekerja (OFF), berikut penggambaran
prosesnya.

Gambar 5.82. Daerah Dioda Non Konduksi (T/2 – T)


Sinyal output V0 mempunyai nilai rata-rata selama satu siklus penuh
dan dapat dihitung dengan persamaan berikut

Berikut adalah gambar input dan output rangkaian penyearah ½


gelombang

Gambar 5.83. Sinyal Input dan Output Rangkaian Penyearah ½


Gelombang

Selain menggunakan model ideal kita juga dapat menggunakan kedua


model lain.

184
4) Penguat Operasional
a) Dasar-dasar Penguat Operasional
Penguat operasional (op-amp) adalah suatu blok penguat yang
mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Opamp biasa terdapat di
pasaran berupa rangkaian terpadu (integrated circuit-IC).

Gambar 5.84. Rangkaian dasar penguat operasiaonal

Gambar 5.84. menunjukkan sebuah blok opamp yang mempunyai


berbagai tipe dalam bentuk IC. Dalam bentuk paket praktis IC seperti
tipe 741 hanya berharga beberapa ribu rupiah. Seperti terlihat pada
gambar 3.1, opamp memiliki masukan tak membalik v+ (non-inverting),
masukan membalik v-(inverting) dan keluaran vo. Jika isyarat masukan
dihubungkan dengan masukan membalik (v-), maka pada daerah
frekuensi tengah isyarat keluaran akan “berlawanan fase” (berlawanan
tanda dengan isyarat masukan). Sebaliknya jika isyarat masukan
dihubungkan dengan masukan tak membalik (v+), maka isyarat keluaran
akan “sefase”. Sebuah opamp biasanya memerlukan catu daya 15 V.
Dalam menggambarkan rangkaian hubungan catu daya ini biasanya
dihilangkan. Data keadaan ideal opamp dan kinerja IC 741 seperti
terlihat pada Tabel 5.6.
Idealnya, jika kedua masukan besarnya sama, maka keluarannya akan
berharga nol dan tidak tergantung adanya prubahan sumber daya, yaitu

di mana A berharga sangat besar dan tidak tergantung besarnya beban


luar yang terpasang.
Tabel 5.6. Sifat ideal dan data yang sebenarnya dari opamp IC 741.

185
Keterangan.
Tegangan ofset masukan (input offset voltage) Viomenyatakan seberapa
jauh v+dan v- terpisah untuk mendapatkan keluaran 0 volt. Arus offset
masukan (input offset current) menyatakan kemungkinan seberapa
berbeda kedua arus masukan. Arus panjar masukan (input bias current)
memberi ukuran besarnya arus basis (masukan). Harga CMRR menjamin
bahwa output hanya tergantung pada (v+) - (v-), walaupun v+ dan v-
masing-masing berharga cukup tinggi.
Untuk menghindari keluaran yang berosilasi, maka frekuensi harus
dibatasi, unity gain frequency, memberi gambaran dari data tanggapan
frekuensi. Ini hanya berlaku untuk isyarat-kecil saja karena untuk isyarat
yang besar penguat mempunyai keterbatasan nilai.

b) Penguatan Tak-Membalik (Non-Inverting Amplification)


Opamp dapat dipasang sebagai penguat tak membalik seperti Gambar
5.82-a. Terlihat bahwa masukan diberikan pada v-

(a) (b)
Gambar 5.85. Rangkaian penguat operasional tak membalik
Op-amp tersebut berfungsi sebagai

dan selanjutnya kita dapat menuliskan untuk penjumlah (S) dan penguat
ujung tunggal (A) seperti pada gambar 5.82-b.

Dari pembagi tegangan kita mempunyai

Jadi terlihat bahwa Gambar 85-a adalah salah satu contoh dari penguat
balikan yang kita pelajari pada bab sebelumnya, dengan

Dengan demikian kita dapat menuliskan penguat lingkar tertutup sebagai

186
Karena A sangat besar maka

Kita dapat memperoleh persamaan terakhir dengan cepat dengan


menggunakan metode hubung singkat maya
vs = vf (karena A sangat besar)

Jadi

Kita dapat membuat bentuk khusus penguat tak mambalik secara


sederhana seperti diperlihatkan pada Gambar 5.86.

Gambar 86. Rangkaian khusus penguat operasional tak membalik


dengan metode hubung singkat maya diperoleh

Jadi penguat seperti terlihat pada Gambar 86 menghasilkan penguatan +


1.
Rangkaian ini sangat menguntungkan karena kita dapat memperoleh
suatu penguat dengan hambatan masukan yang sangat tinggi (10-1012 )
dengan hambatan keluaran sangat rendah (10-3 - 10-1 ), yaitu mendekati
kondisi ideal. Rangkaian ini disebut rangkaian pengikut (follower), suatu
bentuk peningkatan dari penguat pengikut emitor.
Jadi penguat ini berfungsi sebagai penyangga (buffer) dengan penguatan
= 1.
Sebagai gambaran pada Tabel 5.7 diperlihatkan kinerja rangkaian
pengikut dan rangkaian pengikut emitor.

187
Tabel 5.7. Kinerja rangkaian pengikut dan rangkaian pengikut emitor

Dalam praktek untuk penguat operasional tak-membalik, besarnya


frekuansi 3 dB BW penguatan lingkar tertutup G diberikan oleh

GxBW = frekuensi penguatan - tunggal


Jadi jika kita menggunakan penguat dengan frekuensi penguatan tunggal
1 MHz, kita dapat memperoleh lebar tanggapan frekuensi sebesar 1 MHz.

Gambar 5.87. Penguat tak-membalik dengan masukan nol

Efek dari Vio (tegangan offset masukan) pada kondisi panjar penguat,
tidak terlalu sulit untuk diperkirakan. Perhatikan penguat tak-membalik
dengan masukan nol seperti diperlihatkan pada gambar 3.4.
Agar diperoleh keluaran sebesar kira-kira 0 volt, kedua masukan harus
berbeda sebesar Vio, yaitu

Dari pembagi potensial dapat diperoleh

dan juga

Biasanya untuk amplifier dengan penguatan 100´ mungkin akan memiliki


keluaran sebesar 200 mV untuk masukan nol volt. Jika arus masukan
tidak dapat diabaikan (seperti diasumsikan di atas), analisis di atas harus
dimodifikasi sebagai pembagi tegangan yang terbebani arus masukan IB,
dimana

188
Perlu juga dicoba untuk menghubungkan + V ke tanah tidak dengan
hubung singkat melainkan dengan hambatan R1 paralel dengan R2 . Arus
sebesar IB juga mengalir lewat hambatan tersebut, efek dari suku kedua
pada persamaan 3.9 dapat dihilangkan. Dengan demikian akan diperoleh

c) Penguat Membalik (Inverting Amplifier)


Pada penguat membalik sumber isyarat dihubungkan dengan masukan
membalik sedangkan masukan positif ditanahkan seperti terlihat pada
Gambar 88.

Gambar 5.88. Penguat operasional membalik

Pada Gambar 5.88 terlihat bahwa sebagian dari keluaran diumpankan


kembali ke masukan melalui Rf. Penguat ini termasuk penguat pembalik
negatif. Penguatan dari rangkaian ini dapat ditentukan sebagai berikut.
Kita berasumsi bahwa arus i tidak melalui masukan, jadi arus i yang
lewat Ri dan Rf . Kita mempunyai

dari ketiga persamaan di atas diperoleh

………..

189
selanjutnya diperoleh

Biasanya A berharga sangat besar (katakan sebesar 105) sehingga Vo/A


berharga sangat kecil dibandingkan dengan Vo dan Vs. Kita dapatkan
penguatan lingkar tertutup

ternyata secara sederhana hanya merupakan perbandingan kedua


hambatan yang dipasang.
Kita dapat menggunakan metode tanah-maya untuk mendapatkan hasil
seperti pada persamaan 3.14. Karena masukan positif ditanahkan, maka
terminal masukan negatif juga ditanahkan maya (walaupun tidak
terdapat penghubung lansung ke tanah). Kita memiliki

Dan juga

Daftar Pustaka

Bela G. Liptak. (1982). Instrumentasi Engineers Handbook, Chilton Book Company.


Edminister, J.A & M. Nahvi. (1996). Schaum Outline Series of Electric Ciscuit, 3rd ed.
New York: McGraw Hill.
Hyatt W.H & J.E. Kemerly. (1988). Rangkaian Listrik 1 dan 2, Alih Bahasa Pantur
Silaban, Edisi V. Jakarta: P.T. Erlangga.
Kristono.(1993). Elektronika Praktis, PT. Pradnya Paramita.
Lowenberg, Edwin C. (1983). Theory and Problems Electronic Circuit. Singapore:
MacGraw-Hill InternationalBook Company.
Louis Nashelsky.(1992). Electronics devices and Circuit Theory, Prentice-Hall
International, Inc.
M.E, Van Valkenburg.(1982). Analog Filter Design, Holt-Sounders International
Edition.
Nur Kholis.( 2008). Elektronika dan Robotika Muatan Lokal SMA, edisi pertama.
Sears dan Zemansky. (1991). Fisika untuk Universitas II Listrik dan Magnet (saduran
Soemitro). Jakarta: Binatjipta.

190
Siswoyo. (2008). Teknik Listrik Industri Jilid 1, 2, 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Sutanto.(1987). Mikroelektronika Sistem Digital dan rangkaian Analog, Penerbit
Erlangga.
Utomo, Pristiadi. (2008). Konsep Dasar Listrik Dinamis. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

A. Lembar Kerja
Kapasitor dan Induktor
B. Alat dan Bahan
1. Modul percobaan kapasitor dan inductor
2. Generator fungsi
3. Osiloskop
4. Catu daya
5. 2 buah Multi meter
6. Kabel penghubung 12 buah
7. Stopwatch

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Hati-hati dengan arus dan tegangan 220 volt

D. Langkah Kerja

1. Kapasitansi
a. Buat rangkaian seperti Gambar 5.89, atur suplai tegangan variabel arus
sebesar 10 Volt.
b. Naikkan posisi saklar, catat tegangan saat proses pengisian (charging)
dalam selang waktu t = 0 detik sampai t = 60 detik (ditentukan asisten).

Gambar 89

191
c. Ubah posisi sakelar ke bawah, amati proses pembuangan (discharging)
pada voltmeter catat besar tegangan yang terjadi dalam selang waktu t = 0
detik sampai t = 60 detik.

2. Hubungan Seri dan Paralel Kapasitor

a. Buat rangkaian seperti Gambar 5.90.

Gambar 90

b. Atur generator fungsi pada frekuensi 200 Hz dan amplitudo tegangan 5


volt-ptp, (bentuk gelombang persegi).
c. Amati bentuk gelombang yang terjadi pada osiloskop dan gambarkan
pada kertas milimeter blok, hitung konstanta waktunya.
d. Ubah frekuensi generator menjadi 20 Hz, dengan mengunakan resistor 10
kΩ. Gambarkan bentuk gelombangnya pada milimeter blok, hitung
konstanta waktunya.

3. Induktansi
a. Buat rangkaian seperti Gambar 5.91.

Gambar 91

b. Atur fungsi generator menjadi gelombang persegi 100 H, amplitudo 5 volt-


ptp (probe Y1)
c. Amati gelombang arus pada probe Y2.
d. Gambarkan hasil pengamatan pada milimeter blok, dan hitung konstanta
waktunya.

192
4. Kapasitansi Dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik.

a. Buat rangkaian separti Gambar 92.

Gambar 92

b. Atur fungsi generator pada gelombang sinusoidal dengan frekuensi 400


Hz, Amplitudo keluaran harus tetap sebesar 5 volt-ptp.
c. Catat besar arus yang terjadi (probe Y2), amati dan gambar bentuk
gelombang arus (Y2) dan tegangan (Y1-ptp).
d. Ulangi pengamatan untuk frekuensi 10 kHz,dengan tegangan keluaran
diatur tetap 5 volt-ptp. Catat besar serta gambarkan bentuk gelombang
arus dan tegangan.
e. Atur kembali fungsi generator menjadi 400 Hz, lepaskan hubungan
resistor 1 kΩ dan hubungkan dengan kapasitor 100 nF. Catat besar serta
gambarkan bentuk gelombang arus dan tegangan.
f. Ulangi percobaan untuk frekuensi 4 kHz.

E. Lembar Latihan

1. Jika kuat arus dalam sepotong kawat penghantar = 2 ampere, berapakah


banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui penampang kawat
penghantar tersebut selama 1 menit? (q = 120 coulomb)
2. Jika sebuah kawat penghantar listrik dialiri muatan listrik sebesar 360
coulomb dalam waktu 1 menit, tentukan kuat arus listrik yang melintasi
kawat penghantar tersebut! (I = 360/60 = 6 A)
3. Berapa kuat arus yang mengalir pada rangkaian berikut ini?

a. (I = 4/10 x 5 A=2 A)

Gambar rangkaian lampu dan ampermeter

193
4. Arus sebesar 5 amper mengalir dalam penghantar metal, berapa coulomb
besar muatan q yang berpindah selama 1 menit?

5. Berapa besar kuat arus listrik yang memindahkan muatan 30 coulomb


melalui sebuah penghantar tiap menit?
6. Apa yang dinamakan dengan komponen aktif dan komponen pasif ?
7. Sebutkan beberapa komponen yang tergolong komponen aktif dan pasif.
8. Apa yang disebut dengan sensor dan transduser, dan sebutkan macam-
macamnya.

B. Elektronika Digital
B.1. Sistem Bilangan

1. Lembar Informasi
Sistem bilangan (number sistem) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari
suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia
adalah sistem biilangan desimal, yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10
macam simbol untuk mewakili suatu besaran. Sistem ini banyak digunakan
karena manusia mempunyai sepuluh jari untuk dapat membantu perhitungan.
Lain halnya dengan komputer, logika di komputer diwakili oleh bentuk elemen
dua keadaan yaitu off (tidak ada arus) dan on (ada arus). Konsep inilah yang
dipakai dalam sistem bilangan binary yang mempunyai dua macam nilai untuk
mewakili suatu besaran nilai.

Selain sistem bilangan biner, komputer juga menggunakan sistem bilangan oktal
dan hexadesimal. Berikut akan dijelaskan teori bilangan.

Bilangan Desimal

Sistem ini menggunakan 10 macam simbol yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9. Sistem ini


menggunakan basis 10. Bentuk nilai ini dapat berupa integer desimal atau
pecahan.
Integer desimal :
adalah nilai desimal yang bulat, misalnya 8598 dapat diartikan :
8 x 103 = 8000
5 x 102 = 500
9 x 101 = 90
8 x 100 = 8
8598
position value/palce value
absolute value

Absolute value merupakan nilai untuk masing-masing digit bilangan,


sedangkan position value adalah merupakan penimbang atau bobot dari

194
masing-masing digit tergantung dari letak posisinya, yaitu nernilai basis
dipangkatkan dengan urutan posisinya.

Pecahan desimal :
Adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan dibelakang koma,
misalnya nilai 183,75 adalah pecahan desimal yang dapat diartikan :

1 x 10 2 = 100
8 x 10 1 = 80
3 x 10 0 = 3
7 x 10 –1 = 0,7
5 x 10 –2 = 0,05
183,75

Bilangan Biner
Sistem bilangan biner menggunakan 2 macam simbol bilangan berbasis 2 digit
angka, yaitu 0 dan 1. Berikut pembobotan bilangan biner

Contoh bilangan 1001 dapat diartikan :


1001
1x20 =1
0x21 =0
0x22 =0
1x23 =8
10 (10)

Operasi aritmetika pada bilangan Biner:

a. Penjumlahan
Dasar penjmlahan biner adalah :
0+0=0
0+1=1
1+0=1
1+1=0 dengan carry of 1, yaitu 1 + 1 = 2, karena digit terbesar biner
1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis), jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1
contoh :
1111
10100 +
100011

195
b. Pengurangan

Bilangan biner dikurangkan dengan cara yang sama dengan pengurangan


bilangan desimal. Dasar pengurangan untuk masing-masing digit bilangan biner
adalah :
0-0=0
1-0=1
1-1=0
0–1=1 dengan borrow of 1, (pijam 1 dari posisi sebelah kirinya).

Contoh :
11101
1011 -
10010

c. Perkalian
Dilakukan sama dengan cara perkalian pada bilangan desimal. Dasar perkalian
bilangan biner adalah :
0x0=0
1x0=0
0x1=0
1x1=1

Contoh:

Desimal Biner
14 1110
12 x 1100 x
28 0000
14 0000
1110
+ 1110 +
168 10101000

d. Pembagian
Pembagian biner dilakukan juga dengan cara yang sama dengan bilangan
desimal. Pembagian biner 0 tidak mempunyai arti, sehingga dasar pemagian
biner adalah :
0:1=0
1:1=1

196
Contoh:
Desimal Biner
5 / 125 \ 25 101 / 1111101\ 11001
10 - 101 -
25 101
25 - 101 -
0 0101
101 -
0

Bilangan Oktal

Sistem bilangan Oktal menggunakan 8 macam simbol bilangan berbasis 8 digit


angka, yaitu 0 ,1,2,3,4,5,6,7. Position value sistem bilangan octal adalah
perpangkatan dari nilai 8.
Contoh :
12(8) = …… (10)
2x80 =2
1x81 =8
10
Jadi 10 (10)

Operasi Aritmetika pada Bilangan Oktal


a. Penjumlahan

Langkah-langkah penjumlahan octal :


o tambahkan masing-masing kolom secara desimal
o rubah dari hasil desimal ke octal
o tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
o kalau hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua digit, maka digit
paling kiri merupakan carry of untuk penjumlahan kolom selanjutnya.
Contoh :

Desimal Oktal

21 25
87 + 127 +
108 154
5 10 + 7 10 = 12 10 = 14 8
2 10 + 2 10 + 1 10 = 5 10 = 5 8
1 10 = 1 10 = 1 8

197
b. Pengurangan
Pengurangan Oktal dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan
pengurangan bilangan desimal.
Contoh :

Desimal Oktal
108 154
87 - 127 -
21 25
48 -78 + 8 8 (borrow of) = 5 8
5 8 - 2 8- 1 8 =28
1 8 -18 = 08

c. Perkalian
Langkah – langkah :
- kalikan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke octal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom
selanjutnya.

Contoh :

Desimal Oktal
14 16
12 x 14 x
28 70
14 + 4 10 x 6 10 = 24 10 = 30 8
168 4 10 x 1 10 + 3 10 = 7 10 = 7 8

16
14 x
70
16
1 10 x 6 10 = 6 10 = 6 8
1 10 x 1 10 = 1 10 = 1 8

16
14 x
70
16 +
250
7 10 + 6 10 = 13 10 = 15 8
1 10 + 1 10 = 2 10 = 2 8

198
d. Pembagian

Desimal Oktal
12 / 168 \ 14 14 / 250 \ 16
12 - 14 - 14 8 x 1 8 = 14 8
48 110
48 – 110 - 14 8 x 6 8 = 4 8 x 6 8 = 30 8
0 0 1 8 x 6 8= 6 8 +
110 8

Bilangan Hexadesimal
Sistem bilangan Oktal menggunakan 16 macam simbol bilangan berbasis 8 digit
angka, yaitu 0 ,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E dan F.
Dimana A = 10, B = 11, C= 12, D = 13 , E = 14 dan F = 15
Position value sistem bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 16.

Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199
Jadi 199 (10)

Operasi Aritmetika Pada Bilangan Hexadesimal

a. Penjumlahan
Penjumlahan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan
penjumlahan bilangan octal, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah-langkah penjumlahan hexadesimal :
- tambahkan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke hexadesimal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil hexadecimal
- kalau hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua digit, maka digit
paling kiri merupakan carry of untuk penjumlahan kolom selanjutnya.

Contoh :

Desimal Hexadesimal

2989 BAD
1073 + 431 +
4062 FDE
D 16 + 1 16 = 13 10 + 110 = 14 10 = E 16
A 16 + 3 16 = 10 10 + 3 10 = 13 10 =D 16
B16 + 4 16 = 1110 + 4 10 = 15 10 = F 16

199
b. Pengurangan
Pengurangan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan
pengurangan bilangan desimal.

Contoh :

Desimal Hexadesimal

4833 12E1
1575 - 627 -
3258 CBA
16 10 (pinjam) + 1 10 - 710 = 10 10 = A 16
14 10 - 7 10 - - 1 10 (dipinjam) = 11 10 =B 16
1610 (pinjam) + 2 10 - 610 = 12 10 = C 16

1 10 – 1 10 (dipinjam) 0 10 = 0 16
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- kalikan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke octal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom selanjutnya.

Contoh:
Desimal Hexadesimal
172 AC
27 x 1B x
1204 764
344 + C 16 x B 16 =12 10 x 1110= 84 16
4644 A16 x B16 +816 = 1010 x 1110+810=7616

AC
1B x
764
AC
C16 x 116 = 1210 x 110 =1210=C16
A16 x 116 = 1010 x110 =1010=A 16

AC
1B x
764
AC +
1224
616 + C16 = 610 + 1210 = 1810 =12 16
716+A16 +116 = 710 x 1010 + 110=1810 = 1216

200
d. Pembagian
Contoh :

Desimal Hexadesimal
27 / 4646 \ 172 1B / 1214 \ AC
27- 10E - 1B16xA16 = 2710x1010=27010= 10E16
194 144
189 – 144- 1B 16 x C16 = 2710 x 10 10 = 3240 10
54 0 = 14416
54 –
0

Konversi Bilangan
Konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu sistem bilangan dengan
basis tertentu akan dijadikan bilangan dengan basis yang lain.

Konversi dari bilangan Desimal


1. Konversi dari bilangan Desimal ke biner
Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan dua kemudian diambil
sisa pembagiannya.
Contoh :

45 (10) = …..(2)
45 : 2 = 22 + sisa 1
22 : 2 = 11 + sisa 0
11 : 2 = 5 + sisa 1
5 : 2 = 2 + sisa 1
2 : 2 = 1 + sisa 0 101101(2) ditulis dari bawah ke atas

2. Konversi bilangan Desimal ke Oktal


Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan 8 kemudian diambil sisa
pembagiannya
Contoh :
385 ( 10 ) = ….(8)
385 : 8 = 48 + sisa 1
48 8 = 6 + sisa 0
601(8)

3. Konversi bilangan Desimal ke Hexadesimal


Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan 16 kemudian diambil sisa
pembagiannya

201
Contoh :
1583 ( 10 ) = ….(16)
1583 : 16 = 98 + sisa 15
96 : 16 = 6 + sisa 2
62F (16)

Konversi dari sistem bilangan Biner


1. Konversi ke desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan
position valuenya.
Contoh :
1001
1x20 =1
0x21 =0
0x22 =0
1x23 =8
10 (10)
2. Konversi ke Oktal
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap tiga buah digit biner yang
dimulai dari bagian belakang.

Contoh :

11010100 (2) = ………(8)


11 010 100

3 2 4
Begitu seterusnya untuk yang lain.

3. Konversi ke Hexademial
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap empat buah digit biner
yang dimulai dari bagian belakang.
Contoh :
11010100
1101 0100

D 4

Konversi dari sistem bilangan Oktal


1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan
position valuenya.

202
Contoh :
12(8) = …… (10)
2x80=2
1 x 8 1= 8
10
Jadi 10 (10)

2. Konversi ke Biner
Dilakukan dengan mengkonversikan masing-masing digit octal ke tiga digit
biner.
Contoh :
6502 (8) ….. = (2)

2 = 010
0 = 000
5 = 101
6 = 110
jadi 110101000010

3. Konversi ke Hexadesimal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan octal menjadi bilangan biner
kemudian dikonversikan ke hexadesimal.
Contoh :
2537 (8) = …..(16)
2537 (8) = 010101011111
010101010000(2) = 55F (16)
Konversi dari bilangan Hexadesimal

1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan
position valuenya.

Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199
Jadi 199 (10)

2. Konversi ke Oktal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan hexadesimal menjadi biner
terlebih dahulu kemudian dikonversikan ke octal.
Contoh :
55F (16) = …..(8)
55F(16) = 010101011111(2)
010101011111 (2) = 2537 (8)

203
2. Lembar Pelatihan
Kerjakan soal berikut dengan benar !
1. Sebutkan dan jelaskan empat macam sistem bilangan !
2. Konversikan bilangan berikut :
a. 10101111(2) = ………….(10)
b. 11111110(2) = ………….(8)
c. 10101110101 = …………(16)

3. Konversi dari :
a. ACD (16) = ………(8)
b. 174 (8) = ……..(2)

4. BC1
2A x

5. 245 (8) : 24 (8) =……..(8)

B.2. Operasi Logika

1. Lembar Informasi
Alat-alat digital dan rangkaian-rangkaian digital bekerja dalam sistem biner, yaitu
semua variabel bernilai salah satu, 0 atau 1 (rendah atau tinggi). Karakteristik
alat-alat digital yang seperti ini memungkinkan penggunaan aljabar Boolean
sebagai suatu alat untuk menganalisis dan merancang sistem digital. Dalam
Kegiatan Belajar 1 ini , kita akan belajar gerbang logika, yang merupakan
rangkaian logika paling dasar, dan kita akan belajar bahwa operasi gerbang
logika ini dapat digambarkan melalui aljabar Boolean.

Gerbang AND

Gerbang AND adalah salah satu gerbang dasar yang digunakan untuk
membangun semua fungsi logika. Gerbang AND dapat memiliki dua atau lebih
masukan dan menghasilkan sebuah perkalian logika.

Istilah gerbang digunakan untuk menggambarkan rangkaian yang melaksanakan


suatu operasi logika dasar. Gerbang AND terdiri dari dua atau lebih masukan
dan satu keluaran, seperti ditunjukkan melalui simbol logika standar dengan dua
masukan pada Gambar 5.92. Masukan (A dan B) berada di sebelah kiri dan
keluaran (X) ada di sebelah kanan. Bentuk yang sama juga berlaku untuk operasi
gerbang AND dengan lebih dari 2 masukan. Meskipun terdapat dua contoh
simbol, namun simbol khusus yang ditunjukkan pada Gambar 2-1.a lebih banyak
digunakan pada modul ini.

204
A A &
X X
B
B

(a) Simbol khusus (b) Simbol segi-empat

Gambar 5.92
Simbol logika standar gerbang AND dengan dua masukan (ANSI/IEEE Std. 91-1984).

Operasi logika Gerbang AND

Gerbang AND menghasilkan keluaran bernilai TINGGI („1‟) hanya apabila


semua masukannya bernilai TINGGI. Ketika salah satu masukannya RENDAH
(„0‟), maka keluarannya juga RENDAH. Operasi ini berlaku juga untuk operasi
gerbang AND dengan lebih dari 2 masukan.

Ikhtisar untuk Operasi AND


1. Operasi AND dilakukan persis seperti perkalian biasa antara 1 dan 0.
2. Suatu keluaran sama dengan 1 hanya terjadi untuk kasus tunggal, yaitu pada
saat semua masukan bernilai 1.
3. Keluaran bernilai 0 untuk setiap kasus yang salah satu masukannya atau lebih
bernilai 0.

Tabel Kebenaran Gerbang AND


Operasi logika untuk gerbang dapat dijelaskan melalui tabel kebenaran yang
mendaftar semua kombinasi masukan yang menghasilkan keluaran yang
bersesuaian, seperti ditunjukkan pada Tabel 2-1 untuk dua masukan gerbang
AND. Tabel kebenaran dapat dikembangkan untuk lebih dari dua masukan.
Meskipun istilah TINGGI dan RENDAH ditujukan untuk menggambarkan level
masukan dan keluaran secara fisik, namun dalam tabel kebenaran akan dituliskan
dengan „1‟ dan „0‟, karena TINGGI ekivalen dengan 1 dan RENDAH ekivalen
dengan 0. Seperti dijelaskan sebelumnya, untuk gerbang AND, dengan
mengabaikan banyaknya input, keluaran akan TINGGI hanya jika semua
masukan TINGGI.
Tabel 5.8 Masukan Keluaran
Tabel kebenaran untuk A B X
gerbang AND 2 masukan. 0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Gerbang OR

Gerbang OR juga merupakan salah satu gerbang dasar yang digunakan untuk
membangun semua fungsi logika. Gerbang OR dapat memiliki dua atau lebih
masukan dan menghasilkan sebuah pejumlahan logika.

205
Seperti halnya gerbang AND, gerbang OR terdiri dari dua atau lebih masukan
dan satu keluaran, seperti ditunjukkan melalui simbol logika standar dengan dua
masukan pada Gambar 5.93. Masukan (A dan B) berada di sebelah kiri dan
keluaran (X) ada di sebelah kanan. Bentuk yang sama juga berlaku untuk operasi
gerbang OR dengan lebih dari 2 masukan. Meskipun terdapat dua contoh simbol,
tetapi simbol khusus yang ditunjukkan pada Gambar 2-5.a lebih banyak
digunakan pada modul ini.

A
X A 1
B X
B

(a) Simbol khusus (b) Simbol segi-empat


Gambar 5.93
Simbol logika standar gerbang OR dengan dua masukan (ANSI/IEEE Std. 91-1984).

Operasi logika Gerbang OR

Gerbang OR menghasilkan keluaran bernilai TINGGI („1‟), bila salah satu


masukannya bernilai TINGGI („1‟). Dan keluarannya akan bernilai RENDAH („0‟),
jika semua masukannya bernilai RENDAH („0‟). Operasi ini berlaku juga untuk
operasi gerbang OR dengan lebih dari 2 masukan.

Ikhtisar Operasi OR
1. Operasi OR menghasilkan hasil 1 apabila salah satu variabel masukannya ada
yang berharga 1.
2. Operasi OR menghasilkan hasil 0 hanya apabila semua variabel masukannya
berharga 0.
3. Pada operasi OR, 1 + 1 =1, 1 + 1 + 1 =1, dan seterusnya.

Tabel Kebenaran Gerbang OR

Tabel kebenaran untuk gerbang OR dengan dua masukan digambarkan pada


Tabel 5.9, dengan mengabaikan banyaknya input, keluaran akan TINGGI, jika
satu atau lebih masukannya TINGGI.

Tabel 5.9 Masukan Keluaran


Tabel kebenaran untuk gerbang A B X
OR 2- masukan. 0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

206
INVERTER
Inverter menunjukkan operasi yang dinamakan inversi atau komplementasi.
Inverter mengubah satu level logika ke level logika lawannya. Dalam istilah bit,
mengubah bit „0‟ ke „1‟ atau „1‟ ke „0‟. Simbol logika standar untuk inverter
seperti terlihat pada Gambar 2-8.

(a) Simbol khusus (b) Simbol segi-empat


Gambar 5.94
Simbol logika standar gerbang inverter (ANSI/IEEE Std. 91-1984).

Indikator Negasi dan Polaritas

Indikator untuk negasi adalah „bubble‟ (o), yang menggambarkan suatu inversi
atau komplementasi ketika dipasang di depan atau di belakang suatu gerbang
logika, seperti terlihat pada Gambar 2-8a. Secara umum, masukan berada di
sebelah kiri simbol logika, dan keluaran berada di sebelah kanan. Ketika berada
di sisi masukan, bubble menunjukkan 0 yang aktif dimasukan. Ketika berada di
sisi keluaran, bubble menunjukkan bahwa 0 yang aktif di keluaran.

Indikator polaritas adalah sebuah segitiga ( ), yang menunjukkan inversi pada


sisi masukan atau keluaran, seperti pada Gambar 2-8b. Ketika berada di sisi
masukan, ini berarti level RENDAH yang aktif pada sisi masukan, dan ketika
berada di sisi keluaran, berarti level RENDAH yang aktif pada sisi keluaran.
Kedua indikator (bubble atau segitiga) dapat digunakan pada kedua simbol logika,
baik simbol khusus atau simbol segi-empat.

Tabel Kebenaran Inverter


Inverter selalu hanya mempunyai masukan tunggal, dan tingkat logika
keluarannya selalu berlawanan dengan tingkat logika masukannya, seperti
terlihat dalam Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Masukan Keluaran


Tabel kebenaran inverter
RENDAH (0) TINGGI (1)
TINGGI (1) RENDAH (0)

207
Gerbang NAND dan Gerbang NOR

Gerbang NAND dan gerbang NOR lebih luas penggunaannya dibandingkan


gerbang AND dan OR, karena masing-masing dapat digunakan untuk
melaksanakan setiap pernyataan Boolean tanpa menggunakan gerbang lain.

Gerbang NAND

Gambar 5.95 menunjukkan simbol standar untuk gerbang NAND dua-masukan.


Operasi gerbang NAND ekivalen dengan gerbang AND yang diikuti oleh sebuah
inverter, sehingga pernyataan keluaran untuk tiap-tiap operasi adalah X  A.B .
Jadi, gerbang NAND pertama-tama melakukan operasi AND atas masukannya
dan kemudian melakukan operasi NOT pada hasil operasi AND itu. Di sinipun
tampak jelas juga bahwa urutan operasi tercermin dari simbol NAND.

A A A &
B
X
 B
X
B
X

(a) Simbol khusus (b) Simbol segi-empat

Gambar 5.95
Simbol logika standar gerbang NAND dengan dua masukan (ANSI/IEEE Std. 91-1984).

Tabel kebenaran pada Tabel 2-7 menunjukkan bahwa keluaran gerbang NAND
dalam tiap kasus merupakan inversi atas keluaran AND. Sedangkan keluaran
AND TINGGI hanya apabila semua masukannya TINGGI. Operasi yang sama
berlaku juga untuk gerbang NAND dengan lebih dari dua masukan.

Tabel 5.11 Masukan Keluaran


Tabel kebenaran untuk A B X
gerbang NAND 2-masukan. 0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

GERBANG NOR
Gambar 5.96 menunjukkan simbol standar untuk gerbang NOR dua-masukan.
Operasi gerbang NOR ekivalen dengan gerbang OR yang diikuti oleh sebuah
inverter, sehingga pernyataan keluaran untuk tiap-tiap operasi adalah X  A  B .
Dengan kata lain, gerbang NOR pertama-tama melakukan operasi OR pada
masukannya dan kemudian melakukan operasi NOT pada hasil operasi OR. Hal
ini mudah untuk mengingat karena simbol gerbang NOR persis sama dengan
simbol OR dengan tambahan bubble pada keluarannya. Bubble ini seperti
penjelasan di atas menyatakan operasi inversi.

208
A A A 1
X
B
X  X
B B

(a) Simbol khusus (b) Simbol segi-empat


Gambar 5.97
Simbol logika standar gerbang NOR dengan dua masukan (ANSI/IEEE Std. 91-
1984).

Tabel kebenaran pada Tabel 5.12 menunjukkan bahwa keluaran gerbang NOR
dalam tiap kasus merupakan kebalikan keluaran OR. Sedangkan keluaran
NOR TINGGI hanya apabila semua masukannya RENDAH. Operasi yang
sama berlaku juga untuk gerbang NOR dengan lebih dari dua masukan.

Tabel 5.12 Masukan Keluaran


Tabel kebenaran untuk gerbang NOR A B X 2-
masukan. 0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0

Gerbang Eksklusif-OR Dan Gerbang Eksklusif-NOR

Dua rangkaian logika khusus yang sering dijumpai dalam sitem digital adalah
rangkaian gerbang eksklusif OR dan eksklusif NOR.

Gerbang Eksklusif OR

Perhatikanlah rangkaian logika Gambar 5.98a. Bentuk persamaan keluaran dari


rangkaian ini adalah :
X  AB  AB
Tabel kebenaran yang menyertainya menunjukkan bahwa X = 1 untuk dua
kasus: A = 0, B = 1 (suku AB ) dan A = 1, B = 0 (suku AB ). Dengan kata lain,
rangkaian ini menghasilkan keluaran tinggi apabila kedua masukannya berada
pada tingkat yang berlawanan. Rangkaian ini disebut eksklusif OR, yang
seterusnya disingkat dengan EX-OR.
A
Masukan Keluaran
B
A B X
X  AB  AB
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
(a) Rangkaian EX-OR dan tabel kebenaran.

209
A A =1
X X
B B

(b) Simbol khusus dan Simbol segi-empat gerbang EX-OR.

Gambar 5.98
Simbol logika standar gerbang EX-OR (ANSI/IEEE Std. 91-1984).

Kombinasi khusus gerbang logika seperti ini sangat sering dijumpai dan sangat
berguna dalam pemakaian tertentu. Rangkaian EX-OR diberi simbol logika
standar seperti ditunjukkan pada Gambar 5.98b. Rangkaian EX-OR ini umumnya
dikenal sebagai gerbang EX-OR, dan dapat dipandang sebagai sebuah jenis
gerbang logika lain, di samping gerbang yang telah dibahas terdahulu.

Gerbang EX-OR hanya mempunyai dua masukan; tidak ada gerbang EX-OR tiga
masukan atau empat masukan. Dua masukan tersebut digabung sedemikian rupa
sehingga X  AB  AB . Cara singkat yang kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan bentuk persamaan keluaran EX-OR adalah: X  A  B . Di sini
simbol  menyatakan operasi gerbang EX-OR. Karakteristik gerbang EX-OR
diikhtisarkan seperti berikut ini.
1. Hanya mempunyai dua masukan dan keluarannya adalah
X  AB  AB  A  B
2. Keluarannya tinggi hanya apabila dua masukannya berada pada tingkat yang
berlawanan.

Gerbang Eksklusif-NOR
Rangkaian eksklusif-NOR (disingkat EX-NOR) bekerjanya sepenuhnya
berlawanan dengan rangkaian EX-OR. Gambar 5.99 menunjukkan rangkaian EX-
NOR dan tabel kebenaran yang menyertainya. Bentuk persamaan keluarannya
adalah:
X  AB  AB
yang bersama-sama dengan tabel kebenarannya menunjukkan bahwa X akan 1
untuk dua kasus : A = B = 1 (suku AB) dan A = B = 0 (suku AB ). Dengan kata
lain, rangkaian ini menghasilkan keluaran tinggi hanya apabila kedua
masukannya berada pada tingkat yang sama.

A
Masukan Keluaran
B
A B X
X  AB  AB
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
(a) Rangkaian EX-NOR dan tabel kebenaran.

210
A A =1
X X
B B

(b) Simbol khusus dan Simbol segi-empat gerbang EX-NOR.

Gambar 5.99
Simbol logika standar gerbang EX-NOR (ANSI/IEEE Std. 91-1984).

Jelas bahwa keluaran rangkaian EX-NOR persis kebalikan dari keluaran


rangkaian EX-OR. Simbol gerbang EX-NOR diperoleh hanya menambahkan
bubble pada keluaran simbol EX-OR (Gambar 5.99b).

Gerbang EX-NOR juga mempunyai dua masukan, dan gerbang ini


menggabungkan kedua masukannya sedemikian rupa sehingga keluarannya
adalah: X  AB  AB .

Cara singkat untuk menunjukkan persamaan keluaran EX-NOR adalah


X  A  B , yang merupakan kebalikan operasi EX-OR. Gerbang EX-NOR
diikhtisarkan seperti berikut ini.
1. Hanya mempunyai dua masukan dan keluarannya adalah
X  AB  AB  A  B
2. Keluarannya tinggi hanya apabila dua masukannya berada pada tingkat yang
sama.

2. Lembar Pelatihan

Pilihlah jawaban salah satu jawaban yang benar


1. Ketika masukan sebuah inveter adalah TINGGI (1), maka keluarannya adalah
__________-.
a. TINGGI atau 1
b. RENDAH atau 1
c. TINGGI atau 0
d. RENDAH atau 0

2. Sebuah Inverter menggambarkan sebuah operasi yang dikenal sebagai


_____________.
a. komplementasi
b. pernyataan
c. inversi
d. jawaban a dan c benar

211
3. Keluaran gerbang AND dengan masukan A, B, dan C adalah TINGGI (1)
ketika ____________.
a. A = 1, B = 1, C = 1
b. A = 1, B = 0, C = 1
c. A = 0, B = 1, C = 1
d. A = 1, B = 1, C = 0

4. Keluaran gerbang OR dengan masukan A, B, dan C adalah TINGGI (1)


ketika_____________.
a. A = 1, B = 1, C = 1
b. A = 0, B = 1, C = 0
c. A = 0, B = 1, C = 1
d. Semua jawaban benar

5. Sebuah pulsa diaplikasikan pada gerbang NAND 2-masukan. Satu pulsa


bernilai TINGGI pada saat t = 0 dan beralih ke kondisi RENDAH pada t = 1
ms. Pulsa yang lain bernilai TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan beralih ke
kondisi RENDAH pada saat t = 3 ms. Maka kondisi pulsa keluaran dapat
digambarkan sebagai berikut.
a. Kondisi RENDAH pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi TINGGI pada
saat t = 3 ms.
b. Kondisi RENDAH pada saat t = 0. 8 ms dan kembali ke kondisi TINGGI
pada saat t = 3 ms.
c. Kondisi RENDAH pada saat t = 0.8 ms dan kembali ke kondisi TINGGI
pada saat t = 1 ms.
d. Kondisi TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan kembali ke kondisi RENDAH
pada saat t = 1 ms.

6. Sebuah pulsa diaplikasikan pada gerbang NOR 2-masukan. Satu pulsa bernilai
TINGGI pada saat t = 0 dan beralih ke kondisi RENDAH pada t = 1 ms. Pulsa
yang lain bernilai TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan beralih ke kondisi
RENDAH pada saat t = 3 ms. Maka kondisi pulsa keluaran dapat
digambarkan sebagai berikut.
a. Kondisi RENDAH pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi TINGGI pada
saat t = 3 ms.
b. Kondisi RENDAH pada saat t = 0. 8 ms dan kembali ke kondisi TINGGI
pada saat t = 3 ms.
c. Kondisi RENDAH pada saat t = 0.8 ms dan kembali ke kondisi TINGGI
pada saat t = 1 ms.
d. Kondisi TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan kembali ke kondisi RENDAH
pada saat t = 1 ms.

7. Sebuah pulsa diaplikasikan pada gerbang EX-OR. Satu pulsa bernilai TINGGI
pada saat t = 0 dan beralih ke kondisi RENDAH pada t = 1 ms. Pulsa yang lain
bernilai TINGGI pada saat t = 0.8 ms dan beralih ke kondisi RENDAH pada

212
saat t = 3 ms. Maka kondisi pulsa keluaran dapat digambarkan sebagai
berikut.
a. Kondisi TINGGI pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi RENDAH pada
saat t = 3 ms.
b. Kondisi TINGGI pada saat t = 0 dan kembali ke kondisi RENDAH pada
saat t = 0.8 ms.
c. Kondisi TINGGI pada saat t = 1 ms dan kembali ke kondisi RENDAH pada
saat t = 3 ms.
d. Jawaban b dan c benar.

8. Bentuk ekspresi persamaan keluaran X untuk gerbang EX-OR adalah


___________.
a. X  A  B
b. X = A + B
c. X  A  B
d. X  A  B

B.3. Rangkaian Sekuensial


1. Lembar Informasi

Elektronika digital tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan kita saat ini,
hampir semua sector kehidupan kita sering ditemui elektronik digital mulai dari
jam digital, CD digital, VCD, kontrol digital pada elavator, mesin penjual
otomatis dsb.
Permasalahan yang ada untuk rangkaian pengendali sederhana
menggunakan logika dasar seperti gerbang AND, OR, NAND, NOR, EXOR atau
kombinasi darinya adalah tidak adanya memori. Sehingga rangkaian
memberikan aksi pada output setiap kali ada signal input, jadi tidak dapat
memegang satu kondisi tertentu untuk melakukan aktivitas yang lebih komplek
sehubungan dengan banyak perubahan input. Dalam sebuah sistem sangat
diperlukan untuk memegang kondisi logika, oleh karena itu diperlukan pencatat
logika. Berikut sebuah contoh rangkaian sistem penghitung:

Gambar 5.100. Operasi sistem Penghitung Digital

213
Adapun cara kerja sistem penghitung adalah sebagai berikut:
• Ketika PB1 ditekan pulsa akan mengaktifkan penghitung dekade 74HCT190,
penghitung menghasilkan bilangan dalam BCD melalui kombinasi output QA,
QB, QC dan QD.
• Output 74HCT190 disambungkan ke Lacth 74HCT75 yang fungsi untuk
menyimpan data (D-FF).
• Output Latch disambungkan ke 74HCT4511 yang berfungsi sebagai pengalih
kode dari BCD ke 7 segmen, sehingga tampilan pada 7 segmen adalah berupa
bilangan desimal.
• Untuk menkondisikan tampilan nol dapat dilakukan dengan menkan tombol
reset.
Dari uraian tersebut kita dapat melihat contoh sederhana sebuah sistem
digital yang dilengkapi dengan penyimpanan data yaitu melalui Flip-flop
74HCT75.

2. RS-Flip-Flop
Mikrokontroler, mikroprosesor dan komputer memerlukan tempat
penyimpanan data dalam biner 1 atau 0, untuk itu diperlukan rangkaian digital
yang dapat melakukan tugas tersebut. Sebagai contoh sebuah komputer generasi
486 memerlukan 32 bit dan sebuah komputer generasi Pentium memerlukan 64
bit, yang berarti diperlukan tempat penyimpanan 64 tempat untuk nilai biner 0
atau 1.
Tempat penyimpanan digital dalam melaksanakan proses digunakan
rangkaian digital yang dikenal dengan nama Flip-flop, saat menerima input akan
terjadi Flip yaitu output diset pada satu kondisi dan saat menerima input
berikutnya terjadi Flop yaitu output diset kembali pada kondisi sebelumnya.
Bergulingnya kondisi output diakibatkan oleh adanya perubahan kondisi kedua
input, oleh karena itu kedua input disebut dengan Set dan Reset.
Berikut merupakan rangkaian Flip-flop dengan menggunakan gerbang
NAND dan menggunakan gerbang NOR, perbedaan dari kedua Flip-flop adalah
pada NAND tidak diijinkan adanya Set = 0 dan Reset = 0, pada NOR tidak
diijinkan adanya Set = 1 dan Reset = 1. Pada Flip-flop kondisi yang diinginkan
adalah antara kedua output selalu memiliki nilai biner yang berlawanan, yaitu Q
= 1 maka Q = 0 atau sebaliknya Q = 0 maka Q = 1 dengan demikian nilai biner
dapat dipegang.
Bergulingnya nilai 0 ke 1 atau 1 ke 0 pada output Flip-flop adalah berdasar
Set dan Reset yang diberikan pada input (lihat pada tabel kebenaran).

214
Gambar 5.101. Flip-flop dengan gerbang NOR

Gambar 5.102. Flip-flop dengan gerbang NAND

Berikut merupakan diagram pulsa untuk RS-Flip-flop:

Gambar 5.103. Diagram Pulsa RS-Flip-flop

Dari Gambar 5.103 kita lihat saat t0-t1 R dan S pada kondisi High untuk output
kita belum tahu kondisinya, saat t1 R diberi logika 0 untuk beberapa waktu dan Q
akan tereset sedangkan Q menjadi High. Pada saat t2 input Set = 0 sehingga
membuat Q = High yang berarti Flip-flop di Set.

215
2. Clocked RS-Flip-flop
Rangkaian logika berikut menggambarkan RS-FF, hanya pada saluran R
dan S kita gunakan sebuah saklar dimana salah satu R atau S selalu terhubung
dengan ground dan padanya dipasang resistor 100K sebagai pull up. Dengan
demikian kondisi output akan selalu pada kondisi diset atau direset, rangkaian
ini dikenal dengan standar bistabil multivibrator karena begitu ada perubahan
pada input akan langsung merubah kondisi output.

Gambar 5.104. Standar Bistabil Multivibrator

Dalam rangkaian digital elektronik dibutuhkan adanya sinkronisasi antara


satu bagian dengan bagian lainnya, untuk itu digunakan clocked Flip-flop yang
mana perubahan pada input tidak dapat langsung merubah outputnya
menunggu sampai adanya clock sinkronisasi. Clock ini merupakan signal
referensi kerja sistem dan disebut clock pulsa.

Gambar 5.105. Clocked RS-Flip-flop

Pada Gambar 5.105 terlihat dua input terminal R dan S, tetapi ada
tambahan yaitu terminal E sebagai input Clock, proses Set terjadi bila S = High
dan R = Low serta diberi pulsa Clock, bila R = High dan S = Low diberi pulsa
Clock maka Flip-flop di reset.

3. D- Clocked Dan D-Latch Flip-flop


Permasalahan RS-FF adanya kondisi input yang tidak diinginkan, untuk
itu diperlukan sedikit modifikasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar 1 bit
memori yang dikenal dengan nama D Flip-flop.

216
Gambar 5.106. Clocked D flip-flop triger pada transisi ke positip

Input D merupakan input kendali tunggal yang menentukan kondisi


output FF sesuai dengan tabel diatas, dan kondisi ini dicapai bilamana clock input
pada transisi positif seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.106c. Jadi setiap
kali terjadi transisi positip pada input clock akan membuat perubahan pada
output sesuai dengan data yang ada pada input dan pada transisi negatif pada
clock tidak akan memberikan dampak apa-apa pada output. Namun demikian
terdapat pula D flip-flop dengan perubahan input saat terjadi transisi negatif
pada clock. Pada Gambar 5.106c dapat dilihat perubahan output akibat adanya
clock pada transisi positif dan terlihat bahwa sinyal output sama dengan sinyal
data yang dimasukan (D). Rangkaian D-FF dapat dibangun dari RS-FF atau JK-FF
seperti Gambar berikut:

Gambar 5.107. Rangkaian D-FF dari RS dan JK-FF

217
Untuk aplikasi D-FF dapat dilihat pada Gambar 5.108 berikut:

Gambar 5.108. Contoh aplikasi D-FF

Berikut ini merupakan D-Latch, yang rangkaiannya dibangun seperti pada


Gambar 5.109 dan cara kerjanya sebagai berikut:
1. Ketika input clock Low pada input D tidak ada efek selama input Clear pada
NAND FF tetap High.
2. Ketika input clock transisi ke High maka input D akan menghasilkan output
sesuai dengan kondisi data pada D.

Gambar 5.109. Rangkaian D-FF dari gerbang dasar

Berikut juga merupakan rangkaian D-FF menggunakan IC 7475:

Gambar 5.110. D-Flip-flop

Pada saat E(enable) = High, input D akan memberikan dampak pada


output atau dengan kata lain data D ditransfer ke output Q. Berdasar table
kebenaran diatas berlaku aturan D-FF sebagai berikut:
• Bila input D = High, maka output Q akan atau tetap High ketika Clock High.
• Bila input D = Low, maka output Q akan atau tetap Low ketika Clock High.

218
• Bila E(enable) = Low, maka Q akan tetap seperti sebelumnya walaupun D
berubah.
• Bila S = Low dan R = High, maka output Q akan High sedangkan E dan D
tidak memberikan dampak pada output.
• Bila S = High dan R = Low, maka output Q akan Low sedangkan E dan D
tidak memberikan dampak pada output.
• E dan D berdampak pada output manakala S = High dan R = High

Perbedaan antara clocked D-FF dan Latch D-FF adalah, untuk clocked D-
FF kondisi output berubah saat clock pada posisi pojok transisi dan output tidak
berubah pada posisi clock yang lain. Sedangkan Latch D-FF output berubah
sesuai dengan input D manakala input clock pada kondisi High. Apabila
diinginkan input data langsung ditransfer ke output maka pada saluran E(enable)
dihubungkan langsung ke +5 Volt atau selalu High, rangkaian ini disebut
Transparan Latch.

Gambar 5.111. Transparan Latch

4. Edge Triggering Flip-flop


Sistem Clock dalam digital adalah gelombang kotak (square wave), Flip-
flop melakukan pengujian terhadap clock gelombang kotak bila kondisinya High
maka output baru akan berubah sesuai dengan kondisi input. Flip-flop tipe ini
disebut dengan level-triggered flip-flop.
Pada umumnya output flip-flop berubah ketika terdapat perubahan Clock,
flip-flop yang memiliki sistem ini disebut dengan Edge Triggering Flip-flop.
Sistem ini tidak menghiraukan panjang signal Clock dan output berubah hanya
saat clock berada ditepi (edge) pulsa.

219
a. Positif Edge Triggering
Pada Gambar 5.112 dapat dilihat bahwa setiap kali clock berada pada tepi
positif yaitu perubahan dari negatif ke posistif, maka input D masuk ke Flip-flop
dan memberikan perubahan pada output Q.

Gambar 5.112. Positif Edge Triggering

b. Negatif Edge Triggering


Pada Gambar 5.113 dapat dilihat bahwa setiap kali clock berada pada tepi
negatif yaitu perubahan dari kondisi positif ke negatif, maka input D masuk ke
Flip-flop dan memberikan perubahan pada output Q.

Gambar 5.113. Negatif Edge Triggering

Aplikasi D-FF pada sistem digital banyak ditemui untuk itu diperlukan
Clock yang disebut juga dengan clock sinkronisasi karena setiap perubahan
output harus menunggu adanya tepi clock. Namun demikian ada kalanya
rangkaian digital langsung memberikan dampak ke output begitu terdapat
perubahan pada input, sistem demikian ini disebut dengan clock asinkron.

5. J-K Flip-flop
JK Flip-flop juga merupakan rangkaian edge triggering seperti halnya D-
FF, akan tetapi output JK-FF akan berubah jika ada clock pada rangkaian. Berikut
merupakan rangkaian JK-FF yang dibangun dari sebuah RS-FF dengan
menambahkan 2 gerbang AND didepannya. Adapun fungsi rangkaian adalah
untuk memperbaiki kondisi RS-FF, yaitu saat S=1 dan R=1 pada SR-FF yang
dibuat dari NOR tidak diperkenankan maka pada JK-FF dibuat NOT Q.

220
Sehingga fungsi rangkaian saat J=0 dan K=0 maka Q akan memegang
kondisi sebelumnya, saat J=1 dan K=0 maka Q=1, saat J=0 dan K=1 maka Q=0
dan saat J=1 dan K=1 maka Q sama dengan NOT Q. Berikut merupakan table
kebenaran JK-FF dari NOR SR-FF:

a. Tabel kebenaran

b. Rangkaian dasar JK-FF dari SR-FF


Gambar 5.114. Diagram JK-Flip-flop

Dari Gambar 5.114b terlihat adanya feedback ke input, hal jelek terjadi
adalah saat clock = 1 dimana output kondisinya berubah sudah merubah kondisi
input AND. Sebagai contoh J=1 dan K=1 dimana Q=0, ketika Clock diberikan Q
berubah dari 0 ke 1 untuk ini memerlukan waktu sama dengan propagasi delay.
Melalui 2 gerbang AND kondisi Filp-Flop adalah J=1, K=1 dan Q=1, karena Clock
masih 1 maka akan terjadi Q kembali 0 dengan demikian akan terjadi osilasi Q
berubah-ubah 0 – 1. Kondisi ini disebut dengan race around condition.
Untuk menghidari adanya kondisi tersebut harus diperhitungkan
propagasi delay gerbang yang digunakan dan panjang clock saat =1.
Berdasarkan table kebenaran JK-FF memiliki 4 (empat) kondisi, yaitu:

Dengan memberikan logika J = 1 dan K = 1, maka setiap kali diberikan


clock pada output akan berguling (toggle) sehingga output JK-FF merupakan
pembagi 2 (dua) dari clock yang masuk. Rangkain JK-FF dengan kondisi J=1 dan
K=1 sering disebut dengan rangkaian T-FF. Dalam aplikasinya bila T-FF
diinginkan sebagai pembagi 4 (empat) maka diperlukan 2 JK-FF yang diseri, atau
dengan menserikan 3 JK-FF akan diperoleh pembagi 8(delapan). Berikut
merupakan gambar pulsa dari pembagi frekuensi:

221
Gambar 5.112. T-FF dari JK-Flip-flop sebagai pembagi frekuensi

Untuk lebih jelasnya proses perubahan pada output JK-FF, berikut


disajikan diagram waktu dari JK-FF.

Gambar 5.113. Diagram waktu JK-Flip-flop .

IC TTL yang berisi JK-FF adalah 7473 atau 74HCT73, dimana satu IC berisi 2 JK-
FF yang dilengkapi dengan saluran Reset atau sering juga disebut dengan Clear.
Bila IC ini digunakan sebagai pembagi frekuensi, maka pin J-K diberi High dan
CP1 disambung ke Clock sedangkan pin 12 disambung ke pin 5. Dengan demikian
pada pin 12 Clock terbagi 2 dan pada kaki 9 Clock terbagi 4.

Gambar 5.114. IC-JK-Flip-flop

222
Gambar 5.115. Master-Slave JK-FF

Master-Slave terdiri dari dua JK-FF yang dihubungkan seperti Gambar


5.115, diamana input JK pada Flip-flop pertama sebagai input Master dan output
Q Flip-flop kedua sebagai Output Slave. Sedangkan Clock pada Master
disambung langsung ke input Clock dan Clock pada Slave dipasangkan gerbang
NOT.
Data input sebelum masuk ke Slave terlebih dahulu masuk ke Master baru
kemudian ditransfer ke output Slave. Saat Clock naik 0 ke 1 output master
ditentukan oleh kondisi input JK pada kondisi ini Slave belum berubah
kondisinya, saat Clock turun 1 ke 0 kondisi logika output master ditransfer ke
output slave.

b. Lembar Pelatihan

1. Bentuk gelombang dalam gambar merupakan masukan untuk J, K, dan clock.


Tentukan output Q, dengan mengamsusikan flip-flop RESET.
1
CLK 1 2 3 4 5 6 7 J Q
0

1
J0 C

1
K K Q
0

1
Q
0

2. Gambarkan bentuk gelombang fout untuk rangkaian seperti gambar dibawah


ini, dengan input gelombang persegi 8 kHz yang dimasukkan pada clock input
flip-flop A
1

QA
fout
J J
fin
C C

K K
FF A FF B

223
CLK

QA

fout

B.4. Register

Register merupakan rangkaian flip-flop yang berfungsi sebagai memori


untuk menyimpan data sementara dalam system digital, dan untuk membantu
proses transmisi data dari satu lokasi ke lokasi lain. Beberapa tipe register sudah
banyak dikemas dalam sebuah IC, sehingga dengan cepat dapat diaplikasikan.
Gambar 5.116 merupakan Data Latching Register yang menggunakan D-FF
(D Latching Flip-flop), berikut memberikan ilustrasi register 4-bit latching dimana
clock disambungkan sacara parallel untuk setiap D-FF, dengan demikian saat
clock pada kondisi High maka output mengikuti logika input dan saat clock
berubah dari High ke Low output D-FF memegang kondisi logika input tersebut.
Pada kondisi clock Low walaupun input datanya berubah-ubah tetap tidak
berpengaruh terhadap output.

Gambar 5.116. Data Latch Register

Dari Gambar 5.116 diatas dapat kita lihat bahwa input D0 ….D3 berisi data 0101,
setelah clock maka pada Q0….Q3 berisi data yang sama dengan input yaitu 0101.
Sebagai contoh IC dengan tipe 74HCT373 merupakan register latch yang
dilengkapi dengan buffer input, rangkaian D latch dan tristate buffer output.

224
Pada IC ini juga dilengkapi dengan LE (Latch Enable) yang fungsinya untuk
melakukan proses transfer dari input D0 ….D3 ke Q0….Q3 dan QE untuk
mengeluarkan data dari Q0….Q3 ke output IC melalui tristate buffer.

2. Shift Register
Jika kita perhatikan register pada IC 74HCT373 dimana sistem input
parallel dan output juga parallel (PIPO), sedangkan konstruksi dalam Shift
register merupakan register dimana D-FF sebagai penyimpan data dihubungkan
secara seri yaitu output D-FF1 dihubung ke input D-FF2 dan output D-FF2
dihubungkan ke D-FF3 dst. Bila dibandingkan dengan Gambar 5.117 juga
memberikan ilustrasi shiftregister dan merupakan gambar rangkaian internal IC
74HCT164 yang dilengkapi dengan buffer output Q parallel, saluran clock, reset,
dan data input Da serta Db secara serial (SIPO).

Gambar 5.117. IC 74HCT164

Dari gambar diatas pada saat ada clock input, maka data akan digeser
secara seri pada register yaitu dari Q0 ke Q1, dari Q1 ke Q2 dst. Jadi register ini
merupakan 8 bit register, bila dimasukan data melalui Da atau Db secara
berturutan 8 kali clock secara serial digeser sampai bit data pertama menempati
posisi Q7 (MSB) dan bit data terakhir menempati Q0 (LSB). Berdasar tabel dibawah

225
fungsi MR adalah untuk inisialisasi agar semua output berlogika 0 (Reset). Tabel
berikut menampilkan fungsi dari shift register (SIPO 8 bit), dimana data secara
serial diberikan dan merupakan hasil logika kombinasi AND 11, 11, 11, 11, 01, 10,
11 dan 11 ternyata data baru bisa dibaca secara parallel pada output register saat
clock yang ke 8 yaitu data terbaca Q7……….Q0 = (1111 0011)

Bila output diambil pada Q7 maka data dapat dibaca secara serial, disini
data mulai dikeluarkan saat data secara serial sudah direkam oleh register jadi
jatuh pada clock ke 9. Operasi ini sering disebut dengan (SISO) yaitu serial In dan
Serial Out. Tipe IC 74HCT194 merupakan register dengan kemampuan geser kiri,
geser kanan, transfer data serial dan parallel sinkron, master reset asinkron, mode
hold. Dengan demikian IC ini dapat berfungsi sebagai (SISO), (PIPO), (SIPO) atau
(PISO).
Berikut merupakan gambar pin IC 74HCT194 dan table kebenarannya:

Gambar 5.118. IC 74HCT194A

Tabel kebenaran IC 74HCT194A

226
Berikut merupakan gambaran tentang mode operasi shift register pad IC
74HCT194:

Gambar 5.119. Mode Operasi Shift Register (IC 74HCT194)

Daftar Pustaka

www.ti-rex.net/shared/SISTEM%20BILANGAN%20BINER.doc
Floyd, Thomas L. (2000). Digital Fundamentals. seventh edition. New Jersey :
Prentice-Hall
Leach, Donald. (1997). Digital Principles and Aplications. Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill

C. Sistem Telekomunikasi
C.1. Dasar-dasar Sistem Telekomunikasi

1. Lembar Informasi
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah telekomunikasi banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Kata Telekomunikasi berasal dari bahasa Yunani:
tele berarti "jarak jauh", dan communicara berarti "kemampuan untuk berbagi."
Oleh karena itu, telekomunikasi secara harfiah berarti "berbagi informasi jarak
jauh." Berdasarkan pengertian tersebut bagaimanakah jika ada hubungan
komunikasi namun berjarak dekat, apakah dapat disebut dengan telekomunikasi.
Juga apakah jika ada komunikasi jarak jauh seperti orang yang berteriak disebut
telekomunikasi?
Definisi sesungguhnya dari telekomunikasi adalah penyampaian informasi
atau hubungan antara satu simpul dengan simpul yang lainnya dengan
mempergunakan bantuan peralatan khusus. Contoh: Telepon, TV dan sebagainya.
Disini terlihat bahwa hubungan itu tidak harus jauh (meskipun ada perkataan tele)
dekatpun bisa. Tidak harus berupa peralatan khusus (listrik) lainnyapun bisa.
Contoh: asap, bendera, genderang, dsb. Selain itu, harus pula dapat dibedakan

227
antara telekomunikasi dengan komunikasi walaupun keduanya saling
berhubungan. Perbedaannya dapat dilihat dari ilmu pengetahuan yang
mempelajarinya, yaitu: Ilmu Pengetahuan tentang Telekomunikasi : ilmu yang
mempelajari tentang penyampaian informasi dengan bantuan peralatan listrik,
sedangankan Ilmu Pengetahuan tentang Komunikasi : ilmu yang mempelajari
seluruh aspek penyampaian informasi.
Dalam kaitannya dengan 'telekomunikasi' bentuk komunikasi jarak jauh
dapat dibedakan atas tiga macam:
 Komunikasi Satu Arah (Simplex). Dalam komunikasi satu arah (Simplex)
pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh :Pager, televisi, dan
radio.
 Komunikasi Dua Arah (Duplex). Dalam komunikasi dua arah (Duplex)
pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon dan VOIP.
 Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Dalam komunikasi semi dua
arah (Half Duplex)pengirim dan penerima informsi berkomunikasi secara
bergantian namun tetap berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX,
dan Chat Room

2. Perkembangan teknologi telekomunikasi

Gambar 5.120. Perkembangan sistem dan layanan telekomunikasi

Perkembangan sistem dan layanan telekomunikasi secara kronologis


digambarkan pada Gambar 5.120 dan dapat dijelaskan berikut ini.
1800-1837 Awal perkembangan: Volta menemukan baterai; Fourier dan
Laplace mengenalkan teori matematis; Ampere, Faraday, dan Henry
melakukan eksperimen listrik dan magnet; Hukum Ohm (1826);
Gauss, Weber, dan Wheatstone mengembangkan sistem telegraf.
1838-1866 Telegraph: Morse menyempurnakan sistem ini; Steinhill
menemukan bahwa bumi dapat digunakan sebagai jalur; layanan

228
komersial diluncurkan (1844); teknik multiplexing dirancang;
William Thomson menghitung respon pulsa dari sebuah jalur
telegraph (1855); kabel transatlantik dipasang.
1845 Hukum rangkaian Kirchoff
1864 Persamaan Maxwell memprediksi radiasi elektromagnetik.
1876-1899 Telepon: Alexander Graham Bell menyempurnakan tranduser
akustik; Sentral telepon pertama dengan delapan saluran; Edison
Mengeluarkan ctranduser carbon-button; jalur kabel diperkenalkan;
Strowger mengeluarkan perangkat switching otomatis step-by-step
(1887); Pupin mengenalkan teori pembebanan.
1887-1907 Telegraph tanpa kabel : Heinrich Hertz memverifikasi teori
Maxwell; demonstrasi oleh Marconi dan Popov; Marconi
mematenkan sistem telegraph tanpa kabel (1897); Layanan
komersial dimulai; termasuk ship-to-share dan sistem transatlantic.
1904-1920 Komunikasi listrik: Lee De Forest menemukan Audion (triode)
berdasakan pada diode Fleming; tipe dasar filter dirancang;
eksperimen dengan broadcast radio AM ; Sistem Bell dilengkapi
dengan jalur telepon transcontinental dengan repeater listrik (1915);
pembawa telepon yang dimultipleks diperkenalkan: H. C
Armstrong menyempurnakan penerima radio superheterodyne
(1918); Stasiun pertama broadcast secara komersial.
1920 -1928 Carson, Nyquist, Johnson, dan Hartley mengenalkan teori transmisi.
1923-1938 Televisi: sistem mekanis formasi citra didemonstrasikan; analisi
teoritis tentang kebutuhan bandwidth; DuMont dan yang lainnya
menyempurnakan vacuum cathode-ray tubes; Eksperimen
broadcast dimulai.
1931 Layanan Teletypewriter dimulai
1934 H.S Black membangun amplifier feedback negative.
1936 makalah Amstrong menggambarkan radio frequency modulation
(FM)
1937 Alec Reeves mengenalkan pulse code modulation (PCM)
1938-1945 Sistem Radar dan microwave dibangun selama Perang Dunia II; FM
digunakan secara luas dalam komunikasi militer; haedware,
elektronik, dan teori di tingkatkan dalam segala area.
1944-1947 Noise direpresentasikan secara matematis; metode statistic untuk
deteksi sinyal dibangun.
1948-1950 C. E Shannon mempublikasikan dalam makalah tentang teori
informasi.
1948-1951 Perangkat transistor ditemukan.
1950 Time-division multiplexing (TDM) diaplikasikan ke telepon.
Hamming mengenalkan untuk pertamakalinya tentang kode deteksi
kesalahan (error detection).
1953 Standar TV berwarna dibangun di Amerika.
1955 J.R. Pierce mengusulkan sistem komunikasi satelit.
1958 sistem transmisi data jarak jauh dibangun untuk tujuan liliter.

229
1960 Maiman mendemonstrasikan Laser untuk pertam kalinya
1961 IC (Integrated circuits) diproduksi secara komersial
1962 Komunikasi Satelit dimulai dengan Telstar I.
1962-1966 Layanan transmisi data ditawarkan secara komersial; PCM
membuktikan layak untuk suara dan transmisi TV; teori untuk
transmisi digital dikembangkan; Viterbi mengenalkan skema baru
untuk koreksi kesalahan; equalizer adaptif dikembangkan.
1964 Sistem switching Telepon listrik digunakan dalam layanan.
1965 Mariner IV mentransmisikan gambar-gambar dari Mars ke Bumi
1966-1975 Relay Satelit komersial tersedia; Jalur optic menggunakan laser dan
fiber optic dikenalkan; ARPANET dibuat (1969) diikuti oleh jaringan
komputer internasional.
1976 Etherner LAN ditemukan oleh Metcalfe dan Broggs (Xerox)
1968-1969 Jaringan telepon digital dimulai
1970-1975 Standar PCM dikembangkan oleh CCITT
1975-1985 Sistem optik dengan kapasitas tinggi dikembangkan; terobosan
teknologi optic dan sistem switching integarsi penuh; pengolahan
sinyal digital oleh mikroprosesor.
1980-1983 Mulainya Internet Global dengan protocol TCP/IP
1980-1985 Jaringan modern komunikasi bergerak, NMT di Eropa Utara, AMPS
di Amerika, model referensi OSI didefinisikan oleh International
Standards Organization (ISO). Satandar untuk generasi kedua
sistem seluler digital diluncurkan.
1985-19910 Terobosan LAN; Standar Integrated Services Digital Network
(ISDN) diselesaikan; layanan komunikasi data public menjadi
tersedia sangat luas; sistem transmisi optic menggantikan sistem
tembaga pada transmisi pita lebar jarak jauh; SONET
dikembangakan. Standar GSM dan SDH diselesaikan.
1989 Awal dokumen Web di World Wide Web (WWW) oleh Tim
burners-Lee (CERN).
1990-1997 Sisten digital seluler pertama, Global System for Mobile
Communications (GSM), digunakan secara komersial dan menjadi
terobosan diseluruh dunia; deregulasi telekomunikasi dieropa
berjalan dan sistem satelit TV menjadi popular; Penggunaan
layanan internet meluas karena adanya WWW.
1997-2001 komunitas telekomunikasi dideregulasi, dan bisnis berkembangn
sangat pesat; jaringan seluler digital, terutama GSM meluas
diseluruh dunia; aplikasi Internet meluas dan komunikasi suara
konvensional beralih dari public switched telephone network
(PSTN) ke Internet; performansi LAN ditingkatkan dengan
teknologi Ethernet sampai dengan gigabit-per-second.
2001-2005 TV Digital dimulai untuk menggantikan broadcast TV analog;
sistem akses broadband membuat layanan multimedia Interner
tersedia untuk semua orang; layanan telepon beralih ke layanan
komunikasi personal sebagai penetrasi dari sistem seluler dan PCS;

230
sistem seluler generasi kedua ditingkatkan untuk menyediakan
layanan paket data yang berkecepatan tinggi.
2005 - TV Digital akan menggantikan layanan analog dan mulai
menyediakan layanan interaktif sebagai tambahan layanan
broadcast; sistem seluler generasi ketiga dan teknologi WLAN akan
meningkatkan layanan data untuk pengguna aktif; perluasan
layanan mobile, aplikasi wireless untuk teknologi short-haul
dirumah dan kantor meningkat; jaringan telekomunikasi global
akan berkembang ke platform jaringan packet-switched untuk
semua tipe layanan.

Perkembangan teknologi komuikasi seluler di Indonesia, dimana


liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai
membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara
kompetisi penuh. Hal ini mulai terlihat ketika teknologi GSM (Global System for
Mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah
masuk sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan
AMPS (advance mobile phone system).
Sekitar tahun 1980-an, teknologi Global System for Mobile Communication
(GSM) datang ke Indonesia. Teknologi ini berdampak luas karena para operator
pemakai teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) mulai menghilang.
Pada akhirnya teknologi GSM lebih unggul dan perkembangannya begitu pesat.
Ini disebabkan karena kapasitas jaringan lebih tinggi dan efisiensi di spektrum
frekuensi daripada teknologi NMT dan AMPS.
Sekarang, dalam kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah
menguasai pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon
tetap. Namun, sampai saat ini telepon seluler masih merupakan barang mewah,
tidak semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya. Tarifnya masih sangat tinggi
dibandingkan dengan telepon tetap PSTN (Public Switched Telephone Network),
baik untuk komunikasi lokal maupun SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh),
ada yang mencapai Rp 4.500 per menit flat rate untuk komunikasi SLJJ. Sedangkan
pengenalan teknologi CDMA sudah dimulai sejak tiga tahun lalu ketika
Komselindo memperkenalkan CDMA-One. Hanya saja dengan berbagai alasan
pengembangannya kurang sukses.
PT Telkom juga memperkenalkan CDMA, tapi tidak lewat jalur "bisnis
selular" langsung, melainkan menggunakan CDMA untuk fix phone dengan
produk dagang bernama Telkomflexi. Saat ini dengan TelkomFlexi, PT. Telkom
menawarkan teknologi yang lebih baik dari teknologi GSM sebelumnya dan
dengan harga yang lebih murah. Sebenarnya kenapa tarif yang ditawarkan oleh
teknologi ini lebih murah karena Telkomflexi berbasis pada teknologi Wirelless
Local-Code Division Multiple Access (WLL-CDMA) tidak saja karena fleksibilitas
sebuah fix phone, tapi yang paling utama adalah struktur tarif yang katanya jauh
lebih murah karena tidak dibebankan biaya airtime-nya.
Berikut akan dikupas secara runtut perkembangan teknologi telepon
seluler, seperti Nampak pada Gambar 5.121.

231
Gambar 5.121. Skenario evolusi sistem seluler

Generasi Pertama Telekomunikasi Bergerak (1G)


Generasi Pertama Komunikasi Bergerak di Indonesia dimulai dengan
adanya teknologi 1G. Teknologi ini awalnya dipelopori dengan mulai
dioperasikannya teknologi yang kita kenal dengan teknologi AMPS (Advanced
Mobile Phone System). AMPS digolongkan dalam generasi pertama teknologi
telekomunikasi bergerak yang menggunakan teknologi analog dimana AMPS
bekerja pada band frekuensi 800 Mhz dan menggunakan metode akses FDMA
(Frequency Division Multiple Access). Dalam FDMA, user dibedakan berdasarkan
frekuensi yang digunakan dimana setiap user menggunakan kanal sebesar 30
KHz. Ini berarti tidak boleh ada dua user yang menggunakan kanal yang sama
baik dalam satu sel maupun sel tetangganya. Oleh karena itu AMPS akan
membutuhkan alokasi frekuensi yang besar. Saat itu, sudah dipakai handphone
tetapi masih dalam ukuran yang relatif besar dan baterai yang besar karena
membutuhkan daya yang besar.

Generasi Kedua Telekomunikasi Bergerak (2G)


GSM (Global System for Mobile Communications) mulai menggeser AMPS
diawal tahun 1995. PT. Telkomsel dan PT. Satelido (sekarang PT.Indosat) adalah
dua operator pelopor teknologi GSM di Indonesia. GSM sudah menggunakan
teknologi digital. Ada beberapa keunggulan menggunakan teknologi digital
dibandingkan dengan teknologi analog seperti: kapasitas yang besar, sistem
security yang lebih baik dan layanan yang lebih beragam.

232
GSM juga menggunakan teknologi akses gabungan antara FDMA
(Frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access)
yang awalnya bekerja pada frekuensi 900 Mhz. Ini merupakan standar yang
dipelopori oleh ETSI (The European Telecommunication Standard Institute) dimana
frekuensi yang digunakan dengan lebar pita 25 KHz pada band frekuensi 900
Mhz. Pita frekuensi 25 KHz ini kemudian dibagi menjadi 124 carrier frekuensi
yang terdiri dari 200 KHz setiap carrier. Carrier frekuensi 200 KHz ini kemudian
dibagi menjadi 8 time slot dimana setiap user akan melakukan dan menerima
panggilan dalam satu time slot berdasarkan pengaturan waktu. Kecepatan akses
data pada jaringan GSM sangat kecil yaitu sekitar 9.6 kbps karena pada awalnya
hanya dirancang untuk penggunaan suara
Teknologi GSM sampai saat ini paling banyak digunakan di dunia dan
juga di Indonesia karena salah satu keunggulan dari GSM adalah kemampuan
roaming yang luas sehingga dapat dipakai diberbagai negara. Saat ini pelanggan
GSM di Indonesia adalah sekitar 35 juta pelanggan.
Pada perkembangan selanjutnya para pengguna telepon sellular mulai
diperkenalkan dengan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yaitu
sebuah pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode
akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada
TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun dengan cara mengkodekan
data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada
dan menggunakan sifat – sifat interfensi kontruktif dari kode – kode khusus itu
untuk melakukan pemultipleksan.
CDMAOne (Code Division Multiple Access) merupakan standard yang
dikeluarkan oleh Telecommunication Industry Association (TIA) yang menggunakan
teknologi Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dimana frekuensi radio 25 MHz
pada band frekuensi 1800MHz dan dibagi dalam 42 kanal yang masing-masing
kanal terdiri dari 30KHz. Kecepatan akses data yang bisa didapat dengan
teknologi ini adalah sekitar 153.6 kbps. Dalam CDMA, seluruh pengguna
menggunakan frekuensi yang sama dalam waktu yang sama. Oleh karena itu,
CDMA lebih efisien dibandingkan dengan metoda akses FDMA maupun TDMA.
CDMA menggunakan kode tertentu untuk membedakan pengguna yang
satu dengan yang lain. Pada tahun 2002 teknologi CDMA mulai banyak
digunakan di Indonesia. Teknologi CDMA 2000 1x adalah teknologi yang
pertama kali berkembang baik di Indonesia.
GSM dan CDMA merupakan teknologi digital. Meskipun secara teknologi
CDMA 2000 1x lebih baik dibandingkan dengan GSM akan tetapi kehadiran
CDMA ternyata tidak membuat pelanggang GSM berpaling ke CDMA. Salah satu
penyebabnya adalah wilayah yang dapat dijangkau oleh CDMA tidak seluas
GSM. Ada beberapa keunggulan teknologi CDMA dibandingkan dengan GSM
seperti suara yang lebih jernih, kapasitas yang lebih besar, dan kemampaun akses
data yang lebih tinggi.
Berbeda dengan metode akses TDMA dan FDMA, maka CDMA
menggunakan kode-kode tertentu untuk membedakan setiap penggun pada
frekuensi yang sama. Karena menggunakan frekuensi yang sama maka daya yang

233
dipancarkan ke BTS dan juga daya yang diterima harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu pengguna yang lain baik dalam sel yang sama atau
sel yang lain dan ini dapat diwujudkan dengan menggunakan mekanisme power
control.
Ada beberapa operator di Indonesia yang telah mengimplementasikan
teknologi CDMA 2000 1x ini seperti Telkom yang dikenal dengan Flexi, Indosat
dengan nama StarOne, Mobile 8 dengan nama Fren, Bakrie telecom dengan nama
Esia. Operator CDMA di Indonesia dikategorikan kedalam kategori FWA (Fixed
Wireless Access) sehingga mobilitasnya sangat terbatas padahal CDMA juga bisa
seperti GSM dengan kemampuan mobilitas penuh.

Generasi kedua-setengah Telekomunikasi Bergerak (2.5G)


Pada awalnya akses data yang dipakai dalam GSM sangat kecil hanya
sekitar 9.6 kbps karena memang tidak dimaksudkan untuk akses data kecepatan
tinggi. Teknologi yang digunakan GSM dalam akses data pada awalnya adalah
WAP (Wireless Application protocol) tetapi tidak mendapat sambutan yang baik
dari pasar. Kemudian diperkenalkan teknologi GPRS (General Packet Data Radio
Services) pertama sekali oleh PT.Indosat Multi Media (IM3) pada tahun 2001 di
Indonesia. Secara teoritis kecepatan akses data yang dicapai dengan
menggunakan GPRS adalah sebesar 115 Kbps dengan throughput yang didapat
hanya 20 – 30 kbps. GPRS juga memungkinkan untuk dapat berkirim MMS
(Mobile Multimedia Message) dan juga menikmati berita langusng dari Hand Phone
secara real time.
Pemakaian GPRS lebih ditujukan untuk akses internet yang lebih flexibel
dimana saja, kapan saja, kita dapat melakukannya asalkan masih ada sinyal
GPRS. Selama ini operator telekomunikasi bergerak yang sudah
mengimplementasikan GPRS sudah membuat berbagai pola pentarifan mulai dari
pentarifan berdararkan harga per KB data yang didownload sampai dengan fixed
rate dimana setiap pemakai GPRS dapat menggunakan 24 jam dikenakan biaya
sebesar tertentu misalkannya Rp350.000 per bulan. Ketika sistem tarif fixed rate
ditetapkan sudah mendapat sambutan yang cukup banyak dari pemakai GPRS.
Program ini tidak dilanjutkan. Hanya sekitar satu tahun, kemudian pentarifan
GPRS dikembalikan ke pola semula berdasarkan jumlah data yang di download.
Akhirnya pemakai GPRS menurun drastis.
Setelah itu, perkembangan teknologi mulai mengarah pada EDGE
(Enhanced Data for Global Evolusion) yang hanya sempat diimplementasikan oleh
PT. Telkomsel. Kecepatan akses data dengan teknologi ini mencapai 3-4 kali
kecepatan yang didapat di GPRS. Teknologi ini kurang berkembang.

Generasi ketiga Telekomunikasi Bergerak


Saat ini sedang ramai dibicarakan tentang generasi ketiga teknologi
bergerak atau yang sering disebut 3G. Teknologi 3G didapatkan dari dua buah
jalur teknologi telekomunikasi bergerak. Pertama adalah kelanjutan dari

234
teknologi GSM/GPRS/EDGE dan yang kedua kelanjutan dari teknologi CDMA
(IS-95 atau CDMAOne).
UMTS(Universal Mobile Telecommunication Service) adalah salah satu
teknologi 3G yang merupakan lanjutan teknologi dari GSM/GPRS/EDGE yang
merupakan standar telekomunikasi generasi ketiga dimana salah satu tujuan
utamanya adalah untuk memberikan kecepatan akses data yang lebih tinggi
dibandingkan dengan GRPS dan EDGE. Kecepatan akses data yang bisa didapat
dari UMTS adalah sebesar 384 kbps pada frekuensi 5KHz sedangkan kecepatan
akses yang didapat dengan CDMA1x ED-DO Rel0 sebesar 2.4 Mbps pada
frekuensi 1.25MHz dan CDMAx ED-DO relA sebesar 3.1Mbps pada frekuensi
1.25MHz yang merupakan kelanjutan dari teknologi CDMAOne. Berbeda dengan
GPRS dan EDGE yang merupakan overlay terhadap GSM, maka 3G sedikit
berbeda dengan GSM dan cenderung sama dengan CDMA. 3G yang oleh ETSI
disebut dengan UMTS (Universal Mobile Telecommunication Services) memilih
teknik modulasi WCDMA(wideband CDMA). Pada WCDMA digunakan frekuensi
radio sebesar 5 Mhz pada band 1.900 Mhz (CdmaOne dan CDMA 2000
menggunakan spectrum frekuensi sebesar 1.25 MHz) dan menggunakan chip rate
tiga kali lebih tinggi dari CDMA 2000 yaitu 3.84 Mcps (Mega Chip Per Second).
Secara teknik dalam jaringan UMTS terjadi pemisahan antara circuit switch
(cs) dan packet switch (ps) pada link yang menghubungkan mobile equipment
(handphone) dengan BTS (RNC) sedangkan pada GPRS dan CDMA 2000 1x tidak
terjadi pemisahan melainkan masih menggunakan resource yang sama di air
interface (link antara Mobile Equipment dengan Base Station). HSPDA (High Speed
Packet Downlink Access) merupakan kelanjutan dari UMTS dimana ini
menggunakan frekuensi radio sebesar 5MHz dengan kecepatan mencapai 2Mbps.
Ada 5 operator telekomunikasi di Indonesia yang telah memiliki lisensi 3G (IMT
2000). Tiga diantara operator tersebut adalah operator yang telah memberikan
layanan telekomunikasi generasi kedua (GSM) dan kedua setengah (GPRS). Jika
operator tersebut akan mengimplementasikan teknologi UMTS maka ada
penambahan perangkat seperti base station (Node B) dan RNC(Radio Network
Controller) dan upgrade software. Adapun yang harus di upgrade adalah pada
radio akses karena GSM menggunakan metode akses TDMA dan FDMA dan
menggunakan frekuensi radio 900KHz dan 1800 MHz sedangkan UMTS
menggunakan metode akses WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)
dengan frekuensi radio 5 MHz. Oleh karena itu perlu penambahan Radio Access
Network Control (RNC) dan juga perlu penambahan base station WCDMA (Node
B) dan tentunya juga terminal harus diganti dan jugaupgrade software pada
MSC,SGSN dan GGSN.
Untuk mengimplementasikan UMTS sebagai teknologi generasi ketiga
membutuhkan biaya yang besar. Biaya tersebut diperuntukkan untuk membayar
lisensi 3G kepada pemerintah, membayar lisensi 3G kepada vendor 3G, biaya
penambahan Base Station/Node B, RNC(Radio Network Controller) dan biaya
upgrade software pada MSC (Mobile Switching Centre), SGSN (Serving GPRS
Support Node), GGSN(Gateway GPRS Support Node) dan jaringan lain.

235
Salah satu contoh layanan yang paling terkenal dalam 3G adalah video call
dimana gambar dari teman kita bicara dapat dilihat dari handphone 3G kita.
Layanan lain adalah , video conference, video streaming, baik untuk Live TV maupun
video portal, Video Mail, PC to Mobile, serta Internet Browsing.
UMTS merupakan kelanjutan dari teknologi GSM/GPRS dimana
perbedaan utamanya adalah kemampuan akses data yang lebih cepat. Kecepatan
akses data dalam UMTS bisa mencapai 2Mbps (indoor dan low range outdoor).
Akan tetapi jika kita bandingkan dengan GPRS maka kecepatan datanya juga bisa
mencapai 115 kpbs dimana untuk penggunaan akes internet sudah memadai.

Generasi keempat Teknologi Telekomunikasi Bergerak (3.5G dan 4G)


Untuk meningkatkan kecepatan akses data yang tinggi dan full mobile
maka standar IMT-2000 di tingkatkan lagi menjadi 10Mbps, 30Mbps dan 100Mbps
yang semula hanya 2Mbps pada layanan 3G. Kecepatan akses tersebut didapat
dengan mengguanakan teknologi OFDM(Orthogonal Frequency Division
Multiplexing) dan Multi Carrier. Di Jepang layanan generasi keempat ini sudah
diimplementasikan.
Di samping itu sistem komunikasi person to person yang semula mengandalkan
kawat atau kabel tranmisi mulai beralih ke teknologi tanpa kabel yang media
pentransmisiannya adalah udara. Salah satu aplikasi teknologi itu adalah
teknologi CDMA.

3. Elemen Dasar Sistem Telekomunikasi

Sebuah sistem telekomunikasi dasar terdiri dari tiga perangkat utama seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.122, yaitu pemancar, saluran transmisi dan
penerima.

a. Pemancar
memproses sinyal input untuk menghasilkan sinyal listrik yang akan
ditransmisikan agar sesuai dengan karakteristik saluran transmisi.
Pemrosesan sinyal untuk transmisi termasuk modulasi dan mungkin juga
coding.
b. Saluran Transmisi
merupakan media listrik yang menjembatani jarak dari sumber informasi
ke tujuan. Dapat berupa sepasang kabel, kabel koaksial, atau gelombang
radio atau sinar laser. Setiap saluran transmisi menyebabkan sebagian
jumlah kerugian transmisi atau redaman, sehingga daya sinyal semakin
menurun dengan semakin jauhnya jarak transmisi.
c. Penerima
beroperasi ketika menerima sinyal output dari saluran transmisi sebagai
persiapan untuk pengiriman ke transduser di tempat tujuan. Operasi di
penerima termasuk amplifikasi untuk mengkompensasi hilangnya sinyal
selama transmisi, demodulasi dan decoding untuk membalikkan sinyal
informasi seperti semula. Filter adalah fungsi penting lain dari penerima.

236
Gambar 5.122. Elemen Dasar Sistem Telekomunikasi

Sebagai contoh, di sebuah stasiun radio penyiaran, penguat daya stasiun


adalah pemancar, dan antena penyiaran adalah antarmuka antara power
amplifier dan saluran "free space". Saluran ruang bebas adalah media transmisi;
dan antena penerima adalah antarmuka antara saluran ruang bebas dan
penerima. Selanjutnya, penerima radio adalah tujuan dari sinyal radio, dan ini
adalah di mana ia diubah dari listrik ke suara yang bisa didengarkan oleh
pendengar radio.

4. Sistem Komunikasi Analog


Teknik komunikasi pada awalnya dikembangkan menggunakan teknik
pemancaran sinyal analog. Dalam pemancaran masing-masing jenis informasi
digunakan teknologi dan cara-cara yang berbeda. Contohnya adalah pemancaran
atau transmisi suara berbeda saluran dengan pemancaran data atau gambar.
Penyaluran suara melalui jaringan telepon atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
PSTN (Public Service Telephone Network) khusus hanya diperuntukkan bagi suara
itu sendiri. Demikian juga untuk menyalurkan data, hanya dapat dilewatkan
pada jaringan yang sudah tersedia. Sinyal-sinyal televisi pun harus dipancarkan
sesuai dengan jalur frekuensi yang digunakan untuk suatu jenis frekuensi.
Kebanyakan transimisi sinyal pada awal pengembangan dikenal sebagai
transmisi analog.
Sinyal analog adalah suatu sinyal yang berubah-ubah secara kontinyu atau
terus menerus terhadap waktu, adapun bentuk sinyal analog dapat dilihat seperti
pada Gambar 5.123. Pada sistem komunikasi analog, informasi atau pesan yang
berupa sinyal analog disalurkan melalui saluran transmisi ke tempat yang jauh
jaraknya dengan mempergunakan gelombang yang berfrekuensi tinggi sebagai
pembawanya. Gelombang pembawa ini disebut sebagai carrier. Nah Proses
penumpangan sinyal informasi analog ke gelombang pembawa disebut sebagai
modulasi analog. Ada 3 macam jenis modulasi analog, dimana output tiap
modulasi dapat dilihat pada Gambar 5.124, yaitu:

237
Gambar 5.123. Sinyal analog dengan puncak gelombang yang terus menerus
berubah-ubah setiap siklus waktu

1. Modulasi Amplitudo (AM)


Modulasi Amplitudo adalah salah satu bentuk modulasi dimana sinyal
informasi digabungkan dengan sinyal pembawa (carrier) berdasarkan perubahan
amplitudonya. Besarnya amplitudo sinyal informasi mempengaruhi besarnya
amplitudo dari carrier, tanpa mempengaruhi besarnya frekuensi sinyal pembawa.
Parameter sinyal yang mengalami perubahan adalah amplitudonya, Amplitudo
sinyal pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal
informasi. Rentang frekuensi AM adalah 500 Hz – 1600 KHz dan panjang
gelombang atau amplitudo AM adalah 1600 KHz – 30000 KHz. Jika direntangkan
dengan satuan meter, jangkauan sinyal AM bisa mencapai puluhan ribu
kilometer.
AM adalah metode pertama kali yang digunakan untuk menyiarkan radio
komersil. Kelemahan dari sistem AM adalah mudah terganggu oleh gangguan
atmosfer dan kualitas suara terbatasi oleh bandwidth yang sempit.

2. Modulasi Frekuensi (FM)


Modulasi Frekuensi merupakan suatu bentuk modulasi dimana frekuensi
sinyal pembawa divariasikan secara proposional berdasarkan amplitudo sinyal
informasi. Amplitudo sinyal pembawa tetap konstan. Contoh dari FM adalah
frekuensi radio yang sekarang lebih sering digunakan radio pada umumnya.
Rentang frekuensi FM adalah 88 MHz – 108 MHz sehingga dikategorikan
sebagai Very High Fequency (VHF). Sedangkan panjang gelombangnya adalah
dibawah 1000 KHz sehingga jangkauan sinyalnya tidak jauh. Modulasi frekuensi
memiliki bandwidth yang lebih lebar daripada modulasi amplitudo sehingga bisa
menghasilkan suara stereo dengan menyatukan beberapa saluran audio pada satu
gelombang cerrier. FM lebih tahan terhadap gangguan sehingga dipilih untuk
sebagai modulasi standar untuk frekuensi tinggi. Keuntungan FM antara lain
potensi gangguan jauh lebih kecil (kualitas lebih baik) dan daya yang dibutuhkan
lebih kecil.

3. Modulasi Fasa/Phase (PM)


Modulasi Fasa/Phase Modulation merupakan bentuk modulasi yang
merepresentasikan informasi sebagai variasi fase dari sinyal pembawa.Hampir
mirip dengan FM, frekuensi pembawa juga bervariasi karena variasi fase dan

238
tidak merubah amplitudo pembawa. PM jarang digunakan karena memerlukan
perangkat keras penerima yang lebih kompleks. Keuntungan PM adalah potensi
gangguan dan daya yang dibutuhkan lebih kecil.

Gambar 5.124. Bentuk-bentuk sinyal modulasi analog

Sistem komunikasi analog mempunyai karakteristik sebagai berikut :


 Sinyal analog ditransmisikan tanpa memperdulikan content / isi dari
pesan
 Sistem komunikasi analog bisa mentransmisikan data analog atau digital
 Proses transimis pada system komunikasi analog mengalami redaman
terhadap jarak, yang artinya semakin jauh jarak penerima terhadap sumber
informasi, maka kualitas sinyal semakin buruk, sehingga dibutuhkan
penguat sinyal (amplifier) pada jarak-jarak tertenu
 Sistem komunikasi analog rentan terhadap gangguan berupa noise/derau

1. Sistem Komunikasi Digital


Modulasi merupakan perubahan parameter dari sinyal carrier menjadi
sinyal informasi. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa
(carrier) yang berfrekuensi tinggi sesuai sinyal informasi (pemodulasi) yang

239
frekuensinya lebih rendah, sehingga informasi tadi dapat disampaikan. Proses
modulasi membutuhkan dua buah sinyal yaitu sinyal pemodulasi yang berupa
sinyal informasi yang dikirim, dan sinyal carrier dimana sinyal informasi tersebut
ditumpangkan. Tujuan dilakukannya proses modulasi antara lain:
1. Memudahkan proses radiasi
a. Pada kanal komunikasi berupa udara, diperlukan antena untuk proses
pemancaran/radiasi dan penerimaan sinyal.
b. Dimensi antena adalah berbanding terbalik dengan frekuensi sinyal yang
dipancarkan/diterimanya.
2. Memungkinkan multiplexing jika sebuah media transmisi dapat digunakan
oleh beberapa kanal, maka modulasi dapat digunakan untuk menempatkan
masing-masing kanal pada wilayah spektrum frekuensi yang berbeda.
Contohnya : teknik FDM pada sistem telepon.
Informasi yang akan disampaikan berbentuk sinyal digital, yaitu pulsa
yang menyatakan nilai 1 & 0. Sinyal digital ini tidak dapat ditransmisikan begitu
saja menggunakan gelombang radio, karena bandwidth (lebar pita) yang dipakai
oleh sinyal digital terlalu lebar. Sinyal ini harus dimodifikasi agar ia dapat
ditrasmisikan. Modifikasi terhadap sinyal ini dinamakan modulasi. Dalam
mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan
dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan data,
dan pemprosesan atau pengaturang apa yang perlu dilakukan sepanjang saluran
untuk memastikan bahwa data yang diterima dapat dimengerti dengan baik.
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit
stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebenarnya adalah proses
mengubah-ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian
rupa sehingga bentuk hasilnya memiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1). Berarti
dengan mengamati sinyal carriernya, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai
clock (timing dan sinkronisasi). Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal
digital setiap tingkatan dapat dikirim ke penerima dengan baik. Untuk
pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam atau optik) atau
non fisik (gelombang radio)[1].

5.1 Konsep modulasi digital


Dalam hal ini konsep modulasi digital ada dua yaitu, modulator dan
demodulator. Modulator melakukan proses modulasi, ada ditransmitter.
Demodulator melakukan proses demodulasi, yakni mengembalikan sinyal hasil
modulasi ke bentuk semula, ada di receiver. Gambar 6 menunjukkan proses
modulasi.

Gambar 5.125. Proses Modulasi

240
5.2 Teknik Modulasi Digital
Pada dasarnya dikenal 3 prinsip dasar modulasi digital yaitu: ASK, FSK, dan PSK.

1. Amplitude Shift-Keying
Amplitude Shift Keying (ASK) atau pengiriman sinyal digital berdasarkan
pergeseran amplitudo merupakan modulasi dengan mengubah-ubah amplitudo.
Dalam proses modulasi ini kemunculan frekuensi gelombang pembawa
tergantung pada ada atau tidak adanya sinyal informasi digital. Keuntungan
yang diperoleh dari metode ini adalah bit per-baud (kecepatan digital) lebih besar.
Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level acuan yang dimilikinya,
yakni setiap sinyal yang diteruskan melalui saluran transmisi jarak jauh selalu
dipengaruhi oleh redaman dan distorsi lainnya. Oleh sebab itu metode ASK
hanya menguntungkan bila dipakai untuk hubungan jarak dekat saja. Dalam hal
ini faktor noice atau gangguan juga harus diperhitungkan dengan teliti, seperti
juga pada sistem modulasi AM. Blok diagram Modulator FSK dapat dilihat pada
Gambar 5.126.

Gambar 5.126. Blok Diagram Modulator ASK

Dalam modulasi ASK, amplitudo carrier tersaklar ON dan OFF sesuai


dengan kecepatan sinyal pemodulasi. Sinyal direpresentasikan dalam dua kondisi
perubahan amplitudo gelombang pembawa, yaitu logika “1” dan “0”. Logika “1”
direpresentasikan dengan status “ON” (ada gelombang pembawa) sedangkan
logika “0” direpresentasikan dengan status “OFF” (tidak ada gelombang
pembawa). Dari dua kondisi tersebut, maka didapatkan sebuah sinyal yang
termodulasi ASK. Gambar 5.127 hubungan sinyal digital dengan sinyal
termodulasi ASK.

Gambar 5.127. Hubungan Sinyal Digital dan Sinyal Modulasi ASK

2. FSK (Frekuensi shift keying)


Frekuensi Shift Keying (FSK) adalah modulasi frekuensi skema di mana
informasi digital ditularkan melalui perubahan frekuensi diskrit suatu gelombang

241
pembawa. FSK termudah adalah FSK biner (BFSK). BFSK berarti menggunakan
sepasang frekuensi diskrit untuk mengirimkan biner (0s dan 1s) informasi.
Dengan skema ini, "1" disebut frekuensi tanda dan "0" disebut frekuensi ruang.
Domain waktu dari sebuah carrier termodulasi FSK diilustrasikan pada Gambar 8
[2].

Gambar 5.128. Modulasi FSK

Pada sistem FSK, dua buah sinyal sinusoidal dengan amplitudo


maksimum sama dengan Ac, tetapi frekuensi berbeda, f1 dan f2, digunakan untuk
merepresentasikan biner 1 dan 0. Secara matematis dapat dituliskan.
𝑠 𝑡 = 𝐴𝑐 cos(2𝜋𝑓1 𝑡) untuk symbol „1‟
𝑠 𝑡 = 𝐴𝑐 cos(2𝜋𝑓2 𝑡) untuk symbol „0‟
Adapun bentuk gelombang termodulasi FSK bisa dilihat pada Gambar 9 dan 10.
Modulasi FSK merupakan modulasi yang mempunyai kinerja yang lebih
baik dan menggunakan sistem deteksi yang lebih sederhana dibandingkan
dengan PSK. Oleh karena itu penerapannya cukup luas pada sistem transmisi
data.
Frequency Shift Keying (FSK) relatif sederhana, FSK memiliki bentuk
penampakan gelombang yang konstan dari modulasi sudut yang sama terhadap
frekuensi modulasi konvensional kecuali bahwa sinyal modulasinya adalah
untaian pulsa biner yang bervariasi di antara dua level tegangan diskrit bila
dibandingkan dengan perubahan bentuk gelombang kontinu.

Data

Carrier

Hasil Modulasi FSK


Gambar 5.129. Gelombang Termodulasi FSK

242
Pemancar FSK
Dengan FSK biner, frekuensi center dan carriernya digeser (dideviasikan)
oleh data masukan biner. Konsekuensinya, output dari sebuah modulator FSK
adalah fungsi bertingkat dalam domain frekuensi. Sinyal input biner berubah dari
logika “0” ke logika “1”, dan sebaliknya, output FSK di geser di antara 2
frekuensi: frekuensi “mark” atau berlogika 1 dan frekuensi “space” atau berlogika
0. Dengan FSK, ada perubahan kondisi frekuensi output mengikuti kondisi logik
dari perubahan sinyal input biner. Konsekuensinya, perubahan kecepatan output
sama dengan perubahan kecepatan inputnya. Pada modulasi digital, perubahan
kecepatan pada input modulator disebut “bit rate” dan mempunyai satuan bit per
second (bps). Perubahan kecepatan pada output modulator disebut “baud” atau
“baud rate” dan sama dengan waktu dari satu elemen sinyal output. Pada FSK
perubahan kecepatan input dan outputnya adalah sama, sehingga bit rate dan baud
rate adalah sama [2].

Bandwidth dari FSK


Sebagaimana semua system komunikasi alat elektronik, bandwidth adalah
salah satu yang penting ketika mendesain sebuah pemancar FSK. FSK sama
seperti system modulasi konvensional dan juga dapat dijelaskan dalam sebuah
pengertian yang sederhana.
Sebuah modulator FSK merupakan sebuah tipe dari pemancar FM dan
sering disebut voltage controlled oscillator (VCO). Hal ini dapat dilihat dari
kecepatan perubahan input ketika input biner adalah saling pergantian logika 1
dan logika 0,dinamakan gelombang kotak. Frekuensi dasar dari sebuah
gelombang biner adalah sama dengan setengah dari kecepatan bit.
Konsekuensinya, jika hanya frekuensi dasar dari input dipertimbangkan,
frekuensi modulasi tertinggi dari modulasi FSK adalah setengah dari bit rate input.
Frekuensi rest (tunda) dari VCO dipilih seperti pada saat setengah jalan diantara
frekuensi mark dan frekuensi space. Sebuah kondisi logika 1 pada input menggeser
VCO dari frekuensi restnya ke frekuensi mark, dan kondisi logika 0 pada input
menggeser VCO dari frekuensi rest nya ke frekuensi space. Konsekuensinya,
sinyal input biner berubah dari logika 1 ke logika 0 dan sebaliknya, frekuensi
output VCO menggeser atau mendevisiasikan kembali dan seterusnya di antara
frekuensi mark dan frekuensi space. Karena FSK adalah sebuah bentuk dari
modulasi frekuensi, maka rumus untuk index modulasi digunakan dalam FM
adalah juga cocok untuk FSK. Index modulasi diberikan seperti berikut :

MI = F / Fa
Dimana
MI = index modulasi
F = frekuensi deviasi (Hz)
Fa = frekuensi modulasi (Hz)

Persamaan umum FSK :


Vfsk (t) = Vc cos {2π [fc + Vm (t) Δf] t

243
Dimana :
Vfsk (t) : Frequency Shift Keying Wave
Vm (t) : Digital Information (Modulating) Singnal (-1 or +1V)
Vc : Carrier Amplitude (V)
Fc : Analog Carrier Frekuensi (Hz)
Δf : Change (Shif ) in the carrier frequnecy (Hz)

Index modulasi yang buruk adalah index modulasi yang mempunyai


bandwidth output yang lebar, yang disebut sebagai rasio deviasi. Kejelekan atau
bandwidth yang lebar terjadi ketika kedua frekuensi deviasi dan frekuensi
modulasi berada pada nilai maksimum.
Pada sebuah modulator FSK, F adalah puncak frekuensi deviasi dari
carriernya sama dengan selisih antara frekuensi rest dan lainnya atau frekuensi
mark atau frekuensi space (atau setengah selisih antara frekuensi mark dan
frekuensi space). Puncak frekuensi deviasi tergantung pada amplitude dari sinyal
modulasinya. Dalam sebuah sinyal digital biner, semua logika 1 mempunyai
tegangan yang sama dan semua logika 0 mempunyai tegangan yang sama.
Konsekuensinya, deviasi frekuensi konstan dan selalu berada pada harga yang
maksimum. Fa sama dengan frekuensi dasar dari input biner yang berada pada
saat kondisi di bawah kasus paling buruk (worst case) Kondisi berlawanan 1 dan 0
bit rate.

Persamaan umum untuk FSK :


Dengan konvensional FM, bandwith secara langsung seimbang terhadap
index modulasi. Sebagai akibatnya index modulasi pada FSK pada umumnya tetap
dibawah 1,0 oleh karena itu menghasilkan output spectrum narrowband FM yang
relative. Bandwith minimum yang dikehendaki untuk mempropagasi sebuah
sinyal disebut bandwith Nyquist minimum (Fn). Pada saat modulasi digunakan
dan output spectrum sebuah double-side dihasilkan, bandwith minimum disebut
bandwith Nyquist doubleside minimum atau bandwith IF minimum. Setiap sisi
frekuensi dipisahkan dari frekuensi pusat atau sebuah sisi frekuensi yang
berdekatan dengan harga yang sama ke modulasi frekuensi, yanga mana pada
contoh ini adalah10 MHz (Fb/2). Output spectrum dari modulasi ini dapat dilihat
bahwa bnadwith Nyquist double-side minimum adalah 60 MHz dan harga band
adalah 20 megabaund, sama dengan bit rate.
Karena FSK adalah bentuk dari narrowband FM, bandwith minimum
tergantung pada index modulasi. Untuk index modulasi antara 0,5 dan 1 salah
satu dari 2 atau 3 set dari sisi frekuensi yang berarti diperoleh. Oleh karena itu
bandwith minimum adalah 2 atau 3 input bit rate.

Penerima FSK
Sirkuit yang paling umum yang digunakan untuk sinyal demodulasi FSK
adalah Phase-Locked Loop (PLL). Sebuah PLL FSK demodulator bekerja sangat
banyak seperti PLL-FM demodulator. Sebagai input untuk daya PLL antara Mark

244
dan Space frekuensi [2]. Tegangan error dc pada output phasa comparator sesuai
dengan daya frekuensi. Karena hanya ada 2 input frekuensi (Mark dan Space),
maka output tegangan error hanya 2. Salah satunya berupa logic 1 dan lainnya
logic 0. Oleh karena itu, outputnya adalah 2 level (binary) merepresentasikan input
FSK.
Pada umumnya, frekuensi natural dari PLL dibuat sama dengan frekuensi
inti dari FSK demodulator. Sebagai hasilnya, perubahan pada tegangan error dc
sesuai dengan perubahan pada analog input frekuensi dan symmetric disekitar 0V
dc.
FSK mempunyai performance error yang sedikit dibanding PSK atau QAM.
Dan sebagai akibatnya,jarang digunakan untuk performance tinggi system radio
digital. Penggunaanya dibatasi untuk performance rendah, harga-rendah, modem
data disynkronous yang digunakan pada komunikasi data over analog, band
saluran telepon.
Pembangkitan sinyal BFSK dilakukan dengan melalukan data biner dalam
format polar ke modulator frekuensi (Voltage Controlled Oscillator), seperti tampak
pada Gambar 5.130. Ketika input modulator berubah dari +V ke –V, maka
frekuensi yang ditransmisikan akan berubah juga[4].

Gambar 5.130. Pembangkitan Sinyal BFSK

Konstelasi ini mengalokasikan satu dimensi untuk setiap vektor yang kita ingin
mengirimkan. Konstelasi ini milik keluarga konstelasi ortogonal. Hal sederhana
untuk mengamati bahwa jumlah dimensi di konstelasi ini adalah sama dengan
jumlah pesan.

Gambar 5.131. Konstelasi FSK

245
Karena semua vektor sama-sama terletak di tepat satu sumbu, daya
transmisi untuk setiap vektor konstan. Maka konstelasi ini sangat cocok untuk
sistem komunikasi yang memerlukan daya konstan untuk transmisi. Unsur yang
optimal dalam hal ini hanyalah vektor yang duduk di kuadran yang membawa
spektral daya maksimum sinyal yang diterima. Ini hanyalah vektor cocok untuk
kuadran yang memberikan nilai maksimal di outlet detektor. Hasil ini sangat
intuitif karena kita tahu bahwa kanal AWGN memiliki kemungkinan tipis untuk
mengalihkan sinyal dari satu kuadran yang lain. Pelaksanaan elemen keputusan
sangat sederhana dalam hal ini.
Karena semua vektor sama-sama terletak di tepat satu sumbu, jarak antara
setiap beberapa vektor konstan. Dengan kata lain, jarak antar vektor yang
independen dengan jumlah vektor. Kenyataan ini hanya berarti bahwa kita tidak
harus merusak BER dalam rangka untuk menambah pesan lebih memungkinkan
untuk transmisi.
Perhatikan bahwa dalam konstelasi lain selalu ada ketegangan antara BER
dan jumlah pesan, atau data rate (ingat bahwa lebih banyak kemungkinan untuk
pesan berarti tariff yang lebih tinggi data).

Kekurangan:
Disimpulkan bahwa bandwidth yang diperlukan untuk konstelasi ini terus
semakin tinggi dan lebih tinggi. Fakta ini hanya membuat konstelasi ini tidak
praktis untuk situasi saat kita ingin mengirimkan banyak pesan. Dengan kata
lain, data rate hanya terbatas karena tempat persyaratan akut untuk bandwidth
sistem komunikasi yang digunakan.
Meskipun metode ini memiliki sifat tertinggi banyak, terutama yang
menyiratkan BER konstan untuk pesan sebanyak yang kami inginkan, fakta
bahwa metode ini mengkonsumsi meningkatkan jumlah bandwidth hanya
membuat metode ini tidak praktis. konstelasi FSK dapat ditemukan ketika
sejumlah kecil pesan sedang dikirim, atau ketika ada persyaratan yang
memberatkan dari keandalan (yang BER) dari sistem komunikasi.

2. SISTEM KOMUNIKASI ANALOG/DIGITAL


Sistem analog/digital memproses sinyal-sinyal bervariasi dengan waktu
yang memiliki nilai-nilai kontiniu/diskrit. Beberapa keuntungan sistem
komunikasi digital dibandingkan dengan sistem komunikasi analog dijelaskan
sebagai berikut.

Multiplexing
Di dalam sistem komunikasi, teknik digital pertama kali diaplikasikan
untuk sistem telepon yang menggunakan teknik Time Division Multipleksing
(TDM). Pada prinsipnya, sinyal suara dari berbagai sumber akan dibagi ke dalam
slot-slot waktu dengan ukuran sama, yang kemudian akan diurutkan dan
selanjutnya akan dilewatkan ke dalam medium transmisi yang sama.
Dibandingkan dengan pengaplikasian TDM terhadap sinyal analog, teknik digital
memiliki keunggulan dalam hal reliabilitas terhadap gangguan (noise), distorsi,

246
dan interferensi lain. Degradasi sinyal akibat beberapa faktor gangguan tersebut
di atas dapat diatasi dengan kemampuan teknik digital melakukan regenerasi
sinyal, suatu teknik yang tidak dapat diaplikasikan terhadap sinyal analog.

Gambar 15.132. Multiplexing

Fungsi Multiplxer secara umum mengkombinasikan (me-multiplex) data


dari n input dan mentransmisikan melalui kapasitas data link yang tinggi.
Demultiplxer berfungsi menerima aliran data yang di-multiplex (pemisah /
demultiplex dari data tersebut tergantung pada saluran) dan mengirimnya ke line
out yang diminta. Proese kerja multiplexing ditunjukkan pada Gambar 13
Multiplexing terdiri dari beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1. Time Division Multiplexing (TDM)
2. Frequency Division Multipxing (FDM)
3. Wavelength Division Multipleing (WDM)

Time Division Multiplexing


Time Division Multiplexing merupakan sebuah proses pentransmisian
beberapa sinyal informasi yang hanya melalui satu kanal transmisi dengan
masingmasing sinyal ditransmisikan pada periode waktu tertentu. Akan ada
beberapa sinyal informasi yang akan masuk kedalam Multiplexer dari TDM,
sinyal-sinyal tersebut memiliki bit rate yang rendah dengan sumber sinyal yang
berbeda-beda. Ketika sinyal tersebut memasuki Multiplexer, maka sinyal akan
melalui sebuah swicth rotary yang menyebabkan sinyal informasi yang
sebelumnya telah disampling itu akan dibuat berubah-ubah tiap detiknya. Hasil
Output dari switch ini merupakan gelombang PAM yang mengandung sample-
sample dari sinyal informasi yang periodik terhadap waktu.
Setelah melaui multiplex, sinyal kemudian ditransmisi dengan membagi-
bagi sample informasi berdasarkan (Hold Time/Jumlah kanal). Kanal transmisi ini
merupakan sebuah kanal dengan rangkaian yang disinkronisasikan.Kanal
sinkron ini dibutuhkan untuk membangun tiap kelompok sample dan membagi
sample-sample tepat kedalam frame. Ketika sinyal transmisi memasuki
demultiplexer, gabungan sinyal yang ber-bit-rate tinggi (sinyal transmisi) dibagi-
bagi kembali menjadi sinyal informasi seperti sinyal informasi awal yang ber-bit-
rate rendah. Kemudian akan di rotary switch pula disana yang akan mengarahkan
sinyal-sinyal ke tujuna masingmasing dari sinyal itu. Pada multiplxer terdapat
filter yang berfungsi melewatkan sinyal dengan frekuensi rendah, dan pada

247
demultiplexer akan terdapat filter yang bertujuan untuk mendapatkan sinyal
keluaran yang akan sama dengan sinyal informasi inputnya.
Gelombang suara dari percakapan telepon di sample sekali 125msec, dan
setiap sample diconvert menjadi 8 bit data digital. Dengan menggunakan teknik ini,
kecepatan transmisi 64000bit/sec dibutuhkan untuk mentransmisikan suara
tersebut. T1 line sebenarnya merupakan sebuah channel yang mampu
mentransmisikan pada kecepatan 1,544 Mbit/sec. Kecepatan transmisi ini lebih
lebar di bandingkan kabel telepon pada umumnya, sehingga TDM digunakan
untuk mengijinkan sebuah T1 line untuk membawa 24 sinyal suara yang berbeda.
Dengan satu frame terdiri dari 193bit, sehingga kecepata tiap framenya 125μs.
Tipa frame tersebut kemudian dibagi menjadi 24 slot sinyal suara dan 8 bit
digital code. TDM digunakan karena alasan biaya, semakin sedikit kabel yang
digunakan dan semakin simple receiver yang dapat dipakai utnuk
mentransmisikan data dari banyak sumber untuk banyak tujuan membuat TDM
lebih murah dibandingkan yang lain. TDM ini juga menggunakan bandwidth yang
lebih sedikit daripada Frequency Division Multipxing (FDM). Dengan lebar
bandwidth yang kecil, membuat bitrate semakin cepat, namun daya yang
digunakan semakin besar [4].

Frequency Division Multiplexing (FDM)

Frequency Division Multiplexing adalah menggabungkan banyak saluran


input menjadi sebuah saluran output berdasarkan frekuensi. Jadi total bandwidth
dari keseluruhan saluran dibagi menjadi sub-sub saluran oleh frekuensi. Tiap
sinyal modulasi memerlukan bandwidth center tertentu sekitar frekuensi
carriernya, dinyatakan sebagai suatu saluran. Sinyal input baik analog maupun
digital akan ditransmisikan melalui medium dengan sinyal analog. Pada sistem
FDM, umumnya terdiri dari dua peralatan terminal dan penguat ulang saluran
transmisi (repeater transmission line).
1. Peralatan Terminal (Terminal Equiipment)
Peralatan terminal terdiri dari bagian yang mengirimkan sinyal frekuensi
ke repeater dan bagian penerima yang menerima sinyal tersebut dan
mengubahnya kembali menjadi frekuensi semula.

2. Peralatan Penguat Ulang (Repeater Equipment)


Repeater equipment terdiri dari penguat dan equalizer yang fungsinya
masing-masing untuk mengkompensir redaman dan kecepatan redaman sewaktu
transmisi melewati saluran antara kedua repeater masing-masing.

Wavelength Division Multiplxing (WDM)


Dalam komunikasi serat optik, WDM adalah teknologi yang multiplexing
multi carrier optik sinyal pada satu serat optik dengan menggunakan berbagai
panjang gelombang (warna) dari sinar laser untuk membawa sinyal yang
berbeda. Hal ini memungkinkan untuk memultiplexing, di samping

248
memungkinkan komunikasi directional lebih dari satu saluran, ini biasanya
disebut Wavelngth Division Multiplexing (WDM).
Wavelength Division Multiplexing adalah istilah umum yang diterapkan
pada sebuah carrier optik yaitu panjang gelombang, sedangkan frequency division
multiplexing biasanya diterapkan ke operator radio. Dalam hal ini panjang
gelombang dan frekuensi berbanding terbalik, serta radio cahaya adalah kedua
bentuk radiasi elektromagnetik.

OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)


OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik
transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi (multicarrier) yang saling
tegak lurus (orthogonal). Masing-masing sub-carrier tersebut dimodulasikan
dengan teknik modulasi konvensional pada rasio symbol yang rendah. Prinsip
kerja dari OFDM dapat dijelaskan sebagai berikut. Deretan data informasi yang
akan dikirim dikonversikan kedalam bentuk parallel, sehingga bila bit rate
semula adalah R , maka bit rate di tiap-tiap jalur parallel adalah R/M dimana M
adalah jumlah jalur parallel (sama dengan jumlah sub-carrier). Setelah itu,
modulasi dilakukan pada tiap-tiap sub-carrier. Modulasi ini bisa berupa BPSK,
QPSK, QAM atau yang lain, tapi ketiga teknik tersebut sering digunakan pada
OFDM. Kemudian sinyal yang telah termodulasi tersebut diaplikasikan ke dalam
Inverse Discrete Fourier Transform (IDFT), untuk pembuatan simbol OFDM.
Penggunaan IDFT ini memungkinkan pengalokasian frekuensi yang saling tegak
lurus (orthogonal). Setelah itu simbol-simbol OFDM dikonversikan lagi kedalam
bentuk serial, dan kemudian sinyal dikirim seperti terlihat pada Gambar 14.

Gambar 5.133. Prinsip kerja OFDM

Sinyal carrier dari OFDM merupakan penjumlahan dari banyaknya sub-carriers


yang orthogonal, dengan data baseband pada masing-masing sub-carriers
dimodulasikan secara bebas menggunakan teknik modulasi QAM atau PSK.
Sinyal yang terkirim tersebut, dalam persamaan matematik bisa
diekspresikan sebagai berikut,

249
Dimana Re(.) adalah bagian real dari persamaan, f(t) adalah respons implus dari
filter transmisi, T adalah periode simbol, v o adalah frekuensi pembawa (carrier
frequency) dalam bentuk radian, j adalah fase pembawa (carrier phase), dan bn
adalah data informasi yang telah termodulasi yang menjadi input dari IDFT.
Pada stasiun penerima, dilakukan operasi yang berkebalikan dengan apa
yang dilakukan di stasiun pengirim. Mulai dari konversi dari serial ke parallel,
kemudian konversi sinyal parallel dengan Fast Fourier Transform (FFT), setelah itu
demodulasi, konversi parallel ke serial, dan akhirnya kembali menjadi bentuk
data informasi.
Pada OFDM, frekuensi-frekuensi multicarrier tersebut saling tegak lurus,
yang berarti bahwa crosstalk di antara sub-channels dihilangkan dan inter-carrier
guard bands tidak diperlukan. Istilah orthogonal dalam Orthogonal Frequency
Division Multiplexing (OFDM) mengandung makna hubungan matematis antara
frekuensi-frekuensi yang digunakan.
Pemakaian frekuensi yang saling orthogonal pada OFDM memungkinkan
overlap antar frekuensi tanpa menimbulkan interferensi satu sama lain. Ada
beberapa kumpulan sinyal yang orthogonal, salah satunya yang cukup sering kita
gunakan adalah sinyal sinus, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.134.

Gambar 5.134. Contoh kumpulan sinyal ortogonal berupa gelombang sinus

Ortogonalitas juga memungkinkan efisiensi spektral yang tinggi,


mendekati rasio Nyquist. OFDM secara umum mendekati spektrum ”white”,
sehingga terdapat properti interferensi elektromagnetik terhadap pengguna co-
channel yang lain.
Satu prinsip kunci dari OFDM adalah dimana skema modulasinya dengan
rasio symbol yang rendah sehingga hanya mendapat sedikit pengaruh intersymbol
interference dari multipath fading. Oleh karena itu, maka dapat ditransmisikan
sejumlah aliran low-rate dalam paralel, bukan aliran high-rate tunggal. Karena
durasi dari tiap simbol panjang, maka memungkinkan untuk penyisipan guard
interval di antara simbol-simbol OFDM, sehingga dapat menghilangkan
intersymbol interference.
Pada OFDM, sinyal didesain sedemikian rupa agar orthogonal, sehingga
bila tidak ada distorsi pada jalur komunikasi yang menyebabkan ISI(intersymbol
interference) dan ICI(intercarrier interference), maka setiap subchannel akan bisa
dipisahkan stasiun penerima dengan menggunakan DFT. Tetapi pada

250
kenyataannya tidak semudah itu. Karena pembatasan spektrum dari sinyal
OFDM tidak strict, sehingga terjadi distorsi linear yang mengakibatkan energi
pada tiap-tiap subchannel menyebar ke subchannel di sekitarnya, dan pada
akhirnya ini akan menyebabkan interferensi antar simbol (ISI). Solusi yang
termudah adalah dengan menambah jumlah subchannel sehingga periode simbol
menjadi lebih panjang, dan distorsi bisa diabaikan bila dipandingkan dengan
periode simbol. Tetapi cara diatas tidak aplikatif, karena sulit mempertahankan
stabilitas carrier dan juga menghadapi Doppler Shift.
Pendekatan yang relatif sering digunakan untuk memecahkan masalah ini
adalah dengan menyisipkan guard interval (interval penghalang) secara periodik
pada tiap simbol OFDM. Cyclic prefix yang ditransmisikan selama guard interval,
terdiri dari akhir dari symbol OFDM yang dikopi ke guard interval, dan guard
interval ditransmisikan diikuti dengan symbol OFDM. Alasan guard interval
terdiri dari kopi dari akhir simbol OFDM adalah agar receiver nantinya
mengintegrasi masing-masing multipath melalui angka integer dari siklus
sinusoid ketika proses demodulasi OFDM dengan FFT.

A. Keunggulan
OFDM adalah salah satu jenis dari multicarrier (FDM), tetapi memiliki
efisensi pemakaian frekuensi yang jauh lebih baik. Pada OFDM overlap antar
frekuensi yang bersebelahan diperbolehkan, karena masing-masing sudah saling
orthogonal, sedangkan pada sistem multicarrier konvensional untuk mencegah
interferensi antar frekuensi yang bersebelahan perlu diselipkan frekuensi
penghalang (guard band), dimana hal ini memiliki efek samping berupa
menurunnya kecepatan transmisi bila dibandingkan dengan sistem single carrier
dengan lebar spektrum yang sama. Sehingga salah satu karakteristik dari OFDM
adalah tingginya tingkat efisiensi dalam pemakaian frekuensi. Selain itu pada
multicarrier konvensional juga diperlukan band pass filter sebanyak frekuensi
yang digunakan, sedangkan pada OFDM cukup menggunakan FFT saja.
Karakter utama yang lain dari OFDM adalah kuat menghadapi frequency
selective fading. Dengan menggunakan teknologi OFDM, meskipun jalur
komunikasi yang digunakan memiliki karakteristik frequencyselective fading
(dimana bandwidth dari channel lebih sempit daripada bandwidth dari transmisi
sehingga mengakibatkan pelemahan daya terima secara tidak seragam pada
beberapa frekuensi tertentu), tetapi tiap sub carrier dari sistem OFDM hanya
mengalami flat fading (pelemahan daya terima secara seragam). Pelemahan yang
disebabkan oleh flat fading ini lebih mudah dikendalikan, sehingga performansi
dari sistem mudah untuk ditingkatkan. Teknologi OFDM bisa mengubah
frequency selective fading menjadi flat fading, karena meskipun sistem secara
keseluruhan memiliki kecepatan transmisi yang sangat tinggi sehingga
mempunyai bandwidth yang lebar, karena transmisi menggunakan subcarrier
(frekuensi pembawa) dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga kecepatan
transmisi di tiap subcarrier sangat rendah dan bandwidth dari tiap subcarrier
sangat sempit, lebih sempit daripada coherence bandwidth (lebar daripada
bandwidth yang memiliki karakteristik yang relatif sama).

251
Keuntungan yang lainnya adalah, dengan rendahnya kecepatan transmisi
di tiap subcarrier berarti periode simbolnya menjadi lebih panjang sehinnga
kesensitifan sistem terhadap delay spread (penyebaran sinyal-sinyal yang datang
terlambat) menjadi relatif berkurang.

B. Kelemahan
Sebagai sebuah sistem buatan menusia, tentunya teknologi OFDM pun tak
luput dari kekurangan-kekurangan. Diantaranya, yang sangat menonjol dan
sudah lama menjadi topik penelitian adalah frequency offset dan nonlinear distortion
(distorsi nonlinear).
 Frequency Offset
Sistem ini sangat sensitif terhadap carrier frequency offset yang disebabkan oleh
jitter pada gelombang pembawa (carrier wave) dan juga terhadap Efek Doppler
yang disebabkan oleh pergerakan baik oleh stasiun pengirim maupun stasiun
penerima.
 Distorsi Non-linier
Teknologi OFDM adalah sebuah sistem modulasi yang menggunakan multi-
frekuensi dan multi-amplitudo, sehingga sistem ini mudah terkontaminasi
oleh distorsi nonlinear yang terjadi pada amplifier dari daya transmisi.
 Sinkronisasi sinyal
Pada stasiun penerima, menentukan start point untuk memulai operasi Fast
Fourier Transform (FFT) ketika sinyal OFDM tiba di stasiun penerima adalah
hal yang relatif sulit. Atau dengan kata lain, sinkronisasi daripada sinyal
OFDM adalah hal yang sulit.

2. Lembar Pelatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini dengan baik dan benar
1. Apa Fungsi dari gelombang carrier ?
2. Apa yang dimaksud dengan modulasi analog ?
3. Jelaskan perbedaan antara Modulasi Amplitudo (AM), Modulasi Frekuensi
(FM), dan Modulasi Fasa (PM) !
4. Sebutkan karakteristik komunikasi digital !
5. Apa yang anda ketahui tentang OFDM

252
C2. Media Transmisi Telekomunikasi
1. Lembar Informasi

Media transmisi digunakan pada beberapa peralatan elektronika untuk


menghubungkan antara pengirim dan penerima supaya dapat melakukan
pertukaran data. Beberapa alat elektronika, seperti telepon, komputer, televisi,
dan radio membutuhkan media transmisi untuk dapat menerima data. Seperti
pada pesawat telepon, media transmisi yang digunakan untuk menghubungkan
dua buah telepon adalah kabel. Setiap peralatan elektronika memiliki media
transmisi yang berbeda-beda dalam pengiriman datanya didasarkan pada
frekuensi kerjanya seperti terilah pada Gambar 5.135.

Karakteristik media transmisi


Karakteristik media transmisi ini bergantung pada:
 Jenis alat elektronika
 Data yang digunakan oleh alat elektronika tersebut
 Tingkat keefektifan dalam pengiriman data
 Ukuran data yang dikirimkan

Gambar 5.135. Spektrum Elektromagnetik

Jenis media transmisi


1. Guided Transmission Media
Guided transmission media atau media transmisi terpandu merupakan
jaringan yang menggunakan sistem kabel.

a. Twisted Pair Cable


Twisted pair cable atau kabel pasangan berpilin terdiri dari dua buah
konduktor yang digabungkan dengan tujuan untuk mengurangi atau
meniadakan interferensi elektromagnetik dari luar seperti radiasi elektromagnetik
dari kabel Unshielded twisted-pair (UTP), dan crosstalk yang terjadi di antara
kabel yang berdekatan.

253
Ada dua macam Twisted Pair Cable, yaitu : Kabel STP dan UTP

1. Kabel STP (Shielded Twisted Pair)


seperti telihat pada Gambar 5.136 merupakan
salah satu jenis kabel yang digunakan dalam
jaringan komputer. Kabel ini berisi dua pasang
kabel (empat kabel) yang setiap pasang dipilin.
Kabel STP lebih tahan terhadap gangguan yang
disebabkan posisi kabel yang tertekuk. Pada
kabel STP attenuasi akan meningkat pada
frekuensi tinggi sehingga menimbulkan
crosstalk dan sinyal noise.

Gambar 5.136. Kabel STP

2. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)


seperti terlihat pada Gambar 5.137 banyak
digunakan dalam instalasi jaringan komputer.
Kabel ini berisi empat pasang kabel yang tiap
pasangnya dipilin (twisted). Kabel ini tidak
dilengkapi dengan pelindung (unshilded).
Kabel UTP mudah dipasang, ukurannya kecil,
dan harganya lebih murah dibandingkan jenis
media lainnya. Kabel UTP sangat rentan
dengan efek interferensi elektris yang berasal
dari media di sekelilingnya.

Gambar 5.137. Kabel UTP

b. Coaxial Cable
Kabel koaksial pada Gambar 5.138 adalah
suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah
konduktor. Kabel ini banyak digunakan untuk
mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai
300 kHz keatas. Karena kemampuannya dalam
menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka
sistem transmisi dengan menggunakan kabel
koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup
besar. Ada beberapa jenis kabel koaksial, yaitu
thick coaxial cab le (mempunyai diameter besar)
dan thin coaxial cable (mempunyai diameter
lebih kecil).
Gambar 5.138. Kabel Koaksial

254
Keunggulan kabel koaksial adalah dapat digunakan untuk menyalurkan
informasi sampai dengan 900 kanal telepon, dapat ditanam di dalam tanah
sehingga biaya perawatan lebih rendah, karena menggunakan penutup isolasi
maka kecil kemungkinan terjadi interferensi dengan sistem lain.
Kelemahan kabel koaksial adalah mempunyai redaman yang relatif besar
sehingga untuk hubungan jarak jauh harus dipasang repeater-repeater, jika kabel
dipasang diatas tanah, rawan terhadap gangguan-gangguan fisik yang dapat
berakibat putusnya hubungan.

c. Fiber Optic
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik
yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain.
Serat yang digunakan berbentuk silinder seperti kawat pada umumnya,
terdiri dari dua bagian penting yaitu bagian inti (core), kulit (cladding),
pembungkus dan lapisan penguat. Penampangnya secara lengkap dapat kita lihat
pada Gambar 5.139. Dimana struktur serat optic terdiri dari:

Gambar 5.139. Struktur dasar serat optik


1. Core (inti)
 Terbuat dari bahan kuarsa (silica) dengan kualitas sangat tinggi.
 Merupakan bagian utama dari serat optik karena perambatan cahaya
sebenarnya terjadi pada bagian ini.
 Memiliki diameter 10m – 50 m, ukuran core sangat mempengaruhi
karakteristik serat optik.
 Berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung
lainnya.

2. Cladding (lapisan)
 Terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias lebih kecil dari core.
 Merupakan selubung dari core.
 Memiliki diameter 2 – 250 m

255
 Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi
perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).
 Berfungsi untuk menjaga sinyal optik supaya merambat sepanjang core dan
untuk memperkuat kedudukan atau posisi core.
 Berfungsi sebagai cermin, yakni memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya.

3. Coating (jaket)
 Terbuat dari bahan plastik.
 Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan, perubahan
temperatur, kelembaban, keausan dan lain-lain (pelindung mekanis) dan
merupakan tempat kode warna.

Adapun karakteristik serat optik antara lain :


 Emisi cahaya terjadi pada daerah panjang gelombang 850 nm – 1550 nm.
 Dapat dimodulasi langsung pada frekuensi tinggi.
 Mempunyai lebar spektrum yang sempit.
 Ukuran atau dimensi kecil.
 Mempunyai umur kerja relatif lama.

Sumber Optik
Fiber optik merupakan elemen transmisi dalam sistem Komunikasi Serat
Optik, yaitu pemanduan cahaya silindris. Sumber optik pada sistem transmisi
serat optik berfungsi sebagai pengubah besaran sinyal listrik atau elektris menjadi
sinal cahaya.
Ada dua jenis sumber optik yaitu :
a. LED (Light Emitting Diode) yang digunakan pada sistem komunikasi jarak
pendek dan kecepatan bit rendah (kurang dari 100 Mbps).
b. Dioda LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
semikonduktor atau Injection Laser Diode (ILD) umumnya digunakan untuk
sistem komunikasi jarak jauh dengan kecepatan bit tinggi (lebih besar dari 1
Gbps).

Prinsip Perambatan Cahaya


Teknologi fiber optik maju pesat dan sedang berkembang pemanfatannya
untuk sistem teknologi telekomunikasi maju dan handal. Penemuan fiber optik
sebagai media transmisi pada suatu sistem komunikasi didasarkan pada hukum
Snellius untuk perambatan cahaya pada media transparan seperti pada kaca yang
terbuat dari kuartz kualitas tinggi dan dibentuk dari dua lapisan utama seperti
terlihat pada Gambar 21 yaitu lapisan inti yang biasanya disebut core terletak
pada lapisan yang paling dalam dengan indeks bias n1 dan dilapisi oleh cladding
dengan indeks bias n2 yang lebih kecil dari n1.

256
Gambar 5.140. Struktur core dan cladding pada fiber optik

Menurut hukum Snellius jika seberkas sinar masuk pada suatu ujung
fiber optik (media yang transparan) dengan sudut kritis dan sinar itu datang
dari medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari udara menuju inti
fiber optik (kuartz murni) yang mempunyai indeks bias yang lebih besar
maka seluruh sinar akan merambat sepanjang inti (core) fiber optik menuju
ujung yang satu.
Cahaya merambat dalam fiber optik dengan menggunakan pantulan
sempurna supaya energi tidak keluar dari core. Pada peristiwa pantulan
sempurna oleh kulit, sebetulnya masih disertai juga oleh rembesan sinar ke
dalam kulit. Hal ini dapat menyebabkan kerugian transmisi dan
menyebabkan sinar yang tak sejajar sumbu serat mencapai ujung seberang
lebih dulu, sinar memiliki laju rambat yang lebih besar di dalam kulit
daripada di dalam inti.
Diperlukan sudut masuk tertentu supaya dapat merambat dengan cara
ini. Sudut masuk ini disebut cone angle. Refleksi-pantulan dalam fiber bisa
dilihat pada Gambar 5.141.

kritis

Gambar 5.141. Refleksi – Pantulan

Karena ukuran core sangat kecil, maka sumber cahaya harus dapat
difokuskan.

Jenis–jenis Serat Optik


Ada dua jenis serat optik yang digunakan dalam sistem komunikasi serat
optik, yaitu: multimode fiber dan single mode fiber, dimana masing-masing
memiliki profil indeks bias dan ukuran penampang yang dapat dilihat pada
Gambar 5.142 dan 5.143.

257
1. Multimode Fiber
Multimode fiber adalah tipe pertama fiber yang dikomersilkan. Multimode fiber
ini memiliki core yang lebih besar dari pada single mode fiber yang menyediakan
beratus-ratus mode cahaya untuk penyebaran sinyal secara serentak. Sedangkan
multi-mode fiber digunakan terutama pada sistem dengan jarak transmisi yang
pendek (dibawah 2 km) seperti jaringan data private dan aplikasi optik paralel.

Ada dua tipe fiber optik multi mode, yaitu :

a. Step index multimode


 Indeks bias core konstan
 Ukuran core besar (50 m) dan dilapisi cladding yang sangat tipis.
 Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar.
 Perubahan dari index bias core dan clading tiba-tiba dan banyak lintasan
cahaya yang terjadi. Akibatnya terjadi pelebaran pulsa yang akan
menurunkan laju transmisi datanya.
 Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.

b. Graded index multimode


 Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang
berbeda-beda, dimana indeks bias yang lebih tinggi terdapat pada pusat
core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core – cladding.
 Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga
rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat.
 Harganya lebih mahal dari serat optik step index karena proses
pembuatannya lebih sulit.
 Dispersi minimum.

2. Single Mode Fiber


 Single-mode fiber, sebaliknya, memiliki core yang lebih kecil yang hanya
menyediakan satu mode cahaya dalam propagasi pada satu waktu, yaitu
sejajar dengan sumbu serat optik.
 Untuk penggunaannya, single-mode fiber pada dasarnya digunakan untuk
jarak yang jauh dan bandwidth yang lebar.

258
Gambar 5.142. Profil Indeks Bias Singlemode dan Multimode

Gambar 5.143. Mode Kabel Fiber Optik

Keunggulan dan Kelemahan Serat Optik


Ada beberapa keunggulan serat optik di banding media transmisi lainnya,
yaitu :
 Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidth) yang lebar.
Frekuensi pembawa optik sekitar 1013 hingga 1016. Karena bekerja pada
frekuensi yang tinggi maka jumlah informasi yang dibawa akan lebih banyak.
 Serat optik yang digunakan memiliki ukuran yang sangat kecil dan ringan.
Diameternya dalam ukuran mikro sama bahkan lebih kecil dari diameter
sehelai rambut manusia.
 Dapat mentransmisikan sinyal digital dengan kecepatan data yang sangat
tinggi dari beberapa Mbit/detik sampai dengan Gbit/detik.
 Memiliki redaman kecil sehingga jarak jangkau pengiriman tanpa repeater
lebih jauh.
Perkembangan serat optik saat ini telah menghasilkan produksi dengan
redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dari

259
tembaga (copper). Terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang
gelombang sekitar 1310 nm yaitu kurang dari 0,5 dB/km.
 Kebal terhadap induksi, artinya tidak terpengaruh oleh kilat dan transmisi
radio.
 Keamanan rahasia informasi lebih baik, artinya penyadapan informasi dengan
induksi atau hubungan sederhana tidak dapat dilakukan.
 Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnetis.
Serat optik terbuat dari kaca atau plastik yang merupakan isolator berarti
bebas dari interferensi medan magnet misalnya gangguan petir, transmisi RF,
sentakan elektromagnetik yang disebabkan karena ledakan nuklir / petir.
 Karena di dalam serat tidak terdapat tenaga listrik, maka tidak akan terjadi
bahaya sengatan listrik, kebocoran ke tanah/ground atau hubung singkat. Di
samping itu serat tahan terhadap gas beracun, bahan kimia dan air, sehingga
cocok ditanam dalam tanah.
 Tidak mengalihkan arus karena terbuat dari kaca atau plastik.
 Sistem dapat dihandalkan dan mudah dipelihara.
 Penambahan kanal / kapasitas terpasang lebih mudah.
 Tidak ada cakap silang (crosstalk).
 Tidak berkarat
 Tahan terhadap temperatur tinggi.
 Konsumsi daya rendah.
 Substan sangat rendah, sehingga memperkecil jumlah sambungan dan jumlah
pengulang.
Di samping kelebihan yang telah disebutkan di atas, serat optik juga
mempunyai beberapa kelemahan di antaranya, yaitu :
 Serat optik tidak dapat menyalurkan energi listrik atau elektris, oleh karena
itu repeater harus dicatu secara lokal atau dicatu secara remote, menggunakan
kabel tembaga yang terpisah dan pada sistem repeater, transmitter dan
receiver perlu pengubahan energi listrik ke optik dan sebaliknya.
 Intensitas energi cahaya yang dipancarkan pada sinar inframerah jika terkena
retina mata dapat merusakkan retina mata.
 Konstruksi serat optik cukup lemah atau rapuh.
 Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang
berlebihan.
 Perangkat terminasi lebih mahal.
 Perangkat sambung relatif lebih sulit, karena terbuat dari bahan gelas silica,
memerlukan penanganan yang lebih hati-hati dan harus menggunakan teknik
dan ketelitian yang tinggi.
 Perbaikan lebih sulit

2. Unguided Transmission Media


Unguided transmission media atau media transmisi tidak terpandu
merupakan jaringan yang menggunakan sistem gelombang.

260
a. Gelombang mikro
Gelombang mikro (microwave) merupakan bentuk gelombang radio yang
beroperasi pada frekuensi tinggi (dalam satuan gigahertz) seperti terlihat pada
Gambar 15, yang meliputi kawasan UHF, SHF dan EHF. Gelombang mikro
banyak digunakan pada sistem jaringan MAN, warnet dan penyedia layanan
internet (ISP).
Keuntungan menggunakan gelombang mikro adalah akuisisi antar menara
tidak begitu dibutuhkan, dapat membawa jumlah data yang besar, biaya murah
karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan yang luas, frekuensi tinggi
atau gelombang pendek karena hanya membutuhkan antena yang kecil.
Kelemahan gelombang mikro adalah rentan terhadap cuaca seperti hujan dan
mudah terpengaruh pesawat terbang yang melintas di atasnya.

b. Satelit
Satelit adalah media transmisi yang fungsi utamanya menerima sinyal dari
stasiun bumi dan meneruskannya ke stasiun bumi lain. Satelit yang mengorbit
pada ketinggian 36.000 km di atas bumi memiliki angular orbital velocity yang
sama dengan orbital velocity bumi. Hal ini menyebabkan posisi satelit akan relatif
stasioner terhadap bumi (geostationary), apabila satelit tersebut mengorbit di atas
khatulistiwa. Pada prinsipnya, dengan menempatkan tiga buah satelit
geostationary pada posisi yang tepat dapat menjangkau seluruh permukaan bumi.
Adapun berdasarkan klasifikasi ketinggian orbit satelit, maka dapat dibagi seperti
terlihat pada Gambar 24.
 Low Earth orbit (LEO): orbit geosentrik dengan jarak pada ketinggian dari
500-900 km.
 Orbit Rendah Sirkuler
 Ketinggian satelit konstan dengan jarak ratusan km.
 Perioda orbit sekitar 90 menit
 Orbitnya mendekati inklinasi 90o yang menjamin satelit melintasi semua
wilayah bumi.
 Medium Earth orbit (MEO): orbit geosentrik dengan jarak pada ketinggian
5,000 - 12,000 km
 Orbit Menengah Sirkuler dinamakan juga sebagai Intermediate Circular
Orbits (ICO)
 Ketinggian satelit dari bumi sekitar 10,000 km dan dengan inklinasi 50 o dan
period 6 jam
 Dengan konstelasi 10 sampai 15 satelit, suatu peliputan bumi kontinu
dijamin
 GEO: Geostationary Earth Orbit
 Orbit Sirkuler dengan inklinasi zero ( equatorial)
 Orbit satelit mempunyai ketinggian 35,786 km dengan kecepatan sama
dengan perputaran bumi.
 Satu satelit mampu mengcover 43% permukaan bumi

261
Gambar 5.144. Jenis Orbit Satelit

Gambar 5.145. Contoh satelit pengamat bumi, satellite ERS 2 European


Remote-Sensing Satellite

Dalam hubunganya dengan kebutuhan komunikasi, jenis satelit dapat


dibedakan menjadi.
 Satelit astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet,
galaksi, dan objek angkasa lainnya yang jauh.
 Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan
tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro.
Kebanyakan satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit
geostasioner, meskipun beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit
Bumi rendah.
 Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk
mengamati Bumi dari orbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan
untuk penggunaan non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi,
pembuatan peta, dll. Salah satu contoh satelit pengamat bumi dapat dilihat
pada Gambar 5.144.

262
 Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan
ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik
dipermukaan bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah
GPS milik Amerika Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila
pandangan antara satelit dan penerima di tanah tidak ada gangguan, maka
dengan sebuah alat penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh
data posisi di suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu
nyata.
 Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
 Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi
yang menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan
tenaga surya kepada antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan
untuk menggantikan sumber tenaga konvensional.
 Stasiun angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai
tempat tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan
dengan pesawat angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa
utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan lain digunakan sebagai
transportasi dari dan ke stasiun. Stasiun angkasa dirancang untuk hidup
jangka-menengah di orbit, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan
tahunan.
 Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan
iklim Bumi.
 Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat
untuk mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit
mikro (di bawah 200 kg), satelit nano (di bawah 10 kg).

Keuntungan satelit adalah lebih murah dibandingkan dengan menggelar


kabel antar benua, dapat menjangkau permukaan bumi yang luas, termasuk
daerah terpencil dengan populasi rendah, meningkatnya trafik telekomunikasi
antar benua membuat sistem satelit cukup menarik secara komersial.
Kekurangannya satelit adalah keterbatasan teknologi untuk penggunaan
antena satelit dengan ukuran yang besar, biaya investasi dan asuransi satelit yang
masih mahal, atmospheric losses yang besar untuk frekuensi di atas 30 GHz
membatasi penggunaan frequency carrier.
Adalah jenis dari microwave yang menggunakan satellite untuk
mengirimkan sinyal ke transmitter atau parabola. Satellite microwave
mengirimkan sinyal secara menyeluruh ke setiap transmitter.

c. Inframerah
Inframerah biasa digunakan untuk komunikasi jarak dekat, dengan
kecepatan 4 Mbps. Dalam penggunaannya untuk pengendalian jarak jauh,
misalnya remote control pada televisi serta alat elektronik lainnya. Keuntungan
inframerah adalah kebal terhadap interferensi radio dan elekromagnetik,
inframerah mudah dibuat dan murah, instalasi mudah, mudah dipindah-pindah,

263
keamanan lebih tinggi daripada gelombang radio. Kelemahan inframerah adalah
jarak terbatas, tidak dapat menembus dinding, harus ada lintasan lurus dari
pengirim dan penerima, tidak dapat digunakan di luar ruangan karena akan
terganggu oleh cahaya matahari. Adapun kegunaan infra merah dalam
telekomunikasi adalah sbb.
 Adanya sistem sensor infra merah. Sistem sensor ini pada dasarnya
menggunakan inframerah sebagai media komunikasi yang menghubungkan
antara dua perangkat. Penerapan sistem sensor infra ini sangat bermanfaat
sebagai pengendali jarak jauh, alarm keamanan, dan otomatisasi pada sistem.
Adapun pemancar pada sistem ini terdiri atas sebuah LED (Lightemitting
Diode)infra merah yang telah dilengkapi dengan rangkaian yang mampu
membangkitkan data untuk dikirimkan melalui sinar inframerah, sedangkan
pada bagian penerima biasanya terdapat foto transistor, fotodioda, atau
modulasi infra merah yang berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang
dikirimkan oleh pemancar.
 Adanya kamera tembus pandang yang memanfaatkan sinar inframerah. Sinar
inframerah memang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang manusia,
namun sinar inframerah tersebut dapat ditangkap oleh kamera digital atau
video handycam. Dengan adanya suatu teknologi yang berupa filter iR PF
yang berfungi sebagai penerus cahaya infra merah, maka kemampuan
kamera atau video tersebut menjadi meningkat. Teknologi ini juga telah
diaplikasikan ke kamera handphone
 Untuk pencitraan pandangan seperti nightscoop
 Inframerah digunakan untuk komunikasi jarak dekat, seperti pada remote
TV. Gelombang inframerah itu mudah untuk dibuat, harganya relatif murah,
tidak dapat menembus tembok atau benda gelap, serta memiliki fluktuasi
daya tinggi dan dapat diinterfensi oleh cahaya matahari.
 Sebagai alat komunikasi pengontrol jarak jauh. Inframerah dapat bekerja
dengan jarak yang tidak terlalu jauh (kurang lebih 10 meter dan tidak ada
penghalang)
 Sebagai salah satu standardisasi komunikasi tanpa kabel. Jadi, inframerah
dapat dikatakan sebagai salah satu konektivitas yang berupa perangkat
nirkabel yang digunakan untuk mengubungkan atau transfer data dari suatu
perangkat ke parangkat lain. Penggunaan inframerah yang seperti ini dapat
kita lihat pada handphone dan laptop yang memiliki aplikasi inframerah.
Ketika kita ingin mengirim file ke handphone, maka bagian infra harus
dihadapkan dengan modul infra merah pada PC. Selama proses pengiriman
berlangsung, tidak boleh ada benda lain yang menghalangi. Fungsi
inframerah pada handphone dan laptop dijalankan melalui teknologi IrDA
(Infra red Data Acquition). IrDA dibentuk dengan tujuan untuk
mengembangkan sistem komunikasi via inframerah.

264
2. Lembar Pelatihan
Kerjakan soal-soal dibawah ini dengan baik dan benar.
1. Apa yang dimaksud dengan media transmisi.
2. Media transmisi ada dua, sebutkan masing-masing media transmisi tersebut
beserta karakteristiknya.
3. Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
transmisi.
4. Pada media transmisi serat optik sekarang sangat banyak digunakan sebutkan
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut.
5. Pada media transmisi tanpa kabel sekarang telah berkembang pesat, apa yang
menyebabkan hal tersebut terjadi

C3. Jaringan Akses Radio

1. Lembar Informasi
GSM
Global system for Mobbile atau GSM adalah generasi kedua dari standar
sistem sistem seluller yang tengah dikembangkan untuk mengatasi problem
fragmentasi yang terjadi pada standar pertama di negara Eropa . GSM adalah
sistem standar sellular pertama didunia yang menspesifikasikan digital
modulation dan network level architectures and service. Sebelum muncul standar
GSM ini negara-negara di Eropa menggunakan standar yang berbeda-beda ,
sehingga pada saat itu tidak memungkinkan seorang pelanggan menggunakan
singele subscriber unit untuk menjangkau seluruh benua Eropa.
Pada awalnya sistem GSM ini dikembangkan untuk melayani sistem
seluler pan- Eropa dan menjanjikan jangkauan network yang lebih luas seperti
halnya penggunaan ISDN. Pada perkembangaannya sistem GSM ini mengalami
kemjuan pesat dan menjadi standar yang paling populer di seluruh dunia untuk
sistem seluler.Bahkan pertumbuhannya diprediksikan akan mencapai 20 samapai
50 juta pelanggan pada tahun 2000.
Penggunaan alokasi frekuensi 900 MHz oleh GSM ini diambil berdasarkan
rekomendasi GSM (Gropue special Mobile) cimitte yang merupakan salah satu
grup kerja pada confe'rence Europe'ene Postes des Telecommunication (CEPT).
Namun pada akhirnya untuk alasan marketing GSM berubah namanya menjadi
yhe Global System for Mobile Communication, sedangkan standar teknisnya
diambil dari European Technical Standards Institute (ETSI).
GSM pertama kali diperkenalakan di Eropa pada tahun 1991 kemudian
pada akhir 1993 , beberapa negara non Amerika seperti Amerika Selatan , Asia
dan Australia mulai mengadopsi GSM yang akhirnya menghasilkan standar baru
yang mirip yaitu DCS 1800, yang mendukung Personal Communiction Service
(PCS) pada freuensi 1,8 Ghz sampai 2 GHz.

265
Arsitektur GSM
secara garis besar terdiri dari 4 subsistem yang terkoneksi dan berinteraksi antar
sistem dan dengan user melalui network interface, seperti dapat dilihat pada
Gamabr subsistem tersebut adalah:

Arsitektur jaringan GSM terdiri atas :


1. Mobile System
Merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan
pembicaraan. Terdiri atas Mobile Equipment dan Subscriber Identity Module.

2. Base Station
Terdiri atas Base Station Controller dan Base Transceiver Station. Dimana fungsi dari
BSS adalah mengontrol tiap – tiap BTS yang terhubung kepada nya. Sedangkan
fungsi dari BTS adalah untuk berhubungan langsung dengan MS dan juga
berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal.

3. Network Sub – system


Terdiri dari MSC, HLR, dan VLR. MSC atau Mobile Switching Controller adalah inti
dari jaringan GSM yang berfungsi untuk interkoneksi jaringan, baik antara seluler
maupun dengan jaringan PSTN. Home Location Register atau HLR berfungsi untuk
menyimpan semua data dari pelangga secara permanen. Untuk VLR atau Visitor
Location Register berfungsi untuk data dan informasi pelanggan

4. Operation and Support System


Merupakan subsistem dari jaringan GSM yang berfungsi sebagai pusat
pengendalian diataranya adalah fault management, configuration management, dan
inventory management.

Gambar 5.146. Arsitektur sistem GSM

266
2. CDMA
CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu
teknik akses jamak (Multiple Access) yang memisahkan percakapan dalam
domain kode. CDMA merupakan teknologi digital tanpa kabel (Digital Wirless
Teknologi) yang pertama kali dibuat oleh perusahaan Amerika – Qualcomm
CDMA merupakan beberapa penggunaan dari berbagai spektrum frekuensi yang
sama tanpa ada pembicaraan ganda.
Hal ini menyebabkan CDMA lebih tahan terhadap interferensi dan noise.
Untuk menandai user yang memakai spektrum frekuensi yang sama, CDMA
menggunakan kode yang unik yaitu PRCS (Pseudo – Random Code Sequence)
Berbeda dengan FDMA (frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time
Division Multiple Access), maka CDMA menggunakan waktu dan Frequency
yang sama dalam akses untuk masing-masing user. Penggunaan frekuensi dan
waktu yang sama menyebabkan CDMA rentan terhadap interferensi. Semakin
besar interferensi yang terjadi maka kapasitas CDMA semakin kecil.
CDMA membawa manfaat yang besar dan berada diatas teknologi serupa
yang lain untuk saat ini. CDMA menawarkan kapasitas jaringan yang terbesar
untuk melayani lebih banyak pelanggan dengan biaya infrastrukstur yang sama.
CDMA menawarkan kecepatan transmisi data paling tinggi diantara yang lain.
Setiap user/pemakai di assign dengan bilangan biner yang dinamakan Direct
Sequence code
(DCS) ketika terjadi panggilan.
DCS adalah signal yang dibangkitkan oleh linier Modulation dengan
wideband Pseudorandom Noise (PN) sequence, sehingga Direct Sequence CDMA
menggunakan wider signal dari pada FDMA maupun TDMA. Wideband signal
berfungsi untuk mengurangi interference dan dapat melakukan frekuensi reuse
antar cell berlangsung bardampingan. Seluruh pengguna ada bersama-sama
dalam range spektrum radio frekuensi.
Kode-kode dibagi pada MS dan BS yang disebut Psendorandom Noise (PN)
sequence. Masing- masing kode/pemakai adalah layer dan secara simultan
ditransmisikan ke seluruh carrier. Keunikan dari CDMA adalah jumlah phone
call yang dapat dihandle oleh carrier terbatas dan jumlahnya tidak pasti. Kanal
trafik dibuat dengan penentuan masing-masing pengguna kode dengan carrier.
Teknik CDMA pada awalnya disebut dengan CDMA One yang
merupakan teknologi generasi kedua (2G). Versi revisinya IS-95 yang menjadi
basis sistem komersial CDMA 2G seluruh dunia. Dengan kecepatan koneksi 14,4
kbps. Kemudian CDMA merevisi stándar menjadi IS-95B. sistem CDMA 2,5 G ini
menawarkan kecepatan 64 kbps.
Pada CDMA2000 1X bisa memiliki kapasitas suara dua kali lipat pada
jaringan CDMAOne dan mengalirkan kecepatan data maksimal 307 kbps untuk
keadaan bergerak. Sedangkan CDMA2000 1X EV sendiri meliputi CDMA2000 1X
EV-DO (data only) yang bisa mengirimkan data sampai 2,4 Mbps dan
mendukung aplikasi seperti konferensi video.
Varian lainnya adalah CDMA2000 1X EV-DV yang mengintegrasikan voice
dan layanan multimedia data paket berkecepatan tinggi secara simultan pada

267
kecepatan 3,09 Mbps. Kemajuan yang dicapai CDMA tampaknya juga berkaitan
dengan harapan dari International Telecommunication Union (ITU). Lembaga
yang bekerja dengan badan-badan industri seluruh dunia menentukan standar
dan kebutuhan teknis yang diperuntukkan bagi sistem 3G melalui program IMT-
2000 (International Mobile Telecommunication-2000) yang merupakan standar
telekomunikasi 3G.
Kebutuhan bagi jaringan IMT-2000 adalah sejumlah perbaikan kapasitas
dan efisiensi spektrum melalui sistem 2G dan mendukung layanan data pada
kecepatan transmisi minimum 144 kbps untuk kondisi bergerak (outdoor) dan 2
Mbps dalam keadaan diam (indoor). Setelah teknologi GSM dan GPRS, keluarlah
teknologi WCDMA. WCDMA dengan CDMA 2000 memiliki parameter sistem
dan implementasi yang cukup berbeda, sehingga dalam beberapa hal WCDMA
dan CDMA 2000 berbeda. Meskipun demikian, banyak usaha-usaha yang sedang
dilakukan untuk mengurangi perbedaan diantara keduanya untuk menekan
biaya dan kompleksitas bagi masa depan jaringan nirkabel yang didukung oleh
kedua teknologi ini. WCDMA merupakan sebuah teknologi banyak akses yang
menggunakan modulasi DS-SS dan dapat menyediakan fasilitas pengaksesan
pengguna ke jaringan Public Switched Telephone Network (PSTN) serta dapat
mengirimkan layananlayanan suara, data, faksimili, ataupun multimedia.
Teknologi ini berbeda dengan teknik akses radio konvensional yang
menggunakan teknik pembagian lebar bidang frekuensi yang tersedia ke kanal
narrow atau kedalam slot waktu. Teknologi WCDMA dalam mengakses data
dilakukan secara terus menerus cellebar bidang frekuensi tertentu (5-15 MHz).
Beberapa keunggulan WCDMA adalah tahan terhadap interferensi, memiliki
efisiensi tinggi dan kapasitas tinggi bila diterapkan dalam konfigurasi multicell,
kemampuan transfer data yang tinggi sampai 384 Kbps untuk area luas dan 2
Mbps untuk area dalam, dapat digunakan untuk komunikasi multimedia, tidak
memerlukan sinkronisasi antar BTS, memiliki biaya infrastruktur yang rendah,
dan mendukung Antena Array Adaptive serta deteksi multiuser.

Ciri – Ciri CDMA


A. Menggunakan Coding :
1) Satu ruang (cell) dengan sejumlah pasangan
2) Udara sebagai media
3) Menggunakan coding system
4) User lain dapat bergabung bersama sampai noise tertentu.

B. Spread Speactrum Technology


1) Pseudorandom Modulation
2) Anti Jamming
3) Low Probability Intercept

Teknik yang digunakan untuk penyebaran/modulasi signal CDMA :


A. Direct Sequence yaitu memodulasi carrier dengan kode digital.dengan bit rate
lebih tinggi dari bandwidth signal informasi.

268
Gambar 5.147. Spektrum CDMA

B. Frekuensi Hoping yaitu mengkopi carrier radio dari frekuensi ke frekuensi


dalam beberapa detik.

Gambar 5.148. Bentuk spektrum sinyal Frequency Hoping

CDMA membutuhkan tingkatan sinkronisasi yang tinggi antara Base


Station. Kode digital yang diassign untuk masing-masing pemakai, CDMA
menambahkan suatu spesial kode (Pseudorandom Noise) pada signal yang
berulang setelah waktu yang tertentu. Antara Base Station dalam satu sistem
dibedakan dengan trasmisi yang berbeda kode dari waktu yang diberikan. BS
mengirim versi time offset (waktu pengganti) dengan psendorandom number
yang sama. Untuk menyakinkan bahwa time offset menggunakan remain unik
masing-masing, CDMA BS harus tetap sinkron dengan time reference yang
umum.
Bahasa masing-masing pasangan menjadi FILTER. Kita dapat terus
menambahkan pasangan yang berbicara dalam bahasa yang berbeda sampai
batas background noise (interferensi dari user lain). Dengan pengontrolan volume
suara/signal strength dari seluruh untuk tidak melebihi dari yang
dibutuhkan,maka kita akan mendapat banyak user per-carrier. jumlah maksimum
user per-cerrier tergantung pada jumlah aktifitas masing-masing carrier
tergantung kepada jumlah aktifitas masing-masing carrier dan hal ini tentunya
tidak pasif.
Pada CDMA voise dan data ditransmisikan dengan carrier 1,25Mhz.
Jumlah cannel yang dibutuhkan pada masing-masing cell site tergantung pada:
A. Jumlah trafik
B. Data
C. Soft Handoff dari sistem
Struktur kanal pada CDMA 2000 1X terbagi menjadi dua arah dari BS ke
MS. kanal fisiknya dibedakan menjadi kanal dedicated dan common. Dedicated
Physical Channel (DPHCH) merupakan kumpulan semua kanal fisik yang

269
membawa informasi yang sifatnya point to point antara BS dan MS. Sedangkan
common physical channel (CPHCH) merupakan kumpulan semua kanal fisik
yang membawa informasi akses, sifatnya point to point, multi point antara BS dan
MS. Kanal CDMA terdiri dari ”LOGICAL CHANNEL” sebagai berikut:

A. Kanal Trakfik Forward.


Kanal trafik ini membawa (carry) Phone call yang sesungguhnya dan
membawa voice dan power control informasi MS dari BS ke pesawat pelanggan.

Kanal Forward CDMA 2000 1X


Forward channel meliputi power control dan power bit control yang berfungsi
untuk meminta MS untuk menaikkan atau menurunkan daya yang dipancarkan.
Panjang frame forward channel sebesar 20 ms yang dibagi menjadi 16 channel,
besar tiap channelnya 1.25 ms. Tiap power control channel mempunyai bit control
power, dimana kecepatan dari reverse fast powernya adalah 800 bps. Sistem
CDMA PT INDOSAT hanya menggunakan blok kanal forward yang dicetak
hitam pada gambar 3.4.

Gambar 5.149. Kanal Forward CDMA 2000 1X

Fungsi dari forward channel


1. F-PICH (Forward Pilot Channel)
a) Mengirimkan sinyal yang diterima oleh MS ke pilot channel
b) Menyediakan channel gains dan phase estimation
c) Mendeteksi multi-path signals
d) Menerima cell forward channel dan handoff
2. F-TDPICH (Forward Transmit Diversity Pilot Channel)
a) Bekerja bersama-sama dengan F-PICH
3. F-ATDPICH (Forward Auxiliary Transmit Diversity Pilot Channel )
a) Beam shaping
b) Supporting the application of a smart antenna
4. F-BCCH (Forward Broadcast Control Channel)

270
Berfungsi untuk meneruskan dan menyebarkan informasi yang
ditransmisikan oleh F-PCH pada sistem IS-95 oleh Base Station. F-BCCH dapat
bekerja secara discontinues. Dapat ditransmisikan secara berulang-ulang saat
F-BCCH transfer datanya lambat. Untuk mengurangi daya pancarnya.
Bersama-sama dengan F CCH mentransmisikan sinyal secara berulang-ulang,
sehingga MS menerima time diversity gain dengan cara mengkombinasikan
kedua kanal tersebut dengan sinyal informasi. Base Station dapat
menyesuaikan kapasitas yang berlebih dengan cara mengurangi kekuatan
daya pancarnya.
5. Q-PCH (Forward Quick Paging Channel)
Quick Paging Channel adalah sinyal modulasi-OOK yang dapat
dimodulasikan oleh MS secara cepat dan mudah. Tiap channel mengambil 80 ms
sebagai QPCH time slotnya. Tiap-tiap time slotnya dibagi lagi menjadi paging
indicator, configurasion change indicator dan broadcast indicator, ketiganya
digunakan untuk menginformasikan MS untuk menerima paging message,
broadcast message atau sistem parameter F-CCCH atau F-PCH

B. Kanal Trakfik Reverse


Kanal ini membawa setengah phone call lainnya yang aktif, membawa
voice dan power control informasi dari MS ke BS Fungsi R-ACH,R-FCH,R-SCCH
dama seperti pada IS-95. fungsi dari Reverse Pilot Channel(R-PICH) untuk
menginisialisasi sinyal, tracing, reverse coherent demodulation, power control
measurement.

Gamabr 5.150. Kanal Reverse CDMA 2000 1X

271
C. Kanal Pilot
Kanal Pilot sering disebut dengan Up dan Down link. Digunakan oleh
pesawat pelanggan untuk mendapatkan inisial sistem sinkronisasi dan
membedakan cell site yaitu mengenal dan mensinkronkan kode generator yang
dikirim dari BTS. Setiap sektor dari masing-masing call site memiliki kanal pilot
yang unik. Kanal pilot pada MS juga menyediakan time, frekuensi dan phase
tracking signal dari cell site.

D. Kanal Sync
Menyediakan MS dengan network information yang berhubungan dengan
identifikasi cell site, pilot transmit power dan cell set PN Offset dengan informasi
tersebut, MS dapat menetapkan sistem time sesuai dengan level transmit power
yang digunakan untuk memulai suatu call.

E. Kanal Paging
Menyediakan komunikasi BS ke MS.dari kanal ini BS dapat mempaging
MS dan dapat mengirim call set-up dan penempatan kanal trafik informasi.

F. Kanal Access
Menyediakan komunikasi dari MS ke BS ketika MS tidak menggunakan
areal trafik. Kanal access hanya terdapat direverse link. Areal access digunakan
pada permukaan call dan juga untuk merespon paging, order dan permintaan
registrasi.

A. Kelebihan CDMA 2000-1X :


1. Sebagai teknologi, CDMA sangat tahan terhadap gangguan cuaca dan
interferensi, karenanya noise CDMA sangat rendah sehingga menghasilkan
kualitas suara yang sangat baik. Bahkan dalam hujan yang sangat lebat pun
kualitas suaranya masih dalam batas yang masih dapat ditoleransi.
2. CDMA tidak dapat digandakan (dikloning) karena setiap pelanggan diberikan
kode yang berbeda (unik). Kode-kode ini sangat sulit dilacak karena bersifat
acak.
3. Daya pancarnya yang sangat rendah (1/100 GSM) memungkinkan hand
phone CDMA irit dalam mengonsumsi baterei, sehingga dapat beroperasi
lebih lama untuk bicara maupun stand by.
4. Kapasitas pelanggan per BTS CDMA dapat mencapai 6000 (10 kali GSM). Hal
ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi. Semua BTS
CDMA beroperasi pada frekuensi yang sama, sehingga tidak memerlukan
penghitungan yang rumit dalam menyusun konfigurasinya. Besarnya
kapasitas per BTS membuat biaya investasi yang dikeluarkan sangat rendah.
Selain itu CDMA-2000(1X) beroperasi pada spectrum frekuensi 800 MHz. Hal
ini akan membuat luas coverage BTS-nya jauh lebih besar dari GSM. Sehingga
hanya memerlukan lebih sedikit BTS untuk mengcover luas yang sama jika
dibandingkan dengan GSM.

272
5. CDMA-2000(1X) dapat mengirim data dengan kecepatan hingga 144 Kbps,
sementara GSM 9,6 Kbps. Sehingga dapat mendukung layanan SMS, MMS,
main game dan down load data melalui internet.

B. Kelebihan lainnya adalah :


1. Mendukung untuk Adaptive Antenna Arrays ( AAA )
Teknik ini adalah untuk mengoptimalkan antena pattern pada Mobile Station.
Hal ini akan memungkinkan penggunaan spektrum yang efektif dan akan
menambah jumlah kapasitas.
2. CDMA mempunyai internal sistem untuk sinkronisasi pada Base Station,
sehingga tidak membutuhkan eksternal sinkronisasi seperti GPS (Global
Positioning System). Hal ini mempunyai masalah jika implementasi Base Station
dilakukan pada daerah rawan covergae satelit GPS seperti shoping center atau
di subways suatu gedung.
3. Mendukung untuk Hierarchical Cell Structures ( HCS )
4. CDMA mendukung HCS dengan memperkenalkan metode handoff diantara
carrier CDMA yang diberi nama Mobile Assisted Inter-Frequency Hand-off (
MAIFHO ).
5. Mendukung untuk deteksi multi user. Deteksi multi user akan membatasi
interferensi pada suatu cell dan memperbaiki kapasitas.

Gambar 5.151. Arsitektur jaringan CDMA20001X EV-DO

Bagian dari Jaringan CDMA 20001x EV-DO dapat dijelaskan sbb.

1. Mobile Station (MS)


Mempunyai fungsi utama untuk membentuk, memelihara hubungan
(voice dan data) dengan jaringan. MS membentuk hubungan dengan meminta
kanal radio dari AN. Setelah hubungan terbentuk MS bertanggung jawab untuk

273
menjaga kanal radio tersebut dan melakukan buffer paket jika kanal radio sedang
tidak tersedia. MS biasanya mendukung enkripsi dan protokol seperti Mobile IP
dan Simple IP.

2. BTS ( Base Transceiver Station )


Berfungsi sebagai antar muka yang menghubungkan antara MSC dengan
pelanggan dan bertanggung jawab untuk mengalokasikan daya yang digunakan
oleh pelanggan. BTS terdiri dari perangkat radio yang digunakan untuk
mengirim dan menerima sinyal CDM. Mengontrol aspek-aspek dalam system
yang berhubungan performasi jaringan. BTS mengontrol forward power (
dialokasikan untuk trafficoverhead dan soft handoff ) dan penggunaan kode
Walsh.

3. BSC ( Base Station Controller )


Bertanggung jawab mengontrol semua BTS yang ada di daerah
cakupannya, mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN (Packet Data Service
Node) atau sebaliknya.

4. Radio Network (RN)


Terdiri dari dua komponen yaitu Packet Control Function (PCF) dan Radio
Resources Control (RRC). Fungsi utama PCF adalah untuk membentuk,
memelihara dan membubarkan hubungan dengan PDSN. PCF berkomunikasi
dengan RRC untuk meminta dan mengatur kanal radio untuk menyampaikan
paket dari dan ke MS. PCF juga bertanggung jawab mengumpulkan informasi
akunting dan meneruskannya ke PDSN. RRC mendukung otentikasi dan otorisasi
MS untuk mendapatkan akses radio. RRC juga mendukung enkripsi air interface
bagi MSMSC ( Mobile Switching Center) sering juga disebut interface antara BSC-
BSC dengan PSTN dan jaringan data ( ISDN ) melalui gateway MSC ( G-MSC ).

5. Packet Data Serving Node (PDSN)


PDSN melakukan bermacam-macam fungsi. Fungsi utamanya melakukan
routing paket jaringan ke IP atau HA. PDSN memberikan alamat IP dinamik dan
menjaga sesi Point-To-Point Protocol (PPP) ke MS. PDSN memulai otentikasi,
otorisasi dan akunting ke AAA untuk sesi paket data. Sebagai balasannya PDSN
menerima parameter-parameter profil pelanggan yang berisi jenis-jenis layanan
dan keamanan.

6. Home Agent (HA)


HA berperan dalam implementasi protokol Mobile IP dengan meneruskan
paket paket ke PDSN dan sebaliknya. HA menyediakan keamanan dengan
melakukan
otentikasi MS melalui pendaftaran Mobile IP. HA juga menjaga hubungan
dengan
AAA untuk menerima informasi tentang pelanggan

274
7. Authentication, Authorization and Accounting (AAA)
AAA mempunyai peran yang berbeda-beda tergantung pada tipe jaringan
dimana dia terhubung. Jika AAA server terhubung ke service provider network,
fungsi utamanya adalah melewatkan permintaan otentikasi dari PDSN ke Home
IP network, dan mengotorisasi respon dari home IP network ke PDSN. AAA juga
menyimpan informasi akunting dari MS dan menyediakan profil pelanggan dan
informasi QoS bagi PDSN. Jika AAA server terhubung ke home IP network, dia
melakukan otentikasi dan otorisasi bagi MS berdasarkan permintaan dari AAA
lokal. Jika AAA terhubung ke broker network, dia meneruskan permintaan dan
respon antara service provider network dan home IP network yang tidak
mempunyai hubungan bilateral.

8. MSC ( Mobile Switching Center )


Sering juga disebut interface antara BSC BSC dengan public voice ( PSTN )
dan jaringan data ( ISDN ) melalui gateway MSC ( G-MSC ).

9. HLR (Home Local Register)


Berfungsi untuk meyimpan seluruh data pelanggan misalnya IMSI, data
lokasi user, Shared Secret Data (SSD) semua user, dan informasi lain yang spesifik
bagi tiap user Pusat autentifikasi (AuC) Pusat penyimpanan untuk Electronic
Serial Number (ESN) tiap user teregistrasi.

10. Router
Berfungsi untuk merutekan paket data ke dan dari berbagai macam elemen
jaringan CDMA2000. Router bertanggung jawab untuk mengirim dan menerima
paket jaringan internal atau sebaliknya. Untuk menjamin keamanan ketika
berhubungan dengan aplikasi data kejaringan luar, maka diperlukan fire wall.

2. Lembar Pelatihan

Kerjakan soal berikut ini dengan jelas dan singkat!


1. Jelaskan arsitektur GSM
2. Jelaskan arsitektur CDMA
3. Jelaskan sistem CDMA yang membedakan dengan sistem GSM?
4. Apa perbedaan fungsi antara HLR dengan VLR?
5. Sebutkan teknik yang digunakan untuk memodulasi CDMA?

275
C4. Instalasi Perangkat Telekomunikasi
1. Lembar Informasi

BTS
Base transceiver station (BTS) atau cell site adalah sebuah peralatan yang
memfasilitasi komunikasi nirkabel antara pengguna peralatan (UE) dan jaringan.
UE adalah perangkat seperti telepon seluler (ponsel), WLL telepon, komputer
dengan internet nirkabel konektivitas, WiFi dan WiMAX gadget dll Jaringan
dapat bahwa dari salah satu teknologi komunikasi nirkabel seperti GSM , CDMA
, WLL , WAN , WiFi , WiMAX dll .
BTS juga disebut sebagai radio base station
(RBS), node B (di Jaringan 3G) atau, cukup, base
station (BS). Untuk diskusi dari standar LTE yang
ENB singkatan untuk Evolved node B banyak
digunakan.
Meskipun istilah BTS dapat diterapkan ke
salah satu standar komunikasi nirkabel, biasanya
dan umumnya terkait dengan teknologi
komunikasi mobile seperti GSM dan CDMA.
Dalam hal ini, BTS merupakan bagian dari base
station subsystem (BSS) perkembangan untuk
sistem manajemen. Ini juga mungkin memiliki
peralatan untuk mengenkripsi dan mendekripsi
komunikasi, spektrum penyaringan alat (band
pass filter), dll antena juga dapat
Gambar 33. Perangkat BTS
(Siemens BS11μBTS)
dipertimbangkan sebagai komponen dari BTS dalam arti umum sebagai fungsi
BTS. Biasanya BTS akan memiliki transceiver beberapa (TRXs) yang
memungkinkan untuk melayani beberapa frekuensi yang berbeda dan berbagai
sektor sel (dalam kasus BTS sectorised). Sebuah BTS dikendalikan oleh base
station controller melalui fungsi base station kontrol (BCF). BCF ini dilaksanakan
sebagai unit diskrit atau bahkan tergabung dalam TRx di BTS . Para BCF
menyediakan operasi dan pemeliharaan (O & M)
koneksi dengan sistem manajemen jaringan (NMS), dan
mengelola kondisi operasi dari TRx masing-masing,
serta penanganan perangkat lunak dan koleksi alarm.
Struktur dasar dan fungsi dari BTS tetap sama tanpa
teknologi nirkabel.

Sebuah BTS pada umumnya memiliki bagian berikut:

Transceiver (TRx)
Dapat disebut sebagai driver penerima (DRx). DRx baik
dalam bentuk tunggal (sTRU), ganda (dTRU) atau Unit

276
Radio komposit ganda (DRU). Dasarnya transmisi dan penerimaan sinyal. Juga
tidak mengirim dan penerimaan sinyal ke / dari entitas jaringan yang lebih tinggi
(seperti controller base station di telepon selular).

Power amplifier (PA)


Menguatkan sinyal dari DRx untuk transmisi melalui antena; dapat
diintegrasikan dengan DRx.
Gambar 34. Menara BTS

Combiner
Menggabungkan feed dari beberapa DRxs sehingga mereka dapat dikirim melalui
antena tunggal. Memungkinkan pengurangan jumlah antena yang digunakan.

Duplexer
Untuk memisahkan sinyal yang dikirim dan diterima ke /dari antena. Dlam hal
ini juga mengatur apakah mengirim dan menerima sinyal melalui port antena
yang sama (kabel ke antena).

Antena
Ini adalah struktur yang letaknya di bawah BTS, bisa diinstal lagsung atau
disamarka bedasarka kebutuha dalam beberapa cara (situs sel dirahasiakan).

Alarm ekstensi sistem


Mengumpulkan kerja status alarm berbagai unit BTS dan meluas mereka untuk
operasi dan pemeliharaan (O & M) stasiun pemantauan.
Fungsi kontrol
Mengontrol dan mengelola berbagai unit BTS termasuk perangkat lunak apapun.
On-the-spot konfigurasi, status perubahan, upgrade software, dll dilakukan
melalui fungsi kontrol.

Baseband receiver unit (BBxx)


Frekuensi hopping, sinyal DSP, dll

Keragaman teknik BTS selular


Untuk meningkatkan kualitas sinyal yang diterima, sering menerima dua antena
yang digunakan, ditempatkan pada jarak yang sama dengan kelipatan yang tidak
merata dari seperempat panjang gelombang (untuk 900 MHz panjang gelombang
adalah 30 cm). Teknik ini, dikenal sebagai antena keanekaragaman atau
keanekaragaman ruang, hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan yang
disebabkan oleh fading lintasan. Antena dapat dipisah secara horizontal atau
vertikal. Jarak horisontal memerlukan instalasi lebih kompleks, tapi membawa
kinerja yang lebih baik.

Selain antena atau keragaman ruang, ada teknik keragaman lain seperti frekuensi
/ waktu keragaman, keragaman pola antena, dan keragaman polarisasi.

277
Memisahkan aliran listrik dalam area tertentu
dari sel, yang dikenal sebagai sektor. Bidang atau
area hasil sektorisasi yag dihasilkan dapat
dianggap seperti satu sel baru.

Directional antena mengurangi co-channel


interferensi. Jika tidak disektorisasi, sel akan
dilayani oleh antena Omnidirectional, yang
memancarkan ke segala arah. Struktur khas
adalah trisector, juga dikenal sebagai semanggi,
di mana ada tiga sektor yang dilayani oleh antena
terpisah. Setiap sektor memiliki arah yang
terpisah dari pelacakan, biasanya 120 ° terhadap
yang berdekatan. Orientasi lain dapat digunakan
untuk
menyesuaikan dengan kondisi setempat. Sel
Bisectored juga dilaksanakan. Ini adalah paling
sering berorientasi dengan antena melayani
sektor 180 ° pemisahan satu sama lain, tapi sekali lagi, variasi lokal memang ada.
Gambar 35.. Mobile BTS

Sistem Proteksi Petir Terpadu


Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari
terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus. (yang terbentuk akibat
adanya pergerakan udara keatas akibat panas dari permukaan laut serta adanya
udara yang lembab). Umumnya muatan negatif terkumpul dibagian bawah dan
ini menyebabkan terinduksinya muatan positif di
atas permukaan tanah, sehingga membentuk
medan listrik antara awan dan tanah. Jika
muatan listrik cukup besar dan kuat medan
listrik di udara dilampaui, maka terjadi
pelepasan muatan berupa petir atau terjadi
sambaran petir yang bergerak dengan kecepatan
cahaya dengan efek merusak yang sangat
dahsyat karena kekuatannya. Indonesia terletak
didaerah katulistiwa yang panas dan lembab ,
mengakibtkan terjadinya hari guruh (IKL) yang
sangat tinggi dibanding daerah lainnya (100 -200
hari pertahun) , bahkan daerah cibinong sempat
tercatat pada Guiness Book of Records 1988,
dengan jumlah 322 petir per tahun. Kerapatan
sambaran petir di Indonesia juga sangat besar

278
yaitu 12/km2/tahun yang berarti pada setiap luas area 1 km2 berpotensi
menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Energy yang
dihasilkan oleh satu sambaran petir mencapai 55 kwhours.
Statistik menunjukan bahwa besaran arus Petir umumnya berkisar antara
30-80KA (pernah pula terdeteksi sampai 300KA) dan untuk lengkapnya dapat
dilihat pada tabel disamping ini. Semakin besar arus petir pada gilirannya akan
menyebakan kenaikan tegangan yang semakin besar.

Bahaya Sambaran Petir


Kerusakan harta benda dan kematian
umat manusia yang disebabkan oleh
sambaran petir di negara kita relatif
tinggi, mulai dari meninggalnya seorang
petani yang sedang bekerja di sawah
sampai terhentinya produksi sebuah
kilang minyak penghasil devisa negara
disebabkan oleh sambaran petir baik
secara langsung maupun tidak langsung
yaitu melalui radiasi, konduksi atau induksi gelombang elektromagnetik petir.
Semakin hari semakin besar jumlah kerusakan yang di timbulkan, karena
semakin banyaknya pemakaian komponen elektronik oleh masyarakat luas dan
industri. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa letak negara Indonesia
berada pada daerah tropis dengan tingkat resiko kerusakan yang cukup tinggi
dibandingkan dari Negara pembuat peralatan tersebut, yaitu di daerah sub-
tropis, karena jumlah sambaran petir didaerah tropis jauh lebih banyak dam lebih
rapat. Dengan demikian ancaman sambaran petir (LEMP) pada peralatan canggih
perlu diwaspadai dan upaya perlindungan terhadap instalasi, bangunan yang
berisikan peralatan elektronik seperti pada industri, bank, instalasi penting,
militer, bahkan perorangan perlu ditingkatkan. Kerugian juga berdampak
terhadap operasional sebuah perusahaan dimana sambaran petir dapat
menimbulkan kerusakan yang cukup parah terhadap instrument kerja
perusahaan dan mengakibatkan terhentinya operasional. Apalagi pada saat
sekarang ini tidak ada satupun perusahaan yang tidak memakai komponen yang
berhubungan dengan elektronika.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan
teknologi pada dewasa ini, maka pelepasan
muatan petir dapat merusak jaringan listrik dan
peralatan elektronika yang sensitive. Sambaran
petir pada tempat yang jauh +/- 1,5 km sudah
dapat merusak sistem elektronika dan peralatan,
seperti instalasi komputer, telekomunikasi
kantor dan instrumentasi serta peralatan
elektornik sensetif lainnya. Untuk mengatasi hal

279
tersebut, maka perlindungan yang sesuai harus diterapkan pada peralatan atau
instalasi terhadap bahaya sambaran petir secara langsung maupun tidak
langsung.

Prinsip Proteksi Petir


Memperhatikan bahaya yang diakibatkan sambaran petir di atas, maka
system proteksi petir harus mampu melindungi fisik maupun peralatan dari
bahaya sambaran langsung (external protection) dan sambaran petir tidak
langsung (internal protection) serta penyediaan grounding system yang memadai
serta terintegrasi dengan baik. Hingga dewasa ini belum ada satupun alat/system
yang dapat melindungi100% dari bahaya sambaran petir.
Namun usaha perlindungan mutlak diperlukan. Untuk itu selama lebih
dari 60 tahun pengembangan dan penelitian di laboratorium dan lapangan terus
dilakukan dan berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan proteksi petir secara
terpadu telah dikembangkan oleh ERICO Lightning Technologies yang disebut “SIX
POINT PLAN”. Tujuan dari “SIX POINT PLAN” adalah menyiapkan sebuah
perlindungan yang sangat effective dan dapat diandalkan terhadap serangan
petir

1. Menangkap Petir
Dengan jalan menyediakan system penerimaan (air terminal) yang
dapat dengan cepat menyambut luncuran arus petir, dalam hal ini
mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara
tepat dengan memperhitungkan besaran petir

2. Menyalurkan Petir
Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara
aman tanpa mengakibatkan terjadinya loncatan listrik
(imbasan) ke bangunan atau manusia.

3. Menampung Petir
Dengan cara membuat system pertanahan
sebaik mungkin (maximum tahanan tanah 5
ohm). Hal ini lebih di karenakan agar arus petir
yang turun dapat sepenuhnya diserap oleh
tanah dan menghindari terjadinya step potensial.

4. Proteksi Grounding
Mencegah terjadinya lonc atan yang
ditimbulkan adanya perbedaan potensial
tegangan antara satu system pentanahan
dengan yang lainnya.

280
5. Proteksi Jalur Power
Proteksi terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk
mencegah induksi ke peralatan melalui jalur power (yang
umumnya bersumber dari jaringan listrik yang cukup jauh).

6. Proteksi Jalur Data/Komunikasi


Memproteksi seluruh jalur data yang melalui peralatan
telephone data dan signaling.

2. Lembar Pelatihan
1. Apa fungsi duplexer pada BTS?
2. Apa yang mengontrol beberapa BTS?
3. Apa fungsi Power Amplifier?
4. Jelaskan mengapa diperlukan sektorisasi dalam sel BTS?
5. Jelasan prinsip proteksi petir untuk alat elektronik?

D. Audio Video
1. Lembar Informasi

Suara (SOUND)
Suara adalah
• fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda
• getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang
berubah secara kontinyu terhadap waktu

Benda Perbedaan Melewati


Bergetar Tekanan di Udara Pendengar
Udara (Gelombang)

Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”.

Suara/bunyi biasanya merambat melalui udara. Suara/bunyi tidak bisa


merambat melalui ruang hampa.

Konsep dasar
Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan
terjadi di udara sekitarnya. Pola osilasi yang terjadi dinamakan sebagai
“GELOMBANG”.

Gelombang mempunyai pola sama yang berulang pada interval tertentu, yang
disebut sebagai “PERIODE”.
Contoh suara periodik : instrument musik, nyanyian burung, dll Contoh suara

281
nonperiodik : batuk, percikan ombak, dll

Suara berkaitan erat dengan:


1. Frekuensi
 Banyaknya periode dalam 1 detik
 Satuan : Hertz (Hz) atau cycles per second (cps)
 Panjang gelombang suara (wavelength) dirumuskan = c/f

Dimana c = kecepatan rambat bunyi


f = frekuensi
Contoh:
Berapakah panjang gelombang untuk gelombang suara yang memiliki
kecepatan rambat 343 m/s danfrekuensi 20 kHz?
Jawab:
WaveLength = c/f = 343/20 = 17,15 mm.

Berdasarkan frekuensi, suara dibagi menjadi:


Infrasound 0Hz - 20 Hz
Pendengaran manusia 20Hz - 20 KHz
Ultrasound 20KHz - 1 GHz
Hypersound 1GHz - 10 THz
Manusia membuat suara dengan frekuensi 50Hz - 10KHz.
Sinyal suara musik memiliki frekuensi : 20Hz - 20Khz.

Sistem multimedia menggunakan suara yang berada dalam range pendengaran


manusia. Suara yang berada pada range pendengaran manusia sebagai
“AUDIO”, dan gelombangnya sebagai “ACCOUSTIC SIGNALS”. Suara diluar
range pendengaran manusia dapat dikatakan sebagai “NOISE” (getaran yang
tidak teratur dan tidak berurutan dalam berbagai frekuensi, tidak dapat didengar
manusia).

Fourier Analysis suatu sinyal analog terdiri dari sebuah frekuensi sinusoidal
dimana amplitudonya serta fasanya berubah secara “relatif” antara satu dengan
lainnya

282
2. Amplitudo
 Keras lemahnya bunyi atau tinggi rendahnya gelombang. - Satuan
amplitudo adalah decibel (db)
 Bunyi mulai dapat merusak telinga jika tingkat volumenya lebih besar dari
85 dB dan pada ukuran 130 Db akan mampu membuat hancur gendang
telinga
3. Velocity
 Kecepatan perambatan gelombang bunyi sampai ke telinga
pendengar.
 Satuan yang digunakan : m/s
 Pada udara kering dengan suhu 20 °C (68 °F)m
 kecepatanrambat suara sekitar 343 m/s

Representasi Suara
 Gelombang suara analog tidak dapat langsung direpresentasikan pada
komputer. Komputer mengukur amplitudo pada satuan waktu tertentu
untuk menghasilkan sejumlah angka. Tiap satuan pengukuran ini
dinamakan “SAMPLE”.

Analog to Digital Conversion (ADC) Adalah proses mengubah amplitudo


gelombang bunyi ke dalam waktu interval tertentu (disebut juga sampling),
sehingga menghasilkan representasi digital dari suara.

 Sampling rate : beberapa gelombang yang diambil dalam satu detik.


 Contoh : jika kualitas CD Audio dikatakan memiliki frekuensi sebesar
44100 Hz, berarti jumlah sample sebesar 44100 per detik.

1. Membuang frekuensi tinggi dari source signal


2. Mengambil sample pada interval waktu tertentu (sampling)
3. Menyimpan amplitudo sample dan mengubahnya ke dalam
bentuk diskrit (kuantisasi)
4. Merubah bentuk menjadi nilai biner.

Nyquist Sampling Rate : untuk memperoleh representasi akurat dari suatu sinyal
analog secara lossless, amplitudonya harus diambil sample-nya setidaknya
pada kecepatan (rate) sama atau lebih besar dari 2 kali lipat komponen
frekuensi maksimum yang akan didengar.

283
Mis: Untuk sinyal analog dengan bandwith 15Hz - 10kHz
→sampling rate = 2 x 10KHz = 20 kHz

Digital To Analog Converter (DAC)

Adalah proses mengubah digital audio menjadi sinyal analog. DAC biasanya
hanya menerima sinyal digital Pulse Code Modulation (PCM). PCM adalah
representasi digital dari sinyal analog, dimana gelombang disample secara
beraturan berdasarkan interval waktu tertentu, yang kemudian akan
diubah ke biner. Proses pengubahan ke biner disebut Quantisasi. PCM
ditemukan oleh insinyur dari Inggris, bernama Alec Revees pada tahun 1937.

Contoh DAC adalah: soundcard, CDPlayer, IPod, mp3player

PERKEMBANGAN FORMAT AUDIO

BERBAGAI FORMAT AUDIO

AAC (Advanced Audio Coding) [ .m4a ]


 AAC bersifat lossy compression (data hasil kompresi tidak bisa
dikembalikan lagi ke data sebelum dikompres secara sempurna, karena
setelah dikompres terdapat data-data yang hilang).
 AAC merupakan audio codec yang menyempurnakan MP3 dalam
hal medium dan high bit rates.
Cara kerja:
1. Bagian-bagian sinyal yang tidak relevan dibuang.
2. Menghilangkan bagian-bagian sinyal yang redundan.
3. Dilakukan proses MDCT (Modified Discret Cosine Transform)
berdasarkan tingkat kekompleksitasan sinyal.
4. Adanya penambahan Internal Error Correction.
5. Kemudian, sinyal disimpan atau dipancarkan.

284
Kelebihan AAC dari MP3:
1. Sample ratenya antara 8 Hz - 96 kHz, sedangkan MP3 16 Hz - 48 kHz.
2. Memiliki 48 channel.
3. Suara lebih bagus untuk kualitas bit yang rendah (dibawah 16 Hz).

Software pendukung AAC : IPod dan Itunes, Winamp.


Handphone : Nokia N91, Sony Ericsson W800, dan Motorola ROKR E1.
Hardware: Play Station Portable (PSP) pada Agustus 2005.

WAVEFORM AUDIO [ .WAV ]


 WAV adalah format audio standar Microsoft dan IBM untuk PC.
 WAV biasanya menggunakan coding PCM (Pulse Code Modulation)
 WAV adalah data tidak terkompres sehingga seluruh sampel audio
disimpan semuanya di harddisk.
 Software yang dapat menciptakan WAV dari Analog Sound misalnya
adalah Windows Sound Recorder.
 WAV jarang sekali digunakan di internet karena ukurannya yang relatif
besar.
 Maksimal ukuran file WAV adalah 2GB.

Audio Interchange File Format [.AIF]


 Merupakan format standar Macintosh.
 Software pendukung: Apple QuickTime

Audio CD [.cda]
 Format untuk mendengarkan CD Audio
 CD Audio stereo berkualitas sama dengan PCM/WAV yang memiliki
sampling rate 44100 Hz, 2 Channel (stereo) pada 16 bit.
 Durasi = 75 menit dan dynamic range = 95 dB.

Mpeg Audio Layer 3 [.mp3]


 Merupakan file dengan lossy compression.
 Sering digunakan di internet karena ukurannya yang cukup kecil
dibandingkan ukuran audio file yang tidak terkompresi. Distandarisasi pada
tahun 1991. Kompresi dilakukan dengan menghilangkan bagian-bagian
bunyi yang kurang berguna bagi pendengaran manusia. Kompresi mp3
dengan kualitas 128 bits 44000 Hz biasanya akan menghasilkan file
berukuran 3-4 MB, tetapi unsur panjang pendeknya lagu juga akan
berpengaruh.
 Software pemutar file mp3 : Winamp.
 Software encoder : LAME (Lame ain‟t MP3 Encoder), sebuah encoder
mp3 open source dan freeware yang dibuat oleh Mike Cheng pada awal
tahun 1998.
 Macam-macam bit rate: 32, 40, 48, 56, 64, 80, 96, 112, 128, 160, 192, 224, 256
and 320 kbit/s

285
MIDI (Music Instrument Digital Interface)
Standard yang dibuat oleh perusahaan alat-alat musik elektronik berupa
serangkaian spesifikasi agar berbagai instrumen dapat berkomunikasi.
MIDI = format data digital

Interface MIDI terdiri dari 2 komponen:


1. Perangkat Keras
Hardware yang terhubung ke peralatan (alat instrumen / komputer)
2. Data Format
Pengkodean informasi
• spesifikasi instrument
• awal / akhir nada
• frekuensi
• volume suara

MIDI device (mis. synthesizer) berkomunikasi melalui channel


• piranti standard memiliki 16 channel
• 128 macam instrumen (termasuk noise effect)
mis : 0 Accoustic piano
12Marimba
40 Violin
• 1 channel dapat memainkan 3 - 16 note

MIDI Reception Mode


Mode 1 : Omni On / Poly
Mode 2 : Omni On / Mono
Mode 3 : Omni Off / Poly
Mode 4 : Omni Off / Mono
Komponen-Komponen MIDI device
• Sound generator : pembangkit suara synthesizer
• Microprocessor : mengirim / menerima MIDI message
• Keyboard : mengontrol synthesizer secara langsung
• Control Panel : mengatur fungsi-fungsi selain nada dan durasi (volume, jenis
suara, dll)
• Auxiliary Controllers : memanipulasi nada (modulation, pitch, dll)
• Memory

MIDI Message
Format MIDI message terdiri dari status byte (keterangan mengenai jenis
pesan) dan data bytes.
Terdapat 2 jenis MIDI message:
1. Channel Message (dikirim pada piranti tertentu)
 Channel voice message : performance data antar MIDI device,

286
keyboard action, perubahan control panel
 Channel mode message : bagaimana MIDI device penerima
merespon channel voice message
2. System Message (dikirim pada semua piranti dalam sistem)
 System real-time message (1 byte)  sinkronisasi waktu
 System common message : mempersiapkan sequencer/synthesizer untuk
memainkan lagu
 System exclusive message : personalisasi message

SOFTWARE - SOFTWARE
Winamp, RealPlayer, Windows Media Player, KMPlayer, QuickTime, XMMS,
ZoomPlayer, JetAuido, SoundForge, dbPowerAmp, MusicMatchJukeBox,
ITunes.

B. Televisi

Pendahuluan
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata
televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-
masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau
dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan
penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban
dunia. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan
dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph
Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era
komunikasi elektronik. Kemudian berturut-turut ditemukan tabung sinar
katoda (CRT), sistem televisi hitam putih, dan sistem televisi warna.
Tentunya perkembangan ilmu ini akan terus maju apalagi dengan
ditemukannya LCD, yang membuat TV di zaman ini semakin tipis
dengan hasil gambar yang tak kalah bagusnya dengan TV tabung. Jadi
di zaman ini kita harus tahu betul tentang sistem TV karena hampir
semua rumah tangga mempunyai TV baik yang hitam putih maupun
yang warna.

Jenis-jenis Penerima Televisi


Pada dasarnya, sistem penerima televisi terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Televisi hitam putih
Pada televisi hitam putih gambar tidak dapat dilihat sesuai dengan
warna aslinya. Apapun yang terlihat dilayar kaca hanya tampak
warna hitam dan putih. Hal ini sangat berbeda dengan televisi warna,
yakni warna gambar yang tampil di layar akan terlihat menyerupai
aslinya.
2. Televisi warna
Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah
kamera. Objek gambar yang ditangkap lensa kamera akan dipisahkan

287
menjadi tiga warna dasar, yaitu merah (R= red), hijau (G=green), dan biru
(B=blue).
Hasil pemisahan ini akan dipancarkan oleh pemancar televisi.

Pemancar TV warna memancarkan sinyal-sinyal:


 Audio (suara)
 Luminansi (kecerahangambar)
 Krominansi (warna)
 Sinkronisasi(vertikal/horizontal)
 Burst

Pada pesawat penerima televisi warna, semua warna alamiah yang telah
dipisah ke dalam warna dasar R (red), G (green), dan B (blue) akan dicampur
kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi Y
dan dua sinyal krominansi, yaitu V dan U menurut persamaan berikut :
Y = +0.30R +0.59G+0.11B
V = 0,877 ( R - Y )
U = 0,493 ( B- Y )
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang
ditransmisikan bersama sinyal gambar dalam modulasi frekuensi (FM)
untuk menghindari derau (noise) dan interferensi. Untuk memancarkan sinyal
ini, pada pemancar dan penerima harus memiliki sistem warna dan suara yang
sama. Sistem tersebut tentunya harus mengikuti standar dan berlaku secara
global. Dalam pengiriman gambar terdapat beberapa sistem, diantaranya:
NTSC, PAL dan SECAM. Untuk lebih jelasnya akan di bahas dalam bakuan
sistem.

Bakuan Sistem
PAL (Phase Alternating Line)
Adalah sebuah encoding warna yang digunakan dalam sistem televisi
broadcast, digunakan di seluruh dunia kecuali di kebanyakan
Amerika, beberapa di Asia Timur menggunakan NTSC, sebagian
Timur Tengah dan Eropa Timur, dan Prancis (menggunakan SECAM,
walaupun kebanyakan dari mereka telah memulai proses menggunakan PAL).

PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di


Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967. Catatan
bahwa Thomson Prancis, di mana Henri de France mengembangkan
SECAM, kemudian membeli Telefunken. Thomson juga berada di belakang
merk RCA untuk produk elektronik konsumen, dan RCA menciptakan
standar TV warna NTSC (sebelum Thomson terlibat).

NTSC (National Television System Committee)


NTSC dengan format terdiri dari 30 frame video per detik, dimana setiap
frame terbentuk dari 525 scanning garis. 486 scanning membentuk visible

288
raster dan sisanya (vertical blanking interval) digunakan untuk sinkronisasi
dan penyapuan vertikal serta informasi lain seperti teks penutup dan
vertical interval timecode.

Pada raster yang lengkap, scanning genap (lower scanlines) yaitu garis 21-263
membentuk bidang gambar yang pertama dan scanning ganjil (upper
scanlines) yaitu garis 283-525 membentuk bidang gambar yang kedua.
Sebagai perbandingan, system PAL menggunakan 625 garis (576 visible
raster), atau dengan kata lain memiliki resolusi vertikal yang cukup tinggi,
tetapi memiliki resolusi frame yang rendah yaitu 25 frame atau 50 bidang
gambar per detik.
SECAM (Sequential Color with Memory)
Pada tahun 1957, Henri de France memperkenalkan sistem warna SECAM.
Dalam sistem SECAM, resolusi warna gambar dan ukuran secara vertikal
dikurangi. Sinyal Q dan I dari sistem NTSC tidak digunakan, sebagai gantinya
sinyal R-Y Dan B-Y digunakan sebagai sinyal modulasi, dan dipancarkan dengan
bandwidth yang sama. Keduanya tidak dipancarkan secara serempak seperti
halnya di dalam sistem NTSC dan PAL. Tetapi secara bergantian, satu garis
berisi sinyal R-Y dan garis yang berikutnya berisi sinyal B-Y. Suatu penundaan
garis (delay line) di dalam penerima TV membuat kedua sinyal ini
bergabung kembali ketika gambar akan ditampilkan.

Di bawah ini ditampilkan tabel pembagian sistem warna beserta pembagian


frame dan bandwidth, IF frekuensi untuk system NTSC, PAL, Pembagian jalur
frekuensi berdasarkan besarnya frekuensi, dan pembagian bandwidth untuk
masing-masing kanal.

Gambar 5.152. Spektrum sistem televisi (kanal IV dan V) dengan PAL dan
SECAM

289
Tabel 13. pembagian sistem warna beserta pembagian frame dan bandwidth
sinyal untuk masing-masing sistem warna.

NTSC M PAL B, G, H PAL I PAL D


Garis/Field 525/60 625/50 625/50
625/50
Frekuensi 15.734 Hz 15.625 Hz 15.625 Hz 15.625 Hz
horisontal
Frekuensi vertical 59,94 Hz 50 Hz 50 Hz 50 Hz
Sub pembawa 3,579545 MHz 4,433618 Mhz 4,433618 MHz 4,433618 MHz
warna
Lebar band video 4,2 MHz 5,0 MHz 5,5 MHz 6,0 MHz
Pemisah 4,5 MHz 5,5 MHz 6,0 MHz 6,5 MHz
visual/aural

Sedangkan pembagian bandwidth tiap kanal lebar 6 MHz, untuk kanal 2 dengan
frekuensi 54-60 MHz.

Prinsip Kerja Televisi


Pesawat televisi akan mengubah sinyal listrik yang di terima menjadi objek
gambar utuh sesuai dengan objek yang ditranmisikan. Pada televisi hitam putih
(monochrome), gambar yang di produksi akan membentuk warna gambar hitam
dan putih dengan bayangan abu-abu. Pada pesawat televisi warna, semua warna
alamiah yang telah dipisah ke dalam warna dasar R (red), G (green), dan B (blue)
akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan
sinyal luminasi.
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang di
tranmisikan bersama sinyal gambar. Penyiaran televisi sebenarnya
menyerupai suara sistem radio tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara di
pancarkan dengan modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang terpisah
dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Sinyal gambar
termodulasi mirip dengan sistem pemancaran radio yang telah dikenal

290
sebelumnya. Dalam kedua kasus ini, amplitudo sebuah gelombang pembawa
frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi. Modulasi
adalah sinyal bidang frekuensi dasar (base band).

Modulasi frekuensi (FM) digunakan pada sinyal suara untuk meminimalisasi


atau menghindari derau (noise) dan interferensi. Sinyal suara FM dalam televisi
pada dasarnya sama seperti pada penyiaran radio FM, tetapi ayunan
frekuensi maksimumnya bukan 75 Khz melainkan 25 Khz. Saluran dan
standar pemancar televisi kelompok frekuensi telah di tetapkan bagi sebuah
stasiun pemancar untuk tranmisi sinyalnya disebut saluran (kanal). Masing-
masing mempunyai lebar saluran 6 Mhz, dalam salah satu bidang frekuensi
yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial. VHF bidang frekuensi
rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHZ sampai 88 MHZ. VHF bidang frekuensi
tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHZ sampai 216 MHZ. UHF saluran 14
sampai 83 dari 470 MHZ sampai 890 MHZ. Sebagai contoh, saluran 3 disiarkan
pada 60 MHZ sampai 66 MHZ.

Sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk di


dalam tiap saluran tersebut. Sebelum mengetahui prinsip kerja pesawat
televisi, ada baiknya mengetahui sedikit tentang perjalanan objek
gambar yang biasa dilihat di layar kaca. Gambar yang dilihat di layar
televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera Objek gambar ditangkap
lensa kamera akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu merah (R =
red), hijau (B = blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi.
Pada sestem pemancar televisi, informasi visual yang kita lihat pada layar kaca
pada awalnya di ubah dari objek gambar menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik
tersebut akan ditransmisikan oleh pemancar ke pesawat televisi penerima

ScaNning Gambar
Layar televisi hitam putih dilapisi dengan pospor putih dan berkas elektron
mewarnai gambar pada layar pada saat berkas elektron menumbuk pospor.
Rangkaian elektronik di dalam televisi menggunakan kumparan magnetik untuk
menggerakkan berkas elektron dalam suatu pola scan raster dan menuruni layar.
Berkas elektron melintasi layar dari kiri ke kanan, dengan cepat melayang kembali
ke sisi kiri, menuruni layar secara perlahan seperti ditunjukkan pada gambar.

Dalam gambar garis biru menunjukkan garis yang diwarnai berkas electron
pada layar dari kiri ke kanan, sedangkan garis merah menunjukkan berkas
sedang melayang kembali (fly back) ke kiri. Pada saat berkas
mencapai di dasar sisi sebelah kanan, akan bergerak kembali ke sudut kiri
atas layar. Ketika lukisan berkas cahaya melenting kembali, tidak
meninggalkan bekas pada layar. Istilah horizontal retrace digunakan sebagai
acuan berkas yang bergerak kembali ke kiri pada setiap ujung garis, sedangkan
vertical retrace sebagai acuan gerakan dari dasar ke puncak. Berkas setiap garis
yang diwarnai dari kiri ke kanan, intensitas berkas diubah dibuat dengan
ketajaman yang berbeda dari hitam, abu-abu dan putih mellintasi layar. Karena
jarak garis satu sama lain sangat
dekat, otak mengintegrasikannya ke dalam gambar. Pada umumnya layar TV
mempunyai sekitar 480 garis yang tampak dari atas ke dasar.

291
292
Bagian-bagian dan Fungsi Sistem Penerima Televisi Warna
TV Warna harus kompatibel dengan TV monochrome, maksudnya siaran TV
warna harus bisa ditangkap pada penerima hitam putih, dan sebaliknya siaran
TV warna harus dapat ditangkap penerima TV hitam-putih. Sinyal video dari
kamera monochrome dinyatakan dengan gelap dan terang, aras kegelapan yang
berbeda beda (grey-level). Sinyal video yang menyatakan gelap-terang ini disebut
sebagai sinyal luminansi (Y). Sinyal video dilengkapi dengan sinyal
pemadaman (blanking) dan sinkronisasi yang menghasilkan Sinyal video
komposit (Ycomp).
Sinyal video komposit berupa memodulasi AM terhadap sinyal
pembawa gambar (fp) dan sinyal audio memodulasi FM terhadap sinyal
pembawa suara (fa). Spektrum bidang dasar (baseband) TV hitam putih
mempunyai BW 6 MHz seperti yang digunakan di Indonesia dan
Sebagian besar Eropa, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

E. Programable Logic Controller

A. Lembar Informasi

Programmable Logic Controller (PLC) adalah sebuah komputer yang didesain


khusus untuk digunakan pada mesin-mesin (industri). Komputer ini sudah
didesain untuk digunakan pada lingkungan industri, dilengkapi dengan spesial
input/output dan suatu bahasa program untuk kontrol.

1. Keuntungan PLC dibandingkan dengan Control Wired Logic


PLC didisain hanya untuk pekerjaan logic sekuensial atau ON/OF signal.
Sekarang sudah banyak PLC modern yang dapat menerima sinyal input anlog
atau sinyal proporsional dan dapat mengerjakan perhitungan aritmatik. Bahkan
pada sistem yang lebih canggih dapat menghasilkan output analog seperti PID
(Proportional, Integral, dan Derivative action ) dalam proses kontrol.
PLC secara umum membutuhkan sedikit ruang dan sedikit biaya dari pada
suatu sistem medium atau besar dari suatu panel relay, sehingga sebuah PLC
dapat menggantikan beberapa ratus relay. Menggunakan PLC dapat
menghilangkan biaya pengawatan pada panel relay dengan kata lain PLC dapat
memperkecil biaya ekonomisnya. Keuntungan PLC dibanding Control Wired
Logic dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1: Keuntungan PLC dibanding Control Wired Logic


Control Wired Logic Programmable Logic
Controller
Perangkat keras Perlu spesifikasi Umum
Skala kontrol Kecil dan menengah Menengah dan besar
Penambahan atau Sulit Mudah
perubahan spesifikasi
Waktu proses Beberapa hari Singkat

293
Pemeliharaan Sulit Mudah
Realibilitas Tergantung dari Sangat tinggi
disain dan produksi
Efisiensi ekonomi Menguntungkan pada Menguntungkan pada
skala operasi yang skala operasi kecil,
kecil menengah dan besar

2. Konstruksi PLC
PLC adalah tipe sistem kontrol yang memiliki input device, kontroller serta
output device. Peralatan yang dihubungkan dengan PLC yang befungsi mengirim
sebuah sinyal ke PLC disebut input divice. Sedangkan bagian kontroller adalah
melaksanakan perhitungan, pengambilan keputusan, pengendalian dari masukan
untuk dikeluarkan di bagian output. Cara kerja PLC dapat dijelaskan melalui
diagram blok pada Gambar 1 berikut ini.

Catu Peralatan
Daya Penunjang
Input Device

CPU
Output
Interface
Interface

Device
Output
Input

Memori

Gambar 5.153. Diagram blok PLC

Dari Gambar 5.153 terlihat bahwa konstruksi PLC terdiri atas CPU, input
device, output device, peralatan penunjang, dan catu daya. Penjelasan masing-
masing komponen sebagai berikut:

a. CPU
PLC terdiri atas CPU (Central Processing Unit), memori, interface input,
dan interface output. CPU adalah mikroprosesor yang mengkordinasikan kerja
sistem PLC. Ia mengeksekusi program, memproses sinyal input/output, dan
mengkomunikasikan dengan peralatan luar.
Memori adalah daerah yang menyimpan sistem operasi dan data pemakai.
Sistem operasi sesungguhnya software sistem yang mengkordinasikan PLC. Ada
dua jenis memori yaitu: ROM (Read Only Memory) dan RAM (Random Access
Memory). ROM adalah memori yang hanya dapat diprogram sekali. Penyimpanan
program dalam ROM bersifat permanen, maka ia digunakan untuk menyimpan
sistem operasi. Ada sejenis ROM, yaitu EPROM (Erasable Programmable Read Only

294
Memory) yang isinya dapat dihapus dengan cara menyinari menggunakan sinar
ultraviolet dan kemudian diisi program ulang menggunakan PROM Writer. RAM
adalah memori yang dapat dibaca atau ditulisi, hanya digunakan untuk
menyimpan data sementara. Data dalam RAM akan terhapus jika catu daya
hilang.
Interface adalah rangkaian yang digunakan untuk menyesuaikan sinyal
pada peralatan luar. Interface input menyesuaikan sinyal dari peralatan input
dengan sinyal yang dibutuhkan untuk operasi sistem. Interface output
menyesuaikan sinyal dari PLC dengan sinyal untuk mengendalikan peralatan
output. Jumlah terminal input/output (I/O) yang tersedia bergantung kepada
merk PLC. Misalnya PLC merk OMRON pada satu unit tersedia terminal I/O
sebanyak 10, 20, 30, 40 atau 60. Jumlah terminal I/O ini dapat dikembangkan
dengan memasang Unit I/O Ekspansi sehingga dimungkinkan memiliki 100 I/O.

b. Input Device
Input device adalah yang memberikan sinyal kepada PLC dan selanjutnya
PLC memproses sinyal tersebut untuk mengendalikan output device. Jenis-jenis
input device antara lain:
 Berbagai jenis saklar, misalnya tombol, saklar togel, saklar batas, saklar level,
saklar tekan, saklar proximity.
 Berbagai jenis sensor, misalnya sensor cahaya, sensor suhu, sensor level.
 Rotary encoder
Jenis-jenis input device dapat juga dilihaat pada Tabel 14.

c. Output Device
Sistem otomasi tidak lengkap tanpa ada output device yang dikendalikan.
Jenis output device dapat dilihat pada Tabel 14.
Adapun peralatan unit input atau sensor, controller, dan output dapat
dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Peralatan Input, Controller, Serta Output PLC


INPUT DEVICE CONTROLLER OUTPUT DEVICE
Circuit Breaker Counter Alarm
Level Switch Logic Unit Control Relay
Motor Starter Relay Fun
Proximity Switch Timer Horn
Push Button Light
Photoelectric Switch Motor Starter

d. Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang adalah peralatan yang digunakan dalam sistem
kendali PLC, tetapi bukan merupakan bagian dari sistem secara nyata.
Maksudnya, peralatan ini digunakan untuk keperluan tertentu yang tidak berkait
dengan aktifitas pegendalian. Peralatan penunjang itu, antara lain :

295
 berbagai jenis alat pemrogram, yaitu komputer, software ladder,
programming console (PC), programmable terminal, dan sebagainya.
 Berbagai software ladder, yaitu: SSS, LSS, Syswin, dan CX Programmer.
 Berbagai jenis memori luar, yaitu: disket, CD , flash disk.
 Berbagai alat pencetak dalam sistem komputer, misalnya printer, plotter.

e. Catu Daya
PLC adalah sebuah peralatan digital dan setiap peralatan digital
membutuhkan catu daya DC. Catu daya ini dapat dicatu dari luar, atau dari
dalam PLC itu sendiri.

3. Programming Console
Programming Console (PC) mempunyai mode selector yang terdiri dari
PROGRAM, MONITOR dan RUN. Fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:
 PROGRAM yang digunakan untuk membuat program atau membuat
modifikasi atau perbaikan ke program yang sudah ada.
 MONITOR yang digunakan ketika mengubah nilai setting dari counter dan
timer ketika PLC sedang beroperasi. Pada mode ini dapat dilakukan on line
editing.
 RUN yang digunakan untuk mengoperasikan program tanpa dapat
mengubah nilai setting yang dapat diubah pada posisi monitor.
Bagian-bagian perangkat keras PLC dan PC dapat dilihat pada Gambar
5.154 dan Gambar 5.155 di bawah ini.

Power Supply
Power Input
Terminal Output Indicator DC

I/O Expansion
Terminal Input Port Kom. Port Kom. RS232
PC
Pheripheral Interface

Gambar 5.154 Bagian-bagian PLC Omron Tipe Sysmac C28H

296
Bagian-bagian PLC Omron Tipe Sysmac C28H dan fungsinya adalah sebagai
berikut:
Power Input: Sebagai input tenaga untuk menyalakan PLC yang
diambilkan dari Power Supply DC.
Terminal Input: Tipe C28H, menunjukkan bahwa jumlah I/O adalah 28,
yaitu jumlah input 16 dan jumlah output 12. Alamat input ditunjukkan dengan
kode 000.00 sampai 000.15, yang artinya tiga digit pertama yaitu 000
menunjukkan alamat channel dan dua digit terakhir yaitu 00 sampai 15
menujukkan nomor bit.
Terminal Output: Jumlah output PLC tipe Sysmac C28H adalah 12, yang
berqada pada alamat 002.00 sampai 002.11. Artinya output berada pada channel
002 dan nomor bit pada 00 sampai 11.
I/O Expansion: Jika kebutuhan I/O lebih dari 28, maka bisa diseri atau
parallel dengan PLC lain melalui I/O Expansion.
Pheripheral Interface: Fungsinya sama dengan Port komunikasi RS232,
kalau RS232 untuk menghubungkan PLC ke komputer (IBM PC), sedangkan
Pheripheral Interface untuk menghubungkan PLC ke GPC (Graphic Programming
Console) atau ke FIT (Factory Intelligent Terminal)
Port Kom. PC: Port Komunikasi Programming Console adalah tempat
untuk menghubungkan PLC dengan PC.
Port Kom RS 232: Port Komunikasi RS232 adalah tempat untuk
menghubungkan PLC dengan computer.
Indicator: sebagai tanda bahwa input, output, dan alarm sedang ON/OFF.
Power Supply DC: sebagai sumber tenaga PLC.

Display

Mode selector

Keyboard

Gambar 5.155. Bagian-bagian PC


4. Instruksi Dasar
Semua instruksi (perintah program) yang ada dibawah ini merupakan
instruksi paling dasar pada PLC. Menurut aturan pemrograman, setiap akhir
program harus ada instruksi dasar END yang oleh PLC dianggap batas akhir dari

297
program. Instruksi ini tidak ditampilkan pada tombol operasional PC, akan tetapi
berupa sebuah fungsi, yaitu FUN (01). Jadi jika kita mengetikkan FUN (01) pada
PC, maka pada layar PC akan tampil END (01).

Ladder Diagram dan Mnemonic Code


Untuk memudahkan dalam menulis dan memasukkan program pada PLC
maka dibutuhkan beberapa tahap dasar. Ladder diagram dari suatu program
dibuat terlebih dahulu untuk memudahkan dalam penyusunan mnemonic code.
Program bentuk mnemonic code dapat langsung dimasukkan ke CPU melalui PC.
Ladder diagram terdiri dari suatu garis memanjang ke bawah dari sisi kiri
dengan cabang-cabangnya menuju ke arah kanan. Garis memanjang ke bawah di
sisi kiri disebut dengan busbar. Sedangkan cabang-cabangnya disebut dengan
garis instruksi. Sepanjang garis instruksi ditempatkan kondisi-kondisi yang
memimpin garis instruksi lain pada sisi kanan berikutnya. Kombinasi logic dari
kondisi-kondisi ini menentukan kapan dan bagaimana instruksi pada sisi kanan
dijalankan.

Normally Open (NO) dan Normally Close (NC)


Masing-masing kondisi dalam ladder diagram adalah ON/OFF,
bergantung pada operand bit (operasi bit, misalnya NO/NC) yang telah
ditentukan. Normally Open (NO) adalah kondisi dimana suatu operasi akan
berjalan jika operand bit ON. Jika operand bit OFF maka operasi tersebut akan
berhenti. Normally Close (NC) adalah kondisi dimana suatu operasi akan
berjalan jika operand bit OFF, jika operand bit ON maka akan berhenti.
Instruksi–instruksi dasar yang ada pada pemrograman menggunakan PLC
adalah sebagai berikut.

a. LD (Load)
Instruksi LD dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut untuk
mengeluarkan output. Logikanya seperti kontak NO relay.

Ladder Diagram Mnemonic code

LD 000.00
000.00

Gambar 5.156. Ladder diagram logika LOAD.

b. AND
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang harus terpenuhi
semuanya untuk mengeluarkan suatu output. Logikanya seperti kontak NO relay.
Instruksi AND pada ladder diagram dipasang pada rangkaian secara seri (logika
AND ) pada rangkaian sebelumnya dengan bit bersangkutan.

298
Ladder Diagram Mnemonic code

LD 000.00
000.00 000.01 AND 000.01

Gambar 5.157. Ladder diagram logika AND

c. OR
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol
hanya membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logika untuk
mengeluarkan suatu output. Logikanya seperti contack NO relay. Instruksi OR
pada ladder diagram dipasang pada rangkaian secara paralel (logika OR).

Ladder Diagram Mnemonic code


000.00 000.01 LD 000.00
AND 000.01
OR 000.02

000.02

Gambar 5.158. Ladder diagram logika OR

d. OUT
Instruksi ini berfungsi mengeluarkan output jika semua kondisi logika
ladder diagram sudah terpenuhi. Logikanya seperti contact NC relay. Jadi
instruksi OUT digunakan untuk meng-output-kan hasil dari suatu rangkaian.

Ladder Diagram Mnemonic code

000.00 010.00 LD 000.00


OUT 010.00

Gambar 5.159. Ladder diagram logika OUT

e. AND NOT
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem
kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logika untuk mengeluarkan suatu
output. Logikanya seperti contak NC relay. Instruksi AND NOT pada ladder
diagram dipasang pada rangkaian secara seri ( logika AND NOT ). Jadi instruksi
ini digunakan untuk menulis kontak NC pada ladder diagram.

299
Ladder Diagram Mnemonic code
000.00 000.01 LD 000.00
AND NOT 000.01

Gambar 5.160. Ladder diagram logika AND NOT

f. OR NOT
Sama dengan instruksi AND NOT, untuk OR NOT pada ladder diagram
dipasang pada rangkaian secara paralel ( logika OR NOT ). Jadi instruksi ini
digunakan untuk menulis kontak NC pada ladder diagram.

Ladder Diagram Mnemonic code


000.00 LD 000.00
OR NOT 000.01
000.01

Gambar 5.161. Ladder diagram logika AND NOT

g. TIMER (TIM)
Timer mempunyai batas antara 0000 sampai dengan 9999 dalam orde
100ms. Sedangkan untuk counter mempunyai orde angka dan mempunyai batas
antara 0000 sampai dengan 9999.

Simbol Ladder diagram:


N : Nomor TIM
TIM N
SV #000 sampai 511

SV : Set Value
IR, AR, DM, HR, LR, #

Gambar 5.162. Ladder diagram TIM

h. COUNTER (CNT)

Timer/Counter pada PLC berjumlah 512 buah yang bernomor TC 000


sampai dengan TC 511. Jika suatu nomor sudah dipakai sebagai timer/counter
maka nomer tersebut tidak boleh dipakai lagi sebagai timer ataupun counter. Jadi
dalam satu program tidak boleh ada nomor timer/counter yang sama.
Nilai timer/counter pada PLC bersifat countdown (menghitung mundur)
dari nilai awal yang ditetapkan oleh program. Setelah hitungan mundur tersebut
mencapai angka nol, maka contact NO timer/counter akan ON.

300
CP N : Nomor CNT
CNT N #0000 sampai 511
R SV
Keterangan: SV : Set Value
CP = pulsa IR, AR, DM, HR, LR, #
R = reset
Gambar 5.163. Ladder diagram CNT

i. AND LOAD (AND LD)

Untuk kondisi logika ladder diagram yang khusus dan mnemonic code
seperti Gambar 12 di bawah ini.

INSTRUKSI ALAMAT
000.00 000.02
LD 000.00
OR 000.01
LD 000.02
000.01 000.03 OR NOT 000.03
AND LD
END

Gambar 5.164. Ladder diagram dan Mnemonic code AND LOAD

j. OR LOAD (OR LD)

Untuk kondisi logika ladder diagram yang khusus dan mnemonic code
seperti Gambar 13 di bawah ini.

000.00 000.02 INSTRUKSI ALAMAT


LD 000.00
AND 000.01
LD NOT 000.02
000.01 000.03 AND 000.03
OR LD
END

Gambar 5.165. Ladder diagram dan Mnemonic code OR LOAD

5. Pembuatan Program PLC


Ada lima cara dalam memprogram PLC yaitu:
 Programming Console (PC).

301
 Prompt Writer.
 Sysmac Support Software + Personal Computer.
 Factory Intelegent Terminal (FIT).
 Graphic Programming Console.

Pembuatan program PLC menggunakan PC


a. Merakit PLC dengan PC
Langkah-langkah merakit PLC dengan PC adalah sebagai berikut:
1) PC dihubungkan ke PLC melalui port komunikasi PC. Seperti ditunjukkan
pada Gambar 14.
2) PLC dihubungkan ke stop contact PLN.
3) Power supply di ON kan. Jika hasil merakit PLC dan PC sudah benar,
maka indicator akan menyala.
4) Langkah berikutnya membuka password input dalam PC.

PS DC PLN

Port Kom.
PLC RS232

Port Kom.
Power PC
Input PC

a b
Gambar 5.166. a. Skema Rangkaian PLC dengan PC
b. Rangkaian PLC dengan PC

b. Membuka Password input PC


Langkah-langkah membuka password input pada PC sebagai berikut:
1) PLC memiliki control password untuk mencegah access terlarang terjadi
pada program.
2) PLC selalu meminta password ketika power pertama kali dinyalakan.
3) Untuk membuka password input, secara berturut-turut tekan tombol CLR,
MONTR, dan CLR pada PC seperti Gambar 15 di bawah ini. Pada layar
akan muncul “00000”, ini artinya password input sudah terbuka.

4) Siap menghapus program memori.

302
<PROGRAM>
PASSWORD!

CLR MONTR CLR <PROGRAM>

Gambar 5.167. Urutan membuka password input

c. Menghapus program memori PLC pada PC


Langkah-langkah menghapus program memori PLC pada PC adalah sebagai
berikut:
1) Menghapus program sebelumnya yang terdapat pada memori RAM dari
CPU menggunakan operasi all clear. Daerah memori dari holding relay,
counter dan memori data yang ada di PC dapat dipertahankan atau
dihapus.
2) Operasi all clear dilakukan dengan pemilihan mode selector diset pada
mode PROGRAM. Seperti pada Gambar 15 di bawah ini.

Monitor
Run Program

< PROGRAM >

Gambar 5.168. Selector diset pada mode PROGRAM

3) Tekan tombol CLR sampai terlihat 00000 yang di tampilkan pada


programming console, sebagai berikut:

CLR 00000

4) Memori PLC akan dihapus setelah menekan tombol-tombol dengan urutan


seperti pada Gambar 5.169.

303
a.
PLAY
CLR SET NOT

00000 MEMORY CLR ? REC


HR CNT DM RESET

00000 MEMORY CLR


MONTR END HR CNT DM CLR

Gambar 5.169. Urutan menghapus memori PLC

5) Untuk memastikan memori PLC terhapus, tekan


seharusnya muncul
00000 READ
NOP (00)

d. Membuat dan memasukkan program dalam PLC


1) Fungsi tombol-tombol pada PC:

LOAD memasukkan input yang dikehendaki


LD
sebagai bagian awal dari tangga.

Untuk memanggil fungsi yang diinginkan, setelah


menekan tombol ini diikuti dua digit sesuai dengan
FUN fungsi yang dikehendaki.

AND memasukkan input yang diseri dengan input


AND
sebelumnya.

OR OR memasukkan input yang diparalel dengan


input sebelumnya.

304
OUT Output dari rangkaian.

TIM (timer) dikontrol dengan perintah ini, baik


untuk fungsi maupun untuk kontak output dari
TIM fungsi tersebut.

CNT (counter) dikontrol dengan perintah ini, baik


untuk fungsi maupun untuk kontak output dari
CNT fungsi tersebut.

SHIFT digunakan sebagai fungsi pengganti dari 4


SHIFT tombol tertulis play, record, channel, contact.

NOT digunakan bersama LD, AND atau OR untuk


menandakan kontak NC (Normally Open).
NOT Sedangkan OUT untuk menandakan output invers.
Digunakan untuk mendefinisikan fungsi aktif
sesaat bila digunkan bersama FUN.

HR Mendefinisikan Holding Relay.

TR Mendefinisikan Temporary Relay.

SFT Mendefinisikan Shift Register.

Memasukkan berupa angka desimal


0 9 dan heksa desimal saat
pemrograman.

Setiap memasukkan instruksi ke dalam console, harus diakhiri dengan


menekan “write”. Fungsinya supaya program langsung tersimpan dalam
console.

305
2) Membuat dan memasukkan program.
Langkah-langkah membuat dan memasukkan program adalah sebagai
berikut:
a) Memahami soal yang diberikan. Sebagai contoh: “Buat program
menyalakan satu lampu dengan PLC”.
b) Membuat ladder diagram dari soal tersebut. Pada contoh tersebut
yaitu:
000.00 002.00

Arti dari ladder diagram tersebut adalah, jika saklar dengan alamat
input 000.00 ditekan, maka lampu pada alamat output 002.00 akan
menyala.
c) Membuat mnemonic code dari ladder diagram yang telah dibuat,
yaitu:
LD 000.00
OUT 002.00
END

d) Memasukkan mnemonic code pada PC, dengan langkah-langkah


sebagai berikut:

 Tekan LD 000.00 Write

 Tekan OUT 002.00 Write

 Tekan
FUN 0 1 Write

e) Untuk menjalankan program tersebut di atas dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut:
 Selector pada PC diset pada mode RUN
 Tekan saklar input 000.00 pada PLC, led input 000.00 dan output
002.00 pada indicator PLC akan menyala.
 Tekan saklar input 000.00 pada PLC, led input 000.00 dan output
002.00 pada indicator PLC akan mati.

306
Penggunaan TIM
Buat program menyalakan lampu setelah 5 detik saklar di ON kan. Langkah-
langkah penyelesaian program adalah sebagai berikut.
f) Membuat ladder diagram dari soal tersebut, yaitu:

000.00
TIM 000
#50

TIM 001
002.00

Arti dari ladder diagram tersebut adalah jika saklar dengan alamat input
000.00 ditekan, maka Timer dengan alamat 000 mulai bekerja. Timer ini
digunakan untuk menyalakan lampu dengan alamat output 002.00, setelah 5
detik dari timer ON. Jika saklar ditekan kembali, lampu akan mati.

g) Membuat mnemonic code dari ladder diagram yang telah dibuat, yaitu:

LD 000.00
TIM 000
#50
LD TIM 000
OUT 002.00
END

h) Memasukkan mnemonic code pada PC, dengan langkah-langkah sebagai


berikut:

 Tekan LD 000.00 Write

 Tekan TIM 000 Write

 Tekan 50 Write

 Tekan LD TIM 000 Write

 Tekan OUT
002.00 Write

307
 Tekan
FUN 0 1 Write

i)Untuk menjalankan program tersebut di atas dilakukan dengan langkah-


langkah sebagai berikut:
 Selector pada PC diset pada mode RUN
 Untuk melihat TIM pada display tekan:

CLR TIM 000 MONT


R

 Tekan saklar input 000.00 pada PLC, led input 000.00 dan output 002.00 pada
indicator PLC akan menyala.
 Tekan saklar input 000.00 pada PLC, led input 000.00 dan output 002.00 pada
indicator PLC akan mati.

Penggunaan CNT
Buat program menyalakan lampu setelah dicounter 5 kali dari saklar. Langkah-
langkah penyelesaian program adalah sebagai berikut.
a) Membuat ladder diagram dari soal tersebut, yaitu:

000.00
CNT 000
#5
000.01

CNT 001
002.00

Arti dari ladder diagram tersebut adalah saklar dengan alamat input 000.00
digunakan untuk menjalankan counter dengan alamat 000. Counter tersebut
dilakukan untuk menyalakan lampu dengan alamat output 002.00. Saklar 000.00
ditekan-tekan ulang sebanyak 5 kali putaran, kemudian lampu akan ON. Sedang
saklar dengan alamat input 000.01 digunakan untuk mereset counter.

b) Membuat mnemonic code dari ladder diagram yang telah dibuat, yaitu:

308
LD 000.00
LD 000.01
CNT 000
#5
LD CNT 000
OUT 002.00
END

c) Memasukkan mnemonic code pada PC, dengan langkah-langkah sebagai


berikut:

 Tekan LD 000.00 Write

 Tekan LD 000.01 Write

 Tekan CNT 000 Write

 Tekan 5 Write

 Tekan LD CNT 000 Write

 Tekan OUT
002.00 Write

FUN 0 1 Write
 Tekan

d) Untuk menjalankan program tersebut di atas dilakukan dengan langkah-


langkah sebagai berikut:
 Selector pada PC diset pada mode RUN
 Untuk melihat TIM pada display tekan:

CLR CNT 000 MONT


R

309
 Tekan saklar input 000.00 pada PLC sampai 5 kali putaran, led input 000.00
dan output 002.00 pada indicator PLC akan menyala.
 Tekan saklar input 000.01 pada PLC, led input 000.00 dan 000.01 akan
menyala sedang output 002.00 pada indicator PLC akan mati. Fungsi dari
saklar 000.01 untuk mereset program.

B. Lembar Kerja

Membuat Program PLC Menyalakan Lampu dengan Saklar Secara


Simulasi

C. Alat dan Bahan

PLC Omron C28H 1 Unit


PC Omron 1 Unit
Stop Contac PLN

D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Hati-hati dengan arus dan tegangan 220 volt

E. Langkah Kerja

1. Buat rangkaian seperti Gambar 14.


2. Buat Ladder diagram dan mnemonic code pada program untuk
menyalakan lampu. dengan instruksi sebagai berikut:
3. Menyalakan 2 lampu dengan 1 saklar, dengan instruksi sebagai berikut:

a) Jika saklar 000.00 ditekan, lampu 002.00 dan 002.01 akan menyala.
b) Jika saklar 000.00 ditekan kembali, lampu 002.00 dan 002.01 akan
mati.
4. Hapus semua memori di PLC.
5. Masukkan mnemonic code ke dalam programming console.
6. Uji program yang telah dibuat sesuai instruksi.

F. Lembar Latihan

1. Sebutkan 5 instruksi dasar dan jelaskan fungsinya.


2. Buat mnemonic code pada ladder diagram di bawah ini.

310
00001 00003 00004
00200

00002

00015

3. Buat ladder diagram jika mnemonic codenya adalah sebagai berikut:

INSTRUKSI ALAMAT
LD 00000
OR 00200
AND NOT 00001
AND 00002
OR 00003
OUT 00200
OUT 00201
END

Daftar Pustaka

David W. Pessen. (1990). Industrial Automation. Circuit Design and Componen, John
Wiley & Son.
Anonim, Omron.(1993). Beginner’s C20K, C28K, C40K, C60K, Training Manual,
Omron Singapore (PTE) LTD.
Anonim, Omron. (1991). Mini H-type PCs C20H, C28H, C40H, Training Manual
,Omron Singapore (PTE) LTD, 1991.
Anonim, Omron, Training PLC Basic, Copyright PT. Karisma Pandulima
Elektronika.

311
LEMBAR ASESMEN

Lembar Asesmen 1 (Bab III)


1. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memilih dan menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran?
2. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara
media audio untuk pembelajaran.
3. Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan
Permendiknas No 20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?
4. Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4
klasifikasi, yakni (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual,
(d) multi media. Berikut ini adalah contoh media visual:
A. Papan flanel, bulletin board, dan poster
B. Grafik, diagram, sound effect
C. Modul, OHP, microfon
D. TV, OHP, papan flanel
E. Bahan pengajaran terprogram dan OHP
5. Media yang tidak hanya menuntut siswa untuk memperhatikan media itu
sendiri atau objeknya saja, namun juga harus berinteraksi dengan media
tersebut selama mengikuti pembelajaran, disebut media:
A. Media audio
B. Media audiovisual
C. Media Visual
D. Multimedia interaktif
E. Media Televisi
6. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai
pertimbangan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran,
kecuali:
A. Sesuai dengan tujuan fungsional
B. Perlu tenaga khusus untuk menggunakannya
C. Murah dan menarik
D. Tersedia
E. Sesuai dengan tujuan fungsional
7. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara
lain:
A. Karakteristik materi pembelajaran dan kebutuhan belajar peserta didik
B. Perlu tenaga khusus untuk menggunakannya
C. Media yang dipilih cukup memadai dengan hasil yang dicapai
D. Tidak semua guru bisa memanfaatkannya
E. A dan C benar
8. Berikut ini adalah asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media,
kecuali:

312
A. Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran
B. Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang
lebih fungsional dibandingkan pengembangan media perangkat keras
C. Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan dilakukan
sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada
D. Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien,
makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan karakteristik media
tertentu
E. Pengembangan media perangkat keras tidak harus dilakukan secara
kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang
ada

Lembar Asesmen 2 (Bab IV)


11) Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Apa
saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
12) Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan yang
mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
13) Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar Pustaka?
14) Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.

Lembar Asesmen 3 (Bab V)


Dasar Kelistrikan dan Elektronika
1. Suatu kawat penghantar mempunyai penampang berbentuk lingkaran
dengan radius 2 mm yang dialiri arus listrik sebesar 2 A selama 5 menit.
Hitunglah jumlah electron yang mengalir melewati suatu penampang
tertentu jika diketahui 1 elektron yaitu 1,6 x 10-19 C.
2. Tentukan persamaan hukum Kirchoff tegangan pada loop pada gambar di
bawah ini dan hitung nilai Vxd an Ix.

10 V

- +

+ +
5V
- ix 100 Ω vx
-

3. Jelaskan

313
apa yang dimaksud dengan komponen elektronika pasif dan berikan
contohnya.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dioda dan sebutkan bahan pokok
pembuatan dioda.
5. Bagaimana pengaruh pemasangan kapasitor pada keluaran untuk
rangkaian penyearah setengah gelombang?

Elektronika Digital

1. Tulislah persamaan untuk gerbang OR empat masukan! Susunlah tabel


kebenaran lengkap yang menunjukkan keluaran untuk semua kasus yang
mungkin.

2. Gambarkan bentuk gelombang keluaran untuk masing-masing gerbang


AND, OR, NOR, NAND, EX-OR, dan EX-NOR, jika masukan pulsanya
ditunjukkan seperti gambar berikut.
1
A
0

1
B
0
3. Tulislah persamaan Boolean untuk keluaran X pada gambar di bawah ini.
Tentukanlah semua harga X untuk semua keadaan masukan yang
mungkin dan tulislah dalam suatu tabel kebenaran!

B
A X
B

4. Untuk persamaan berikut ini, susunlah rangkaian logika yang sesuai,


dengan menggunakan gerbang AND, gerbang OR, dan Inverter.
a. X  AB (C  D)
b. Z  ( A  B  CD E )  BC D
c. Y  (M  N  PQ)

Sistem Telekomunikasi
1. Yang bukan merupakan teknologi 3G adalah :
A. GPRS
B. UMTS
C. FPLMTS
D. IMT-2000
E. WCDMA

314
2. Kanal digunakan oleh terminal pelanggan GSM untuk berkomunikasi dengan
BTS adalah
A. Kanal Trafik
B. Kanal Informasi
C. Kanal Kendali
D. Kanal Suara
E. Kanal BTS

3. Yang termasuk kelebihan sistem CDMA dibandingkan sistem GSM kecuali


A. suara lebih jernih
B. kecepatan transfer data lebih tinggi
C. kapasitas pelanggan per BTS lebih banyak
D. Frekuensi kerja yang digunakan lebih banyak
E. Tidak bisa disadap

4. Jenis-Jenis Register dalam komunikasi Sellular,kecuali


A. KLR
B. VLR
C. Auc & EIR
D. HLR
E. BLR

5. Sistem telekomunikasi bergerak seluler mempunyai kelebihan dalam hal


kapasitas sistem dibandingkan sistem telekomunikasi bergerak tradisional, hal
ini dikarenakan :
A. Frekuensi kerja seluler yang lebih tinggi
B. Teknik Modulasi seluler menggunakan FM
C. Teknik Multiple Access di seluler menggunakan teknik FDMA
D. Adanya penggunaan kembali frekuensi carrier pada sistem seluler
E. Pemancar sistem seluler lebih lebar cakupannya

PLC
6. Buat program untuk menyalakan lampu secara simulasi, dengan instruksi
sebagai berikut: Jika Pushbutton (Pb) 000.00 ditekan, lampu 002.00
menyala, jika Pb 000.00 dilepas, lampu 002.00 tetap menyala, sampai Pb
000.01 ditekan, baru lampu mati.

315
LEMBAR KUNCI JAWABAN

Kunci Jawaban Lembar Asesmen 1 (Bab III)


1. Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran yaitu: sesuai tujuan dan fungsi, tersedia,
murah, menarik, dan guru terampil menggunakannya.
2. Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah media
audio:
a. Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang
studi tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di
dalam GBPP yang berlaku.
b. Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program
maka dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam
kurikulum .
c. Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan
melakukan penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan
baik yang tertulis dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan
kritik dari pakar yang memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah
pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d. Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program
audio berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e. Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan :
tujuan , bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan
peyusun program, dan fasilitas yang tersedia.
f. Membuat draft atau naskah kasar
g. Mengevaluasi naskah kasar
Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-
macam, setiap jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi
pada dasarnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam mengambil
gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan grafis
yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus
direkam.
3. -
4. A
5. D
6. B
7. E
8. E

316
Kunci Jawaban Lembar Asesmen 2 (Bab IV)
15) Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Apa
saja yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?

Penyelesaian.
Dalam pembahasan disajikan: (1) jawaban masalah penelitian atau
bagaimana tujuan penelitian dicapai, (2) penafsiran temuan penelitian, (3)
pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang
telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang
telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah penelitian hendaknya
disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil penelitian dilakukan
dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.

16) Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan yang
mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.

Penyelesaian.
Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai,
serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam
pembelajaran berikutnya.

17) Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar Pustaka?

Penyelesaian.
Gaya selingkung dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi,
bergantung pada disiplin ilmu yang menjadi payung artikel ilmiah atau
jurnal yang akan memuat artikel. Bidang Pendidikan atau Psikologi sering
menggunakan format APA (American Psychological Association), sedangkan
disiplin ilmu Sejarah menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual,
dan bidang Bahasa dan Sastra menggunakan MLA (Modern Language
Association).

18) Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.

Penyelesaian.
Sistematika laporan PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari
berbagai sumber:

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
F. Latar Belakang Masalah

317
G. Rumusan Masalah
H. Tujuan Penelitian
I. Manfaat Penelitian
J. Definisi Operasional (bila perlu)
Bab II Kajian Pustaka
F. Kajian Teoritis
G. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
H. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
I. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
J. Perumusan Hipotesis Tindakan

Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


C. Subjek Penelitian
D. Deskripsi per Siklus
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
C. Deskripsi per siklus
D. Pembahasan dari tiap siklus

Bab V Simpulan dan Saran


C. Simpulan
D. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

Kunci Jawaban Lembar Asesmen 3 (Bab V)


Dasar Kelistrikan dan Elektronika
7. Suatu kawat penghantar mempunyai penampang berbentuk lingkaran
dengan radius 2 mm yang dialiri arus listrik sebesar 2 A selama 5 menit.
Hitunglah jumlah electron yang mengalir melewati suatu penampang
tertentu jika diketahui 1 elektron yaitu 1,6 x 10-19 C.

Penyelesaian.
q = Ixt
= 2 A x 5 menit x 60 detik
= 600 C
Jadi jumlah electron yang melalui penampang adalah:

n = q/e
= 600 C/1,6 x 10-19 C
= 3,75 x 1021

318
8. Tentukan persamaan hukum Kirchoff tegangan pada loop pada gambar di
bawah ini dan hitung nilai Vxd an Ix.

10 V

- +

+ +
5V
- ix 100 Ω vx
-

Penyelesaian.
Menuliskan persamaan hukum Kirchoff tegangan pada loop:
-5-10+Vx=0 atau
5+10-Vx=0

Menghitung nilai Vx:


Vx = 15 Volt

Menghitung nilai Ix menggunakan hukum Ohm:


Vx 15
Ix =  A  150mA
100 100

9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komponen elektronika pasif dan


berikan contohnya.

Penyelesaian.
Komponen elektronika pasif adalah komponen elektronika yang dalam
pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus
tersendiri. Contohnya: Resistor, kapasitor, dioda.
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dioda dan sebutkan bahan pokok
pembuatan dioda.

Penyelesaian.
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar
arus listrik dan tegangan pada satu arah saja.
Bahan pokok untuk pembuatan dioda adalah Germanium (Ge) dan
Silikon/Silsilum (Si).

11. Bagaimana pengaruh pemasangan kapasitor pada keluaran untuk


rangkaian penyearah setengah gelombang ?

319
Penyelesaian.
Pengaruh pemasangan kapasitor yaitu sebagai penapis (fillter) sehingga
terjadi atau terbentuk tegangan riak (ripple).
Semakin besar kapasitor yang dipakai maka semakin kecil tegangan
riaknya dan sebaliknya semakin kecil kapasitor yang dipakai maka
tegangan riaknya akan semakin besar.

Elektronika Digital

No. Kunci Jawaban

1 Persamaan gerbang OR empat masukan

X=A+B+C+D
Masukan Keluaran
A B C D X
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 1
0 0 1 1 1
0 1 0 0 1
0 1 0 1 1
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 1
1 0 0 1 1
1 0 1 0 1
1 0 1 1 1
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
1 1 1 0 1
1 1 1 1 1

2 Bentuk gelombang keluaran untuk masing-masing gerbang AND,


OR, NOR, NAND, EX-OR, dan EX-NOR

320
No. Kunci Jawaban
1
A

Masukan 0

1
B
0

1
GERBANG AND
3. 0

1
GERBANG OR
0

1
GERBANG NOR
0

1
GERBANG NAND
0

1
GERBANG EX-OR
0

GERBANG EX-NOR 1

4.
X  ( A  B)  A  B

A B A B A B ( A  B) X  ( A  B)  A  B
0 0 1 1 1 0 0
0 1 1 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0 0
1 1 0 0 0 1 1

a.
A
B X  AB(C  D)

C
D

b.
A B C D E

Z  ( A  B  CD E )  BC D

c.
M
N
Y  (M  N  PQ)
P
Q

321
Sistem Telekomunikasi
1. C
2. A
3. D
4. A
5. D

PLC
12. Buat program untuk menyalakan lampu secara simulasi, dengan instruksi
sebagai berikut: Jika Pushbutton (Pb) 000.00 ditekan, lampu 002.00
menyala, jika Pb 000.00 dilepas, lampu 002.00 tetap menyala, sampai Pb
000.01 ditekan, baru lampu mati.

Penyelesaian.

Membuat ladder diagram.

000.00 000.01 002.00

002.00

Membuat mnemonic code dari ladder diagram tersebut.

LD 000.00
OR 002.00
AND NOT 000.01
OUT 002.00
END

322
Catatan:
Kalimat, kapitalisasi, tanda baca, dll taat azas EYD
Tata tulis taat azas APA.

Nama file: (nama perguruan tinggi, mapel, penanggung jawab


Contoh:
UnesaMatematikaKusrini

Identitas penulis modul


Nama Lengkap Telepon Telepon
No Institusi Alamat Institusi Alamat Rumah HP & Email
(termasuk Gelar Akd) Kantor Rumah
1 Dr. Euis Ismayati, M.Pd Unesa Jl. Ketintang 031- Jl. Rejo Aman I Kav. 81 (031) . 085230606386
Surabaya 8297197 Bendul Merisi Tengah 31 8434401
- 33 - Surabaya
2 Dr. Tri Rijanto, M.Pd. Unesa Jl. Ketintang 031- Jl. Sepat Lidah kulon (031) 7521014 . 081553123738
Surabaya 8297197 IA/20 - Surabaya

3 Lusia Rakhmawati, S.T., Unesa Jl. Ketintang 031- Jl. Kenanga Rt.02, Rw.04 081330088688
M.T. Surabaya 8297197 Keboansikep – Gedangan
- Sidoarjo
4 Nur Kholis, ST., MT. Unesa Jl. Ketintang 031- Jambang Kebon Agung (031) 081359658529
Surabaya 8297197 ID / 4 - Surabaya 81987766
5 Drs. Edy Sulistyo, M.Pd. Unesa Jl. Ketintang 031- Sedati Permai Blok (031) 8668768 08155009034
Surabaya 8297197 DD/20 -Sidoarjo
6 Puput Wanarti R, S.T., Unesa Jl. Ketintang 031- Perum Bukit Bambe BT/6 (031) 7671652 08123085705
M.T. Surabaya 8297197 - Driyorejo

1
2

Anda mungkin juga menyukai